Laporan Praktikum Elemen Mesin
Laporan Praktikum Elemen Mesin
Laporan Praktikum Elemen Mesin
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dalam segala bidang
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam laporan ini adalah merencanakan system yang terdapat
pada mesin sand molen, perencanaan ini meiputi design, poros, puli, belt, roda gigi dan
pelumasan pada mesin sand molen.
Yang dimana kelompok kami mempunyai inputan data sebagain berikut:
Putaran motor : 1750 rpm
Daya motor : 2 Hp
Serta memiliki output sebagai berikut :
Putaran akhir : 550 rpm
1.3.
Batasan Masalah
2
System transmisi yang direncanakan adalah system transmisi yang didalamnya
mencakup semua elemen mesin, di antaranya poros, puli, belt, roda gigi, dan pelumasan
pada mesin sand molen. Pada perencanaan ini hanya dibatasi pada aspek geometri,
dimensi, perhitugan dan material dari setiap elemen mesin yanag ada pada sand molen.
1.4.
-
Tujuan Perancangan
Adapun tujuan dari perancangan ini adalah:
Mengetahui mekanisme kerja dari mesin sand molen
Mengetahui parameter yang digunakan dalam perancangan mesin sand molen
Dapat merancang mesin sand molen dengan efisiensi dan efektifitas kerja yang
tepat.
1.5.
1.
Manfaat Perancangan
Manfaat dari penulisan laporan ini adalah:
Memberikan gambaran secara umum mengenai
2.
mekanisme
perencanaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gear (Roda Gigi)
2.1.1 Pengertian Gear (Roda Gigi)
Roda gigi adalah roda yang berguna untuk mentransmisikan daya yang besar
atau putaran yang cepat. Rodanya dibuat bergerigi dan berbentuk silinder atau
kerucut yang saling bersinggungan pada kelilingnya agar jika salah satu berputar
maka yang lain ikut berputar.
2.1.2 Macam-Macam Gear (Roda Gigi)
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
3
Berdasarkan letaknya pada poros, roda gigi dapat dikelompokkan atas tiga
macam, yaitu :
1.
- Gaya radial
Fr = Ft tan
4
Gambar 2.1 Roda Gigi Lurus
Sumber : Sularso Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin hal 213
b. Roda Gigi Miring
Roda gigi miring mempunyai jalur gigi yang membentuk ulir pada silinder
jarak bagi. Pada roda gigi miring ini, jumlah pasangan gigi yang saling membuat
kontak serentak adalah lebih besar dari pada roda gigi lurus, sehingga
pemindahan momen atau putaran melalui gigi-gigi tersebut dapat berlangsung
dengan halus. Sifat ini sangat baik untuk mentransmisikan putaran tinggi dan
beban besar. Namun roda gigi miring memerlukan bantalan aksial dan kotak
roda gigi yang lebih kokoh, karena jalur roda gigi yang membentuk ulir tersebut
menimbulkan gaya reaksi yang sejajar dengan poros.
Gaya pada roda gigi miring
- Gaya tengensial
Ft
- Gaya aksial
Fx = Ft tan
- Gaya radial
Fr = Ft
Kelebihan :
Gigi-gigi yang bersudut menyebabkan pertemuan antara gigi-gigi menjadi
perlahan sehingga pergerakan dari roda gigi menjadi halus dan minim
getaran.
Roda gigi miring mampu dioperasikan pada kecepatan tinggi dibandingkan
spur karena kecepatan putar yang tinggi dapat menyebabkan spur mengalami
getaran yang tinggi. Spur lebih baik digunakan pada putaran yang rendah.
Kecepatan putar dikatakan tinggi jika kecepatan linear dari pitch melebihi 25
m/detik.
5
Kekurangan :
Gaya aksial lebih besar, sehingga dibutuhkan bantalan aksial dan material
roda gigi yang lebih kokoh.
6
Kelebihan :
Mampu merubah gaya putar menjadi gaya translasi dan sebaliknya
Untuk penggunaan pada sistem kemudi kendaraan biayanya lebih murah.
Kekurangan :
Efisiensi daya yang ditransmisikan lebih rendah dibandingkan mekanisme
sistem kemudi yang lain.
terletak di bidang sumbu poros. Jenis-jenis Roda gigi kerucut antara lain:
a. Roda Gigi Kerucut Lurus
Roda gigi ini adalah jenis roda gigi kerucut yang paling mudah dibuat dan paling
sering dipakai. Tetapi roda gigi ini sangat berisik karena perbandingan kontaknya
yang kecil dan konstruksinya juga tidak memungkinkan pemasangan bantalan pada
kedua ujung porosnya.
Gaya pada roda gigi kerucut lurus:
-
Gaya tangensial
Ft
Dm = d.b sin
Dm = pusat diameter
8
Gambar 2.7 Roda Gigi Permukaan
Sumber : Sularso Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin hal 213
3.
Gaya radial
a. Permukaan convex
Ft
b. Permukaan concave
Fr
-
Gaya tangensial
Ft
Gaya aksial
a. Permukaan convex
Fx =
b. Permukaan concave
Fx =
10
11
1.
Lebar gigi
Kedalam gigi diukur sejajar sumbunya
2.
Puncak kepala
Permukaan di puncak gigi
3.
Tinggi kepala
Jarak antara lingkaran kepada dengan lingkaran kaki yang diukur dalam arah radial
4.
Tinggi kaki
Jarak antara lingkaran Pitch dengan lingkaran kaki yang diukur dalam arah radial.
5.
Lingkaran kepala
Lingkaran kepala gigi yaitu lingkaran yang membatasi kepala gigi
6.
7.
Tebal gigi
Lebar gigi diukur sepanjang lingkaran pitch
Lebar ruang
Tebal menggambar roda gigi diukur sepanjang lingkaran pitch
8.
Sisi kepala
Permukaan gigi diatas lingkaran pitch
9.
Sisi Kaki
Permukaan gigi dibawah lingkaran pitch
10. Adendum
Jarak antara lingkaran kepala dengan lingkaran pitch dengan lingkaran pitch diukur
dalam arah radial
11. Didendum
Jarak antara lingkaran pitch dengan lingkaran kaki yang diukur dalam arah radial
Rumus perhitungan yang terdapat pada roda gigi antara lain:
1. Mencari module
m = D/T
Dimana :
m = module (mm)
D = diameter pinion (mm)
T = jumlah gigi pinion
2. Mencari velocity
v = (.D.n)/60
Dimana :
v = velocity (m/s)
n = putaran (rpm)
3. Mencari velocity factor
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
12
Cv = 3/(3+v)
4. Mencari tooth form factor for the pinion
yp = 0,175 0,841/T
5. Mencari tooth form factor for the gear(rack)
yg = 0,175 0,841/2T
6. Mencari beban tangensial
Wt = (P/v) Cs
Dimana :
P = daya (watt)
Cs = value of service factor
Wt = beban tangensial
7. Mencari face width
Wt = (0.Cv)b..m.yp
0 = Allowable static stress (N/mm2)
b = face width (mm)
8. Beban dinamis pada roda gigi yaitu :
Wd = Wt + W1
Dimana :
Wd = beban dinamik (N)
Wt = beban tangesial (N)
W1 = beban inkrimental (N)
9. Load stress factor
K = ((es)2 sin)1,4) x (1/Ep+1/EG)
Dimana :
es = surface endurance limit (N/mm2)
Ep = youngs modulus for pinion (N/mm2)
EG = youngs modulus for gear(rack) (N/mm2)
10. Ratio factor
Q = (2.VR) / (VR+1)
Dimana :
VR = velocity ratio (TG/Tp)
11. Beban statis
Ws = e.b..m.Y1
Dimana :
Ws = beban tangensial (N)
e = batas daya tahan kelenturan (MPa)
b = lebar gigi (mm)
m = modul roda gigi (mm)
Yp = faktor bentuk gigi pinion
12. Batas beban
Ww = D.b.Q.k
Dimana :
Ww = batas beban
D = diameter pinion
b
= lebar gigi (mm)
Q = faktor perbandingan
k
= faktor beban regangan N/mm2
2.2 Pulley
2.2.1 Definisi Pulley
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
13
Pulley adalah elemen mesin yang digunakan untuk memindahkan daya dari suatu
poros ke poros lain dengan alat bantu sabuk (belt). Pulley merupakan salah satu bagian
utama sistem transmisi. Pulley berfungsi untuk mengatur kecepatan putar dan
meneruskan daya dari motor listrik. Karena rasio kecepatan berbanding terbalik dengan
rasio diameter pulley, pemilihan diameter pulley harus berhati-hati supaya didapatka
rasio kecepatan yang diinginkan. Posisi pulley harus sesuai supaya belt dapat
mentransmisikan daya secara normal dari satu pulley ke pulley lain.
Sheaves/V-Pulley
Paling sering digunakan untuk transmisi, produk ini digerakkan oleh V-Belt.
Karena kemudahannya dan dapat diandalkan. Produk ini telah dipakai selama satu
dekade.
14
Timming Pulleys
Ini adalah jenis lainnya dari katrol dimana ketepatan sangat dibutuhkan untuk
aplikasi. Material khusus yang tersedia untuk aplikasi yang mempunyai kebutuhan
yang lebih spesifik. Timing Pulley dapat dibagi lagi kedalam beberapa type yaitu :
Classical Timing Pulley, XL Pulley, L Pulley, H Pulley, XH Pulley, HTS Timing
Pulley, 3mm Pulley, 5mm Pulley, 8mm Pulley, 14mm Pulley, Metric Timing Pulley,
T 2.5mm Pulley, T 5mm Pulleys, T 10mm Pulleys, AT 5mm Pulleys, AT 10mm
Pulleys.
15
menyalurkan gerak dari pulley penggerak menuju pulley penerima/pendorong dengan
tahanan gesek antara sabuk dan pulley. Fleksibilitas dari sabuk memungkinkan untuk
mengatur poros penggerak dan poros penerima dengan cara apapun dan digunakan
beberapa pulley bila diperlukan.
2.3.2 Macam-Macam Susunan Sabuk
a.
16
Gambar 2.16 Dua Sabuk Penggerak
Sumber : Machine Design by R.S Khurmi and Jk Gupta hal 683
c.
17
Gambar 2.20 Sabuk Penggerak dengan beberapa Pulley dan Bantuan Pulley
Sumber : Machine Design by R.S Khurmi and Jk Gupta hal 684
2.3.3
1.
18
Gambar 2.21 Flat belt
Sumber : Machine Design by R.S Khurmi and Jk Gupta (2005:678)
Berikut ini bahan-bahan pembuatan belt :
a. Belt dengan bahan kulit (Leather belt)
Jenis belt dengan bahan dasar kulit memiliki kapasitas daya tarik terbaik.
Bagaimanapun pembuatan jenis belt ini memerlukan biaya produksi yang
tinggi. Penggunaan jenis belt ini jarang digunakan dan hanya digunakan pada
studi kasus tertentu saja.
b.
c.
d.
profil datar yakni jenis Inter-stitched rubber, semi-linen dan sabuk sutra (silk belts)
diproduksi untuk tujuan tertentu / khusus misalkan sebagai transmisi belt
berkecepatan tinggi , mesin gerinda internal (internal grinding machines), dll.
Kelebihan : Biaya lebih murah
Kekurangan : Mudah aus
2.
19
II.
3.
20
21
Material yang digunakan untuk belt dan puli harus kuat, fleksibel dan tahan lama,
harus juga mempunyai koefisien gesek yang tinggi. Belt menurut material yang
digunakan dapat diklasifikasikan sesuai dengan yang terlihat pada tabel.
2.4 Sprockets and Chain
2.4.1 Pengertian Sprockets
Sprocket adalah roda bergerigi yang yang berpasangan dengan rantai, atau benda
panjang yang bergerigi lainnya. Sprocket berbeda dengan roda gigi, sprocket tidak
pernah bersinggungan dengan sprocket lainnya dan tidak pernah cocok. Sprocket juga
berbeda dengan puli dimana sprocket memiliki gigi sedangkan puli pada umumnya
tidak memiliki gigi.
22
Gambar 2.26 Sprocket dan chain
Sumber : Machine Design by R.S Khurmi and Jk Gupta hal 760
2.4.3 Macam macam Chain (rantai)
Jenis rantai yang digunakan untuk mentransmisikan daya ada tiga tipe, yaitu:
a. Rantai Rol (Roller Chain)
b.
23
Rantai jenis ini mempunyai keunggulan pada tingkat kecepatan dan kapasitas
daya ditransmisikan lebih besar, serta tingkat kebisingan rendah, akan tetapi
harganya lebih mahal. Pemakaian rantai ini masih terbatas karena harganya yang
mahal dan orang lebih suka menggunakan transmisi roda gigi.
c.
24
Jenis rantai ini mempunyai konstruksi yang paling sederhana ditinjau
dari pemasangan pena terhadap plat sisinya. Sebagai elemen transmisi putar, rantai
jenis ini memerlukan sistem pelumasan yang sangat baik. Digunakan untuk putaran
rendah sampai sedang dengan beban yang tidak terlalu berat. Konstruksi rantai
ini banyak diterapkan pada rantai dengan fungsi sebagai rantai penarik.
Selama beroperasi tidak terjadi slip sehingga diperoleh rasio kecepatan yang
sempurna.
2.
Karena rantai terbuat dari logam, maka ruang yang dibutuhkan lebih kecil daripada
sabuk, dan dapat menghasilkan transmisi yang besar.
3.
4.
Dapat dioperasikan pada suhu cukup tinggi maupun pada kondisi atmosfer.
Kerugian :
1.
2.
Dibutuhkan pemeliharaan rantai dengan cermat dan akurat terutama pelumasan dan
penyesuaian pada saat kendur.
3.
25
a. Poros Transmisi
Poros yang mentransmisikan daya antara sumber tenaga dan mesin yang
digerakkan. Mengalami beban puntir yang berulang, beban lentur ataupun
keduanya. Contohnya yaitu pada transmisi mobil.
26
Gambar 2.33 Poros Gandar
Sumber : Anonymous 19 : 2015
2. Berdasarkan Bentuk :
a. Poros Lurus
Poros lurus merupakan bagian dari mesin yang berfungsi sebagai penerus
putaran dari pemutar utama ke bagian yang lain.
Poros engkol merupakan bagian dari mesin yang dipakai untuk merubah
gerakan naik turun dari torak menjadi gerakan berputar. Poros engkol yang kecil
sampai yang sedang biasanya dibuat dari satu bahan yang ditempa kemudian
dibubut, sedangkan yang besar-besar dibuat dari beberapa bagian yang
disambung-sambung dengan cara pengingsutan.
2.5.3 Perencanaan poros
Dalam perencanaan poros terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Kekuatan Poros
27
Poros transmisi akan menerima beban puntir, beban lentur maupun keduanya.
Oleh karena itu dalam perancangan poros, poros yang akan digunakan harus cukup
aman untuk menahan beban-bean tersebut.
2. Kekakuan Poros
Meskipun poros cukup kuat menahan pembebanannya tetapi adanya lenturan
atau defleksi yang terlalu besar dapat menyababkan ketidaktelitian pada mesin,
gerakan mesin atau suara. Kekakuan poros juga disesuaikan dengan jenis mesin.
3. Putaran Kritis
Bila putaran mesin terlalu tinggi, maka akan menimbulkan getaran pada mesin
tersebut. Batas antara putaran mesin yang mempunyai jumlah normal dengan putaran
mesin yang menimbulkan getaran yang tinggi disebut putaran kritis. Jadi dalam
perencanaan perlu mempertimbangkan putaran kerja dari poros tersebut agar lebih
rendah dari putaran kritis.
4. Korosi
Apabila poros berkontak langsung dengan fluida korosif maka dapat
mengakibatkan korosi pada poros tersebut. Oleh karena itu pemilihan bahan tahan
korosi menjadi prioritas.
5. Material
Poros yang digunakan untuk putaran tinggi dan beban yang besar biasanya
dibuat dari baja paduan seperti baja krom nikel sehingga tahan terhadap keausan.
Sekalipun demikian perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis materialnya
karena baja paduan tidak selalu dianjurkan jika hanya untuk putaran tinggi dan beban
yang berat saja.
28
1.
2.
29
Bantalan Aksial
Bantalan Radial
P=
w = beban pada bantalan (N)
l = panjang bantalan
d = diameter dalam bantalan (m)
3. Koefisien Gesekan
30
L10h =
P = Tekanan pada bantalan (N/mm2)
n = kecepatan rotasi bantalan bagian dalam (rpm)
c = Kerenggangan bantalan (m)
5. Critical Pessure of Journal Bearing
Kode pertama
Kode pertama bearing menyatakan jenis bearing.
Tabel 2.2 Kode dan Jenis Bearing
31
Kode kedua
Kode kedua bearing menyatakan seri bearing untuk menyatakan ketahanan
dari bearing tersebut. Seri penomoran adalah mulai dari ketahanan yang paling
ringan sampai paling berat.
8 = Extra thin section
9 = Very thin section
0 = Extra thin section
1 = Extra Light Thrust
2 = Light
3 = Medium
4 = Heavy
c.
32
02 = diameter dalam 15 mm
03 = diameter dalam 17 mm
Selain kode nomer 0 sampai 3, misalnya 4, 5 dan seterusnya maka diameter
bearing dikalikan dengan 5 mm. missal 04 maka diameter bore bearing = 20 mm.
d.
2.
Menjaga hubungan putaran relatif antara poros dan mesin dengan peralatan
mesin lainnya
33
2.7.2 Macam-Macam Key (Pasak)
a. Pasak Benam
Merupakan Pasak memanjang yang paling banyak digunakan. Pasak ini
dipasang pada konstruksi roda yang dapat digesekkan pada poros alur pasak ini
dibuat sejajar dengan kelonggaran 0,2-0,4 mm.
Pasak Belah
Pasak belah mudah dibuat, tetapi membuat poros lebih lemah. Dengan pasak
ini torsi yang diteruskan kecil
Splines
Kadang-kadang, pasak yang dibuat secara integral dengan poros agar cocok
dengan alur pasak didekati di hub. Poros tersebut dikenal sebagai poros splined.
Poros ini biasanya memiliki empat, enam, sepuluh atau enam belas splined. Poros
splined relatif lebih kuat daripada poros memiliki alur pasak tunggal.
Poros splined digunakan ketika gaya yang ditransmisikan besar sesuai ukuran
poros seperti pada
34
Pasak Tangensial
Memberikan sambungan kuat sekali karena poros dalam arah keliling
(tangensial) tegang. Torsi dan kejutan besar dapat ditahan oleh pasak ini.
Pelemahan akibat alur pasak lebih kecil tapi luas satu sama lain membuat sudut 120
o
Pasak Bulat
Dipergunakan untuk torsi yang kecil. pembuatan lubang dibuat setelah dan
poros terpasang.
35
W = Lebar Pasak
H = Tinggi Pasak
L = Panjang Pasak
Ss = Tegangan Geser
Gaya (F)
dimana
Tegangan Geser
dimana A= Lw
Tegangan Komposisi
Faktor Keamanan
b.
36
<
37
2.
3.
berikut :
Penambahan additive seperti sabun yang dicampur dengan pelumas mineral dapat
menghasilkan gemuk lumas. Jenis-jenis sabun tersebut ada beberapa macam, antara lain
lithium, calcium, sodium, aluminium, dan ada pula yang bahan dasarnya sintetik.
Gemuk pelumas ini memiliki daya lekat yang baik pada permukaan logam,
sehingga dapat melindungi dari pengaruh udara lembab dan air, serta daya tahan
terhadap beban kejut pada bantalan.
Gemuk pelumas ini memiliki beberapa sifat-sifat khusus, antara lain:
Mencegah masuknya air, dan meskipun ada molekul-molekul air, daya lumas
tidak berubah.
melumasi bagian-bagian yang tidak dapat dilumasi oleh pelumas cair (oli), seperti:
Bagian yang mudah terkena debu dan air.
Bagian yang tidak rapat.
Bagian yang mempunyai tekanan tinggi.
Bagian yang sukar dicapai.
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
38
Viscosity
Viscosity atau kekentalan suatu minyak pelumas adalah pengukuran dari
mengalirnya bahan cair dari minyak pelumas, dihitung dalam ukuran standard.
Makin besar perlawanannya untuk mengalir, berarti makin tinggi viscosity-nya,
begitu juga sebaliknya.
Viscosity Index
Tinggi rendahnya indeks ini menunjukkan ketahanan kekentalan minyak pelumas
terhadap perubahan suhu. Makin tinggi angka indeks minyak pelumas, makin kecil
perubahan viscosity-nya pada penurunan atau kenaikan suhu. Nilai viscosity index
ini dibagi dalam 3 golongan, yaitu:
HVI (High Viscosity Index) di atas 80.
MVI (Medium Viscosity Index) 40 80.
LVI (Low Viscosity Index) di bawah 40.
Flash Point
Flash point atau titik nyala merupakan suhu terendah pada waktu minyak pelumas
menyala seketika. Pengukuran titik nyala ini menggunakan alat-alat yang standard,
tetapi metodenya berlainan tergantung dari produk yang diukur titik nyalanya.
Pour Point
Merupakan suhu terendah dimana suatu cairan mulai tidak bisa mengalir dan
kemudian menjadi beku. Pour point perlu diketahui untuk minyak pelumas yang
dalam pemakaiannya mencapai suhu yang dingin atau bekerja pada lingkungan
udara yang dingin.
39
Carbon Residue
Merupakan jenis persentasi karbon yang mengendap apabila oli diuapkan pada
suatu tes khusus.
Density
Menyatakan berat jenis oli pelumas pada kondisi dan temperatur tertentu.
40
Pelumasan tangan
Pelumasan tetes
Dari sebuah wadah, minyak diteteskan dalam jumlah yang tetap dan
teratur melalui sebuah katup jarum. Cara ini adalah untuk beban ringan dan
sedang.
41
3.
Pelumasan sumbu
Pelumasan cincin
42
5.
Pelumasan Percik
Pelumasan Pompa
43
Cara ini dipakai untuk melumasibantalan yang sulit letaknya seperti
bantalan utama motor yang mempunyai putaran tinggi. Pelumasan pompa ini
sesuai untuk keadaan kerja dengan kecepatan tinggi dan beban besar.
BAB III
METODE PERANCANGAN
3.1 Metode Perancangan
Pada perancangan komponen mesin, tidak ada aturan yang pasti dalam
perencanaanya.Sering timbul masalah dalam perencanaan yang biasanya terjadi karena
berbagai sebab, tetapi prosedur utama dalam pemecahan masalah perencanaan tersebut
dapat diatasi denga ncara sebagai berikut :
1. Recognition of Need
Pertama buat pernyataan keseluruhan dari masalah yang
menjelaskan
Mulai
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Need or Aim
44
Synthesis (Mechanisms)
Analysis of forces
Material selection
Design of elements (Size and stresses)
Modification
Detailed drawing
Production
selesai
Gambar 3.1 Diagram Alir Perancangan Mesin
Sumber : Machine Design by R.S Khurmi and Jk Gupta 2005 : 4
3.2 Spesifikasi Transmisi
Mesin sand molen didesain memiliki spesifikasi sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Elemen
Penggerak
Pulley
Gear
Poros
Jumlah
1 buah
2 buah
1 buah
2 buah
45
5
Bantalan
2 buah
46
4.1(Terlampir)
Rasio = n1 / n2
vb
D1n1 ft
min
12
(D - D1 )
L = 2C + 1,57(D 2 + D1 ) + 2
4C
= 180o
)
A
Menentukan faktor koreksi
Menghitung corected
Memperolehpower
ukuran:
Puli 1 (D1) = 5,55 in
Puli 2 (D2) = 18,95 in
Putaran puli aktual = 512,53
rpm
TUGAS BESAR
ELEMEN
MESIN
Jarak antar
pusat puli
= 22 in
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Panjang sabuk = 84,505 in
Jumlah sabuk = 1sabuk
47
Selesai
NP = Pd.modul
Menghitung
nominal velocity
TUGAS BESAR
ELEMENnilai
MESIN
Menghitung
diameter
pitch, jarak
ratio
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Menentukan
face
piniondan
dan
antar pusat, perkiraan
pitchwidth
line jumlah
speed
Menghitung
gigi
Menghitungkecepatan
rasio
kecepatan
Menghitung
outputaktual
aktual
gear
beban
pada
gear
48
NG = Np (VR)
nG
= np (Np/NG)
DP=
,C=
vl = . DP. nP/12
Wl = 33000 . P/vl
Untuk pinion = DP=
Menentukan material untuk pinion
dan gear
B
Menentukan angka kualitas dan
faktor dinamis
F/dp
49
Face Width= 12 .
modul
C
Menghitung perkiraan
contact stress
Mengatur contact stress
Menentukan material untuk
pinion dan gear
Memperoleh ukuran:
Pinion dan gear
Jarak antar
pusat pinion dan
TUGAS BESAR ELEMEN
MESIN
gear
SEMESTER GANJIL
2015/2016
Material pinion dan gear
sc=Cp
SacP
= ScP
SacG
= ScG
Tabel 4.8 (Terlampir )
50
Selesai
Np, Pd, Mg , Ng
51
Menghitung kelonggaran
kepala
Menghitung kedalaman
total rata-rata
Menghitung factor
addendum rata-rata
A
Menentukan gear
addendum
Menentukan pinion mean
addendum
Menentukan gear mean
addendum
Menentukan pinion mean
addendum
Menentukan gear
addendumMESIN
angle
TUGAS BESAR ELEMEN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
52
t = 100 MPa = b
= 50 MPa
Menghitung torsi pada poros
Menghitung nilai gaya pada Puli dan
gear (poros 1 dan 2)
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
Menghitung
nilai gaya pada pinion
SEMESTER
GANJIL 2015/2016
Menghitung (poros
dan membuat
diagram
1)
Menghitung
diameter
poros
bidang geser dan momen
Torsi =
53
Fc =
D = 1,351 in mm
Mendapat nilai
diameter poros
Tidak
Nilai geometri
dan material
sesuai
Ya
Selesai
Y=
,S=
Td=
L=
54
Tidak
Nilai geometri
dan material
sesuai
Ya
Selesai
55
Tidak
Nilai geometri
dan material
sesuai
Ya
Selesai
BAB IV
PERHITUNGAN
4.1 Perhitungan dan Desain Pulley dan Belt
1. Data yang sudah diketahui
Daya motor listrik (Pmotor)
: 2 Hp
: 1750 rpm
: 550 rpm
56
3. Memilih tipe sabuk
Berdasarkan gambar 4.2 (Terlampir) dengan daya 2Hp dan putaran motor 1750
rpm maka tipe sabuk = 3V belt
4. Menghitung nominal speed ratio
Rasio = 1750 / 550 = 3,18
5. Menghitung driving sheave size menggunakan rumus
D1 n1 ft
min
12
12vb
D1
n1
12 2541
D1
3,14 1750
D1 5,55in
vb
Kecepatan belt biasanya berkisar antara 2500-6500 ft/min. Pada rancangan ini
dipilih kecepatan belt (vb = 2541 ft/min).
6.
Memilih ukuran puli dan menghitung ukuran output sheave yang diinginkan.
D1 (Standart)
D2 (Perkiraan)
D2 (Standart)
= 18,95 in (5.D1)
Putaran aktual
= 512,53 rpm
57
(D 2 - D1 ) 2
4C
(18,95 - 5,55)
L = 2.22 + 1,57(18,95 + 5,55) +
4.22
L = 84,505 in
L = 2C + 1,57(D 2 + D1 ) +
10. Memilih panjang sabuk standar dan menghitung jarak pusat puli actual
Memilih panjang sabuk
Dengan menggunakan tabel 4.4 (terlampir) maka dipilih panjang sabuk standar
yang mendekati dengan panjang sabuk yang dibutuhkan, yaitu 85 inchi
Menghitung jarak antar pusat pulley aktual
B = 4L-6,28 (D2-D1)
= 4 (85) 6,28 (18,95-5,55)
= 255,848
C = 31,26 In
11. Menghitung sudut kontak sabuk pada pulley kecil
= 180o
= 155o
12. Menentukan factor koreksi
Menurut gambar 4.5 (Terlampir), untuk = 155o maka C= 0,93 dan berdasarkan
gambar 4.5 (Terlampir) untuk L = 85 in, makanilai. CL= 1,06
13. Menghitung corrected power setiap sabuk dan jumlah sabuk yang dibutuhkan :
Corrected Power = C .CL . P = 0,93 . 1,06 . 6,3 = 6.21
Jumlah sabuk = 2,4/6,21 = 0,38 = 1 sabuk
Desain Pulley dan Belt
(Terlampir)
4.2 Perhitungan dan Desain Spur Gear
1. Data yang diketahui :
nP = 512,53 rpm
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
58
nG
P
K0
Pdes
= 100 rpm
= 2 Hp
= 1,75 berdasarkan tabel 4.7 (Terlampir)
= K0 . P
= 1,75 . 2 Hp
Pdes = 3,5 Hp Sehingga didapat Pd =12 Gambar 4.8 (Terlampir)
2. Menetapkan Jumlah gigi pinion
NP = 24
3. Menghitung Rasio Kecepatan Nominal
VR = 5,1253
4. Menentukan jumlah gigi gear
NG = Np (VR)
= 24 (5.1253)
NG = 123
5. Menghitung Rasio Kecepatan Sebenarnya
VR = 5,1253
6. Menghitung Kecepatan Output Aktual
nG = np (Np/NG)
= 512,53(24/123)
nG = 100 rpm
7. Menghitung Diameter diameter Jarak bagi, Jarak antar pusat, Kecepatan garis jarak
bagi dan Beban yang ditransmisikan.
Diameter Pitch:
Untuk Pinion:
DP =
Dp = 2 in
Untuk Roda Gigi:
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
59
DG =
= 10,25 in
Maka, nilai center distance (jarak antar pusat) :
C
= 6,125 in
Vt = 268,36 ft/m
Didapat juga transmitted load
Wt =
= 246,06 lb
8. Menghitung lebar muka pinion dan lebar gigi
Lower Limit
= 8/Pd
= 8/12
= 0,66 in
Up Limit
= 16/Pd
= 16/12
= 1,33 in
Nominal Value
= 12/Pd
= 12/12 = 1 in
Menentukan koefisien elastis (Cp)
9.
Pada perancangan kali ini berdasarkan tabel 4.9 (Terlampir), untuk dua buah
roda gigi baja, dibuat Cp = 2300 (bahan stell)
10.
Menentukan Qv dan Kv
60
Digunakan Qv = 5 berdasarkan Tabel 4.10 (Terlampir)
Untuk menentukan Kv berdasarkan hitungan berikut :
B
= 0,915
= 50 + 56 (1-B)
= 50 + 56 (1-0,915)
= 54,76
Kv = 2,19
11.
12.
13.
14.
= 12 . m
= 12 . 2
= 24 mm = 0,944 in
Menentukan size faktor (Ks),berdasarkan tabel 4.13 (Terlampir)
Pada rancangan ini digunakan ks = 1,00 karena modul < 5
Menentukan faktor ketebalan rim (KB)
Diketahui :
Addendum
= 1/Pd
= 1/12
= 0,083
Dedendum
= 1,25/Pd
= 1,25/12
= 0,104
tR
= Pinion Addenum Dedendum
= 2,4 0,083 0,104
tR
= 2,213
hf
= Addenum + Dedendum
61
= 0,083 + 0,104
hf
= 0,187
Sehingga nilai mB bisa di hitung dengan rumus sebagai berikut :
mB
mB
= 11,83
didapat nilai mB > 1,2 sehingga nilai KB = 1 berdasarkan gambar 4.14 (Terlampir)
15.
16.
17.
18.
= 404078,652 cycles
NCG
= (60) . L . np . q
= (60) . 13140 . 100 . 1
NCG
19.
= 78840000 cycles
20.
YNp
= 1,35
YNg
= 1,05
ZNp
= 1,125
ZNg
= 0,985
. K0 . Ks . Km . KB . Kr
62
StP= 19909,15 Psi
21.
StG
= StP
StG
= 14102,32 Psi
Menghitung tegangan kontak perkiraan dalam pinion dan roda ggigi besar
sc = Cp
sc = 166406,04 Psi
23.
Menghitung tegangan kontak suaian untuk Pinion dan Roda Gigi Besar
Untuk Pinion :
SacP
= ScP
63
SacP
= 147,916,45 Psi
24.
= ScG
SacG
= 168940,14 Psi
Menetapkan bahan yang digunakan
64
Gear :
2.
3.
Face width :
F = 1 inch
Lebar muka nominal
Fnom = 0,30 . Ao
= 0,30 . 6,11
= 1,833 inch
Lebar muka maksimal
Fmax = Ao / 3
= 6,11 / 3
= 2,036 inch atau
Fmax = 10/Pd = 10/10 = 1 inch
Jarak rata-rata sisi kerucut
Am = AmG =Ao 0,5 F
= 6,11 (0,5. 1) = 5,61 inch
Rasio Am / Ao = 5,61/ 6,11= 0,91 (Rasio ini terjadi pada perhitungan selanjutnya)
Jarak bagi lingkaran rata-rata :
Pm = ( / Pd) .(Am / Ao)
= (3,14 /10) . (0,91)
= 0,285 inch
5. Kedalaman kerja rata-rata :
h
= (2 / Pd) .(Am / Ao)
= (2 /10) . (0,91)
= 0,182 inch
6. Kelonggaran kepala (clearance) :
C
= 0,125 . h
= 0,125 . 0,182
= 0,022 inch
7. Kedalaman total rata-rata :
hm
=h+C
= 0,182 + 0,022
= 0,204 inch
8. Faktor Addendum rata-rata :
C1
= 0,210 + 0,290 / (mG)2
= 0,210 + 0,290 / (5)2
= 0,221 inchi
9. Addendum rata-rata roda gigi :
aG
= C1 . h
= 0,221 . 0,182
4.
65
= 0,04 inch
10. Addendum rata-rata pinion :
aP
= h - aG
= 0,182 - 0,04
= 0,142 inch
11. Dedendum rata-rata roda gigi :
bG
= hm - aG
= 0,204 - 0,04
= 0,164 inch
12. Dedendum rata-rata pinion :
bp
= hm aP
= 0,204 - 0,142
= 0,062 inch
13. Sudut dedendum roda gigi :
= 1,67
= 0,63
= 0,045 inch
16. Addendum terluar pinion :
aoP = aP + 0,5 F tan
= 0,145 + 0,5 . 1. tan 1,67
= 0,159 inch
17. Diameter lingkaran kepala roda gigi :
Do = D + 2 . aoG cos
= 12 + 2. 0,045 cos
= 12,02 inch
18. Diameter lingkaran kepala pinion :
do = d + 2 . aop cos
= 2,4 + 2. 0,159 cos
= 2,712 inch
Desain Bevel
(Terlampir)
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
66
63000.P
63000.2,4
295,007lb.in
n
512,53
T .
D gear / 2
295,007
31,135lb
18,95 / 2
Ft 31,135lb
Bending force
Wry Wt . tan
Wry 245,83. tan( 20)
Wry 89.474lb
67
Gambar 4.2 Diagram Benda Bebas Poros 1
Sumber: Dokumen Pribadi
0
280,14lb
233,44 lb
12,39lb
1103 lbin
2573 lbin
Gambar 4.3 (A) Diagram Gaya Poros 1, (B) Diagram Momen Poros 1
Sumber: Dokumen Pribadi
68
Desain Shaft 1
(Terlampir)
69
Dgear = 12 in
Dbevel = 2,4 in
P = 2 hp
Putaran poros = 100 rpm
= 200
63000.P 63000.2
1260lb.in
n
100
Wry Wt . tan
Wry 210. tan(20)
Wry 76,433lb
Rm=d/2-(F/2) sin
= 2,4/2 (1/2) sin 11,30
= 1,102
Wrp Wt . tan cos
Sumbu y
70
71
Gambar 4.6 (A) Diagram Gaya Poros 2, (B) Diagram Momen Poros 2
Sumber: Dokumen Pribadi
Resultan Gaya dan Momen
72
Desain Shaft II
(Terlampir)
4.6 Perhitungan dan Desain Bearing 1
Pada Poros 1
1. Tentukan nilai L10 (umur desain)
Dipilih L10 = 30000 h, dari tabel 4.23 Recommended Design Life For Bearings
(Terlampir).
2. Hitung Ld dan basic dynamic load rating (C)
3000
00
73
2. Hitung Ld dan basic dynamic load rating (C)
2.
3.
4TN
4.295,007.1
0.51in
DWS y
0,486.0,09376.51000
74
4.9 Perhitungan dan Desain Key II
Dporos = 0,134 in
Tporos =1260 lb.in
N=2
1. Menentukan dimensi standar pasak
Terlihat dari tabel Ukuran pasak versus diameter poros (Terlampir). Didapatkan
nilai W = 3/32 dan H = 3/32 ( Pasak Square )
2. Tentukan material pasak
Dengan melihat tabel 4.26 Design Properties of Carbon and Alloy Steel
(Terlampir), pada desain ini dipilih material berupa :
AISI 1020 Cold-Drawn Steel dengan Sy = 51000 psi.
3. Tentukan panjang pasak
L
4TN
4.2160.2
3,61in
DWS y
0,134.0,09375.51000
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
75
Pada rancangan ini menggunakan daya motor sebesar 2 HP dan kecepatan
putaran motor sebesar 1750 rpm dan direncanakan putaran sand molen 550 rpm dengan
2 sistem transmisi yaitu belt pulley dan spur gear, sehingga didapatkan data sebagai
berikut :
1.
2.
3.
76
- Outer cone distance
- Face width
- Lebar muka nominal
- Lebar muka maksimal
- Jarak rata rata sisi kerucut
- Jarak bagi lingkaran rata- rata
- Kedalaman kerja rata rata
- Kelonggaran kepala (clearance)
- Kedalaman total rata- rata
- Addendum rata rata roda gigi
- Addendum rata rata pinion
- Dedendum rata rata roda gigi
- Dedendum rata rata pinion
- Sudut dedendum roda gigi
- Sudut dedendum pinion
- Addendum terluar roda gigi
4.
: 1,833 inch
: 2,036 inch
: 5,61 inch
: 0,258 inch
: 0,182 inch
: 0,022 inch
: 0,204 inch
: 0,04 inch
: 0,142 inch
: 0,164 inch
: 0,062 inch
: 1,67
: 0,63
: 0,045 inch
5.
: 6,11 inch
: 3/32 in
- Bahan pasak
: AISI 1020 Cold-Drawn Steel
- Panjang pasak minimum
: 0,5 in, (panjang yang di pakai 1 in)
- Tebal pasak
: 0,655 in
b. Pasak untuk poros II
Standart key dimension
- Diameter nominal
: 0,134 in
- Lebar
: 3/32 inch
- Tinggi
: 3/32 inch
- Bahan pasak
: AISI 1020 Cold-Drawn Steel
- Panjang pasak minimun
: 3,6 in, (panjang yang dipakai 4,0 in)
- Tebal pasak
: 1,4 in
Hasil yang diperoleh dari perhitungan bantalan
Bearing untuk bantalan poros 1
- Bearing number
: 6206
- Diameter lubang
: 1,1811 in
- Diameter luar
: 2,4409 in
- Tebal bantalan
: 0,6299 in
- Beban statis rata-rata
: 4150 lb
- Beban dinamis rata-rata
: 5650 lb
Bearing untuk bantalan poros 2
- Bearing number
: 6207
- Diameter lubang
: 1,3780 in
- Diameter luar
: 2,8346 in
- Tebal bantalan
: 0,6693 in
77
- Beban statis rata-rata
- Beban dinamis rata-rata
: 3150 lb
: 4450 lb
5.2 Saran
1. Ketika awal tugas besar sebaiknya asisten memberikan arahan yang jelas kepada
praktikan untuk mengerjakan.
2. Waktu yang diberikan untuk mengerjakan ditambah lagi.
3. Praktikan lebih aktif untuk bertanya ketika asistensi atau ketika maju personal.