Sap Imunisasi
Sap Imunisasi
Sap Imunisasi
IMUNISASI
DI RUANG MELATI 5 RSUD DOKTER SOEKARDJO
Disusun oleh :
SITI MAESAROH J1914901001 M. RANGGA AZHARI J1914901029
WINI RAMDIYANI J1914901019 TAUFIK SAEFUL J1914901031
ALVIN VIERO J1914901021 YADI MULYADI J1914901036
GIFARI PRADINA A J1914901023 SIHABUDIN J1914901039
AGIT SAEPUL M J1914901027 WINDI GANA R J1914901052
AI RINI NURAINI J1914901028
Sasaran : Orang tua atau keluarga dari bayi atai anak yang dirawat
A. Latar Belakang
Imunisasi merupakan salah satu upaya preventif untuk mencegah penyakit
melalui pemberian kekebalan tubuh yang harus dilaksanakan secara terus-menerus
dan menyeluruh, dan dilaksanakan sesuai standar sehingga mampu memberikan
perlindungan kesehatan dan memutuskan mata rantai penularan. Imunisasi selalu
dikaitkan dengan angka kesakitan dan kematian pada anak. Hal ini dikarenakan
pemberian imunisasi adalah sebagai upaya untuk meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap berbagai penyakit. Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa
pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan kesehatan
anak dan pada awal kehidupan anak belum mempunyai kekebalan sendiri (Marimbi,
2010)
Tingkat kesehatan anak di dunia khususnya di negara berkembang masih
kurang. Angka kematian anak di negara berkembang ini masih tinggi, yaitu 11 juta
anak per tahun pada golongan usia kurang dari 5 tahun sedangkan untuk usia anak
kurang dari 1 bulan angka kematian mencapai 4 juta anak per tahun. Kematian anak
ini umumnya dipicu faktor yang dapat dicegah seperti penyakit infeksi dan kurang
gizi (Proverawati, 2010). Sejak penetapan the Expanded Program on Immunisation
(EPI) oleh WHO, cakupan imunisasi dasar anak meningkat dari 5% hingga
mendekati 80% di seluruh dunia. Terdapat sekurang-kurangnya 2,7 juta kematian
akibat campak, tetanus neonatorum dan pertusis serta 200.000 kelumpuhan akibat
polio yang dapat dicegah setiap tahunnya. Vaksinasi terhadap 7 penyakit telah
direkomendasikan EPI sebagai imunisasi rutin di negara berkembang antara lain:
BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B. Cakupan lima imunisasi dasar lengkap
(LIL) di Indonesia telah meningkat menjadi 72-80,8% 68 kabupaten /kota dan 90%
secara nasional, sehingga dampak kematian anak karena penyakit infeksi telah turun
dari 58/1.000 kelahiran menjadi 29/1.000 kelahiran (IDAI, 2008).
Namun demikian, masih banyak kendala yang dialami dalam pelaksanaan
imunisasi ini, salah satunya adalah kurangnya pengetahuan orang tua khususnya ibu
terhadap pentingnya imunisasi. Sehingga orang tua menjadi tidak patuh untuk
melaksanakan imunisasi sesuai jadwal. Jumlah imunisasi yang terlalu banyak dan
serangan kesakitan akbat suntikan imunisasi yang dilami oleh anak menjadi hal
yang menyebabkan ibu enggan melakukan imunisasi pada anaknya. Oleh karena itu
diperlukan suatu upaya untuk memberikan pendidikan kesehatan mengenai 5
imunisasi dasar bagi anak. Hal tersebut akan membuka wawasan dan pengetahuan
ibu akan pentingnya imunisasi yang akan berdampak pada peningkatan kepatuhan
ibu dalam melaksanakan imunisasi pada anaknya.
B. Tujuan
1. Tujuan instruksional umum
Setelah mengikuti penyuluhan 30 menit, orang tua atau keluarga dapat
mengetahui tentang pentingnya imunisasi.
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 30 menit diharapkan orang tua
atau keluarga dapat:
a. Menjelaskan pengertian imunisasi
b. Menjelaskan tujuan dari imunisasi
c. Menyebutkan jadwal pemberian imunisasi
d. Menyebutkan macam-macam imunisasi dasar
e. Menyebutkan efek samping imunisasi dasar
C. Metode
Ceramah dan tanya jawab.
D. Media
Leaflet
E. Materi
(terlampir)
F. Pengorganisasian
1. Moderator : Agit Saepul Muslim
Tugasnya memimpin dan mengatur jalannya kegiatan dari awal sampai selesai.
2. Pemateri : Siti Maesaroh, Wini Ramdiyani
Tugasnya menyampaikan materi tentang imunisasi kepada peserta penyuluhan.
3. Observer : Windi Gana R, Ai Rini Nuraini, Alvin Viero, Sihabudin
Tugasnya mengamati peserta kegiatan dan jalannya kegiatan dari awal sampai
selesai.
4. Fasilitator : Gifari Pradina A, Taufik Saeful, M. Rangga Azhari, Yadi Mulyadi
Tugasnya memfasilitasi peserta yang mengalami kesulitan dalam kegiatan.
G. Setting tempat
Keterangan:
: Moderator : Fasilitator
: Penyaji : Audiance
: Observer
H. Rencana kegiatan
No Kegiatan Waktu Kegiatan Pemateri Kegiatan Peserta PJ
1 Pendahuluan 5 menit Moderator
- Membuka - Memberi salam - Menjawab salam
kegiatan - Perkenalan anggota - Mendengarkan
- Perkenalan timnya
- Menjelaskan - Menjelaskan tujuan - Mendengarkan
tujuan kegiatan
- Mendengarkan
- Melakukan - Melakukan kontrak
kontrak waktu
- Menjawab
waktu - Apersepsi
pertanyaan
- Apersepsi
I. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dnegan memberikan pertanyaan kepada para peserta pendidikan
kesehtan.
Indikator: Klien dapat menerangkan kembali sesuai dengan pemahamannya tentang
apa yang telah di sampaikan oleh penyaji mengenai:
1. Jelaskan pengertian imunisasi.
2. Jelaskan tujuan dari imunisasi.
3. Sebutkan jadwal pemberian imunisasi.
4. Sebutkan macam-macam imunisasi dasar.
5. Sebutkan efek samping imunisasi dasar.
J. Referensi
Marimbi, Hanum. 2010. Imunisasi Dasar Pada Balita.Yokyakarta: Nuha Medika
MKRI. (2013). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 42 tahun
2013 tentang penyelenggaraan imunisasi.
Proverawati, Atikah. 2010. Imunisasi dan Vaksinasi. Yokyakarta: Nuha Offset
Satgas Imunisasi IDAI. (2000). Jadwal imunisasi rekomendasi IDAI. Sari Pediatri.
2(1). 43 – 47.
IDAI. (2014). Informasi vaksin untuk orang tua. Dikutip pada tanggal 7 Juni 2015
dari http://idai.or.id/public-articles/klinik/imunisasi/informasi-vaksin-untuk-
orangtua-ivo.html
Lampiran
IMUNISASI
A. Pengertian imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (MKRI, 2013).
B. Manfaat imunisasi
Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi
angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa
menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari
dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan,
gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya(Satgas Imunisasi IDAI, 2000).
C. Macam imunisasi
1. Jenis imunisasi dasar menurut MKRI (2013) yaitu:
a. Bacillus Calmette Guerin (BCG)
Vaksin BCG mengandung kuman BCG yang masih hidup namun telah
dilemahkan. Pemberian vaksin BCG berguna untuk mencegah infeksi terutama
TB berat. Penyuntikan BCG dilakukan di kulit sehingga akan menimbulkan
bisul 3-6 minggu setelah penyuntikan (IDAI, 2014).
- Reaksi imunisasi: biasanya tidak demam
- Efek samping: jarang dijumpai, bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah
bening setempat yang terbatas dan biasanya menyembuh sendiri walaupun
lambat.
- Kontra indikasi: tidak ada larangan, kecuali pada anak yang berpenyakit
TBC atau uji mantoux positif dan adanya penyakit kulit berat/menahun.
b. Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Diphtheria Pertusis
Tetanus-Hepatitis B-Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-Hib)
Anak harus mendapatkan vaksinasi DPT lima kali pada usia 2-4-6-18 bulan- (4-
6) tahun atau 2-3-4-18 bulan-SD kelas 1. Vaksinasi ini dapat diberikan
bersamaan dengan vaksin lain (IDAI, 2014).
- Reaksi imunisasi: demam ringan, pembengkakan dan nyeri di tempat
suntikan selama 1-2 hari
- Efek samping: Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas, demam,
kemerahan pada tempat suntikan.
- Kontra indikasi: Anak yang sakit parah, anak yang menderita penyakit
kejang demam kompleks, anak yang diduga menderita batuk rejan, anak
yang menderita penyakit gangguan kekebalan. Batuk, pilek, demam atau
diare yang ringan bukan merupakan kontra indikasi yang mutlak,
disesuaikan dengan pertimbangan dokter.
c. Hepatitis B pada bayi baru lahir
Vaksin dibuat dari virus yang dimatikan (inactivated vaccine). Bayi mendapat 3
dosis vaksin hepatitis B sebelum usia 6 bulan yaitu saat lahir sebelum usia 12
jam, usia 1-2 bulan, dan usia 6-12 bulan. Vaksin ini jarang menimbulkan efek
samping (IDAI, 2014).
- Reaksi imunisasi: nyeri pada tempat suntikan, yang mungkin disertai rasa
panas atau pembengkakan. Akan menghilang dalam 2 hari.
- Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali pemberian
- Efek samping: bengkak pada tempat suntikan dan demam ringan
- Kontra indikasi: anak yang sakit berat
d. Polio
Vaksin yang mengandung virus polio yang sudah dimatikan (salk), biasa
diberikan dengan cara injeksi. Sedangkan vaksin yang mengandung virus polio
yang hidup tapi dilemahkan (sabin), cara pemberian per oral dalam bentuk pil
atau cairan (OPV).
- Dosis: 2 tetes pada umur 2,4,6 bulan. Dan diulang pada umur 18 bulan dan
pada 4-6 tahun.
- Reaksi imunisasi: biasanya tidak ada, mungkin pada bayi ada berak-berak
ringan.
- Efek samping: hampir tidak ada, bila ada berupa kelumpuhan anggota gerak
seperti polio sebenarnya.
- Kontra Indikasi: diare berat, sakit parah, gangguan kekebalan.
- Orang dewasa yang berusia 18 tahun ke atas tidak membutuhkan vaksin
polio karena sudah divaksinasi saat masih anak-anak. Namun sebagian
orang dewasa memiliki risiko tertular virus polio seperti: Orang yang
berpergian ke negara yang masih beredar virus polio, pekerja
laboratorium yang menangani virus polio, serta petugas kesehatan yang
merawat pasien diduga menderita polio (IDAI, 2014).
e. Campak
Mengandung vaksin campak hidup yang telah dilemahkan.
- Dosis: setelah dilarutkan, diberikan 0.5 ml
- Reaksi imunisasi: biasanya tidak terdapat reaksi. Mungkin terjadi demam
ringan dan sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga pada hari ke 7-8
setelah penyuntikan, atau pembengkakan pada tempat penyuntikan.
- Efek samping: sangat jarang, mungkin dapat terjadi kejang ringan dan tidak
berbahaya pada hari ke 10-12 setelah penyuntikan. Dapat terjadi radang otak
30 hari setelah penyuntikan tapi angka kejadiannya sangat rendah.
- Kontra Indikasi: sakit parah, penderita TBC tanpa pengobatan, kurang gizi
dalam derajat berat, gangguan kekebalan, penyakit keganasan. Dihindari
pula pemberian pada ibu hamil.
2. Imunisasi lanjutan diberikan pada :
a. anak usia bawah tiga tahun (Batita): Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B
(DPT-HB) atau Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B-Hemophilus Influenza
type B (DPT-HB-Hib) dan Campak.
b. anak usia sekolah dasar: Diphtheria Tetanus (DT), Campak, dan Tetanus
diphteria (Td)
c. wanita usia subur: Tetanus Toxoid (TT) (MKRI, 2013).
3. Imunisasi pilihan
Imunisasi pilihan adalah imunisasi lain yang tidak termasuk dalam imunisasi wajib,
namun penting diberikan pada bayi, anak, dan dewasa di Indonesia mengingat
beban penyakit dari masing-masing penyakit. Yang termasuk dalam imunisasi
pilihan menurut MKRI (2013) adalah:
a. Vaksin Measles, Mumps, Rubella (MMR)
Vaksin MMR bertujuan untuk mencegah Measles (campak), Mumps
(gondongan) dan Rubella (campak jerman). Dosis pertama usia 12–15 bulan,
dosis kedua usia 4-6 tahun. Efek samping vaksinasi ini yaitu demam, ruam di
kulit yang ringan, pembengkakan kelenjar pipi atau leher, sakit atau kaku sendi,
serta jumlah trombosit menurun sementara yang dapat menyebabkan
perdarahan. Namun efek samping tersebut jarang terjadi (IDAI, 2014).
b. Haemophilllus influenzae tipe b (Hib)
Haemophilllus influenzae tipe b (Hib) merupakan bakteri yang dapat
menyebabkan meningitis dan pnemonia pada bayi dan anak di bawah 5 tahun.
- Kontra Indikasi: Vaksin tidak boleh diberikan pada bayi usia kurang dari 6
minggu karena bayi tersebut belum dapat membentuk antibodi.
- Dosis dan Jadwal: Vaksin Hib diberikan sejak umur 2, 4, 6 bulan, dan
diulang pada umur 12-15 bulan.
- Efek samping yang terjadi yaitu: kemerahan, rasa panas, bengkak pada
lokasi suntikan, serta demam. Efek samping ini dapat terjadi segera setelah
vaksin disuntikan dan berlangsung selama 2-3 hari (IDAI, 2014).
c. Vaksin tifoid
Dibuat dari kuman Salmonella typhi galur non patogen yang telah dilemahkan,
menimbulkan respon imun sekretorik IgA. Vaksin tifoid oral diberikan untuk
anak usia ≥ 6 tahun. Vaksin Polisakarida Parenteral diberikan untuk anak usia ≥
2 tahun.
Reaksi efek samping vaksin tifoid yaitu:
Demam, sakit kepala, kemerahan bengkak pada tempat suntikan, nyeri perut,
enek, muntah, dan ruam (IDAI, 2014).
d. Vaksin Varisela/ cacar air
Vaksin virus hidup varisela-zoster yang dilemahkan terdapat dalam bentuk
bubuk kering. Vaksin ini dapat mencegah infeksi dan penularan cacar air.
Vaksin ini harus diberikan pada anak yang belum pernah menderita cacar air
yaitu pada umur 12-15 bulan, serta anak usia 12 tahun keatas yang belum
pernah mendapat cacar air. Efek samping vaksin ini yaitu bengkak dan nyeri
didaerah suntikan, demam, ruam ringan, serta gatal. Namun efek samping ini
jarang terjadi (IDAI, 2014).
e. Vaksin Influenza
Vaksin influenza mengandung virus yang tidak aktif (inactivated influenza
virus) yang diberikan secara suntikan. Rekomendasi: Semua orang usia ≥ 65
tahun. Menurut IDAI (2014) vaksin flu diberikan tiap tahun pada anak usia 6
bulan sampai 8 tahun dalam 2 dosis awal atau dasar. Virus flu selalu bertukar
(mutasi), maka tiap tahun dibuat vaksin flu yang diperkirakan sesuai dengan
jenis virus yang akan berjangkit pada tahun itu. Perlindungan vaksin akan
terjadi setelah 2 minggu setelah vaksinasi dan akan bertahan beberapa bulan
sampai 1 tahun.
Efek samping vaksinasi yang terjadi yaitu suara serak, merah, sakit dan
bengkak pada tempat suntikan, mata kemerahan dan sakit, demam, skit kepala,
nyeri otot, serta rasa lelah (IDAI, 2014).
f. Vaksin Pneumokokus
Terdapat dua macam vaksin pneumokokus yaitu vaksin pneumokokus
polisakarida (pneumococcal polysacharide vaccine/PPV) dan vaksin
pneumokokus polisakarida konyugasi (pneumococcal conjugate vaccine/PCV).
Jadwal dan Dosis: Vaksin PCV diberikan pada bayi umur 2, 4, 6 bulan dan
diulang pada umur 12-15 bulan karena pada usia tersebut sangat rentan
terinfeksi kuma pnemokokus. Namun dapat juga diberikan pada anak yang
lebih besar (IDAI, 2014). Pemberian PCV minimal umur 6 minggu.
Efek samping pemberian vaksin ini yaitu pusing, kehilangan nafsu makan
sementara, kemerahan, rasa sakit dan pembengkakan pada tempat suntikan,
serta demam. Namun reaksi tersebut jarang terjadi (IDAI, 2014).
g. Vaksin Rotavirus
Rotavirus merupakan virus yang menyebabkan diare, terutama pada bayi dan
anak balita. Diare akibat rotavirus dapat menyebabkan bayi atau anak
mengalami kekurangan cairan/dehidrasi, muntah dan demam. Vaksinasi ini
diberikan pada umur 2,4 dan 6 bulan jika 3 dosis dengan cara diminum.
Manfaaat vaksin ini yaitu mencegah diare dan muntah yang disebabkan
rotavirus (IDAI, 2014).
h. Human Papiloma Virus (HPV)
Vaksin HPV berpotensi untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas
yang berhubungan dengan infeksi HPV. Vaksin HPV mempunyai efikasi 96–
98% untuk mencegah kanker leher rahim yang disebabkan oleh HPV tipe
16/18. Rekomendasi: Imunisasi vaksin HPV diperuntukkan pada anak
perempuan sejak usia > 10 tahun.
i. Vaksin rabies
Vaksin ini diberikan pada orang yang beresiko tinggi terkena rabies untuk
melindungi dari paparan. Vaksin ini dapat mencegah rabies bila diberikan pada
seseorang segera setalah terpapar. Vaksin ini terbuat dari virus rabies yang
dimatikan.
Vaksin ini perlu dipertimbangkan pada: orang yang memiliki kontak dengan
virus rabies atau hewan yang mungkin terinfeksi, pelancong antar negara yang
mungkin berkontak dengan hewan belahan dunia tempat rabies sering dijumpai,
serta anak-anak di daerah endemis rabies (IDAI, 2014).
Efek samping yang terjadi yaitu: kemerahan, bengkak, gatal pada lokasi
penyuntikan, nyeri kepala, mual, nyeri perut, nyeri otot, pusing, demam, serta
nyeri sendi. Tetapi jarang terjadi (IDAI, 2014).
D. Jadwal imunisasi
Umur bayi Vaksin yang diberikan
0 bulan langsung setelah dilahirkan Hepatitis
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT 1, Polio 2
3 bulan DPT 2, Polio 3
4 bulan DPT 3, Polio 4
9 bulan Campak
(Satgas Imunisasi IDAI, 2000).