Universitas Sumatera Utara

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 73

UJI DIAGNOSTIK KRITERIA AMSEL PADA PASIEN VAGINOSIS

BAKTERIAL DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

TESIS

Oleh

LIZA ARIANITA
NIM : 097105009

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS


KONSENTRASI ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

Universitas Sumatera Utara


UJI DIAGNOSTIK KRITERIA AMSEL PADA PASIEN VAGINOSIS
BAKTERIAL DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

TESIS

Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Persyaratan


Untuk Memperoleh Keahlian dan Bidang
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin pada
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Oleh

LIZA ARIANITA
NIM : 097105009

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS


KONSENTRASI ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri,


dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk
telah penulis nyatakan dengan benar

Nama : dr. Liza Arianita


NIM : 097105009
Tanda tangan :

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan seluruh rangkaian penyusunan tesis yang berjudul : “Uji
Diagnostik kriteria Amsel pada pasien Vaginosis Bakterial di RSUP. H. Adam
Malik Medan,” sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar keahlian
Dokter spesialis Kulit dan Kelamin di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Tidak satupun karya tulis dapat diselesaikan seorang diri tanpa bantuan
dari orang lain. Dalam penyelesaian tesis ini ada banyak pihak yang Allah SWT
kirimkan untuk membantu, memberikan dorongan dan masukan kepada penulis.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini, ijinkanlah penulis menyampaikan rasa
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Yang terhormat dr. Kristina Nadeak, SpKK, selaku pembimbing utama
penulis, yang dengan penuh kesabaran membimbing, memberi masukan,
koreksi dan dorongan semangat kepada penulis selama proses penyusunan
tesis ini.
2. Yang terhormat dr. Iman Helmi Effendi, MKed(OG), SpOG(K), selaku
pembimbing kedua, yang dengan penuh kesabaran dan ketekunan dalam
membimbing, memberi masukan dan koreksi kepada penulis selama
proses penyusunan tesis ini.
3. Yang terhormat dr. Oratna Ginting, SpKK, sebagai anggota tim penguji,
yang telah memberikan bimbingan dan koreksi atas penyempurnaan tesis
ini.
4. Yang terhormat dr. Ariyati Yosi, MKed(KK), SpKK, sebagai anggota tim
penguji, yang telah memberikan bimbingan dan koreksi atas
penyempurnaan tesis ini.
5. Yang terhormat dr. Kristo A Nababan, MKed(KK), SpKK, sebagai
anggota tim penguji, yang telah memberikan bimbingan dan koreksi atas
penyempurnaan tesis ini.
6. Yang terhormat Prof. Dr. dr. Irma D. Roesyanto Mahadi, SpKK(K),
sebagai Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, sebagai
guru besar yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
mengikuti pendidikan spesialis di bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
7. Yang terhormat dr. Chairiyah Tanjung, SpKK(K), sebagai Ketua Program
Studi Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
8. Yang terhormat Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat melaksanakan studi
pada Universitas yang Bapak pimpin.
9. Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr.
Gontar A. Siregar, SpPD, KGEH, yang telah memberikan kesempatan
kepada saya untuk mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik dan
Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

i
Universitas Sumatera Utara
10. Yang terhormat para Guru Besar, (Alm) Prof. Dr. dr. Marwali Harahap,
SpKK(K), Prof. Dr. Mansyur A. Nasution, SpKK(K), serta seluruh staf
pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara, RSUP. H. Adam Malik Medan,
RSU Dr. Pirngadi Medan, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu,
yang telah membantu dan membimbing saya selama mengikuti pendidikan
ini.
11. Yang terhormat Bapak Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan dan
Direktur RSU. Pirngadi Medan, yang telah memberikan kesempatan dan
fasilitas kepada saya selama menjalani pendidikan keahlian ini.
12. Yang terhormat dr. Taufik Ashar M.Kes, selaku pembimbing metodologi
penelitian, yang telah membantu saya dalam mengolah dan memberikan
koreksi pada penelitian ini.
13. Yang terhormat seluruh staf/pegawai dan perawat di Bagian Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin di RSUP. H. Adam Malik Medan, RSU Dr.
pirngadi Medan, atas bantuan, dukungan, dan kerjasama yang baik selama
ini.
14. Yang tercinta kedua orangtua saya (Alm). Drs. H. Zein Ziwar dan Hj.
Salmah Thahir, yang dengan penuh cinta kasih, keikhlasan, doa,
kesabaran, dan pengorbanan yang luar biasa untuk mengasuh, mendidik,
dan membesarkan saya. Tiada ungkapan yang mampu melukiskan betapa
bersyukurnya saya mempunyai kedua orangtua seperti kalian. Kiranya
hanya Allah SWT, yang dapat membalas segala kebaikan kalian.
15. Yang tercinta kedua mertua saya, Drs. H. A.W. Effendi, dan Hj. Salmah
yang telah banyak membantu memberikan dorongan dan doa dalam masa
pendidikan saya, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Kiranya Allah SWT, yang dapat membalas segala kebaikan kalian.
16. Buat suamiku yang tercinta dan kusayangi Adi Azhari Effendi, MBA,
kamu adalah sumber inspirasi dan kebanggaanku, terima kasih yang
sebesar-besarnya untuk dukungan moril, materil, serta perhatian atas
segala pengorbanan, kesabaran dan pengertiannya selama ini. Doa dan
semangat darimu merupakan salah satu sumber kekuatan saya dalam
menjalani suka duka selama masa pendidikan ini.
17. Yang terkasih Kakak saya, Ir. Elvira dan Abang saya Ir. Ridha Taufik MT,
terima kasih atas doa, dukungan dan pengertian yang telah kalian berikan
kepada saya selama ini.
18. Yang tercinta teman-teman seangkatan sekaligus menjadi sahabat saya
pada peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin FK USU (dr. Vera Madonna MKed(KK), SpKK, dr. Silvia
Theresia Bangun MKed(KK), SpKK, dr. T. Aliansyah MKed(KK), SpKK,
dr. Lora Desika Kaban, dr. Ridha Raudha dan dr. Nita Andrini) yang telah
banyak memberikan dukungan semangat selama masa pendidikan ini.
19. Yang tercinta sahabat-sahabat saya, dr. Juliyanti Tarigan MKed(KK),
SpKK, dr. Riri A. Arisyafrin MKed(KK), SpKK, dr. Maulina MKed(KK),
SpKK, dan dr. E. Heriawati, yang telah menjadi teman berbagi cerita suka
dan duka selama menjalani masa pendidikan dan penyelesaian tesis ini.
20. Yang terhormat seluruh teman sejawat peserta Program Pendidikan Dokter
Spesialis Ilmu Kesehatan dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas

ii
Universitas Sumatera Utara
Sumatera Utara yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu atas segala
bantuan, dukungan, dan kerjasama yang telah diberikan kepada saya
selama menjalani masa pendidikan dan penyelesaian tesis ini.

Saya menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan.Oleh


karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan tesis ini. Kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

Akhir kata, perkenankanlah saya untuk menyampaikan permohonan maaf


yang setulus-tulusnya atas segala kesalahan atau kekhilafkan yang telah saya
lakukan selama proses penyusunan tesis dan selama menjalani masa pendidikan
ini.
Semoga segala bantuan, dorongan dan petunjuk yang telah diberikan
kepada saya selama mengikuti pendidikan, kiranya mendapat balasan yang
berlipat ganda dari Allah, SWT. Amin ya Rabbal Alamin.

Medan, Mei 2015


Penulis

Dr. Liza Arianita

iii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ ix
ABSTRAK ..................................................................................................... x
ABSTRACT .................................................................................................... xi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Vaginosis Bakterial ................................................................ 6
2.1.1 Definisi ....................................................................... 6
2.1.2 Sejarah ........................................................................ 7
2.1.3 Epidemiologi .............................................................. 8
2.1.4 Etiologi ....................................................................... 9
2.1.5 Faktor Risiko .............................................................. 10
2.1.6 Patogenesis ................................................................. 11
2.1.7 Gambaran Klinis ........................................................ 12
2.1.8 Diagnosis .................................................................... 13
2.1.9 Diagnosis Banding ..................................................... 16
2.1.10 Penatalaksanaan ......................................................... 17
2.1.11 Komplikasi ................................................................. 18
2.2 Kriteria Amsel ........................................................................ 18
2.3 Pewarnaan Gram .................................................................... 19
2.3.1 Definisi ....................................................................... 19
2.3.2 Perbedaan Gram Positif dan Negatif Beserta
Contohnya .................................................................. 20
2.3.3 Mekanisme Penyerapan Zat Warna Gram Positif
dan Gram Negatif ....................................................... 20
2.4 Kerangka Teori....................................................................... 22
2.5 Kerangka Konsep ................................................................... 23

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Rancangan Penelitian ............................................................. 24
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................ 24
3.2.1 Waktu Penelitian ........................................................ 24
3.2.2 Tempat Penelitian ....................................................... 24
3.2.3 Tempat pemeriksaan .................................................. 24

iv
Universitas Sumatera Utara
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................. 24
3.3.1 Populasi Target ........................................................... 24
3.3.2 Populasi Terjangkau ................................................... 25
3.3.3. Sampel Penelitian ...................................................... 25
3.4 Besar Sampel .......................................................................... 25
3.5 Cara Pengambilan Sampel Penelitian .................................... 26
3.6 Identifikasi Variabel ............................................................... 26
3.6.1 Variabel Bebas ........................................................... 26
3.6.2 Variabel Terikat .......................................................... 26
3.7 Kriteria Inklusi dan Kriteria Ekslusi ...................................... 26
3.7.1 Kriteria Inklusi ........................................................... 26
3.7.2 Kriteria Eksklusi ......................................................... 27
3.8 Alat, Bahan dan Cara Kerja ................................................... 27
3.8.1 Alat ............................................................................. 27
3.8.2 Cara Kerja .................................................................. 27
3.9 Definisi Operasional............................................................... 30
3.9.1 Wanita dengan Sekret Vagina Abnormal ................... 30
3.9.2 Kriteria Amsel ............................................................ 30
3.9.3 Pemeriksaan Basah .................................................... 30
3.9.4 Clue Cells ................................................................... 31
3.9.5 pH Vagina .................................................................. 31
3.9.6 Whiff Test.................................................................... 31
3.9.7 Pewarnaan Gram ........................................................ 31
3.9.8 Vaginosis Bakterial .................................................... 31
3.9.9 Sensitivitas ................................................................. 31
3.9.10 Spesifisitas .................................................................. 32
3.9.11 Positive Predictive Value ........................................... 32
3.9.12 Negative Predictive Value .......................................... 32
3.10 Kerangka Operasional ............................................................ 33
3.11 Analisis data ........................................................................... 34
3.12 Ethical clearence .................................................................... 34

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 35

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan ........................................................................... 41
5.2. Saran ...................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 42

v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Sistem Penilaian Skor Nugent .................................................... 14

Tabel 2.2 Interpretasi dari Skor Nugent ...................................................... 15

Tabel 4.1 Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Kelompok Umur 35

Tabel 4.2 Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan pendidikan .......... 36

Tabel 4.3 Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan ............ 37

Tabel 4.4 Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Status


Perkawinan.................................................................................. 38

Tabel 4.5 Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Pemakaiain


Douching ..................................................................................... 38

Tabel 4.6 Diagnosis VB Berdasarkan Kriteria Amsel ................................ 39

Tabel 4.7 Diagnosis VB Berdasarkan Skor Nugent pada Pewarnaan


Gram .......................................................................................... 39

Tabel 4.8 Sensitifitas dan Spesifitas Kristeria Amsel terhadap VB............ 40

vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori ......................................................................... 22

Gambar 2.2 Kerangka Konsep ..................................................................... 23

Gambar 3.1 Kerangka Operasional .............................................................. 33

vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1.Naskah Penjelasan Kepada Pasien .............................................. 45

Lampiran 2. Persetujuan Ikut Serta Dalam Penelitian .................................... 47

Lampiran 3. Status Penelitian .......................................................................... 48

Lampiran 4. Ethical Clearence ....................................................................... 51

Lampiran 5. Master Data ................................................................................. 52

Lampiran 6. Output Penelitian ........................................................................ 54

Lampiran 7. Riwayat Hidup ............................................................................ 56

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN

CDC = Centre for Disease Control and Prevention


GO = Gonorrhoeae
HIV = Human Imunodeficiency Virus
H2O2 = Hidrogen Peroksidase
IMS = Infeksi Menular Seksual
IUD = Intra Uterine Device
IRT = Ibu Rumah Tangga
KA = Kondiloma Akuminata
KmnO4 = Kalium permanganat
KOH = Potasium hidroksidase
KVV = Kandidiasis Vulvovaginalis
NaCl = Natrium klorida
pH = Potential of Hidrogen
PNS = Pegawai Negeri Sipil
RSU = Rumah Sakit Umum
RSUD = Rumah Sakit Umum Daerah
RSUP = Rumah Sakit Umum Pusat
SD = Sekolah Dasar
SMP = Sekolah Menengah Pertama
SMA = Sekolah Menegah Atas
SMF = Satuan Medis Fungsional
VB = Vaginosis Bakterial

ix
Universitas Sumatera Utara
UJI DIAGNOSTIK KRITERIA AMSEL PADA PASIEN VAGINOSIS
BAKTERIAL DI RSUP. HAJI ADAM MALIK MEDAN

Liza Arianita, Kristina Nadeak, Iman Helmi Effendi,


Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
RSUP. H. Adam Malik-Indonesia

ABSTRAK

Latar Belakang
Vaginosis bakterial adalah suatu keadaaan abnormal pada ekosistem vagina, yang
ditandai adanya konsentrasi Lactobacillus sebagai flora normal vagina digantikan
oleh konsentrasi tinggi bakteri anaerob, terutama Bacteroides sp., Mobilluncus
sp., Gardnerella vaginalis dan Mycoplasma hominis. Baku emas untuk
menegakkan diagnosis vaginosis bakterial adalah skor Nugent pada pewarnaan
Gram, namun jarang dilakukan. Kriteria Amsel merupakan metode yang cepat dan
akurat untuk mendiagnosis vaginosis bakterial.

Tujuan
Untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas kriteria Amsel dibandingkan skor
Nugent pada pewarnaan Gram sebagai baku emas dalam menegakkan diagnosis
vaginosis bakterial.

Metode
Penelitian ini merupakan uji diagnostik yang bersifat analitik dengan pendekatan
potong lintang (cross sectional). Dua puluh empat orang pasien dengan sekret
vagina abnormal yang berobat ke poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
dan poliklinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUP. H. Adam Malik
Medan. Terhadap subjek penelitian dilakukan anamnesis dan pemeriksaan klinis,
kemudian dilakukan pemeriksaan dengan kriteria Amsel dan skor Nugent
berdasarkan pewarnaan Gram.

Hasil
Nilai diagnostik kriteria Amsel dalam mendiagnosis vaginosis bakterial memiliki
sensitivitas 95,24%, spesifisitas 100%, positive predictive value (PPV) 100% dan
negative predictive value (NPV) 75%.

Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas kriteria Amsel
dibandingkan dengan standar baku emas tidak menunjukkan perbedaan yang
bermakna.

Kata Kunci
Vaginosis bakterial, kriteria Amsel, skor Nugent pada pewarnaan Gram.

x
Universitas Sumatera Utara
DIAGNOSTIC TEST OF AMSEL CRITERIA IN BACTERIAL
VAGINOSIS PATIENT AT RSUP. HAJI ADAM MALIK MEDAN

Liza Arianita, Kristina Nadeak, Iman Helmi Effendi,


Department of Dermatology and Venereology
Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara
Haji Adam Malik General Hospital, Medan – Indonesia

ABSTRAK

Introduction
Bacterial vaginosis is an abnormal environment due to vaginal ecosystem,
characterized by the concentration of Lactobacillus as vagina normal flora
replaced by high concentration of anaerobic bacteria, especially Bacteroides sp.,
Mobilluncus sp., Gardnerella vaginalis dan Mycoplasma hominis. The gold
standard to diagnosed bacterial vaginosis is Nugent score on Gram staining but
rarely do. Amsel criteria is the fastest and accurate.

Objective
To determine the sensitivity and specificity compared Amsel criteria on Gram
staining Nugent score as the gold standard in the diagnosis of bacterial vaginosis.

Methode
This study is an analytic diagnostic test, cross sectional design. Twenty four
patient with abnormal vaginal discharge which went to Dermatology Division and
Obstetric and Gynecology Haji Adam Malik General Hospital Medan. All were
examined by Amsel criteria and Nugent score based on Gram staining.

Result
Examination of Amsel criteria in diagnosing bacterial vaginosis compared with
the gold standard on Gram staining Nugent score had a sensitivity 95,24%,
specificity 100%, positive predictive value (PPV) 100% and negative predictive
value (NPV) of 75%.

Conclusion
Amsel criteria diagnostic value for diagnose bacterial vaginosis compared to gold
standard on Gram stain Nugent score is not significantly different.

Kata Kunci
Bacterial vaginosis, Amsel criteria, Nugent scores on Gram staining.

xi
Universitas Sumatera Utara
UJI DIAGNOSTIK KRITERIA AMSEL PADA PASIEN VAGINOSIS
BAKTERIAL DI RSUP. HAJI ADAM MALIK MEDAN

Liza Arianita, Kristina Nadeak, Iman Helmi Effendi,


Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
RSUP. H. Adam Malik-Indonesia

ABSTRAK

Latar Belakang
Vaginosis bakterial adalah suatu keadaaan abnormal pada ekosistem vagina, yang
ditandai adanya konsentrasi Lactobacillus sebagai flora normal vagina digantikan
oleh konsentrasi tinggi bakteri anaerob, terutama Bacteroides sp., Mobilluncus
sp., Gardnerella vaginalis dan Mycoplasma hominis. Baku emas untuk
menegakkan diagnosis vaginosis bakterial adalah skor Nugent pada pewarnaan
Gram, namun jarang dilakukan. Kriteria Amsel merupakan metode yang cepat dan
akurat untuk mendiagnosis vaginosis bakterial.

Tujuan
Untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas kriteria Amsel dibandingkan skor
Nugent pada pewarnaan Gram sebagai baku emas dalam menegakkan diagnosis
vaginosis bakterial.

Metode
Penelitian ini merupakan uji diagnostik yang bersifat analitik dengan pendekatan
potong lintang (cross sectional). Dua puluh empat orang pasien dengan sekret
vagina abnormal yang berobat ke poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
dan poliklinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUP. H. Adam Malik
Medan. Terhadap subjek penelitian dilakukan anamnesis dan pemeriksaan klinis,
kemudian dilakukan pemeriksaan dengan kriteria Amsel dan skor Nugent
berdasarkan pewarnaan Gram.

Hasil
Nilai diagnostik kriteria Amsel dalam mendiagnosis vaginosis bakterial memiliki
sensitivitas 95,24%, spesifisitas 100%, positive predictive value (PPV) 100% dan
negative predictive value (NPV) 75%.

Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas kriteria Amsel
dibandingkan dengan standar baku emas tidak menunjukkan perbedaan yang
bermakna.

Kata Kunci
Vaginosis bakterial, kriteria Amsel, skor Nugent pada pewarnaan Gram.

x
Universitas Sumatera Utara
DIAGNOSTIC TEST OF AMSEL CRITERIA IN BACTERIAL
VAGINOSIS PATIENT AT RSUP. HAJI ADAM MALIK MEDAN

Liza Arianita, Kristina Nadeak, Iman Helmi Effendi,


Department of Dermatology and Venereology
Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara
Haji Adam Malik General Hospital, Medan – Indonesia

ABSTRAK

Introduction
Bacterial vaginosis is an abnormal environment due to vaginal ecosystem,
characterized by the concentration of Lactobacillus as vagina normal flora
replaced by high concentration of anaerobic bacteria, especially Bacteroides sp.,
Mobilluncus sp., Gardnerella vaginalis dan Mycoplasma hominis. The gold
standard to diagnosed bacterial vaginosis is Nugent score on Gram staining but
rarely do. Amsel criteria is the fastest and accurate.

Objective
To determine the sensitivity and specificity compared Amsel criteria on Gram
staining Nugent score as the gold standard in the diagnosis of bacterial vaginosis.

Methode
This study is an analytic diagnostic test, cross sectional design. Twenty four
patient with abnormal vaginal discharge which went to Dermatology Division and
Obstetric and Gynecology Haji Adam Malik General Hospital Medan. All were
examined by Amsel criteria and Nugent score based on Gram staining.

Result
Examination of Amsel criteria in diagnosing bacterial vaginosis compared with
the gold standard on Gram staining Nugent score had a sensitivity 95,24%,
specificity 100%, positive predictive value (PPV) 100% and negative predictive
value (NPV) of 75%.

Conclusion
Amsel criteria diagnostic value for diagnose bacterial vaginosis compared to gold
standard on Gram stain Nugent score is not significantly different.

Kata Kunci
Bacterial vaginosis, Amsel criteria, Nugent scores on Gram staining.

xi
Universitas Sumatera Utara
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vaginosis bakterial (VB) adalah suatu keadaan abnormal pada ekosistem

vagina yang ditandai adanya konsentrasi Lactobacillus sebagai flora normal

vagina digantikan oleh konsentrasi tinggi bakteri anaerob, terutama Bacteroides

sp., Mobilluncus sp., Gardnerella vaginalis, dan Mycoplasma hominis.1-6

Vaginosis bakterial disebabkan pertumbuhan yang berlebihan bakteri yang

mengalami kolonisasi divagina. Dominasi Lactobacillus, digantikan oleh berbagai

jenis organisme gram positif maupun gram negatif seperti : Gardnerella vaginalis,

Mobilluncus sp., Bacteriodes sp., dan Mycoplasma sp., Lactobacillus sp.

Lactobacillus merupakan organisme yang mendominasi sekret vagina normal.

Organisme tersebut berperan dalam membantu pertahanan lingkungan vagina

terhadap patogen dengan menjaga keasaman pH vagina dan produksi hidrogen

peroksida (H 2 O 2 ) sebagai antimokroba.4 Perubahan mikrobiologis ini

menyebabkan perubahan biokimia berupa peningkatan pH vagina, produksi uap

amin dan peningkatan kadar endotoksin, enzim sialidase serta glikosidase bakteri

yang ditemukan pada cairan vagina.1,3

Vaginosis bakterial bukan merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh

suatu mikroorganisme, tetapi timbul dikarenakan pertumbuhan yang berlebihan

dari bakteri tersebut diatas.5 Perubahan mikroorganisme yang merupakan

penyebaab vaginosis bakterial tidak sepenuhnya diketahui, tetapi epidemiologi

sindrom tersebut menunjukkan adanya keterkaitan dengan aktivitas seksual.

Vaginosis bakterial sering menyebabkan gejala sekret vagina abnormal pada usia

1
Universitas Sumatera Utara
reproduktif dengan seksual aktif.2 Dalam kaitan dengan kesehatan reproduksi, VB

menyebabkan berbagai komplikasi. VB dapat menyebabkan gangguan pada

kehamilan, penyakit radang panggul, korioamnionitis dan endometritis.1,2,7,8

Prevalensi VB berkisar antara 10-30% pada populasi yang berbeda

diseluruh dunia.9 Prevalensi vaginosis bakterial di Indonesia cukup bervariasi.

Krisnadi pada penelitiannya di Bandung mendapatkan prevalensi vaginosis

bakterial sebesar 14,7%.10 Wedagama dkk di Denpasar mendapatkan 27,27%,11

dan Effendi di Medan mendapatkan 28,7%.12 Sulistyowati dkk. melakukan

penelitian secara retrospektif terhadap pasien VB yang berobat di RSUD dr.

Moewardi Surakarta periode Januari-Desember 2011 dijumpai sebesar 56,25%.13

Patogenesis VB masih belum jelas dan masih belum sepenuhnya

dimengerti. Pada epitel vagina tidak terdapat atau terdapat peradangan minimal,

maka gejala yang terjadi tampaknya diakibatkan perubahan keseimbangan

ekosistem mikroorganisme vagina.14

Diagnosis VB dapat ditegakkan dengan berbagai metode, antara lain

dengan menggunakan kriteria Amsel, skor Nugent pada pewarnaan Gram,

pemeriksaan kultur, rapid test dan lain sebagainya.2,15,16

Secara klinis VB dapat ditegakkan bila memenuhi tiga dari empat kriteria

yang dideskripsikan oleh Amsel (1983).2,15,16 Metode lain yang digunakan adalah

metode diagnostik secara mikrobiologis, yaitu pemeriksaan skor Nugent pada

pewarnaan Gram, dimana metode ini telah terbukti memiliki sensitivitas dan

spesifisitas yang tinggi dan digunakan sebagai baku emas diagnostik. Pemeriksaan

skor Nugent pada pewarnaan Gram memiliki sensitivitas 89% dan spesifisitas

83%.17 Skor Nugent pada pewarnaan Gram adalah pemeriksaan laboratorium

Universitas Sumatera Utara


yang berguna untuk melihat polimorfonuklear dan flora mikrobial. Metode skor

Nugent pada pewarnaan Gram berguna untuk mendeteksi pergeseran flora normal

vagina oleh mikroorganisme lain. Sistem skoring pada pewarnaan Gram dipakai

sebagai metode standar untuk diagnosis VB. Skor Nugent dengan pewarnaan

Gram pada sekret vagina normal menunjukkan Lactobacillus yang dominan,

sedangkan pada VB memberikan gambaran penurunan atau hilangnya

mikroorganisme ini.15,17

Pada penelitian Modak dkk. tahun 2011 di India mengenai perbandingan

pemeriksaan kriteria Amsel dengan metode skor Nugent untuk menegakkan

diagnosis VB pada 50 orang wanita ibu rumah tangga dengan sosial ekonomi

yang rendah, dikatakan bahwa hasil dari sensitivitas dan spesifisitas terhadap

kriteria Amsel pada penelitian ini adalah 66,7% dan 94,7%, dengan positive

predictive value 80% dan negative predictive value 90%.6

Kebanyakan wanita-wanita dengan keluhan adanya sekret vagina yang

tidak normal datang ke tempat praktek-praktek dokter. Kriteria Amsel merupakan

metode yang cepat dan akurat untuk mendiagnosis vaginosis bakterial. Dalam

mendiagnosis vaginosis bakterial, kriteria Amsel dikatakan positif bila terdapat 3

dari 4 kriteria berikut : adanya sekret vagina yang homogen, peningkatan pH >4,5,

adanya fishy odor dan ditemukannya clue cells.15,16 Skor Nugent pada pewarnaan

Gram merupakan baku emas dalam mendiagnosis vaginosis bakterial, namun

jarang dilakukan karena membutuhkan fasilitas laboratorium, tenaga ahli, biaya

yang mahal dan hasil yang lama, sehingga mendorong peneliti ingin mengetahui

sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan kriteria Amsel sebagai pemeriksaan yang

Universitas Sumatera Utara


lazim dilakukan dibandingkan dengan pemeriksaan skor Nugent pada pewarnaan

Gram sebagai baku emas dalam menegakkan diagnosis vaginosis bakterial.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana sensitivitas dan spesifisitas kriteria Amsel dibandingkan skor

Nugent pada pewarnaan Gram dalam menegakkan diagnosis vaginosis bakterial ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas kriteria Amsel

dibandingkan skor Nugent pada pewarnaan Gram dalam menegakkan diagnosis

vaginosis bakterial.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengukur sensitivitas kriteria Amsel dalam mendiagnosis

vaginosis bakterial.

2. Untuk mengukur spesifisitas kriteria Amsel dalam mendiagnosis

vaginosis bakterial.

3. Untuk mengukur Positive Predictive Value (PPV) kriteria Amsel

dalam mendiagnosis vaginosis bakterial.

4. Untuk mengukur Negative Predictive Value (NPV) kriteria Amsel

dalam mendiagnosis vaginosis bakterial

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Dalam bidang akademik/ilmiah

Menambah wawasan kepada tenaga medis mengenai kriteria Amsel

dalam mendiagnosis vaginosis bakterial.

Universitas Sumatera Utara


1.4.2 Untuk pelayanan masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada

masyarakat tentang pengetahuan mengenai penyakit vaginosis

bakterial.

1.4.3 Dalam pengembangan penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai landasan teori

dan data dasar bagi penelitian-penelitian selanjutnya mengenai

kejadian vaginosis bakterial.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Vaginosis Bakterial

2.1.1 Definisi

Vaginosis Bakterial (VB) adalah sindrom klinis akibat pergantian

Lactobacillus sp., penghasil hidrogen peroksidase (H 2 O 2 ), yang merupakan flora

normal pada vagina dengan bakteri anaerob konsentrasi tinggi (seperti :

Bacteriodes sp., Mobiluncus sp., Gardnerella vaginalis dan Mycoplasma

hominis.1-6 Vaginosis bakterial merupakan penyebab utama timbulnya sekret

vagina yang berbau tidak sedap pada wanita usia reproduktif.3

Lactobacillus sp., merupakan mikroorganisme yang mendominasi pada

wanita dengan sekret vagina normal. Mikrorganisme tersebut berperan dalam

membantu pertahanan lingkungan vagina terhadap patogen dengan menjaga

keasaman pH vagina dan produksi hidrogen peroksida (H 2 O 2 ) sebagai

antimokroba.4

Penyebab vaginosis bakterial bukan mikroorganisme tunggal. Pada suatu

analisis dari data flora vagina memperlihatkan bahwa ada 4 kategori dari bakteri

vagina yang berhubungan dengan vaginosis bakterial yaitu : Gardnerella

vaginalis, Bacteroides sp., Mobiluncus sp., Mycoplasma hominis.1,18 Vaginosis

bakterial ditandai oleh perubahan flora saluran genital, dominasi Lactobacillus,

digantikan oleh berbagai jenis organisme Gram positif maupun Gram negatif

seperti Gardnerella vaginalis, Mobiluncus sp., Bacteriodes sp., dan Mycoplasma

sp. Lactobacillus memproduksi H 2 O 2 yang mempertahankan pH vagina dalam

keadaan asam sehingga mencegah berkembangnya bakteri-bakteri lain, dengan

6
Universitas Sumatera Utara
terjadinya pergeseran dominasi flora di vagina. Perubahan mikrobiologis ini

menyebabkan perubahan biokimia berupa peningkatan pH vagina, produksi uap

amin dan peningkatan kadar endotoksin, enzim sialidase serta glikosidase bakteri

yang ditemukan pada cairan vagina.1,3

2.1.2 Sejarah

Sekitar 1 abad yang lalu, Doderlein menemukan basil nonmotil yang

merupakan flora normal vagina wanita. Kuman tersebut dinamai Doderlein

bacillus, yang akhirnya dikenal sebagai Lactobacillus. Tahun 1819 Menge dan

Kronig mengisolasi mikroorganisme fakultatif serta obligata anaerob dari vagina.

Studi ini mengawali pendapat bahwa flora normal vagina terdiri dari beberapa

mikroorganisme dengan Lactobacillus sebagai flora normal yang dominan.2

Tahun 1913 Curtis mengungkapkan 3 hal penting bahwa sekret berasal

dari vagina bukan uterus, sekret vagina berwarna keputihan dan tidak mempunyai

Doderlein bacillus dominan dan terdapat bakteri anaerob di vagina, terutama

bakteri batang anaerob.2

Tahun 1950 Weaver melaporkan suatu hubungan antara tidak adanya

Lactobacillus, keberadaan spesies anaerob dan vaginitis non spesifik. Weaver

berkesimpulan tidak ada mikroorganisme tunggal yang menyebabkan gejala ini.2

Tahun 1955, Gardner dan Dukes menemukan hubungan G. vaginalis dan

vaginitis non spesifik, ini membuktikan G. vaginalis sebagai penyebab vaginosis

non spesifik. Namun karena mereka gagal menemukan hubungan bakteri anaerob

lain dan VB, selama lebih dari 25 tahun para tenaga kesehatan cenderung

mengabaikan potensi mikroorganisme lain selain G. vaginalis dalam

menyebabkan VB.2

Universitas Sumatera Utara


2.1.3 Epidemiologi

VB merupakan infeksi vagina yang paling sering pada wanita aktif

melakukan hubungan seksual. Penyakit ini dialami pada 15% wanita yang

mendatangi klinik ginekologi, 10-25% wanita hamil dan 33-37% wanita yang

mendatangi klinik infeksi menular seksual.2

Prevalensi VB berkisar antara 10-30% pada populasi yang berbeda

diseluruh dunia. Di Indonesia, Krisnadi pada penelitiannya tahun 2000 di

Bandung mendapatkan prevalensi vaginosis bakterial sebesar 14,7%,10 Wedagama

dkk. tahun 2000 di Denpasar mendapatkan 27,27%.11 Pada penelitian Effendi

tahun 2004 di RSU dr. Pirngadi Medan dengan menggunakan kriteria Amsel

dijumpai prevalensi VB sebesar 25,7%, dan dengan menggunakan pewarnaan

Gram dengan skor Nugent dijumpai sebesar 28,7%.12 Sulistyowati dkk.

melakukan penelitian secara retrospektif berdasarkan catatan medik pasien VB

yang berobat di sub bagian IMS poliklinik kulit dan kelamin RSUD dr. Moewardi

Surakarta periode Januari-Desember 2011.13 Pada penelitian ini diketahui bahwa

jumlah VB sebanyak 56,25%, dengan distribusi pasien VB berdasarkan kelompok

umur terbanyak adalah 25-44 tahun sebanyak 43,75%, 15-24 tahun sebanyak

31,25%. Status pernikahan terbanyak adalah menikah sebanyak 81,25%, belum

menikah 12,5%, janda orang 5,25%. Faktor resiko terbanyak pasien VB adalah

douching vagina sebanyak 87,5%, 12,5% menggunakan Intra Uterine Device

(IUD). Keluhan utama terbanyak adalah keluarnya duh tubuh vagina yang disertai

dengan gatal sebanyak 12 orang (75%), terdapat juga keluhan perih pada 2 orang

(12,5%), dan tanpa keluhan pada 2 orang (12,5%). Keluhan utama terbanyak

adalah lebih dari 14 hari sebanyak 8 orang (50%). Duh tubuh vagina terbanyak

Universitas Sumatera Utara


adalah mukous sebanyak 14 orang (87,5%). Diagnosis penyerta terbanyak adalah

kandidiasis vulvovaginalis sebanyak 5 orang (31,25%).), 5 orang (31,25%) VB

dengan KVV, 1 orang (6,25%) dengan KA, dan 1 orang (6,25%) dengan servisitis

GO.13

2.1.4 Etiologi

Penyebab VB belum diketahui dengan pasti, namun secara epidemiologi

dihubungkan dengan aktifitas seksual.18,19 Ekosistem vagina normal sangat

kompleks. Lactobacillus merupakan spesies bakteri yang dominan pada vagina

wanita usia produktif, tetapi terdapat juga bakteri-bakteri lain yaitu bakteri aerob

dan anaerob.20

Pada saat terjadi VB, terdapat pertumbuhan berlebihan dari beberapa

spesies bakteri, dimana pada keadaan normal ada dalam konsentrasi rendah. Ada

beberapa bakteri vagina yang berhubungan dengan VB.1,2

Gardnerella vaginalis adalah bakteri batang Gram negatif, pleomorfik,

nonmotil dan tidak berkapsul, terdapat > 90% pada wanita vaginosis bakterial.

Gardnerella vaginalis dipercaya berinteraksi dengan bakteri anaerob dan

Mobiluncus hominis dan menyebabkan VB..2

Bakteri anaerob, Bacteroides sp. diisolasi sebanyak 76% dan

Peptostrepcoccus sebanyak 36% pada wanita dengan VB, pada wanita normal,

kedua tipe anaerob jarang ditemukan. Penemuan spesies anaerob ini dihubungkan

dengan penurunan laktat dan peningkatan suksinat dan asetat pada cairan vagina.2

Mobiluncus sp., merupakan bakteri batang anaerob lengkung yang bersama

bakteri lain ditemukan pada VB.1-3 Mobiluncus hominis, merupakan agen etiologi

VB bersama-sama dengan Gardnerella vaginalis dan bakteri anaerob.

Universitas Sumatera Utara


Konsentrasinya meningkat pada wanita dengan VB 100-1000 kali daripada wanita

normal.21

2.1.5 Faktor Risiko

Vaginosis bakterial dapat terjadi pada seksual aktif, namun dapat juga

terjadi pada orang yang tidak seksual aktif.2,9 Studi kohort longitudinal

memberikan bukti bahwa yang mempunyai pasangan seksual baru maupun

mempunyai pasangan seksual banyak dan aktif menunjukkan peningkatan insiden

VB.2 Pada wanita yang frekuensi seksualnya meningkat, menunjukkan perubahan

pH pada lingkungan vagina selama dan setelah berhubungan seksual yang

menyebabkan perubahan flora normal vagina. Bakteri patogen mendominasi flora

vagina normal dengan menurunkan konsentrasi Lactobacillus yang menyebabkan

pertumbuhan bakteri anaerob.2,9

Pemasangan IUD dengan adanya manipulasi secara langsung terhadap

saluran maupun organ reproduksi mulai dari vagina, endometrium dan uterus dan

juga terdapatnya benda asing didalam uterus akan menyebabkan reaksi inflamasi

dan menggangu fisiologi organ reproduksi. Ketidakseimbangan hormon yang

terjadi dengan pemasangan alat, serta tehnik, cara dan lama pemasangan adalah

sangat berisiko dan dapat menggangu flora normal vagina.2,9

Studi kohort terbaru dari 182 wanita menunjukkan bahwa terjadinya VB

tidak hanya berhubungan dengan pasangan seksual dan penurunan Lactobacillus

penghasil H2O2, tetapi juga berhubungan dengan penggunaan douching pada

vagina. Pemakaian douching vagina yang merupakan produk untuk menjaga

kebersihan wanita bisa menyebabkan terjadinya vaginosis bakterial. Douching

dapat mempengaruhi keseimbangan lingkungan vagina.2

Universitas Sumatera Utara


Merokok dikatakan berhubungan dengan terjadinya vaginosis bakterial.

Berdasarkan penelitian Moris dkk di London dan Swedia, merokok berhubungan

pada vaginosis bakterial. Namun hasil penelitian – penelitian ini sangat terbatas.

Pada penelitian ini, merokok kemungkinan menekan infeksi sistem imun, tetapi

dikatakan pada penelitian ini merokok merupakan kebiasaan yang tidak sehat.9

Di Amerika dan Inggris, kelompok ras hitam memiliki prevalensi yang

tinggi terhadap vaginosis bakterial. Kelompok ini dilaporkan juga memiliki angka

prevalensi tertinggi dibanding kelompok ras putih untuk penyakit seksual lainnya,

seperti gonore, dan infeksi klamidia.9

2.1.6 Patogenesis

Patogenesis terjadinya masih belum sepenuhnya diketahui.4 Kebanyakan

studi mempelajari patogenesis VB memfokuskan perhatian pada perubahan yang

terjadi pada ekosistem mikrobial vagina.2 Vaginosis bakterial dihasilkan dari

pergantian flora normal vagina, Lactobacillus dengan flora campuran yang terdiri

dari Gardnerella vaginalis, bakteri anaerob dan Mobiluncus hominis.2,3,4

Lactobacillus vagina secara invitro menghambat pertumbuhan

Gardnerella vaginalis, bakteri anaerob Gram negatif menghasilkan H 2 O 2 yang

bersifat toksik dan melalui reaksi ion halide dengan peroksidase pada serviks yang

merupakan bagian dari sistem antibakteria H 2 O 2 -halide-peroxidase.2,3

Flora normal vagina yang didominasi oleh Lactobacillus memilik pH < 4,5

yang disebabkan produksi asam laktat, pada VB, pH > 4,5 akibat dominasi G.

vaginalis dan bakteri anaerob.22 Pada Gardnerella vaginalis dan bakteri anaerob

dapat terjadi simbiosis, dimana Gardnerella vaginalis menghasilkan asam amino

yang akan diubah oleh bakteri anaerob menjadi senyawa amin yang akan

Universitas Sumatera Utara


menaikkan pH yang merupakan lingkungan yang baik bagi pertumbuhan

Gardnerella vaginalis.23

Diperkirakan produksi amin oleh flora mikrobial melalui aktivitas

derkarboksilase, menghasilkan bau amis (fishy odor) saat cairan vagina dicampur

dengan KOH10% atau disebut whiff test, diduga karena volatisasi dari aromatik

amin, meliputi putrescine, cadaverin dan trimethylamine pada pH alkali.

Mobiluncus diketahui juga menghasilkan trimethylamine, belum diketahui

mikroba lain yang merupakan sumber amin.2,3 Cairan vagina wanita VB

mengalami peningkatan kadar endotoksin, sialidase dan glikosidase yang

menurunkan musin dan viskositas.2

Peningkatan respon hospes terhadap VB didokumentasikan sebagai

peningkatan kadar sitokin dan kemokin pada mukus serviks wanita VB dan

penurunan sekresi leucocyte protease inhibitor.3 Efek VB pada epitel vagina dan

pergantian sel epitel belum diketahui.24 Namun peningkatan konsentrasi bakteri

anaerob patogen dan VB dapat meningkatkan resiko infeksi saluran genital atas,

termasuk servisitis dan endrometritis.25,26

2.1.7 Gambaran Klinis

Gambaran klinis yang umum terdapat pada VB adalah bau vagina yang

khas berupa bau amis seperti bau ikan. Hal ini disebabkan produksi senyawa amin

berupa trimethylamin, putresin dan cadaverin oleh bakteri anaerob. Senyawa

amin ini banyak menguap bila pH lingkungan meningkat, seperti saat

berhubungan seksual dan saat menstruasi. Duh tampak homogen, encer, bewarna

putih dan menempel pada dinding vagina atau sering kali tampak pada labia atau

fourchette. 1,2,19

Universitas Sumatera Utara


2.1.8 Diagnosis

Karena tidak terdapat etiologi tunggal pada VB, kriteria klinis-kriteria

Amsel digunakan untuk menegakkan diagnosis VB.1,2,5,6 Berdasarkan kriteria ini

dikatakan VB apabila terdapat 3 dari 4 kriteria berikut : duh tampak homogen,

encer dan bewarna putih keabu-abuan, peningkatan pH vagina > 4,5, adanya fishy

odor dari cairan vagina yang ditetesi KOH 10% (whiff test) dan ditemukan adanya

clue cells pada pemeriksaan mikroskop.16

Identifikasi clue cells dapat dilakukan dengan menggunakan Nacl 0,9%

(sediaan basah). Pemeriksaan mikroskop pada sediaan basah kurang akurat

dibandingkan dengan pewarnaan Gram.4 Pada pewarnaan Gram semua sediaan

hapusan menunjukkan bakteri lain yang melekat pada sel epitel vagina.21 Dalam

mendiagnosis vaginosis bakterial dengan menggunakan kriteria Amsel,

menunjukkan lebih dari 20 % clue cells dari total populasi sel.6,8,15,16

Metode lain yang digunakan adalah metode diagnostik secara

mikrobiologis, yaitu pemeriksaan pewarnaan Gram dengan melihat skor Nugent,

dimana metode ini telah terbukti memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi

dan digunakan sebagai baku emas diagnostik. Pewarnaan Gram adalah

pemeriksaan laboratorium yang cepat yang berguna untuk melihat

polimorfonuklear dan flora mikrobial. Metode Nugent pada pewarnaan Gram

berguna untuk mendeteksi pergeseran flora normal vagina oleh mikroorganisme

lain. Sistem skoring pada pewarnaan Gram dipakai sebagai metode standar untuk

diagnosis VB. Skoring berdasarkan tiga morfotipe, yaitu : bakteri batang Gram

positif besar (Lactobacillus), bakteri batang Gram negatif kecil atau variabel

(Gardnerella dan bakteri anaerob) dan bakteri batang bengkok Gram

Universitas Sumatera Utara


negatif/batang Gram variabel.2,5-7,15,17 Pemeriksaan ini berdasarkan pergeseran

morfotipe dari Lactobacillus yang dominan menjadi Gardnerella vaginalis dan

bakteri anerob serta Mobiluncus.26

Pulasan vagina pada pewarnaan Gram dilihat dibawah mikroskop dengan

pembesaran 100 kali. Skor yang diberikan adalah 0 sampai 10 berdasarkan

proporsi relatif dari morfologi bakteri, yaitu apakah bentuk batang Gram positif

besar, bentuk batang Gram negatif kecil dan variabel atau bentuk batang bengkok

Gram negatif/batang Gram variabel.8,15

Tabel 2.1 Sistem Penilaian Skor Nugent

Batang Gram Negatif Batang Bengkok


Batang Gram
Kecil dan Variabel Gram
Skor Positif Besar
(Gardnerella dan Negatif/Batang
(Lactobacillus)
Anaerob) Gram Variabel
0 4+ 0 0
1 3+ 1+ 1+ atau 2+
2 2+ 2+ 3+ tau 4+
3 1+ 3+
4 0 4+

Bila 0 = tidak dijumpai morfologi ; 1+ = <1 morfologi; 2+ = 1-4 morfologi; 3+ =

5-30 morfologi; 4+ = 30 morfologi atau lebih.

Penilaian dihitung berdasarkan jumlah rata-rata morfologi yang terlihat

setiap lapang pandang, dan pemeriksaan pada 10 lapang pandang. Penilaian skor

pada bakteri batang Gram positif besar (Lactobacillus) adalah nilai 4+ = skor 0;

nilai 3+ = skor 1; nilai 2+ = skor 2; nilai 1+ = skor 3; nilai 0 = skor 4, pada bakteri

batang Gram negatif kecil dan variabel (Gardnerella dan anaerob), nilai 0 = skor

0; nilai 3+ = skor 1; nilai 2+ = skor 2; nilai 3+ = skor 3; nilai 4+ = skor 4,

sedangkan pada bakteri batang bengkok Gram negatif/batang Gram variabel, nilai

0 = skor 0; nilai 1+ atau 2+ = skor 1; nilai 3+ atau 4+ = skor 2. Jumlah skor total

Universitas Sumatera Utara


= skor bakteri batang Gram positif besar (Lactobacillus) + skor bakteri batang

Gram negatif kecil dan variabel (Gardnerella dan anerob) + skor bakteri batang

bengkok Gram negatif/batang Gram variabel (Mobiluncus)

*Dikutip sesuai kepustakaan no. 8,15

Tabel 2.2 Interpretasi dari Skor Nugent

Skor Total Interpretasi


0-3 Normal
4-6 Intermediate
≥7 Vaginosis bakterial
*Dikutip sesuai kepustakaan no. 16

Lactobacillus adalah bakteri batang Gram positif besar, yang dominan

pada wanita dengan sekret vagina normal dan tanpa vaginitis. Lactobacillus

biasanya ditemukan 80-95% pada wanita dengan sekret vagina normal.

Sebaliknya Lactobacillus ditemukan 25-65% pada wanita dengan VB.

Gardnerella vaginalis adalah bakteri batang Gram negatif pleomorfik yang

nonmotil dan tidak berkapsul yang diisolasi dari saluran reproduksi wanita.

Gardnerella vaginalis berhubungan dengan VB. Gardnerella vaginalis dapat

diisolasi pada wanita tanpa tanda-tanda infeksi vagina. Dengan media selektif

tampak G. vaginalis 40-50% pada semua wanita subur. Gardnerella vaginalis

diisolasi sekitar > 90% pada wanita dengan VB. Saat ini dipercaya Gardnerella

vaginalis berinteraksi dengan bakteri anaerob dan Mycoplasma hominis

menyebabkan VB. Bakteri batang dan kokus anaerob pertama kali diisolasi dari

vagina pada tahun 1897 dan dianggap berhubungan dengan sekret vagina oleh

Curtis. Dari tahun 1947-1958 tiga studi menemukan hubungan bakteri batang

Gram negatif anaerob (yang dikenal sebagai grup Bacteroides melaninogenicus)

dan bakteri batang Gram negatif lain dengan vaginitis, dan penurunan Lactobacilli

Universitas Sumatera Utara


pada wanita yang mengalami sekret vagina abnormal. Tahun 1980 Spiegel

menganalisis cairan vagina dari 53 wanita dengan VB menggunakan kultur

kuantitatif anaerob dan gas liquid chromatography untuk mendeteksi metabolisme

asam organik rantai pendek dari flora vagina. Dapat diisolasi Bacteroides sp.

sebesar 76% dari wanita dengan VB.15 Spiegel menyimpulkan bahwa

mikroorganisme anaerob berinteraksi dengan Gardnerella vaginalis dalam

menyebabkan VB. Mobiluncus adalah bakteri batang Gram positif anaerob.

Mobiluncus selalu terjadi bersamaan dengan mikroorganisme lain yang

berhubungan dengan VB.15

Kultur dapat digunakan untuk mengetahui secara spesifik flora penyebab

VB.4 Kultur Gardnerella vaginalis tidak dapat digunakan untuk menegakkan

diagnosis, karena Gardnerella vaginalis dan mikroorganisme lain dapat juga

ditemukan pada hampir semua wanita dengan sekret vagina normal. Kultur

Gardnerella vaginalis yang positif tanpa ada gejala klinis tidak memerlukan

terapi.3 Kultur tidak digunakan pada pemeriksaan rutin VB.2,15

Pap smear tidak dapat digunakan untuk diagnosis VB karena sensitivitas

rendah.2,4,15 Tes diagnostik lain yang dapat digunakan adalah sistem deteksi yang

cepat (rapid test) seperti rapid card for detection pH amine, detection of proline

aminopeptidase pada cairan vagina, rapid colometric test for sialidae, BV Blue

test, dan pemeriksaan oligonucleotida probe berdasarkan konsentrasi G. vaginalis

yang tinggi.27

2.1.9 Diagnosis Banding

VB dapat didiagnosis banding dengan trikomoniasis dan kandidiasis. Pada

trikomoniasis pemeriksaan hapusan vagina hampir menyerupai hapusan vagina

Universitas Sumatera Utara


VB, namun Mobiluncus dan clue cells tidak pernah dijumpai. Pemeriksaan

mikroskopik menunjukkan peningkatan sel polimorfonuklear dan dengan preparat

basah ditemukan protozoa. Whiff test dapat positif pada trikomoniasis.28

Pada kandidiasis pemeriksaan mikroskop sekret vagina ditambah KOH

10% berguna untuk mendeteksi hifa dan spora kandida. Keluhan yang sering

terjadi pada kandidiasis adalah gatal dan iritasi pada vagina. Sekret vagina

biasanya putih dan tebal, tanpa bau dan pH normal.28

2.1.10 Penatalaksanaan

Pengobatan direkomendasikan pada wanita dengan gejala VB. Tujuan

terapi pada wanita tidak hamil adalah untuk menghilangkan tanda dan gejala

infeksi vagina dan mengurangi kemungkinan mendapatkan C. trachomatis, N.

gonorrhoea, HIV dan penyakit IMS lainnya.29-33

Pengobatan VB yang direkomendasikan pada Sexual Transmitted Disease

Treatment Guideline 2010 oleh Centre for Disease Control and Prevention (CDC)

berupa metronidazol oral 2 x 500 mg selama 7 hari atau metronidazol gel 0,75% 1

aplikator penuh (5 gram), intra vagina sekali sehari selama 5 hari atau klindamisin

krim 2% 1 aplikator penuh (5 gram) saat mau tidur, selama 7 hari. Selain

metronidazol dapat juga diberikan terapi berupa klindamisin oral dengan dosis 2 x

300 mg selama 7 hari. Pengobatan alternatif yang dianjurkan berupa tinidazol oral

1 x 2 gram selama 2 hari, klindamisin ovules 100 mg intravagina saat mau tidur

selama 3 hari.2,29,30

Pria pasangan seksual wanita dengan VB tidak perlu diterapi. Beberapa

penelitian memperlihatkan tidak ada efek yang bermakna dari pengobatan

terhadap pria pasangan seksual dalam hal keluhan dan gejala klinis.29-36

Universitas Sumatera Utara


Pada masa kehamilan, pengobatan VB yang direkomendasikan pada

Sexual Transmitted Disease Treatment Guidelines 2010 oleh Centre for Disease

Control and Prevention (CDC) dapat diberikan metronidazol oral 2 x 500 mg

selama 7 hari, metronidazol 3 x 250 mg selama 7 hari, dan klindamisin oral 2 x

300 mg selama 7 hari. Keuntungan terapi VB pada wanita hamil adalah dapat

menurunkan gejala dan tanda-tanda infeksi pada vagina dan menurunkan risiko

infeksi komplikasi yang berhubungan VB pada wanita hamil.29

2.1.11 Komplikasi

Vaginosis bakterial paling banyak dihubungkan dengan komplikasi pada

obstetri dan ginekologi yaitu dalam kaitan kesehatan reproduksi.36,37 VB

merupakan faktor resiko gangguan pada kehamilan, resiko kelahiran prematur dan

berat badan lahir rendah.38 Selain itu VB juga merupakan faktor resiko

mempermudah mendapat penyakit infeksi menular seksual lain, yaitu gonore,

klamidia, trikomoniasis, herpes genital dan Human Imunodeficiency Virus

(HIV).33 VB meningkatkan kerentanan terhadap infeksi HIV melalui mekanisme

diantaranya karena pH vagina yang meningkat, berkurangnya jumlah

Lactobacillus sp. Penghasil H 2 0 2 dan produksi enzim oleh flora VB yang

menghambat imunitas terhadap HIV. 2,15,39

2.2 Kriteria Amsel

Adalah kriteria yang digunakan untuk mendiagnosis vaginosis bakterial.

Berdasarkan kriteria ini dikatakan apabila terdapat 3 dari 4 kriteria berikut :

adanya sekret vagina yang homogen, putih keabu-abuan, melekat pada dinding

vagina, peningkatan pH vagina > 4,5, adanya fishy odor dari cairan vagina yang

Universitas Sumatera Utara


ditetesi KOH 10% (whiff test) dan ditemukannya adanya clue cells pada

pemeriksaan mikroskop.1,15

Penentuan pH vagina dalam kriteria Amsel adalah dengan menggunakan

kertas lakmus yang diletakkan pada dinding lateral vagina. Warna kertas

dibandingkan dengan warna standar, dan pH vagina normal adalah 3,8 - 4,2. Pada

80-90% pasien vaginosis bakterial ditemukan pH vagina > 4,5.2,6,8,15

Whiff test pada kriteria Amsel dinyatakan positif bila bau amis atau bau

amin terdeteksi dengan penambahan satu tetes KOH 10-20% pada sekret vagina.

Bau muncul sebagai akibat pelepasan amin dan asam organik hasil dari alkalisasi

bakteri anaerob. Whiff test positif menunjukkan vaginosis bakterial.2,6,8

Clue cells adalah sel epitel yang ditutupi oleh berbagai bakteri vagina

dalam jumlah banyak sehingga batas sel menjadi tidak jelas, memiliki ukuran

yang lebih besar dari sel epitel vagina normal, bentuk ireguler, inti lebih dari satu,

dan memiliki sitoplasma yang keruh. Dalam mendiagnosis vaginosis bakterial

dengan menggunakan kriteria Amsel, menunjukkan lebih dari 20 % clue cells

dari total populasi sel.6,8,12

2.3 Pewarnaan Gram

2.3.1 Definisi

Pewarnaan Gram pertama kali diuraikan dan dipublikasikan oleh seorang

ahli bakteriologi Denmark Hans Christian Gram pada tahun 1884.40 Pewarnaan

Gram bertujuan untuk mengetahui bakteri Gram positif atau bakteri Gram negatif

yang memiliki struktur yang berbeda terutama pada dinding selnya.Pewarnaan

Gram sangat penting dalam proses pengidentifikasian bakteri. Dengan mengetahui

jenis bakteri Gram negatif atau Gram positif.40,41

Universitas Sumatera Utara


2.3.2 Perbedaan Gram Positif dan Negatif Beserta Contohnya

Perbedaan warna antara bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif

adalah pada dinding selnya. Bila dalam suatu pewarnaan Gram ditemukan bakteri

berwarna ungu akibat pewarnaan karbol gentian violet maka bakteri tersebut

adalah Gram positif yang mempertahankan zat bewarna ungu. Dan bila ditemukan

bakteri bewarna merah akibat pewarnaan fuschin maka bakteri tersebut adalah

bakteri Gram negatif.40-42

2.3.3 Mekanisme Penyerapan Zat Warna oleh Gram Positif dan Gram
Negatif

Pada pewarnaan Gram ini, bakteri yang telah difiksasi dengan panas

sehingga membentuk pada kaca objek diwarnai dengan pewarna basa yaitu kristal

violet. Karena warna ungu mewarnai seluruh sel, maka pewarna ini disebut

pewarna primer (primary stain). Selanjutnya mordant (penajam). Setelah iodin

dicuci dengan baik, bakteri Gram positif maupun Gram negatif tampak berwarna

ungu. Selanjutnya noda spesimen dicuci dengan alkohol yang merupakan

decolorizing agent (senyawa peluntur warna) yang pada spesies bakteri tertentu

dapat menghilangkan warna ungu dari sel. Setelah alkohol dicuci, noda spesimen

diwarnai kembali dengan fuschin yang merupakan pewarna basa berwarna merah.

Bakteri yang tetap berwarna ungu digolongkan ke dalam Gram positif, sedangkan

bakteri yang berwarna merah digolongkan ke dalam Gram negatif.40

Dunkelberg merupakan orang yang pertama mengusulkan pemeriksaan

hapusan vagina dengan menggunakan pewarnaan Gram untuk diagnosis VB.

Spiegel dkk kemudian mempublikasikan petunjuk klinis dari pewarnaan Gram.

Sistem skoring pada pewarnaan Gram dipakai sebagai metode standar untuk

Universitas Sumatera Utara


diagnosis VB. Pemeriksaan pewarnaan Gram ini memiliki sensitivitas 89% dan

spesifisitas 83%.2,41

Baku emas diagnosis VB adalah pemeriksaan pewarnaan Gram dengan

melihat skor Nugent, dimana metode ini telah terbukti memiliki sensitivitas dan

spesifisitas yang tinggi. Metode Nugent menilai berbagai morfologi flora vagina

pada sediaan hapus pewarnaan Gram, untuk mendeteksi pergeseran flora normal

vagina oleh mikroorganisme lain. Skoring berdasarkan tiga morfotipe, yaitu :

bakteri batang Gram positif besar (Lactobacillus), bakteri batang Gram negatif

kecil atau bervariabel (Gardnerella dan bakteri batang anaerob) dan bakteri

batang bengkok Gram negatif/bakteri Gram variabel.2,5,16

Universitas Sumatera Utara


2.4 Kerangka Teori

Faktor risiko : Etiologi gangguan


-Aktifitas seksual keseimbangan
-IUD VAGINOSIS BAKTERIAL mikroorganisme,
-Douching contohnya : bakteri batang
-Merokok Gram positif besar
-Ras (Lactobacilus), bakteri
batang Gram negatif kecil
dan variabel (Gardnerella
dan aneorob), bakteri
batang bengkok Gram
negatif/batang Gram
variabel

Diagnosis

Kriteria Amsel Rapid test Pewarnaan Gram


Sekret vagina
putih keabu- Rapid card for
abuan detection pH amine
Skor Nugent ≥ 7
Fishy odor
Rapid colometric test
(whiff test (+))
for sialidase
pH vagina >4,5
BV Blue test

Clue cells >20%

Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian

Universitas Sumatera Utara


2.5 Kerangka Konsep

Kriteria Amsel Pewarnaan Gram :


(tiga dari empat) Skor Nugent ≥7

Sekret vagina putih


keabu-abuan

Fishy odor
(whiff test (+))
Diagnosis
pH vagina >4,5 Vaginosis Bakterial

Clue cells >20%

Gambar 2.5 Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu uji diagnostik yang bersifat analitik dengan

pendekatan potong lintang (cross-sectional).

3.2 Waktu dan tempat penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Februari 2014 sampai bulan Oktober 2014.

3.2.2 Tempat Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan di poli Infeksi Menular Seksual unit rawat

jalan Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dan poli Ginekologi

dan poli Ibu Hamil unit rawat jalan Departemen/SMF Ilmu kebidanan dan

Penyakit Kandungan RSUP Haji Adam Malik Medan.

3.2.3 Tempat Pemeriksaan

Pemeriksaan sampel dilakukan dilaboratorium klinik Prodia jl. S. Parman

Medan.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Target

Wanita dengan sekret vagina abnormal yang berobat ke poli Infeksi

Menular Seksual unit rawat jalan Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan

Kelamin dan poli Ginekologi dan poli Ibu Hamil unit rawat jalan

Departemen/SMF Ilmu kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUP Haji Adam

Malik Medan.

24
Universitas Sumatera Utara
3.3.2 Populasi Terjangkau

Wanita dengan sekret vagina abnormal yang berobat ke ke poli Infeksi

Menular Seksual unit rawat jalan Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan

Kelamin dan poli Ginekologi dan poli Ibu Hamil unit rawat jalan

Departemen/SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUP Haji Adam

Malik Medan sejak bulan Februari 2014 sampai bulan Oktober 2014.

3.3.3 Sampel Penelitian

Wanita dengan sekret vagina abnormal yang berobat ke ke ke poli Infeksi

Menular Seksual unit rawat jalan Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan

Kelamin dan poli Ginekologi dan poli Ibu Hamil unit rawat jalan Ilmu Kebidanan

dan Penyakit Kandungan RSUP Haji Adam Malik Medan sejak bulan Februari

2014 sampai bulan Oktober 2014, yang memenuhi kriteria inklusi.

3.4 Besar Sampel

Untuk menghitung besar sampel penelitian, maka digunakan rumus

berikut :

Rumus :
n = Zα2 sen (1 – sen)
d2P
Keterangan :
n = Besar sampel

Zα = Tingkat kesalahan ditetapkan sebesar 5% sehingga Zα = 1,96

Sen = Sensitivitas yang diinginkan dari pemeriksaan yang diuji nilai

diagnostiknya: 99%

d = Presisi penelitian ditetapkan sebesar 10%

P = prevalensi vaginosis bakterial: 20% : 0,20

Universitas Sumatera Utara


n = (1,96)2 x 0,99x (1 – 0,91)
(0,1)2x 0,20

= (1,96)2 x 0,99 x 0,01


0,01 x 0,0020

= 3,8416 x 0,99 x 0,01


0,0020

= 0,0380
0,0020

= 19,01 = 20 sampel

Jadi jumlah sampel minimal dalam penelitian ini adalah 20 orang

3.5 Cara Pengambilan Sampel Penelitian

Cara pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan metode consecutive

sampling.

3.6 Identifikasi Variabel

3.6.1. Variabel Bebas

Kriteria Amsel dan pewarnaan Gram.

3.6.2. Variabel Terikat

Vaginosis bakterial

3.7 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi

3.7.1 Kriteria Inklusi

a. Wanita yang sudah pernah berhubungan seksual

b. Bersedia ikut dalam penelitian dan menandatangani informed consent.

Universitas Sumatera Utara


3.7.2 Kriteria Eksklusi

a. Wanita dengan sekret vagina abnormal yang sedang mengalami

menstruasi pada saat kunjungan.

b. Wanita dengan sekret vagina abnormal yang sedang dalam pengobatan

antimikroba sistemik atau topikal pada vagina dalam 72 jam.

3.8 Alat, Bahan dan Cara Kerja

3.8.1 Alat

a. Alat steril : swab, spekulum, sarung tangan

b. Alat nonsteril : kaca objek, kaca penutup, tabung reaksi dan rak tabung,

mikroskop dan bunsen/api spritus, wadah untuk mencuci kaca objek,

kertas pengering, mikroskop, alat pengukur waktu.

3.8.2 Cara kerja

a. Pengambilan sampel pada wanita yang mengalami sekret vagina abnormal di

unit rawat jalan Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dan unit

rawat jalan Departemen/SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan

RSUP Haji Adam Malik Medan dan dilakukan setelah penandatanganan

informed consent.

b. Pengambilan spesimen

1) Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan serta

anjuran untuk tidak perlu merasa takut.

2) Pasien berbaring dalam posisi litotomi

3) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sebelum melakukan pemeriksaan

4) Bila pada daerah vulva terdapat banyak duh tubuh, cuci dahulu dengan

KmnO4 atau cairan sublimat.

Universitas Sumatera Utara


5) Setiap pengambilan bahan untuk pemeriksaan harus menggunakan

spekulum/sengkelit/kapas lidi/swab steril

6) Ambil spekulum cocor bebek dengan tangan kanan.

7) Buka labia majora dengan tangan kiri  masukkan spekulum dalam

keadaan tertutup dan posisi tegak/vertikal kedalam vagina (900)

8) Masukkan spekulum pelan-pelan sampai ke ujung dan putar perlahan-

lahan sambil membuka mulut spekulum sehingga posisi mendatar/

horizontal 1800.

9) Spekulum kemudian dibuka, lalu lampu sorot diarahkan ke vagina

dengan bantuan asisten, cari portio serviks lalu spekulum dikunci

sehingga serviks terfiksasi.

10) Bersamaan dengan memasukkan spekulum, amati apakah terdapat duh

tubuh vagina dan atau serviks.

11) Pengambilan spesimen pada dinding vagina dengan menggunakan cotton

swab steril sebanyak dua swab. Swab pertama untuk pemeriksaan

sediaan basah dan swab kedua untuk pemeriksaan Gram.

12) Spekulum dilepas dengan cara melepas kunci terlebih dahulu sehingga

kunci dalam keadaan tertutup, putar spekulum 900 sehingga daun

spekulum dalam posisi tegak lalu spekulum dikeluarkan perlahan-lahan.

c. Pemeriksaan sediaan basah Nacl 0,9%

1. Siapkan kaca objek dan kaca penutup.

2. Teteskan 1-2 tetes larutan NaCl 0,9% ke kaca objek.

Universitas Sumatera Utara


3. Bahan dan duh tubuh dari swab steril yang diambil dari dinding vagina

dicampurkan pada tetesan larutan NaCl tersebut, dan segera tutup dengan

kaca penutup.

4. Sediaan basah segera diperiksa dengan mikroskop dengan pembesaran 10

x dan 400 x.

Yang dicari pada sediaan basah : sel epitel vagina. Pada pemeriksaan sediaan

basah dari kriteria Amsel ditemukan adanya clue cells (lebih dari 20%)

d. Penetesan KOH (Whiff test / tes Amin)

1. Pada akhir pemeriksaan in spekulo, spekulum dikeluarkan secara hati-hati

dan setelah itu cairan yang berada di spekulum ditetesi larutan KOH 10%.

2. Cara lain dengan mengambil cairan vagina dan diteteskan pada kaca objek

yang sebelumnya ditetesi dengan KOH 10%.

Yang dicari pada pemeriksaan KOH 10% adalah bau amis atau bau amin yang

terdeteksi setelah penambahan KOH 10% pada duh tubuh vagina.

e. Penentuan pH Vagina

1. Letakkan kertas pH pada dinding vagina. Cegah kontak dengan mukosa

serviks yang memiliki pH yang tinggi.

2. Sesuaikan kertas pH dengan skala warna untuk menetukan nilai pH.

f. Pembuatan pewarnaan Gram

1) Pembuatan pewarnaan :

a) Tuangkan karbol gentian violet, diamkan selama 3-5 menit  cuci

dengan air mengalir

b) Tuangkan tetesan lugol 45-60 detik  cuci dengan air mengalir

Universitas Sumatera Utara


c) Tuangkan tetesan alkohol 96%  30-60 detik sampai warna ungu

menghilang

d) Tuangkan tetesan karbol fuchsin 1-2 menit

e) Cuci dengan air  keringkan

4) Pemeriksaan mikroskopis :

a) Tetesi kaca objek dengan minyak emersi pada sediaan Gram.

b) Pada sediaan hapus Gram diperiksa : Jumlah bakteri (morfologi

batang Gram positif berukuran besar, batang Gram negatif kecil dan

variabel dan batang bengkok Gram negatif/batang gram-variabel).

3.9 Definisi Operasional

3.9.1 Wanita dengan sekret vagina abnormal

Adalah wanita yang mengeluhkan keputihan atau sekret ataupun cairan

vagina yang tidak biasanya dan yang mengalami perubahan jumlah, bau dan

warna.

3.9.2 Kriteria Amsel

Adalah kriteria pemeriksaan dan analisis cairan vagina yang digunakan

untuk mendiagnosis vaginosis bakterial, dimana diagnosis ditegakkan berdasarkan

adanya paling sedikit 3 dari 4 tanda-tanda berikut : sekret vagina berwarna putih

keabu-abuan yang homogen, pH cairan vagina >4,5, adanya fishy odor bila

ditetesi dengan KOH 10% (whiff test), adanya clue cells (>20%).

3.9.3 Pemeriksaan Basah

Adalah pemeriksaan laboratorium yang dilakukan dengan menggunakan

Nacl 0,9%, berguna untuk melihat adanya clue cells.

Universitas Sumatera Utara


3.9.4 Clue cells

Adalah sel epitel yang ditutupi oleh berbagai bakteri vagina dalam jumlah

banyak sehingga batas sel menjadi tidak jelas.

3.9.5 pH vagina

Adalah derajat keasaman vagina yang diukur dengan menggunakan kertas

dengan indikator warna, dan pada vaginosis bakterial pH menunjukkan > 4,5

3.9.6 Whiff Test

Adalah pemeriksaan dengan cara pengambilan sekret vagina yang lalu

diteteskan pada kaca objek yang sebelumnya telah diteteskan KOH 10%. Whift

test dikatakan positif bila dijumpai bau amis (fishy odor).

3.9.7 Pewarnaan Gram

Adalah pemeriksaan laboratorium yang berguna untuk melihat skor

Nugent untuk pengidentifikasian bakteri.

3.9.8 Vaginosis Bakterial

Adalah sindrom klinik yang terjadi akibat pergantian Lactobacillus sp.

penghasil H 2 O 2 yang merupakan flora normal vagina dengan bakteri anaerob

dalam konsentrasi tinggi contoh : Bacteroides sp, Mobilluncus sp., G. vaginalis

dan Mycoplasma hominis, yang didiagnosis dengan kriteria Amsel dan skor

Nugent pada pewarnaan Gram.

3.9.9 Sensitivitas

Adalah proporsi subjek yang sakit dengan hasil uji diagnostik positif

(positif benar) dibandingkan seluruh subyek yang sakit (positif benar ditambah

negatif semu), atau kemungkinan bahwa uji diagnostik positif bila dilakukan pada

subyek yang sakit.

Universitas Sumatera Utara


3.9.10 Spesifisitas

Adalah proporsi subyek sehat yang memberikan hasil uji diagnostik

negatif (negatif benar) dibandingkan dengan seluruh subyek yang tidak sakit

(negatif benar ditambah positif semu), atau kemungkinan bahwa hasil uji

diagnostik akan negatif bila dilakukan pada sekelompok subyek yang sehat.

Spesifisitas memperlihatkan kemampuan alat diagnostik untuk menentukan

bahwa subyek tidak sakit.

3.9.11 Positive Predictive value (PPV)

Adalah probabilitas seseorang menderita penyakit bila hasil uji

diagnostiknya positif.

3.9.12 Negative Predictive Value (NPV)

Adalah probabilitas seseorang tidak menderita penyakit bila hasil ujinya

negatif.

Universitas Sumatera Utara


3.10 Kerangka Operasional

Wanita dengan sekret vagina abnormal yang


telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi

Kriteria Amsel Pewarnaan Gram


(tiga dari empat)

Sekret vagina putih


keabu-abuan
Diagnosis
Fishy odor Vaginosis Bakterial Skor Nugent ≥ 7
(whiff test (+))

pH vagina >4,5

Clue cell > 20% Sensitivitas


Spesifisitas
PPV
NPV

Dianalisis secara statistik

Gambar 3.1. Kerangka Operasional Penelitian

Universitas Sumatera Utara


3.11 Analisis Data

Data yang terhimpun ditabulasi dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Analisis statistik diolah dengan memakai sistem komputer.

Untuk menilai kemampuan diagnostik kriteria Amsel dan pewarnaan

Gram maka dilakukan uji sensitivitas, spesifisitas, Positive Predictive Value

(PPV) dan Negative Predictive Value (NPV).

3.12 Ethical Clearance

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan sampel biologis, yang

selama pelaksanaannya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan

kode etik penelitian biomedik. Ijin didapat dari Komisi Etika Penelitian Fakultas

Kedokteran USU, Nomor 61/KOMET/FK USU/2014.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini telah dilakukan pemeriksaan uji diagnostik kriteria

Amsel pada pasien vaginosis bakterial di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam

Malik Medan, yang diikuti 24 pasien wanita, dimulai dari bulan Februari 2014

sampai bulan Oktober 2014.

4.1 Karakteristik Subyek Penelitian

Karakteristik subyek penelitian ini ditampilkan berdasarkan distribusi

kelompok umur, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan dan pemakaian

douching.

Tabel 4.1. Karakteristik subyek penelitian berdasarkan kelompok umur

Umur n %
26-30 tahun 6 25
31-35 tahun 5 20,83
36-40 tahun 6 25
41-45 tahun 7 29,16
Jumlah 24 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa pasien vaginosis bakterial umumnya

pada kelompok umur 26-45 tahun, yang merupakan rentang umur seksual aktif.

Rerata umur pasien adalah 36,38 tahun dengan umur termuda 26 tahun dan tertua

45 tahun.

Pada penelitian Effendi tahun 2004 di Medan, mendapatkan bahwa

persentase terbesar pada sampel penelitiannya berada pada rentang usia 19-43

tahun.

35
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penelitian Morris MC dkk tahun 2012 di Inggris, persentase

kelompok umur terbanyak pada pasien VB dijumpai pada kelompok umur 25-29

tahun (30,9%), dengan rentang umur termuda pada umur 16 tahun dan umur tertua

pada umur 44 tahun.24

Pada penelitian Modak dkk tahun 2011 di India, pada 12 pasien VB,

mendapatkan rerata umur pasien VB adalah 28,33 tahun. Hal ini menunjukkan

bahwa pasien vaginosis bakterial terbanyak adalah pada usia reproduktif.

Tabel 4.2. Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan n %
Tidak Sekolah 0 0
SD 1 4,10
SMP 6 25,00
SMA 14 58,30
Perguruan Tinggi 3 12,50
Jumlah 24 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa pasien vaginosis bakterial umumnya

pada kelompok berpendidikan sekolah menengah atas yaitu sebesar 14 pasien

(58,30%) diikuti kelompok pendidikan sekolah menengah pertama yaitu sebesar 6

pasien (25,00%).

Dari penelitian Anggarwati dkk tahun 2002 di RSUP dr. Kariadi

Semarang, mendapatkan tingkat pendidikan terbesar pada pasien vaginosis

bakterial adalah pada kelompok sekolah menengah atas, yaitu sebesar 35%.43

Effendi tahun 2004 di Medan, mendapatkan persentase pendidikan

terbesar pada pasien VB pada kelompok pendidikan sekolah menengah atas

(SMA) yaitu sebesar 54,0%.12

Universitas Sumatera Utara


Penelitian Modak dkk tahun 2011 di India pada 12 pasien VB,

mendapatkan persentase kelompok pendidikan terbesar adalah kelompok

pendidikan menengah atas yaitu sebesar 7 pasien (58,33%).6

Perbedaan tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan

mengenai faktor penyebab, pemicu, tindakan pencegahan, serta sikap dan prilaku

dalam menghadapi efek psikososial yang akan timbul. Pasien dengan tingkat

pendidikan yang lebih tinggi diharapkan memiliki tingkat pemahaman yang lebih

baik mengenai penyakit vaginosis bakterial.

Tabel 4.3. Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan n %
Ibu Rumah Tangga (IRT) 19 79,16
Pegawai Negeri Sipil (PNS) 5 20,83
Pegawai Swasta 0 0
Wiraswasta 0 0
Lain-lain 0 0
Jumlah 24 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa kelompok pekerjaan terbanyak adalah

pada kelompok ibu rumah tangga (IRT) yaitu sebesar 19 pasien (79,16%).

Dari penelitian Nuswil dkk, tahun 2003 di 2 RSU pemerintah dan

beberapa klinik swasta di Palembang juga mendapatkan kelompok sampel

penelitian terbesar pada pasien VB adalah ibu rumah tangga yaitu sebesar

71,9%.44

Pada penelitian Effendi tahun 2004 di Medan mendapatkan persentase

terbesar sampel penelitiannya pada pasien VB adalah pada kelompok ibu rumah

tangga, yaitu sebesar 65,3%, dan diikuti pegawai negeri sipil sebesar 13,3%.6

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.4. Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Status Perkawinan

Status Perkawinan n %
Menikah 22 91,66
Tidak 1 4,16
Janda 1 4,16
Jumlah 24 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa kelompok status perkawinan terbanyak

adalah kelompok status perkawinan menikah yaitu sebesar 91,66%.

Berdasarkan penelitian Mahdinejad tahun 2011 di Iran didapatkan

persentase terbesar untuk status perkawinan adalah sebesar 94%, disebutkan

bahwa vaginosis bakterial paling sering ditemukan pada wanita yang memiliki

aktivitas seksual yang tinggi.7

Pada penelitian Modak dkk tahun 2011 pada 12 pasien VB, mendapatkan

kelompok status perkawinan terbanyak adalah pada kelompok status menikah

yaitu pada 12 orang pasien (100%).6

Tabel 4.5. Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Pemakaian


Douching

Douching n %
- 16 66,66
+ 8 33,33
Jumlah 24 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah penggunaan douching dijumpai

pada 8 orang pasien (33,33%), dan pasien VB yang tidak menggunakan douching

adalah sebesar 16 orang pasien (66,66%).

Newton dkk tahun 2001 di Amerika melaporkan bahwa douching

berhubungan dengan meningkatnya bakteri Gardnerella vaginalis, yaitu salah

satu bakteri yang didominasi pada vaginosis bakterial.45

Universitas Sumatera Utara


Pada penelitian Ness R B dkk tahun 2006 di Birmingham, dari 1200

sampel penelitiannya, mendapatkan kelompok yang menggunakan douching pada

pasien VB adalah sebesar 95%.46

Kemungkinan penyebab perbedaan dengan hasil penelitian ini adalah

karena faktor resiko terhadap VB adalah multifaktorial. Douching bukan satu-

satunya faktor resiko terjadinya VB. Penggunaan douching di wilayah penelitian

bukan merupakan metode yang umum dilakukan.

Tabel 4.6. Diagnosis VB Berdasarkan Kriteria Amsel

Vaginosis bakterial (VB) n %


+ 20 83,3
- 4 16,7
Jumlah 24 100

Berdasarkan dari hasil pemeriksaan menggunakan kriteria Amsel

didapatkan 20 orang pasien (83,3%) yang positif vaginosis bakterial, dan 4 orang

pasien (16,7%) dengan hasil yang negatif.

Tabel 4.7. Diagnosis VB Berdasarkan Skor Nugent pada Pewarnaan Gram

Vaginosis bakterial (VB) n %


+ 21 87,5
- 3 12,5
Jumlah 24 100

Berdasarkan dari hasil pemeriksaan menggunakan skor Nugent pada

pewarnaan Gram, didapatkan 21 orang pasien (87,5%) yang positif vaginosis

bakterial, dan 3 orang pasien (12,5%) dengan hasil yang negatif.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.8. Sensitifitas dan Spesifisitas Kriteria Amsel terhadap Vaginosis
Bakterial

Skor Nugent
Kriteria Amsel Jumlah
Positif Negatif
Positif 20(a) 0(b) 20
Negatif 1(c) 3(d) 4
Jumlah 21 3 24

Hasil uji diagnostik berupa sensitivitas, spesifisitas, positive predictive

value, negative predictive value adalah sebagai berikut :

Sensitivitas = a : (a + c) x 100 % = 20 : 21 x 100% = 95,24%

Spesifisitas = d : (d + b) x 100% = 3 : 3 x 100% = 100%

Positive predictive value = a : (a + b) x 100% = 20 : 20 x 100% = 100%

Negative predictive value = d : (c + d) x 100% = 3 : 4 x 100% = 75%

Nilai diagnostik pemeriksaan kriteria Amsel terhadap vaginosis bakterial

pada penelitian ini, memiliki sensitivitas 95,24%, yang berarti dari 24 orang yang

diduga menderita vaginosis bakterial hanya 21 orang (95,24%) yang dapat

didiagnosis VB menggunakan kriteria Amsel. Nilai spesisifitas kriteria Amsel

yang dihasilkan adalah 100%, selanjutnya PPV 100% dan NPV 75%.

Pada penelitian Neelam tahun 2008 terhadap 208 orang pasien vaginosis

bakterial, mendapatkan 192 orang yang menderita vaginosis bakterial dengan nilai

sensitivitas sebesar 92%, nilai spesifisitas sebesar 96%, positive predictive value

sebesar 95% dan negative predictive value sebesar 95,3% menggunakan kriteria

Amsel.27

Penelitian Mehdinejad M dkk tahun 2011 di Iran terhadap 240 pasien

vaginosis bakterial, mendapatkan nilai sensitivitas sebesar 66,67%, nilai

spesifisitas 94,7%, positive predictive value 80% dan negative predictive value

90% menggunakan kriteria Amsel.7

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil uji diagnostik kriteria Amsel dalam mendiagnosis vaginosis bakterial

adalah :

1. Sensitivitas sebesar 95,24%.

2. Spesifisitas sebesar 99,7%.

3. Positif/ positive predictive value (PPV) sebesar 98,8%.

4. Negatif/ negative predictive value (NPV) sebesar 75%.

5.2 Saran

Diagnosis vaginosis bakterial dengan menggunakan kriteria Amsel dapat

dilakukan pada praktek pribadi dan didaerah yang tidak memiliki fasilitas

laboratorium yang lengkap, karena pemeriksaan dengan kriteria Amsel merupakan

pemeriksaan dengan cara praktis dan mudah dilakukan, tanpa biaya yang mahal

dan pasien tidak harus menunggu hasil yang lama.

41
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

1. Maskur Z, Makalew HL. VB. Dalam : Daili SF, Makes WIB, Zubier F,
Judanarso J, editor. Infeksi menular seksual. Edisi ke-3, cetakan ke-2.
Jakarta : Balai penerbit FK UI, 2007; 116-21.
2. Murtiastutik D. VB. Dalam : Barakbah J, Lumintang H, Martodihardjo S,
editor. Buku ajar infeksi menular seksual. Surabaya : Airlangga university
press, 2008; 73-83.
3. Turovskiy Y, Noll KS, Chikindas M L. The aetiology of bacterial vaginosis.
Journal of Applied Microbiology 2011; 110 : 1105-28
4. Hilier S, Marrazo J, Holmes KK. Bacterial vaginosis. Dalam : Holmes KK,
Mardh PA dkk, editor. Sexually transmitted disease. Edisi ke-4. New York :
McGraw Hill Inc, 2008; 737-68.
5. Spiegel CA, Amsel R, Holmes KK. Diagnosis of Bacterial Vaginosis by
Direct Gram Stain of Vaginal fluid. Journal of Clinical Microbiology 1983;
181 :170-7.
6. Modak T, Arora P, Agnes C, Ray R, Goswami S, Ghosh P, Das N K.
Diagnosis of bacterial vaginosis in cases of abnormal vaginal discharge :
comparison of clinical and microbiological criteria : J Infect Dev Ctries
2011; 5(5) : 353-60
7. Mehndinejad M, Khorsravi A D, Yazdizadeh H, Afshari P. Bacteriological
study of vaginal discharge of pregnant women using Gram stain smar and
culture : African Journal of Microbiology Research 2011; 5 : 1994-8
8. B Deborah, Nelson, Macones G : Bacterial vaginosis in pregnancy :Current
Findings and Future Directions : epidemiol Rev 2002; 24 : 102-8.
9. Morris M, Nicoll A, Simms I, Wilson J, Catchpole M. Bacterial vaginosis :
a public health review : British Journal of Obstetrics and Gynaecology
2001; 108 : 439-50
10. Krisnadi SR. Efek pengobatan klindamisin terhadap kejadian bayi berat
badan lahir rendah pada wanita dengan vaginosis bakterial, kolonosasi
streptokokus Grup B dan infeksi oleh Chlamidia trachomatis. Disertasi
Universitas Padjadjaran, Bandung 2000.
11. Wedagama IGNM, Suwiyoga K. Resiko partus prematurus iminens pada
kehamilan dengan vaginosis bakterial. Tesis. Lab/SMF Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran Universitas
Udayana/Rumah Sakit Sanglah, Denpasar, 2000.
12. Effendi IH, Vaginosis bakterial pada ibu hamil di RSU dr. Pirngadi Medan.
Tesis bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara, Medan 2004.
13. Sulistyowati SA, Tejo BA, Kusumawardani A, dkk. Prevalensi VB di
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Moewardi Surakarta periode Januari-
Desember 2011. Buku Makalah Lengkap I PIT XII PERDOSKI. Solo 2012;
302-11.
14. Holts E, Wathne B, Hovelius B, Mardh P A. Bacterial Vaginosis :
Microbiological and Clinical Findings : Eur J. Clin Microbiol, Oct 1987;
536-41.

Universitas Sumatera Utara


15. Spiegel CA. Bacterial vaginosis. Clinical microbiology review, Oct 1991;
485-502.
16. Livengood CH. Bacterial vaginosis : An Overview for 2009. Review in
Obstetrics and Gynecology, 2009; 2(1) : 29-37.
17. Begum M, Alam N, rahman K M. Role of nycoplasma hominis in Bacterial
Vaginosis. Bangladesh J Med Microbiol 2008; 02 (01) : 18-21.
18. Hay P E. Bacterial vaginosis. Journal of pediatrics, obstetrics and
gynaecology, Sep/Oct 2002; 36-40.
19. Chaijareenont K, Sirimai K, Boriboonhirunsarn D, Kiriwat O. Accuracy of
Nugent’s Score and Each Amsel’s Criteria in the Diagnosis of Bacterial
vaginosis. J Med Assoc Thai, 2004; 87(11) : 1270-3.
20. Ayenalem S, Yusuf L, Ashenafi M. Lactid Acid Bacterial Vaginosis among
Outpatients in Addis Ababa : Ethiop J Health Dev 2010; 24(3) :198-204.
21. Katherine A. Fethers, Christopher K. Fairley, Jane S. Hocking,Lyle C.
Gurrin, and Catriona S. Bradshaw. Sexual Risk Factors and Bacterial
Vaginosis : A Systematic Review and Meta-Analysis. Clinical Infectious
Disease 2008; 47: 1426-35.
22. Evelyne Alesna, Mercy Pascual-Viduya dkk. Multiple Sexual partner : Risk
Factor for Bacterial Vaginosis. J Microbiol Infect Dis 1996; 25(1) :1-3
23. Ison CA, Hay PE. Bacterial vaginosis : A diagnostic approach. Genitourin
Med 1992; 68 : 134-8.
24. Morris M C, Rogers P A, Kinghorn GR : Is bacterial vaginosis a sexually
transmitted infections : Sex Transm Inf 2001; 77 : 63-8
25. Verstraelen H, Vershelst R, Vaneechoutte M, Temmerman M. The
epidemiology of bacterial vaginosis in relation to sexual behaviour : BMC
infectious disease 2010; 10 : 81
26. Posner S F, Kerimova J, Aliyeva F, Duerr A : Strategies for diagnosis of
bacterial vaginosis in resource-poor setting : Int Journal of STD & AIDS
2005; 16: 52-5
27. Neelam S, Sohail I. Rapid Clinical Diagnostic Test for Bacterial vaginosis
and its Predictivr Value : International Journal of Pathology 2010; 8(2) :
50-2
28. Hellberg D, Nilsson S, Mardh P A. The diagnosis of bacterial vaginosis and
vaginal flora change : Arch Gynecol Obstet 2001; 265: 11-5.
29. Sexually Transmitted Disease. Treatment Guidlines 2010. Diunduh dari
www.cdc.gov/std/treatment/2010/vaginal-discharge.htm#bvpreg. Diakses
tanggal 20 April 2015.
30. Menard J P. Antibacterial treatment of bacterial vaginosis : current and
emerging therapies : International Journal of Woman Health 2011; 3 : 295-
305.
31. Brotman R M, Klebanoff M A, Nansel T R, Yu K F, Andrews W W, Zhang
J, dkk. Bacterial vaginosis Assese by Gram Stain and Diminished
Colonization Resistance to incident Gonococal, Chlamydial, and
Trichomonal Genital : The Journal of Infectious Disease 2010; 202 (12) :
1907-15.
32. Sumati A. H, Saritha N K. Bacterial vaginosis with special refrence to
anaerobs : Indian Journal of Pathology and Microbiology 2009; 52(1) : 56-
8.

Universitas Sumatera Utara


33. Sobel J. D. Bacterial vaginosis : Annu Rev Med 2000; 51 ; 349-56.
34. Taha T E, Hoover D R, Dallabetta G A, Kumwenda N I, Mtimavalye L A
R, Yang L P, dkk. Bacterial vaginosis and disturbance of vaginal flora
association with increased asquisition of HIV : AIDS 1998; 12 : 1699-1706.
35. Gallo M F, Warner L, King C C, Sobel K J, Klein R S, Uvin S C,dkk.
Association between Semen Exposure and Incident Bacterial Vaginosis :
Infectious Disease in Obstetri and Gynaecology 2011; 1-10
36. Misic M, Randelovic G, Kocic B, Antic S dkk. Complication associated
with bacterial vaginosis : Acta Fac Med 2005; 22 (4) : 161-5
37. Falaga M E, Betsi G I, Athanasiou S. Probiotics for the treatment of women
with bacterial vaginosis : the european society of clinical microbiolgy and
infectious disease 2007; 13 : 657-64.
38. Liahi J M, Rai R, Ison C, dkk. Association of bacterial vaginosis with
history of second trismester miscarriage : Human Reproduction 1996; 11 :
1575-8.
39. Yudin M H, Money D M. Screening and Management of Bacterial
Vaginosis in Prenancy : Journal of the Obsteri and Gynaecologist of
Canada 2008; 211 : 702-8.
40. Thoma M E, Gray R H, Kiwanuka N, Wang M C, dkk. The natural history
of bacterial vaginosis (BV) diagnosed by Gram stain among women in
Rakai, Uganda : Sex Trans Dis 2011; 38(11) : 1040-5.
41. Novel S S, Wulandari A P, Safitri R. Pewarnaan Gram. Dalam : Novel S S,
editor. Praktikum Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Trans Info Media ; 2010. 69-
70.
42. Pelczar, Chan. Pewarnaan Gram. Dalam: Pelczar, editor. Mikrobiologi.
Jakarta : Mikrobiologi Universitas Indonesia ; 1986.
43. Anggarwati D, Binarso A, Soejoenoes A. Studi prevalensi dan keberhasilan
terapi vaginosis bakterial pada ibu hamil. Bagian Obstetri dan Ginekologi
FK Diponegoro/RSUP dr. Kariadi, Semarang. KOGI XII Yaogyakarta,
2003.
44. Nuswil B, Kurdi AS, Zaimursyaf A, Marwansya FM, Theodorus, Husni M.
Perbandingan kejadian vaginosis bakterial pada partus preterm dan partus
normal. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Sriwijaya, Palembang. KOGI
XII Yaogyakarta, 2003.
45. Newton ER, Piper JM, Shain RN et al. Predictors of the vaginal microflora.
Am J Obstet Gynecol 2001 ; 184:845-55.
46. Ness R B, Kip K E, Soper D E, et al. Variability of bacterial vaginosis over
6-12 months interval. Sex transm dis. 2006;33 : 381-5.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 1.

NASKAH PENJELASAN KEPADA PASIEN

Selamat pagi/siang.

Perkenalkan nama saya dr. Liza Arianita. Saat ini saya sedang menjalani

Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan

Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan program

spesialis yang sedang saya jalani, saya melakukan penelitian dengan judul “Uji

diagnostik kriteria Amsel pada pasien vaginosis bakterial di RSUP Haji

Adam Malik Medan.”

Vaginosis Bakterial (VB) adalah suatu gangguan pada ekosistem vagina,

dimana ditandai dengan pergeseran flora normal vagina menjadi flora normal

bakteri yang lain dan pertumbuhan bakteri anaerob yang berlebihan, disertai

dengan hilangnya keasaman vagina normal. Vaginosis bakterial merupakan

penyebab utama timbulnya sekret vagina yang berbau tidak sedap pada wanita

usia reproduktif.

Tujuan penelitian saya adalah untuk mengetahui sensitivitas dan

spesifisitas pemeriksaan kriteria Amsel pada pasien vaginosis bakterial. Adapun

manfaat dari penelitian ini adalah untuk membuka wawasan kita mengenai

vaginosis bakterial yang dapat mempengaruhi timbulnya gangguan pada

ekosistem vagina dimana ditandai dengan timbulnya sekret vagina yang berbau

tidak sedap. Jika Ibu/Kakak/Adik/Saudari bersedia untuk ikut serta dalam

penelitian ini, maka saya akan melakukan tanya jawab terhadap

Ibu/Kakak/Adik/Saudari untuk mengetahui identitas pribadi secara lebih lengkap,

Universitas Sumatera Utara


serta melakukan pengambilan cairan vagina. Pengambilan sekret vagina dilakukan

dalam keadaan yang bebas kuman menggunakan kapas swab. Jika

Ibu/Kakak/Adik/Saudari mengeluh adanya gangguan setelah dilakukan

pemeriksan ini maka Ibu/Kakak/Adik/Saudari dapat segera menghubungi saya

melalui telepon di 0811652600.

Sekret vagina yang telah diambil selanjutnya akan diperiksa di

Laboratorium Klinik Prodia Medan untuk dilakukan pemeriksaan pewarnaan

Gram. Peserta penelitian tidak akan dikutip biaya apapun dalam penelitian ini.

Kerahasiaan pribadi dan medis peserta penelitian (mengenai penyakit yang

diderita) akan dijamin oleh peneliti.

Keikutsertaan Ibu/Kakak/Adik/Saudari dalam penelitian ini adalah bersifat

sukarela. Bila tidak bersedia, Ibu/Kakak/Adik/Saudari berhak untuk menolak

diikutsertakan dalam penelitian ini. Jika Ibu/Kakak/Adik/Saudari bersedia dan

menyetujui pemeriksaan ini, mohon untuk menandatangani formulir persetujuan

ikut serta dalam penelitian.

Jika Ibu/Kakak/Adik/Saudari masih memerlukan penjelasan lebih lanjut

dapat menghubungi saya.

Terima kasih

dr Liza Arianita

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 2.

PERSETUJUAN IKUT SERTA DALAM PENELITIAN

Setelah mendapat penjelasan, saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
……………………………………………………………………………
Jenis kelamin* : Perempuan
Umur :
……………………………………………………………………………
Alamat :
………………………………………………………………..…………,
dengan ini menyatakan secara sukarela SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian dan
mengikuti berbagai prosedur pemeriksaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Demikianlah surat pernyataan persetujuan ini dibuat dengan sebenarnya dalam keadaan
sadar tanpa adanya paksaan dari siapapun.

Medan, 2014

Dokter pemeriksa Yang menyetujui

(dr. Liza Arianita) ( )


* coret yang tidak perlu

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 3.
STATUS PENELITIAN

Tanggal pemeriksaan :

Nomor urut penelitian :

Nomor catatan medik :

IDENTITAS

Nama :

Alamat :

Telp. :

Tempat tanggal lahir (hari, bulan, tahun) :

Usia :

Jenis kelamin : Perempuan

Bangsa/Suku :

Agama : 1. Islam 2. Kristen Protestan 3.

Kristen Katolik 4. Hindu 5. Budha

Pendidikan : 1. Belum sekolah

2. SD / sederajat

3. SMP / sederajat

4. SMA / sederajat

5. Perguruan tinggi

Pekerjaan :

Status perkawinan :

Usia pertama sekali melakukan hubungan seksual :

Universitas Sumatera Utara


Frekwensi melakukan hubungan seksual : x/hari, x/minggu,

x/bulan

Riwayat pemakaian douching : x/hari, x/minggu,

x/bulan

ANAMNESIS

Keluhan utama :

Riwayat perjalanan penyakit :

Riwayat penyakit keluarga :

Riwayat penyakit terdahulu :

PEMERIKSAAN VENEREOLOGIS

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

1. Pemeriksaan pH vagina

Hasil :

2. Pemeriksaan Whiff test

Hasil :

Universitas Sumatera Utara


3. Pemeriksaan Clue cells

Hasil :

4. Pemeriksaan dengan pewarnaan Gram

Hasil

DIAGNOSIS KERJA :

PENATALAKSANAAN :

PROGNOSIS

• Quo ad vitam :

• Quo ad functionam :

• Quo ad sanactionam :

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 4.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 5.
MASTER TABEL
Karakteristik Dasar Sampel Penelitian
Frek
Umur Skor
No Nama Pendidikan Pekerjaan Status Perkawinan berhubungan Douching Kriteria Amsel
(Thn) Nugent
seks perbulan
1 SA 26 SMP IRT Menikah 6 - 7 +
2 WS 33 SMA PNS Menikah 4 - 7 +
3 R 38 Universitas PNS Menikah 4 - 9 +
4 MS 32 SMA PNS Tidak Menikah 6 - 9 +
5 NR 39 SMA IRT Menikah 6 - 9 +
6 MR 43 SMA IRT Menikah 8 - 9 +
7 SAL 44 SMA IRT Janda - + 9 +
8 DF 43 SD IRT Menikah 4 - 10 +
9 ES 27 Universitas IRT Menikah 10 - 9 +
10 AS 29 SMP IRT Menikah 8 - 9 +
11 HP 39 SMP IRT Menikah 8 + 8 +
12 VM 34 SMA IRT Menikah 8 - 7 +
13 NA 34 SMA IRT Menikah 10 - 5 +
14 ST 42 SMA IRT Menikah 8 - 5 +
15 DS 44 SMP IRT Menikah 8 - 5 +
16 SW 35 SMP IRT Menikah 6 - 10 +
17 M 37 SMA PNS Menikah 5 - 10 +
18 IM 44 SMA PNS Menikah 6 + 10 +

Universitas Sumatera Utara


19 PS 30 SMA IRT Menikah 8 + 8 +
20 R 45 SMA IRT Menikah 6 + 9 +
21 IA 36 Universitas IRT Menikah 6 + 9 -
22 EB 40 SMP IRT Menikah 8 + 9 -
23 JT 30 SMA IRT Menikah 8 + 7 -
24 RR 29 SMA IRT Menikah 8 - 8 -

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 6.

Descriptives

Statistic Std. Error


umur Mean 36,38 1,224
95% Confidence Interval for Lower Bound 33,84
Mean Upper Bound 38,91
5% Trimmed Mean 36,47
Median 36,50
Variance 35,984
Std. Deviation 5,999
Minimum 26
Maximum 45
Range 19
Interquartile Range 12
Skewness -,130 ,472
Kurtosis -1,259 ,918

Frequency Table

Batang Gram Positif Besar (Lactobacillus)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid +1 5 20,8 20,8 20,8
+2 9 37,5 37,5 58,3
+3 1 4,2 4,2 62,5
- 9 37,5 37,5 100,0
Total 24 100,0 100,0

Batang Gram Negatif Kecil dan Variabel (Gardnerella dan anaerob)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid +1 2 8,3 8,3 8,3
+4 22 91,7 91,7 100,0
Total 24 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


Batang Bengkok Gram Negatif/Batang Gram Variabel
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid +1 10 41,7 41,7 41,7
+2 9 37,5 37,5 79,2
+3 3 12,5 12,5 91,7
+4 1 4,2 4,2 95,8

- 1 4,2 4,2 100,0


Total 24 100,0 100,0

kriteria_amsel
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid + 20 83,3 83,3 83,3
- 4 16,7 16,7 100,0
Total 24 100,0 100,0

Frequency Table

Nuggent Score
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid >=7 21 87,5 87,5 87,5
<7 3 12,5 12,5 100,0
Total 24 100,0 100,0

kriteria_amsel
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid + 20 83,3 83,3 83,3
- 4 16,7 16,7 100,0
Total 24 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 7
RIWAYAT HIDUP

I. Identitas
Nama : dr. Liza Arianita
Tempat & Tanggal Lahir : Medan, 09 Januari 1977
Alamat : Jl. Beo Indah No. 41 Medan
Telp : 0811652600

II. Riwayat Pendidikan


1982-1988 : SDN N0. 101972 PTP V Sei Putih
1988-1991 : SMP Yayasan Pendidikan Anak Karyawan
(YPAK) PTP V Sei Karang
1991-1994 : SMA SWASTA HARAPAN Medan
1994-2002 : Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Sumatera Utara Medan
2010-sekarang : PPDS Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara Medan

III. Keanggotaan Profesi


2002-sekarang : Anggota IDI Medan
2010-sekarang : Anggota Muda PERDOSKI Medan

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai