BAB I Kti PJK
BAB I Kti PJK
BAB I Kti PJK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Jantung Koroner (PJK) ialah penyakit jantung yang terutama
disebabkan karena penyempitan arteri koronariaakibatproses aterosklerosis
atau spasme atau kombinasi keduanya. PJK merupakan sosok penyakit yang
sangat menakutkan dan masih menjadi masalah baik di negara maju maupun
negara berkembang. Negara USA setiap tahunnya 550.000 orang meninggal
karena penyakit ini. Eropa diperhitungkan 20-40.000 orang dari 1 juta
penduduk menderita PJK. Hasil survei yang dilakukan Departemen Kesehatan
RI menyatakan prevalensi PJK di Indonesia dari tahun ke tahun terus
meningkat. Bahkan, sekarang (tahun 2000-an) dapat dipastikan, kecenderungan
penyebab kematian di Indonesia bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit
kardiovaskular (antara lain PJK) dan degeneratif. Manifestasi klinik PJK yang
klasik adalah angina pektoris. Angina pectoris ialah suatu sindroma klinis di
mana didapatkan sakit dada yang timbul pada waktu melakukan aktivitas
karena adanya iskemik miokard. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi >
70% penyempitan arteri koronaria. Angina pektoris dapat muncul sebagai
angina pektoris stabil (APS, stable angina), dan keadaan ini bisa berkembang
menjadi lebih berat dan menimbulkan Sindroma Koroner Akut (SKA) atau
yang dikenal sebagai serangan jantung mendadak (heart attack) dan bisa
menyebabkan kematian. Penyakit jantung-koroner (PJK) merupakan problem
kesehatan utama di Negara maju. Banyak faktor yang mempengaruhi
terjadinya PJK. sehingga upaya pencegahan harus bersifat multifaktorial juga.
Pencegahan harus diusahakan sedapat mungkin dengan cara mengendalikan
faktor-faktor risiko PJK den merupakan hal yang cukup penting pada
penanganan PJK.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), 60 % dari seluruh penyebab
kematian penyakit jantung adalah penyakit jantung iskemik (Mamat
Supriyono, 2008). Penyakit tersebut masih merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas pada orang dewasa di Eropa dan Amerika Utara
(Wilson et al., 1998). Setiap tahun, di Amerika hampir 500.000 orang
meninggal karena penyakit jantung iskemik (Schoen, 2005). Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan Republik Indonesia
menyatakan bahwa peringkat penyakit kardiovaskular sebagai penyebab
kematian semakin meningkat (Heru Sulastomo, 2010).
Berdasarkan data kasus penyakit jantung koroner di Rumah Sakit
Bhayangkara Kupang di ruangan Cendana tahun 2016 bulan Januari sampai
dengan bulan Agustus, terdapat 12 pasien dari jumlah total pasien yang dirawat
d ruang cendana sebanyak 1.243 pasien dengan penyakit jantung koroner,
dengan rentang usia dari 48 tahun sampai 54 tahun, dan paling banyak dialami
oleh wanita.
Dari uraian diatas, maka usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan
mengenal faktor-faktor risiko sangat penting dalam usaha pencegahan PJK,
baik pencegahan primer maupun sekunder. Pencegahan primer lebih ditujukan
pada mereka yang sehat tetapi mempunyai risiko tinggi, sedangkan pencegahan
sekunder merupakan suatu upaya untuk mencegah memburuknya penyakit
yang secara klinis telah diderita. Oleh karena itu sebagai calon seorang perawat
professional diharapkan mampu mengerti serta melaksanakan asuhan
keperawatan yang tepat pada pasien dengan berdasarkan etiologi atau faktorfaktor yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Sesuai dengan konsep yang
sudah ada yakni pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik mengangkat kasus
PJK dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Ny. G.M.R Dengan Coronari
Arteri Desease Atau Penyakit Jantung Koroner di Ruang Cendana RS.
Bhayangkar Kupang.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum :
Meningkatkan pola pikir ilmiah tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan Penyakit jantung koroner melalui pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus :
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan penyakit jantung
koroner.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa pada pasien dengan
penyakit jantung koroner.
c. Mahasiswa mampu membuat perencanaan tindakan keperawatan
pada pasien dengan penyakit jantung koroner.
d. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien
dengan penyakit jantung koroner.
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi dan mendokumentasi hasil asuhan
keperawatan pada pasien dengan penyakit jantung koroner.
C. Manfaat Penulisan.
1. Institusi Pendidikan
Diharapkan menjadi pegangan dan bahan bacaan sehingga mahasiswa/i
lebih memahami tentang proses keperawatan dan dapat melaksanakan
asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit Jantung Koroner.
2. Institusi pelayanan
Dapat memberikan masukan bagi Rumah Sakit untuk mengambil langkahlangkah kebijakan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan pada umumnya dan penerapan proses keperawatan pada klien
dengan penyakit jantung koroner.
3. Bagi pasien dan keluarga
Diharapkan pasien dan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
menderita penyakit jantung koroner sesuai dengan cara perawatan dan
pengobatan yang baik dan benar serta upaya pencegahannya.
4. Penulis.
Dapat menambah pengalaman, pengetahuan, dan wawasan penulis dalam
melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit jantung
koroner.
D. Metode Penulisan.
Adapun metode yang digunakan adalah :
1. Studi Kepustakaan.
Dalam studi kepustakaan ini penulis menggunakan literatur atau sumber
buku yang ada kaitannya dengan permasalahan yang dibahas.
2. Studi Kasus.
BAB II
TINJAUAN TEORI
dimana klien mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan,
atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri yang
timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas berhenti. (Tom
Smith, 2007).
Infark miokard akut terjadi ketika iskemia miokard,yang biasanya timbul
sebagai akibat penyakit aterosklerosis arteri koroner, cukup untuk
menghasilkan nekrosis inversibel otot jantung. (Huan H Gray,dkk,2005,136).
2. Klasifikasi
Wasid (2007) mengatakan berat ringannya SKA menurut braunwald (1993)
1. Kelas 1: yaitu serangan baru kurang dari 2 bulan progresif, berat dengan
nyeri pada waktu istirahat atau aktifitas sangat ringan terjadi < 2 kali per
hari.
2. Kelas 2: sub akut, yakni sakit dada antara 48 jam hinggah denga 1 bulan
pada waktu istirahat.
3. Kelas 3: akut, yakni kurang dari 48 jam.
Secara klinis:
1. Kelas A: sekunder, dicetuskan oleh hal-hal diluar koroner seperti anemia
infrak, infekasi, demam, hipotensi, tiroktikosis, hipoksia karena gagal napas.
2. Kelas B: primer.
3. Kelas C: setelah infrak ( setelah itu IMA). Belum perna diobati. Dengan anti
angina (penghambat beta angrenik, nitrat, dan antagonis kalsium).
antianggina dan nitrogliserin intavena.
3. Etiologi
1. Penyebab utama PJK :
a. Merokok
b. Darah tinggi (Hipertensi)
c. Kencing manis (Diabetes Mellitus)
d. Kolesterol tinggi
e. Keturunan
2. Penyebab utama Agina:
a. Ateriosklerosis
b. Spasmearterikoroner
c. Anemia berat
d. Artritis
e. Aorta Insufisiensi
3. Penyebab utama AMI: Menurut Smeltzer & Bare, 2002 AMI disebabkan
oleh karena aterosklerosis atau penyumbatan total atau sebagian oleh emboli
dan atau thrombus adapun faktor resiko yang menyebabkan terjadinya AMI
adalah:
a. Faktor resiko yang dapat diubah :
- Merokok
- Obesitas
- Pola makan (diit tinggi lemak dan tinggi kalori)
-Stress
- Inaktivitas fisik
b. Faktor resiko yang tidak dapat diubah :
- Hereditas / keturunan
- Usia lebih dari 40 tahun
- RAS, insiden lebih tinggi pada orang berkulit hitam
- Sex, lebih sering terjadi pada pria daripada wanita
4. Manifestasi Klinis
Semua Semua pasien PJK memiliki pengalaman dan tanda-tanda secara
fisik dan gejala PJK dari waktu ke waktu yaitu mengalami perasaan nyeri di
dada, kegelisahan atau perasaan sakit pada kaki, pinggang, perut, tulang rusuk,
rahang, sendi, tulang belakang, tenggorokan dan tulang leher belakang, merasa
lemah, lelah, dan kehilangan energi, nafas pendek, pusing, sakit kepala, tidak
mampu untuk melakukan pekerjaan dengan normal sebagai akibat dari
obesitas. Semua pasien PJK yang mendapat pengobatan atau perawatan fisik
sebelumnya sudah melakukan pengobatan mengenai asma, kegemukan, tidak
menentunya detak jantung, penyakit perdarahan jantung, paru-paru, ginjal atau
masalah pada spinal, rasa sakit pada kaki, diabetes atau arthritis.
Sebagian besar dari pasien PJK telah aktif dengan kehidupan mereka seharihari, tetapi serangan jantung koroner membuatnya tidak aktif, tidur, lemah,
tidak berdaya, dan tergantung pada pengobatan-pengobatan dan keluarga
maupun tetangga untuk mendapatkan dukungan. Secara psikologi, pasien PJK
mengalami ketakutan yang luar biasa, kegelisahan, khawatir dan depresi,
sementara beberapa yang lain menjalani keadaan normal pikiran dan
mendengarkan berita-berita baru dari statusnya yang positif terkena PJK.
Sebagian besar dari pasien PJK merasa bosan dengan kehidupannya,
berlebihan dan di bawah emosional, mudah marah dan bermusuhan.
Pemeriksaan laborat CPK-MB/CPK Isoenzim yang ditemukan pada otot
jantung meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali
normal dalam 36-48 jam. LDH/HBDH Meningkat dalam 12-24 jam dam
memakan waktu lama untuk kembali normal. AST/SGOT Meningkat ( kurang
nyata/khusus ) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24 jam, kembali
normal dalam 3 atau 4 hari. Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal
adanya gelombang T tinggi dan simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen
ST. Perubahan yang terjadi kemudian ialah adanya gelombang Q/QS yang
menandakan adanya nekrosis.
5. Patofisiologi
Penyakit Jantung Koroner sering terjadi pada orang yang memiliki satu atau
lebih faktor resiko seperti: obesitas, merokok, hipertensi, dll. Faktor-faktor ini
menyebabkan interaksi fibrin dan patelet sehingga menimbulkan cidera endotel
pembuluh darah koroner. Interaksi tersebut menyebabkan invasi dan akumulasi
lipid yang akan membentuk plak fibrosa. Timbunan plak menimbulkan lesi
komplikata yang dapat menimbulkan tekanan pada pembuluh darah dan
apabila rupture dapat terjadi thrombus. Thrombus yang menyumbat pembuluh
darah menyebabkan aliran darah berkurang, sehingga suplai O2 yang diangkut
darah kejaringan miokardium berkurang yang berakibatpenumpukan asam
laktat.
Asam laktat yang meningkat menyebabkan nyeri dan perubahan PH
endokardium yang menyebabkan perubahanelektro fisiologi endokardium,
yang pada akhirnya menyebabkan perubahan sistem konduksi jantung sehingga
jantung mengalami disritmia.Iskemik yang berlangsung lebih dari 30 menit
menyebabkan kerusakan otot jantung yang ireversibel dan kematian otot
jantung (infark). Miokardium yang mengalami kerusakan otot jantung atau
nekrosis tidak lagi dapat memenuhi fungsi kontraksi dan menyebabkan
keluarnya enzim dari intrasel ke pembuluh darah yang dapat dideteksi dengan
pemeriksaan laboratorium. Otot jantung yang infark mengalami perubahan
selama penyembuhan. Mula-mula otot jantung yang mengalami infark tampak
memar dan siarotik karena darah di daerah sel tersebut berhenti. Dalam jangka
waktu 2-4 jam timbul oedem sel-sel dan terjadi respon peradangan yang
disertai infiltrasi leukosit.
10
6. Komplikasi
Komplikasi penyakit jantung koroner yang dapat terjadi antara lain:
1.
2.
3.
4.
Serangan jantung
Gagal jantung
Angina tidak stabil
Kematian mendadak
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektrokardiografi (EKG) Adanya elevasi segmen ST pada sadapan tertentu
Lead II, III, aVF : Infark inferior
Lead V1-V3 : Infark anteroseptal
Lead V2-V4 : Infark anterior
Lead 1, aV L, V5-V6 : Infark anterolateral
Lead I, aVL : Infark high lateral
Lead I, aVL, V1-V6 : Infark anterolateral luas
Lead II, III, aVF, V5-V6 : Infark inferolateral Adanya Q valve patologis pada
sadapan tertentu
b. Ekokardiogram Digunakan untuk mengevaluasi lebih jauh mengenai fungsi
jantung khususnya fungsi vertrikel dengan menggunakan gelombang
ultrasoouns.
c. Laboratorium Peningkatan enzim CK-MB, CK 3-8 jam setelah sernagan
puncaknya 10-30 gram dan normal kembali 2-3 hari- Peningkatan LDH
setelah serangan puncaknya 48-172 jam dan kembali normal 7-14 hariLeukosit meningkat 10.000 20.000 kolesterol atau trigliserid meningkat
sebagai akibat aterosklerosis.
d. Foto thorax roentgen Tampak normal, apabila terjadi gagal jantung akan
terlihat pada bendungan paru berupa pelebaran corakan vaskuler paru dan
hipertropi ventrikel.
e. Tes Treadmill Uji latih jantung untuk mengetahui respon jantung terhadap
aktivitas.
8. Penatalaksanaan Dan Pengobatan
1. Penyakit Jantung Koroner
a. Terapi Farmakologi, Analgetik morfin, Antikoagulan, Antilipemik:
Cholestyramin, lovastatin, simvastatin, asam nikotinik, gemfibrozil,
11
procainamid
Antikoagulan: aspirin, dalteparin, enoxaparin, heparin IV setelah terapi
trombolitik ,
Anti hipertensi: hidralazin , Betha bloker adrenergik , Calcium channel
bloker , Atropin IV atau Pacemaker jika ada gejala bradikardi atan block
jantung.
Nitrat: Nitrogliserin IV
Trombolitik therapi: alteplase, streptokinase, anistreplase, reteplase, biasa
diberikan dlm 6 jam pertama tetapi lebih efektif pada 3 jam awal
serangan
b. Non Farmakologi
Bed rest di Bedside commode Coronary artery bypass graft.
12
IABP (Intraaortic Ballon Pump) Left Ventricular assist device, Diet rendah
kalori, rendah lemak, & rendah kolesterol , Monitoring TTV, output urine,
EKG, & status hemodinamik .
Pemeriksaan laboratorium lanjut : Analisa gas darah (AGD), CK dgn
isoenzim, kadar elektrolit, troponin jantung. Therapi oksigen, PTCA atau
coronary stent placement, Kateterisasi arteri pulmonal (untuk deteksi
kegagalan jantung)
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala :
Riwayat tidak toleran terhadap penyakit
Kelemahan umum, kelelahan
Ketidakmampuan melakukan aktivitas seperti biasanya
Tanda :
b.
c.
13
Tanda:
d.
Ketakutan.
Insomnia/gangguan tidur.
Perubahan kecepatan jantung,TD, pola pernapasan.
Nutrisi
Gejala :
e.
f.
g.
Perubahan orientasi.
Gelisah.
Mudah terangsang.
Apatis.
Respon emosi meningkat.
Nyeri
Gejala:
Nyeri dada, angina.
Nyeri bahu, tangan, lengan, kaki.
Tanda:
Nyeri tampak pada wajah.
Meringis.
Gelisah.
Perubahan TD/nadi/frekuensi pernapasan.
Pernapasan.
Gejala:
Napas pendek.
Ketidakmampuan batuk/napas dalam ( pascaoperasi).
Tanda:
14
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman: Nyeri (akut) berhubungan dengan
penurunan suplai O2 ke otot miocard.
-
15
16
Kriteria hasil :
1)
2)
17
18
19
20
21
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Pengkajian pada Ny. G.M.R , 54 tahun,masuk Rumah Sakit pada tanggal, 30
juli 2016, di ruangan Cendana RS.Bhayngkara Kupang. Dengan diagnosa
medis Infrak miokard akut dan coronari arteri desease. Suku Bangsa Rote,
Agama Kristen Protestan, pendidikan tamat Sekolah Mengenah Pertama,
pekerjaan Ibu Rumah Tangga, Alamat Bakunase, Keluhan utama: Klien
mengatakan merasa nyeri dada sebelah kiri dan temabus kebagian belakang
dan merasa sesak napas pusing saat bagun dari tempat tidur ke kamar
mandi .Riwayat keluhan: klien mengatakansudah sering meras nyeri dada
dan sering pingsan tetapi tidak perna pergi untuk memeriksakan diri ke
puskesmas atau ruamh sakit, tanggal 21 juli 2016 pasien masuk di rumah sakit
bhayangkara kupang dengan keluhan neyri dada sebelah kiri dan pingsan,
setelah dirawat, pasien diperbolehkan pulang, setelah itu tanggal 30 juli 2016
22
pasien kembali masuk dengan keluhan yang sama karena setelah melakukan
aktifitas seperti memasak pasien ingin peri membeli sampo di kios depan yang
jaraknya 100 meter dari rumah, sampai disana pasien mengeluh nyeri dada lalu
jatuh pingsan, setelah itu keluarga membawa pasien ke RS.Bhayangkara pada
jam 10.00 am, dan pasien kembali mendapat perawatan. Keluhan saat ini:
klien mengatakan merasa nyeri didada sebelah kiri dan masih merasa pusing
saat bangun dari tempat tidur atu saat membalikan badan diatas tempat tidur.
Klien mengatakan tidak ada penyakit yang di derita anggota keluarganya yang
di derita klien, saat ini saat pengkajian klien mengatakan tidak bisa berbicara
banyak karena merasa tubuhnya lemah dan pusing serta merasa nyeri di
dadanya. keadaan umum pasien dalam keadaan sadar penuh atau
composmentis dengan tanda-tanda vital tekanan darah, 160/80 mmHg, di ukur
pada lengan kanan posisi terbaring, nadi 69 x / menit, suhu 36,2 c di ukur pada
aksila, berat badan 60 kg dengan berat badan ideal 51,4 kg, tidak terdapat
keluhan sesak, terdapat nyeri dada dengan pegkajian nyeri P: saat melakukan
aktifitas seperti bangun dari tempat tidur atau membalikan badan ditempat
tidur, Q: nyeri yang dirasakan seperti tercekik, R: area dada kiri dan tembus
belakang,S: skala 4, T: nyeri hilang muncul, saat pasien membalikan badan
diatas tempat tidur. Frekuensi urin 4-8x/ hari warna kuning berbau amoniak ,
mulut dan tenggerokan tidak ditemukan masalah, tidak di temukan masalah
pada abdomen dan tidak ada keluhan mual muntah, kemampuan terbatas,
kekuatan extermitas atas dan bawa 3322, , akral hangat turgor kulit baik,
payudara simetris bentuk normal dan tidak ada benjolan, tidak ada keputihan,
siklus haid 28 hari/bulan, frekuensi makan di rumah dan di rumah sakit sama
yaitu 3x/ hari jenis nasi, sayur, ikan dan jenis lauk yang di sukai , ada
pantangan makanan yaitu makan yang dapat meningkatkan tekanan darah
tinggi seperti daging, dan makanan asin. frekuensi minum di rumah dan di
rumah sakit juga sama yaitu 4-8x/ hari atau 1200 ml/ hari, jenis minum yang di
sukai yaitu air putih, ada pantangan seperti tidak minum kopi, mandi 2x/hari,
keramas 2x/ minggu, sikat gigi 2x/ hari, memotong kuku 1x/ minggu.
Pemeriksaan penunjang: hasil laboratorium tanggal 01 Agustus 2016 dengan
23
sampel urin, hasilnya jumlah leukosit, nitrit, protein, glukosa, keton, urobilin,
bilirubin, blood, hasilnya negatif, sedangkan Ph hasilnya 6,0, Bj hasilnya
0,0025, pemeriksaan sedimen, eritrosit hasilnya negatif, leukosit hasilnya 2-3
/lp, epitel hasilnya 15-18 /Lp, silinder hasilnya negatif, bakteri hasilya negatif,
krista hasilnya negatif. Periksaan EKG dengan hasil atrial fibrilasi. terapi
medik clopidogrel 1x75 mg, proxime 1x100 mg, simvastimin 1x20 mg, vometa
2x1 tab, epison 3x1 ci, opilox 3x1ci, lisinopril 2x15 mg, kalneco 2x1 mp,
dumpisel 1x40 mg, IVN, RL 12 tpm.
B. Analisa Data
Setelah tahap pengkajian selesai di lakukan tahap selanjutnya yaitu analisa
data.Berdasarkan data pada pengkajian maka dapat di tentukan masalanh dan
penyebabnya. Data Subjektif:Klien mengatakan nyeri dada sebelah kiri
mejalar ke punggung bagian belakang dan tagan kiri, nyeri yang dirasakan
seperti tercekik, atau jantung sperti diremas. Data Objektif: Skala nyeri 4
(nyeri berat), mengunakan skala nyeri 1-5. Tanda-Tanda Vital Tekanan Darah;
160/80. Suhu: 36,5 c. Nadi: 69 x / menit RR: 21x/menit. Berdasarkan data
tersebut maka masalah keperawatan yang di angkat adalah: Nyeri .Data
Subjektif:Klien mengatakan merasa lelah dan pusing saat pergi kekamar
mandi,dan saat membalikkan badan di atas tempat tidur pasien merasa lemas
seluruh badan .Data Objektif: pasien terlihat hanya berbaring ditempat tidur
dan terlihat kelelahan serta kekuatan otot 3322. Berdasarkan data diatas
didapatkan masalah keperawatan yang diangakat adalah: intoleransi aktifitas.
Data Subjektif:Klien mengatakan sudah sering pingsan dan merasa nyeri
didada tetapi dak perna melakukan pemeriksaan di dokter atau puskesmas.
Data Objektif:Klien terlihat bertanya-taya tentang penyakitnnya. Berdasarkan
data tersebut maka masalanya keperawatan yang diangkat adalah: kurang
pengetahuan.
C. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan analisa data, maka prioritas masalah atau diagnosa
keperawatan yang di tegakan pada Ny.G.M.R adalah: Nyeri berhubungan
dengan penurunan suplai O2 ke otot miokard. Intoleransi aktifitas berhubungan
24
25
26
27
napas dalam. 12.00 memantau tanda vital TD: 140/80 mmhg, N: 82x/menit, S:
36 derajat celcius. RR: 22x/menit.
DIAGNOSA II: 12.15 mencatat frekuensi jantung irama dan perubahan
sebelum dan sesudah aktifitas, meningkatkan istirahat dan batasi aktifitas.
menganjurkan menghindari mengedan saat BAB.
Implementasi tanggal 03 Juli 2016 (Kunjungan Rumah)
DIAGNOSA I : pukul 14.00 mengkaji, memantau dan mencatat karakteristik
nyeri, P: saat pasien melakukan aktifitas seperti bergerak di atas tempat tidur,
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk, R: area dada kiri sampai belakang, S: skala 2
(nyeri sedang) (1-5), T: nyeri hilang muncul saat banyak bergerak. melatih
teknik napas dalam.
DIAGNOSA II: 14.12 menganjurkan pasien banyak istirahat, dan menghindari
aktifitas yang berlebihan, menganjurkan tidak mengedan saat BAB,
menjelaskan pola aktifitas bertahap bila nyeri tidak ada.
DIAGNOSA III: 14.30 melakukan penyuluhan tentang penyakit pasien,
mendorong pentingnnya menghindari stres emosional, mendiskusikan langka
yang diambil bila terjadi serangan angina, menganjurkan pasien selalu
memeriksakan diri ke dokter.
Implementasi Tanggal 04 Juli 2016 (Kunjungan Rumah)
DIAGNOSA I: mengkaji, memantau dan mencatat karakteristik nyeri, melatih
teknik napas dalam.
DIAGNOSA II: 14.12 menganjurkan pasien banyak istirahat, dan menghindari
aktifitas yang berlebihan, menjelaskan pola aktifitas bertahap bila nyeri tidak
ada.
F. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan langkah terakhir dalam proses
keperawatan dan di bentuk dalam catatan perkembangan.
Tanggal 02 Juli 2016
Diagnosa keperawatan I: Nyeri berhubungan dengan penurunan supalai O2
ke otot miokard. S: klien mengatakan masih terasa nyeri tetapi nyeri sudah
berkurang, saat bagun dari tempat tidur, dan masih merasa pusing saat ke
28
29