Jurnal Ion 2

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 96

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kedokteran Tesis Magister (Kedokteran Klinis)

2019

Pengaruh Waktu Simpan PRC


Terhadap Perubahan Hemoglobin,
Hematokrit, dan Plasma Glukosa di
RSUP H. Adam Malik Medan

Saragih, Pesalmen
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/13855
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENGARUH WAKTU SIMPAN PRC TERHADAP PERUBAHAN
HEMOGLOBIN, HEMATOKRIT, DAN PLASMA GLUKOSA
DI RSUP H.ADAM MALIK MEDAN

TESIS

OLEH:
dr. Pesalmen Saragih
NIM : 157041054

PROGRAM MAGISTERKEDOKTERAN KLINIK


SPESIALIS PATOLOGI KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


PENGARUH WAKTU SIMPAN PRC TERHADAP PERUBAHAN
HEMOGLOBIN, HEMATOKRIT, DAN PLASMA GLUKOSA
DI RSUP H.ADAM MALIK MEDAN

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik di Bidang


Patologi Klinik/M.Ked (Clin-Path) pada Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara

dr. Pesalmen Saragih


NIM : 157041054

PROGRAM MAGISTERKEDOKTERAN KLINIK


SPESIALIS PATOLOGI KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Syalom dan Salam Sejahtera,

Segala puji dan syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

karena rahmat dan karunia-Nyasehingga saya dapat menyelesaikan penulisantesis

inidengan judul “Pengaruh Waktu Simpan PRC Terhadap Perubahan

Hemoglobin, Hematokrit, dan Plasma Glukosa di RSUP H. Adam Malik

Medan”. Tesis ini disusunsebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar

Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Patologi KlinikFakultas Kedokteran Un-

iversitas Sumatera Utara.

Selama penulis mengikuti pendidikan dan proses penyelesaian penelitian

untuk karya tulis ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, petunjuk, ban-

tuan dan pengarahan serta dorongan baik moril dan material dari berbagai pihak

sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan karya tulis ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan serta kritikan

yang membangun sehingga tesis ini bisa bermanfaat dimasa yang akan datang.

Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan

penghormatan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Yth, Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K) selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan di Program Magister

Kedokteran Klinik Konsentrasi Patologi Klinik.

Universitas Sumatera Utara


2. Yth, Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked(Oph), Sp.M(K) selaku

Ketua Program Studi Program Magister Kedokteran Klinik Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan di Program

Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Patologi Klinik.

3. Yth, Prof. dr. Herman Hariman, Ph.D, Sp.PK-KH, selaku Pembimbing

I, yang telah bersusah payah dan bersedia meluangkan waktu dan

pikirannya setiap saat dalam memberikan banyak bimbingan, petunjuk,

pengarahan dan bantuan mulai dari penyusunan proposal, selama

dilaksanakan penelitian sampai selesainya tesis ini.

4. Yth,dr. Zulfikar Lubis, Sp.PK(K),selaku Pembimbing II, yang telah

bersusah payah dan bersedia meluangkan waktu dan pikirannya setiap saat

dalam memberikan banyak bimbingan,petunjuk, pengarahan dan bantuan

mulai dari penyusunan proposal, selama dilaksanakan penelitian sampai

selesainya tesis ini.

5. Yth,dr. Ricke Loesnihari, M. Ked (Clin-Path), Sp.PK(K), selaku Ketua

Departemen Patologi Klinik FK-USU/RSUP. H. Adam Malik Medanyang

sudah bersedia menyediakan waktu dan memberikan banyak bimbingan,

petunjuk, pengarahan dan bantuan mulai dari penyusunan proposal, selama

dilaksanakan penelitian sampai selesainya tesis ini.

6. Yth,dr. Jelita Siregar, M. Ked (ClinPath), Sp.PK, selaku Pelaksana

Tugas Ketua Program Studi Departemen Patologi Klinik FK-USU/RSUP.

H. Adam Malik Medan, yang telah memberikan kesempatan kepada saya

Universitas Sumatera Utara


sebagai peserta Program Magister Kedokteran Klinik dan Program

Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik serta beliau juga telah banyak

membimbing, mengarahkan dan memotivasi saya sejak awal pendidikan

sampai selesai.

7. Yth, dr. Malayana Rahmita Nasution, M. Ked (ClinPath), Sp.PK,

selaku Sekretaris Departemen Patologi Klinik FK-USU/RSUP. H. Adam

Malik Medan, yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan

selama saya mengikuti pendidikan.

8. Yth, Prof. dr. Adi Koesoema Aman, Sp.PK-KH, yang telah

memberikan bimbingan, arahan dan masukan selama saya mengikuti pen-

didikan dan didalam menyelesaikan penulisan tesis ini.

9. Yth,Prof. Dr. dr. Ratna Akbari Ganie, SpPK-KH, yang telah

memberikan bimbingan, arahan dan masukan selama saya mengikuti pen-

didikan dan didalam menyelesaikan penulisan tesis ini.

10. Yth,Prof. dr. Burhanuddin Nasution, Sp.PK-KN, KGEH,yang telah

memberikan bimbingan, arahan dan masukan selama saya mengikuti pen-

didikan dan didalam menyelesaikan penulisan tesis ini.

11. dr. Ida Adhayanti,Sp.PK, selaku kepala UTD/Bank DarahRSUP. H.

Adam Malik Medanyang sudah bersedia menyediakan waktu dan

memberikan banyak bimbingan, arahan dan masukan mulai dari

penyusunan proposal, selama dilaksanakan penelitian sampai selesainya

tesis ini.

Universitas Sumatera Utara


12. dr. Toni,Sp.PK, yang sudah bersedia menyediakan waktu dan

memberikan banyak bimbingan, arahan dan masukan mulai dari

penyusunan proposal, selama dilaksanakan penelitian sampai selesainya

tesis ini.

13. Yth,dr. Muzahar, DMM, Sp.PK(K),dr. Tapisari Tambunan,

Sp.PK(K), dr. Nelly Elfrida Samosir, Sp.PK(K), dr. Ranti

Permatasari, Sp.PK(K), dr. Nindia Sugih Arto, M. Ked (ClinPath),

Sp.PK, dr. Dewi Indah Sari Siregar, M. Ked (ClinPath), Sp.PK, dr.

Almaycano Ginting, M. Kes, M. Ked (ClinPath), Sp.PKdansemua guru-

guru saya yang telah banyak memberikan bimbingan, nasehat, arahan, dan

dukungan selama saya mengikuti pendidikan.

14. Yth,Rektor Universitas Sumatera Utara, Direktur Rumah Sakit

Umum Pusat H. Adam Malik Medan yang telah memberikan

kesempatan dan menerima saya untuk mengikuti Program Magister

Kedokteran Klinik dan Program Pendidikan Dokter Spesialis Patologi

Klinik.

15. Terima kasih yang setulus-tulusnya saya sampaikan kepada kedua orang

tua saya, Ayahanda Lersianus Saragih (Alm) dan Ibunda Hotmarianim

Purba atas cinta, pengorbanan dan kesabaran mereka yang telah

membesarkan, mendidik, mendorong dan memberikan dukungan moril

maupun materil serta selalu tanpa bosan-bosannya mendoakan saya

sehingga dapat menyelesaikan pendidikan sampai saat ini. Kiranya

TuhanYang Maha Esa membalas semua budi baik dan kasih sayangnya.

Universitas Sumatera Utara


Begitu juga kepada mertua saya Bapak Tuahman Haloho (Alm) dan Ibu

Osdemina Purba yang juga telah banyak memberikan bantuan moril

maupun materil kepada saya dan keluarga. Juga kepada abang saya

Anefon Saragih/Nurmaida sinaga dan kakak-kakak saya Kasianna

saragih/Roden purba, Rosmaulina Saragih / JannikeUmri

Purbakeponakan-keponakan sayadan juga seluruh keluarga besar saya

yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang selalumendoakan dan

memberikan semangat kepada saya selama mengikuti pendidikan ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melindungi dan membalas kebaikan

mereka semua.

16. Terima kasih yang tak terhingga saya sampaikan kepada Istri saya tercinta

Rosmianna Elvida Erawati Haloho, SEyang telah mendampingi saya

dengan penuh pengertian, perhatian, memberikan dorongan dan

pengorbanan, serta tidak henti-hentinya memberikan semangat selama

mengikuti pendidikansampai saya dapat menyelesaikan pendidikan

iniserta anak-anakku Luise Menika Saragih dan Kenny Levinson

Saragihyang telah banyak kehilangan perhatian dan kasih sayang selama

saya mengikuti pendidikan, semoga ini semua dapat menjadi motivasi

dalam mencapai cita-citamu.

17. Terima kasih juga kepada keponakan sayaHerrijunianto Purba,

S.Sisebagai pembimbing statistik yang banyak membantu dalam penelitian

ini khususnya dalam hal metodologi penelitian dan analisa statistik.

Universitas Sumatera Utara


18. Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada seluruh teman-teman sejawat

Program Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik FK USU, para analis

dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, atas

bantuan dan kerjasama yang diberikan kepada saya, selama proses

pendidikan terutama teman seperjuangan sayadr.Jemie lim,dr. Saut Adi

Hamonangan Pane,dr. Noffrizal, dr. Tetty Wahyuni Panjaitan, dr.

Rapina Ambarita, dr.Fauzan M Lubis, dr.Dahlan Siahaan,

dr.Edward Mario Silaban, dr. Poltak Nababan.

19. Akhir kata sebagai manusia biasa tentunya tidak luput dari kesalahan dan

kekhilafan, pada kesempatan ini penulis mohon maaf yang sebesar-

besarnya. Sudi kiranya tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga

TuhanYang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

kepada kita semua. Amin

Medan, Januari 2019

Penulis,

dr. Pesalmen Saragih

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN i

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR SINGKATAN xv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

ABSTRAK xvii

BAB IPENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 6

1.3. Hipotesis 7

1.4. Tujuan Penelitian 7

1.4.1. Tujuan Umum 7

1.4.2. Tujuan Khusus 7

1.5. Manfaat Penelitian 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9

2.1. Darah Lengkap (Whole Blood) 9

2.1.1. Pembagian Darah Lengkap Menurut Masa Simpan 9

Universitas Sumatera Utara


2.1.2. Antikoagulan 10

2.1.3. Fasilitas Penyimpanan dan Stabilitas Darah Lengkap 10

2.2. Packed Red Cell (PRC) 12

2.2.1. Indikasi waktu Pemberian PRC 13

2.2.2. Dosis PRC 14

2.2.3.Kontraindikasi 14

2.2.4. Pemberian Transfusi PRC 14

2.2.5. Keuntungan Transfusi PRC dibandingkan Darah Lengkap 15

2.2.6. Kerugian PRC 16

2.3. Hemoglobin 16

2.3.1. Fungsi Hemoglobin 17

2.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hemoglobin 18

2.4. Hematokrit 20

2.5. Glukosa Darah 20

2.6. Waktu Simpan Darah 22

2.7. Kantong Darah 23

2.8. Kantong Darah yang Digunakan 26

2.9. Hemolisis 27

2.9.1. Patofisiologi 28

2.9.2. Tindakan Pencegahan 29

2.10. Metabolisme Darah Selama Penyimpanan 30

2.11. Saline Adenin Glucose Manitol (SAGM) 32

2.11. Kerangka Konsep 34

Universitas Sumatera Utara


BAB III METODE PENELITIAN 35

3.1. Desain Penelitian 35

3.2. Waktu Penelitian dan Tempat Penelitian 35

3.3. Populasi dan Sampel 35

3.4. Kriteria Penelitian 36

3.4.1. Kriteria Inklusi 36

3.4.2. Kriteria Eksklusi 36

3.5. Ethical Clearance dan Informed Consent 36

3.6. Variabel Penelitian 36

3.7. Defenisi Operasional 37

3.8. Cara Kerja 38

3.8.1. Pengambilan dan Pengolahan Sampel 38

3.8.2. Pemeriksaan Laboratorium 39

3.8.2.1. Pemeriksaan Hemoglobin dan Hematokrit 39

3.8.2.2. Pemeriksaan Plasma Glukosa 39

3.8.3. Pemantapan Kualitas Pemeriksaan 40

3.8.3.1. Pemantapan Kualitas Pemeriksaan Hemoglobin

Dan Hematokrit 40

3.8.3.2. Pemantapan Kualitas Pemeriksaan Plasma

Glukosa 43

3.9. Alur Penelitian 45

3.10. Analisa Data 46

3.11. Jadwal Penelitian 47

Universitas Sumatera Utara


3.12. Perkiraan Biaya Penelitian 47

BAB IV HASIL PENELITIAN 48

BAB V PEMBAHASAN 52

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 55

6.1. Kesimpulan 55

6.2. Saran 55

DAFTAR PUSTAKA 56

LAMPIRAN 60

DAFTAR RIWAYAT HIDUP 72

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kantong Darah yang Digunakan 27

Gambar 2.2.Kerangka Konsep 34

Gambar 3.1. Hasil Pemeriksaan QC pada Hemoglobin dan

Hematokrit Level 1 41

Gambar 3.2. Hasil Pemeriksaan QC pada Hemoglobin dan

Hematokrit Level 2 41

Gambar 3.3. Hasil Pemeriksaan QC pada Hemoglobin dan

Hematokrit Level 3 42

Gambar 3.4. Hasil Kalibrasi Hematology Analyzer Sysmex XN-100 43

Gambar 3.5. Hasil Pemerikasaan QC pada Plasma Glukosa Level 1 43

Gambar 3.6. Hasil Pemerikasaan QC pada Plasma Glukosa Level 2 43

Gambar 3.7. Hasil Pemerikasaan QC pada Plasma Glukosa Level 2 44

Gambar 3.8. Kurva Kalibrasi Plasma Glukosa 45

Gambar 3.9. Alur Penelitian 45

Grafik 4.1. Uji Anova Kadar Hemoglobin berdasarkan Waktu Simpan

PRC 49

Grafik 4.2. Uji Anova Kadar Hematokritberdasarkan Waktu Simpan

PRC 49

Grafik 4.3. Uji Anova Kadar Plasma Glukosaberdasarkan Waktu

Simpan PRC 50

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Batas Normal Kadar Hemoglobin 17

Tabel 2.2. Nilai Normal Hematokrit 20

Tabel 2.3. Penilaian Hemolisis berdasarkan Hemolysis Indeks (HI) 27

Tabel 3.1. Hasil Kalibrasi Plasma Glukosa 44

Tabel4.1.Uji Anova Pengaruh Waktu Simpan PRC terhadapperubahan

Hemoglobin,Hematokrit, dan Plasma Glukosa 48

Tabel4.2. Korelasi Hemoglobin, Hematokrit, dan Plasma Glukosa dengan

Waktu Simpan PRC 51

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR SINGKATAN

PRC =Packed Red Cell

WB =Whoole Blood

PVC =Polyvinyl Chlorida Plastisized

DEHP =Diethyl Hexyl Phthalate

ATP =Adenosine Triphosphat

DPG =Diphosphogliserate

LDH =Laktat Dehidrogenase

SAGM =Saline Adenine Glucose Manitol

ICU =Intensive Care Unit

MDA =Malondialdehid

TRALY =Transfusion-Related Acute Lung Injury

Hb =Hemoglobin

Ht =Hematokrit

LR =Leucoreduction

PEP =Fosfoenolpiruvat

FDA =Food and Drug Administration

ARIPI =Age of Red Blood Cells in Premature Infants

PRP =Platelet Rich Plasma

ACD =Acid Citrate Dextrose

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian 60

Lampiran 2. Formulir Persetujuan Setelah Penjelasan 62

Lampiran 3. Status Pasien 63

Lampiran 4. Profil Responden 65

Lampiran 5. Tabulasi data Pengukuran Hemoglobin, Hematokrit,

dan Plasma Glukosa 66

Lampiran 6. Hasil Analisa Data 67

Lampiran 7. Surat Persetujuan Penelitian 70

Universitas Sumatera Utara


PENGARUH WAKTU SIMPAN PRC TERHADAP PERUBAHAN
HEMOGLOBIN, HEMATOKRIT, DAN PLASMA GLUKOSA
DI RSUP H.ADAM MALIK MEDAN
Pesalmen Saragih1,, Ida Adhayanti3, Zulfikar Lubis2 , Herman Hariman2
1
PPDS Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara,
Medan.
2
Departemen Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera
Utara/RSUP Haji Adam Malik, Medan.
3
Unit Transfusi Darah,RSUP Haji Adam Malik, Medan.

ABSTRAK
Latar Belakang:
Masih belum ada kepastian tentang berapa lama PRC yang disimpan pada suhu 2-
6 ° C tanpa kehilangan aktivitasnya. Beberapa pusat kesehatan membuat batasan
bahwa penyimpanan PRC yang berbeda, ada yang membuat satu hari, beberapa
hari sampai tujuh hari setelah pembuatan PRC. ada Oleh karena itu, tujuan dari
penelitian ini adalah untuk melihat berapa lama PRC dapat disimpan pada suhu 2-
6 ° C tanpa kehilangan aktivitasnya.
Metode:
30 kantong whole blood diambil untuk penelitian ini. whole blood tersebut
adalah atas permintaan dari dokter untuk pembuatan PRC. Kantong darah diputar
dengan kecepatan 4.000 RPM selama 15 menit. Dari PRC tersebut diambil 3 cc
darah pada hari 1,3,5,7 untuk pemeriksaan hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht), dan
plasma glukosa.
Hasil:
Setelah hari-1 pengambilan 3 cc darah, PRC disimpan pada 2-6° C, dan
selanjutnya diambil 3cc juga pada hari 3, 5, 7. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht) tidak terjadi perubahan yang signifikan
(P>0,05) selama penyimpanan 7 hari, pada plasma glukosa menunjukkan
penurunan dari hari-1 sampai hari-7 dan siginifikan (P <0,001), tetapi nilainya
masih dalam batas normal. Nilai korelasi antara Hb dengan lama simpan PRC; r =
0,168, Ht dengan lama simpan PRC; r =0,081, plasma glukosa dengan lama
simpan PRC;r =-0,844.
Kesimpulan:
PRC yang disimpan selama 7 hari masih layak digunakan karena perubahan
kadarhemoglobin dan hematokrit tidak signifikan, sedangkan kadar plasma
glukosa terjadi penurunan signifikan tetapi masih didalam batas normal. Sehingga
penelitian ini dapat menyingkirkan anggapan bahwa PRC hanya bisa dipakai 1
hari dan 3 hari setelah pembuatan PRC.
Kata Kunci:
PRC, penyimpanan, Hb,Ht, plasma glukosa

Universitas Sumatera Utara


THE EFFECTOF STORAGE PRC ON CHANGES IN
HEMOGLOBIN, HEMATOKRIT, AND PLASMA GLUCOSE
IN HAJ ADAM MALIK HOSPITAL, MEDAN.
Pesalmen Saragih1, Ida Adhayanti3 ,Zulfikar Lubis2 , Herman Hariman2
1
Postgraduate Program in Clinical Pathology Specialization, Faculty of Medical,
North Sumatra University, Medan.
2
Department of Clinical Pathology, Faculty of Medicine, North Sumatra
University /Haj Adam Malik Hospital, Medan.
3
Blood Transfusion Unit, Haj Adam Malik Hospital, Medan.
ABSTRACT
Background :
There is still no fixed confirmation of how long the packed red cells (PRC) could
be stored at 2-6°C without loosing its activity. Some centres put their criteria that
PRC could be stored only for 1 day, some other several days until one week time.
So, the aim of this study is to clarify of how long the non-washed PRC could be
stored at 2-4°C without loosing its activity.
Methods :
30 whole blood bags were recruited in this study. They are ordered by physicians
for the reguest of PRC. The bags were spun at 4.000 RPM for 15 minutes. The
PRC was tapped for 3 cc of blood on day 1, 3, 5, 7 for the investigation of
hemoglobin (Hb), hematocrit (Ht), and plasma glucose.
Results :
After day-1 tapping, PRC was then stored at 2-6°C. Another tappings were
carried out on day 3, 5, 7. Result showed that the Hb and Ht from day-1 to day-7
not significant (P > 0,05), however the blood glucose showed a decrease from
day-1 to day-7 (P < 0,001). The length of storagecorrelates with Hb; r = 0.168, Ht;
r = 0.081, plasma glucose; r = -0.844.
Conclusion :
PRC that stored for seven days was still worth to used, because the change level’s
of hemoglobin and hematokrit are not significant. While, the plasma glucose
level’s occur a decline significantly. But, still in normal limit, Till the researcher
can remove the opinion that PRC only can use in one day and three days after the
production of PRC.
Keywords :
PRC, storage, Hb, Ht, plasma glucose.

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Transfusi darah merupakan salah satu bagian penting pelayanan kesehatan

modern. Transfusi darah adalah suatu rangkaian proses pemindahan darah donor

ke dalam sirkulasi darah resipien sebagai upaya pengobatan (WHO, 2009). Terapi

transfusi darah modern menggunakan komponen darah, yaitu memberikan bagian

yang spesifik dari darah sesuai dengan indikasi klinis. Transfusi komponen darah

seperti Packed Red Cell (PRC) dapat mengurangi resiko terjadinya reaksi

transfusi yang tidak diinginkan bagi resipien (Council of Europe, 2002; Brecher,

2005).

Packed Red Cell berasal dari Whole Blood yang diendapkan selama

penyimpanan, atau dengan sentrifugasi putaran tinggi. Sebagian besar (2/3) dari

plasma dibuang. Satu unit PRC dari 450 ml darah lengkap volumenya 200-250 ml

dengan kadar hematokrit 70-80%, volume plasma 15-25 ml, dan volume

antikoagulan 10-15 ml. Waktu penyimpanan sama dengan WB. Secara umum

pemakaian PRC untuk pasien anemia yang tidak disertai penurunan volume darah,

misalnya pasien dengan anemia hemolitik, leukemia akut, leukemia kronik,

penyakit keganasan, talasemia, gagal ginjal kronis (Saraswati, 2015).

PRC adalah produk darah paling penting yang dapat disimpan sekitar 35-

42 hari di bank darah dan merupakan terapi terbanyak yang diberikan di dunia.

Kualitas PRC selama penyimpanan harus dijaga meskipun tetap terjadi perubahan

Universitas Sumatera Utara


dalam morfologi, biokimia, dan metabolik yang disebut dengan storage lesion

(jejas penyimpanan). Kerusakan oksidatif diperkirakan sebagai faktor terpenting

dalam storage lesion yang disebabkan radikal bebas dan menurunkan kualitas

eritrosit yang disimpan (Deyhim et al., 2014).

Penyimpanan darah dilakukan mengingat bahwa unit pelayanan darah

tidak setiap saat bisa menyediakan darah segar untuk diberikan kepada pasien

sesuai permintaan dokter yang merawat. Kantong Polyvinyl chlorida plastisized

(PVC) dengan Diethyl hexyl phthalate (DEHP) adalah wadah standar

penyimpanan darah donor. Kantong DEHP mengurangi hemolisis selama

penyimpanan dengan intercalation ke membran RBC (Sulung, 2016).

Selama proses penyimpanan PRC terjadi serangkaian perubahan

biokimiawi yang akan mempengaruhi viabilitas dan fungsinya dalam mengangkut

oksigen dari paru-paru ke jaringan. Perubahan itu dikenal sebagai storage lesion.

Diperkirakan 1-5% eritrosit akan rusak selama waktu pengambilan donor, setiap

hari viabilitas eritrosit akan terus menurun sebagai akibat penurunan kadar ATP,

apabila kadar ATP menurun terjadi kehilangan lipid membran, membran menjadi

kaku dan bentuknya berubah dari cakram menjadi sferis (tanpa central polar dan

ukuran kecil), kemudian hal tersebut dapat menyebabkan kalium keluar dan

natrium masuk ke sel. Hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas eritrosit yang

akan ditransfusikan.

Eritrosit tidak mempunyai inti dan mitokondria sehingga untuk

metabolisme oksidatif energi dihasilkan melalui pemecahan glukosa (Harmening,

2012; Hajjawi 2013). Pemecahan glukosa menjadi laktat atau piruvat secara

Universitas Sumatera Utara


umum disebut sebagai glikolisis (Simon et al, 2009). Di luar tubuh glukosa juga

bisa mengalami glikolisis. Dalam serum atau plasma yangdidinginkan pada suhu

20°C, glukosa cenderung stabil hanya dalam waktu 24 jam, sedangkan pada suhu

ruangan, sampel darah untuk pemeriksaan glukosa tanpa adanya zat penghambat

glikolisis akan mengalami metabolisme kira-kira 7 mg/dL/hari (Safitri 2009).

Begitu pula glukosa di dalam PRC, akan dimetabolisme lebih cepat 10 kali pada

suhu 25°C sehingga PRC yang disimpan pada suhu 25°C akan kehilangan masa

hidup eritrosit 10 kali lebih cepat (Simon et al, 2009).

Storage lesion dapat dibuktikan dari penurunan adenosine triphosphat

(ATP) dan 2,3 diphosphogliserate (DPG) dalam eritrosit, peningkatan potasium

dan laktat dehidrogenase (LDH) plasma, serta peningkatan kadar hemoglobin

(Hb) bebas pada unit PRC. Pemeriksaan kadar Hb bebas adalah parameter yang

dapat diperiksa untuk menilai kualitas penyimpanan PRC (Saphiro et al., 2012).

Amerika Serikat merekomendasikan batas 1% untuk indeks hemolisis pada akhir

penyimpanan PRC meskipun belum menetapkan kadar Hb bebas yang masih

dapat diterima (Coker, 2002; Cluitmans et al., 2014).

Penyimpanan PRC dengan adanya fosfat dan adenin yang memungkinkan

untuk jangka waktu penyimpanan lebih lama. Kemajuan ini mendorong

penggunaan solusi aditif yang tidak hanya akan memperpanjang masa

penyimpanan tetapi juga menjaga kualitas konsentrat PRC selama penyimpanan,

yaitu solusi yang mengandung saline adenine glucose manitol (SAGM) yang

ditambahkan ke dalam eritrosit, meningkatkan masa penyimpanan PRC selama 42

hari bila disimpan pada 2°C sampai 6°C. Penambahan garam dan manitol

Universitas Sumatera Utara


menurunkan kadar hemolisis, dan glukosa menyediakan jalur substrat energi dan

adenin mempertahankan kadar ATP (Sulung, 2016).

Penelitian retrospektif yang dilakukan The National Heart, Lung, and

Blood Institute terhadap 6002 pasien dengan gangguan kardiovaskular yang

menerima 19.584 unit PRC membuktikan outcome buruk dan dikaitkan dengan

storage lesion. Pemberian PRC yang disimpan selama 14-42 hari pada pasien

intensive care unit (ICU) menunjukkan tingkat mortalitas 2,8% ditambah dengan

intubasi lama, kegagalan ginjal, dan sepsis, lebih tinggi dibandingkan yang

menerima PRC <14 hari yaitu 1,7% (Roback, 2011).

Penelitian Fergusson melaporkan bahwa transfusi PRC dengan waktu

simpan lebih lama memberikan hasil atau perbaikan klinis signifikan lebih buruk.

Hal tersebut disebabkan oleh metabolisme sel darah terus berlanjut selama

penyimpanan darah. Penelitian yang dilakukan oleh Pettila et al., 2011 di intensive

care unit (ICU) Australian and New Zealand Hospital melaporkan terdapat

perpanjangan masa rawatan pasien critically ill yang menerima old PRC (rerata

17,6 hari) dibandingkan dengan fresh PRC (rerata 7,5 hari) (Pettila et al., 2011).

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lacroix et al., 2015

yang memperoleh transfusi eritrosit darah simpan dengan usia rerata 6,1±4,9 hari

lebih baik dari rerata 22±8,4 hari untuk percepatan perbaikan klinis pasien

critically ill.

Frekuensi, patofisiologi, dan mekanisme yang mendasari storage lesion

PRC masih belum jelas, sehingga sulit untuk menjelaskan dan menghindari

outcome buruk pada pasien yang menerima PRC yang disimpan lama

Universitas Sumatera Utara


dibandingkan yang baru. Belum ada pemeriksaan laboratorium yang dapat

memastikan konsekuensi klinis dari storage lesion, meskipun epidemiologi telah

membuktikan tentang efeknya yang bermakna secara klinis (Kor et al.,2009;

Roback, 2011).

Brunauer et al.,( 2011) meneliti bahwa oksidasi lipid membran eritrosit

berlanjut selama penyimpanan PRC. Eritrosit secara terus menerus teroksidasi

oleh radikal bebas seperti superoksid dan hidrogen peroksida. Glutation sebagai

antioksidan yang penting dalam pertahanan eritrosit menurun setelah

penyimpanan PRC lebih dari 14 hari dan konsekuensinya adalah peningkatan

kerusakan oksidatif (Flattet al.,2014).

Kerusakan fosfolipid membran eritrosit sangat mungkin menjadi faktor

yang menyebabkan hilangnya deformabilitas eritrosit dan kemampuannya

bertahan secara in vitro. Eritrosit yang rusak akan melepaskan Hb dan hal ini

merupakan salah satu penyebab stres oksidatif melalui reaksi Fenton. Kondisi ini

akan diminimalisasi oleh haptoglobin (Hp) yang mengikat Hb bebas dan

hemopexin (Hpx) yang mengikat heme bebas secara in vivo kemudian

membawanya untuk dibersihkan disistem retikulo endotelial. Haptoglobin dan

hemopexin akan menghambat reaksi oksidasi terhadap Hb dan heme serta

membantu menyingkirkannya dari sirkulasi. Peningkatan kadar Hb bebas dan

heme yang tidak dapat dinetralisasi oleh Hp dan Hpx terbukti menyebabkan

outcome buruk bagi manusia (Rifkind et al., 2015).

Pertambahan usia PRC mengakibatkan akumulasi progresif penanda stres

oksidatif fraksi lipid (dalam bentuk malondialdehid (MDA) dan derivat

Universitas Sumatera Utara


prostaglandin). Akumulasi lipid teroksidasi tersebut pada supernatan pada PRC

yang disimpan lama diperkirakan menyebabkan efek buruk terhadap pasien

seperti respons inflamasi atau transfusion-related acute lung injury (TRALY)

(Alessandro et al., 2014).

Penelitian yang dilakukan Karon et al., dan Spinelli et al., di Amerika

Serikat membuktikan peningkatan kadar Hb bebas dan F2α-isoprostan terjadi

selama penyimpanan PRC. Peningkatan tersebut diperkirakan faktor penyebab

outcome buruk pada resipien transfusi PRC meskipun mekanisme yang

mendasarinya belum sepenuhnya diketahui (Karon et al., 2012; Spinelli et al.,

2014).

Selain hal tersebut diatas, dalam mengantisipasi efek buruk yang tidak

diinginkan, beberapa unit bank darah rumah sakit di Medan memperlakukan batas

waktu kadaluarsa dari PRC dengan beragam. Ada yang memberi instruksi PRC

harus sudah ditranfusikan tidak lebih dari 24 jam setelah pembuatan PRC; ada

juga yang memberlakukan 3 hari. Tetapi ada juga yang memberlakukan sampai 1

minggu.

Oleh karena itu peneliti ingin mempelajari, sebenarnya berapa hari pasca

pembuatan PRC masih layak untuk segera ditransfusikan PRC dengan melihat

perubahan yang terjadi pada nilai hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht), dan plasma

glukosa menurut waktu simpan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dalam penelitian ini dirumuskan masalah,

apakah ada pengaruh waktu simpan PRC terhadap perubahan hemoglobin (Hb),

Universitas Sumatera Utara


hematokrit (Ht), plasma glukosa dan berapa hari pasca pembuatan PRC yang

masih layakberdasarkan perubahan tersebut.

1.3. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah terdapat pengaruh waktu simpan PRC terhadap

perubahan hemoglobin,hematokrit dan plasma glukosa

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Melihat pengaruh dan memastikan berapa lama waktu simpan PRC berdasarkan

kadar hemoglobin, hematokrit dan plasma glukosa.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Melihat kadar hemoglobin pada hari ke 1,3,5 dan 7

2. Melihat kadar hematokrit pada hari ke 1,3,5 dan 7

3. Melihat kadar plasma glukosa pada hari ke 1,3,5 dan 7

1.5. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai perubahan

kadar hemoglobin, hematokrit, plasma glukosa berdasarkan waktu simpan,

sehingga dapat digunakan sebagai parameter tambahan baru dalam hubungannya

untuk melakukan transfusi pada pasien.

2. Manfaat bagi UTD/Bank Darah

Memberikan masukan kepada instalasi laboratorium dan UTD/Bank Darah

mengenai perlunya diperhatikan proses pendonoran darah, penyimpanan darah,

Universitas Sumatera Utara


waktu simpan dan proses transfusi agar dapat mengurangi kemungkinan terjadi

reaksi transfusi yang tidak diinginkan.

3. Manfaat bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai sarana untuk melatih cara berpikir

dan membuat suatu penelitian berdasarkan metodologi yang baik dan benar dalam

proses pendidikan.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Darah Lengkap (Whole Blood)

Whole blood (WB) atau darah lengkap adalah darah yang diambil dari donor

dengan menggunakan container atau kantong darah dengan antikoagulan steril

dan bebas pyrogen (Anonim 2002). Darah lengkap berisi

eritrosit,leukosit,trombosit,dan plasma. Satu unit kantong darah lengkap berisi 450

ml darah dan 63 ml antikoagulan. Di Indonesia, 1 kantong darah lengkap berisi

250 ml darah dengan 37 ml antikoagun, ada juga 1 unit kantong berisi 350 ml

darah dengan 49 ml antikoagulan, suhu simpan antara 20-60C. Satu unit darah

(250-450 ml) dengan antikoagulan sebanyak 15 ml/100 ml darah (Sudoyo 2009).

2.1.1. Pembagian darah lengkap (Whole Blood) Menurut Masa Simpan

Menurut masa simpan invitro, ada dua macam WB yaitu darah segar (fresh WB)

dan darah baru.

1. Darah segar

Yaitu darah yang baru diambil dari donor sampai 6 jam sesudah pengambilan.

Keuntungan pemakaian darah segar ialah faktor pembekuannya masih lengkap

termasuk faktor labil (V dan VIII) dan fungsi eritrosit masih relatif baik.

Kerugiannya sulit diperoleh dalam waktu yang tepat karena untuk

pemeriksaan golongan, reaksi silang dan transportasi diperlukan waktu lebih

dari 4 jam dan resiko penularan penyakit relatif banyak.

Universitas Sumatera Utara


2. Darah Baru

Yaitu darah yang disimpan antara 6 jam sampai 6 hari sesudah diambil dari

donor. Faktor pembekuan disini sudah hampir habis, dan juga dapat terjadi

peningkatan kadar kalium, amonia, dan asam laktat (Setyati, 2010).

Darah Simpan(stored blood) merupakan darah yang disimpan lebih dari 6 hari.

Keuntungannya mudah tersedia setiap saat, bahaya penularan lues dan

sitomegalovirus hilang. Sedang kerugiaannya ialah faktor pembekuan terutama

faktor V dan VIII sudah habis. Kemampuan transportasi oksigen oleh eritrosit

menurun yang disebabkan karena afinitas Hb terhadap oksigen yang tinggi,

sehingga oksigen sukar dilepas ke jaringan. Hal ini disebabkan oleh penurunan

kadar 2,3 DPG. Kadar kalium, amonia, dan asam laktat tinggi (Setyati, 2010).

2.1.2. Antikoagulan

Antikoagulan yang digunakan sesuai dengan komponen darah, WB dengan

antikoagulan CPDA-1 (Citrate Phosphat Dextrose Adenine-1) yang disimpan

pada suhu 20-60 C dengan lama penyimpanan 35 hari. CPDA-1 mengandung

dextrose dan adenin bersama-sama membantu mempertahankan ATP selama

penyimpanan. Alasan penyimpanan suhu 2°-6°Cadalah menjaga dextrose tidak

cepat habis, dan akan mengurangi pertumbuhan bakteri yang kemungkinan

mengkontaminasi darah selama proses penyimpanan.

2.1.3.Fasilitas penyimpanan dan Stabilitas darah lengkap

Komponen darah harus disimpan pada kondisi suhu yang optimal untuk setiap

jenis komponen. Fasilitas atau peralatan yang digunakan untuk menyimpan kom-

ponen darah harus dikualifikasi dan divalidasi agar memenuhi sistem manajemen

Universitas Sumatera Utara


mutu untuk unit penyedia darah.Fasilitas atau peralatan harus dapat diamankan,

didesain agar sirkulasi udara sekitar komponen darah terjaga dan dibersihkan se-

cara teratur. Suhu dan alarm harus diperiksa secara teratur untuk menjamin

kondisi yang telah ditentukan terjaga.

Darah WB,harus selalu terpelihara suhunya antara 2°-6°C. Pada suhu ini,

terjadi pengurangan reaksi biokimia dan akumulasi produk limbah,

memungkinkan pengawetan secara in vitroselama beberapa minggu. Cold box ha-

rus digunakan setiap kali darah selesai diambil dari donor untuk menjaga agar da-

rah tetap baik selama transportasi. Sekarang telah tersedia cold box untuk trans-

portasi darah yang dioperasikan dengan baterai sehingga dapat menjaga suhunya

tetap optimal selama waktu transportasi (John, 2010).

Darah sebaiknya disimpan pada lemari es khusus yang mampu menjaga

suhu antara 2°-6°C, apabila tidak memiliki lemari es khusus dapat digunakan le-

mari es biasa dengan memperhatikan hal-hal berikut : a) Darah dapat disimpan

dalam satu lemari es bersama reagen dan sampel, namun tidak boleh dicampu-

radukkan penempatannya. b) Pintu lemari es hanya boleh dibuka saat menyimpan

atau mengeluarkan darah. c) Penempatan darah harus sedemikian rupa sehingga

terjadi sirkulasi udara diantara kantong-kantongnya, dapat diposisikan berdiri

dalam keranjang, atau mendatar di atas rak lemari es. d) Tidak menyimpan darah

pada pintu lemari es. e) Tidak menyimpan darah di dekat lemari pembeku

(freezer).Suhu di dalam lemari estempat penyimpanan darah harus tetap diperiksa

dan dicatat secara berkala, paling tidak dua kali sehari.

Universitas Sumatera Utara


2.2.Packed Red Cell (PRC)

Packed Red Cell (PRC) merupakan komponen darah yang diperoleh dari

pengolahan Whole blood (WB).PRC berasal dari WB yang diendapkan selama

penyimpanan, atau dengan sentrifugasi putaran tinggi. Sebagian besar (2/3) dari

plasma dibuang.Satu unit PRC dari pemrosesan 500 ml WB didapatkan volume

200-250 ml dengan kadar hematokrit 70-80%, volume plasma 15-25 ml, dan

volume antikoagulan 10-15 ml. Waktu penyimpanan sama dengan WB.

Umumnya pemakaian PRC diberikan pada pasien anemia yang tidak disertai

penurunan volume darah, misalnya pasien anemia hemolitik, leukemia akut,

leukemia kronik, penyakit keganasan, talasemia, gagal ginjal kronis, dan

perdarahan kronis yang ada tanda “oksigen need” (rasa sesak, mata berkunang,

palpitasi, pusing, dan gelisah). Menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl diperlukan

PRC 4 ml/kgBB atau 1 unit menaikkan kadarhematokrit 3-5 % (Kleinet al., 2007)

Transfusi PRC diindikasikan untuk mencapai peningkatan yang cepat

dalam penyediaan oksigen ke jaringan, ketika konsentrasi Hb rendah dan atau

kapasitas membawa oksigen berkurang, dan adanya mekanisme kompensasi

fisiologis yang tidak memadai. Oksigenasi jaringan tergantung pada berbagai

faktor yaitu konsentrasi Hb, saturasi Hb, afinitas Hb untuk O2, dengan

persyaratan O2, yaitu volume oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan untuk

melaksanakan fungsi aerobik (Saraswati, 2015).

Indikasi untuk transfusi PRC adalah untuk memperbaiki atau mencegah

hipoksia jaringan. Indikasi dan tingkat urgensi PRC transfusi harus didasarkan

Universitas Sumatera Utara


pada evaluasi lengkap kondisi klinis pasien dan kemungkinan adanya mekanisme

kompensasi untuk anemia (Saraswati, 2015).

Produksi harian normal RBC pada orang dewasa yang sehat adalah sekitar

0,25mL/Kg dan umur rata-rata sel adalah sekitar 120 hari. Penyimpanan PRC

menyebabkan serangkaian metabolisme, biokimia dan perubahan molekuler,

didefinisikan sebagai lesi penyimpanan. Perubahan ini adalah terkait dengan

durasi masa penyimpanan. Penurunan 2,3 DPG terjadi dalam beberapa hari awal

penyimpanan dan selesai dalam waktu 1 atau 2 minggu. Perubahan ini reversible

50% dari 2,3 DPG dipulihkan setelah 8 jam transfusi, sedangkan 24-72 jam yang

diperlukan untuk pemulihan lengkap. Transfusi sebagai panduan, pada orang

dewasa, satu unit PRC meningkatkan konsentrasi Hb dengan 1g/dL dan Ht sekitar

3% (Limbruno et, al., 2009).

2.2.1. Indikasi Waktu Pemberian PRC

1. Acute Blood Loss : mempertahankan volume sirkulasi darah dan kadar

hemoglobin > 7 g/dL pada pasien sehat.

2. Hilangnya 15-30% dari volume darah : transfusi PRC tidak diperlukan

3. Hilangnya 30-40% dari volume darah : transfusi PRC diperlukan

4. Kehilangan 40% dari volume darah : transfusi PRC hampir pasti

dibutuhkan

5. Pasien rawat inap stabil termasuk dalam unit perawatan kritis :

hemoglobin < 7 g/dL

6. Transfusi perioperatif :

• Konsentrasi hemoglobin < 7 g/dL : transfusi PRC biasanya diperlukan

Universitas Sumatera Utara


• Konsentrasi hemoglobin 7-10 g/dL : iskemia organ, kehilangan darah

yang sedang berlangsung, faktor resiko komplikasi oksigenisasi yang

tidak adekuat

• Konsentrasi hemoglobin > 10 g/dL : transfusi PRC biasanya tidak

diperlukan (NHS, 2014)

7. Anemia simtomatik pada pasien normovolemic (umumnya gejala anemia

tidak terjadi ketika Hb > 10 g/dL) (Liumbruno et al., 2009)

2.2.2. Dosis PRC

Jumlah PRC yang diperlukan untuk menaikkan Hb dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Jumlah PRC = Hb x 3 x BB

Ket:

Hb = Selisih Hb yang diinginkan dengan Hb sebelum transfusi

BB = Berat Badan

2.2.3. Kontraindikasi

Packed Red Cells tidak boleh diberikan untuk penggantian volume atau untuk

alasan apapun selain koreksi anemia akut atau kronis. Keputusan untuk

melakukan transfusi tidak boleh didasarkan pada hemoglobin tunggal atau nilai

hematokrit sebagai pemicu tanpa mempertimbangkan semua faktor fisiologis dan

bedah yang mempengaruhi oksigenasi pada pasien itu.

2.2.4. Pemberian Transfusi PRC

Pengujian kompatibilitas PRC harus dilakukan sebelum transfusi. Penerima harus

ditransfusi dengan PRC ABO kelompok kompatibel. Transfusidimulai dalam

Universitas Sumatera Utara


waktu 30 menit setelah keluar dari tempat penyimpanan produk darah dengan

suhu terkendali dan divalidasi. Semua darah dan produk darah untuk penggunaan

intravena harus diberikan melalui transfusi set steril dengan ukuran pori standar

(170-260um) filter darah untuk menghilangkan bekuan atau debris lainnya,

kecepatan pemberian infus RBC Leucoreduction(LR) SAGM seharusnya tidak

lebih besar dari 2 mL / menit (atau kurang untuk pasien anak / bayi), untuk 15

menit pertama transfusi, pasien harus diamati selama periode ini, karena beberapa

reaksi yang mengancam nyawa bisa terjadi setelah transfusi dengan volume kecil

darah. Sebuah unit PRC LR SAGM dapat diinfuskan selama dua jam, transfusi

tidak boleh lebih dari empat jam karena risiko proliferasi bakteri dalam komponen

darah pada suhu kamar. Solusi intravena diberikan dengan PRC LR SAGM

menambahkan komponen isotonik dan harus tidak mengandung kalsium atau

glukosa. Infus denganLactated Ringer tidak direkomendasikan sebagai solusi ini

mengandung kalsium yang dapat berkontribusi terhadap pembekuan dari

komponen sel darah merah (Levac et al., 2010).

2.2.5. Keuntungan Transfusi PRC Dibanding Darah Lengkap

1. Kemungkinan overload sirkulasi menjadi minimal

2. Reaksi transfusi akibat komponen plasma menjadi minimal.

3. Reaksi transfusi akibat antibodi donor menjadi minimal.

4. Efek samping akibat volume antikoagulan yang berlebihan menjadi minimal.

5. Meningkatnya daya guna pemakaian darah karena sisa plasma dapat dibuat

menjadi komponen-komponen yang lain (AABB, 2010).

Universitas Sumatera Utara


2.2.6. Kerugian PRC

Masih cukup banyak plasma, lekosit, dan trombosit yang tertinggal sehingga

masih bisa terjadi sensitisasi yang dapat memicu timbulnya pembentukan antibodi

terhadap darah donor. Untuk mengurangi efek samping komponen non eritrosit

maka dibuat PRC yang dicuci washed PRC (Liumbruno et al., 2009).

2.3. Hemoglobin

Hemoglobin adalah metaloprotein (protein yangmengandung zat besi) didalam sel

darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh

tubuh. Hemoglobin juga pengusung karbon dioksida kembali menuju paru-paru

untuk dihembuskan keluar tubuh.Molekul-molekul hemoglobin terdiri dari dua

pasang rantai polipeptida (globin) dan empat gugus hem mengandung sebuah

atom besi (Riswanto, 2013).

Sel-sel darah merah mampu mengkonsentrasikan hemoglobin dalam cairan

sel sampai sekitar 34 g/dL sel. Konsentrasi ini tidak pernah meningkat lebih dari

nilai batas metabolis dari mekanisme pembentukan hemoglobin sel. Selanjutnya

pada orang normal, presentase hemoglobin hampir selalu mendekati maksimun

dalam setiap sel. Namun dalam pembentukan hemoglobin dalam sumsum

belakang berkurang, maka presentase hemoglobin dalam darah merah juga

menurun karena hemoglobin untuk mengisi sel kurang. Bila hematokrit

(presentase sel dalam darah normalnya 40-45%) dan jumlah hemoglobin dalam

masing-masing sel nilainya normal (Perdana, 2015).

Tanda-tanda yang mungkin kita alami saat mengalami kekurangan

hemoglobinadalah merasa lelah, lemah, pucat pada kulit dan gusi, sesak napas,

Universitas Sumatera Utara


detak jantung tidak teratur, dan kuning pada mata atau kulit. Penyebab

kekurangan hemoglobin umumnya karena perdarahan yang dapat berasal dari

luka, perdarahan di saluran cerna, saluran kemih, saat menstruasi berat, atau

karena perdarahan pasca persalinan.Selain itu, kekurangan hemoglobin juga

disebabkan beberapa penyakit yang membuat produksi Hb atau sel darah merah

berkurang seperti anemia defisiensi besi, anemia aplastik, defisiensi vitamin

B12,kanker, gastritis, sirosis, penyakit Hodgkin, hipotirodisme, gagal ginjal

kronis, sistitis, leukemia, myeloma dan myelodysplastic syndrome.

Di Indonesia batasan normal kadar hemaglobin yang digunakan sebagai

ambang batas anemia untuk berbagai golongan umur, jenis kelamin, dan ibu hamil

adalah sama dengan yang direkomendasikan WHO.

Tabel 2.1. Batas Normal Kadar Hemoglobin


Batas Nilai Hemoglobin
Kelompok Umur
(gr/dl)
Anak 6 bulan – 6 tahun 11,0
Anak 6 tahun – 14 tahun 12,0
Pria dewasa 13,0
Ibu hamil 11,0
Wanita dewasa 12,0
Sumber: Departemen Kesehatan RI (2002) dalam Zulaekah (2007)

2.3.1. Fungsi Hemoglobin

Fungsi Hemoglobin adalah sebaga berikut:

a. Mengikat Oksigen

Fungsi utama dari hemoglobin adalah bergabung dengan oksigen dalam

paru dan kemudian melepaskan oksigen ini dalam kapiler jaringan perifer.

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan oksigen merupakan bahan bakar utama dalam setiap proses

disetiap organ tubuh. Maka penurunan kadar hemoglobin dalam darah

akan mengakibatkan berkurangnya suplai oksigen pada organ-organ tubuh,

terutama organ-organ vital seperti otak dan jantung (Widayanti,2008)

b. Pertahanan Tubuh

Penurunan Kadar Hemoglobin yang disebut juga anemia mempengaruhi

viskositas darah. Pada anemia berat viskositas darah dapat mengalami

penurunan hingga 1.5 kali viskositas air. Keadaan ini mengurangi

tahananterhadap aliran darah dalam pembuluh darahperifer sehingga

mempengaruhi curah jantung akibat jumlah darah yang mengalir melalui

jaringan dan kemudian kembali ke jantung melebihi normal, hipoksia yang

terjadi juga membuat darah perifer akan berdilatasi yang berakibat

meningkatnya jumlah darah yang kembali ke jantung serta meningkatkan

curah jantung lebih tinggi. Jadi, keadaan anemia dapat berefek

meningkatkan beban kerja pemompa jantung (Anggi,2014)

c. Menyuplai nutrisi

Selain mengangkut oksigen, darah juga akan menyuplai nutrisi ke jaringan

tubuh dan mengangkut zat sebagai hasil dari metabolisme.

2.3.2. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Hemoglobin

Beberapa faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin adalah:

1.Kecukupan Besi dalam tubuh

Menurut Parakkasi (2006), besi dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin,

sehingga anemia gizi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang

Universitas Sumatera Utara


lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan

mikronutrien esensial dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi mengantar

oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh untuk diekskresikan ke dalam udara

pernafasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistem enzim pernafasan seperti

sitokrom oksidase, katalase, dan peroksidase.

Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan

mioglobin dalam sel otot. Kandungan ± 0,004 % berat tubuh (60-70%) terdapat

dalam hemoglobin yang disimpan sebagai feritin di dalam hati, hemosiderin

didalam limfa dan sumsum tulang (Zarianis, 2006).

2. Metabolisme Besi dalam Tubuh

Menurut Wirakusumah (2004), besi yang terdapat di dalam tubuh orang dewasa

sehat berjumlah lebih dari 4 gram. Besi tersebut berada di dalam sel–sel darah

merah atau hemoglobin (lebih dari 2.5 g), mioglobin (150 mg), phorphyrin

cytochrome, hati, limfa, dan sumsum tulang (> 200-1500 mg).

Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu bagian fungsional yang dipakai untuk

keperluan metabolik dan bagian yang merupakan cadangan.

Hemoglobin,mioglobin, sitokrom, serta enzim hem dan non hem adalah bentuk

besi fungsional dan berjumlah 25-55 mg/kg berat badan, sedangkan besi cadangan

yang biasanya terdapat dalam hati, limpa, dan sumsum tulang. Metabolisme besi

dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan,

penyimpanan, dan pengeluaran (Zarianis,2006).

Universitas Sumatera Utara


2.4. Hematokrit

Hematokrit adalah jumlah sel darah merah dalam darah sehingga dengan

melakukan pemeriksaan hematokrit maka akan kita dapatkan hasil perbandingan

jumlah sel darah merah (eritrosit) terhadap volume darah dalam satuan persen.

Prinsip pemeriksaan hematokrit yaitu darah yang mengandung antikoagulan

dicentrifuge dan total sel darah merah dapat dinyatakan sebagai persen

(Hoffbrand, 2008).Nilai normal hematokrit yang sering digunakan adalah sebagai

berikut:

Tabel 2.2. Nilai Normal Hematokrit

Jenis Nilai Hematokrit

Bayi Baru Lahir 44-65%

Anak (1-3 Tahun) 29-40%

Anak (4-10 Tahun) 31-43%

Laki-Laki 40-50%

Wanita 36-46%

2.5. Glukosa Darah

Karbohidrat adalah unsur mayor dalam sistem fisiologi, dengan rumus kimia

{Cx(H2O)y}. Membentuk struktur organisme dan menyediakan energi bersama

dengan lipid dan protein. Karbohidrat komplek dicerna menjadi gula sederhana

terutama glukosa, yang dipakai sebagai sumber energi atau disimpan sebagai

glukogen (Maryaningsih, 2017).

Kadar karbohidrat diukur dalam darah lengkap, serum atau plasma, cairan

cerebrospinalis, cairan pleura, dan urin untuk berbagai macam tujuan diagnostik.

Universitas Sumatera Utara


Pengukuran kadar glukosa darah bisa menggunakan metode enzimatik. Enzim

yang digunakan untuk pengukuran kadar glukosa adalah glucose dehydrogenase,

glucose oksidase dan hexokinase. Reaksi ini menghasilkan arus listrik yang

sebanding dengan konsentrasi glukosa atau produk yang mengukur secara

spektrofotometrik yang sebanding dengan kadar glukosa (Maryaningsih, 2017).

Glikolisis adalah suatu metabolisme katabolik dalam sitoplasma yang

tejadi pada hampir semua organisme dan sel baik yang hidup secara aerob

maupun anaerob. Glukosa yang oleh sebagian besar jaringan diambil dari darah,

di dalam sel pertama-tama akan difosforilasi. Dengan bantuan heksokinase

terbentuk glukosa 6-fosfat, gula ini akan kembali difosforilasi dan diperoleh

fruktosa 1,6-bifosfat. Fosfofruktokinase yang mengkatalisis langkah ini

merupakan enzim kunci yang penting pada glikolisis. Sampai tahap ini setiap mol

glukosa akan terpakai dua mol ATP, Fruktosa 1,6-bifosfat kemudian akan dipecah

oleh aldolase menjadi dua fragmen C3 yang terfosforilasi, yaitu gliseral 3-fosfat

dan gliseron 3-fosfat. Keduanya dapat saling bertukar bentuk dengan bantuan

triosafosfat isomerase. Gliseral 3-fosfat selanjutnya dioksidasi oleh gliseral 3-

fosfat dehidrogenase dengan membentuk NADH + H+. Selain itu, fosfat anorganik

dimasukkan ke dalam molekul (fosforilasi rantai substrat) dan terbentuk 1,3-

bifosfogliserat. Pada langkah selanjutnya (yang dikatalisis oleh

fosfogliseratkinase, hidrolisis ikatan ini akan terangkai secara energetika dengan

pembentukan ATP. Produk antara lainnya yang hidrolisisnya dirangkaikan dengan

sistesis ATP, terbentuk melalui isomerisasi dari 3-fosfogliserat yang merupakan

hasil dari reaksi di atas menjadi 2-fosfogliserat (enzim: fosfogliserat mutase) dan

Universitas Sumatera Utara


dari pemecahan molekul air (enzim:fosfopiruvat hidratase) “enolase”, yang

menghasilkan produk berupa ester asam fosfat dari bentuk enol piruvat (karena itu

disebut fosfoenolpiruvat /PEP). Pada langkah terakhir dari rantai yang dikatalisis

.oleh piruvat kinase terbentuk piruvat dari PEP. Pada glikolisis, setiap mol

glukosa memakai 2 mol ATP untuk aktivasi. Sebaliknya setiap satu fragmen C3

terbentuk dua mol ATP. Jadi keseluruhannya tetap terjadi keuntungan bersih

berupa dua mol ATP untuk setiap mol glukosa (Maryaningsih, 2017).

2.6. Waktu Simpan Darah

Waktu Simpan darah adalah sebagai jumlah kalender hari antara hari koleksi unit

RBC dan hari transfusi. Pada pasien dengan multiple transfusi, dengan analisa

lama penyimpanan yang digunakan dari pasien adalah unit darah dengan usia

penyimpanan RBC tertua (Saraswati, 2015).

Penyediaan darah di PMI pada umumnya berupa darah segar dan darah

baru. Darah yang disimpan kurang dari 7 hari Waktu Simpan(untuk menghindari

overload biokimia),diberikan untuk menaikkan Hb pada kondisi disfungsi ginjal

dan hati, pasien membutuhkan massive transfusi, pasien dengan peningkatan

kalium plasma karena luka bakar yang luas, atau hemolisis intravascular, neonatus

yang memerlukan transfusi tukar. Kerugian menggunakan darah yang belum

disimpan antara + 2°C dan + 6°C yaitu risiko meningkat penularan penyakit

patogen intraselular (Cytomegalovirus) bertahan di leukosit dalam darah segar,

transmisi Sifilis. Treponema tidak bertahan > 96 jam dalam darah disimpan

(WHO, 2013). Darah segar dengan metabolisme lebih stabil dibandingkan darah

baru, akan tetapi persediaan darah segar tersebut jumlahnya terbatas dan sulit

Universitas Sumatera Utara


diperoleh dalam waktu singkat. Darah simpan mudah tersedia setiap saat, tetapi

kadar kalium, ammonia dan asam laktatnya lebih tinggi.

Penyimpanan darah saat ini menjadi kebutuhan logistik untuk

mempertahankan suplai darah yang cukup. Kriteria Food and Drug

Administration(FDA) dimana penyimpanan RBC yang disetujui merupakan

kriteria yang umumnya digunakan dalam penelitian klinis, tidak mengukur fungsi

produk darah yang ditransfusikan. Kriteria penyimpanan RBC termasukhemolisis

kurang dari 1% dan pemulihan rata-rata 24 jam post transfusi 75% atau lebih

besar, yang merupakan penilaian yang dinilai akurat (Zimring,2013).

Beberapa penelitian retrospektif melaporkan bahwa transfusi unit PRC

simpan hasil signifikan lebih buruk secara medis dibandingkan dengan transfusi

unit PRC segar. Sejumlah studi retrospektif menunjukkan tidak ada perbedaan

antara darah segar dan darah simpan, dan beberapa menunjukkan bahwa darah

yang simpan adalah lebih aman daripada darah segar. Pelaporan hasil dari Age of

Red Blood Cells in Premature Infants (ARIPI) trial menunjukkan tidak ada

perbedaan antara red blood cells"Fresh" dan red blood cells "simpan". Percobaan

Control double-blind pemberian darah segar untuk neonatus, usia rata-rata sel

darah merah kelompok "Fresh" dan "Standard" adalah 5,1 dan 14,6 hari, Namun,

standar praktek untuk transfusi bayi prematur, tidak ada efek yang terdeteksi

terhadap usia penyimpanan RBC (Fergusson, 2009).

2.7. Kantong Darah

Kantong Polyvinyl chlorida plastisized (PVC) dengan Diethyl hexyl phthalate

(DEHP) adalah wadah penyimpanan darah donor standar. Kantong DEHP

Universitas Sumatera Utara


mengurangi hemolisis empat kali lipat selama penyimpanan dengan intercalasi ke

membran sel darah merah.

Polyvinyl chlorida plastisized dengan DEHP atau trimelitat (TETM)

plasticizer dapat digunakan untuk menyimpan semua produk darah. Ketika donor

memberikan darah berupa WB itu awalnya disimpan di kantong DEHP PVC

plasticized. Tak lama kemudian, biasanya dalam waktu delapan jam, centrifuge

memisahkan seluruh darah ke PRC dan Platelet Rich Plasma (PRP). Packed Red

Cells yang disimpan dikantongDEHP plasticized PVC dan PRP disimpan dalam

kantong poliolefin atau PVC TETM plasticized. Red Blood Cells biasanya

disimpan segar di refrigerator pada suhu berkisar antara 1°- 6° C dan waktu

simpan 35-42 hari. Keuntungan dari DEHP PVC plasticized dalam penyimpanan

RBC adalah bahwa DEHP mengikat RBC, mengawetkan dan memperpanjang

shelf life RBC (AABB, 2010).

Sebuah lapisan pelindung dianjurkan antara penyimpanan PRC untuk

menjaga suhu di unit penyimpanan atau transportasi. PRC yang disimpan di

refrigerator menurut aturan FIFO ( First In First Out) artinya darah yang

disimpan lebih awal sesuai tanggal diletakkan dibagian depan dan yang dipakai

terlebih dahulu diambil diurutan paling depan. Penyimpanan diusahakan jangan

dekat dengan lubang udara di pendingin yang suhunya bisa turun lebih rendah dari

1o-6oC.Selama pemisahan komponen dengan kecepatan sentrifugasi lebih tinggi

dari 5000 g menginduksi hemolisis, yang harus dihindari. Shelf life merupakan

faktor penting pemilihan material untuk kemasan produk darah karena wadah

dengan mengurangi kehilangan shelf life. Produk sitras adalah pilihan yang

Universitas Sumatera Utara


digunakan dalam penyimpanan darah karena mereka telah digunakan selama

bertahun-tahun sebagai antikoagulan.

Konsentrat PRC disimpan selama 35 sampai 42 hari di kantong plastikyang

diproduksi dengan plasticizer cair diethyl hexyl phthalate (DEHP). DEHP larut

dari kantong darah polyvinylchloride platisized(PVC), kemudian mengikat dan

menstabilkan membran RBC. PVC plastik yang paling umum bahan yang

digunakan dalam peralatan medis dan plastik pertama yang digunakan untuk

penyimpanan EHP dan mono metabolit utama mono (2-ethylhexyl) phthalate

(MEHP). Dalam rangka memberikan komponen darah terapi yang bebas dari

kontaminan plasticizer tersebut, bahan plastik non-DEHP yang biasa digunakan

untuk penyimpanan komponen. Baru-baru ini, kantong plastik non-DEHP telah

diperkenalkan untuk penyimpanan trombosit karena berfungsi meningkatkan

permeabilitas gas. Yang paling umum digunakan bahan plastik poliolefin (P0)

(diformulasi tanpa plasticizer) atau plastik PVC dengan tri (2-ethylhexyl)

trimellitate (TETM) daripada DEHP sebagai plasticizer. Ditemukan bahwa red

cells hanya stabil selama 21 hari bila disimpan dalam non-DEHP plastic. Setelah

hari 4 kerapuhan osmotik dan plasma free hemoglobin meningkat jauh lebih cepat

ketika red blood cells disimpan dalam plastik non-DEHP dibandingkan jika

disimpan dalam kantong PVC-DEHP. Plasticizer di (2-ethylhexyl) phthalate

(DEHP) yang ditambahkan ke plastik PVC untuk memberikan fleksibilitas, larut

dari plastik ke dalam plasma seperti yang pertama kali dilaporkan pada tahun

1967 oleh Guess et al. Evaluasi efek dari DEHP dan metabolitnya. telah

menunjukkan bahwa DEHP mengikat membran RBC dan menurunkan kerapuhan

Universitas Sumatera Utara


osmotiknya. Ketika upaya dilakukan untuk menyimpan PRC dalam wadah non-

DEHP 21 hari, terjadi kerusakan osmotik dan plasma free hemoglobin yang

diukur serta penurunan waktu hidup in vivo. Perubahan deformabilitas RBC

selama penyimpanan dan menunjukkan bahwa DEHP mengubah fleksibilitas

membran. Hasil pengamatan menunjukkan tidak ada perbedaan dalam kadar ATP

konsentrasi DEHP, menunjukkan bahwa DEHP mempunyai efek langsung pada

fleksibilitas membran dan bukan pada fungsi RBC (Saraswati, 2015).

2.8. Kantong Darah yang Digunakan

Kantong darah dalam penelitian adalahkantung darah tunggal yang digunakan

untuk menyimpan darah jenis whole blood atau darah lengkap, artinya di dalam

darah tersebut mengandung komponen sel darah beserta cairan plasmanya. Ada

sel darah merah (eritrosit),sel darah putih (leukosit), juga trombosit.Darah lengkap

ini disimpan pada suhu 4 ± 2oC. Karena leukosit dan trombosit tidak dapat

bertahan lama pada suhu penyimpanan tersebut, maka secara fungsional isi darah

lengkap terdiri atas sel darah merah dan plasma. Di dalam kantung ini

mengandung anti koagulan CPDA-1 yang berguna mencegah terjadinya

penggumpalan pada darah dalam kantung.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.1. Kantong Darah yang digunakan

2.9. Hemolisis

Hemolisis adalah pelepasan hemoglobin dan komponen intraseluler lainnya dari

eritrosit kedalam plasma (Lippi G, 2010). Hemolisis dapat terjadi dalam RBC

selama pengumpulan darah, transportasi, pengawetan dan atau berbagai tahap

penanganan di bank darah. Deteksi visual hemolisis unit biasanya dengan

mengamati warna supernatan plasma. Pengamatan warna plasma sebelum

ditransfusikan untuk menghindari reaksi transfusi serius dari unit darah hemolisis

yang disebabkan cedera termal, darah dalam kantong darah atau segmen

(Choudhury dan Mathur, 2011).

Tabel 2.3.Penilaian Hemolisis berdasarkan Hemolysis Indeks (HI)


HI(mg/dL) Appearance of serum Degree of hemolisis
<20 Clear No hemolisys
20-100 Pink tinged Slight hemolysis
100-300 Red Moderate hemolysis
>300 dark red marked hemolysis

Universitas Sumatera Utara


2.9.1. Patofisiologi

Unsur-unsur "lesi penyimpanan RBC" antara lain: perubahan morfologi,

melambat metabolisme dengan penurunan konsentrasi adenosin trifosfat (ATP),

asidosis dengan penurunan konsentrasi 2,3 difosfogliserat (2,3 DPG), hilangnya

fungsi sementara pompa kation. Ada kerugian akibat kalium intraseluler dan

akumulasi natrium dalam sitoplasma, kerusakan oksidatif dengan Hemolisis

selama pengumpulan darah dan penyimpanan merupakan manifestasi yang paling

berat dari lesi penyimpanan eritrosit. Ini merupakan pecahnya eritrosit dengan

melepas hemoglobin (Hb) langsung ke cairan atau hilangnya membran terikat Hb

dalam microvesicles. Hemolisis intravaskular eritrosit mengganggu NO-redoks

homeostasis, mengakibatkandisfungsi endotel, aktivasi platelet dan vasculopathy.

Penyimpanan eritrosit di bawah standar dengan integritas membran eritrosit

berkurang, dengan pembentukan mikropartikel dan hemolisis, yang merusak

fungsi pembuluh darah dan berkontribusi terhadap "lesi penyimpanan" darah

(Donadee et al, 2014).

Peningkatan Hb oksidasi selama penyimpanan RBC karena penurunan

kapasitas antioksidan, sehingga oksidasi dan kerusakan membran lipid dan protein

yang akhirnya dapat menyebabkan kerusakan permanen membran. Hilangnya

fosfolipid dari RBC selama penyimpanan dapat menyebabkan kerusakan osmotik

dan pembentukan echinocytes dan spheroechinocytes. Mayoritas RBC dalam

darah yang disimpan memiliki kerapuhan osmotik normal, tetapi pada populasi

kecil dapat diidentifikasi adanya peningkatan kerentanan terhadap lisis osmotik.

Selama penyimpanan, terjadi lisis spontan sebagian kecil dari RBC dan vesikel

Universitas Sumatera Utara


yang mengandung lipid dan Hb dari RBC utuh lepas ke supernatan plasma.

Sebagai hasil dari lisis ini, tidak hanya Hb RBC yang dilepaskan ke plasma tetapi

juga enzim intraseluler, seperti LDH dan kation (K+), yang dilepaskan. Kadar

parameter penyimpanan RBC ini dianggap sebagai penanda lisis RBC selama

penyimpanan.

Peningkatan yang signifikan dan progresif pada kadar marker sel lisis ini

selama penyimpanan RBC karena terjadi cedera oksidatif, sehingga berpotensi

perlu ditambahkan antioksidan pada kantong darah. Sharifiet et al, mempelajari

efek antioksidan pada peroksidasi lipid dari RBC setelah iradiasi gamma,

dinyatakan bahwa plasma manusia normal sangat efektif untuk melindungi

terhadap kerusakan oksidatif RBC akibat iradiasi. Selain itu, antioksidan sintetik

trilazad mesylatesangat efektif dalam melindungi RBC terhadap kerusakan

oksidatif. Sebagai antioksidan,ini ditemukan dalam membran dan memblokir

proses peroksidasi lipid (Chaundary dan Katharia,2012).

2.9.2. Tindakan Pencegahan

Untuk mencegah akibat yang tak diinginkan berupa hemolisis, FDA telah

menetapkan standar hemolisis sebagai syarat untuk sistem penyimpanan RBC. Di

Amerika Serikat, standar hemolisis rata-rata kurang dari 1%, dan di Eropa, kurang

dari 0,8%. Tindakan yang dapat diambil untuk mengurangi lisis RBC selama

penyimpanan yaitu dengan pendinginan darah yang diharapkan untuk

memperlambat metabolisme. Dengan mempertahankan suhu antara 1o-6oC

mengurangi metabolisme glukosa dan meningkatkan kelangsungan hidup RBC

(Hess et al., 2009).

Universitas Sumatera Utara


2.10. Metabolisme Darah Selama Penyimpanan

Pada darah yang disimpan di luar tubuh (kantong darah), dimana kondisinya

berbeda dengan kondisi dalam tubuh, terjadi perubahan dalam metabolisme

darahtersebut. Adapun perubahan-perubahan yang terjadi selama penyimpanan

invitro tersebut adalah sebagai berikut :

1. Daya Hidup Sel Darah

a. Daya Hidup Sel Darah Merah

Pada waktu penyadapan dalam kantong darah ± 1-5 % sel darah merah

rusak. Setelah darah disimpan 2 minggu dalam Acid Citrate Dextrose,

walaupun hampir semua sel darah mudah hidup normal setelah

ditransfusikan, kira-kira 10 % musnah dalam waktu 24 jam. Setelah

penyimpanan 4 minggu dalam ACD, daya hidup setelah transfusi

menurun dan sebanyak 25% dari sel darah merah hancur dalam bekerja

jam pertama setelah transfusi. Makin lama darah disimpan makin banyak

RBC yang dihancurkan dan makin kecil jumlah RBC yang dapat bertahan

hidup. Presentase RBC yang hidup 24 jam setelah transfusi menjadi

patokan perhitungan masa simpan darah dalam bentuk cair, minimal 70

%. Bila RBC yang hidup 24 jam setelah transfusi < 70% tidak baik untuk

resipien. Hilangnya daya hidup RBC yang disimpan disebabkan minimal

oleh 2 faktor yaitu kekakuan membran sel darah merah dan invitro

reversible dengan penambahan ATP sebelum transfusi, hilangnya lipid

membran RBC yang tidak dapat dicegah pada penyimpanan 4oC.

b. Pengaruh antikoagulan

Universitas Sumatera Utara


• Heparin: kerusakan sel darah merah sangat cepat, setelah

penyimpanan10 hari daya hidup posttransfusi tidak lebih dari 60%.

• Trisodium Sitrat: kerusakan yang cepat terjadi, setelah 1 minggu

hanya 50 % sel darah merah yang hidup dan setelah 2 minggu hampir

tidak adayang hidup.

• Penambahan dextrose: dapat memperbaiki daya hidup PRC, karena

dextrosehidrolisis aster phosphor menurun. Selama penyimpanan dan

yang merupakan sumber energi untuk sintesis senyawa phosphate

diphosphoglycoratedan ATP.

2. Daya Hidup Trombosit

Pada waktu penyadapan, terjadi kerusakan trombosit. Kerusakan selama

penyimpanan tergantungpada suhu dan Waktu Simpan. Trombosit pada suhu 4oC

dapat disimpan selama 3 hari tanpa goyanganakan tetapi penyimpanan trombosit

pada suhu kisaran 22oC dengan refrigerator yang khusus beragitator dapat

disimpan sekitar 5 hari.

3. Penurunan Kadar ATP

Selama penyimpanan kadar ATP menurun dan ini berhubungan

denganperubahan-perubahan pada PRC yaitu :

a. Perubahan bentuk sel dari ceper (discs) menjadi lebih bulat (spheres).

b. Hilangnya lemak membran sel (± 25 % setelah penyimpanan 28 hari

dalam ACD. Menurunnya : critical haemolotyc volume(mungkin

berhubungan dengan hilangnya lemak membran (Vealeet al., 2011).

c. Bertambah kakunya sel. Dibuktikan dengan mengukur tebalnya kepadatan

Universitas Sumatera Utara


RBC yang dilakukan sentrifugasi. Setelah 1 minggu dalam ACD, RBC

kaku sama seperti RBC yang dimasukkan formalin (Cluitmanset al.,2014).

d. Juga nilai hematokrit meningkat pesat, tapi ini bukan disebabkan

karenamembengkaknya sel darah merah tapi lebih disebabkan karena

terperangkapnya plasma yang disebabkan karena meningkatnya kekakuan

RBC.

2.11. Saline Adenin Glucose Manitol (SAGM)

Rous dan Turner mengembangkan sitrat pertama dan campuran glukosa untuk

menyimpan RBC kelinci (Rous dan Turner, 1916) dan Robertson

menggunakannya dalam bank darah pertama di Perancis selama Perang Dunia I

(Robertson, 1918).Dimasukkannya fosfat di tahun 1950-an dan 1970-an adenine

sebagaisolusi aditif, yang memperpanjang masa simpan dan meningkatkan

kualitas penyimpanan RBC (Hess, 2006). Di sisi lain, pH menurun 5,8 sterilisasi

sitrat dan glukosa (Acid Citrate Dextrose) solusi, memungkinkan penyimpanan

RBChingga 21 hari (Loutit dan Mollison,1943). Perkembangan selanjutnya aditif

ditandai dengan penambahan natrium fosfat ke ACD dan CPDyang mengurangi

kebocoran fosfat dari RBCyang disimpan dengan mengurangi gradien konsentrasi

fosfat antara sitosol dan supernatandengan waktu simpan darah 28 hari.Solusi

aditif berikutnya ditambahkan keRBC simpan untuk memberikan tambahan

volume dan nutrisi untuk penyimpanan lebih lama. Solusi aditif pertama adalah

SAG, dinamai konstituennya, garam, adenin dan glukosa, penurunan hematokrit

penyimpanan dan viskositas sekitar 55%, namun variabilitas biologis yang tinggi

hemolisis masih menghambat perpanjangan umur simpan RBC berkonsentrasi

Universitas Sumatera Utara


lebih dari 5 minggu, setidaknya sampai diperkenalkannya manitol (scavinger

radikal bebas dan membran stabilizer) oleh Hogman et al. (1978). Solusi aditif

yang mengandung 30 mM manitol mengurangi hemolisis dan lebih meningkatkan

osmolaritas larutan (Hess et al., 2009).

Solusi ini, SAGM, mendapatkan distribusi luas dan sekarang solusi aditif

standar yang digunakan di Eropa, sementara AS-1 dan AS-5 (banyak digunakan di

Amerika Serikat) adalah dua varian SAGM yang berbeda dalam konsentrasi

garam, gula dan mannitol. AS-3 adalah solusi aditif ketiga yang dilisensi di

Amerika Serikat, digunakan secara eksklusif di Kanada (Hess, 2009). Sitrat dan

manitol berfungsi sebagai pelindung membran yang sama seperti AS-3 dan

SAGM, masing-masing sebagai ion kedap yang menyeimbangkan tekanan

osmotik eritrosit ion-permeable (Jarvis et al., 2003). Perbedaan utama lainnya

adalah bahwa AS-3 solusi aditif dengan dekstrosa lebih tinggi dari antikoagulan

CPD utama, yang disebut CP2D.

Dalam penyimpanan donor PRC dengan adanya fosfat dan adenin yang

memungkinkan untuk jangka waktu penyimpanan lebih lama dari unit whole

blood. Kemajuan ini mendorong adanya solusi aditif yang tidak hanya akan

memperpanjang masa penyimpanan tetapi juga menjaga kualitas konsentrat PRC

selama penyimpanan, pengembangan solusi pengawet yang mengandung garam,

adenin, glukosa, manitol (SAGM) yang ditambahkan ke dalam eritrosit,

meningkatkan masa penyimpanan konsentrat RBC menjadi 42 hari bila disimpan

pada 1°C sampai 6°C. Penambahan garam dan manitol menurunkan kadar

hemolisis, dan glukosa menyediakan jalur substrat energi sementara adenin

Universitas Sumatera Utara


mempertahankan kadar ATP (D’Allesandro et al., 2010). Bila terjadi

ketidakseimbangan antioksidan dan terbentuk free radical yang berlebihan stress

oksidasi meningkat seiring dengan meningkatnya waktu, yang menyebabkan

menumpuknya produk oksidasi seperti lipid, asam nukleat, protein, gula dan sterol

yang menyebabkan disfungi sel. Meningkatnya umur RBC, volume menjadi

berkurang, meningkatnya densitas, terutama bagian kedua lifespan yang berkaitan

dengan hilangnya kolesterol, phospholipid dan menurunnya secara linier

membrane RBC serta membentuk lipid peroksidase. Manitol menyebabkan

menurunnya lipid peroksidase sebagai antioksidan yang memberikan elektron

pada membrane RBC (Saraswati, 2015).

2.12. Kerangka Konsep

Waktu Simpan

PRC

Hematokrit Plasma Glukosa Hemoglobin

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kwantitatif komperatif untuk mengetahui

pengaruh waktu simpan darah PRC terhadap peningkatan kadar hemoglobin (Hb),

hematokrit (Ht), dan plasma glukosa.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan UTD/Bank Darah RSUP H. Adam Malik Medan dan

Departemen Patologi Klinik FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan, dari bulan

Desember 2017 – Maret 2018.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pendonor darah yang berada di

UTD/Bank Darah Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan periode

waktu Januari sampai dengan Februari Tahun 2018. Dimana sebelumnya telah

dilakukan penyaringan terhadap penyakit HIV/AIDS, Hepatitis B, dan Hepatitis C

dan Sifilis.Sampel dalam penelitian ini adalah Packed Red Cell yang berada di

UTD/Bank Darah Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan. Pengambilan sampel

dengan teknik Consecutive Sampling. Menurut Gay, LR dan Diehl, PL (1992)

penelitian yang bersifat membandingkan dan hubungan (korelasi) maka jumlah

sampel sekurang-kurangnya 30 subjek (unit sampel).

Universitas Sumatera Utara


3.4. Kriteria Penelitian

3.4.1. Kriteria Inklusi

1. Darah WB yang telah disimpan kurang dari 24 jam.

2. Darah WB di screening terlebih dahulu untuk mengetahui sampel darah

terbebas dari HIV/AIDS, Hepatitis B, dan Hepatitis C dan Sifilis.

3.4.2. Kriteria Eksklusi

WByang mengalami hemolisis dengan pengamatan secara visual terjadi

perubahan warna kemerahan pada plasma darah dalam kantong darah.

3.5. Ethical Clearance dan Informed Consent

Ethical clearance dari Komite Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara dengan no: 82/TGL/KEPK FK USU-RSUP

HAM/2018 dan izin penelitian dari Instalasi Litbang RSUP Haji Adam Malik,

Medan nomor: 136/UN5.2.1.1.1.19/KRK/2018. Informed consent diminta secara

tertulis dari subjek penelitian atau diwakili oleh keluarganya yang menyatakan

bersedia ikut dalam penelitian setelah mendapat penjelasan mengenai maksud dan

tujuan dari penelitian ini.

3.6.Variabel Penelitian

Variabel bebas pada penelitian ini adalah waktu simpan PRC, ditentukan

berdasarkan waktu simpan darah pada hari 1, 3, 5, 7. Variabel terikat adalah

hemoglobin, hematokrit dan plasma glukosa di dalam PRC.

Universitas Sumatera Utara


3.7. Defenisi Operasional

1. Waktu simpan PRC adalah waktu simpan yang dimulai setelah

pemrosesan PRC, kemudian dilakukan penyimpanan di UTD/blood

bankmulai hari ke-1,3,5,7.

2. Hemoglobin adalah metalprotein pengangkut oksigen yang mengandung

besi dalam sel darah merah. Molekul hemoglobin terdiri dari globin,

apoprotein dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu

atom besi. Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmenrespiratorik dalam

butiran-butiran darah merah. Jumlah hemoglobin dalam darah normal

adalah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah.

3. Hematokrit adalah volume sel darah merah di dalam darah yang

dinyatakan dengan persentase volume seluruh darah. Nilai hematokrit

menunjukkan kekentalan darah yang sebanding dengan jumlah oksigen

yang dibawanya.

4. Plasma glukosa adalah jumlah glukosa dalam darah. Kadar glukosa darah

juga sering disebut sebagai kadar glukosa plasma. Kadar glukosa darah

dinyatakan dalam ukuran milimol per liter (mmol/l), ini merupakan satuan

standar internasional. Sedangkan di Indonesia kita lebih sering

menggunakan satuan miligram per desiliter (mg/dl). Umumnya kadar

glukosa darah berada kisaran 4 sampai 8 mmol/l (72 sampai 144 mg/dl),

namun biasanya akan lebih tinggi setelah makan dan mencapai titik

terendah di saat pagi hari.

Universitas Sumatera Utara


3.8.Cara Kerja

3.8.1. Pengambilan dan Pengolahan Sampel

1. Subjek atau darah WB yang berada di UTD/Bank Darah RSUP Haji

Adam Malik Medan yang disimpan kurang dari 1 hari, di ambil

sebanyak 30 kantong darah secara bertahap yang ada pada saat

dilakukan penelitian.

2. Darah WB yang akan digunakan di screening(metode ELISA dan NAT)

terlebih dahulu agar terbebas dari virus HIV/AIDS, Hepatitis B, dan

Hepatitis C, Sifilis.

3. Melakukansentrifuge WB dengan kecepatan4.000 RPM selama 15 menit

pada suhu ruangan, kemudian membuang sekitar 2/3 plasma darah

untukmendapatkan PRC.

4. Setiap kantong darah PRC diberi label dari nomor 1 sampai dengan 30.

5.Penyimpanan kantong darah PRC menurut aturan FIFO ( First In First

Out) artinya darah yang disimpan lebih awal sesuai tanggal diletakkan

dibagian depan dan yang dipakai terlebih dahulu diambil diurutan

paling depan, diusahakan jangan terlalu dekat dengan lubang pendingin,

diposisikan berdiri di rak. Suhu diperiksa minimal 2 kali sehari

dengansuhu 20 - 60C.

6. Setiap kantong darah PRC sebelum pengambilan sampel untuk

penelitian terlebih dahulu dihomogenkan untuk menyatukan plasma dan

eritrosit.

Universitas Sumatera Utara


7. Setiap kantong darah PRC diambil sampel darah + 3cc untuk melakukan

pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, dan plasma glukosa pada

hari pertama.

8. Kadar hemoglobin, hematokrit, dan plasma glukosa yang diperoleh

dicatat di dalam buku catatan perkembangan, kantong darah PRC

disimpan kembali untuk nantinya dilakukan pengamatan pada hari

ketiga,kelima, dan ketujuh.

3.8.2. Pemeriksaan Laboratorium

3.8.2.1. Pemeriksaan Hemoglobin dan Hematokrit

Pemeriksaan darah lengkap sebanyak 3 ml darah dalam tabung di

homogenkan perlahan. Analisa dengan pemeriksaan full blood count

(FBC) dilakukan dengan menggunakan automatic cell counting Sysmex

XN-1000 untuk memperoleh nilai Hemoglobin dan Hematokrit dengan

metode flow cytometry. Cytometry digunakan untuk menganalisa

karakteristik fisiologis dan kimiawi dari sel-sel dan partikel-partikel

biologis lainnya. Sedangkan flow cytometry digunakan untuk menganalisa

sel-sel dan partikel-partikel tersebut ketika melewati flow cell yang sangat

kecil. (Sysmex Corporation, 2014)

3.8.2.2. Pemeriksaan Plasma Glukosa

Pemeriksaan Plasma Glukosa sebanyak 200 µL plasma PRCdimasukkan

ke dalam cup sampel pada alatAutomatic Architec Plus. Masukkan posisi

tabung sampel pada program Glukosa kemudian klik runningkemudian

baca hasil pemeriksaan.

Universitas Sumatera Utara


Pemeriksaan ini dilakukan dengan metode enzimatik berdasarkan

reaksi hexokinase. Sampel yang digunakan adalah plasma pada panjang

gelombang 340 nm.Hexokinase mengkatalisis fosforilasi glukosa oleh

ATP untuk membentuk glukosa-6-fosfat dan ADP. Mengikuti reaksi,

enzim kedua, glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PDH) digunakan untuk

katalisis oksidasi dari glukosa-6-fosfat oleh NADP+ untuk membentuk

NADPH.

Sampel stabil : 1 hari pada suhu 20-250C, 7 hari pada suhu 2 - 80C.

3.8.3. Pemantapan Kualitas

Pemantapan mutu dilakukan untuk menjamin dan mendapatkan hasil

pemeriksaan yang baik. Sebelum dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu

dilakukan kalibrasi.

3.8.3.1. Pemantapan Kualitas Pemeriksaan Hemoglobin dan Hematokrit

a. Quality Control (QC)

Quality Control (QC) alat hematology analyzer Sysmex XN-1000 dapat

dilakukan dengan menggunakan reagen kontrol dari perusahaan ataupun

dari sampel normal. Reagen kontrol dari perusahaan tersedia dalam 3 level

(level 1, 2, dan 3). Level 1 merupakan kontrol dengan nilai rendah, level 2

kontrol dengan nilai normal dan level 3 kontrol dengan nilai tinggi.

Pada Hematology Analyzer Sysmex XN-1000, terdapat 2 jenis

reagen untuk pelaksanaan quality control, yakni XN Check dan XN Check

BF, dalam penelitian ini QC yang digunakna adalah XN Check. Reagen

kontrol harus disimpan pada suhu 2-80C di dalam ruang yang gelap.

Universitas Sumatera Utara


Reagen dapat bertahan sampai tanggal kadaluarsa sebelum dibuka. Namun

setelah dibuka, reagen control dapat bertahan selama 7 hari di suhu 2-80C,

sedangkan reagen kalibrasi hanya dapat bertahan selama 4 jam.

Hasil pemeriksaan QC akan ditunjukkan di dalam bentuk grafik. Apabila nilai QC

berada diluar standart deviasi (SD) maka akan muncul tanda “X” yang berwarna

merah pada grafik. Hasil QC yang berada diluar SD menunjukkan adanya

masalah. Masalah yang dimaksud dapat berasal dari alat, reagen, ataupun reagen

control. Apabila tidak dijumpai salah satu dari masalah-masalah tersebut maka

harus dilakukan kalibrasi dengan menggunakan kalibrator dan pemeriksaan

presisi. (Sysmex Corporation, 2014). Reagen quality control level 1 no. Lot QC-

83581101, level 2 no. Lot QC- 83581102, dan level 3 no. Lot QC- 83581103

Gambar3.1. Hasil Pemeriksaan QC pada Hemoglobin & Hematokrit level 1

Gambar3.2. Hasil Pemeriksaan QC padaHemoglobin & Hematokrit level 2

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.3.Hasil Pemeriksaan QC padaHemoglobin & Hematokrit level 3

b. Kalibrasi

Kalibrasi menggunakan alat hematology analyzer Sysmex XN-1000 dapat

dilakukan dengan menggunakan XN CAL dan XN CAL PF pada alat yang

dilakukan secara berkala (1 kali dalam setahun). XN CAL merupakan

produk diagnostik in vitro yang mengandung komponen sel darah merah

yang stabil, komponen sel darah putih yang stabil, komponen trombosit

yang stabil, dan komponen sel darah merah yang berinti. Reagen ini

dikemas dalam polypropylene plasticdan harus disimpan pada suhu 2-80C

XN CAL diperiksa sebanyak 11 kali dialat alat hematology analyzer

Sysmex XN-1000 dan hasil yang dipakai adalah 5 hasil pemeriksaan. Jika

kalibrasi tidak masuk dalam nilai standart maka akan timbul tanda blok

merah atau kuning di tabel kalibrasi.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.4. HasilKalibrasi Hematology Analyzer Sysmex XN-1000

3.8.3.2. Pemantapan Kualitas Pemeriksaan Plasma Glukosa

a. Quality Control (QC)

Pemeriksaa plasma glukosa menggunakan control Multichem S Plusden-

gan nomor lot. 17610171 (low), nomor lot 18005182 (normal), nomor

lot.18005183 dan reagen dengan nomor lot.52462UQ01. Quality control

(QC) dilakukan setiap hari. Reagen QC disimpan pada suhu -390C. QC

dilakukan setiap hari sebelum memulai pemeriksaan.

Gambar 3.5. Hasil Pemeriksaan QC padaPlasma Glukosa level 1

Gambar 3.6. Hasil Pemeriksaan QC padaPlasma Glukosa level 2

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.7. Hasil Pemeriksaan QC padaPlasma Glukosa level 3

b. Kalibrasi

Kalibrasi untuk pemeriksaan kadar plasma glukosa dilakukan sesuai petun-

juk dari pabrik yang tersedia dalam paket reagensia.kalibrasi dilakukan

setiap pemakaian reagen kit barudenganmultikonstituent calibrator. No-

mor lot. 45091FD01 nomor serial 1E65-65, kalibrator terdiri dari 2 botol

dengan nilai kosentrasi 94 mg/dl dan 447 mg/dl.Reagen kalibrasi disimpan

pada suhu 2-80C. Untuk titik nol digunakan blanko (aquadest).

Tabel 3.1. Hasil kalibrasi Plasma Glukosa


Konsentrasi Absorbansi

Blanko 0 -0,0008

Kalibrator 1 94 0,1592

Kalibrator 2 447 0,7736

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.8Kurva Kalibrasi Plasma Glukosa

3.9. Alur Penelitian

Whoole Blood
UTD/bank darah
RSUP. H. Adam Malik
d
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
Sentrifuge

Packed Red Cells


(PRC)

Pemeriksaan hari
I,III,V,VII

Hemoglobin (Hb) Plasma Glukosa Hematokrit (Ht)

Analisa Data

Gambar 3.9. Alur Penelitian

Universitas Sumatera Utara


3.10.Analisa Data

Data karakteristik subyek penelitian disajikan dalam bentuk deskriptif.

Berdasarkan pemilihan metode Statistik dengan mempertimbangkan: distribusi

populasi diketahui, distribusi populasi normal, penarikan sampel secara tidak

random, varian kelompok sama, dan skala pengukuran maka penelitian ini akan

menggunakan statistik parametrik. Dasar untuk pemilihan metode statistik

parametrik adalah: distribusi sampel normal (berdasarkan Uji Kolmogorov

Smirnov)pada penelitian pendahuluan, dan penarikan sampel yang tidak random

(Consecutive Sampling).

Adapun metode statistik parametrik yang digunakan adalah

UjiAnovauntuk melihat pengaruh waktu simpan PRC terhadap perubahan

hemoglobin,hematokrit dan plasma glukosa secara menyeluruh . Uji Spearman

merupakan alat uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis asosiatif dua

variabel. Analisis diolah menggunakan program statistik, dengan tingkat

kemaknaan p< 0,05 dan interval kepercayaan 95%.

Universitas Sumatera Utara


3.11.Jadwal Penelitan

Desember
Januari 2018 Februari 2018 Maret 2018
No. Kegiatan 2017

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

1. Studi
Pendahuluan
2. Penyusunan
Proposal
3. Ujian
Proposal
4. Pengumpulan
Data
5. Analisis Data

6. Seminar
Hasil

3.12. Perkiraan Biaya Penelitian

1. Barang habis pakai : Rp. 500.000,00

2. Pengadaan alat-alat disposible : Rp. 1.000.000,00

3. Pengurusan Ethical Clearance : Rp. 750.000,00

4. Pemeriksaan Hematokrit dan Hemoglobin : Rp. 7.200.000,00

5. Pemeriksaan Plasma Glukosa : Rp. 3.000.000,00

6. Honorarium teknisi : Rp. 1.000.000,00

7. Biaya seminar : Rp. 700.000,00

8. Biaya administrasi : Rp. 300.000,00

Total biaya : Rp.14.450.000,00

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pemeriksaan sampel darah telah dilakukan dari bulan Januari sampai Februari

2018 di UTD/Bank Darah Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, dan plasma glukosa dilakukan setelah

pengambilan darah donor. Selama kurun waktu dua bulan ini didapat 30 sampel

darah yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Dari hasil data

tersebut (Terlampir) maka dilakukan uji AnovadanUji Spearman.

Tabel 4.1. Uji Anova Pengaruh Waktu Simpan PRC terhadap Perubahan
Hemoglobin, Hematokrit, dan Plasma Glukosa
Waktu Simpan PRC Nilai Sig.
Variabel
I III V VII Anova

Hemoglobin 14,9±1,9 15,5±1,9 15,2±1,7 15,7±1,9 0,351

Hematokrit 47,7±6,3 49,5±5,8 49,1±5,4 50,6±5,2 0,278

Plasma Glukosa 359,5±23,2 339,6±24,1 297,6±24,1 252,6±29,2 <0,0001

Dari tabel 4.1. Perubahan kadar hemoglobin dan hematokrit terhadap lama

waktu simpan PRC (1,3,5,7) tidak signifikan terlihat dari nilai sig. Hemoglobin

sebesar 0.351 >0.05 dan nilai sig. Hematokrit sebesar 0,278 >0.05, artinya

peningkatanyang terjadi pada hemoglobin dan hematokrit tidak terlalu nyata.

Namun perubahan kadar plasma glukosa terdapat perubahan yang sangat

signifikan terlihat dari nilai sig. < 0,05. Artinya terjadi penurunan yang nyata pada

plasma glukosa selama penyimpanan PRC. Untuk melihat perubahan kadar

Universitas Sumatera Utara


hemoglobin, hematokrit, dan plasma glukosa selama waktu simpan dapat dilihat

dalam grafik dibawah ini:

Grafik 4.1.Uji AnovaKadar Hemoglobinberdasarkan WaktuSimpan PRC

16,00 𝝆=𝟎,𝟑𝟓𝟏 15,7


15,5
15,2
14,9
15,00

14,00

13,00

12,00
I III V VII

Dari grafik 4.1. dapat dilihat bahwa perubahan kadar hemoglobinpada waktu

simpan PRC terjadi fluktuasi nilai hemoglobin selama penyimpanan 7 hari.

Grafik 4.2. Uji Anova Kadar Hematokritberdasarkan WaktuSimpan PRC

52 𝝆=𝟎,𝟐𝟕𝟖 50,6
49,5 49,1
47,7
48

44

40

36
I III V VII

Universitas Sumatera Utara


Dari Grafik 4.2. dapat dilihat bahwa perubahan kadar hematokritterjadi

kesamaan dengan perubahan kadar hemoglobin selama proses penyimpanan.

Kondisi ini terjadi dikarenakan hematokrit adalah fungsi dari konsentrasi

hemoglobin.

Grafik 4.3. Uji Anova Kadar Plasma Glukosa berdasarkan Waktu Simpan
PRC
400
𝝆=𝟎,𝟎𝟎𝟎𝟏

359,5

350 339,6

297,6
300

252,6
250

200
I III V VII

Dari grafik 4.3.dapat dilihat bahwa perubahan kadar plasma glukosapada

proses penyimpanan selama 7 hari terjadi penurunan yang signifikan

Untuk melihat derajat hubungan dari perubahan hemoglobin, hematokrit,

dan plasma glukosa dengan waktu simpan PRC maka dilakukan uji korelasi

Spearman.Korelasi Spearman merupakan alat uji statistik yang digunakan untuk

menguji hipotesis asosiatif dua variabel. Tanda “+” dan “-“ menunjukan arah

hubungan diantara variabel yang sedang dioperasikan. Nilai korelasi dapat

diinterpretasikan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


- Antara 0,800 s/d 1,000 tergolong sangat tinggi

- Antara 0,600 s/d 0,799 tergolong tinggi

- Antara 0,400 s/d 0,599 tergolong cukup

- Antara 0,200 s/d 0,399 tergolong rendah

- Antara 0,000 s/d 0,199 tergolong sangat rendah

Tabel 4.2. Korelasi Hemoglobin, Hematokrit, dan Plasma Glukosa dengan


WaktuSimpanPRC
Nilai Korelasi
Kadar Sig
Waktu Simpan PRC
Hemoglobin 0.127 0.168
Hematokrit 0.160 0.081
Plasma Glukosa - 0.844 <0.0001

Berdasarkan Tabel 4.2.Korelasi hemoglobin dengan hematokrit, plasma

glukosa dengan waktu simpan PRC, hubungan antara perubahan kadar

hemoglobin dan hematokrit dengan waktu simpan PRC sangat lemah dan positif,

artinya, jika waktu simpan PRC diperpanjang maka terjadi peningkatan pada

hemaglobin dan hematokrit dengan nilai yang relatif kecil. Korelasi plasma

glukosa dengan waktu simpan PRC sangat kuat namun bersifat negatif, artinya

perubahan kadar plasma glukosa akan semakin menurun sesuai waktu simpan

PRC, artinya semakin lama waktu simpan PRC diberlakukan maka nilai plasma

glukosa juga akan semakin menurun.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada hemoglobin namun

tidak signifikan (p>0,05) selama penyimpanan tujuh hari. Hal ini menunjukan

selama proses penyimpanan tidak terjadi penghancuran dari eritrosit.Kondisi ini

juga terjadi pada hematokrit dikarenakan hematokrit adalah fungsi dari

konsentrasi hemoglobin. Alasan mengapa hemoglobin dan hematokrit meningkat

selama storage tidak jelas. Namun, ada bukti bahwa selama penyimpanan ada

pelepasan hemoglobin bebas dan F2α-isoprostan. Meskipun demikian, masih bisa

diperdebatkan mengapa hemoglobin dan hematokrit meningkat. Terlepas dari hal

ini, banyak peneliti telah mengkonfirmasi bahwa kedua faktor tersebut meningkat

selama penyimpanan.

Peningkatan hemoglobin dan hematokrit dapat disebabkan oleh faktor-

faktor tertentu. Penelitian yang dilakukan oleh Karon dkk., Dan Spinelli dkk.,

Amerika Serikat membuktikan bahwa peningkatan kadar Hb dan F2α-isoprostan

bebas terjadi selama penyimpanan PRC. Peningkatan ini diperkirakan menjadi

faktor yang menyebabkan hasil yang buruk pada penerima transfusi PRC

meskipun mekanisme yang mendasari tidak sepenuhnya diketahui (Karon et al.,

2012; Spinelli et al., 2014).

Terjadinya peningkatan hematokrit kemungkinan disebabkan oleh

penurunan kadar ATP. Selama penyimpanan, kadar ATP yang menurun

Universitas Sumatera Utara


mengakibatkan kerusakan lipid membran, membran menjadi kaku dan

mengakibatkan terperangkapnya plasma.

Penurunan signifikan plasma glukosa (p <0,05) selama penyimpanan

mungkin disebabkan oleh kebutuhan glukosa untuk metabolisme eritrosit selama

penyimpanannya. Eritrosit membutuhkan energi untuk metabolisme yang berasal

dari glukosa sebagai sumber utama. Oleh karena itu selama penyimpanan, glukosa

diambil dari plasma selama penyimpanan. Eritrosit tidak memiliki nuklei dan

mitokondria sehingga energi metabolisme oksidatif dihasilkan melalui pemecahan

glukosa (Harmening, 2012; Hajjawi 2013). Penguraian glukosa ke laktat atau

piruvat umumnya disebut sebagai glikolisis (Simon et al, 2009). Glikolisis juga

bisa terjadi di luar tubuh manusia. Glukosa akan stabil dalam 24 jam dalam serum

atau plasma yang didinginkan pada 20°C, sedangkan pada suhu kamar, sampel

darah untuk pengujian glukosa tanpa kehadiran inhibitor glikolisis akan

dimetabolisme sekitar 7 mg / dL / hari (Safitri, 2009). Demikian juga glukosa di

PRC, akan dimetabolisme lebih cepat 10 kali pada 25°C sehingga PRC yang

disimpan pada 25°C akan kehilangan kehidupan eritrosit 10 kali lebih cepat

(Simon et al, 2009). Untuk memperpanjang usia PRC suhu harus selalu

terpelihara antara 2°-6°C. Pada suhu ini, terjadi pengurangan reaksi biokimia dan

akumulasi produk limbah, dan meningkatkan kelangsungan hidup PRC (Hess et

al., 2009).

Berdasarkan nilai asosiatif antara waktu simpan PRC dengan hemoglobin,

hematokritbersifat sangat lemah dan positif,artinya terjadi peningkatan pada

hemoglobin dan hematokritselama penyimpanan yang relatif kecil.Hubungan

Universitas Sumatera Utara


waktu simpan PRC dengan plasma glukosa sangat kuat namun bersifat negatif,

artinya terjadi penurunan nilai secara signifikandari waktu simpan PRC(1) sampai

waktu simpan PRC (7) namun masih dalam batas kewajaran.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Kadar hemoglobin dan hematokrit, selama proses penyimpanan tujuh hari

tidak terjadi perubahan yang signifikan dan kadar plasma glukosa terjadi

penurunan yang signifikan tetapi masih dalam batas normal.

2. Penelitian ini menyingkirkan anggapan bahwa PRC hanya bisa dipakai 1

hari dan 3 hari setelah pembuatan PRC.

6.2. Saran

Diharapkan penelitian lanjutan untuk menguji kelayakan waktu simpan PRC

diatas 7 hari sehingga waktu simpan PRC ini memperoleh nilai atau batas

maksimal penyimpanan.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

AABB, American Red Cross, America’s blood Centers, 2010. Armed Services
Blood Program, Circular of Information for The Use of Human Blood
and Blood Components, p:1-47

Alessandro AD, Kriebardis AG, Rinalducci S, Antonelou MH, Hansen KC,


Papassideri ISet al.,2014, An Update on Red Blood Cell lesions, As
Gleaned Through Biochemistry and Omics Technologies, Transfusion,p:
1-15.

Chaundary R, Katharia R, 2012, Oxidative Injury as Contributory Factor for Red


Cells Storage Lesion Twenty Eight Days of Storage, Blood Transfus
vol.10, p: 59-61.

Cluitmans JCA, Chokkalingan V, Janssen AM, Brock R, Huck TS, Osman


JCGM, 2014, Alterations in Red Blood Cell Deformability during
Storage: A Microfluidic Approach, Biomed Research International,p:1-9.

Coker SO, 2002, Red Blood Hemolysis During Processing, Transfusion Medicine
Reviews Vol. 16 No. 1, p:46-60.

Deyhim MR, Navabi Z, Jalili MA, Maghsoudloo M, Khoshnaghsh F, 2014,


Alternation in Erythrocyte Enzyme Antioxidant Activity during Blood
Storage, Iranian Journal of Blood and Cancer volume 6 No 2, p: 69-74.

Donadee C,Raat NJ, and Kanias T, 2011, Nitric Oxide Scavengingby Red Blood
Cell Microparticles and Cell Free Hemoglobin as Mechanismfor The
Red Cell Storage Lesion, in Circulation, vol 124 (1), pp: 465-76.

Fergusson D, 2009, The Age of Red Blood Cells in Premature Infants (ARIPI), in
Randomized Controlled Trial:Study Design, Vol 4 no 1, pp. 61-63.

Flatt JF, Bawzir WM, Bruce LJ, 2014, The Involvement of Cation Leaks in The
Storage Lesion of Red Blood Cell, University of Bristol, UK, p: 1-10.

Hajjawi, Omar S., 2013. Glukose Transport in Human Red Blood Cells. American
Journal of Biomedical and Life Sciences, 1, pp.44-52.

Universitas Sumatera Utara


Hess JR, Sparrow L, Van der mer PF, Acker JP, Cardigan RA, and Devine DV,
2009, Red Blood Cell Hemolysis During Blood Bank Storage: Using
National Quality Management Data to Answer Basic Scientific
Questions, In Transfusion of Journal, vol 49 (12), pp:2551-2554.

Karon BS, Buskirk CMV, Jaben EA, Hoyer JD, Thomas DD, 2012, Temporal
Sequence of Major Biochemical Events during Blood Bank Storage of
Packed Red Blood Cell, Blood Transfuse vol 10, p: 453-61.

Koch, C. et al. 2009. Transfusion and pulmonary morbidity after cardiac


surgery.Ann Thorac Surg.88.p. 1410-8.

Koch CG, Priscilla I. Figueroa, Liang Li, Joseph F. Sabik, Tomislav Mihaljevic,
Eugene H. Blackstone, 2013. Red Blood Cell Storage: How Long Is Too
Long?. The Society of Thoracic Surgeons p:1894-1899

Komala, Winda, 2017. Korelasi Kadar Hemoglobin Bebas Dan F2α-Isoprostan


Plasma Packed Red Cell Selama Penyimpanan Di Bank Darah.
Universitas Andalas, Padang.

Levac, J.J. & O’sullivan, T., 2010. Social Media and It’s Use in Health
Promotion, Interdisciplinary Journal of Health Sciences, 1: 49-57.

Liumbruno, G. et al.2009. Recommendations for the transfusion of red blood


cells. Blood Transfus J.7.p.49-64

Maryaningsih, W. 2017. Perbedaan poikilositosis dan kadar glukosa pada PRC


yang disimpan pada suhu 25°C selama 30 menit dan 120 menit.
Universitas Muhammdaiyah Semarang.

Pettila V, Westbrook AJ, and Nichole AD, 2011, Aged of Red Blood Cell and
Mortality in the Critically Ill, in Critical Care, vol 15 (16), pp: 115-124.

Rifkind JM, Mohanty JG, Nagababu E, 2015, The Pathophsiology of


Extracellular Hemoglobin Associated with Enhanced Oxidative Reaction,
Frontiers in Physiology vol 5,p: 1-5.

Roback JD, 2011, Vascular Effect of the Red Blood Cell Storage Lesion,
Transfusion Medicine, Hematology, p: 475-8.

Universitas Sumatera Utara


Saraswati, Kuntil Dewi, 2015. Pengaruh Waktu Simpan Darah Terhadap Kadar
Laktat dehidrogenase pada packed red cells. Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.

Sulung, et al, 2016. Perbedaan Rekasi Pemberian Transfusi Darah Whoole Blood
(WB) dan Packed Red Cell (PRC) Pada Pasien Sectio Secarea. Jurnal
human care Vol.1 No. 3 tahun 2016

Spinelli SL, Lannan KL, Casey AE, Croasdell A, Curan TM, Henrichs KE et al.,
2014, Isoprostane and Isofuran Lipid Mediators Accumulate in Stored
Red Blood Cell Concentrates and Influence Trombosit Function In
Vitro,Transfusion, p: 1569-79.

WHO, 2013, Standard Requirements for Storage, Transport, Expiry of Blood and
Blood Components; in National Standard for Blood Transfusion service,
1th Ed, WHO, Thimphu Bhutan, pp. 11-27.

Zimring, J.C, 2013, Fresh Versus Old Blood: are There Differences and Do They
Matter?, in American Society of Haemotology, pp: 651-655.

Jessica, Giovanni. “Mengenali dan Memilih Kantung Darah”. 20 September 2018.

http://www.medicology.com/blog/mengenali-dan-memilih-kantong-darah/

Dahlan, MS. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. 6. Jakarta:Salemba

Medika, 2016.

Rizkiawati, A. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kadar Hemoglobin

dalam Darah. Jurnal Kesehatan Masyarakat: Semarang ( hal 663-669).

Humbert JR, Fermin CD, Winser EL. Early Damage to Granulocytes During

Storage. Semin Hematol.1991;28:10-3.

Gammon RR, Strayer SA, Avery NL, Mintz PD. Hemolysis During Leukocyte-

Reduction Filtration of Stored Red Blood Cells. Ann Clin Lab Sci,

2000;30:195-9.

Hess JR. An update on solutions for red cell storage.Vox Sang 2006; 91: 13-9.

Universitas Sumatera Utara


Steiner ME, Stowell C. Does red blood cell storage affectclinical outcome? When

in doubt, do the experiment.Transfusion 2009; 49: 1286-90.

Flegel WA, Natanson C, Klein HG. Does prolonged storageof red blood cells

cause harm? Brit J Haematol 2014; 165:3-16.

Hogman CF, de Verdier CH, Ericson A, et al. Effects ofoxygen on red cells during

liquid storage at +4 degrees C.Vox Sanguinis 1986; 51: 27-34.

D'Alessandro A, Gevi F, Zolla L. Red blood cell metabolismunder prolonged

anaerobic storage. Molecular BioSyst 2013;9: 1196-209.

Heddle, N. M. et al. Effect of Short-Term vs.Long-Term Blood Storage on

Mortality after Transfusion. New England Journal ofMedicine.2016;375:

1937–1945.

Hess, J. R. et al. Red Blood Cell Hemolysis during Blood Bank Storage: Using

National Quality Management Data to Answer Basicscientific Questions.

Transfusion.2009; 49: 2599–2603.

Roussel, C. et al. Spherocytic Shift of Red Blood Cells during Storage Provides a

Quantitative Whole Cell–Based Marker of The Storagelesion.

Transfusion.2017;57: 1007–1018.

Goel, R. et al. Red Blood Cells Stored 35 Days or more are Associated with

Adverse Outcomes in High‐Risk Patients. Transfusion.2016;56:1690–1698

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat Pagi/Siang, Bapak/Ibu


Pada hari ini, saya dr. Pesalmen Saragih yang saat ini sedang menjalani
pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik FK USU, ingin menjelaskan kepada
bapak/ibu tentang penelitian yang akan saya lakukan, yaitu mengenai
”PENGARUH WAKTU SIMPAN PRC TERHADAP PERUBAHAN
HEMOGLOBIN, HEMATOKRIT DAN PLASMA GLUKOSA DI RSUP H.
ADAM MALIK MEDAN”. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui apakah
ada pengaruh waktu simpan PRC terhadap perubahan Hemoglobin,Hematokrit
dan plasma Glukosa pada darah PRC bapak/ibu ataupun keluarga yang sedang
donor darah di instalasi Bank Darah RSUP H. Adam Malik Medan.
Untuk diketahui bahwa pada penemuan ilmu pengetahuan yang dipakai
saat ini sebagai penanda pengaruh waktu simpan PRC dengan melakukan
pemeriksaan kadar Hemoglobin, Hematokrit dan Plasma Glukosa . Dan sekali
lagi, penelitian ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui apakah ada pengaruh
perubahan kadar ketiga pemeriksaan tersebut pada darah PRC dalam hal ini ibu/
bapak/ keluarga sebagai pasien penelitian saya.
Saya akan mencatat identitas bapak/ibu ataupun keluarga yang dalam
rawatan ini, nomor rekam medis, nama umur, jenis kelamin, tekanan darah, berat
badan, pekerjaan, alamat dan data lain yang diperlukan. Penelitian ini dilakukan
dengan pengambilan sampel sebanyak 3 cc darah PRC yang telah dibuat dari
darah WB yang sudah di screening dan di sentrifius untuk mendapatkan darah
PRC. Lokasi pengambilan di pembuluh darah lengan kiri yang dilakukan oleh
seseorang yang ahli di bidangnya, sehingga resiko yang mungkin timbul saat
pengambilan darah akan sangat kecil, yang kemudian darah tersebuit akan
diperiksakan ke laboratorium.
Penelitian ini tidak menimbulkan hal-hal yang berbahaya ataupun efek
samping bagi Bapak/Ibu ataupun keluarga sekalian. Namun bila terjadi hal-hal

Universitas Sumatera Utara


yang berbahaya/efek samping selama penelitian berlangsung, saya akan
bertanggung jawab untuk memberikan pertolongan/ biaya/pengobatan/membantu
mengatasi masalah/efek samping tersebut.
Keikutsertaan bapak/ ibu ataupun keluarga dalam penelitian ini sifatnya
adalah sukarela. Bila keterangan yang saya berikan masih belum jelas atau ada
hal-hal yang belum jelas, bapak / ibu dapat langsung bertanya kepada saya.
Kerahasiaan data bapak/ibu ataupun keluarga akan tetap saya jaga. Setelah
bapak/ibu memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan
bapak/ibu ataupun keluarga yang telah terpilih pada penelitian ini dapat mengisi
dan menandatangani lembar persetujuan penelitian. Atas bantuan dan kerjasama
bapak/ibu, saya ucapkan terimakasih.
Nama : dr.Pesalmen Saragih
Telepon : 081372257999

Medan,Januari 2018

dr. Pesalmen Saragih

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 2

FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN


Departemen Patologi Klinik FK USU/RSUP HAM MEDAN
SURAT PERSETUJUAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :

Selaku Pasien / KeluargaTerdekat Pasien (ayah / Ibu / Suami / istri / Kakak / Adik
/ Anak / Lain-lain (sebutkan) : …........................................................
Setelah mendapat penjelasan serta menyadari manfaat dan resiko penelitian yang

berjudulPengaruh Waktu Simpan PRC Terhadap Perubahan Hemoglobin,

Hematokrit Dan Plasma Glukosa Di RSUP H. Adam Malik Medan danme-

mahami bahwa subyek dalam penelitian ini sewaktu-waktu dapat mengundurkan

diri dalam keikutsertaannya, maka saya secara sadar dan tanpa paksaan setuju ikut

serta dalam penelitian ini dan bersedia berperan serta dengan mematuhi semua

ketentuan yang telah disepakati.

Medan,Januari 2018

Mengetahui Yang Menyatakan,


Peneliti Saksi Peserta Penelitian

dr. Pesalmen Saragih ( ) ( )

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 3

STATUS PASIEN

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Kawin/Tidak Kawin :

Alamat :

Suku Bangsa :

Agama :

Pekerjaan :

Anamnesa

Keluhan Utama : …………………………….

Penyakit Terdahulu : ………………………..

Pemakaian Obat :......................................

Riwayat demam :..............................

Riwayat penyakit infeksi :.........................

Status Present

Kesadaran : …………….

Nadi : ……kali/menit

TD : ………… mmHg

RR :.........kali/menit

Suhu tubuh (ºC) : ......................

Universitas Sumatera Utara


Pemeriksaan Fisik

Kepala :

Mulut :

Leher :

Thoraks :

Abdomen :

Ekstremitas Atas :

Ekstremitas Bawah :

Pemeriksaan Laboratorium

1. Pemeriksaan kadar Hemoglobin : ......... mg/dL

2. Pemeriksaan kadar Hematokrit : ......... %

3. Pemeriksaan Plasma Glukosa : ......... mg/dL

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4 : Profil Responden
Range Usia Jumlah Jenis Kelamin Jumlah Golda Jumlah
< 20 2 Laki-laki 21 A 6

20-25 7 Perempuan 9 AB 3

25-30 5 Total 30 B 9

31-35 6 O 12

35-40 3 Total 30

40-45 4

> 45 3

Total 30

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5: Tabulasi Data Pengukuran Hemoglobin, Hematokrit, dan
Plasma Glukosa
HARI I HARI III HARI V HARI VII
NO
Hb Ht G Hb Ht G Hb Ht G Hb Ht G
1 16,20 54,30 383 16,70 54,70 364 16,30 54,30 321 16,50 55,30 287
2 15,20 47,80 353 15,70 49,20 328 15,20 47,20 288 15,60 48,10 243
3 15,90 49,00 367 17,30 53,60 347 17,20 52,90 347 17,60 54,70 275
4 15,40 48,70 343 16,50 52,40 371 15,80 52,80 280 16,80 54,40 235
5 12,60 40,90 375 14,30 46,10 356 13,70 44,70 324 14,10 45,60 290
6 18,50 59,40 340 17,30 55,80 316 13,60 45,20 278 19,30 64,20 223
7 13,90 43,70 434 15,80 50,70 411 15,10 50,20 365 16,40 52,40 314
8 14,60 47,30 376 16,20 51,70 357 15,50 51,60 312 15,90 52,20 265
9 17,40 54,30 393 17,80 55,40 375 16,60 52,30 299 17,80 55,90 251
10 17,50 55,00 382 19,40 60,80 363 17,30 54,70 311 19,50 62,30 257
11 16,00 53,20 354 15,70 50,80 331 16,10 52,10 289 16,20 52,10 244
12 15,60 51,90 330 15,40 50,40 311 15,00 49,40 265 14,80 47,60 217
13 16,80 52,60 342 16,70 50,90 319 15,60 49,80 274 15,50 48,60 223
14 14,10 46,20 351 14,30 46,30 330 14,80 48,70 292 14,50 47,20 241
15 17,50 54,50 356 18,10 55,70 335 18,30 58,10 297 18,20 53,60 244
16 14,60 46,80 369 15,70 48,80 344 16,20 54,30 298 16,30 47,90 248
17 15,40 49,80 375 15,80 49,70 351 15,60 48,50 313 15,50 47,90 265
18 17,40 56,10 344 18,60 58,30 319 18,70 57,30 273 18,20 57,60 223
19 16,70 53,20 335 17,30 55,90 309 17,50 56,20 267 17,40 56,10 219
20 15,10 49,50 347 15,30 50,90 328 15,50 51,30 287 15,30 51,30 241
21 12,70 40,60 330 13,30 42,50 307 13,20 41,50 262 13,40 43,20 215
22 13,90 45,90 356 12,40 40,90 337 14,00 45,40 310 15,00 50,60 265
23 12,30 39,30 341 12,40 38,60 316 12,50 38,40 292 12,50 38,50 242
24 12,50 36,40 395 13,40 41,10 372 13,80 43,70 332 13,90 44,60 281
25 12,20 36,20 347 12,20 37,60 328 12,70 40,90 283 12,40 42,10 236
26 12,70 43,40 345 13,80 46,80 325 13,60 46,90 279 13,70 48,60 228
27 12,10 38,60 379 12,50 42,20 355 12,40 36,80 317 12,60 42,40 272
28 14,70 47,50 356 16,00 52,20 336 15,50 51,30 290 15,60 52,50 239
29 12,80 42,90 331 13,50 44,10 312 13,90 45,60 285 14,10 47,80 341
30 15,20 47,20 356 16,40 51,50 337 15,90 50,10 299 15,90 51,90 254

Keterangan :

Hb : Hemoglobin

Ht : Hematokrit

G : Glukosa Plasma

Universitas Sumatera Utara


Lampiran6 : Hasil Analisis Data

GET

FILE='F:\Data Spss.sav'.

DATASET NAME DataSet0 WINDOW=FRONT.

T-
TEST PAIRS=Hb1 Hb1 Hb1 Ht1 Ht1 Ht1 PlasmaGlukosa1 PlasmaGlukosa1 Plas
maGlukosa1 WITH Hb3 Hb5 Hb7 Ht3 Ht5 Ht7 PlasmaGlukosa3 Plasma

Glukosa5 PlasmaGlukosa7 (PAIRED)

/CRITERIA=CI(.9500)

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence Interval Sig. (2-
Std. Std. Error T df
Mean of the Difference tailed)
Deviation Mean
Lower Upper
Pair 1 Hb1 - Hb3 -.64667 .81102 .14807 -.94951 -.34383 -4.367 29 .000
Pair 2 Hb1 - Hb5 -.36333 1.20301 .21964 -.81254 .08588 -1.654 29 .109
Pair 3 Hb1 - Hb7 -.79333 .80298 .14660 -1.09317 -.49349 -5.411 29 .000
Pair 4 Ht1 - Ht3 -1.88000 2.88688 .52707 -2.95798 -.80202 -3.567 29 .001
Pair 5 Ht1 - Ht5 -1.43333 4.22581 .77152 -3.01128 .14461 -1.858 29 .073
Pair 6 Ht1 - Ht7 -2.93333 3.49071 .63731 -4.23679 -1.62988 -4.603 29 .000
PlasmaGlukosa1 -
Pair 7 1.98333E1 9.37378 1.71141 16.33311 23.33356 11.589 29 .000
PlasmaGlukosa3
PlasmaGlukosa1 -
Pair 8 6.18667E1 11.89823 2.17231 57.42380 66.30954 28.480 29 .000
PlasmaGlukosa5
PlasmaGlukosa1 -
Pair 9 1.06900E2 24.73494 4.51596 97.66382 116.13618 23.672 29 .000
PlasmaGlukosa7

Universitas Sumatera Utara


[DataSet1] C:\Users\herri.purba\Documents\data spss 2.sav

ANOVA

Sum of Df Mean Square F Sig.


Squares

HB = Hemaglobin Between Groups 12.932 3 4.311 1.102 .351

Within Groups 453.881 116 3.913

Total 466.813 119

HT = Hematokrit Between Groups 133.142 3 44.381 1.299 .278

Within Groups 3963.917 116 34.172

Total 4097.060 119

G = Plasma Between Groups 202678.967 3 67559.656 105.621 .000


Glukosa
Within Groups 74198.333 116 639.641

Total 276877.300 119

Universitas Sumatera Utara


Correlations

G=
HB = HT = Waktu
Plasma
Hemaglobin Hematokrit Simpan
Glukosa

Correlation Coefficient 1.000 .962** -.056 .104

HB = Hemaglobin
Sig. (2-tailed) . .000 .546 .259

N 120 120 120 120

Correlation Coefficient .962** 1.000 -.096 .130

HT = Hematokrit
Sig. (2-tailed) .000 . .295 .158

N 120 120 120 120


Spearman's rho
Correlation Coefficient -.056 -.096 1.000 -.850**

G = Plasma
Glukosa Sig. (2-tailed) .546 .295 . .000

N 120 120 120 120

Correlation Coefficient .104 .130 -.850** 1.000

Waktu_Simpan
Sig. (2-tailed) .259 .158 .000 .

N 120 120 120 120

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7: Surat Persetujuan Penelitian

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

Nama : dr. Pesalmen Saragih

Tempat, tgl lahir : Sintaraya, 1 juli 1976

Suku/Bangsa : Batak / Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Alamat :Jalan Bunga Rinte Perumahan Graha Anggrek

Blok B 56 Simpang Selayang Medan

II. KELUARGA

Istri : Rosmianna Helvida Erawati Haloho,SE

Anak : 1. Luise Menika Saragih

2. Kenny Levinson Saragih

III. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri 002 Tigarunggu, selesai tahun 1988

2. SMP N Tigarunggu, selesai tahun 1991

3. SMU Negeri Purba, selesai tahun 1994

4. Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Medan, 2001

Universitas Sumatera Utara


5. Mengikuti Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara /RSUP. H. Adam Malik

Medan mulai Januari 2016 sd Sekarang.

IV. RIWAYAT PEKERJAAN/JABATAN

1. Dokter PTT Daerah: Puskesmas Pembantu Sawang Kec.Kundur Barat

Tahun 2002-2003

2. Dokter PTT Pusat : Puskesmas Pembantu Sawang kec.Kundur Barat

Tahun 2003-2005

3. Dokter CPNS: Puskesmas Kundur Barat Tahun 2008-2009

4. Dokter PNS: Puskesmas Kundur Barat tahun 2009 sampai sekarang

5. Residen Patologi Klinik pada Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara Medan ( Januari 2016-sekarang).

V. PERKUMPULAN PROFESI

1. Anggota IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Cabang Medan

2. Anggota Muda PDS PATKLIN (Perkumpulan Dokter Spesialis

Patologi Klinik)

Universitas Sumatera Utara


VI. JURNAL ILMIAH YANG DIPRESENTASIKAN SELAMA

MENJALANI PENDIDIKAN

1.The Application of GeneXpert MTB/RIF for Smear-Negative TB

Diagnosis as a Fee-Paying Service at a south Asian General Hospital

2. Proteinuria Is Common Among HIV Patients : What Are We Missing

3. Relationship Between Mean Platelet Volume and Pulmonary

Embolism in Patients With Deep Vein Thrombosis

4. Elevated serum interleukin-34 level in patient with Systemic Lupus

Erytematosus is Assosiated with disease Activity

VII. TULISAN ILMIAH YANG DIBUAT SELAMA MENJALANI

PENDIDIKAN

1. Pola bakteri dan sensitifitas antimikroba pada kultur urin di RSUP Haji

Adam Malik Medan periode 01 januari-31 desember 2015.

2.Gagal Ginjal Akut

3.Penilaian CD4 pada HIV

4.Ensepalopati Uremikum

5.Hellp Syndrome

6. Systemik Lupus Erytematosus.

Universitas Sumatera Utara


VIII. KEGIATAN ILMIAH YANG PERNAH DIIKUTI SELAMA

PENDIDIKAN

1. PBPK V Reg. SUMBAGUT – Symposium and Workshop: POCT

and Automatic Gram

2. Symposium on Improving Role of Clinical Pathologist for Patient

Clinical Care

3. Poster Presentation : Hypercoagulability and Thrombotic Risk In

Non Small Cell Lung Cancer

4. Oral Presentation : Pengaruh Penyimpanan Non-Washed Packed

Red Cells pada Suhu 4oC

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai