Askep PJK
Askep PJK
Askep PJK
PENDAHULUAN
Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu masalah kesehatan
utama di negara maju maupun berkembang. Penyakit ini menjadi penyebab nomor satu
kematian di dunia setiap tahunnya. Pada tahun 2008 diperkirakan sebanyak 17,3 juta
kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Lebih dari 3 juta kematian tersebut
terjadi sebelum usia 60 tahun. Terjadinya kematian dini yang disebabkan oleh penyakit
jantung berkisar sebesar 4% di negara berpenghasilan tinggi, dan 42% terjadi di negara
berpenghasilan rendah. Kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung pembuluh
darah, terutama penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat
mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030 (http://www.depkes.go.id/article/view)
Menurut WHO 7.254.000 kematian di seluruh dunia (12,8% dari semua
kematian) disebabkan oleh SKA pada tahun 2008 . Di USA setiap tahun 550.000 orang
meninggal karena penyakit ini. Di Eropa diperhitungkan 20–40.000 orang dari 1 juta
penduduk menderita SKA(Rima Melati,2008). Di Indonesia SKA masih dianggap sebagai
penyumbang angka kematian tertinggi dengan angka prevalensi 7,2% pada tahun 2007
.Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah ini terus meningkat dan akan
memberikan beban kesakitan, kecacatan dan beban sosial ekonomi bagi keluarga
penderita, masyarakat, dan negara. Berdasarkan diagnosis dokter, prevalensi penyakit
jantung koroner di Indonesia tahun 2013 sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar 883.447
orang, sedangkan berdasarkan gejala sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar 2.650.340
orang. Berdasarkan diagnosis dokter, estimasi jumlah penderita penyakit jantung koroner
terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat sebanyak 160.812 orang (0,5%), sedangkan
Provinsi Maluku Utara memiliki jumlah penderita paling sedikit, yaitu sebanyak 1.436
orang (0,2%). Berdasarkan gejala, estimasi jumlah penderita penyakit jantung koroner
terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Timur sebanyak 375.127 orang (1,3%), sedangkan
jumlah penderita paling sedikit ditemukan di Provinsi Papua Barat, yaitu sebanyak 6.690
orang (1,2%). (http://www.depkes.go.id/article/view/Pusat data dan informasi Kemenkes
RI 2014)
Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau penyakit kardiovaskular saat ini merupakan
salah satu penyebab utama dan pertama kematian di negara maju dan berkembang,
termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, secara global penyakit ini akan menjadi penyebab
kematian pertama di negara berkembang, menggantikan kematian akibat infeksi.
Diperkirakan bahwa diseluruh dunia, PJK pada tahun 2020 menjadi pembunuh pertama
tersering yakni sebesar 36% dari seluruh kematian, angka ini dua kali lebih tinggi dari
angka kematian akibat kanker. Di Indonesia dilaporkan PJK (yang dikelompokkan
menjadi penyakit sistem sirkulasi) merupakan penyebab utama dan pertama dari seluruh
kematian, yakni sebesar 26,4%, angka ini empat kali lebih tinggi dari angka kematian
yang disebabkan oleh kanker (6%). Dengan kata lain, lebih kurang satu diantara empat
orang yang meninggal di Indonesia adalah akibat PJK. Berbagai faktor risiko mempunyai
peran penting timbulnya PJK mulai dari aspek metabolik, hemostasis, imunologi, infeksi,
dan banyak faktor lain yang saling terkait (Anonimª, 2006).
SKA membutuhkan penanganan awal yang cepat dan tepat oleh tenaga
kesehatan untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.Peran tenaga kesehatan
khususnya perawat adalah upaya pencegahan komplikasi maupun penanganan yang cepat
untuk melakukan penyelamatan jiwa melalui upaya promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif.Oleh sebab itu perawat perlu memahami dan mengetahui konsep teoritis dan
keterampilan profesional yang harus dimiliki dalam melaksanakan tugasnya, sehingga
dapat memberikan asuhan keperawatan klien dengan penyakit jantung.
1.2 TujuanPenulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Bagi Penulis
b. Bagi Universitas
TINJAUAN TEORI
2.2. Etiologi
b. Faktor sirkulasi
1) Hipotensi
2) Stenosis aorta
3) Insufisiensi aorta
c. Faktor darah
1) Anemia
2) Hipoksemia
3) Polisitemia
2. Curah jantung yang meningkat :
a. Aktifitas berlebihan
b. Emosi
c. Makan terlalu banyak
d. Hypertiroidisme
3. Kebutuhan oksigen miokard meningkat pada :
a. Kerusakan miokard
b. Hypertrofi miokard
c. Hipertensi diastolik
4. Faktor predisposisi
a. Faktor resiko yang tidak dapat diubah :
1) Usia
Angka morbiditas dan mortalitas penyakit ACS meningkat seiring
pertambahan usia. Sekitar 55% korban serangan jantung berusia 65 tahun
atau lebih dan yang meninggal empat dari lima orang berusia di atas 65
tahun. Mayoritas berada dalam resiko pada masa kini merupakan refleksi
dari pemeliharaan kesehatan yang buruk di masa lalu. Kerentanan
terhadap aterosklerosis koroner meningkat dengan bertambahnya usia,
tetapi hubungan antara usia dan timbulnya penyakit hanya mencerminkan
lama paparan yang lebih panjang terhadap factor-faktor aterogenik.
2) Jenis kelamin
Wanita relatif kebal terhadap ACS sampai mengalami menopause, setelah
itu kerentanannya menjadi sama dengan pria. Hormone estrogen dianggap
sebagai pelindung imunitas wanita pada masa usia sebelum menopause.
3) Hereditas
Tingkat faktor genetika dan lingkungan membantu terbentuknya
atherosklerosis belum diketahui secara pasti. Tendensi atherosklerosis
pada orang tua atau anak dibawah usia 50 tahun ada hubungan terjadinya
sama dengan anggota keluarga lain. Komponen genetik berpengaruh
terhadap poses aterosklerosis. Riwayat keluarga dapat pula mencerminkan
gaya hidup yang menimbulkan stress atau obesitas.
4) Ras
Orang Amerika-Afrika lebih rentan terhadap aterosklerosis daripada orang
kulit putih.
Keberhasilan terapi ACS bergantung pada pengenalan dini gejala dan transfer
klien segera ke unit/instalasi gawat darurat. Terdapat 3 hal yang harus dilakukan pada
penderita dengan infark miokard, yaitu :
a. Elektrokardiogram
1. STEMI : Perubahan pada klien dengan Infark Miokard Akut, meliputi : hiperakut
T, elevasi segmen ST yang diikuti dengan terbentuknya Q pathologis,
terbentuknya bundle branch block/ yang dianggap baru. Perubahan EKG berupa
elevasi segment ST ≥ 1 mm pada 2 sadapan yang berdekatan pada limb lead dan
atau segment elevasi ST ≥ 2 mm pada 2 sadapan chest lead.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan SKA adalah:
b. Nyeri dada berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan demand oksigen.
c. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan perfusi miokard.
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
miokard dan kebutuhan, adanya iskemik/nekrosis jaringan miokard.
No Diagnosa
Tujuan Intervensi
Keperawatan
1 Nyeri akut b.d NOC : NIC : Pain Management
injury miokard - Pain Level, - Lakukan pengkajian nyeri
Definisi : - Pain control, secara komprehensif
Sensori tidak - Comfort level (lokasi, karakteristik,
menyenangkan dan Setelah dilakukan tindakan durasi, frekuensi, kualitas
pengalaman keperawatan selama 3x24 dan faktor presipitasi)
emosional yang jam diharapkan nyeri - Kaji reaksi nonverbal dari
muncul secara berkurang dengan criteria ketidaknyamanan
aktual atau potensial hasil : - Gunakan teknik
kerusakan jaringan - Mampu mengontrol komunikasi terapeutik
atau menggambarka nyeri (tahu penyebab untuk mengetahui
adanya nyeri, mampu pengalaman nyeri klien
kerusakan (Asosiasi menggunakan tehnik - Kaji kultur yang
Studi Nyeri nonfarmakologi untuk mempengaruhi respon
Internasional): mengurangi nyeri, nyeri
serangan mendadak mencari bantuan) - Evaluasi pengalaman
atau pelan - Melaporkan bahwa nyeri nyeri masa lampau
intensitasnya dari berkurang - Kontrol lingkungan yang
ringan sampai berat - Mampu mengenali nyeri dapat mempengaruhi nyeri
yang dapat (skala, intensitas, seperti suhu ruangan,
diantisipasi dengan frekuensi dan tanda pencahayaan dan
akhir yang dapat nyeri) kebisingan
diprediksi dan - Menyatakan rasa - Kurangi faktor presipitasi
dengan durasi nyaman setelah nyeri nyeri
kurang dari 6 bulan. berkurang - Pilih dan lakukan
Batasan - ekpresi wajah rileks / penanganan nyeri
Karakteristik: tenang, tak tegang (farmakologi, non
- Perubahan tekanan - tidak gelisah farmakologi)
darah - nadi 60-100 x/menit - Ajarkan tentang teknik
- Perubahan - TD 120/ 80 mmHg non farmakologi
frekuensi jantung - Frekuensi nafas 12-18 - Berikan analgetik untuk
- Perubahan x/menit mengurangi nyeri
frekuensi - Evaluasi keefektifan
pernafasan kontrol nyeri
- Diaforesis - Tingkatkan istirahat,
- Perubahan posisi berikan posisi nyaman
untuk melindungi - Kolaborasikan dengan
nyeri dokter jika ada keluhan
- Melaporkan nyeri dan tindakan nyeri tidak
secara verbal berhasil
- Monitor tanda-tanda vital
2 Penurunan curah NOC : NIC : Cardiac Care
jantung b/d - Evaluasi adanya nyeri dada
perubahan preload, - Cardiac Pump ( intensitas, lokasi, durasi)
afterload, effectiveness - Catat adanya disritmia
kontraktilitas, - Circulation Status jantung
irama jantung - Vital Sign Status - Catat adanya tanda dan
- Setelah dilakukan gejala penurunan cardiac
Definisi: tindakan keperawatan putput
selama 3x24 jam - Monitor status
Ketidakadekuatan diharapkan curah jantung kardiovaskuler dan
darah yang dipompa meningkat dengan
oleh jantung untuk pernafasan
criteria hasil: - Monitor balance cairan
memenuhi - Tanda Vital dalam
kebutuhan metabolic - Monitor adanya perubahan
rentang normal (Tekanan tekanan darah
tubuh darah, Nadi, respirasi) - Monitor respon klien
Batasan - Dapat mentoleransi terhadap efek pengobatan
Karakteristik: aktivitas, tidak ada kardiovaskular
kelelahan - Atur periode latihan dan
- Aritmia - Tidak ada edema paru, istirahat untuk
- Perubahan nilai perifer, dan tidak ada menghindari kelelahan
CVP, PCWP diluar asites - Monitor toleransi aktivitas
nilai normal - Tidak ada penurunan klien
- Penurunan nadi kesadaran - Anjurkan untuk
perifer - CRT <3 detik menurunkan stress
- Dispnea, oliguri, - Tidak ada aritmia - Vital Sign Monitoring
CRT memanjang - Tidak ada sianosis - Monitor TD, nadi, suhu,
- Perubahan warna - Urin output 0.5-1 dan RR, catat adanya
kulit cc/kgBB/jam fluktuasi TD
- Penurunan fraksi
- Monitor tanda vital saat
ejeksi
klien berbaring, duduk,
- Penurunan stroke
atau berdiri
volume
- Monitor kualitas dari nadi
- Bunyi jantung
- Monitor bunyi jantung,
tambahan
suara nafas, frekuensi
- Suara nafas
nafas, pola nafas
tambahan
- Monitor suhu, warna, dan
- Gelisah,
kelembaban kulit
pernurunan
- Identifikasi penyebab dari
kesadaran
- Perubahan tekanan perubahan vital sign
darah diluar nilai
normal
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian aritmia , jika perlu
DAFTAR PUSTAKA