LK KEL 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUANG SHOFA 3


RSUD HAJI PROVINSI JAWA TIMUR

Oleh Kelompok 1 :
1. Arif Zahid Sugiarto, S.Kep (20244663009)
2. Iswinarsih, S.Kep (20244663031)
3. Sri Mudji Lestari, S.Kep (20244663058)
4. Dien Rizki Yulia Pratiwi, S.Kep (20244663016)
5. Marcella Zen Afrilyana, S.Kep (20244663038)
6. Rachmawati, S.Kep (20244663049)

PROGRAM PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2024
A. PENGERTIAN
Penyakit jantung koroner (PJK) atau bisa disebut Coronary Heart Disease
(CHD) atau penyakit Coronary Artery Disease (CAD) merupakan penyakit yang
disebabkan adanya plak yang menumpuk di dalam arteri koroner sehingga terjadi
penyempitan atau sumbatan yang mensuplai oksigen (O2) ke otot jantung (Ghani,
2019).
Penyakit jantung koroner (PJK) terjadi karena adanya penyempitan
pembuluh darah koroner yang berimbas pada otot jantung yang kekurangan darah
sehinga terjadi gangguan fungsi jantung. PJK merupakan akibat adanya penyumbatan
pembuluh darah koroner (Putri, 2018).
Penyakit CAD terjadi akibat adanya penyempitan atau sumbatan pada liang
arteri koroner oleh karena proses artherosklerosis. Pada proses atherosklerosis yang akan
dialami usia muda sampai usia lanjut akan terjadi perlemakan pada dinding arteri
koroner. Itu umum dialami setiap orang. Ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan
terjadinya infark, tergantung dari individu masing-masing (Nurhidayat, 2021).
Diperkirakan 17,9 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskuler
pada tahun 2019, mewakili 32% dari semua kematian global. Dari kematian ini, 85%
disebabkan oleh serangan jantung dan stroke (WHO, 2021). Diperkirakan diseluruh
dunia pada tahun 2020, PJK menjadi pembunuh pertama tersering yakni sebesar
36% dari seluruh kematian, ini menunjukkan PJK dua kali lebih tinggi dari angka
kematian akibat kanker (PERKI, 2018).
B. KLASIFIKASI
Menurut Helmanu, (2020) penyakit jantung koroner dibagi menjadi dua
kelompok,
yaitu :
1. Stable Angina Pectoris (Angina Pektoris stabil / APS) Ini merupakan bentuk awal
dari penyakit jantung koroner yang berkaitan dengan berkurangnya aliran darah ke
jantung yang ditandai dengan rasa tidak nyaman didada atau nyeri dada, punggung,
bahu, rahang, atau lengan tanpa disertai kerusakan sel-sel pada jantung. Stress
emosi atau aktivitas fisik biasanya bisa menjadi pencetus APS namun itu bisa
dihilangkan dengan obat nitrat. Pada penderita ini gambar EKG tidak khas,
melainkan suatu kelainan.
2. Acute Coronary Syndrome (ACS) Merupakan suatu sindrom klinis yang bervariasi.
ACS dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Unstable Angina (UA) atau Angina Piktoris Tidak Stabil (APTS) APTS
meskipun hampir sama namun ada perbedaan pada sifat nyeri dan patofisiologi
dengan APS. Sifat nyeri yang timbul semakin lebih berat dari sebelumnya atau
semakin sering
muncul pada saat istirahat, nyeri pada dada yang timbul pertama kalinya, angina
piktoris dan prinzmental angina setelah serangan jantung ( myocard infaction ).
Kadang akan terdapat kelainan dan kadang juga tidak pada gambaran EKG
penderita.
b. Acute Non ST Elevasi Myocardinal Infarction (NSTEMI) Ditandai dengan sel
otot jantung seperti CKMB, CK, Trop T, dan lain-lain yang didalamnya terdapat
enzim yang keluar yang merupakan tanda terdapat kerusakan pada sel otot
jantung. Mungkin tidak ada keainan dan yang paling jelas tidak ada penguatan
ST elevasi yang baru pada gambran EKG.
c. Acute ST Elevasi Myocardina Infarction (STEMI) Sudah ada kelainan pada
gambaran EKG berupa timbulnya Bundle Branch Block yang baru atau ST
elevasi baru. Kelainan ini hampir sama denagn NSTEMI.
C. ETIOLOGI
Menurut Pratiwi, (2019) penyebab terjadinya penyakit jantung koroner
pada perinsipnya disebabkan oleh dua faktor utama yaitu:
1. Aterosklerosis
Aterosklerosis paling sering ditemukan sebagai sebab terjadinya penyakit
arteri koroneria. Salah satu yang diakibatkan Aterosklerosis adalah penimbunan
jaringan fibrosa dan lipid didalam arteri koronaria, sehingga mempersempit lumen
pembuluh darah secara progresif. Akan membahayakan aliran darah miokardium
jika lumen menyempit karena resistensi terhadap aliran darah meningkat.
2. Trombosis
Gumpalan darah pada mulanya berguna untuk pencegah pendarahan berlanjut
pada saat terjadi luka karena merupakan bagian 8 dari mekanisme pertahan tubuh.
Lama kelamaan dinding pembuluh darah akan robek akibat dari pengerasan
pembuluh darah yang terganggu dan endapan lemak. Berkumpulnya gumpalan darah
dibagian robek tersebut yang bersatu dengan kepingan-kepingan darah menjadi
trombus. Trombosis dapat menyebabkan serangan jantung mendadak dan stroke
Menurut Sumiati, dkk (2010) faktor resiko PJK dapat dibagi dua. Pertama
faktor resiko yang tidak dapat diubah (non-modifiable) yaitu : usia, jenis
kelamin,dan riwayat keluarga (genetik). Kedua foktor resiko yang dapat diubah
(modifiable) yaitu : hipertensi, hiperlipidemia, diabetes melitus, merokok,
obesitas, stress, dan kurang aktifitas fisik.
a. Faktor yang tidak bisa diubah :
1) Usia
Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan
meningkat seiring dengan bertambahnya umur, terutama setelah umur 40
tahun. Pada laki-laki dan perempuan kadar kolestrol mulai meningkat usia
20 tahun. Sebelum mengalami menopause kadar kolestrol pada perempuan
lebih rendah daripada laki-laki yang memiki usia yang hampir sama. Kadar
kolestrol perempuan setelah mengalami menopause biasanya akan meningkat
lebih tinggi dari laki-laki. Semakin tua umur maka semakin besar
kemungkinan timbulnya plak yang menempel di dinding arteri koroner.
2) Jenis Kelamin
Penyakit jantung koroner pada laki-laki resikonya 2 sampai 3 kali lebih besar
dari perempuan. Tetapi pada perempuan yang menoupose cenderung
memiliki resiko terkena PJK secara cepat sebanding dengan laki-laki.
Adanya hormon esterogen endogen pada perempuan yang bersifat protektif
membuat risiko terserang penyakit jantung bisa lebih rendah (Puput, 2019).
3) Riwayat keluarga (genetik)
Orang tua yang mengalami PJK kemungkinan anaknya juga bersiko
memiliki penyakit ini. Jika seorang ayah terkena serangan jantung sebelum
usia 60 tahun atau ibu terkena sebelum 65 tahun, keturunannya akan beresiko
tinggiterkena PJK. Riwayat keturunan mempunyai risiko lebih besar
untuk terkena PJK dibandingkan yang tidak mempunyai riwayat penyakit
PJK dalam keluarga (Andarmoyo, 2014).
b. Faktor yang dapat diubah (dikendalikan) :
1) Hipertensi
Merupakan salah satu faktor resiko utama penyebab terjadinya penyakit
jantung koroner. Tekanan darah tinggi secara terus menerus menyebabkan
kerusakan sistem pembuluh darah dengan perlahan-lahan. Komplikasi yang
terdapat pada hipertensi esensial biasanya terjadi akibat perubahan struktur
arteri dan arterial sistemik, utamanya pada kasus yang tak terobati.
Pada awalnya terjadi hipertropi dari tunika media lalu hialinisasi setempat
serta penebalan fibrosis dari tunika intima lalu berakhir dengan terjadinya
penyemepitan pembuluh darah.
2) Hiperlipidemia
Kolestrol, fosfolipid, trigliserida, dan asam lemak yang merupakan bagian
dari lipid plasma berasal endogen dari sintesis lemak dan eksogen dari
makanan. Triglserida dan kolestrol merupakan 2 jenis lipid yang relatif
mempunyai makna klinis yang penting sehubungan dengan arteriogenesis.
Lipid terikat pada protein sabagai mekanisme transport dalam serum.
Meningkatnya kolestrol LDL sehubungan dengan peningkatan resiko
koronaria, sementara tingginya kadar kolestrol HDL berperan sebagai faktor
pelindung terhadap penyakit arteri koronaria.
3) Penyakit Diabetes Melitus
Diabetes dapat meningkatkan resiko gangguan dalam peredaran
darah,termasuk PJK. Disebabkan oleh resistensi atau kekurangan hormon
insulin yang mengontrol penyebaran glukosa melalui aliran darah ke sel-sel
diseluruh tubuh. Diabetes meningkatkan kadar lemak dalam darah, termasuk
kolesterol tinggi. Pada diabetes melitus timbul proses penebalan membran
kapiler dan arteri koronaria, sehingga terjadi penyempitan aliran darah ke
jantung. Penelitian menunjukkan penderita penyakit diabetes militus pada
laki- laki mempunyai resiko penyakit jantung koroner 50% lebih tinggi dari
pada orang normal, dan resikonya menjadi 2 kali lipat pada perempuan.
4) Merokok
Efek rokok adalah menyebabkan beban miokard bertambah karena
rangsangan oleh katekolamin dan menurunnya konsumsi oksigen akibat
inhalasi karbondioksida, menyebabkan takikardi, vasokonstruksi pembuluh
darah (elastisitas pembuluh darah berkurang sehingga meningkatkan
pengerasan pembuluh darah arteri), dan membuat sel-sel darah yang
disebutplatelet menjadi lebih lengket sehingga mempermudah terbentuknya
gumpalan. Orang yang merokok lebih dari satu bungkus perhari beresiko
mengalami masalah kesehatan khususnya gangguan jantung 2x lebih besar
daripada mereka yang tidak merokok (Muttaqin, 2009).
5) Obesitas
Obesitas merupakan kelebihan jumlah lemak pada tubuh lebih dari 19%
pada laki-laki dan lebih dari 21% pada perempuan. Obesitas sering
bebarengan dengan diabetes melitus, dan hipertensi. Obesitas juga bisa
meningkatkan kadar kolesterol dan LDL kolesterol. Penyakit jantung koroner
resikonya akan
meningkat jika berat badan sudah tidak ideal. Kolesterol tinggi pada
penderita gemuk dapat ditrunkan dengan diet dan olahraga.
6) Stres Berdasarakan penelitian terdapat hubungan antara faktor stress
psikologik dengn penyakit jantung. Stress yang berkepanjangan akan
meningkatkan tekanan darah dan katekolamin dan dapat mengakibatkan
terajdinya penyempitan pembuluh darah arteri koroner.
7) Kurang aktifitas fisik
Latihan Kadar HDL ( High Density Lipoprotein ) kolestrol dapat
ditingkatkan dan kolesterol koroner dapat diperbaiki dengan latihan fisik (
exercise ) sehingga resiko penyakit jantung koroner dapat diturunkan.
Latihan fisik bermanfaat karena memperbaiki fungsi paru dan pemberian
oksigen menurunkan berat badan sehingga lemak tubuh yang berlebihan
berkurang bersama-sama dengan menurunkan LDL (Low Density 13
Lipoprotein) kolesterol, membantu menurunkan tekanan darah, dan
meningkatkan kesegaran jasmani.
D. TANDA & GEJALA
Menurut Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, (2001) dalam Nurhidayat S (2011)
tanda dan gejala pada pasien dengan penyakit jantung koroner antara lain :
1. Dada terasa tidak nyaman (digambarkan sebagai rasa terbakar, berat, mati rasa,
, dapat menjalar kepundak kiri, leher, lengan, punggung atau rahang)
2. Denyut jantung lebih cepat
3. Pusing
4. Sesak nafas
5. Mual
6. Berdebar-debar
7. Kelemahan yang luar biasa
E. PATOFISIOLOGI
Menurut LeMone, Priscilla, dkk tahun (2019) penyakit jantung koroner biasanya
disebabkan oleh faktor resiko yang tidak bisa dirubah (umur, jenis kelamin, dan riwayat
keluarga) dan faktor resiko yang bisa dirubah (hipertensi, hiperlipidemia, diabetes
melitus, merokok, obesitas, stress, dan kurang aktifitas fisik). Paling utama penyebab
penyakit jantung koroner adalah aterosklerosis. Aterosklerosis disebabkan oleh factor
pemicu yang tidak diketahui yang dapat menyebabkan jaringan fibrosa dan lipoprotein
menumpuk di dinding arteri. Pada aliran darah lemak diangkut dengan menempel
pada protein yang
disebut apoprotein. Keadaan hiperlipedemia dapat merusak endotelium arteri.
Mekanisme potensial lain cedera pembuluh darah mencakup kelebihan tekanan darah
dalam sistem arteri. Kerusakan endotel itu sendiri dapat meningkatkan pelekatan dan
agregasi trombosit serta menarik leukosit ke area tersebut. Hal ini mengakibatkan Low
Densitiy Lipoprotein (LDL) atau biasanya disebut dengan lemak jahat yang ada dalam
darah. Semakin banyak LDL yang menumpk maka akan mengalami proses oksidasi.
Plak dapat mengurangi ukuran lumen yang terdapat pada arteri yang terangsang
dan menggangu aliran darah. Plak juga dapat menyebabkan ulkus penyebab
terbentuknya trombus, trombus akan terbentuk pada permukaan plak, dan
penimbunan lipid terus menerus yang dapat menyumbat pembuluh darah.
Lesi yang kaya lipid biasanya tidak stabil dan cenderung robek serta terbuka.
Apabila fibrosa pembungkus plak pecah (ruptur plak), maka akan menyebabkan debris
lipid terhanyut dalam aliran darah dan dapat menyumbat arteri serta kapiler di sebelah
distal plak yang pecah. Akibatnya otot jantung pada daerah tersebut mengalami
gangguan aliran darah dan bisa menimbulkan aliran oksigen ke otot jantung berkurang.
Peristiwa tersebut mengakibatkan sel miokardium menjadi iskemik sehingga hipoksia.
Mengakibatkan proses pada miokardium berpindah ke metabolisme anaerobik yang
menghasilkan asam laktat sehingga merangsang ujung saraf otot yang menyebabkan
nyeri.
Jaringan menjadi iskemik dan akhirnya mati (infark) disebabkan karena suplai
darah ke area miokardium terganggu. Ketika sel miokardium mati, sel hancur dan
melepaskan beberapa iso enzim jantung ke dalam sirkulasi. Kenaikan kadar kreatinin
kinase (creatinine kinase), serum dan troponin spesifik jantung adalah indikator infark
mioardium.
F. PEMERIKSAAN PENUNJUANG
Menurut Nurhidayat, (2011) pemeriksaan penunjang pada pasien dengan
diagnose medis PJK antara lain :
1. Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan LDL (≥ 130 mg/dL), HDL (pria ≤ 40 mg/dL, wanita ≤ 50
mg/dL), kolesterol total (≥ 200 mg/dL), dan trigliserida (≥ 150 mg/dL), CK (pria ≥
5-
35 Ug/ml, wanita ≥5-25 Ug/ml), CKMB (≥ 10 U/L), troponin (≥ 0,16 Ug/L),
SGPT (pria ≥ 42 U/L, wanita 32 U/L), SGOT (pria ≥ 37 U/L, Wanita ≥ 31 U/L).
2. Elektrokardiogram
(EKG)
Pada hasil pemeriksaan EKG untuk penyakit jantung koroner yaitu
terjadinya perubahan segmen ST yang diakibatkan oleh plak aterosklerosis
maka memicu
terjadinya repolarisasi dini pada daerah yang terkena infark atau iskemik. Hal
tersebut mengakibatkan oklusi arteri koroner yang mengambarkan ST elevasi pada
jantung sehingga disebut STEMI. Penurunan oksigen di jaringan jantung juga
menghasilkan perubahan EKG termasuk depresi segmen ST. dimana gelombang T
menggalami peningkatan, dan amplitudo gelombang ST atau T yang menyamai atau
melebihi amplitude gelombang QRS (Sari, 2019).
3. Foto rontgen dada
Foto rontgen dada dapat melihatada tidaknya pembesaran (kardiomegali ), menilai
ukuran jantung dan dapat meliat gambaran paru. Yang tidak dapat dilihat
adalah kelainan pada koroner. Dari ukuran jantung yang terlihat pada foto rontgen
dapat digunakan untuk penilaian seorang apakah sudah mengalami PJK lanjut.
4. Echocardiography
Untuk mengambil gambar dari jantung memerlukan pemeriksaan scanner
menggunakan pancaran suara. Untuk melihat jantung berkontraksi serta melihat
bagian area mana saja yang berkontraksi lemah akibat suplai darahnya berhenti
(sumbatan arteri koroner).
5. Treadmill
Dengan menggunakan treadmill dapat diduga apakah seseorang menderita PJK.
Memang tingkat akurasinya hanya 84% pada laki-laki dan 72% pada perempuan.
Dapat diartikan dari 100 orang laki-laki yang terbukti cuma 84 orang.
6. Katerisasi Jantung
Pemeriksaan katerisasi jantung dilakukan dengam memasukan semacam selang
seukuran lidi yang disebut kateter. Selang ini langsung dimasukkan ke pembuluh
nadi (arteri). Kemudian cairan kontras disuntikan sehingga akan mengisi pembuluh
koroner. Kemudian dapat dilihat adanya penyempitan atau bahkan penyumbatan.
Hasil katerisasi ini akan dapat ditentukan untuk penanganan lebih lanjut, yaitu
cukup menggunakan obat saja atau intervensi yang dikenal dengan balon.
7. Angiography
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang rutin dan aman. Cara langsu
ng memeriksa keadaan jantung yaitu dengan sinar-X terhadap arteri koroner yang
dimasukan zat pewarna (dye) yang bisa direkam dengan sinar-X. Karena jantung
terus bergerak (berdenyut) maka dilakukan pengambilan gambar dengan video.
Untuk pengambilan gambar ini melakukan tindakan katerisasi jantung.
G. PENALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan pada PJK menurut LeMone, Priscilla, dkk (2019) yaitu
pengobatan farmakologi, non farmakologi dan revascularisasi miokardium. Perlu
diketahui bahwa tidak ada satupun cara pengobatan sifatnya menyembuhkan. Dengan
kata lain diperlukan modifikasi gaya hidup agar dapat mengatasi faktor penyebab yang
memicu terjadinya penyakit. Penatalaksanaan yang perlu dilakukan meliputi :
1. Pengobatan
farmakologi a. Nitrat
Nitrat termasuk nitrogliserin dan preparat nitrat kerja lama, digunakan
untuk mengatasi serangan angina dan mencegah angina. Karena nitrat
mengurangi kerja miokardium dan kebutuhan oksigen melalui dilatasi vena dan
arteri yang pada akhirnya mengurangi preload dan afterload. Selain itu juga
dapat memperbaiki suplai oksigen miokardium dengan mendilatasi pembuluh
darah kolateral dan mengurangi stenosis.
b. Aspirin
Aspirin dosis rendah (80 hingga 325 mg/hari) seringkali diprogramkan untuk
mengurangi risiko agregasi trombosit dan pembenukan trombus.
c. Penyekat beta (bloker)
Obat ini menghambat efek perangsang jantung norepinefrin dan epinefrin,
mencegah serangan angina dengan menurunkan frekuensi jantung, kontraktilitas
miokardium, dan tekanan darah sehingga menurunkan kebutuhan oksigen
miokardium.
d. Antagonis kalsium
Obat ini mengurangi kebutuhan oksigen miokardium dan meningkatkan suplai
darah dan oksigen miokardium. Selain itu juga merupakan vasodilator koroner
kuat, secara efektif meningkatkan suplai oksigen.
e. Anti kolesterol
Statin dapat menurunkan resiko komplikasi aterosklerosis sebesar 30% yang
terjadi pada pasien angina. Statin juga dapat berperan sebagai anti trombotik ,
anti inflamasi,dll.
2. Revaskularisasi miokardium
Aliran darah yang menuju miokardium setelah suatu lesi arterosklerotis pada
arteri koroner bisa diperbaiki dengan operasi untuk mengalihkan aliran dan bagian
yang tersumbat dengan suatu cangkok pintas atau dengan cara meningkatkan aliran
di
dalam pembuluh yang mengalami sakit melalui pemisahan mekanik serta kompresi
atau pemakaian obat yang dapat merilisiskan lesi. Cangkok pintas ini disebut
dengan Coronary Artery Bypass Grafting (CABG). Pembedahan untuk penyakit
jantung koroner melibatkan pembukaan vena atau arteri untuk menciptakan
sambungan antara aorta dan arteri koroner melewati obstruksi. Kemudian
memungkinkan darah untuk mengaliri bagian iskemik jantung.
Balon arteri koroner merupakan suatu teknik untuk membuka daerah sempit
di dalam lumen arteri coroner menggunakan sebuah balon halus yang dirancang
khusus. Apabila pada katerisasi jantung ditemukan adanya penyempitan yang cukup
signifikan misalnya sekitar 80%, maka dokter jantung biasanya menawarkan
dilakukannya balonisasi dan pemasangan stent. Percutaneous Transluminal
Coronary Angioplasty (PTCA) merupakan istilah dari 20 balon arteri koroner yang
digunakan para kedokteran (Nurhidayat S, 2011).
3. Non Farmakologi
a. Memodifikasi pola hidup yang sehat dengan cara olahraga
ringan
b. Mengontrol faktor resiko yang menyebabkan terjadinya PJK, seperti
pola makan,dll.
c. Melakukan teknik distraksi dengan cara mendengarkan musik dan relaksasi
dengan cara nafas dalam
d. Membatasi aktivitas yang memperberat aktivitas
jantung
H. KOMPLIKASI
1. Gagal Jantung Kongestif
Gagal jantung kongestif merupakan kongesti pada sistem sirkulasi miokardium.
Gagal jantung kongestif merupakan suatu keadaan dimana jantung tidak dapat
memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan
(Wicaksono,
2019).
2. Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik ini ditandai oleh adanya gangguan fungsi pada ventrikel kiri yang
di sebabkan oleh infark miokardium mengakibatkan gangguan berat pada perfusi
jaringan dan penghantaran oksigen ke jaringan yang khas (Nurhidayat S, 2011).
3. Edema Paru
Edema paru merupakan suatu cairan abnormal yang tertimbun pada paru baik dalam
alveoli atau dirongga intersitial. Paru menjadi kaku dan tidak dapat
mengembang
karena tertimbun cairan, sehingga udara tidak bisa masuk maka terjadi hipoksia
berat
(Wicaksono, 2019).
4. Pericarditis Akut
Pericarditis akut adalah penyakit yang biasa di sebut dengan peradangan pada
pericardium yang bersifat jinak dan terbatas sendiri dan dapat terjadi manifestasi
dari penyakit sistemik. Efek yang ditimbulkan dari pericarditis adalah efusi
prikardinal yang memicu tamponade jantung (Wicaksono, 2019).
I. PENCEGAHAN
Menurut Brunner & Suddarth (2015), pencegahan pada pasien dengan PJK
antara lain yaitu :
1. Pencegahan primordial, merupakan upaya pencegahan munculnya faktor
predisposisi terhadap PJK pada suatu wilayah dimana belum tampak adanya faktor
yang menjadi resiko PJK.
2. Pencegahan primer merupakan upaya awal pencegahan PJK. Dilakukan dengan
pendekatan komunitas berupa penyuluhan faktor-faktor risiko PJK terutama
pada kelompok usia tinggi. Pencegahan primer ditujukan kepada pencegahan
terhadap berkembangnya proses artherosklerosis secara dini, dengan demikian
sasaranya adalah kelompok usia muda.
3. Pencegah sekunder merupakan upaya pencegahan PJK yang pernah terjadi
untuk berulang atau menjadi lebih berat. Pada tahap ini diperlukan perubahan pola
hidup dan kepatuhan berobat bagi mereka yang pernah menderita PJK. Upaya
peningkatan ini bertujuan untuk mempertahankan nilai prognostik yang lebih baik
dan menurunkan mortalitas.
4. Pencegan tersier merupakan upaya mencegahankomplikasi yang lebih berat atau
kematian.
J. WOC

K. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Umum
a. Identitas Klien , usia, jenis kelamin, alamat, no.telepon, status pernikahan, agama,
suku, pendidikan, pekerjaan, lama bekerja, No. RM, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, sumber informasi, nama keluarga dekat yang bias dihubungi, status,
alamat, no.telepon, pendidikan, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama
Keluhan yang paling sering dijadikan alasan pasien merasa nyeri pada dada,
jantung berdebar-debar bahkan sampai sesak nafas.
c. Riwayat kesehatan sekarang.
Dikaji mulai dari keluhan sebelum masuk rumah sakit, ketika mendapatkan
perawatan di rumah sakit sampai dilakukannya pengkajian. Pada pasien penyakit
jantung koroner biasanya didapatkan adanya keluhan seperti nyeri pada dada.
Keluhan nyeri dikaji menggunakan PQRST sebagai berikut :
1) Provocatif : nyeri timbul pada saat
beraktivitas
2) Quality : nyeri yang dirasakan seperti ditekan, terbakar, ditindih,
ditusuk, dll
3) Region : nyeri dirasakan di dada dan bisa menyebar ke
bahu
4) Severity : skala nyeri (1-10) atau bisa dilihat dengan ekspresi
wajah
5) Timing: nyeri timbul secara tiba-tiba dengan durasi ≤ 30 menit
d. Riwayat kesehatan dahulu.
Tanyakan pada klien tentang penyakit apa saja yang pernah di derita (DM, HT,
dll)
dan sudah berapa lama, apakah pernah MRS
sebelumnya. e. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada pasien mengenai riwayat penyakit yang dialami keluarganya.
Seperti penyakit keturunan (diabetes melitus, hipertensi, asma, jantung) dan
penyakit menular (TBC, hepatitis).
f. Riwayat psikososial
Pada pasien PJK didapatkan perubahan ego yaitu pasrah dengan keadaan,
merasa tidak berdaya, takut akan perubahan gaya hidup dan fungsi peran.
g. Riwayat kesehatan terdahulu
Apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, darah tinggi, DM,
dan hiperlipidemia. Tanyakan obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada
masa lalu yang masih relevan. Catat adanya efek samping yang terjadi di masa
lalu. Tanyakan alergi obat dan reaksi alergi apa yang timbul.
h. Riwayat keluarga
Menanyakan penyakit yang pernah dialami oleh keluarga serta bila ada anggota
keluarga yang meninggal, tanyakan penyebab kematiannya. Penyakit jantung
iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan factor risiko
utama untuk penyakit jantung iskemik pada keturunannya.
i. Pola Pengkajian Gordon

1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan


Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan pada pasien yang
menderita penyakit jantung koroner umunya menakutkan. Banyak yang
beranggapan apabila sudah didiagnosis memiliki masalah dengan jantung
semakin dekat dengan kematian, karena jantung merupakan salah satu
organ vital. Dan banyak pula kejadian kasus kematian mendadak akibat
penyakit jantung.
2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD) (saat sebelum sakit dan saat di rumah
sakit)
- Antropometeri:
Menghitung indeks massa tubuh (IMT) pasien dan menentukan apakah
IMT klien termasuk dalam rentang normal. Pada pasien penyakit
jantung koroner dengan obesitas akan memiliki IMT di atas nilai
normal
- Biomedical sign :
Pada pemeriksaan lab pasien penyakit jantung koroner kadar troponin
akan meningkat. Troponin adalah protein yang dihasilkan oleh sel
jantung ketika jantung mengalami kerusakan
- Clinical Sign :
Konjungtiva biasanya anemis karena berhubungan dengan suplai darah
yang dialirkan oleh jantung
- Diet Pattern (intake makanan dan cairan):
Menghitung intake dan output pasien untuk mengetahui balance cairan
3. Pola eliminasi: (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
- BAK dan BAB : umumnya tidak ada gangguan pada pola eliminasi
- Balance cairan: Mengetahui keseimbangan cairan pasien. Apabila
kondisi jantung parah, maka input cairan pasien akan disesuaikan
dengan kebutuhan untuk menghindari kerja jantung yang lebih berat
4. Pola aktivitas & latihan (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Aktivitas klien bergantung juga dengan jenis pekerjaannya. Biasanya klien
penyakit jantung koroner masih mandiri dalam melakukan aktivitas
hariannya, namun apabila melakukan aktivitas yang terlalu berat pasien
akan merasakan nyeri dada dan sesak
c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di tempat tidur
Berpindah
Ambulasi / ROM
Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu petugas, 3:
dibantu alat, 4: mandiri
Status Oksigenasi :
Pasien terkadang juga merasakan sesak napas
Fungsi kardiovaskuler :
Palpitasi, takikardi, CRT> 2 detik
Terapi oksigen :
Apabila pasien merasa sesak napas akan diberi terapi oksigen
5. Pola tidur & istirahat (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Pasien dengan penyakit jantung koroner biasanya mengalami gangguan
pola tidur akibat nyeri dada yang dirasakan serta sesak napas
6. Pola kognitif & perceptual
Fungsi Kognitif dan Memori : Tidak ada gangguan
Fungsi dan keadaan indera : Tidak ada gangguan
7. Pola persepsi diri
Gambaran diri :
Gambaran diri pasien terhadap dirinya sendiri berganting kepada tipe
kepribadiannya. Ada pasien yang tetap memiliki gambaran diri bagus
meski telah didiagnosis penyakit jantung koroner, dan sebaliknya
Identitas diri :
Pasien menyadari sepenuhnya apabila ia memiliki penyakit jantung
koroner
Harga diri :
Beberapa pasien dengan penyakit jantung koroner mungkin memiliki
harga diri rendah karena menganggap penyakit jantung koroner sebagai
suatu hal yang memalukan, sebab sulit untuk disembuhkan
Ideal Diri :
Pasien biasanya akan menyesali kebiasaan pola hidup sehat yang telah
dilakukan sebelumnya sehingga menyebabkan penyakit jantung koroner,
seperti perilaku merokok dan kurangnya aktivitas fisik.
Peran Diri :
Umumnya tidak ada gangguan. Namun, pada pasien dengan penyakit jantung
koroner berat dapat menimbulkan perasaan sedih dan bersalah karena tidak
bisa berperan sesuai dengan semestinya.
8. Pola seksualitas & reproduksi
Pola seksualitas : Umumnya tidak ada gangguan
Fungsi reproduksi : Umumnya tidak ada gangguan
9. Pola peran & hubungan
Umumnya tidak ada gangguan pada pola peran dan hubungan pada pasien
penyakit jantung koroner baik dengan keluarga maupun kerabat yang lainnya
10. Pola manajemen koping-stress
Ada beberapa kasus pasien penyakit jantung koroner ketika merasakan
perasaan emosi negatif akan langsung merasa nyeri dada dan sesak napas
11. System nilai & keyakinan
Umumnya tidak ada gangguan

j. Pemeriksaan fisik
Tingkat Kesadaran : composmentis
Keadaan umum : biasanya pasien tampak sesak napas
Vital sign

1) TD : bisa hipotensia
2) RR : takipnea (lebih dari 24x/menit)
3) Nadi : takikardi (lebih dari 100x/menit)
4) Suhu : jika ada infeksi, biasanya terjadi peningkatan suhu
5) SpO2 : normal 95% - 100%
h) Pemeriksaan Diagnostik
- EKG
- Echocardiogram
- Lab : CKMB, Tropoin, dll

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis ( iskemia) d.d Tampak meringis, bersikap
protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri), gelisah, fekuensi nadi meningkat,
sulit tidur
2. Intoleransi aktifitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen d.d
mengeluh lelah, frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat,
dispnea setelah aktivitas.
3. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas d.d dipsnea, penggunaan otot bantu
pernafasan, fase ekspirasi memanjang, pola nafas abnormal ( takipnea,
bradipnea, kusmaul, hiperventilasi.
4. Penurunan curah jantung b.d Perubahan preload d.d palpitasi, gambaraN EKG
aritmia, kelelahan, dispnea, tekanan darah menurun, CRT > 3 detik
5. Gangguan pola tidur b.d Hambatan lingkungan (mis. kelembapan lingkungan sekitar,
suhu lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap,
jadwal
pemantauan/pemeriksaan/tindakan) d.d Nyeri / Kolik, Kecemasan, Mengeluh
sulit tidur, mengeluh sering terjaga, mengeluh tidak puas tidur, mengeluh pola tidur
berubah, mengeluh istirahat tidak cukup
M. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


SDKI SLKI SIKI
Nyeri akut (D.0077) b.d Setelah dilakukan Managemen nyeri (I.08238):
Agen pencedera tindakan keperawatan Observasi:
fisiologis (iskemia) selama 3 x 24 jam 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
diharapkan nyeri durasi, frekuensi, dan
Ditandai dengan : berkurang / hilang kualitas nyeri.
1. Mengeluh Nyeri 2. Identifikasi skala nyeri.
2. Tampak meringis Kriteria hasil 3. Identifikasi respon nyeri non
3. Gelisah : verbal
4. Bersikap protektif Tingkat nyeri 4. Identifikasi faktor yang
5. Sulit tidur (L.08066): memperberat dan memperingan
1. Keluhan nyeri nyeri
menurun (5) 5. Monitor efek samping
2. Meringis menurun (5) penggunaan analgetik
3. Gelisah menurun (5)
4. Kesulitan tidur Terapeutik:
menurun (5) 1. Berikan tehnik non farmakologis
untuk mengurangi nyeri
Kontrol nyeri (distraksi/relaksasi)
(L.08063): 2. Kontrol lingkunga yang
1. Melaporkan nyeri memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
terkontrol meningkat
4. Pertimbagka jenis dan sumbr
(5)
nyeri dalampemilihan strategi
2. Kemampuan
meredakan nyeri
mengenali onset nyeri
meningkat (5)
Edukasi:
1. Ajarkan tehnik non farmakologis
untuk mengurangi nyeri
(distraksi/relaksasi)
2. Jelaskan penyebab nteri, periode,
dan pemicu nyeri

Kolaborasi:
Kolaburasi pemberian analgetik

Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen energi (I.05178)


(D.0056) b.d tindakan keperawatan Observasi:
Ketidakseimbangan selama 3 x 24 jam 1. Monitor kelelahan fisik dan
antara suplai dan diharapkan pasien bisa emosional
kebutuhan oksigen d.d melakukan aktivitas 2. Monitor pola dan jam tidur
Kelemahan ( d.d Tirah sesuai toleransi 3. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
baring yang mengakibatkan kelelahan
Ditandai dengan : Kriteria hasil:
1. Mengeluh lelah Toleransi aktivitas Terapeutik:
2. Frekuensi jantung (L.05047) 1. Sediakan lingkungan yang nyaman
meningkat > 20% dari 1. Kemudahan dalam dan rendah stimulus (cahaya, suara,
kondisi istirahat melakukan aktivitas kunjungan)
3. Kelemahan umum sehari hari meningkat 2. Anjurkan tirah baring
4. Gambaran EKG (5)
aritmia 2. Saturasi oksigen Edukasi:
5. Gmbaran EKG meningkat (5) 1. Anjurkan melakukan aktivitas
menunjukkan Iskemia secara bertahap
6. Merasa tidak Tingkat keletihan
nyaman setelah (L.05046) Kolaborasi:
aktivitas 1. Verbalisasi kepulihan 1. Kolaborasi dengan ahli gizi
energi meningkat (5) tentang cara meningkatkan asupan
2. Kemampuan makanan
melakukan aktivitas
rutin meningkat (5)
Pola napas tidak Setelah dilakukan Observasi
efektif D.0005 b.d tindakan keperawatan 1. Identifikasi adanya kelelahan
hambatan upaya napas selama 3 x 24 jam otot bantu napas
d.d. penggunaan otot diharapkan dukungan 2. Identifikasi efek perubahan
bantu ventilasi, posisi terhadap status pernapasan
pernafasan, takipnea diharapkan pola napas 3. Monitor status respirasi dan
membaik, dengan kriteria oksigenasi (frekuensi,
hasil : kedalaman
1. Ventilasi meningkat napas, penggunaan
4. otot bantu nafas, bunyi napas
2. Penggunaan otot
tambahan, saturasi
bantu napas
oksigen) Terapeutik
menurun 1. Pertahankan kepatenan jalan napas
3. Frekuensi napas 2. Berikan posisi semi fowler / fowler
4. membaik 3. Fasilitasi mengubah posisi
senyaman mungkin
4. Berikan oksigenasi sesuai
5. kebutuhan (canul nasal,
simple mask, NRM, dll)
Edukasi
1. Ajarkan melakukan teknik
relaksasi napas dalam
2. Ajarkan merubah posisi secara
mandiri
3. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronchodilator
Resiko penurunan Setelah dilakukan Perawatan Jantung (I.02075)
curah jantung tindakan keperawatan Observasi:
(D.0011) b.d selama 3 x 24 jam 1. Identifikasi tanda dan gejala
Perubahan frekuensi diharapkan curah primer penurunan curah jantung
jantung d.d perubahan jantung normal / (dyspnea, kelelahan, edema.
irama jantung d.d membaik 2. Monitor tekanan darah.
perubahan 3. Monitor keluhan nyeri dada
kontraktilitas Kriteria hasi: 4. Monitor aritmia
Curah jantung (L.02008)
1. Ejection Fraction Terapeutik:
meningkat (5) 1. Posisikan semifowler atau fowler
2. Stroke Volume 2. Berikan oksigen untuk
Index meningkat (5) mempertahankan saturasi >94%
3. Gambaran ekg
aritmia menurun (5) Edukasi:
4. Lelah menurun (5) 1. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai
5. Tekanan darah toleransi
membaik (5) 2. Anjurkan pasien berhenti
merokok
Tingkat keletihan Kolaborasi:
(L.05046) 1. Kolabprasi pemberian anti
1.Verbalisasi aritmia jika perlu
kepulihan energi
meningkat (5)

2. Kemampuan
melakukan
aktivitas rutin
meningkat (5)
3. Tenaga
meningkat (5)
Gangguan pola tidur D. Setelah dilakukan Dukungan Tidur
(0055) b.d Hambatan tindakan keperawatan Observasi:
lingkungan (mis. 3x24 jam diharapkan pola 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
kelembapan lingkungan tidur membaik dengan 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur
sekitar, suhu lingkungan, kriteria hasil : (fisik dan/atau psikologis)
pencahayaan, 1. Keluhan sulit tidur 3. Identifikasi makanan dan minuman
kebisingan, bau tidak menurun yang mengganggu tidur (mis. kopi,
sedap, jadwal 2. Keluhan sering teh, alkohol, makanan mendekati
pemantauan/pemeriksaan terjaga menurun waktu tidur, minum banyak air
/tindakan) d.d Nyeri, / 3. Keluhan tidak puas sebelum tidur)
kolik, Kecemasan, tidur menurun 4. Identifikasi obat tidur yang
Mengeluh sulit tidur, 4. Keluhan pola tidur dikonsumsi
mengeluh sering terjaga, berubah menurun Terapeutik:
mengeluh tidak puas 5. Keluhan istirahat tidak 1. Modifikasi lingkungan (mis.
tidur, mengeluh pola cukup menurun pencahayaan, kebisingan,
tidur berubah, mengeluh suhu, matras, dan tempat tidur)
istirahat tidak cukup 2. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
3. Fasilitasi menghilangkan stres
sebelum tidur
4. Tetapkan jadwal tidur rutin
5. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan (mis.
pijat, pengaturan posisi, terapi
akupresur)
6. Sesuaikan jadwal pemberian obat
dan/atau tindakan untuk
menunjang siklus tidur-terjaga
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit
2. Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
3. Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
4. Anjurkan penggunaan obat tidur
yang tidak mengandung
supresor
terhadap tidur REM
5. Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap gangguan
pola tidur (mis. psikologis:gaya
hidup, sering berubah shift bekerja)
6. Ajarkan relaksasi otot autogenik
atau cara nonfarmakologi lainnya

N. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan yang merupakan komponen proses keperawatan
adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan mencapai
tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
Implementasi mencakup melakukan, membantu, atau mengarahkan kinerja aktivitas
kehidupan sehari-hari, memberikan arahan perawatan untuk mencapai tujuan yang
berpusat pada klien, menyelia dan mengevaluasi kerja anggota staff, dan mencatat serta
melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan
berkelanjutan dari klien (Hidayat, 2012).
O. EVALUASI
Evaluasi atau tahap penilaian merupakan tindakan perbandingan yang sistematis
dan terencana yang memiliki tujuan tentang kesehatan pasien. Dilakukan dengan cara
bersinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan. Tujuan dari
evaluasi yaitu untuk mengetahui kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang telah
direncanakan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Wahyuni, 2016).
Evaluasi untuk setiap diagnosa keperawatan meliputi data subyektif (S),
data obyektid (O), analisa permasalahan klien (A) berdasarkan S dan O, serta
perencanaan ulang (P) berdasarkan has il analisa data diatas. Evaluasi ini disebut
evaluasi proses, semua dicatat pada formulir catatan perkembangan (Dinarti, 2013).
DAFTAR
PUSTAKA

Andarmoyo. (2019). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta : Ar- Ruzz
Brunner & Suddarth’s. (2009). Textbookof medical surgical nursing.Philadelphia:
Lippincott
– RavenPublisher
Dinarti, Aryani, R., Nurhaeni, H., & Chairani, R. (2021). Dokumentasi Keperawatan (2nd
ed.).
Jakarta: TIM
Ghani, L., Susilawati, M.D., & Novriani H. (2019). Faktor Resiko Penyakit Jantung
Koroner
Di Indonesia : Buletin Penelitian Kesehatan, 44(3), 153-164.
Helmanu K, et al. STOP! Gejala Penyakit Jantung Koroner, Kolesterol Tinggi,
Diabetes
Melitus, Hipertensi. Yogyakarta: Istana Media; 2020.
Hidayat, A.A. (2018). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba
Medika.
LeMone., Priscilla. (2018). Buku Ajar Keperawatan Medikaql Bedah, Vol 3. Jakarta: EGC
Muttaqin, A (2019). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan System
Kardiovaskular
dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Nurhidayat, S. (2021). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular.
Ponorogo: UMPO Press.
Perki. 2018. Pedoman Tata Laksana Sindrom Koroner Akut. Perhimpunan Dokter
Spesialis
Kardiovaskular Indonesia. Edisi keempat. Jakarta
Putri, Y.Y. Oenzil, F. Elfrida. (2018). Jurnal Kesehatan Andalas, 4 (2): Insiden
Riwayat
Hipertensi dan Diabetes Melitus pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di RS Dr
M Djamil Padang.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Laporan Nasional Riskesdas 2018.
Kementerian
Kesehatan Republik Idonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Jakarta
Sumiati, dkk. (2020). Penanganan Stress Pada Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: CV.
Trans
Info Medik
Tim Pokja SDKI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Edisi 1. Jakarta :
Dewan
Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Edisi 1. Jakarta :
Dewan
Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Edisi 1. Jakarta :
Dewan
Pengurus Pusat PPNI
WHO. 2021. Cardiovascular Diseases (CVCs). https://www.who.int/en/news-
room/fact- sheets/detail/cardiovascular-diseases-(cvds). Diakses pada tanggal 3
september 2024 jam
10.42
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2018). Keperawatan Medikal Bedah 2 : Keperawatan
Dewasa
Teori dan Contoh Askep. Nuha Medika.’
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Data diambil tanggal : 9 Oktober 2024


Ruang rawat/kelas : Shofa 3/ 2/ B2
No. Rekam Medik : 989

I. IDENTITAS
Nama : Tn. S
Umur : 70 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki

Pekerjaan : Swasta
Tanggal MRS : 7 Oktober 2024

Alamat : Jayagiri no. xxx Surabaya

Diagnosa medis : PJK + DM +Pneumonia

Sumber informasi : Pasien dan Keluarga

Tanggal Pengkajian : 8 Oktober 2024

II. RIWAYAT KEPERAWATAN


1. Riwayat keperawatan sekarang
a. Keluhan utama
Nyeri dada
b. Riwayat penyakit saat ini
Nyeri dada kiri 3 hari sebelum MRS (MRS 7/10/24) batuk +, dahak +, sesak +,
badan lemas, nyeri tenggorokan, sariawan +
2. Riwayat keperawatan/Penyakit sebelumnya
a. Riwayat kesehatan yang lalu :
Px mengatakan mempunyai penyakit diabete

Masalah Keperawatan:

Nyeri akut

3. Riwayat kesehatan keluarga


a. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga :
Px mengatakan tidak mengetahui karena orang tua sudah meninggal
Lingkungan rumah dan komunitas
Px mengatakan tinggal Bersama keluarga yang sadar akan pentingnya
Kesehatan, keluarga bersedia mengantarkan px untuk berobat
b. Perilaku yang mempngaruhi kesehatan
Px mengatakan bahwa px merupakan perokok aktif sehari bisa menghabiskan 1
bungkus rokok. Px juga suka makan makanan yang bersantan dan ber lemak,
tetapi beberapa bulan terakhir sudah meninggalkan kebiasaan tersebut.
c. Persepsi terhadap penyakit
Bagi pasien sakit merupakan ujian dari Allah, jadi diterima dan disyukuri saja
serta berusaha untuk menyembuhkan penyakitnya.

Masalah Keperawatan:

Pemeliharaan Kesehatan tidak efektif

4. Kesadaran :

GCS: 456
Kesadaran umum: Composmentis
5. Tanda- Tanda Vital :
Suhu : 36℃
TD : 123/68
RR : 22 X / menit
Nadi : 105 X/ menit

6. Genogram (3 generasi)

Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Pasien
= Meninggal
= Garis Perkawinan
= Garis Keturunan
= Garis Serumah

III. POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Pola penatalaksanaan kesehatan / persepsi sehat

Pasien menyadari tentang pentingnya kesehatan dan menganggap


satu bentuk nikmat dari Allah

Masalah Keperawatan :

Tidak ada masalah keperawatan

2. Pola Nutrisi– Metabolik

 SMRS: pasien biasanya makan teratur dengan frekuensi 3 kali sehari dan minum
air putih teratur.
 MRS: pasien mengatakan sehari makan tiga kali dengan porsi makan yang
dihabiskan ½ - ¾ porsi

Masalah Keperawatan :

Tidak ada masalah keperawatan

3. Pola Eliminasi

Eliminasi Alvi

 SMRS: BAB 1X/ harikonsistensi lunak


 MRS: px BAB 1 hari ekali kadang hari sekali

Eliminasi Uri

 SMRS: BAK normal frekuensi 5-6x sehari


 MRS: BAK dengan dibantu folley catheter tetapi setiap BAK terdapat nyeri, tetapi
saat folley catheter dilepas BAK normal

Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

4. Pola Istirahat dan tidur

 SMRS: pasien mengatakan tidak mengalami gangguan masalah tidur tidur malam 6
jam tidur siang 2 jam
 MRS: bacaan mengatakan tidak mengalami masalah tidur tidur malam 6-8 jam dan
tidur siang 1-2 jam

Masalah Keperawatan :

Tidak ada masalah keperawatan

5. Pola Aktifitas - Latihan

 SMRS: pasien bisa melakukan ADL dengan Mandiri tanpa bantuan


 MRS: pasien merasa lemah dan letih bila melakukan ADL, pasien dibantu perawat
dan keluarga ketika melakukan ADL

Masalah Keperawatan :

Intoleransi aktivitas

6. Pola kognitif – perseptual – keadekuatan alat sensori

.....................................................................Px dapat berkomunikasi dengan baik, selain itu


apapun.

Masalah Keperawatan :

Tidak ada masalah keperawatan

7. Pola persepsi dan konsep diri

Pola persepsi

Pasien mengatakan akan senang bila sembuh dari sakitnya

Konsep diri
a. Gambaran diri
Pasien mengatakan dirinya merupakan orang yang terbuka m
bersosialisasi

b. Harga diri
Pasien mengatakan lebih percaya diri dan bersemangat karena
dan cucunya selama dalam perawatan

c. Ideal diri
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan kembali berkumpu
rumah

d. Peran diri
Pasien mengatakan dia menjalani kehidupan sebagai ayah dan a
di rumah menjadi panutan bagi anak dan cucunya

e. Identitas diri
Pasien mengatakan dirinya adalah seorang laki-laki memiliki
yang selalu menemani kehidupannya

Masalah Keperawatan :

Tidak ada masalah keperawatan

8. Pola Reproduksi Seksual

Pasien mengatakan dirinya sudah lansia memiliki 2 anak dan 5 orang cucu

Masalah Keperawatan :

Tidak ada masalah keperawatan

9. Pola hubungan peran

Persepsi klien tantang pola hubungan

Pasien mengatakan ketenangan hidup adalah saat berkumpul b


semua keluarganya menyayanginya

Persepsi klien tentang peran dan tanggung jawab

Pasien mengatakan dapat menjalankan peran dan tanggung jawa


dan kakek dengan baik

Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

10. Mekanisme Koping

Kemampuan mengendalian stress

Pasien hanya beristirahat untuk mengendalikan stresnya

Sumber pendukung

Anak-anak dan cucunya

Masalah Keperawatan :

Tidak ada masalah keperawatan

11. Pola tata nilai dan kepercayaan


Pasien merupakan seorang muslim dan beribadah sesuai dengan ajaran Islam

Masalah Keperawatan :

Tidak ada masalah keperawatan

12. Pemeriksaan Refleks


Refleks : Fisilogis

Dextra Sinistra Dextra Sinistra


+ + + +

+ + + +

Biceps Triceps
\ \

Dextra Sinistra Dextra Sinistra


+ + + +

+ +
+ +
Knee Achiles
\

Refleks Patologis Dextra Sinistra Dextra Sinistra


- - - -

- - - -
Babinski Oppenheim

Dextra Sinistra
- -
Masalah Keperawatan :

Tidak ada masalah keperawatan

13. Aspek Sosial

a. Ekspresi efek dan emosi : Senang Sedih Menangis


Cemas Marah Diam
Takut Lain ...................................
b. Hubungan dengan keluarga :
Akrab Kurang akrab

Masalah Keperawatan :

Tidak ada masalah keperawatan

14. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

7/10/24
1. Hb. 9.9
2. Leuko 26.240
3. Trombo. 398.000
4. Gda. 366
5. K. 4.6
6. Na. 137
7. Hematokrit. 31.6
8. Bun. 43
9. Creat. 2.4
10. Albumin. 3.2
11. Troponin I. <0.05
12. Sgot. 27
13. Sgpt. 35
14. Ppt. 11.6
15. INR. 1.04
16. Aptt. 25.8

2. Pemeriksaan Radiologi
Kedatangan basal paru kiri

3. Pemeriksaan Lain – lain


Ekg. Irama sinus dengan hr. 80x/m. St elevasi -, St depresi -

4. Terapi dan Diet.


Terapi:
1. Infus = PZ 14 tpm
2. Inj. omz 2x1
3. Inj. Ondan 3x1
4. Inj. Antrain 3x1
5. Lasix 1x1 amp
6. Concor 1,25 mg
7. ISDN pump HS 3x5 mg
8. O2 2 lpm
9. Drip minofilin 1,5 amp/hari
10. Nebul metrovent + Pulmicort 3x1
11. Inj. Ceftri 2x1
12. Codein 3x10

Diet:
Diet DM VIB2 2100 kkal tinggi Fe (protein 0,6gr/ Kgbb)

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)


2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas (D.0001)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dari
kebutuhan Oksigen (D.0056)

Surabaya,
Preceptee

(……………………….)
ANALISA DATA

Nama Pasien : Tn. S No. Register : 989xxx


Umur : 70 tahun Diagnosa Medis : PJK+DM+PNEU

DATA ETIOLOGI PROBLEM

Ds : Nyeri Akut
- Klien mengatakan nyeri dada Aterosklerosis
P: nyeri saat beraktifitas
Q: seperti di tusuk-tusuk
R: dada Suplai darah ke jantung
S: 4-6 menurun
T: hilang timbul
- Klien mengatakan
dadanya terasa berdebar- Hipoksia miokardium
debar

Do:
- Klien tampak kesakitan Metabolisme anaerob
- TD : 131/76 RR: 26x/m
- N : 104x/m S : 36,80C
Asam laktat meningkat

Nyeri akut

Ds : Bersihan jalan napas tidak


- Klien mengatakan sesak Peradangan paru
efektif
Do:
- Batuk +
- Dahak + Proses infeksi
- Bila batuk napas tersenggal
senggal
- TD : 131/76 RR: 26x/m Kerja leukosit meningkat
- N : 104x/m S : 36,80C

Produksi sputum meningkat

Bersihan jalan napas tidak


efektif

Ds : Intoleransi aktivitas
Suplai darah ke otot jantung
- Pasien mengeluh mudah
menurun
letih dan lelah
\
Do :
Suplai darah ke jaringan tidak
- Pasien tampak lemah
adekuat
- Pasien tampak bedrest
(ADL dibantu keluarga dan
perawat) Kelemahan fisik

Intolerasi aktvitas
DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. S No. Register : 989xxx


Umur : 70 tahun Diagnosa Medis : PJK+DM+PNEU
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TTD
1 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
2 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi
jalan nafas (D.0001)
3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dari kebutuhan Oksigen (D.0056)
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. S No. Register : 989xxx


Umur : 70 tahun Diagnosa Medis : PJK+DM+PNEUMONI

NO DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Tingkat Nyeri (L. 08006) Manajemen Nyeri (I. 08238)
berhubungan dengan 1. Keluhan nyeri ditingkatkan a. Observasi
tindakan ke skala 5 (menurun) 1. Identifikasi lokasi,
agen pencedera
keperawatan 2. Meringis karakteristik, durasi,
fisiologis (D.0077) ditingkatkan ke skala frekuensi, kualitas,
selama 2x24 jam, 5 (menurun) dan intensitas nyeri
diharapkan 3. Gelisah 2. Identifikasi skala nyeri
ditingkatkan ke 3. Identifikasi respon nyeri
masalah skala 5 (menurun) non verbal
keperawatan nyeri 4. Kesulitan tidur 4. Identifikasi faktor
ditingkatkan ke skala yang memperberat
akut menurun 5 (menurun) dan memperingan
5. Berfokus pada diri nyeri
sendiri ditingkatkan ke 5. Identifikasi
skala 5 (menurun) pengetahuan dan
6. Frekuensi nadi keyakinan tentang
ditingkatkan ke skala 5 nyeri
(membaik) 6. Identifikasi nyeri pada
7. Pola napas kualitas hidup
ditingkatkan ke skala 5 b. Terapeutik
(membaik) 1. Berikan teknik non-
b. Kontrol Nyeri farmakologis untuk
1. Melaporkan nyeri mengurangi rasa nyeri
terkontrol 2. Fasilitasi istirahat dan tidur
ditingkatkan ke skala 5 3. Pertimbangkan jenis dan
(meningkat) sumber nyeri dalam
2. Kemampuan pemilihan strategi
melaporkan nyeri meredakan nyeri
ditingkatkan ke skala 5 c. Edukasi
(meningkat) 1. Jelaskan penyebab, periode,
3. Kemampuan dan pemicu nyeri
mengenali penyebab 2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri ditingkatkan ke nyeri
skala 5 (meningkat) 3. Anjurkan memonitor nyeri
4. Kemampuan menggunakan secara mandiri
teknik non-farmakologis 4. Anjurkan menggunakan
ditingkatkan ke skala 5 analgetik secara tepat
(meningkat) 5. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
menguarangi rasa nyeri
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2 Bersihan jalan nafas Setelah Bersihan Jalan Nafas Latiha Batuk Efektif (I.01006)
tidak efektif Meningkat (L.01002) a. Observasi
dilakukan 1. Batuk efektif menurun
berhubungan dengan 1. Identifikasi kemampuan batuk
tindakan 2. Produksi sputum 2. Monitor adanya retensi
hipersekresi jalan nafas menurun sputum
(D.0001) keperawatan 3. Dypsnea menurun 3. Monitor input dan output
selama 2x24 jam, 4. Frekuensi nafas membaik cairan
5. Pola nafas membaik 4. Monitor tanda dan gejala
diharapkan 6. Suara nafas tambahan infeksi saluran nafas
masalah menurun b. Terapeutik
7. Pola napas 1. Beri posisi fowler/
keperawatan ditingkatkan ke skala 5 semifowler
bersihan jalan (membaik)
nafas meningkat b. Kontrol Nyeri 2. Anjurkan pasien batuk efektif
1. Melaporkan nyeri c. Edukasi
terkontrol 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
ditingkatkan ke skala 5 batuk efektif
(meningkat) 2. Anjurkan pasien minum
2. Kemampuan minuman yang sehat
melaporkan nyeri d. Kolaborasi
ditingkatkan ke skala 5 1. Kolaborasi pemberian
(meningkat) mukoletik/ expectorant bila
3. Kemampuan perlu
mengenali penyebab
nyeri ditingkatkan ke
skala 5 (meningkat)
4. Kemampuan menggunakan
teknik non-farmakologis
ditingkatkan ke skala 5
(meningkat)

3 Intoleransi aktivitas Setelah Toleransi Aktivitas Manajemen Energi (I.05178)


berhubungan dengan (L. 05047) e. Observasi
dilakukan
ketidakseimbangan 1. Frekuensi nadi ditingkatkan 1. Monitor kelelahan fisik dan
antara suplai dari tindakan ke skala 5 emosional
kebutuhan O² (D.0056) (meningkat) 2. Monitor pola dan jam tidur
keperawatan
2. Saturasi oksigen 3. Identifikasi fungsi tubuh yang
selama 2x24 jam, ditingkatkan ke skala mengkibatkan kelelahan
5 (meningkat) f. Terapeutik
diharapkan
3. Keluhan lelah ditingkatkan 1. Sediakan lingkungan yang
masalah ke skala 5 (menurun) nyaman (cahaya,suara)
4. Dispnea saat aktivitas 2. Anjurkan tirah baring
keperawatan
ditingkatkan ke skala 5 g. Edukasi
intoleransi (menurun) 1. Anjurkan melakukan aktifitas
5. Dispnea setelah aktivitas secara bertahap
aktivitas
ditingkatkan ke skala 5 h. Kolaborasi
meningkat dengan (menurun) 1. Kolaborasi dengan ahli gizi
6. Aritmia saat aktivitas untuk asupan makanan
kriteria hasil
ditingkatkan ke skala 5
(menurun)
7. Aritmia setelah aktivitas
ditingkatkan ke skala 5
(menurun
IMPLEMENTASI

Nama Pasien : Tn. S No. Register : 989xxx


Umur : 70 tahun Diagnosa Medis : PJK+DM+PNEU

TANGGAL / JAM IMPLEMENTASI TTD

Selasa, 8/10/24 2. BHSP dengan pasien dan keluarga


3. Mengkaji karakteristrik, skala, lama nyeri, erta
lokasi nyeri
4. Mengkaji pola nafas, frekuensi nafas, ada/tidaknya
suara nafas tambahan pasien
5. Mengkaji ada tidaknya batuk, dan sputum serta
menganalisa kemampuan batuk efektif pasien
6. Mengkaji kemampuan aktifitas pasien adanya
kelemahan/keletihan
7. Mengoservasi ttv pasien
- TD : 131/76 mmHg
- N : 104x/ menit
- RR : 26x/ment
- SPO2 : 98%
- Skala nyeri 3
- Porsi makan 1/2habis
- Batuk +, Sputum +
8. Mengedukasi pasien
- Teknik distraksi / relaksasi
- Batuk efektif
- Minum air hangat
- Melakukan aktifitas kemampuan
- Menganjurkan keluarga untuk membantu ADL
pasien
- Menutup pagar tempat tidur
9. Memberikan posisi semifowler
10. Memberikan obat ISDN jika punya dan nebulizer
salbutamol
11. Mengkaji ulang keluhan pasien serta mengajarkan
kembali hasil edukasi yan diberikan

Rabu, 9/10/24 1. BSP


2. Mengkaji ulang keluhan pasien
3. Mengobservasi ttv pasien
- TD : 135/75 mmHg
- N : 90x/ menit
- RR : 21x/ment
- SPO2 : 98%
- Skala nyeri 2
- Porsi makan ¾ habis
- Batuk +, Sputum +
4. Memberikan posisi semifowler
5. Mengajarkan pasien
6. Memberikan obat injeksi iv, nebul salbutamol, dan
obat oral
7. Menyiapkan diit pasien dan menganjurkan supaya
makanan dihabiskan
Kamis, 10/10/24
1. Melakukan BHSP
2. Mengkaji keluhan pasien
- Ada/tidaknya nyeri dada
- Ada/tidaknya keluhan serak
- Ada/tidaknya battuk, sputum
- Kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari
- Ada/tidkanya keluhan lain
3. Memberikan posisi semifowler
4. Mengobservasi ttv pasien
- TD : 126/70 mmHg
- N : 85x/ menit
- RR : 18x/ment
- SPO2 : 99%
- Skala nyeri 0
- Porsi makan habis
- Batuk berkurang, sputum minimal
5. Memberikan obat injeksi dan obat oral (AB : ISDN)
dan nebulizer salbutamol
EVALUASI

Nama Pasien : Tn. S No. Register : 989xxx


Umur : 70 tahun Diagnosa Medis : PJK+DM+PNEU

TGL / DIAGNOSE EVALUASI


JAM KEPERAWATAN
8/10/24 S : Pasien mengatakan nyeri dada berkurang
13.30 Nyeri akut berhubungan O :
dengan agen pencedera - k/u cukup
fisiologis (D.0077) - GCS 456 (composmentis)
- CRT <2detik
- TD : 128/65 mmHg
- N : 93x/menit
- RR : 20x menit
- Spo2 : 98%
- T : 36° C
- Skala nyeri 2

A : masalah teratasi sebagian


P : intervensi dilanjutkan
- Observasi ttv
- Observasi keluhan , nyeri dsda, skala, lokasi
nyeri
- Anjurkan melakukan teknis distraksi/relaksasi
- Kolabrasi pemberia obat analgetik

S : pasien mengatakan masih batuk


Bersihan jalan nafas tidak O:
efektif berhubungan dengan - k/u cukup
hipersekresi jalan nafas - GCS 456 (composmentis)
(D.0001) - Batuk efektif +, secret + (hijau kekuningan,
banyak
- CRT <2detik
- TD : 128/65 mmHg
- N : 93x/menit
- RR : 20x menit
- Spo2 : 98%
- T : 36° C

A : masalah teratasi sebagian


P : intervensi dilanjutkan
- Memberikan posisi semifowler
- Memakaikan O2 nasal
- Observasi ttv, batuk, sekret
- Menganjutkan inum minuman hangat
- Kolabotasi pemberikan mukolitik dan obat
nebulizer

Intoleransi aktivitas S : pasien mengakan mudah letih dan lelah


berhubungan dengan O :
ketidakseimbangan antara
suplai dari kebutuhan O² - Pasien tampak ADL dibantu
(D.0056) - BAB/BAK ke kamar mandi dibantu keluarga
- Pasien selalu berpegangan pada pagar jika
melakukan ADL
- k/u cukup
- GCS 456 (composmentis)
- CRT <2detik
- TD : 128/65 mmHg
- N : 93x/menit
- RR : 20x menit
- Spo2 : 98%
- T : 36°C

A : masalah teratasi sebagian


P : intervensi dilanjutkan
- Monitor kelemahan/keletihan
- Mengajarkan untuk istirahat dan tidur teratur
minimal 8 jam
- Mengajarkan kelurga untuk membantu ADL
pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diit pasien
Nama Pasien : Tn. S No. Register : 989xxx
Umur : 70 tahun Diagnosa Medis : PJK+DM+PNEU

TGL / DIAGNOSE EVALUASI


JAM KEPERAWATAN
9/10/24 S : Pasien mengatakan nyeri dada banyak berkurang
19.30 Nyeri akut berhubungan O :
dengan agen pencedera - k/u cukup
fisiologis (D.0077) - GCS 456 (composmentis)
- CRT <2detik
- TD : 130/67 mmHg
- N : 90x/menit
- RR : 20x menit
- Spo2 : 98%
- T : 36° C
- Skala nyeri 1

A : masalah teratasi sebagian


P : intervensi dilanjutkan
- Observasi ttv
- Observasi keluhan , nyeri dada, skala, lokasi
nyeri
- Anjurkan melakukan teknik distraksi/relaksasi
bila nyeri timbul
- Kolabrasi pemberia obat analgetik

S : pasien mengatakan masih batuk


Bersihan jalan nafas tidak O :
efektif berhubungan dengan - k/u cukup
hipersekresi jalan nafas - GCS 456 (composmentis)
(D.0001) - Batuk efektif +, secret + (hijau kekuningan,)
banyak berkurang
- CRT <2detik
- TD : 130/67 mmHg
- N : 90x/menit
- RR : 20x menit
- Spo2 : 98%
- T : 36° C

A : masalah teratasi sebagian


P : intervensi dilanjutkan
- Memberikan posisi semifowler
- Memakaikan O2 nasal
- Observasi ttv, batuk, sekret
- Menganjutkan inum minuman hangat
- Kolabotasi pemberikan mukolitik dan obat
nebulizer

Intoleransi aktivitas S : pasien mengtakan sudah tidak gampang lelah


berhubungan dengan O :
ketidakseimbangan antara - Pasien bisa memenuhi ADL nya dengan sedikit
suplai dari kebutuhan O² bantuan
(D.0056) - BAB/BAK ke kamar mandi dibantu keluarga
- Pasien kadang2 berpegangan pada pagar jika
melakukan ADL
- k/u cukup
- GCS 456 (composmentis)
- CRT <2detik
- TD : 130/67 mmHg
- N : 90x/menit
- RR : 20x menit
- Spo2 : 98%
- T : 36° C

A : masalah teratasi sebagian


P : intervensi dilanjutkan
- Monitor kelemahan/keletihan
- Mengajarkan untuk istirahat dan tidur teratur
minimal 8 jam
- Mengajarkan kelurga untuk membantu ADL
pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diit pasien
Nama Pasien : Tn. S No. Register : 989xxx
Umur : 70 tahun Diagnosa Medis : PJK+DM+PNEU

TGL / DIAGNOSE EVALUASI


JAM KEPERAWATAN
10/10/24 S : Pasien mengatakan sudah tidak nyeri dada
19.30 Nyeri akut berhubungan O :
dengan agen pencedera - k/u cukup
fisiologis (D.0077) - GCS 456 (composmentis)
- CRT <2detik
- TD : 133/65 mmHg
- N : 83x/menit
- RR : 18x menit
- Spo2 : 99%
- T : 36° C
- Skala nyeri 0

A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
- Observasi ttv
- Observasi keluhan , nyeri dsda, skala, lokasi
nyeri tetep di kaji selma mrs

S : pasien mengatakan batuk berkurang


Bersihan jalan nafas tidak O:
efektif berhubungan dengan - k/u cukup
hipersekresi jalan nafas - GCS 456 (composmentis)
(D.0001) - Batuk efektif +, secret minmal (putih)
- CRT <2detik
- TD : 133/65 mmHg
- N : 83x/menit
- RR : 18x menit
- Spo2 : 99%
- T : 36° C

A : masalah teratasi sebagian


P : intervensi dilanjutkan
- Memberikan posisi semifowler
- Memakaikan O2 nasal
- Observasi ttv, batuk, sekret
- Menganjutkan inum minuman hangat
- Kolabotasi pemberikan mukolitik dan obat
nebulizer

Intoleransi aktivitas S : pasien mengakan sudah tidak mudah lelah


berhubungan dengan O:
ketidakseimbangan antara - Pasien tampak ADL mandiri
suplai dari kebutuhan O² - BAB/BAK ke kamar mandi lebih mandiri
(D.0056) - Pasien sudah tidak berpegangan pada pagar jika
melakukan ADL
- k/u cukup
- GCS 456 (composmentis)
- CRT <2detik
- TD : 133/65 mmHg
- N : 83x/menit
- RR : 18x menit
- Spo2 : 99%
- T : 36° C

A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
- Monitor kelemahan/keletihan dan aktifitas
selama mrs tetap dilakukan

Anda mungkin juga menyukai