Contoh Tesis
Contoh Tesis
Contoh Tesis
TESIS
Oleh :
LILY PANGKIRO, S.Th
PENELITIAN
Mengetahui,
KETUA STAK TERUNA BHAKTI YOGYAKARTA
ii
I. Identitas Peneliti
ABSTRAK
Seks dalam pemikiran masyarakat merupakan suatu yang sangat awam untuk mereka
ketahui, itu karena sebagian yang menganggap bahwa berbicara mengenai seks itu pasti
mengarah kearah – arah yang negative seperti keporno – pornoan, tetapi setelah saya
mengangkat judul tesis ini ternyata hal tersebut tidak seperti yang masyarakat fikirkan karena
pengertian seks itu sendiri merupakan jenis kelamin, yang kita ketahui bahwa manusia itu di
ciptakan berjenis – jenis yaitu laki – laki dan perempuan. Maka dari itulah saya ingin
membedakan cara pengajaran atau arahan orang tua yang berbeda pendidikan, mengenai seks itu
sendiri bagaimana menurut masing-masing orang tua. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif purposive sampling yaitu memilih informan yang berdasarkan dari tingkat pendidikan
orang tua.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan seks atau pendidikan mengenai kesehatan reproduksi atau yang lebih trend-nya
“sex education” sudah seharusnya diberikan kepada anak-anak yang sudah beranjak dewasa atau
remaja, baik melalui pendidikan formal maupun informal. Ini penting untuk mencegah biasanya sex
education maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja, dimana anak-anak
tumbuh menjadi remaja, mereka belum paham dengan sex education yang disebab orang tua masih
menganggap bahwa membicarakan mengenai seks adalah hal yang tabu. Sehingga dari ketidak
fahaman tersebut para remaja merasa tidak bertanggung jawab dengan kesehatan anatomi
reproduksinya.
Dalam kehidupan sehari – hari banyak sering dijumpai kenyataan bahwa anak yang berusia
remaja rentan terjerumus dalam dunia seks. Itu karena pergaulan bebas yang tidak terkontrol oleh
keluarga, paling utama adalah orang tua. Orang tua harus berperan serta dalam mendidik atau
membina anaknya yang telah berusia remaja di dalam keluarga karena hubungan anak dengan orang
tua dan anggota keluarga lain dapat dianggap sebagai suatu sistem atau jaringan bagian – bagian
yang berinteraksi. Sistem keluarga ada dalam perangkat sistem yang lebih besar yaitu lingkungan,
komunitas, dan masyarakat yang lebih luas lagi. Sistem – sistem tersebut berpengaruh terhadap anak
baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui sikap dan cara perawatan asuhan anak oleh
orang tua.
Lingkungan tempat tinggal dan subkultur seorang anak misalnya mempunyai pengaruh besar
terhadap pengalamannya, pandangan terhadap penampilan orang lain, kepercayaan dan nilai – nilai
serta kebebasan yang di berikan orang tuanya. Semua orang tua memiliki nilai ideal yang implisit
maupun eksplisit atas anak – anak mereka tentang pengetahuan nilai moral dan standar prilaku yang
1
bagaimana yang harus mereka miliki bila dewasa. Orang tua mencoba berbagi strategi untuk
mendorng anak mencapai tujuan tersebut. Mereka mengukuhkan dan menghukum anak mereka
menggunakan diri sendiri sebagai panutan, mereka menjelaskan kepercayaan dan harapan mereka
mencoba memiliki lingkungan tempat tinggal, teman sebaya, dan sekolah yang menunjang nilai dan
Masa remaja sejak dahulu dianggap sebagai masa pertumbuhan yang lebih sulit dibandingkan
pertengahan masa kanak – kanak baik bagi remaja itu sendiri maupun orang tua mereka. Sekitar 300
tahun sebelum Masehi, dalam buku “Psikologi Perkembangan pribadi” (2001), “Aristoteles
mengeluh bahwa remaja itu penuh gairah, pemberani dan mudah membawa oleh dorongan hati
mereka’’ Kiell (1967). Karenanya Plato (1953) menasehatkan bahwa anak laki – laki tidak boleh
minum – minuman keras sampai mereka berusia 18 tahun karena mereka mudah terangsang “(api
Periode yang disebut masa remaja ini berlangsung singkat, seperti dalam beberapa
masyarakat yang sederhana, atau relatif lama seperti yang terjadi dalam masyarakat berteknologi
maju. Awal timbulnya masa remaja ini dapat melibatkan perubahan – perubahan mendadak dalam
tuntutan dan harapan sosial atau hanya berupa peralihan bertahap dari peranan sebelumnya. Sehingga
kemampuan kognitif remaja juga terus berkembang. Baik secara kualitatif maupun kuantitatif selama
tahun – tahun masa remaja. Perolehan tersebut dikatakan kuantitatif dalam pengertian bahwa remaja
mampu menyelesaikan tugas – tugas intelektual dengan lebih mudah, lebih cepat dan efisien
Sedangkan dikatakan kualitatif karena perubahan yang bermakna juga terjadi dalam proses
mental dasar yang digunakan untuk mendefinisikan dan menalar permasalahan. Seperti yang
dikemukakan oleh Theodore Schults dalam buku “Perkembangan kepribadian anak” (1981),
pendidikan mempunyai fungsi yang amat penting dalam mengubah human asset menjadi human
1
Harper and Row. 1984.Perkembangan dan kepribadian anak.
2
capital. Demikan pula dalam pendidikan menduduki peranan penting dalam upayanya meningkatkan
Di semua masyarakat yang pernah dikenal, hampir semua orang hidup terikat dalam jaringan
kewajiban dan hak keluarga yang disebut hubungan peran (role relations). Seseorang disadarkan
akan adanya hubungan peran tersebut karena proses sosialisasi yang sudah berlangsung sejak masa
kanak – kanak, yaitu suatu proses dimana ia belajar mengetahui apa yang dikehendaki oleh anggota
keluarga lain dari padanya, yang akhirnya menimbulkan kesadaran tentang kebenaran yang
dikehendaki. Tetapi ada orang yang merasakan kewajiban itu sebagai suatu beban, atau tidak peduli
Keanekaragaman tingkah laku inilah yang menjadi salah satu tema pembicaraan umum yang
terdapat di semua masyarakat, yaitu mengenai apa yang menjadi kewajiban anak dan orang tua,
suami dan isteri, keponakan dan paman, dan juga apakah semua tugas dan tanggung jawab tersebut
sudah dijalankan? Diskusi semacam ini lebih sering terjadi dalam masyarakat yang sedang menuju
tahap industrialisasi, maka dari penjelasan diatas sehingga di Poso terdapat kasus yang mungkin
ingin diketahui secara jelas terhadap sistem pola cara pengajaran orang tua yang berdasarkan tingkat
pendidikan yang berbeda, terkhusus pada lokasi kelurahan Pamona Puselemba. Lokasi ini dipilih
karena di kelurahan tersebut sudah padat akan penduduk yang berbagai suku bangsa dan juga
latarbelakang pekerjaan dan pendidikan yang berbeda, sehingga remaja di kelurahan tersebut cukup
banyak.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin meneliti tentang Pengaruh Tingkat
Pendidikan Keluarga Dalam Memberikan Pendidikan Seks Pada Anak Usia Remaja”.
3
B. Identifikasi Masalah
Pendidikan seks artinya sangat beragam, seks bisa berarti jenis kelamin, laki-laki dan
perempuan. Seks bisa juga diartikan pelajaran tentang organ-organ reproduksi. Seks tidak harus
selalu berarti hubungan seksual. Hubungan seks sendiri adalah hubungan intim yang dilakukan
pria dan wanita yang terikat dalam sebuah pernikahan. Namun dalam penerapan mengenai
manfaat informasi tentang pendidikan seks dalam keluarga ini mengidentifikasi berbagai
masalah sebagai mana telah diuraikan dalam latar belakang. Adapun identifikasi masalah
1. Belum adanya media informasi buku yang khusus membahas manfaat pendidikan seks dan
2. Masyarakat kurang menyadari dampak kurangnya informasi tentang seks dalam keluarga.
3. Pendidikan seks dalam keluarga sebagai usaha pencegahan terjadinya hal-hal negatif yang
4. Memberikan informasi kepada orangtua agar memberikan pendidikan seks sejak dini untuk
menghindari dan membekali anak dari pergaulan seks bebas dan bahaya akibat dari seks
bebas.
5. Kurangnya perhatian orangtua terhadap anak yang disebabkan karena kesibukan masing-
masing sehingga anak tidak memperoleh pengetahuan tentang seks dari orangtua.
C. Rumusan Masalah
Pada penjelasan yang telah diuraikan dalam latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
1. Bagaimana pola pendidikan seks bagi anak usia remaja oleh keluarga dengan orang tua
4
2. Bagaimana kendala dan penyelesaian masalah dalam pendidikan seks bagi anak usia remaja?
D. Tujuan Penelitian
bagaimana sesungguhnya peran keluarga terutama orang tua dalam memberikan arahan atau
pandangan kepada anak yang sudah menginjak masa usia remaja mengenai pendidikan seks di usia
dini.
Serta ingin mengetahui cara orang tua yang berbeda dari latarbelakang pendidikan
E. Keutamaan Penelitian
Penelitian ini difokuskan kepada orang tua remaja, dikarenakan untuk mengetahui pola
pengajaran khususnya berdasarkan tingkat pendidikan masing – masing, mengenai pendidikan seks
terhadap anak remajanya, yang difokuskan hanya pada pengenalan alat – alat reproduksi, masa
menuju keremajaan, serta dampak positif dan negatifnya pacaran di usia remaja.
Penelitian ini dilakukan guna menambah pengetahuan bagi si penulis dan sebagai acuan bagi
si pembaca guna agar mengetahui bahwa pendidikan dan arahan yang di berikan oleh orang tua
mereka mengenai pendidikan seks pada anak yang sudah menginjak usia remaja sangatlah penting, di
samping mereka dapat mengetahui proses menuju masa remajanya, serta mengetahui hal – hal apa
saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada masa remajanya.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
Studi Pustaka ini dimaksudkan untuk menunjukan dan menjelaskan tentang Pengaruh
Tingkat Pendidikan Keluarga Dalam Memberikan Pendidikan Seks Pada Anak Usia Remaja .
A. Kajian Filosofi
Keluarga sebagai suatu sub – sistem sosial memerlukan adanya perhatian khusus
terhadap pendekatan yang akan digunakan untuk mempelajarinya. Pertama, baik ideal maupun
kenyataan tidak dapat dihilangkan dari pusat perhatian. Umpamanya sangat bersahaja untuk
menandaskan, terhadap seperempat sampai sepertiga pasangan yang menikah akan bercerai,
Dalam Buku Sosiologi Keluarga (2002) “Kinsey memperkirakan bahwa setengah dari
semua laki – laki yang telah menikah melakukan hubungan kelamin diluar perkawinan, tetapi
barang kali sebagian besar dari mereka percaya akan manfaat kesetiaan”. 2
Maka pola kekeluargaan manusia sebagaimana ditentukan oleh tugas khusus yang dibebankan
kepadanya, keluarga itu yang diberi tanggung jawab untuk mengubah suatu organisme biologis
menjadi manusia. Pada saat sebuah lembaga mulai membentuk kepribadian seseorang dalam hal
– hal penting, keluarganya banyak berperan dalam persoalan perubahan itu, dengan mengajarnya
2
Goode, William J,2002.sosiologi keluarga. PT. Bumi Aksara, Jakarta.
3
Kinsey, Alfered C. Et.al. 1965. Serenal Behavior in The Human Female. New York Pocket Books.
6
2. Sosialisasi Dalam Keluarga
Sosialisasi merupakan suatu proses pengenalan akan nilai dan norma sosial sebagai tata
kelakuan bagi anggota masyarakat. bentuk pengenalan ini selalu dilakukan dari lingkungan
keluarga sebagai kesatuan unit sosial terkecil didalam struktur sosial. Misalnya seorang yang
lahir pada awalnya tidak mengetahui siapa dirinya, walaupun didalam dirinya terdapat potensi
untuk berkembang. Potensi tersebut adalah kemampuan (capability), bakat (talent) yang
Untuk mewujudkan potensi ini manusia perlu belajar, yaitu mempelajari cara hidup di
dalam masyarakat agar ia memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan apa yang dilihat dan
didengar di dalam masyarakatnya. Seseorang lahir sebagai makhluk sosial yang hidup di tengah
pergaulan manusia dengan tata kelakuan yang menjadi pedoman kelakuan yang baik dan yang
tidak.
Ketika orang ini belajar makan dengan tangannya sendiri misalnya, maka dia akan
diajarkan oleh ayah, ibu, atau kakaknya, bahwa makan yang benar adalah yang menggunakan
tangan kanan (kerap disebut “tangan baik”). Pola – pola kelakuan itu dilakukan secara berulang
– ulang hingga menjadi sebuah kebiasaan, sehingga dengan terbiasanya anak makan dengan
menggunakan tangan kanan, maka kebiasaan itu akan menjadi pedoman bahwa perilaku itu
dianggap baik.4
Berangkat dari paparan tersebut muncul pertanyaan, apa yang dimaksud dengan
sosialisasi itu, maka secara sederhana sosialisasi dapat diartikan sebagai proses belajar bagi
seseorang atau sekelompok orang selama hidupnya untuk mengenali pola – pola hidup, nilai –
nilai dan norma sosial agar ia dapat berkembang menjadi pribadi yang bisa diterima oleh
kelompoknya.
4
Goode, William J,2002.sosiologi keluarga.PT.Bumi Aksara, Jakarta.
7
Dalam pelaksanaanya, sosialisasi dilakukan dengan cara :
sanksi jika pihak – pihak yang tersosialisasi seperti anak atau masyarakat melakukan
pelanggaran. Contohnya, orang tua memberikan hukuman fisik kepada anak yang dianggap
kesalahannya dan memberitahukan kepada pihak lain agar tidak meniru perbuatan para
pelanggar tersebut.
tertentu agar pihak yang tersosialisasi mau melakukan suatu tindakan, misalnya hadiah
(reward). Seorang anak giat belajar dan nantinya naik kelas biasanya orang tua
Manusia adalah mahluk yang mampu mengadakan evaluasi. Ia tidak saja menggolong –
golongkan benda dan aktivitas tetapi juga manusia itu sendiri. Salah satu hasil prosesevaluasi itu
ialah pembagian masyarakat kedalam kelas atau tingkatan sedemikian rupa, sehingga orang
dalam kelas tertentu digolongkan sama, tetapi tingkatan – tingkatan itu sendiri disusun secara
hierakis. Kriteria mana yang dipergunakan untuk menempatkan orang dalam tiap – tiap kelas
Keluarga bukan semata – mata perorangan yang digolongkan dalam struktur kelas.
Keluarga merupakan kunci sistem stratifikasi dan mekanisme sosial yang memeliharanya.
Interaksi antar pribadi pada tingkatan kelas yang berbeda – beda, dapat dilihat baik jarak maupun
persamaanya. Hal ini berarti bahwa keluarga kelas atas disemua sistem stratifikasi terlibat dalam
8
mengendalikan jalan masuk menuju berbagai kesempatan, mencegah penerimaan, dan dengan
memaksakan anak – anak mereka bertahan pada standar kelas atas. Karena kenyataanya standar
itu lebih tinggi kearah strata atas, maka keluaraga harus mencurahkan lebih banyak tenaga dan
usaha untuk menangani persoalan – persoalan itu, atau kehilangan kedudukannya itu. Keluarga –
keluarga itu mempunyai kesempatan untuk berhasil, karena sumber – sumber yang tersedia untuk
Keluarga kelas atas dapat menyewa lebih banyak tenaga untuk melatih anak – anak
mereka, lebih banyak pengawas untuk mengawasi agar mereka tidak menyelewen dari jalan yang
telah ditentukan. Keluarga kelas atas dapat mengendalikan hari depan mereka lebih efektif,
karena anak yang ingkar dari kalangan atas akan lebih banyak mengalami kerugian dibandingkan
anak yang memberontak dari kelas rendah. Maka anggota keluarga kelas rendah itu tidak terlalu
dibebani jaringan sanak keluarga yang besar jika ia berhasil naik dalam hieraki sosial, tetapi hal
itu merupakan keuntungan yang perlu dipertanyakan, karena seorang anak muda yang lebih
tinggi statusnya, meskipun agak terbatas dalam pemilihan pekerjaan, tempat tinggal atau istri,
Keluarga – keluarga yang mempunyai kelebihan selalu berada dibawah tekanan dari
keluarga – keluarga lain yang menginginkan kelebihan – kelebihan seperti kekayaan dan
kepintaran. Belum ada sistem yang diciptakan untuk melindungi keluarga kelas atas dari
penggantian kematian, kegagalan talenta dan tenaga, ketidak mampuan untuk mensosialisir anak
– anak mereka secara efektif, atau ketidak suburban. Meskipun keluarga kelas atas dapat
melindungi perorangan dari persaingan keras, keluarga – keluarga itu sebagai kelompok atau
jaringan tidak dapat menghindarkan diri dari persaingan, termasuk tekanan dari mereka yang
berjuang keatas.
Dapat terjadi bahwa keluarga – keluarga yang melindungi anggota – anggotanya dengan
terlalu ketat dari persaingan dapat meruntuhkan diri sendiri karena gagal mengarahkan anak –
9
anak mereka secara tepat untuk dapat meneruskan kepemimpinan keluarga pada generasi
berikutnya.
Dalam Buku “Ilmu Pendidikan teoritis” Purwanto (2006) “Hsu mengemukakan bahwa
inilah yang menjadi faktor terpenting dalam mobilitas kelas pada sistem cina. Sering kali kepala
keluarga membiarkan anak laki – lakinya menjadi pemboros, bersenang – senang dalam ketidak
tanggung jawaban mereka dan hidup bebas serta mewah sebagai tanda keberhasilan duniawinya
sendiri. Tetapi karena sebagai pemuda mereka tidak diharuskan untuk berprestasi, mereka
sebagai orang dewasa gagal mempertahankan keutuhan keluarga maupun milik mereka”.5
berpendapat bahwa ada bentuk sosialisasi yang berorientasi pada ketaatan yang disebut dengan
sosialisasi cara represif (repressive socialization), dan yang berorientasi pada di lakukannya
terhadap perilaku yang salah, dan sosialisasi partisipatory memberikan imbalan untuk perilaku
yang baik. Hukuman dan imbalan pada bentuk yang pertama sering bersifat material, sedang
Komunikasi orang tua dengan anak pada bentuk sosialisasi yang represif lebih sering
berbentuk perintah dan melalui gerak-gerik saja (non-verbal communication) berbeda dengan ciri
komunikasi, pada sosialisasi yang partisipatori, lebih merupakan interaksi dua arah dan bersifat
verbal. Sosialisasi dengan cara represif berpusat pada orang tua karena anak harus
memperhatikan keinginan orang tua, sedang pada sosialisasi yang partisipatori berpusat pada
Oleh Karena itu dalam bentuk sosialisasi yang pertama keluarga merupakan signifaht
other (orang-orang penting dengan siapa orang berinteraksi dalam proses sosialisasi), dan pada
5
Purwanto, M. ngalim. 2006. Ilmu pendidikan teoretis dan praktis. PT Remaja Rosdakarya: Bandung. Hlm.
76
6
Ibid. hlmn. 77
10
bentuk yang berikutnya keluarga merupakan generalized other (peranan-peranan semua orang
Konsep kelas sosial dapat didefenisikan sebagai suatu strata ( lapisan ) orang – orang yang
berkedudukan sama dalam kontinum (rangkaian kesatuan) status sosial. Kedudukan seorang
pembersih kantor tidaklah sama dengan kedudukan sosial seorang pimpinan perguruan
tinggi. Seorang mahasiswa tidak akan menyapa keduanya dengan cara yang sama.
Kebanyakan diantara kita bersikap hormat terhadap orang – orang yang berkedudukan
sosialnya kita anggap lebih tinggi dari pada kedudukan sosial kita; sebaliknya, memandang
enteng orang – orang yang secara sosial kita pandang berada dibawah dibawah kedudukan
kita.
Sikap yang memandang enteng dan mencari muka, serta sikap yang menghalangi atau
menolak orang yang tidak termasuk dalam suatu kelas sosial itu, menyuguhkan bahan yang
tidak habis – habisnya bagi ratusan novel, drama, film, dan acara televisi.
Kelas sosial tidak ditentukan secara tegas sebagai pengelompokkan status seperti hal sistem.
Kepangkatan kedalam angkatan bersenjata. Status sosial bervariasi dalam suatu kontinum,
suatu garis kemiringan yang bertahap dari puncak kebawah. Oleh karena itu jumlah kelas
sosial tidaklah pasti dan tidak terdapat pula suatu batas dan jarak status ( status interval )yang
tegas dan jelas. Jadi, orang – orang terdapat pada semua jenjang status dari puncak kebawah,
seperti halnya terdapat pada orang – orang pada semua ukuran berat dan ketinggian tubuh,
tanpa adanya jurang pemisah yang terjal pada seri itu. Seri semacam itu dapat terbagi
7
Nurhayati Syarifuddin, S.Pd. “Pentingnya Pendidikan Seks Bagi Keluarga, Remaja Dan Anak”.
http//Pentingnya Pendidikan Seks Bagi Keluarga, Remaja Dan Anak « STAN PRODIP PAJAK ANGKATAN
1998.htm
11
1) Lower-class adalah pekerja manual yang tidak memiliki keterampilan seperti buruh
2) Working-class adalah pekerja manual yang memiliki keterampilan tertentu seperti tukang
3) Middle-class adalah pegawai kantoran atau professional seperti guru, pegawai kantoran
tinggi.
Uang diperlukan pada kedudukan kelas sosial atas, itu karena kedudukan kelas sosial
seseorang tidak sebanding dengan penghasilannya, sehingga kita harus menyadari bahwa
pada dasarnya kelas sosial merupakan suatu cara hidup yang memerlukan banyak sekali
uang untuk dapat hidup menurut cara hidup orang berkelas sosial atas. Meskipun
demikian, jumlah sebanyak apa pun tak menjamin segera mendapatkan status kelas sosial
atas. Jadi, uang atau penghasilan seseorang memang merupakan determinan kelas sosial
yang penting, hal itu disebabkan oleh perannya dalam memberikan gambaran tentang
b) Pekerjaan
Pekerjaan merupakan determinan kelas sosial lainnya. Segera setelah orang – orang
beberapa jenis pekerjaan tertentu lebih terhormat dari pada jenis pekerjaan lainnya. Jenis
– jenis pekerjaan yang berprestise tinggi pada umumnya memberikan penghasilan yang
12
penghibur yang disenangi dalam seminggu bisa memperoleh penghasilan yang sama
Walaupun demikian jenis – jenis pekerjaan yang berprestesi tinggi pada umunya
memerlukan pendidikan tinggi, meskipun korelasinya masih jauh dari sempurna. Maka
pekerjaan merupakan aspek kelas sosial yang penting, Karena begitu banyak segi
kehidupan lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan. Jika kita mengetahui jenis
pekerjaan seseorang, maka kita bisa menduga tinggi rendahnya pendidikan, standar
hidup, teman – teman, jam kerja, dan kebiasaan sehari – hari keluarga orang itu. Kita
bahkan bisa menduga selerah bacaan, selerah rekreasi, standar moral, dan orientasi
keagamaanya. Dengan kata lain, setiap jenis pekerjaan merupakan bagian dari cara hidup
c) Pendidikan
pendidikan yang tinggi memerlukan uang dan motivasi. Kedua, jenis dan tinggi –
data sensus pekerjaan, pendidikan dan penghasilan, ahli sosiologi itu bisa secara mudah
memisahkan berkas laporan tentang. Kelas sosial atas, kelas sosial menengah, kelas sosial
rendah. Meskipun kelas sosial tidak hanya mengandung ketiga aspek tersebut, tetapi
ketiganya bisa mengidentifikasi kelas sosial dan memenuhi kebutuhan kebanyakan untuk
tujuan penelitian.
Pendidikan Seks (sex education) adalah suatu pengetahuan yang kita ajarkan mengenai
segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin. Ini mencakup mulai dari pertumbuhan
jenis kelamin (Laki-laki atau wanita). Bagaimana fungsi kelamin sebagai alat reproduksi.
13
Bagaimana perkembangan alat kelamin itu pada wanita dan pada laki-laki. Tentang menstruasi,
mimpi basah dan sebagainya, sampai kepada timbulnya birahi karena adanya perubahan pada
Sehingga pendidikan seks sudah seharusnya diberikan kepada anak-anak yang sudah
beranjak dewasa atau remaja, baik melalui pendidikan formal maupun informal. Ini penting
untuk mencegah biasnya sex education maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di
kalangan remaja. Kita ketahui bahwa manusia itu diciptakan berjenis – jenis, yaitu laki – laki dan
perempuan. Kalau kamu ditanya apa seks kamu, tentu kamu menjawab laki – laki dan
perempuan.
Sedangkan ciri – ciri, sifat atau peranan dari masing – masing jenis kelamin itulah yang
disebut dengan seksualitas. Seksualitas juga bisa di artikan sebagai dorongan atau kehidupan seks
itu sendiri, yakni segala sesuatu alias totalitas dari kehidupan seseorang laki – laki dan
perempuan meliputi penampilan fisik, emosi, psikologi, juga intelektual mereka. Seks dan
Seksualitas itu sesuatu yang alami terjadi pada manusia karena itu adalah sesuatu hal yang sangat
normal.
Seks bebas merupakan tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual yang ditujukan
dalam bentuk tingkah laku. Menurut beberapa penelitian, cukup banyak faktor penyebab
remaja melakukan perilaku seks bebas. Salah satu di antaranya adalah akibat atau pengaruh
mengonsumsi berbagai tontonan. Apa yang ABG tonton, berkorelasi secara positif dan
signifikan dalam membentuk perilaku mereka, terutama tayangan film dan sinetron, baik film
yang ditonton di layar kaca maupun film yang ditonton di layar lebar. Dari tahun ke tahun
14
data remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat, dari 5% pada tahun
Secara umum ada dua dampak yang ditimbulkan dari perilaku seks bebas dikalangan
remaja yaitu kehamilan dan penyakit menular seksual (sipilis, HIV/AIDS, dll). Di Amerika
Serikat setiap tahunnya hampir satu juta remaja perempuan menjadi hamil dan sebanyak 3,7
Untuk menghindari perilaku seks bebas remaja yang berisiko tinggi, peran orang tua
dalam masa tumbuh kembang remaja sangatlah penting, antara lain bahwa orang tua harus
bisa menjadi sahabat remaja agar hubungan orang tua dengan remaja terjalin dengan baik dan
dapat menyelesaikan masalah remaja dengan baik dan tuntas, diperlukan komunikasi yang
Kehamilan remaja bahkan sudah terbukti dapat memberikan risiko terhadap ibu dan
prematurilas, cacat bawaan janin, dan lain-lain. Selain hamil, timbulnya penyakit menular
seksual pada remaja juga perlu dicermati. Penyakit tersebut ditularkan oleh perilaku seks
yang tidak aman atau tidak sehat. Misalnya, remaja yang sering berganti-ganti pasangan atau
berhubungan dengan pasangan yang menderita penyakit kelamin. Selain akan membawa
cacat kepada bayi, penyakit menular seks yang menyerang usia remaja juga dapat
Perilaku seks bebas tidak aman dikalangan remaja karena dapat dan banyak
menimbulkan dampak negatif, baik pada remaja putra maupun putri. Biasanya dampak
negatif atau akibat buruk dari perilaku seks bebas tidak aman tersebut lebih berat dirasakan
oleh remaja putri ketimbang remaja putra. Seringkali remaja berperilaku seks berisiko karena
15
tidak punya cukup pengetahuan mengenai akibatnya. Berikut beberapa bahaya utama akibat
seks bebas :
Seks bebas akan mengundang rasa ketagihan bagi para pelakunya. Sekali seseorang
mencoba melakukan seks bebas, maka dapat dipastikan orang tersebut akan melakukan
terus menerus perbuatan seks bebas. Hal ini disebabkan karena orang tersebut
perbuatan yang melanggar kepatutan. Apabila seseorang terbukti telah melakukan seks
pranikah atau seks bebas maka secara moral pelaku dihantui rasa bersalah yang berlarut-
larut. Keluarga besar pelaku pun turut menanggung malu sehingga menjadi beban mental
yang berat.
3. Mengakibatkan Kehamilan
Hubungan seks satu kali saja bisa mengakibatkan kehamilan bila dilakukan pada masa
subur. Kehamilan yang terjadi akibat seks bebas menjadi beban mental yang luar biasa.
Aborsi merupakan tindakan medis yang ilegal dan melanggar hukum. Aborsi
16
5. Penyebaran Penyakit
Penyebarannya melalui seks bebas dengan bergonta-ganti pasangan. Hubungan seks satu
kali saja dapat menularkan penyakit bila dilakukan dengan orang yang tertular salah satu
penyakit kelamin. Salah satu virus yang bisa ditularkan melalui hubungan seks adalah
virus HIV.8
Banyak kehamilan yang terjadi akibat perilaku seks bebas yang merupakan kehamilan
yang tidak diharapkan. Untuk itu, sebisa mungkin “orang tuanya“ menggugurkan
kehamilannya karena mereka belum siap untuk menjadi ayah maupun ibu dari bayi yang
berdasarkan alasan medis jelas bertentangan dengan hukum yang berlaku. Pelakunya akan
Kehamilan terjadi jika terjadi pertemuan sel telur pihak wanita dan spermatozoa
pihak pria. Dan hal itu biasanya didahului oleh hubungan seks. Kehamilan pada remaja
sering disebabkan ketidaktahuan dan tidak sadarnya remaja terhadap proses kehamilan.
b) Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama kehamilan karena
c) Pasangan pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian (umumnya karena
17
e) Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non medis (dukun,
indikasi medis (misalnya si ibu sakit jantung berat, sehingga kalau ia meneruskan
kehamilan dapat timbul kematian). Baik yang meminta, pelakunya maupun yang
g) Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami gangguan kejiwaan saat
ia dewasa.9
Masa remaja merupakan masa yang sangat penting, sangat kritis dan sangat rentan,
karena bila manusia melewati masa remajanya dengan kegagalan, dimungkinkan akan
menemukan kegagalan dalam perjalanan kehidupan pada masa berikutnya. Sebaliknya bila masa
remaja itu diisi dengan penuh kesuksesan, kegiatan yang sangat produktif dan berhasil guna
dalam rangka menyiapkan diri untuk memasuki tahapan kehidupan selanjutnya, dimungkinkan
manusia itu akan mendapatkan kesuksesan dalam perjalanan hidupnya. Dengan demikian, masa
Masa remaja dimulai dari saat sebelum baligh dan berakhir pada usia baligh. Oleh
sebagian ahli psikologi, masa remaja berada dalam kisaran usia 11 – 19 tahun. Adapula yang
mengatakan antara usia 11 – 24 tahun. Selain itu, masa remaja merupakan masa transisi (masa
peralihan) dari masa anak – anak menuju masa dewasa, yaitu saat manusia tidak mau lagi
diperlakukan oleh lingkungan keluarga dan masyarakat sebagai anak – anak, tetapi dilihat dari
pertumbuhan fisik, perkembangan psikis (kejiwaan), dan mentalnya belum menunjukkan tanda –
9
Diana Septi Purnama, “ Pentingnya Pendidikan Seks ( Seks Education )”. http//(PENDIDIKAN SEKS )
Pentingnya Pendidikan Seks (Sex Education) _ belajarpsikologi.com.htm
18
tanda dewasa. Pada masa ini (masa remaja), manusia banyak mengalami perubahan yang sangat
fundamental dalam kehidupannya baik berupa fisik dan psikis (kejiwaan dan mental).
– keanehan sebagai suatu yang baru dalam kehidupan remaja. Dengan demikian, masa remaja
adalah masa yang penuh gejolak emosi dan ketidak seimbangan yang tercakup dalam strom and
stress. Karena itu, remaja mudah terkena pengaruh oleh lingkungan munculnya :
Oleh karena itu, masa remaja disebut sebagai periode strom and drag dan masa sensitive
yaitu periode dimana terjadi gejolak emosi dan tekanan kejiwaan yang sangat besar pada diri
remaja yang apabila tidak mampu mengendalikan dan mengontrolnya dengan baik dan terarah,
maka remaja akan melakukan tindakan pengrusakan, penyimpangan dan pelanggaran norma –
norma aturan dan ketentuan – ketentuan agama, norma sosial dan aturan pemerintahan serta
tergelincir dan jatuh dalam kehidupan yang gelap dan suram. Selanjutnya, adanya
kesimpangsiuran terhadap nilai – nilai moral, etika, sosial dan tata kehidupan kemasyarakatan
dan kenegaraan yang membuat kaum remaja bertambah bimbang, bingung, dan ragu – ragu,
sehingga mereka bertanya – tanya dalam hatinya mana yang sebenarnya harus dipilih dan
diikuti.10
Masa remaja juga dikenal dengan masa perkembangan menuju kematangan jasmania,
seksualitas, fikiran, dan emosional. Begitu juga masa remaja sering disebut sebagai masa dimana
terjadinya fikiran, kedewasaan, maupun sosial. Semua itu merupakan proses perpindahan
10
Patmonodewo, Soemiarti, dkk. 2001. Psikologi perkembangan peribadi.Universitas Indonesia:Jakarta
19
seseorang dari masa anak – anak . masa remaja bukanlah masa yang berada secara tersendiri dan
terpisah dari masa lampau dan sekarang. Tetapi masa remaja adalah masa yang saling berkaitan
dengan masa lampau, sekarang, dan akan datang. Setiap manusia dituntut untuk mengetahui dan
7. Permasalahan Remaja
Masalah hubungan antar lawan jenis ini merupakan masalah yang sangat potensial
muncul dalam hubungan orang tua dan remaja. Perubahan yang terjadi dalam norma dan nilai
yang mengatur hubungan antar lawan jenis atau berpacaran begitu besar perubahannya. Hal ini
tidak saja menyangkut pilihan teman lawan, jenis, atau waktu kencan saja, tetapi sampai
kemasalah kedalaman hubungan pranikah. Orang tua tidak bisa menerima anaknya yang baru
berusia remaja sudah menjalin hubungan serius dengan teman lawan jenis atau berpacaran.
Karena, remaja dalam hal hubungan dengan lawan jenis atau berpacaran ini sering kali tidak
bersikap terbuka.
Kadangkala keterbukaan dalam masalah hubungan dengan lawan jenis ini terlihat dari
hasil beberapa penelitian, antara lain dalam skripsi yang telah dilakukan A. Widiyanti, berjudul
“Pengaruh Sosialisasi Keluarga dan Peer group terhadap Sikap dan Perilaku Keserbabolehan
dalam Hubungan antar Jenis, diungkapkan bahwa sebagian respondennya, baik pria maupun
wanita, tidak memilih isu pacar sebagai topik utama yang dibicarakannya dengan orang tuanya.
Topik yang paling sering di bicarakan remaja oleh orang tuanya umumnya mengenai sekolah dan
mengenai keluarga dekat (Widayanti, 1993). Sebaliknya, informasi atau topik tentang hubungan
lawan jenis ini lebih sering menjadi topik pembicaraan dengan kalangan peer group remaja
tersebut.
memberi perhatian pada satu pihak (pandangan orang tua saja atau pandangan remaja saja) tidak
20
berarti tidak dapat mengungkapkan perbedaan-perbedaan yang signifikan antara remaja dan
orang tuanya. Penelitian mengenai tingkah laku seksual di kalangan remaja sekolah di empat
Kota Madya Jawa Barat yang telah dilakukan oleh Drs. Doddy Haryadi, MS.
Seorang staf pengajar pada fakultas UNPAD, mengungkapkan bahwa tingkat kedalaman
hubungan antar lawan jenis dikeempat kota yang di telitinya (Bandung, Cirebon, sukabumi, dan
Bogor) relatif sama dimana sebagian besarresponden sudah mulai memberi perhatian pada lawan
jenis sejak SMP (Haryadi:1991). Kedalaman hubungan semakin besar sesuai dengan semakin
tinggi jenjang pendidikan. Sehingga berciuman, bahkan tindakan yang lebih “berani” dapat
ditemui diantara para siswa SLTA. Tetapi yang juga menarik dari temuan penelitian ini adalah
bahwa semakin besar kota yang diteliti (fasilitas, sarananya lengkap), maka kedalaman bentuk
hubungan antar lawan jenisnya cenderung semakin menonjol, misalnya remaja yang
berpacarannya mencapai tahap “sexual intercourse” itu ditemui pada remaja dikota.
Penelitian lain yang dapat menggambarkan adanya perbedaan antara orang tua dan
remaja dalam hal masa kapan seorang remaja boleh berpacaran. Sri Herliyanti dalam skripsinya
yang berjudul “Pandangan Orang Tua dan Remaja Mengenai Pemilihan Sekolah dan Kegiatan
Belajar Sekolah, “aktivitas dan pergaulan” dalam penelitiannya ini menemukan bahwa ada
perbedaan mengenai hubungan pacaran pada tingkat SLTA. Sebanyak 62% responden orang tua
(ibu) tidak setuju anaknya berpacaran pada tingkat SLTA, sedangkan 96% remaja siswa SLTA
Sebagai tambahan, pada umunya informasi mengenai seks dan hubungan lawan jenis atau
pun keterlibatan remaja dalam hubungan lawan jenis, banyak di pengaruhi oleh lingkungan diluar
keluarga, secara lebih jelasnya oleh teman bermain “peer group”nya. Hal ini di temui pada
21
8. Masalah Pemilihan Pendidikan
Tugas pendidik sungguh tidak mudah untuk menentukan mana yang buruk dan mana
yang baik, tetapi sebagai pendidik itu merupakan sebuah keharusan. Sebagai pendidik harus
benar-benar kenal akan norma-norma kesusilaan yang berlaku sekarang, bahkan tidak cukup
mengenal saja, tetapi wajib pula memilikinya, yang berarti ia sendiri harus hidup sesuai dengan
Pendidikan merupakan hal lain yang sering pula menjadi alasan konflik hubungan orang
tua dan remaja. Banyak aspek dari topik ini yang bisa menjadi pendorong perbedaan tersebut,
pemilihan jenjang pendidikan, jenis pendidikan, bidang studi, dan bahkan pilihan tempat
pendidikan tersebut. Namun, seiring dengan kemajuan masyarakat, perbedaan antara orang tua
dan remaja dalam melihat pentingnnya pendidikan, relatif tajam. Yang masih sering muncul
perbedaan didua generasi ini antara lain dalam pilihan bidang studi atau alasan mengapa harus
berpendidikan.
Bahwa pendidikan diakui penting baik oleh orang tua dan remaja, misalnya yang
ditemukan dalam oleh Sri Herlyanti, menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang relatif
berarti. Hanya saja kalau orang tua melihat anak perlu mengambil jenjang pendidikan perguruan
tinggi karena menjamin masa depan anak, maka remaja itu sendiri memilih perguruan tinggi
karena tingkat pendidikan ini dianggap bergengsi dan masa depannya jelas.
Rasa ingin tahu ( curiosity ), tidak hanya milik para ilmuan dan peneliti. Namun, rasa
ingin tahu yang besar sebenarnya ada pada diri anak – anak. Dalam kehidupan sehari – hari, kita
menyaksikan betapa anak – anak memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka akan menanyakan
sesuatu, mengapa begitu, mengapa begini, bagaimana hal itu terjadi, dan apa sebabnya. Sebagai
22
Maka kita harus waspada terhadap jawaban yang keliru karena apa yang kita jelaskan
pada anak akan terus diingat anak sampai dewasa. Karena itu, kita harus menjawab pertanyaan
anak dengan benar dan dapat dipertanggung jawabkan. Informasi tentang seks diberikan sedikit
demi sedikit, hari demi hari, agar pertanyaan anak dapat dijawab secara jujur dan jelas. Menurut
Dr. Wilson W. Grant, Dalam bukunya “ From Parent to Child About Sex” menyatakan bahwa
cara menerapkan pendidikan seks pada anak – anak ialah dengan penjelasan sedikit demi sedikit,
dari hari ke hari. (Afra, 2011) “Menurut para ahli ( pakar ) ilmu jiwa, perkembangan masa anak
– anak adalah masa meniru dan mencontoh. Karena apa yang dilihat dan didengar oleh anak –
Lebih – lebih bila yang dilihat dan didengarnya itu perbuatan orang tuannya. Ini akan
melekat pada memori anak yang masih kosong dan ia akan mudah dan cepat menirukannya,
karena dalam pandangan anak, orang tua adalah idola dan simbol keakuannya atau kebanggannya
yang segala ucapan dan tindakannya harus diikuti dan dicontoh. Apabila orang tuanya tanpa
sadar dan tidak sengaja melontarkan kata – kata kotor maka secara otomatis anak dengan latah
akan mengikutinya.
Dengan demikian, orang tua harus waspada dan bersikap selektif dalam mendidik anak.
Jangan sampai anak dibiarkan melihat dan mendengar hal – hal jelek, yang akan merusak
kepribadiannya. Dalam hal ini orang tua pun memperhatikan lingkungan dan pergaulan anak
karena kedua hal itu ikut membentukkepribadian anak. Meskipun orang tua menerapkandisiplin
yang ketat dalam mendidik anak dirumahnya, akan tetapi bila lingkungan dan pergaulan diluar
rumahnya tidak mendukung, maka orang tua pun akan merasa kesulitan dalam mengarahkan
pembentukan kepribadian yang positif dan konstruktif. Termasuk dalam hal ini bagaimana
kecakapan dan kesigapan orang tua dalam memberikan pendidikan dan bimbingan seks pada
anak.
23
Barangkali diantara kita bertanya – Tanya, apakah anak sudah mempunyai kecendrungan
dan naluri seksual sehingga harus diberi pendidikan dan bimbingan seks ? Jawabannya adalah
“ya” karena pada dasarnya setiap anak yang lahir membawa fitra dan naluri yang sama. Namun
dalam perkembangannya ada yang cepat ada pula yang lambat, tergantung kepekaan anak untuk
beradaptasi dan bersosialisasi serta kepandaian orang tua untuk mengarahkannya. Potensi
tersebut berkembang seirama dengan perkembangan anak itu sendiri. Tentu potensi dan bakat
anak yang baru lahir akan sangat berbeda dengan anak yang menginjak usia remaja.
Maka setiap orang tua hendaknya mengupayakan dalam memberikan pendidikan seks
kepada anaknya yang belum dewasa agar tidak “dewasa sebelum waktunya” karena pada zaman
sekarang tak jarang anak – anak usia SD dan SMP yang menurut ukuran belum baligh sudah
terangsang naluri seksualnya ketika melihat hal – hal yang sensual sehingga tak sedikit pula dari
mereka yang melakukan penyimpangan dan pelecehan seksual, bahkan adapula yang berani
Hal ini diakibatkan kurangnya perhatian orang tua terhadap pentingnya pendidikan seks
bagi anak, disamping pengaruh lingkungan dan pergaulan anak yang tidak terkontrol dan
tersaring. Oleh karena itu, semestinya orang tua mengajarkan pendidikan seks kepada anak sejak
dini. Pendidikan seks ini bukan saja dilakukan melalui kata – kata atau nasihat yang terkadang
tidak disukai oleh anak, akan tetapi dengan cara tindakan konkrit, yakni mengingatkan anak agar
jangan sembarangan memasuki kamar orang tua, pada saat – saat tertentu ia harus minta izin bila
hendak memasukinya karena ada kepentingan dan keperluan yang mendesak misalnya.
Bagian besar remaja putra, kenaikan pesat dalam dorongan seksual yang menyertai
pubertas sukar untuk dihindari dan cenderung berorientasi genital (conger, 1980; Miller dan
simon, 1980). Dorongan seks yang dirasakan sendiri oleh pria mencapai puncak selama masa
24
remaja, demikian pula kekerapan penyaluran seksual total (terutama melalui masturbasi kecuali
pada minoritas remaja yang menikah atau hidup bersama) (Chillman, 1978).
Dikalangan remaja putri, tampaknya terdapat jajaran perbedaan individual yang jauh
lebih luas. Sebagian mengalami keinginan seksual seperti halnya pria pada umumnya. Tetapi
untuk sebagian besar dari mereka, perasaan seksual lebih membaur dan lebih dekat berhubungan
dengan pemenuhan kebutuhan lain, seperti harga diri, penentraman,kasih sayang dan cinta (Bell,
1980). Ada peningkatan yang bermakna dalam minat dan perilaku seksual dikalangan kedua
jenis kelamin selama masa remaja. Walaupun kegiatan seksual pada umumnya dan masturbasi
pada khususnya lebih banyak terdapat dikalangan pria dari pada kalangan wanita, perbedaanya
Dalam kajian tentang moralitas seksual, wanita muda secara khas memperlihatkan sikap
yang lebih konsevatif dibandingkan pemuda. Sebagai contoh, dikalangan mahasiswa Amerikat
tahun pertama pada tahun 1980, dua pertiga pria, tetapi hanya sepertiga wanita yang setuju
dengan pernyataan, “seks boleh saja, asal saling suka” (Astin, 1981).
Sebaliknya, bila terdapat keterlibatan yang mendalam hal hidup bersama sebelum
menikah, perbedaanya jauh lebih kecil. Hanya 32 persen remaja putri Amerika dan 21 persen
remaja putra yang menyatakan mereka tidak mau bersanggama dalam keadaan demikian
Adapun perbedaan yang secara eksternal maupun internal pada remaja cowok maupun
cewek, yaitu :
keturunan. Reproduksi merupakan salah satu ciri makhluk hidup. Reproduksi bisa
25
berlangsung secara vegetatif dan generatif. Vegetatif adalah dari bagian tubuh induk bisa
terpisah dan membentuk individu baru, biasanya terjadi pada tumbuhan, misalnya dengan
melalui tunas, umbi akar, stek daun dan sebagainya. Sedangkan generative adalah melibatkan
individu jantan dan betina dalam membentuk keturunan. Bahkan yang membedakan seorang
Kalau pada laki – laki, ada seperangkat alat reproduksi yang terdiri dari alat kelamin interna
(dalam) dan eksterna (luar). Alat kelamin interna laki – laki meliputi :
2) Vas Deferens yaitu saluran – saluran yang bermuara pada saluran yang lebih besar yang
sperma)
1) Penis
2) Skrotum
1) Ovarium yaitu indung telur dan berfungsi ketika perempuan itu sudah matang alat
reproduksinya.
2) Tuba falopii yaitu saluran yang menghubungkan antara kedua kandung telur dengan
rahim
3) Uterus (Rahim) yaitu organ reproduksi perempuan, dimana sel telur yang sudah dibuahi
oleh sel sperma akan menempel dan berkembang sampai menjadi bayi yang siap lahir.
4) Vagina atau liang kemaluan yaitu penghubung antara organ kelamin eksterna dan
interna.
a. Mons veneris
26
b. Labia mayora
c. Labia minora
d. Vulva
e. Klitoris
Para ahli berpendapat bahwa pendidik yang terbaik adalah orang tua dari anak itu
membicarakan masalah seksual adalah yang sifatnya sangat pribadi dan membutuhkan
suasana yang akrab, terbuka dari hati ke hati antara orang tua dan anak. Hal ini akan lebih
mudah diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya atau bapak dengan anak laki-
lakinya, sekalipun tidak ditutup kemungkinan dapat terwujud bila dilakukan antara ibu
dengan anak laki-lakinya atau bapak dengan anak perempuannya. Kemudian usahakan
jangan sampai muncul keluhan seperti tidak tahu harus mulai dari mana, kekakuan,
Dalam memberikan pendidikan seks pada anak jangan ditunggu sampai anak bertanya
mengenai seks. Sebaiknya pendidikan seks diberikan dengan terencana, sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan anak. Sebaiknya pada saat anak menjelang remaja dimana proses
kematangan baik fisik, maupun mentalnya mulai timbul dan berkembang kearah kedewasaan.
Beberapa hal penting dalam memberikan pendidikan seksual, seperti yang diuraikan
oleh Singgih D. Gunarsa (1995) berikut ini, mungkin patut anda perhatikan:
1) Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau malu.
2) Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan menerangkan yang tidak-
tidak, seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi, boleh mempergunakan
27
contoh atau simbol seperti misalnya : proses pembuahan pada tumbuh-tumbuhan, sejauh
3) Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan
dengan tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun t belum perlu
menerangkan secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan kelamin,
karena perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum mencapai tahap
kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut.
4) Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan
dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan
pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan khusus
anak.
perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh
sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan
memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian
dari pengetahuannya. Perilaku seks bebas sangat berdampak bagi perkembangan jiwa
seseorang. Perilaku seks bebas sangat berbahaya sehingga patut kita hindari. Untuk
menghindari seks bebas, perlu dilakukan pendidikan seks kepada semua anggota
keluarga.11
Pendidikan seks dapat diartikan sebagai penerangan tentang anatomi fisiologi seks
manusia, bahaya penyakit kelamin dan sebagainya. Pendidikan seks bisa juga diartikan
sebagai sex play yang hanya perlu diberikan kepada orang dewasa. Pendidikan seks bukan
hanya mengenai penerangan seks dalam arti heterosexual, dan bukan semata-mata
11
Gunarsa, Singgih, D. (2003). Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia.
28
menyangkut masalah biologis atau fisiologis, melainkan juga meliputi psikologis, sosio-
kultural, agama, dan kesehatan. Dalam pendidikan sek dapat dibedakan antara sex
intruction yaitu penerangan mengenai anatomi, mengenai biologi dari reproduksi, pembinaan
keluarga dan metode kontrasepsi serta education in sexuality meliputi bidang-bidang etika,
moral, fisikologi, ekonomi, dan pengetahuan lainnya. Sex instruction tanpa education in
sexuality dapat menyebabkan promiscuity (pergaulan dengan siapa saja) serta hubungan-
Di Amerika, materi pendidikan seks diberikan oleh orang tua secara langsung.
Dengan iklim yang sangat terbuka, mereka mendiskusikan materi pendidikan seks dengan
sang anak. Cara ini dinilai lebih baik ketimbang anak mencari pengetahuan seks sendiri
pendidikan seksual yang baik mempunyai tujuan membina keluarga dan menjadi orang tua
yang bertanggungjawab. Beberapa ahli mengatakan pendidikan seksual yang baik harus
dilengkapi dengan pendidikan etika, pendidikan tentang hubungan antar sesama manusia
baik dalam hubungan keluarga maupun di dalam masyarakat. Juga dikatakan bahwa tujuan
dari pendidikan seksual adalah bukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin mencoba
hubungan seksual antara remaja, tetapi ingin menyiapkan agar remaja tahu tentang
seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan
adat istiadat serta kesiapan mental dan material seseorang. Selain itu pendidikan seksual juga
bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan mendidik anak agar berperilaku yang baik
dalam hal seksual, sesuai dengan norma agama, sosial dan kesusilaan (Tirto Husodo,
29
13. Pencegahan Seks Bebas Menurut Agama
Iman, merupakan hal yang paling penting dalam berpacaran. Karena penilaian
kepribadian pasangan dapat dinilai saat berpacaran. Mereka yang menuntut hal-hal yang
melanggar norma-norma yang dianut, tentunya tidak dapat diharapkan menjadi pasangan
yang baik. Seandainya orang tersebut menjadi suami atau istri kelak, tentunya keinginan
1) Memisahkan tempat tidur anak; Setiap orang tua berusaha untuk mulai memisahkan
tempat tidur anak-anaknya ketika mereka memasuki minimal usia tujuh tahun.
2) Meminta izin ketika memasuki kamar orang tua; Sejak dini anak-anak sudah diajarkan
untuk selalu meminta izin ketika akan masuk ke kamar orang tuanya pada saat-saat
tertentu.
3) Mengajarkan adab memandang lawan jenis; Berilah pengertian mengenai adab dalam
memandang lawan jenis sehingga anak dapat mengetahui hal-hal yang baik dan buruk.
sangat khusus di antara suami-istri. Karena itu, kerahasiaanya pantas dijaga. Mereka tidak
boleh menceritakan kekurangan pasangannya kepada orang lain, apalgi terhadap anggota
30
14. Pencegahan Seks Bebas Dalam Keluarga
Faktor keluarga sangat menentukan dalam masalah pendidikan seks sehingga prilaku
seks bebas dapat dihindari. Waktu pemberian materi pendidikan seks dimulai pada saat anak
sadar mulai seks. Bahkan bila seorang bayi mulai dapat diberikan pendidikan seks, agar ia
mulai dapat memberikan mana ciri-laki-laki dan mana ciri perempuan. Bisa juga diberikan
saat anak mulai bertanya-tanya pada orang tuanya tentang bagaimana bayi lahir. Peran orang
tua sangat penting untuk memberikan pendidikan seks pada usia dini.
Menurut Afief Rahman (Psikologi praktis, anak, remaja dan keluarga: 1991),
pendidikan seks sebaiknya dimulai dari kandungan. Pembacaan ayat-ayat suci dari Kitab
Suci sangat penting. Hal ini ditujukan agar anak yang dikandung mendapatkan keberkahan
dari Sang pencipta seperti diketahui, identitas seks manusia sudah dimulai sejak di dalam
kandungan, sehingga memang sepantasnya pendidikan seks dimulai pada fase tersebut.
1) Keluarga harus mengerti tentang permasalahan seks, sebelum menjelaskan kepada anak-
anak mereka.
2) Seorang ayah mengarahkan anak laki-laki, dan seorang ibu mengarahkan anak
3) Jangan menjelaskan masalah seks kepada anak laki-laki dan perempuan di ruang yang
sama.
4) Hindari hal-hal yang berbau porno saat menjelaskan masalah seks, gunakan kata-kata
yang sopan.
5) Meyakinkan kepada anak-anak bahnwa teman-teman mereka adalah teman yang baik.
31
7) Tanamkan etika memelihara diri dari perbuatan-perbuatan maksiat karena itu merupakan
Masa remaja merupakan masa yang rentan seorang anak dalam menghadapi gejolak
biologisnya. Ditunjang dengan era globalisasi dan era informasi yang demikian rupa
dilihatnya. Terlebih bila apa yang dilihatnya merupakan informqasi tentang indahnya seks
Pihak orang tua cenderung menganggap bahwa seks bebas dapat dicegah dengan
melakukan peraturan yang keras terhadap anak-anaknya. Padahal hubungan seks tersebut
Untuk menghindari anak-anak dari hubungan seks bebas, berikut ini ada beberapa tips
1) Diskusikan seks dengan anak, meski anda sendiri, mungkin merasa risih, pendidikan seks
sebaiknya dilakukan dalam perbincangan santai, seperti mengomentari sesuatu hal yang
2) Bercakap-cakap tentang seks dan kontrasepsi bukan berarti anda setuju dan mengizinkan
3) Jadikan orang tua, tempat bertanya. Orang tua sebaiknya tidak mengkritik pertanyaan
anaknya. Yang pasti anak tahu kalau orang tua akan mendengarkannya. Kalau pertanyaan
itu mungkin membuat anak takut atau marah, cobalah untuk tidak menunjukkan hal itu
32
4) Bantu peningkatan rasa percaya diri, perdalam kemampuan khusus atau hobi bagi anak.
Penguasaan suatu keterampilan akan memicu anak rasa percaya diri tanpa harus
memikirkan seks.
5) Ajak anak mengikuti kegiatan olah raga, serta organisasi, karena dengan melatih diskusi
6) Bila anda seorang ayah, bersikaplah penuh perhatian terhadap putri anda. Kalau ayah tak
lagi menunjukkan sikap kasih sayang, seperti memeluk, saat putrinya remaja ia jadi
7) Jangan bersikap terlalu keras terhadap anak, karena akan membuat anak jadi
pembangkang. Terlebih orang tua cenderung menganggap seks dapat dicegah dengan
memberlakukan peraturan yang keras terhadap anaknya. Padahal seks dilakukan di rumah
saat orang tuanya pergi. Untuk menghindari hal itu orang tua bisa membuat peraturan
uang tidak membolehkan teman lawan jenis datang kerumah bila tidak ada orang dewasa
di rumah.
8) Bentengi anak-anak dengan bekal agama yang cukup sejak kecil, agar mereka mengerti
Sayangnya, fungsi keluarga ini sudah sering ditinggalkan. Pemahaman semua serba boleh
dan hilangnya rasa malu, ikut sosialisasi sehingga nilai-nilai penting yang seharusnya
menjadi fungsi sebuah keluarga ditinggalkan. Ada delapan fungsi keluarga yang perlu
12
Diana Septi Purnama, “ Pentingnya Pendidikan Seks ( Seks Education )”. http//(PENDIDIKAN SEKS )
Pentingnya Pendidikan Seks (Sex Education) _ belajarpsikologi.com.htm
33
diterapkan terutama kepada anak-anak. Ke delapan fungsi tersebut yakni fungsi agama,
budaya, cinta kasih, fungsi perlindungan, reproduksi, sosial, ekonomi dan pelestarian
lingkungan.
Selain menerapkan fungsi keluarga tadi, perlu upaya pencegahan lainnya seperti
meningkatkan sosialis dan ketakwaan kepada Tuhan, tidak melakukan hubungan seks di luar
nikah, setia pasangan, menggunakan jarum suntik yang steril. Selain itu bila ingin melakukan
atau menerima sosialisasi darah harus benar-benar bebas dari HIV/AIDS, tidak menggunakan
seks dengan kelompok pengidap, tidak menggunakan pisau cukur, gunting kuku, sikat gigi
Sementara pembicara lain, Dra Hj Telly P Siwi Zaidan Psi, mengatakan perlunya
menerapkan pola asuh yang tepat untuk menghindarkan remaja dari pergaulan dan seks
bebas. Remaja,menurut psikolog ini, sangat rentan terhadap HIV/AIDS karenanya perlu
perhatian ekstra tapi tetap dengan pola demokratis. “Pila asuh otoriter di mana keinginan
orangtua dinomorsatukan atau pola asuh permissive (segala keinginan anak dituruti) bukan
Pola asuh demokratis yang perlu diterapkan, karena di dalamnya ada proses diskusi
antara anak dan orangtua,” kata Telly. Untuk menghindarkan remaja dari seks bebas, perlu
pengetahuan dan informasi yang benar yang sampai pada remaja bersangkutan. “Adalah
tugas kita semua terutama orangtua untuk membekali remaja dengan ajaran yang benar tapi
13
Gunarsa, Singgih, D. (2003). Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia
34
1) Agama: membina norma dan ajaran agama dan mengimplementasikannya dalam
kehidupan sehari-hari
2) Budaya: membina tugas-tugas keluarga, meneruskan norma dan menyaring budaya asing
3) Cinta kasih: tumbuh kembangkan potensi kasih sayang antara anggota keluarga
bagi keluarga
keluarga.
Kiranya, pendidikan seks bagi remaja memang sangat diperlukan, untuk memberikan
kesadaran kepada remaja akan pentingnya menjaga hak reproduksinya. Oleh karena itu,
diharapkan agar pendidikan seks kepada anak-anak dan remaja baik laki-laki maupun
B. Kajian Pustaka
1. Alwahdania. S (2013)
Dalam penelitiannya yang berjudul Pendidikan Seks Dalam Keluarga Bagi Anak
Usia Remaja (Studi kasus Keluarga dari Tingkat Pendidikan Atas, Menengah dan Bawah,
14
Ibid.
35
Seks dalam pemikiran masyarakat merupakan suatu yang sangat awam untuk
mereka ketahui, itu karena sebagian yang menganggap bahwa berbicara mengenai seks
itu pasti mengarah kearah – arah yang negative seperti keporno – pornoan, tetapi setelah
saya mengangkat judul skripsi ini ternyata hal tersebut tidak seperti yang masyarakat
fikirkan karena pengertian seks itu sendiri merupakan jenis kelamin, yang kita ketahui
bahwa manusia itu di ciptakan berjenis – jenis yaitu laki – laki dan perempuan. Maka dari
itulah saya ingin membedakan cara pengajaran atau arahan orang tua yang berbeda
pendidikan, mengenai seks itu sendiri bagaimana menurut masing – masing orang tua.
Hasil penelitian ini yaitu bahwa tidak semua orang tua mengetahui tentang
pengertian seks itu sebenarnya, karena pengertian seks yang mereka tahu hanyalah hal –
hal yang tidak baik, mudah – mudahan dengan skripsi ini bisa membantu memahami arti
seks yang sebenarnya, dan saya pun banyak belajar saat saya membuat skripsi ini, bahwa
sebaiknya anak itu sejak dini di beri arahan mengenai pendidikan seks oleh orang tuanya
agar pada saat remaja maupun dewasa ia sudah mengetahuinya dari orang tuanya tanpa
perlu mereka penasaran dan sehingga mencari jawabannya di luar. Dan mudah –
mudahan skripsi yang saya buat dapat memberi pengetahuan dan sumber informasi dalam
36
Pemahaman pendidikan seks di usia dini ini diharapkan anak agar anak dapat
memperoleh informasi yang tepat mengenai seks. Hal ini dikarenakan adanya media lain
yang dapat mengajari anak mengenai pendidikan seks ini, yaitu media informasi.
Sehingga anak dapat memperoleh informasi yang tidak tepat dari media massa terutama
tayangan televisi yang kurang mendidik. Dengan mengajarkan pendidikan seks pada
anak, diharapkan dapat menghindarkan anak dari risiko negatif perilaku seksual maupun
seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama,
dan adat istiadat, serta dampak penyakit yang bisa ditimbulkan dari penyimpangan
tersebut.
Tingginya kasus kekerasan seksual pada anak (child abuse) yang dilakukan oleh
pendidikan seks usia dini. Masalah pendidikan seks kurang diperhatikan orang tua pada
masa kini sehingga mereka menyerahkan semua pendidikan termasuk pendidikan seks
pada sekolah.. Padahal yang bertanggungjawab mengajarkan pendidikan seks di usia dini
adalah orang tua, sedangkan sekolah hanya sebagai pelengkap dalam memberikan
informasi kepada si anak. Peranan orang tua, terutama ibu sangat strategis dalam
37
C. Kerangka Berpikir
KELUARGA
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Diduga tingkat pendidikan keluarga berpengaruh terhadap pemberian pendidikan tentang seks
38
BAB III
METODE PENELITIAN
Metodologi penelitian yang diuraikan dalam bab ini meliputi tempat dan waktu
penelitian, metode penelitian, populasi, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data,
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif
yaitu metode penelitian yang berlandaskan filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti
populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel dilakukan secara random,
relatif tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat. Penelitian ini
dilakukan pada populasi atau sampel yang representatif. Proses penelitian bersifat deduktif, di
mana untuk menjawab rumusan masalah digunakan konsep atau teori sehingga dapat dirumuskan
mengumpulkan data digunakan instrumen penelitian. Data yang telah terkumpul selanjutnya
disimpulkan hipotesis yang dirumuskan terbukti atau tidak. Penelitian kuantitatif ini dilakukan
pada sampel yang diambil secara random, sehingga kesimpulan hasil penelitian dapat
15
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D,14.
16
Ibid.
39
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Pamona terhadap keluarga yang memiliki anak
usia remaja dengan latar pendidikan orang tua yang tinggi, sedang dan rendah.
Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Januari 2015 sampai dengan Juni 2015, dengan alokasi
1. Menyiapkan dan memvalidasi instrumen penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai
3. Pengolahan dan penghitungan data dilaksanakan pada bulan April sampai 2013 sampai Mei
2015
B. Metode Penelitian
Penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data
yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut sehingga ditemukan
kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.
Penelitian survei dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak
mendalam, tetapi generalisasi yang dilakukan bisa lebih akurat bila digunakan sampel yang
40
representatif.17 Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya.18
Penelitian bertujuan untuk menguji hipotesis yang menyatakan pengaruh variable bebas
(independent variable) terhadap variable terikat (dependent variable). Adapun yang menjadi
variable bebas adalah Tingkat Pendidikan Keluarga (untuk selanjutnya diberi nama variable X),
selanjutnya variabel terikat adalah Pemberian Pendidikan Seks Pada Anak Usia Remaja di
Adapun paradigma penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Paradigma
Dx1 Dy1
Dx2 X Y Dy2
Dy3
Dx3
Keterangan:
Variabel X (Independent Variable) = Tingkat Pendidikan Keluarga
Dimensi: Dx1 =Tingkat Pendidikan Tinggi
Dx2 =Tingkat Pendidikan Sedang
Dx3 =Tingkat Pendidikan Rendah
17
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula
(Bandung: Alfabeta, 2005), 49-50.
18
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,199.
19
Ibid., 66.
41
Variabel Y (Dependent Variable) = Pendidikan seks pada anak usia remaja
Dimensi Dy1 = Perbedaan Jenis Kelamin
Dy2 = Seks Bebas
Dy3 = Pola Asuh
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu), yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada
obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh
subyek atau obyek itu.20Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi.Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya dapat diberlakukan untuk populasi.
Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).21
Yang dimaksud populasi pada penelitian ini adalah keluarga-keluarga yang memiliki
anak remaja yang berusia 12-17 tahun yang ada di Kelurahan Pamona. Teknik pengambilan data
populasi adalah dengan Proportionate Stratified Random Sampling, teknik pengambilan sampel
ini digunakan karena populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata
secara proporsional.22
Dikarenakan jumlah populasi yang tidak diketahui, maka ditentukan jumlah sampel
20
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
Kombinasi (Mixed Methods), Penelitian (Action Research), Penelitian Evaluasi (Bandung:
Alfabeta, 2013), 148.
21
Ibid.,149.
22
Ibid.,152.
42
D. Teknik Pengumpulan Data
Kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data merupakan dua hal yang
mempengaruhi kualitas dan data hasil penelitian. Kualitas instrumen penelitian berkenaan
dengan validitas dan reliabilitas instrumen, dan kualitas pengumpulan data berkenaan ketepatan
cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen yang telah teruji validitas dan
reliabilitasnya akan menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrumen tersebut
digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya. Pengumpulan data dalam penelitian ini,
menggunakan sumber primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data, sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner atau angket.23
atau pernyataan yang diberikan oleh peneliti. Peneliti dapat melakukan pengukuran bermacam-
macam karakteristik dengan menggunakan kuesioner, seperti: data yang terkait dengan
pemikiran, perasaan, sikap, kepercayaan, nilai, persepsi, kepribadian dan perilaku dari
responden.24
E. Instrumen Penelitian
data kuantitatif. Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran
dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus
mempunyai skala. Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan
untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur
tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Dalam skala
23
Ibid., 224.
24
Ibid., 230.
43
pengukuran ini, maka nilai variabel yang diukur dengan instrumen dapat dinyatakan dalam
Skala sikap yang digunakan untuk penelitian ini adalah Skala Likert. Skala Likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik
oleh peneliti, yang selanjutmya disebut sebagai variabel penelitian. Dalam Skala Likert, variabel
yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan
sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang berupa pertanyaan-pertanyaan atau
dari sangat positif sampai sangat negatif, seperti tampak pada tabel di bawah ini.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan prosedur dan teknik statistik.
Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program Statistical Product and Servise Solution
deskriptif dan inferensial.Statistik inferensial meliputi statistik parametris dan non parametris.
Statistik parametris digunakan untuk menganalisis data interval dan rasio, jumlah sampel besar,
serta berlandaskan pada ketentuan bahwa data yang akan dianalisis berdistribusi normal.27
Menurut Mikha Agus Widiyanto (2013), secara umum untuk semua statistika parametrik
yang berfungsi generalisasi, yaitu pemberlakuan hasil penelitian dalam populasi dengan
25
Ibid., 166-167.
26
Ibid., 168.
27
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, 233.
44
menggunakan data sampel harus memenuhi asumsi-asumsi meliputi (1) Data sampel diambil secara
acak dari populasi, (2) Data berdistribusi normal. Sedangkan asumsi-asumsi lainnya disesuaikan
dengan teknik analisis yang digunakan.28 Untuk teknik analisis korelasi product moment dan regresi
sederhana, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: sampel yang dipilih harus secara random
atau acak, data dari setiap variabel harus berdistribusi normal, bersifat linear dan data yang
dihubungkan mempunyai pasangan yang sama sesuai dengan subyek yang sama (dalam arti berasal
dari responden yang sama).29Oleh karena itu, prosedur pengolahan data dalam penelitian ini meliputi:
(1) Analisis Deskriptif. (2) Uji Persyaratan Analisis. (3) Uji Hipotesis.
diteliti, yaitu mengetahui harga skor minimum, skor maksimum, rentang (range), rerata (mean),
tengah (median), frekuensi terbanyak (modus), standar deviasi, dan varian dari masing-masing
variabel penelitian. Mean adalah rata-rata hitung dari suatu data. Biasanya mean digunakan
untuk menghitung rata-rata dari data kuantitatif (interval dan rasio). Median adalah nilai tengah
dari suatu data.Biasanya median digunakan untuk menghitung data setidaknya level ordinal.
Modus adalah nilai data yang paling sering muncul atau memiliki frekuensi terbesar. Range
adalah jarak. Range diperoleh dari hasil selisih antara nilai maksimum dan minimum suatu data.
Nilai maksimum adalah nilai tertinggi dari suatu data.Nilai minimum adalah nilai terendah dari
suatu data.Varian adalah ukuran disepersi sekitar rata-rata.Varian diperoleh dari jumlah kuadrat
rata-rata selisih nilai observasi dengan rata-rata hitung dibagi banyaknya observasi.Standar
28
Mikha Agus Widiyanto, Statistika Terapan: Konsep & Aplikasi SPSS/LISREL dalam
Penelitian Pendidikan, Psikologi & Ilmu Sosial lainnya (Jakarta: Elex Media Komputindo,
2013), 153.
29
Ibid.,214.
45
Deviasi adalah ukuran dispersi sekitar rata-rata.Bila standar deviasi dikuadratkan maka didapat
varian.30
Uji persyaratan analisis dilakukan untuk memenuhi persyaratan melakukan uji hipotesis,
yang meliputi:
Pertama, Uji Normalitas. Normalitas data merupakan syarat pokok yang harus dipenuhi
dalam analisis parametrik. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal
atau tidak.Normalitas suatu data penting karena dengan data yang terdistribusi normal, maka data
tersebut dianggap dapat mewakili suatu populasi.31Pengujian dilakukan dengan cara melihat dari
Nilai Skewness – Kurtosis.32Menurut Nugroho (2005) data yang baik adalah memiliki distribusi
normal, data berdistribusi normal memiliki nilai skewness mendekati 0.33Pengujian dilakukan
Kedua, Uji Linieritas. Linieritas juga merupakan salah satu syarat untuk pengujian
dengan menggunakan statistika parametrik, korelasi, dan regresi sederhana, seperti yang
diterapkan dalam penelitian ini. Menurut Candiasa (2010), pengujian linieritas regresi dengan
SPSS sekaligus menampilkan hasil pengujian keberartian arah regresi. Pengujian keberartian arah
regresi dapat dilakukan dengan uji statistik F. Pengujian keberartian arah regresi dengan uji
statistik F banyak melibatkan perhitungan yang sama dengan pengujian linieritas regresi. Oleh
karena itu, umumnya pengujian linieritas regresi ini dilakukan bersama-sama dengan pengujian
30
Sunjoyo, Aplikasi SPSS untuk SMART Riset (Bandung: Alfabeta, 2013), 24.
31
Duwi Priyatno, 33.
32
Sunjoyo, 61-62.
33
Nugroho, “Strategi jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS,” dalam
Aplikasi SPSS untuk Smart Riset, ed. Sunjoyo(Bandung: Alfabeta, 2013), 62.
46
keberartian arah regresi dengan menggunakan uji statistik F. 34Pengujian ini dilakukan dengan
Menurut Mikha Agus Widiyanto (2013), analisis korelasi berfungsi untuk mengetahui
kuat lemahnya hubungan, sedangkan analisis regresi digunakan sebagai prediksi. Analisis
korelasi dan regresi sangat berkaitan. Apabila dalam analisis hubungan antar variabel yang
keadaan variabel itu. Namun, apabila tidak terdapat hubungan antara variabel-variabel yang
dikaji, maka variabel-variabel tersebut tidak dapat digunakan untuk memprediksi keadaan suatu
variabel. Dengan demikian, uji regresi hanya dapat atau perlu dilakukan apabila telah diketahui
adanya hubungan yang signifikan antara variabel yang menjadi kajian penelitian.35
Secara umum langkah-langkah pengolahan dan analisis data dalam penelitian kualitatif
a. Proses pengolahan ini terdiri dari tiga tahapan yaitu sebagai berikut:
1) Editing
Pada tahap ini kita memulai memeriksa dan memperbaiki semua data-data yang telah
terkumpul.
2) Klasifikasi
Pada tahap ini kita mengolong-golongkan jawaban dan data lainnya menurut kelompok
34
I Made Candiasa, Statistik Univariat dan Bivariat Disertai Aplikasi SPSS (Singaraja:
Undiksha Press, 2010), 183.
35
Mikha Agus Widiyanto, 211.
47
3) Memberi kode
Untuk tahap ini, kita melakukan pencatatan judul singkat (menurut indikator dan
b. Penafsiran
Pada tahap ini data yang sudah diberi kode kemudian diberi penafsiran.Kita segera melakukan
menghilangkan konteks aslinya.Hasilnya adalah pemaparan gambar tentang situasi dan gejala
Memiliki dua fungsi yaitu melaksanakan penelitian sedemikian rupa sehingga tingkat
kepercayaan penemuan kita dapat dicapai dan mempertunjukan derajat kepercayaan hasil-hasil
penemuan kita dengan jalan pembuktian terhadap kenyataan ganda yang sedang diteliti. Ada tujuh
teknik yang dapat kita gunakan untuk menguji kredibilitas data temuan kita sebagai berikut
(Prastowo, 2001):
a. Perpanjangan pengamatan
b. Meningkatkan ketekunan
c. Triangulasi
d. Diskusi dengan teman sejawat
e. Member check
f. Analisis kasus negatif
g. Menggunakan bahan referensi
48
BAB IV
Kelurahan Pamona berada di sebelah selatan Kota Tentena, Ibukota Kecamatan Pamona
Utara. Sebelah timur berbatasan dengan Danau Poso dan Kelurahan Sangele, sebelah utara
berbatasan dengan Kelurahan Petirodongi, sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Tendea
Pamona adalah suku mayoritas di wilayah Kelurahan Pamona. Selain itu terdapat pula
suku Mori, Toraja, Tionghoa, Bada, Lore. Sebelum konflik, terdapat pula beberapa warga yang
bersuku Bugis dan Kaili. Bahasa Pamona merupakan bahasa komunikasi sehari-hari yang
digunakan oleh masyarakat selain bahasa Indonesia sehari-hari. Demikian pula adat Pamona,
Agama Kristen adalah agama mayoritas di wilayah Tentena dan juga di Kelurahan
Pamona. Kelurahan Sangele, kelurahan yang berbatasan langsung dengan Kelurahan Pamona
merupakan pusat Gereja Kristen Protestan di Sulawesi Tengah. Di wilayah Tentena terdapat
sekitar 5 aliran gereja, yaitu gereja Protestan (bernaung dalam Sinode GKST), gereja Pantekosta
(bergabung dalam GPDI – Gereja Pantekosta di Indonesia), gereja Katolik (bernaung dalam
keuskupan Manado, Sulawesi Utara), gereja Sidang Jemaat Allah (aliran kharismatik), gereja
GKI (Gereja Kristen Indonesia yang bergabung dengan gereja Indonesia yang mayoritas berada
Dalam catatan Pemerintah Kelurahan Pamona, sebelum arus pengungsi datang, jumlah
penduduk sebanyak 368 KK (terbagi dalam 8 RT). Catatan statistik menunjukkan jumlah laki-
49
laki adalah 2.334 jiwa dan perempuan berjumlah 2.273 jiwa. Catatan ini berubah drastis setelah
arus pengungsi memasuki Kota Tentena dan menjadi warga baru. Setelah momen tersebut,
jumlah penduduk Kelurahan Pamona menjadi 1121 KK (terbagi dalam 21 RT). Jumlah RT
menyebabkan Lurah Pamona mengambil kebijakan untuk memberikan keleluasaan bagi warga
baru untuk memilih ketua RT-nya sendiri tanpa campur tangan kelurahan. Jumlah ini
menggambarkan saat ini jumlah warga baru lebih banyak dari penduduk lokal.
Jumlah warga baru yang lebih banyak dari warga lokal juga diikuti oleh perubahan
penguasaan ekonomi. Dalam satu tahun terakhir, warga baru secara perlahan-lahan memiliki
modal ekonomi yang cukup. Perubahan ini dirasakan oleh warga lokal sehingga terdapat istilah
bahwa pengungsi yang datang di wilayah Tentena ini sebenarnya bukan ’pengungsi’, tetapi
Mengungsi dipahami sebagai orang yang memiliki harta benda tetapi berpindah tempat,
sedangkan pengungsi dipahami sebagai orang yang tidak memiliki apa-apa dan terpaksa
berpindah tempat. Wacana tentang pengungsi dan bukan pengungsi alias warga lokal menguat
semenjak pasar tradisional yang dahulu dipadati oleh pedagang dari suku Bugis dan Toraja
Menurut salah seorang tokoh adat, perubahan penguasaan ekonomi juga dipengaruhi oleh
karakter tidak terikat pada tanah yang dimiliki oleh suku Pamona. Hal ini terlihat pada kebiasaan
warga Pamona yang sangat mudah menjual tanah hanya untuk alasan kebutuhan pernikahan atau
kebutuhan sekolah dan kuliah anaknya. Kebiasaan ini pada akhirnya menggeser kepemilikan
tanah di wilayah Pamona, dan secara tidak langsung menggeser penguasaan ekonomi warga.
50
Petani dan pegawai negeri adalah dua profesi mayoritas penduduk di Kelurahan Pamona.
Namun, masuknya pengungsi menambah jenis pekerjaan baru, yakni buruh (buruh bangunan,
buruh cuci, buruh tani) dan tukang ojek. Selain itu terdapat lapisan dalam profesi sebagai petani.
Terdapat petani tuan tanah, petani kecil, petani penggarap, dan buruh tani.
Sebagian besar eks-pengungsi adalah buruh tani dan petani penggarap. Sementara itu,
warga lokal yang bersuku Pamona atau Mori adalah petani kecil dan petani tuan tanah mayoritas
adalah warga lokal yang bersuku Tionghoa. Pegawai negeri mayoritas dari suku Pamona.
Meskipun menjadi pegawai negeri tidak jarang warga juga menjadi petani kecil.
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan jumlah sampel pada bab iii, maka pada penelitian ini, jumlah
responden adalah 30 orang. Berikut ini disajikan distribusi responden berdasarkan jenis
kelamin.
Tabel 1.
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat dilihat bahwa jumlah responden yang berjenis
kelamin laki-laki adalah sebanyak 10 orang atau 33.3%, sedangkan responden yang
51
Berikut ini disajikan distribusi responden berdasarkan umur, yang dapat dilihat
Tabel 2
Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa jumlah responden yang berumur
31 – 40 tahun ada 4 orang atau 13.3%, yang berumur 41 – 50 tahun ada 20 orang atau
Tabel 3
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
52
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden yang memiliki
2. Analisis Frekuensi
kemudian datanya ditabulasi dan kemudian diolah dengan menggunakan alat bantu SPSS
For Windows Version 18.00, maka didapatkan hasil data sebagai berikut :
Tabel 4
Analisis Frekuensi
Frekuensi
Variabel Indikator
SS % S % RR % TS % STS %
X.1 7 23.3 12 40.0 9 30.0 2 6.7 0 0.0
Tingkat X.2 9 30.0 12 40.0 7 23.3 2 6.7 0 0.0
Pendidikan X.3 3 10.0 20 66.7 7 23.3 0 0.0 0 0.0
Keluarga X.4 5 16.7 16 53.3 9 30.0 0 0.0 0 0.0
(X) X.5 7 23.3 14 46.7 9 30.0 0 0.0 0 0.0
X.6 7 23.3 15 50.0 8 26.7 0 0.0 0 0.0
Y.1 3 10.0 21 70.0 6 20.0 0 0.0 0 0.0
Pendidikan
Y.2 1 3.3 24 80.0 5 16.7 0 0.0 0 0.0
Seks Pada
Y.3 4 13.3 23 76.7 3 10.0 0 0.0 0 0.0
Usia
Y.4 2 6.7 27 90.0 1 3.3 0 0.0 0 0.0
Remaja
Y.5 5 16.7 20 66.7 5 16.7 0 0.0 0 0.0
(Y)
Y.6 4 13.3 23 76.7 3 10.0 0 0.0 0 0.0
Sumber : Olahan Data, 2015
3. Uji Reliabilitas
Dari analisis data dengan pengujian reliabilitas didapatkan hasil yang dapat dilihat
53
Tabel 5
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat nilai Cronbach Alpha variable X berada di
rentang nilai 0.800 – 1.000 sedangkan variabel Y berada pada rentang 0.600 – 0.800.
Dengan demikian penelitian dapat dilanjutkan, karena nilai alpha croncbach yang sangat
4. Uji Validitas
Dari analisis data dengan pengujian validitas didapatkan hasil yang dapat dilihat
Tabel 6
Correct Item-
Variabel Indikator Total Keterangan
Correlation
0.751 Valid
X.1
X.2 0.727 Valid
Tingkat Pendidikan X.3 0.732 Valid
Keluarga (X) X.4 0.425 Valid
X.5 0.628 Valid
X.6 0.365 Valid
Y.1 0.398 Valid
Pendidikan Seks Pada Usia
Y.2 0.613 Valid
Remaja (Y)
Y.3 0.453 Valid
54
Correct Item-
Variabel Indikator Total Keterangan
Correlation
Y.4 0.390 Valid
Y.5 0.469 Valid
Y.6 0.367 Valid
Sumber : Olahan Data, 2015
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari semua butir pernyataan pada setiap
variabel nilai Correct Item-Total Correlation berada di atas nilai r tabel yaitu lebih besar
dari 0,361, dengan demikian dinyatakan bahwa semua butir pernyataan pada kuesioner
a. Uji Normalitas
Tujuan dilakukannya uji asumsi normalitas adalah untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi, variabel bebas dan variabel terikat mempunyai distribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau
sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka memenuhi persyaratan
SPSS Version 18.0 seperti yang ada pada Lampiran, maka Grafik Normalitas dapat
55
Gambar 2
Uji Normalitas
Dari Gambar di atas dapat dilihat bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal, maka dapat dikatakan bahwa model regresi memenuhi
b. Uji Multikolinearitas
seperti yang ada pada Lampiran, maka dapat dilihat nilai VIF berada di antara (+1) –
(+10) yang berarti model terbebas dari gejala multikolinearitas. Tingkat toleransi
yang dihasilkan juga tidak terlalu rendah karena nilai VIF masih jauh dari +10, nilai
VIF masih menyebar di sekitar +1 sehingga tolerance yang diciptakan masih tinggi.
56
c. Uji Heteroskedastisitas
ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik Scatter Plot. Jika grafik Scatter Plot tidak
membentuk atau menggambarkan pola tertentu, berarti dapat dikatakan model regresi
menggunakan Program SPSS Version 18.0 seperti yang ada pada Lampiran, maka
Gambar 3
Uji Heteroskedastisitas
57
6. Regresi Linier Sederhana
ditabulasi dan dianalisis dengan menggunakan bantuan software SPSS Version 18.0
maka didapatkan hasil uji regresi sederhana seperti pada tabel 7 berikut ini :
Tabel 7
a. Besarnya pendidikan seks pada usia remaja dapat dilihat pada nilai konstanta
pendidikan keluarga.
nilai thitung yang lebih besar (5,474) dari nilai ttabel yaitu 2,042 dengan tingkat
3. Nilai R sebesar 0,719 dapat diartikan bahwa hubungan antara variabel X (Tingkat
58
4. Nilai R Square sebesar 0,517 atau 51,7% menjelaskan besarnya pengaruh variabel X
Remaja). Nilai R Square di atas dapat diartikan bahwa besarnya pengaruh variabel X
terhadap Y adalah sebesar 51,7% sedangkan sisanya 48,3% dipengaruhi oleh variabel
C. Pembahasan
pendidikan informal dan lingkungan pendidikan pertama yang sangat berpengaruh terhadap
pembentukan karakter, moral dan kepribadian anak. Hal tersebut menjadikan keluarga harus
mampu memainkan peranannya dalam mendidik anak untuk membentuk generasi masa depan
yang berkualitas.
kepribadian dan karakter anak selain lingkungan keluarga.Seiring pesatnya globalisasi, pengaruh
media menjadi salah satu bagian dari lingkungan yang tak dapat dielakkan.Televisi merupakan
salah satu media yang sangat berpengaruh terhadap pembentukkan moral dan kepribadian
perkembangan anak dan tak layak untuk dikonsumsi anak-anak.Oleh karena itu, keluarga dalam
hal ini orangtua, dituntut untuk dapat mendampingi dan memberikan bimbingan pada anak saat
menonton televisi.Orangtua harus turut membantu menyeleksi bagian-bagian yang positif dan
negatif dari tayangan tersebut.Keluarga dalam hal ini, berperan sebagai pendidik terhadap
59
1. Kasus Keluarga Pendidikan Rendah ( tidak sekolah, SD dan SMP )
Anggota keluarga kelas rendah itu tidak terlalu dibebani jaringan sanak keluarga yang
besar jika ia berhasil naik dalam hieraki sosial, tetapi hal itu merupakan keuntungan yang perlu
dipertanyakan, karena seorang anak muda yang lebih tinggi statusnya, meskipun agak terbatas
dalam pemilihan pekerjaan, tempat tinggal atau istri, dapat memperoleh keuntungan –
Kelas sosial menengah dan kelas sosial atas atas berusaha menyiapkan para anggota kelas
sosialnya untuk memerankan fungsi khusus dalam masyarakat.Para orang tua kelas sosial
keberhasilan dan bayangan-bayangan yang menakutkan jika mereka jatuh ke dalam status kelas
sosial yang lebih rendah. Jadi, diantara kelas sosial, kelas sosial menengahlah yang paling giat
Keluarga kelas atas dapat menyewa lebih banyak tenaga untuk melatih anak – anak
mereka, lebih banyak pengawas untuk mengawasi agar mereka tidak menyelewen dari jalan yang
telah ditentukan. Keluarga kelas atas dapat mengendalikan hari depan mereka lebih efektif,
karena anak yang ingkar dari kalangan atas akan lebih banyak mengalami kerugian dibandingkan
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
61
DAFTAR PUSTAKA
Afra Afifah, Supriyanto Ahmad Dr, 2011.Pendidikan Seks Untuk Remaja. Gizone Publishing,
Surakarta.
Diana Septi Purnama, “ Pentingnya Pendidikan Seks ( Seks Education )”. http//(PENDIDIKAN
SEKS ) Pentingnya Pendidikan Seks (Sex Education) _ belajarpsikologi.com.htm
Irianto Koes. Drs, 2010. Memahami Seksologi. Sinar Baru Algensindo, Bandung.
Kolip Usman & Setiadi.M Elly, 2011. Pengantar Sosiologi. Kencana Prenada Media Group,
Jakarta.
Nurhayati Syarifuddin, S.Pd. “Pentingnya Pendidikan Seks Bagi Keluarga, Remaja Dan Anak”.
http//Pentingnya Pendidikan Seks Bagi Keluarga, Remaja Dan Anak « STAN PRODIP
PAJAK ANGKATAN 1998.htm
Prastowo, Andi. 2001. Metode Penelitian Kuantitatif Dalam Perspektif Rancangan Penelitian.
Ar-Ruzz Media.jogjakarta
Purwanto, M. Ngalim. 2006. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. PT Remaja Rosdakarya:
Bandung.
62
Lampiran
63
TABULASI DATA
Pendidikan Seks Pada Usia Remaja
Tingkat Pendidikan Keluarga (X)
NO. RESP. NO. RESP. (Y)
X.1 X.2 X.3 X.4 X.5 X.6 JML Y.1 Y.2 Y.3 Y.4 Y.5 Y.6 JML
R1 5 5 4 4 4 4 26 R1 5 4 4 5 5 4 27
R2 4 5 4 3 5 4 25 R2 5 4 4 4 4 5 26
R3 4 5 4 3 5 3 24 R3 4 4 4 5 4 4 25
R4 4 4 5 4 4 4 25 R4 4 5 4 4 4 4 25
R5 3 3 3 3 3 3 18 R5 4 3 3 3 3 3 19
R6 5 4 4 4 4 5 26 R6 4 4 4 4 5 4 25
R7 5 5 4 4 4 4 26 R7 4 4 4 4 5 4 25
R8 5 4 4 4 4 4 25 R8 4 4 4 4 4 4 24
R9 4 4 4 5 5 4 26 R9 5 4 4 4 4 5 26
R10 5 5 4 4 4 4 26 R10 4 4 4 4 4 4 24
R11 5 4 4 4 4 5 26 R11 4 4 4 4 5 4 25
R12 4 4 4 5 4 5 26 R12 4 4 4 4 4 5 25
R13 3 3 3 3 3 3 18 R13 3 3 3 4 3 4 20
R14 3 4 4 4 4 4 23 R14 4 4 5 4 4 4 25
R15 4 5 5 4 5 4 27 R15 3 4 4 4 4 4 23
R16 3 3 3 4 3 5 21 R16 3 4 4 4 4 4 23
R17 2 2 3 3 3 3 16 R17 4 3 4 4 4 3 22
R18 4 4 4 5 4 4 25 R18 4 4 4 4 3 4 23
R19 4 5 4 3 5 3 24 R19 4 4 5 4 4 4 25
R20 3 3 4 4 3 4 21 R20 4 4 4 4 4 4 24
R21 5 4 4 4 4 5 26 R21 4 4 4 4 5 4 25
R22 4 4 4 5 4 5 26 R22 4 4 4 4 4 5 25
R23 3 3 3 3 3 3 18 R23 3 3 3 4 3 4 20
R24 3 4 4 4 4 4 23 R24 4 4 5 4 4 4 25
R25 4 5 5 4 5 4 27 R25 3 4 4 4 4 4 23
R26 3 3 3 4 3 5 21 R26 3 4 4 4 4 4 23
R27 2 2 3 3 3 3 16 R27 4 3 4 4 4 3 22
R28 4 4 4 5 4 4 25 R28 4 4 4 4 3 4 23
R29 4 5 4 3 5 3 24 R29 4 4 5 4 4 4 25
R30 3 3 4 4 3 4 21 R30 4 4 4 4 4 4 24
64
Frequency Table
X.1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 2 6,7 6,7 6,7
Ragu-Ragu 9 30,0 30,0 36,7
Setuju 12 40,0 40,0 76,7
Sangat Setuju 7 23,3 23,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
X.2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 2 6,7 6,7 6,7
Ragu-Ragu 7 23,3 23,3 30,0
Setuju 12 40,0 40,0 70,0
Sangat Setuju 9 30,0 30,0 100,0
Total 30 100,0 100,0
X.3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ragu-Ragu 7 23,3 23,3 23,3
Setuju 20 66,7 66,7 90,0
Sangat Setuju 3 10,0 10,0 100,0
Total 30 100,0 100,0
X.4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ragu-Ragu 9 30,0 30,0 30,0
Setuju 16 53,3 53,3 83,3
Sangat Setuju 5 16,7 16,7 100,0
Total 30 100,0 100,0
X.5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ragu-Ragu 9 30,0 30,0 30,0
Setuju 14 46,7 46,7 76,7
Sangat Setuju 7 23,3 23,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
65
X.6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ragu-Ragu 8 26,7 26,7 26,7
Setuju 15 50,0 50,0 76,7
Sangat Setuju 7 23,3 23,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
Y.1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ragu-Ragu 6 20,0 20,0 20,0
Setuju 21 70,0 70,0 90,0
Sangat Setuju 3 10,0 10,0 100,0
Total 30 100,0 100,0
Y.2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ragu-Ragu 5 16,7 16,7 16,7
Setuju 24 80,0 80,0 96,7
Sangat Setuju 1 3,3 3,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
Y.3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ragu-Ragu 3 10,0 10,0 10,0
Setuju 23 76,7 76,7 86,7
Sangat Setuju 4 13,3 13,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
Y.4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ragu-Ragu 1 3,3 3,3 3,3
Setuju 27 90,0 90,0 93,3
Sangat Setuju 2 6,7 6,7 100,0
Total 30 100,0 100,0
66
Y.5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ragu-Ragu 5 16,7 16,7 16,7
Setuju 20 66,7 66,7 83,3
Sangat Setuju 5 16,7 16,7 100,0
Total 30 100,0 100,0
Y.6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ragu-Ragu 3 10,0 10,0 10,0
Setuju 23 76,7 76,7 86,7
Sangat Setuju 4 13,3 13,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
67
Reliability X
N %
Total 30 100,0
Reliability Statistics
,825 6
Item-Total Statistics
68
Reliability Y
N %
Total 30 100,0
Reliability Statistics
,705 6
Item-Total Statistics
69
Regression
Notes
[DataSet0]
70
Regression
Descriptive Statistics
Correlations
b
Variables Entered/Removed
Model Variables
Variables Entered Removed Method
1 Tingkat . Enter
Pendidikan
a
Keluarga
71
b
Model Summary
b
ANOVA
Total 99,467 29
a
Coefficients
Tingkat Pendidikan Keluarga ,400 ,073 ,719 5,474 ,000 1,000 1,000
72
a
Collinearity Diagnostics
Tingkat
Pendidikan
Eigenvalue Condition Index (Constant) Keluarga
a
Residuals Statistics
73
74
75
76