K. Jurnal
K. Jurnal
K. Jurnal
KABUPATEN JEMBER
(STUDI KASUS GAYA PENGASUHAN ORANG TUA PADA
ANAK USIA 4-5 TAHUN)
ABSTRAK
Perilaku negative adalah suatu wujud dari tindakan seseorang yang dianggap menyimpang,
kurang baik, dan menyebabkan kerugian terhadap diri sendiri, maupun orang lain. Salah satu
penyebab perilaku negative muncul pada anak usia dini adalah dipicu dari peran pengasuhan orang
tua selama diluar maupun didalam rumah. Masalah penelitian dalam penelitian ini adalah
bagaimanakah perilaku negatif anak usia 4-5 tahun yang muncul dipicu dari gaya pengasuhan yang
dilakukan oleh orang tua di Desa Tegal Batu Kecamatan Patrang Kabupaten Jember.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perilaku negatif anak usia 4-5 tahun yang
muncul dipicu dari gaya pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua di Desa Tegal Batu
Kecamatan Patrang Kabupaten Jember.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif, pada anak usia 4-5
tahun dan orang tua berjumlah 1 anak, dan 1 orang tua, di Desa Tegal Batu Kecamatan Patrang
Kabupaten Jember, metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pedoman observasi, pedoman wawancara dan dokumentasi. Data yang dikumpulkan berupa hasil
observasi dan dokumrntasi perilaku negative anak dan pengasuhan orang tua dirumah.
Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui gaya pengasuhan orang tua yang suka
mengancam, memanjakan anak, overprotekftif kepada anak, membatasi pertemanan anak
menyebabkan anak berperilaku kurang mandiri, tidak bertangggung jawab, menjadi anak penakut,
dan anak tidak disiplin. Hal ini dapat disimpulkan bahwa gaya pengasuhan orang tua yang otoriter
serta permisif dapat menjadi alasan atau pemicu anak berperilaku negative.
1
ABSTRACT
The research problem in this study is how the negative behavior of children aged 4-5
years that arises is triggered by the parenting style carried out by parents in Tegal Batu Village,
Patrang District, Jember Regency.
This study aims to describe the negative behavior of children aged 4-5 years that appears
triggered by the parenting styles performed by parents in Tegal Batu Village, Patrang District,
Jember Regency.
This type of research is a qualitative descriptive study, in children aged 4-5 years and
parents of 1 child and 1 parent, in Tegal Batu Village, Patrang District, Jember Regency, the data
collection method used in this study is observation guidelines, guidelines interviews and
documentation. The data collected is in the form of observations and documentation of children's
negative behavior and parental care at home.
Based on the results of observations, it can be seen that the parenting style of parents who
like to threaten, spoil their children, be overprotective of their children, limit children's friendships,
cause children to behave less independently, are not responsible, become timid children, and
children are not disciplined. It can be concluded that authoritarian and permissive parenting styles
can be a reason or trigger for children.
2
PENDAHULUAN berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif dan
Anak usia dini adalah sosok individu yang mandiri, dan menjadi warga negara yang
sedang menjalani suatu proses perkembangan demokratis serta bertanggung jawab.
dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan Perilaku sosial merupakan kegiatan yang
selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang berhubungan dengan orang lain kegiatan yang
usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses berkaitan dengan pihak lain yang memerlukan
pertumbungan dan perkembangan dalam berbagai sosialisasi dalam hal. bertingkah laku yang dapat
aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam diterima oleh orang lain, sertya upaya
rentang perkembangan hidup manusia Berk, 1992 mengembangkap sikap sosial yang dapat diterima
(dalam Sujiono, 2012, hal.. 6). oleh orang lain. Perilaku sosial pada anak usia dini
Hainstock 1999 (dalam Sujino, 2012, hal. ini diarahkan untuk pengembangan sosial yang
54) mengatakan bahwa masa usia dini ini baik, seperti bekerjasama dengan baik, saling
merupakan periode sensitif (sensitive periods), tolong, menolong, berbagi, simpati, empati dan
selama masa periode sensitif inilah anak akan saling membutuhkan satu sama lain.
lebih mudah dalam menerima stimulus-stimulus Menurut Bar-Tal (dalam Susanto, 2011,
yang diberikan oleh lingkungan terhadap dirinya. hal. 138), perilaku sosial diartikan sebagai
Senada dengan pendapat Hainstock, perilaku yang dilakukan secara sukarela
Montessori (dalam Sujiono, 2012, hal. 54) (voluntary), yang dapat menguntungkan atau
menyatakan bahwa usia keemasan ini merupakan menyenangkan orang lain tanpa antisipasi reward
masa dimana anak mulai peka untuk menerima eksternal. Perilaku sosial ini dilakukan dengan
berbagai stimulasi dan berbagai upaya pendidikan tujuan yang baik seperti membantu, memberi, dan
dari lingkungannya baik disengaja maupun tidak menderma.
disengaja. Pada masa peka inilah terjadi Adapaun menurut Stang dan Wrightsman
pematangan fungsi fisik dan psikis sehingga anak (dalam Susanto, 2011, hal. 138), mengartikan
siap merespons dan mewujudkan semua tugas- perilaku sosial sebagai suatu perilaku yang secara
tugas perkembangan yang diharapkan muncul sukarela dilakukan dengan tujuan agar dapat
pada pola perilakunya sehari-hari. bermanfaat untuk orang lain. Upaya pemberian
Pendidikan menurut Jhon Dewey (2003, pendidikan dari lingkungan untuk mewujudkan
hal. 69) merupakan suatu proses pembentukan perkembangan perilaku sosial yang baik untuk
kecakapan-kecakapan fundamental secara anak salah satunya yaitu melalui jalur pendidikan
intelektual dan emosional kearah alam dan sesama informal, dimana pendidikan informal ini
manusia. didapatkan dari pola asuh orang tua terhadap anak
Sedangkan menurut Fuad Ihsan dilingkungan keluarga. Keluarga merupakan
menjelaskan bahawa pendidikan dalam pengertian tempat anak mendapatkan stimulasi pertama
yang sederhana dan umum makna pendidikan dalam hidupnya terutama oleh orang tua nya, oleh
sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan karena itu orang tua perlu menciptakan kedekatan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik dengan anak yang merupakan investasi yang
jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai sangat berharga.
yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam Peraturan Pemerintahan dan
Usaha-usaha yang dilakukan untuk menanamkan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146
nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta Tahun 2004 menuliskan suatu penelitian neuro
mewariskan kepada generasi berikutnya untuk sains yang menunjukkan bahwa masa peka belajar
dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang anak dimulai dari anak dalam kandungan sampai
terjadi dalam suatu proses pendidikan sebagai 1000 hari pertama kehidupannya. Menurut ahli
usaha manusia untuk melestarikan hidupnya. neurologi, pada saat lahir otak bayi mengandung
Sebagaimana seperti yang tercantum dalam 100 sampai 200 miliyar neuron atau sel saraf yang
UU RI No.21 Tahun 2003 Tentang Sistem siap melakukan sambungan antar sel. Sekitar 50%
Pendidikan Nasional mengenai tujuan pendidikan kapasitas kecerdasan manusia telah terjadi ketika
yaitu “pendidikan nasional berfungsi usia 4 tahun, 80% telah terjadi ketika berusia 8
mengembangkan kemampuan dan membentuk tahun, dan mencapai titik kulminasi 100% ketika
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat berusia 8-18 tahu. Penelitian lain juga
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa menunjukkan bahwa stimulasi pada usia lahi
yang bertujuan untuk berkembangnya potensi sampai 3 tahun ini jika didasari pada kasih sayang
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman bahkan bisa merangsang 10 triliun sel otak.
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Namun demikian, dengan satu bentakan saja 1
3
miliar sel otak akan rusak, sedangkan tindakan tepat untuk diterapkan dalam proses pengasuhan
kekerasan akan memusnahkan 10 miliar sel otak. anak.
Hal. ini erat kaitannya dengan bagaimana orang Sebelum menerapkan pola asuh yang akan
tua dalam memperlakukan anaknya yang dapat digunakan oleh orang tua dalam mengasuh anak,
berpengaruh terhadap terbentuknya miliaran sel sebaiknya orang tua paham terlebih dahulu akan
otak pada anak. makna dari pola asuh. Menurut pandangan para
Model perilaku orang tua secara langsung ahli psikologi dan sosiologi (dalam Tridhonanto &
maupun tidak langsung akan dipelajari dan ditiru Agency, 2018, hal.. 4) mengartikan polaasuh
oleh anak. Orang tua sebagai lingkungan terdekat sebagai gambaran yang dipakai orang tua untuk
yang selalu mengitarinya dan sekaligus menjadi mengasuh (merawat, menjaga, mendidik) anak-
figur idola anak yang paling dekat. Bila anak anaknya. Dari pandangan Singgih jelas bahwa
melihat kebiasaan baik dari orang tuanya maka pola asuh adalah suatu bentuk perilaku pola
dia akan sangat cepat menirunya, begitupun pengasuhan yang digunakan oleh orang tua dalam
sebaliknya apabila orang tua berperilaku buruk mendidik merawat dan menjaga anak.
makan akan ditiru perilakunya oleh anaknya. Sedangkan menurut Thoha
Model perilaku yang baik akan membawa dampak (dalamTridhonanto& Agency, 2018, hal. 4) pola
yang baik bagi perkembangan anak, demikian asuh adalah suatu cara terbaik yang dapat
juga sebaliknya. ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai
Hurlock (dalam Tridhonanto &Agency, perwujudan dan rasa tanggungjawab kepada anak.
2018, hal. 3) berpandangan bahwa perlakuan Dari paparan Thoha dijelaskan bahwa pola asuh
orang tua terhadap anak akan memengaruhi sikap merupakan bentuk perwujudan tanggungjawab
anak dan perilakunya. Sikap orang tua sangat orang tua terhadap anaknya dengan melakukan
menentukan hubungan dengan keluarga sebab cara terbaik dalam mendidik anak.
sekali hubungan itu terbentuk, hal. ini akan Pola asuh orang tua erat kaitannya dengan
cenderung bertahan. Hendaknya orang tua bisa pendidikan anak pada usia dini terutama pada
memahami anak dengan baik dan mengenali pembentukan perilaku sosial anak karena sesuai
sikapnya yang unik, mengembangkan dan dengan tulisan Susanto (dalam Susanto, 2011,
membina perilakunya dan kepribadiannya tanpa Hal.. 138) bentuk perilaku sosial yang penting
memaksanya menjadi orang lain. untuk diterapkan pada anak usia dini adalah
Menurut hasil penelitian yang dilakukan tahun-tahun pertama yakni penyesuaian sosial
oleh Waldrop dan Hal.verson (dalam Susando, yang memungkinkan anak dapat bergaul dengan
2011, Hal. 138) anak usia 2,5 tahun telah bersikap lingkungannya. Karena pada periode ini
ramah dan aktif secara sosial akan terus bersikap merupakan tahap perkembangan yang kritis,
seperti itu sampai usia 7,5 tahun. Mereka dimana sikap sosial dan pola perilaku sosial
menyimpulkan bahwa perilaku sosial pada usia dibentuk.
7,5 tahun diprediksi sebagai hasil kontribusi Tegal Batu merupakan suatu Desa yang
perilaku sosial pada usia 2,5 tahun. Di tahun- terletak dikawasan pinggir kota kecamatan
tahun pertama anak membutuhkan stimulasi Patrang Kabupaten Jember, suatu desa yang dekat
perilaku sosial yang baik yaitu melalui keluarga sekali dengan pegunung rembangan dengan
yang dituangkan dalam bentuk pola asuh yang kawasan daerah yang dikelilingi oleh suasana
diberikan oleh kedua orang tua mereka guna persawahan dengan rumah-rumah yang
mengoptimalkan perilaku anak di usia yang akan berdempetan satu sama lain yang penduduknya
mendatang. Terdapat beberapa metode pola asuh kebanyakan bekerja di sawah, ada pula yang
yang dapat dipilih orang tua dalam mengasuh bekerja di PT Gudang Garam, tak sedikit pula
anak-anaknya diantaranya otoriter, permisif, atau yang penduduknya bekerja sebagai pembantu
demokratis. Sebagian orang tua bergantung pada rumah tangga yang didomilisi oleh para ibu rumah
cara mereka sendiri dibesarkan oleh orang tua tangga dari Desa Tegal Batu, dan sebagian kecil
mereka sebelumnya, dan sebagian berdasarkan penduduknya merupakan pengusaha kecil-kecilan
pada pengalaman pribadi orang lain dalam seperti membuka salon, membuka jasa
membesarkan anaknya dan menuntut anaknya fotografer,membuka toko dan sebagian kecil
kelak akan menjadi seperti anak temannya. Salah bekerja di RS dr.Soebandi Jember.
satu upaya yang dilakukan untuk membentuk Kesibukan aktivitas masyarakat penduduk
perilaku sosial anak dengan baik yaitu dengan di Desa Tegal Batu ini dengan berbagai macam
pendampingan orang tua yang berbentuk pola pekerjaan mereka di luar rumah membuat mereka
asuh. Orang tua harus mempersiapkan dengan tidak dapat meluangkan waktu sepenuhnya
pengetahuan untuk menemukan pola asuh yang bersama anak-anak mereka dirumah dan
mengawasi anak mereka dirumah masing-masing
10
terutama bagi anak yang kedua orang tuanya saat peneliti mulai memasuki lapangan dan pada
sama-sama bekerja. Ditambah lagi jika dilihat dari saat penelitian berlangsung, caranya peneliti
sudut pandang tingkat pendidikan orang tua yang memilih orang tertentu yang dipertimbangkan
sebagian besarpenduduknya lulusan SD hingga akan memberikan data yang diperlukannya, maka
SMP yang sudah memutuskan untuk menikah dari itu dalam proses penentuan sampel, tidak
membuat penduduk di Desa Tegal Batu ini secara dapat ditentukan berapa banyak sampel yang akan
tidak langsung belum siap sepenuhnya untuk diambil oleh peneliti. Sumber data penelitian
membina rumah tangga dan menjadi orang tua diperoleh dari hasil pengamatan terhadap perilaku
yang benar-benar siap secara fisik maupun psikis negative anak usia 4-5 tahun yang menjadi obyek
dalam memberikan pola asuh yang efektif bagi penelitian serta hasil wawancara yang dilakukan
anak-anak mereka. Jika tidak didasari oleh oleh peneliti dengan orang tua dirumah dan guru
pondasi kuat orang tua dalam membina rumah di tempat anak bersekolah yang terletak di Desa
tangga dan memilih pengasuhan yang efektif bagi Tegal Batu Kecamatan Patrang Kabupaten Jember
anak, pendidikan oleh orang tua tidak dapat dan dokumentasi yang betujuan agar peneliti
tersampaikan secara optimal kepada anak. mendapatkan data-data untuk menganalisis gaya
Sehingga tidak dapat tercapai secara optimal pula pengasuhan asuh orang tua.
bagaimana perkembangan perilaku sosial anak di Penelitian ini dilaksanakan di sekolah dan
lingkungan rumah, maupun dilingkungan rumah kediaman obyek yang akan diteliti yaitu di
sekolahnya. Hal. inilah yang menyebabkan kurang Desa Tegal Batu Kecamatan Patrang Kabupaten
bersosialisasinya anak dengan lingkungan sekitar. Jember. Kediaman rumah obyek yang akan diteliti
Peneliti melakukan penelitian langsung terletak di daerah patrang tengah jl. Kenitu nomer
dengan alasan keterbatasannya kuota dan jaringan 210 RT 001 RW 004 Desa Tegal Batu Kecamatan
alat komunikasi dari orang tua, maka dari itu hal. Patrang Kabupaten Jember. Sedangkan sekolah
ini yang menjadi pertimbangan dan alasan peneliti yang juga menjadi lokasi penelitian terletak di
terjun secara langsung ke lapangan untuk jl.kurma RT 001 RW 004 Desa Tegal Batu
mendapatkan informasi yang sejelas-jelasnya dan Kecamatan Patrang Kabupaten Jember. TK Darun
sedalam-dalamnya terkait bagaimana peran serta Najah resmi di dirikan pada tanggal 20 Agustus
orang tua dalam memberikan pengasuhan 2005 oleh kiayi Ratajab yang juga merupakan
terhadap anak, dan melihat bagaimana perilaku pendiri Pondok Pesantren Darun Najah di Desa
sosial anak dirumah. Tegal Batu Kecamatan Patrang Kabupaten
METODE PENELITIAN Jember. Alasan peneliti memilih TK Darun Najah
Jenis penelitian yang digunakan dalam yang berlokasi di Desa Tegal Batu Kecamatan
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Menurut Patrang ini adalah selain lokasi yang mudah untuk
(Sugiyono, 2016, hal. 9) metode penelitian ditempuh oleh peneliti, juga untuk mengungkap
kualitatif adalah metode penelitian yang masalah yang akan diteliti mengenai bagaimana
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, peran pola asuh orang tua di desa tersebut yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek mayoritas penduduknya adalah pekerja diluar
yang alamiah, dimana prosedur pemecahan rumah yang memberi dampak bagi perkembangan
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan perilaku sosial anak.
atau menjelaskan secara alamiah tentang keadaan Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan
obyek yang sedang diteliti. Permasalahan yang data dilakukan pada natural seting\ kondisi yang
diteliti adalah peristiwa yang sedang terjadi di alamiah, sumber data primer, dan teknik
lapangan, yang dialami, dirasakan dan difikirkan pengumpulan data lebih banyak pada observasi
oleh partisipan/ sumber data. Data penelitian yang berperan serta (participan observation),
diperoleh dalam penelitian ini yaitu perilaku wawancara mendalam, dan dokumentasi. Pada
negative anak usia 4-5 tahun yang dipicu oleh penelitian ini peneliti menggunakan observasi
gaya pengasuhan orang tua di Desa Tegal Batu partisipatif pasif dimana dalam observasi ini
Kecamatan Patrang Kabupaten Jember, baik peneliti datang di tempat kegiatan orang yang
berupa hasil observasi, wawancara dan sedang diamati, tetapi tidak iku serta terlibat
dokumentasi. dalam kegiatan tersebut (Sugiyono, 2016, hal.
Lincoln & Guba 1985 (dalam Sugiyono, 227). Observasi yang dilakukan peneliti yaitu
2016, Hal. 219) mengemukakan bahwa penentuan dengan melakukan pengamatan bagaimana peran
sampel dalam penelitian kualitatif tidak orang tua dalam mengasuh anak, dan melihat
didasarkan dari perhitungan statistik. Sampel yang bagaimana anak dalam menunjukkan perilaku
dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi sosialnya. Wawancara digunakan sebagai teknik
yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan. pengumpulan data apabila peneliti ingin
Dalam penelitian kualitatif sumber data diambil melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
11
permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga jawaban dari hasil wawancara. Bila jawaban yang
apabila peneliti ingin mengetahui hal.-hal. dari diwawancari setelah dianalisis terasa belum
responden yang lebih endalam. Teknik memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan
pengumpulan data ini mendasarkan diri pada pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, dan
,aporan tentang diri sendiri atau self-report, atau diperoleh data yang dianggap kredibel. Dalam
setidak-tidaknya pada pengetahuan dan keyakinan menganalisis data observasi, peneliti
pribadi. Dalam penelitian ini, peneliti menguraikan/menuliskan hasil dari
menggunakan jenis wawancara terstruktur sebagai pengamatan\observasi terhadap subjek yaitu
teknik pengumpulan data yang akan diperoleh perilaku anak, dan pola asuh orang tua dirumah.
dengan menyiapkan instrumen penelitian berupa Peneliti mengambil dan mengumpulkan dokumen
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif berupa foto kegiatan yang berhubungan dengan
jawabannya pun telah disiapkan. Dengan objek yang akan digunakan sebagai salah satu
wawancara terstruktur ini setiap responden diberi teknik untuk menganalisis data yaitu dengan cara
pertanyaan yang sama, dan nantinya jawaban dari merangkum/ mendeskripsikan objek.
setiap pertanyaan akan dicatat oleh peneliti. Dalam penelitian ini cara yang diupayakan
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa peneliti akan kebenaran hasil penelitian agar dapat
yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk dipercaya, peneliti melakukan triangulasi. Dalam
tulisan, gabar, karya-karya monumental dari teknik pengumpulan data triangulasi diartikan
seseorang. Dokumentasi yang berbentuk tulisan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life menggabungkan dari berbagai teknik
histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. pengumpulan data dan sumber data yang telah
Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data
gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumentasi dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti
merupakan pelengkap dari penggunaan metode pengumpulkan data yang sekaligus menguji
observasi dan wawancara dalam penelitian kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data
kualitatif (Sugiono, 2016, hal.. 240). Dokumentasi dengan berbagai teknik pengumpulan data dan
dilakukan oleh peneliti pada saat orang tua sumber data. Triangulasi teknik, berarti peneliti
melakukan kegiatan sehari-hari yang berkaitan menggunakan teknik pengumpulan data yang
dengan pola asuh orang tua terhadap anak, dan berbeda-beda. Untuk mendapatkan data dari
saat melakukan kegiatan wawancara terhadap sumber yang sama, peneliti menggunakan
orang tua di Desa Tegal Batu Kecamatan Patrang observasi pastisipatif,wawancara mendalam, dan
Kabupaten Jember. dokumentasi untuk sumber data yang sama secara
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi serempak. Triangulasi sumber berarti untuk
instrumen utamanya adalah peneliti itu sendiri, mendapatkan data dari sumber yang berbeda
namun stelah fokus penelitian menjadi jelas, maka dengan teknik yang sama.
kemungkinan akan dikembangkan instrumen HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian sederhana, yang diharapkan dapat Perilaku Negatif Penakut
melengapi data dan membandingnkan dengan data Data yang peneliti peroleh dari hasil
yang telah di temukan melalui observasi, wawancara dengan orang tua, orang tuanya
dokumentasi dan wawancara. Peneliti akan terjun menceritakan ketika kegiatan bermain bebas
langsung ke lapangan sendiri untuk melakukan diluar kelas DF langsung lari ketika melihat
pengumpulan data, analisis, dan membuat segerombolan temannya menghampirinya di
kesimpulan (Sugiyono, 2016, hal. 222). Selain itu permainan kereta putar, DF menjauh dari teman-
sendiri, yang menjadi instrumen penelitian dalam temannya dikarenakan trauma yang pernah DF
penelitian ini adalah lembar observasi mengenai alami ketika diganggu temannya di permainan
pola asuh orang tua dalam mengembangkan kereta berputar, hal ini terjadi lantaran peringatan
perilaku sosial emosional anak, pedoman dari orang tua DF harus segera turun dari
wawancara dan dokumentasi yang berupa foto- permainan kereta putar ketika teman-temannya
foto kegiatan pola asuh orang tua terhadap anak. mulai datang, dan mengizinkan DF bermain
Teknik penganalisisan data dalam penelitian ketika ditemani oleh mamanya saja. Menurut teori
ini menggunakan analisis data lapangan model yang dituliskan Hurlock (dalam Hurlock, 1978,
Miles and Huberman. Analisis data dilakukan Hal. 2014) bahwa perlindungan orang tua yang
pada saat pengumpulan data berlangsung, dan berlebihan mencakup pengasuhan dan
setelah selesai pengumpulan data dalam periode pengendalian anak secara berlebihan. Hal ini
tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah menumbuhkan ketergantungan yang berlebihan,
melakukan analisis terhadap jawaban yang ketergantungan pada semua orang bukan hanya
diwawancarai dengan cara mencatat/ merangkum orang tua saja, dan menimbulkan kurangnya rasa
12
percaya diri,penakut bahkan sampai frustasi pada selesai belajar tanpa mengajak DF ikut serta
anak yang menyebabkan anak sampai menangis. membereskan peralan belajarnya. Perilku mama
Dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan DF dapat dikatakan kurang menumbuhkan sikap
oleh sari menunjukan bahwa orang tua yang tanggung jawba kepad anaknya, sehingga
menggunakan pola suh otoriter memiliki dampak menyebabkan DF menuntut perhatian berlebih
terhadap perilaku anak anak menjadi tidak dan pelayanan dari orang tuanya, Pola asuh yang
menurut disekolah lalu suka bertindak semaunya diterapkan pada kasus ini adalah pola asuh
sendiri dan susah diatur oleh guru jika tidak ada permisiv, yaitu memanjakan dan membiarkan
pengawasan dari orang tuanya disekolah. anak tidak bertanggung jawab sehingga
Sedangkan pola suh otoriter yang diterapkan oleh menimbulkan perilaku yang menyebabkan
orang tua pada penelitian ini memiliki dampak penyesuaian sosisal anak buruk didalam maupun
yang berbeda yaitu perilaku anak yang penakut diluar rumah (Hurlock, 1978, Hal. 204).
dan mudah menangis bahkan cenderung menjauhi Perilaku Tidak Disiplin
temannya saat disekolah. Salah satu gaya pengasuhan yang
Perilaku Tidak Antusias dalam Bermain diterapkan oleh orang tua adalah pendisiplinan.
Data yang peneliti peroleh dari hasil Cara orang tua melakukan pendisiplinan salah
wawancara dengan guru DF adalah perilaku DF satunya adalah dengan menggunakan hukuman,
yang sangat pemilih dalam berteman hal ini baik hukuman secara langsung maupun tidak
terlihat dari kegiatan DF ketika didalam kelas langsung. Pada penelitian ini, orang tua
yang tidak mau membaur dengan teman kelasnya menerapkan gaya pengasuhan pendisiplinan
melainkan hanya ingin bersama satu teman yang dengan hukuman secara tidak langsung yaitu
biasa bermain dengan DF ketika dirumah. Dari ancaman akan dipukul dan dilaporkan kepada
beberapa hasil wawancara ketika dirumah guru kelasnya saat DF tidak mau belajar dirumah.
bersama ibunya, salah satu pola pengasuhan yang Senada dengan tulisan BKKBN, hasil penelitian
diterima oleh DF yaitu perlakuan sang nenek yang terdahulu milik Wati dan Puspitasari (2019,
sangat membatasi DF saat bermain dirumahnya Hal.23) penyebab tertinggi orang tua melakukan
dan hanya membolehkan DF bermain dengan tindak kekerasan terhadap anak adalah untuk
saudaranya atau teman yang hanya berada. mendisiplinkan anak. Perilaku ayahnya terhadap
Pengontrolan orang tua yang sangat ketat terhadap DF merupakan bentuk pola asuh otoriter dimana
anaknya merupakan ciri-ciri dari pola asuh secara telah dijelaskan (dalam BKKBN, 2014, Hal. 24)
otoriter menurut Stewart dan Koch 1983 orang tua otoriter adalah orang tua yang memaksa
(dalamTridhonanto & Agency,2002, Hal. 8) dan anak untuk mengikuti apa yang orang tua
salah satu yang merupakan aspek dari pola asuh inginkan.
orotiter adalah orang tua yang memilih-milih Perilaku Tidak Mandiri
orang yang akan menjadi teman anaknya. Dalam Dari hasil penelitian terdahulu Hidayati
hal ini perlakuan orang tua dirumah akan (2014, hal. 5) menunjukkanbahwa pola asuh
berimbas kepada perilaku negatif anak baik otoriter mempengaruhi terbentuknya perilaku
dirumah maupun disekolah yang memiliki kemandirian anak hal ini terlihat dari kolerasi
dampak anak menjadi pemilih dalam berteman. partial yang menunjukkan bahwa terdapat
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu milik hubungan yang bersifat negative antara pola asuh
Sarifudin & Hastuti (2020, hal. 5) bahwa gaya otoriter dengan kemandirian anak yang artinya
pengasuhan otoriter berpengaruh signifikan positif bahwa semakin tinggi penerapan pengasuhan
terhadap gangguan perilaku anak hal ini otoriter maka semakin rendah tingkat kemandirian
dikarenakan dalam pengasuhannya ibu menuntut anak . hal ini sesuai dengan apa yang telah
anak secara berlebihan. Hasil penelitian ini sejalan dikemukakan oleh Santrock (2011) (dalam
juga dengan Covell dan Howe (2008) (dalam Hidayati, hal.5) tentang akibat dari penerapan pola
Sarifudin & Hastuti, 2020, hal. 5) yang asuh otoriter yang salah satunya anak gagal untuk
mengungkapkan bahwa perlakuan pada anak memualai aktivitas. Padahal menurut Suharnan
membuat anak beresiko mengalami masalah karaketerristik kemandirian itu salah satunya
perkembangan perilaku seperti masalah dengan adalah anak mampu mengambil inisiatif dan
teman sebayanya suka menyendiri atau sering mengendalikan aktifitas atau kegiatan yang
digertak temannya. dilakukan. Munculnya perilaku negative tidak
Perilaku Tidak Bertanggung Jawab mandiri pada anak dipicu bukan hanya pada pola
Hasil penelitian yang diperoleh peneliti pengasuhan orang tua yang otoriter melainkan
melalui wawancara dengan mama DF dan pada penelitian ini kenyataan yang terjadi
observasi dirumah DF terlihat mama Df dilapangan adalah perilaku negative tidak mandiri
membereskan peralatan belajar DF setelah DF yang dimunculkan oleh anak dipicu dari gaya
13
pengasuhan orang tua yang cenderung dilakukan oleh Delfi &Sugito (2017, hal. 157 )
memanjakan anaknya. Perilaku anak yang tidak menjelaskan juga bahwa orang tua sebagai subjek
mandiri dalam penelitian ini terlihat ketika anak penelitian belum memaksimalkan waktunya untuk
seusia DF yaitu 4-5 tahun yang masih disuapi oleh mendampingi anak pada saat bermain handphone
neneknya ketika makan. Dari pola pengasuhan (bermain game online). Bentuk pendampingan
neneknya terhadap DF membuat DF menjadi anak tersebut sebagai wujud kontrol orang tua sebagai
yang tidak mandiri padahal tingkat pencapaian peletak dasar kepribadian anak. Berbeda dengan
perkembangan sosial anak yang tertera dalam hasil penelitian yang dilakukan Delfi &Sugito
PERMENDIKBUD 137 tentang standar nasional (2017), dalam penelitian ini perilaku negative
anak usia dini yang seharusnya dimiliki oleh anak yang muncul pada anak adalah perilaku negative
seusia DF yaitu 4-5 tahun sudah mampu tidak mau berbagi atau tidak peduli dengan
menunjukan sikap mandiri dalam kegiatan sehari- lingkungan sekitar karena asik bermain
hari namun tidak muncul pada DF. handphone (bermain game) dan pengontrolan
Perilaku Tidak Mau Berbagi orang tua yang membiarkan anaknya asik bermain
Hasil penelitian yang diperoleh peneliti game tanpa peduli dengan orang lain yang ada
melalui wawancara dengan mama DF dan didekatnya. Tidak adanya control dari orang tua
observasi dirumah DF peneliti melihat DF asik menyebabkan anak pada akhirnya memiliki
bermain HP dan tidak mau berbagi dengan perilaku negative tidak mau berbagi atau tidak
saudaranya dan peneliti melihat sikap orang tua peduli dengan lingkungan sekitar.
yang membiarkan DF hingga membuat adik Tabel 1. Kategori Bentuk Pengasuhan yang
saudaranya menangis karna DF tidak mau Menyebabkan Perilaku Negatif pada Anak
meminjamkan handphonenya. Hal ini menjadi No Perilaku Bentuk Pengasuhan Orangtua
sebuah penyimpangan perilaku dikarenakan DF Negatif
tidak mau berbagi dengan adiknya yang usianya 1 Perilaku Orang tua melindungi anak
jauh dibawah DF, anak seusia DF seharusnya Negatif secara berlebihan, dengan
sudah mampu menunjukkan perilaku mau berbagi Penakut menyuruh sang anak untuk
sesuai dengan capaian tingkat perkembangan selalu berada diawasan guru
perilaku sosial anak yang tercantum dalam dan mamanya ketika di
Permendikbud 137 lampiran 1 halaman 8 dimana sekolah
anak usia 4-5 tahun sudah mampu menunjukkan 2 Perilaku
perilaku mau berbagi. Pola asuh yang diterapkan Tidak
oleh mama DF dalam kasus ini yaitu pola asuh Antusias
permisif, hal ini sesuai dengan yang aspek pola Dalam
asuh orang tua permisif yang terdapat (dalam Bermain
Tridhonanto & Agency, 2018, Hal. 15) yaitu 3 Perilaku Orang tua yang memanjakan
orang tua yang tidak peduli terhadap maslaah Negatif anak dengan cara
yang dihadapi oleh anaknya yang berdampak anak Tidak membiarkan anak tidak
tidak memiliki kendali diri yang baik yaitu tidak Mandiri membereskan peralatan
mau berbagi. Pada pembahasan yang sama belajarnya, justru orang tua
mengenai kegiatan anak dalam bermain yang membereskannya
handphone (bermain game) berdasarkan hasil 4 Perilaku Orang tua menggunakan cara
penelitian terdahulu milik (..) menyatakan Negatif yang keras seperti ancaman
penyebab perilaku negative yang muncul pada Tidak akan dipukul dan diadukan
anak yang sering bermain game adalah perilaku Disiplin kepada gurunya ketika anak
agresif seperti memukul, menendang, menarik tidak menuruti perintah
baju, berebut mainan, menindih, mendorong. orang tua
Ketika perilaku negative ini sudah terbentuk maka 5 Perilaku Selalu melayani kebutuhan
akan muncul konsekuensi yang akan diterima oleh Negatif anak seperti makan yang
sang anak dan tentu juga sangat merugikan Tidak harus disuapi dan tidur yang
lingkungan sekitar. Adapun konsekuensi yang Mandiri harus ditemani
diterima terseubt adalah anak dijauhi oleh 6 Perilaku Membiarkan perilaku anak
temannya, sasaran menjadi terganggu. Hasil Negatif berbuat keinginannya sendiri
penelitian yang dilakukan oleh Delfi & Sugito Tidak Mau tanpa control dari orang tua
(2017, hal. 156) juga menyatakan bahwa Berbagi
penyebab perilaku agresif anak selain bermain
game juga dipengaruhi oleh factor peran KESIMPULAN DAN SARAN
pengasuhan orang tua. Dalam penelitian yang
14
terhadap munculnya perilaku negative DF
Kesimpulan yangi tidak mandiri, penakut, tidak membaur
Berdasarkan pembahasan diatas dengan teman kelasnya, kurang bertanggung
disimpulkan bahwa DF mengelami jawab, dan tidak mau berbagi serta acuh
penyimpangan perkembangan perilaku, terhadap lingkungan sekitar.
dimana perilaku negatif yang tampak dari Saran
kegiatan DFsehari-hari belum sesuai dengan Dalam studi penelitian ini masih dapat
indikator tingkat pencapaian perkembangan dikembangkan untuk diteliti lebih mendalam
perilaku sosial usia 4-5 tahun. Dan ditemukan perilaku negative anak usia 4-5 tahu yang
bahwa gaya pengasuhan orang tua DF yang dipicu dari gaya pengasuhan orang tua.
otoriter juga permisif menjadi pemicu
15