Laporan Perawatan Bantalan Luncur-462

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

PERAWATAN DAN PERBAIKAN MESIN 1


PEMASANGAN DAN PELEPASAN BEARING TIPE SKF 6206

Dosen Pengampu :
Ig. Gunawan W., S.T, M.T.

Oleh Kelompok 5:
Ghozi Naufal R (3.21.17.5.09)
Muhammad Imdad U (3.21.17.5.14)
ME – 3F

PROGRAM STUDI D III TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga saya pada akhirnya bisa
menyelesaikan laporan Praktikum Perawatan dan Perbaikan Mesin 1 tepat pada waktunya.

Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada Dosen Pengampu yang selalu memberikan
dukungan serta bimbingannya sehingga Laporan Praktikum Perawatan dan Perbaikan Mesin
1 ini dapat disusun dengan baik.

Semoga Laporan Praktikum Perawatan dan Perbaikan Mesin 1 yang telah kami susun ini
turut memperkaya khazanah ilmu biologi serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman
para pembaca.

Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Kami juga
menyadari bahwa Laporan Praktikum Perawatan dan Perbaikan Mesin 1 ini juga masih
memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu kami mengharapkan saran serta masukan dari
para pembaca sekalian demi penyusunan Laporan Praktikum Perawatan dan Perbaikan Mesin
1 dengan tema serupa yang lebih baik lagi.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia industri, penulis sering menjumpai macam-macam bearing.


Dimana bearing biasa digunakan sebagai bantalan poros supaya pada saat
perpindahan daya, mengurangi terjadinya kehilangan daya akibat gesekan. Dalam
pemasangan dan pelepasan bearing harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang
benar, agar tidak terjadi keausan/kerusakan pada poros dan bearing.
Bantalan merupakan salah satu bagian dari elemen mesin yang memegang
peranan cukup penting karena fungsi dari bantalan yaitu untuk menumpu sebuah
poros agar poros dapat berputar tanpa mengalami gesekan yang berlebihan. Bantalan
harus cukup kuat untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya bekerja
dengan baik.
Oleh karena itu, penulis melakukan praktek latihan kerja dilaboratorium
perawatan dan perbaikan supaya mampu melakukan pemasangan dan pelepasan
bearing dengan baik dan benar.
1.2 Tujuan
Setelah melakukan pratikum ini, diharapkan mahasiswa mampu
1) Melepas bantalan gelinding dari porosnya dengan cara yang benar
2) Memasang atau merakit bantalan gelinding pada poros dengan cara yang benar.
3) Mengetahui alat alat yang di gunakan untuk merakit dan melepas bantalan
gelinding (Bearing)
4) Mengukur komponen-komponen yang terdapat pada bantalan gelinding (bearing)
1.3 Manfaat
1) Mahasiswa dapat melakukan pelepasan dan perakitan bantalan gelinding pada
poros atau dudukan poros.
2) Mahasiswa dapat mengetahui apa yang perlu diperhatikan pada bantalan
gelinding
3) Mahasiswa dapat mengetahui kesalahan-kesalahan yanga ada pada bantalan
gelinding.
4)
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Bearing

Bantalan adalah elemen mesin yang mampu menumpu poros berbeban, sehingga
gesekan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan panjang usia
pemakianya. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros suatu mesin
bekerja dengan baik. ( Sularso, 2002 ).

Gambar 1. Bearing atau bantalan

Gambar 2. Bagian-bagian
bantalan
2.2 Klasifikasi Bantalan

Bantalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Atas Dasar Gerakan Bantalan Terhadap Poros

 Bantalan luncur, bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan
bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan
dengan perantaraan lapisan pelumas.
 bantalan gelinding, pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara
bagian yang berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti
bola (peluru), rol atau rol jarum dan rol bulat.

2. Atas Dasar Arah beban dan poros

 Bantalan Radial, arah bantalan ini adalah tegak lurus sumbu poros
 Bantalan radial, bantalan ini sejajar dengan sumbu poros
 Bantalan gelinding khusus, bantalan ini dapat menumpi beban yang
arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros.

2.3 Tipe bearing dan penerapannya

Bearing yang beredar sekarang terdiri dari berbagai macam bentuk dengan
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hal yang perlu diketahui dalam pemilihan
bearing antara lain :
 Mengetahui kemungkinan penyebab terjadinya kesalahan dan akibatnya. Bearing
yang telah rusak akan menimbulkan bunyi yang berisik. Dengan mengetahui dan
memahami penyebab kesalahan dan kesalahannya dapat digunakan sebagai dasar
untuk mengatasi masalah selanjutnya.
 Mengetahui standar bearing, hal ini untuk memudahkan pemesanan/pembeliannya
jika ada penggantian bearing.
Jenis-jenis bearing antara lain :
1. Single row groove ball bearings
2. Double row self aligning ball bearingss
3. Single row angular contact ball bearings
4. Double row angular contact ball bearings
5. Double row barrel roller bearings
6. Single row cylindrical bearings
7. Tapered roller bearings
8. Single direction thrust ball bearings
9. Double direction thrust ball bearings
10.Ball and socket bearings

Secara umum jenis bearing dibagi berdasarkan jenis diatas, namun pada
kenyataannya bentuk dan ukurannya pun bervariasi. Keadaan ini biasanya disebutkan
dalam katalog yang dibuat oleh pabrik yang bersangkutan. Variasi-variasi itu biasanya
adalah :
 Diameter poros
 Lubang bearing cincin dalam
 Lebar bearing
 Seal
 Cara pasang

1. Single row groove ball bearings Bearing ini mempunyai alur dalam pada kedua
cincinnya. Karena memiliki alur, maka jenis ini mempunyai kapasitas dapat menahan
beban secara ideal pada arah radial dan aksial. Maksud dari beban radial adalah beban
yang tegak lurus terhadap sumbu poros, sedangkan beban aksial adalah beban yang
searah sumbu poros.
2. Double row self aligning ball bearings Jenis ini mempunyai dua baris bola, masing-
masing baris mempunyai alur sendiri-sendiri pada cincin bagian dalamnya. Pada
umumnya terdapat alur bola pada cincin luarnya. Cincin bagian dalamnya mampu
bergerak sendiri untuk menyesuaikan posisinya. Inilah kelebihan dari jenis ini, yaitu
dapat mengatasi masalah poros yang kurang sebaris.
3. Single row angular contact ball bearings Berdasarkan konstruksinya, jenis ini ideal
untuk beban radial. Bearing ini biasanya dipasangkan dengan bearing lain, baik itu
dipasang secara pararel maupun bertolak belakang, sehingga mampu juga untuk
menahan beban aksial.
4. Double row angular contact ball bearings Disamping dapat menahan beban radial,
jenis ini jgua dapat menahan beban aksial dalam dua arah. Karena konstruksinya juga,
jenis ini dapat menahan beban torsi. Jenis ini juga digunakan untuk mengganti dua
buah bearing jika ruangan yang tersedia tidak mencukupi.
5. Double row barrel roller bearings Bearing ini mempunyai dua baris elemen roller
yang pada umumnya mempunyai alur berbentuk bola pada cincin luarnya. Jenis ini
memiliki kapasitas beban radial yang besar sehingga ideal untuk menahan beban
kejut.
6. Single row cylindrical bearings Jenis ini mempunyai dua alur pada satu cincin yang
biasanya terpisah. Eek dari pemisahan ini, cincin dapat bergerak aksial dengan
mengikuti cincin yang lain. Hal ini merupakan suatu keuntungan, karena apabila
bearing harus mengalami perubahan bentuk karena temperatur, maka cincinya akan
dengan mudah menyesuaikan posisinya. Jenis ini mempunyai kapasitas beban radial
yang besar pula dan juga cocok untuk kecepatan tinggi.
7. Tapered roller bearings Dilihat dari konstriksinya, jenis ini ideal untuk beban aksial
maupun radial. Jenis ini dapat dipisah, dimana cincin dalamnya dipasang bersama
dengan rollernya dan cincin luarnya terpisah.
8. Single direction thrust ball bearings Bearing jenis ini hanya cocok untuk menahan
beban aksila dalam satu arah saja. Elemenya dapat dipisahkan sehingga mudah
melakukan pemasangan. Beban aksial minimum yang dapat ditahan tergantung dari
kecepatannya. Jenis ini sangat sensitif terhadap ketidaksebarisan (misalignment)
poros terhadap rumahnya.
9. Double direction thrust ball bearings Jenis ini sama seperti point 8, hanya saja bearing
jenis ini dapat diberi beban aksial dalam dua arah. Bagianbagiannya pun juga dapat
dipisahkan sehingga mudah bongkar dan pasangnya.
10. Ball and socket ball bearings Bearing jenis ini mempunyai alur dalam berbentuk bola,
yang bisa membuat elemennya berdiri sendiri. Kapasitasnya sangat besar terhadap
beban aksial. Selain itu juga dapat menahan beban radial secara simultan dan cocok
untuk kecepatan yang tinggi.
BAB III
METODOLOGI PENGUJIAN
3.1 Alat dan Bahan Praktikum

1. Kunci- kunci Pembongkaran/Perakitan

2. Feeler Gauge

3. Palu Besi

4. Batang / silinder perantara (sleeve)


5. Tracker

6. Blok siku besi

7. Minyak pelumas

8. Kain lap pembersih


9. Dial indicator

10. Jangka sorong

3.2 Langkah Kerja

3.2.1 Pembongkaran
1. Siapkan block siku tempat dudukan poros
2. Pasang poros bantalan pada block siku dengan posisi vertical atau horizontal
3. Bersihkan poros dengan kain halus dan beri / oleskan pelumas
4. Pasang bantalan gelinding pada poros menurut ukurannya yang sesuia
5. Kencangkan pemasangan bantalan pada poros dengan menggunakkan Silinder
perantara yang diarahkan pada cincin dalam(inner ring) bantalan dan pukul
perlahan menggunakkan palu besi, jika pemasangan bantalan dilakukan pada
lubang maka silinder perantara diarahkan ke badian luar cincin (Outer Ring)
lalu pukul perlahan. Seperti gambar di bawah ini

6. Periksa pemasangan bantalan gelinding pada poros dengan cara diputar


-putarkan.
7. Check kondisi pasangan bantalan gelinding pada poros dan lakukan
pemeriksaan putaran bantalan dengan menggunakan Dial indicator unttuk
mendeteksi bila terjadi penyimpangan radial maupun aksial.

3.2.2 Pelepasan bearing


1. Gunakan alat penarik (Tracker / Puller ) menurut ukuran yang sesuai dengan
bantalan yang akan dilepas.

2. Kaitkan kaki – kaki puller pada Inner Ring Bantalan hal ini uga berlaku untuk
pelepasan bantalan pada lubang.

3. Putarlah batang puller kearah kanan (searah jarum jam ) secara perlahan –
lahan dengan menggunakkan kunci ring. Sehingga bantalan tertarik / tergeser
keluar sampai akhirnya lepas.

BAB IV
DATA HASIL PRAKTIKUM
Gambar Bearing tipe SKF 6206 zz

1. Bearing pada poros

 Data hasil Praktikum :

 Tipe Bearing : SKF


 Jenis Bearing : 6206 zz
 Diameter Outer ring Bearing : 62 mm
 Diameter Inner ring Bearing : 30 mm
 Diameter poros : 30 mm
 Clearence : 0.03 mm

2. Bearing pada lubang


 Data hasil praktikum :
 Tipe Bearing : SKF
 Jenis Bearing : 6206 zz
 Diameter Outer ring Bearing : 62 mm
 Diameter Inner ring Bearing : 30 mm
 Diameter lubang : 62 mm
 Clearence : 0.03 mm

Tabel Bearing yang digunakkan :


BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan

Berdasarkan data haisl praktikum didapat kan data dimeter poros dan diameter Dalam
bantalan luncur masih dalam keadaan baik. Dalam pembongkaran dan perakitan bantalan
luncur, ketidakrataan ditemukan pada poros B saat dilakukan pengukuran menggunakan spirit
level. Setelah diukur dengan feeler gauge, harus ditambahkan shim sebesar 1,05 mm pda
poros B sisi 2.

Kelebihan Bantalan Luncur:


1. Mampu menumpu poros berputaran tinggi dengan beban besar.
2. Konstruksinya sederhana dan dapat dibuat serta dipasang dengan mudah.
3. Dapat meredam tumbukan dan getaran sehingga hampir tidak bersuara.
4. Tidak memerlukan ketelitian tinggi sehingga harganya lebih murah.

Kekurangan Bantalan Luncur:


1. Gesekan besar pada awal putaran.
2. Memerlukan momen awal yang besar.
3. Pelumasannya tidak begitu sederhana.
4. panas yang timbul dari gesekan besar sehingga memerlukan pendinginan khusus.

5.2 Kesalahan yang Umum Terjadi

A. Kesalahan karena kontaminasi, disebakan oleh :


1. Pada perakitan kebersihannya tidak terjaga
2. Masuknya kotoran melalui bagian samping bantalan
3. Adanya kotoran dalam pelumas karena partikel keausan

B. Selongsong Bantalan yang Cepat Aus, disebabkan oleh :


1. Pelumasan yang kurang
2. Tersumbatnya saluran pelumasan
3. Kurang tepatnya perakitan selongsong yang berhubungan dengan lokasi alur pelumas.
C. Kelelahan Material Bantalan
Kelelahan pada material bantalan akan menyebabkan robekan yang bahkan akan erlanjut
dengan mulainya terjadi potongan-potongan pada robekan tersebut. Hal ini diakibatkan oleh :
1. Beban bantalan yang berlebihan
2. Pada bantalan sering terjadi beban kejut dan hentakan

5.3 Perbedaan Bantalan Gelinding dan Bantalan Luncur

Aspek Pembeda Bantalan Gelinding Bantalan Luncur

Pada bantalan luncur terjadi gesekan


Pada bantalan gelinding terjadi
luncur antara poros dan bantalan,
gesekan gelinding antara elemen
Prinsip dasar karena permukaan poros ditumpu
yang berputar dengan elemen yang
oleh permukaan bantalan dengan
diam melalui elemen gelinding
perantaraan pelumas
Tumpuan yang dapat Poros putaran rendah dan beban Poros putaran tinggi dan beban yang
diberikan (umumnya) yang kecil besar
Rumit, sehingga sulit dilakukan Sederhana, sehingga mudah
Konstruksi
bongkar pasang dilakukan bongkar pasang
Sulit, dilakukan dalam standarisasi
(dengan berbagai bentuk dan ukuran)
Proses pembuatan Mudah
supaya menekan biaya produksi
serta memudahkan penggunaan
Sangat tinggi baik dalam bentuk
maupun ukuran, sehingga bantalan
Ketelitian Tidak setinggi bantalan gelinding
jenis ini hanya dapat dibuat pabrik-
pabrik tertentu
Sangat besar pada saat mulai jalan,
Gesekan yang
Sangat kecil dan relatif konstan sehingga membutuhkan momen awal
ditimbulkan
yang besar
Cukup besar (terutama pada beban
Panas yang
Cukup kecil, tidak membutuhkan yang besar), sehingga membutuhkan
dihasilkan dari
pendinginan khusus pendinginan khusus supaya
gesekan
panasnya dapat berkurang

Sangat sederhana (minimum, bahkan


ada yang tidak memerlukan Tidak sederhana, tetapi mampu
pelumasan kembali), tetapi tidak meredam tumbukan dan getaran,
Sistem pelumasan
dapat meredam tumbukan dan sehingga relatif lebih tenang dan
getaran, sehingga menghasilkan hampir tidak menghasilkan suara
suara berisik pada putaran tinggi

Harga (umumnya) Lebih mahal Lebih murah

BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan

Pada praktikum didapat kan data dimeter poros dan diameter Dalam bantalan luncur
masih dalam keadaan baik.Akan tetapi terdapat ketidakkerataan pada poros B sehingga perlu
penambahan shim.

Kesalahan yang umum terjadi antara lain : keslaahan karena kontaminasi, selongsong
bantalan yang cepat aus, dan kelelahan material bantalan yang akan menyebabkan robekan
bahkan potongan.

6.2 Saran
1. Proses pembongkaran dan perakitan dilkukan step by step sesuai dengan yang terdapat
pada jobsheet
2. Pengukuran dilkukan berulang untuk menunjukkan validitas data.

DAFTAR PUSTAKA
Daniel Christianto Setyo Prihangkoso . Perbedaan Bantalan gelinding dan Bantalan luncur .
Universitas Gajah Mada . Yogyakarta

Fadhila, Rahmat, dkk . 2018 . Perawatan


permesinan dasar 2 Perakitan dan Penyebarisan
bantalan luncur. Politeknik Negeri Semarang . Semarang

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai