Jasa Layanan Penunjang Komoditas Kelapa

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agribisnis adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang suatu sistem pertanian
yang bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang paling tinggi baik berbentuk
natura maupun uang melalui usaha dibidang pertanian.

Keberdaan kelembagaan pendukung pengembangan agribisnis nasional sangat


penting untuk menciptakan agribisnis Indonesia yang tangguh dan kompetitif.
Lembaga-lembaga pendukung tersebut sangat menentukan dalam upaya
menjamin terciptanya integrasi agribisnis dalam mewujudkan tujuan
pengembangan agribisnis

Lembaga pendukung dan sarana penunjang dalam agribisnis Merupakan semua


jenis kegiatan yang berfungsi mendukung dan melayani serta mengembangkan
kegiatan dari ketiga subsistem agribisnis yang lain. Keberadaan kelembagaan
pendukung pengembangan agribisnis nasional sangat penting untuk menciptakan
agribisnis Indonesia yang tangguh dan kompetitif. Lembaga-lembaga pendukung
tersebut sangat menentukan dalam upaya menjamin terciptanya integrasi
agribisnis dalam mewujudkan tujuan pengembangan agribisnis.

Sangat penting untuk mempelajari subsistem jasa layanan pendukung untuk


melengkapi subsistem yang lainnya, dan untuk mengetahui subsistem jasa layanan
pendukung seperti apa, apa yang dipelajari, melalui makalah ini dengan subsistem
jasa layanan pendukung komoditas kelapa, kita dapat mengetahui apa apa saja
dalamnya subsistem jasa layanan pendukung dari suatu komoditas pertanian.
1.2 Tujuan

Tujuan di dibuatnya makalah ini yaitu sebagai berikut :

1. Mengetahui kurangnya sarana penjunjang pada komoditas kelapa


2. Mengetahui peran kelembagaan pada komoditas kelapa
II. ISI

2.1 Kelembagaan Penunjang Dan Sarana Penunjang

Agribisnis merupakan kegiatan bisnis dalam bidang pertanian. Dalam sistem


agribisnis terdapat empat macam subsistem di dalamnya. Subsistem yang ada
dalam agribisnis adalah subsistem hulu, subsistem usaha tani (on farm), subsistem
hilir dan juga subsistem jasa penunjang. Disini yang lebih difokuskan adalah
pembahasan mengenai subsistem jasa penunjang dalam sitem agribisnis.

Lembaga pendukung dan sarana penunjang dalam agribisnis Merupakan semua


jenis kegiatan yang berfungsi mendukung dan melayani serta mengembangkan
kegiatan dari ketiga subsistem agribisnis yang lain. Keberadaan kelembagaan
pendukung pengembangan agribisnis nasional sangat penting untuk menciptakan
agribisnis Indonesia yang tangguh dan kompetitif. Lembaga-lembaga pendukung
tersebut sangat menentukan dalam upaya menjamin terciptanya integrasi
agribisnis dalam mewujudkan tujuan pengembangan agribisnis. Beberapa
lembaga pendukung pengembangan agribisnis adalah :

1. Pemerintah
Lembaga pemerintah mulai tingkat pusat sampai tingkat daerah, memiliki
wewenang, regulasi dalam menciptakan lingkungan agribinis yang
kompetitif dan adil.
2. Lembaga pembiayaan
Lembaga pembiayaan memegang peranan yang sangat penting dalam
penyediaan modal investasi dan modal kerja, mulai dari sektor hulu
sampai hilir. Penataan lembaga ini segera dilakukan, terutama dalam
membuka akses yang seluas-luasnya bagi pelaku agribisnis kecil dan
menengah yang tidak memilki aset yang cukup untuk digunakan guna
memperoleh pembiayaan usaha.
3. Lembaga pemasaran dan disitribusi
Peranan lembaga ini sebagai ujung tombak keberhasilan pengembangan
agribinis, karena fungsinya sebagai fasilitator yang menghubungkan antara
defisit unit (konsumen pengguna yang membutuhkan produk) dan surplus
unit ( produsen yang menghasilkan produk).
4. Koperasi
Peranan lembaga ini dapat dilihat dari fungsinya sebagai penyalur input-
input dan hasil pertanian. Pada perkembangannya di Indonesia KUD
terhambat karena KUD dibentuk hanya untuk memenuhi keinginan
pemerintah, modal terbatas, pengurus dan pegawai KUD kurang
profesional.
5. Lembaga penyuluhan
Berperan dalam memberikan layanan informasi dan pembinaan teknik
produksi, budidaya pertanian. Peranan lembaga ini akhir-akhir ini
menurun sehingga perlu penataan dan upaya pemberdayaan kembali
dengan deskripsi yang terbaik. Peranannanya bukan lagi sebagai penyuluh
penuh, melainkan lebih kepada fasilitator dan konsultan pertanian rakyat.
6. Lembaga Riset Agribinis
Lembaga ini jauh ketinggalan jika dibandingkan dengan negara lain yang
dahulunya berkiblat ke Indonesia. Semua lembaga riset yang terkait
dengan agribinis harus diperdayakan dan menjadikan ujung tombak untuk
mengahasilkan komoditas yang unggul dan daya saing tinggi.
7. Lembaga penjamin dan penanggungan resiko.
Resiko dalam agribisnis tergolong besar, namun hampir semuanya dapat

diatasi dengan teknologi dan manajemen yang handal. Instrumen heading

dalam bursa komoditas juga perlu dikembangkan guna memberikan sarana

penjaminan berbagai resiko dalam agribisnis dan industri pengolahannya.

8. Penanaman Modal

Lembaga yang menagani adalah Departemen terkait dengan bidang usha


masing-masing dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Prosedur penanaman modal telah disusun oleh masing-masing

Departemen terkait dan BKPM. Selai itu terdapat pula suatu daftar bidang

usaha yang tetutup bagi penanaman modal dan bidang usaha yang

dicadangkan bagi golongan ekonomi lemah. Dari berbagai peraturan dan

perundangan penanaman modal yang ada, 75 persen lebih

bersifat regulating, sedangkan yang bersifat facilitating hanya 25 persen.

9. Komisi Kerja

Terbentuknya komisi kerja tetap Departemen Pertanian –Diperindag di

tingkat pusat yang melakukan penyerasian rencana pengembangan

agroindustri melalui identifikasi peluang usaha secara terpadu menurut

wilayah dan jenis komoditas. Di tingkat daerah, seluruh kanwil

Departemen Pertanian dan Diperindag bertugas sebagai unsur pembina

pelaksana pengembangan agribisnis di wilayah masing-masing di bawah

koordinasi Gubernur.

10. Penelitian

Di bidang penelitian dan pengembangan agribisnis, ditunjang oleh Badan

Penelitian dan Pengembangan yang terdapat di tiap Departemen, yaitu

Departemen Pertanian Departemen Perdagangan dan Perindustrian,

Koperasi dan lembaga-lembaga non departemen, misalnya BPPT, LIPI,

AP3I, serta lembaga swasta lainnya. Selain itu terdapat kebijakan

penunjang penelitian dan pengembangan yaitu disisihkannya 5 persen dari

keuntungan BUMN setelah dipotong pajak, untuk biaya penelitian dan


pengembangan, terutama untuk mengembangkan agroindustri berskala

kecil.

11. Perusahaan Inti Rakyat


Ditetapkannya pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR) dalam pengembangan
agribisnis. Dalam pola PIR terdapat perusahaan inti yang membangun
usaha dan fasilitas petani plasma, mengolah dan memasarkan hasil
produksi petani plasma. Petani plasma berkewajiban mengelola usahanya
dengan sebaik-baiknya, menjual hasil kepada perusahaan inti, dan
membayar hutang yang telah dibebankan kepadanya. Pola PIR telah
diterapkan dalam pengembangan perkebunan, persusuan, perunggasan dan
perikanan (tambak udang). Hampir serupa dengan polaPIR adalah pola
Bapak Angkat yang saat ini sedang dicoba untuk diterapkan untuk
pengembangan agroindustri skala kecil. Dalam pelaksanaannya pola PIR
banyak mengalami hambatan terutama hambatan non teknis.

2.2 Kurangnya lembaga penjunjang pada komoditas kelapa

Kurangnya perhatian pemerintah terhadap lembaga penelitian, selain lembaga


penelitian kelapa tidak diurusi, tenaga ahli peneliti kelapa juga tidak mendapatkan
perhatian dari pemerintah. Akibatnya para peneliti utama harus bekerja keras di
luar penelitian, guna mendapatkan tambahan pendapatan.

Keberadaan asosiasi petani sebagai wadah petani dalam melayani kebutuhan


ataupun memperjuangkan aspirasi petani berkaitan dengan peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan petani belum dirasakan manfaatnya oleh anggota.

aktivitas asosiasi petani juga masih sangat tergantung dari fasilitas Pemerintah. Ini
menunjukkan karena ketidakmampuan asosiasi petani untuk menggali sumber
pendanaan. Kondisi seperti ini disebabkan karena adanya berbagai kendala yang
dihadapi seperti belum tersedianya perangkat pendukung organisasi baik fisik
maupun finansial, keterbatasan penguasaan teknologi, akses terhadap sumber
permodalan dan pasar serta terbatasnya kapabilitas pengurus.

2.3 Peran Kelembagaan Dalam komoditas kelapa

Dinas perkebunan menggalakan program penyediaan benih jangka pendek dapat


dilakukan melalui pemanfaatan kelapa Dalam unggul lokal, pemerintah
memberikan bantuan untuk kekurangan akan bibit tersebut untuk mencegah alih
fungsi lahan perkebunan kelapa yang terus meningkat.

Departemen Pertanian berusaha untuk menyediakan bibit unggul yang berasal dari
kebun induk, terutama kebun induk kelapa Dalam komposit
(KIKDK). Pembangunan Kebun Induk Kelapa Dalam Komposit dilakukan dalam
bentuk waralaba benih di mana petani, pengusaha PEMDA dan pengguna lainnya
sebagai penerima waralaba dan Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma
sebagai pemberi waralaba. Pembangunan KIKDK dengan mengikutsertakan
petani/asosiasi petani dan PEMDA akan meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pembangunan, meningkatkan pendapatan, mendorong
komersialisasi perbenihan, dan meningkatkan pendapatan asli daerah
serta mendukung percepatan pelaksanaan otonomi daerah.

Pemerintah melalui Departemen pertanian berusaha meningkatkan produktivitas


kelapa melalui program intensifikasi, rehabilitasi, dan peremajaan; khusus
program peremajaan diintegrasikan dengan pengembangan industri mebel dan
rumah dari kayu kelapa.

Pemerintah daerah berusahan memfasilitasi dan merangsang investasi perusahaan


swasta atau BUMN dalam membangun industri kelapa terpadu dan/atau parsial.

Departemen Pertanian melakukan Inventarisasi dan konsolidasi areal perkebunan


kelapa ke dalam unit-unit manajemen yang memenuhi skala ekonomis
untuk pengembangan industri kelapa terpadu di setiap sentra produksi kelapa
dalam bentuk Kawasan Agribisnis Masyarakat Perkebunan (KAMBUN) sebagai
media pengembangan agribisnis kelapa terpadu.
Departemen Pertanian menentukan dan menetapkan lokasi-lokasi industri kelapa
terpadu dalam Kawasan Agribisnis Masyarakat Perkebunan (KAMBUN) di setiap
sentra produksi kelapa dengan kriteria utamanya adalah daya saing dari produk
yang dihasilkan, baik terhadap produk subtitusinya di dalam negeri maupun
produk impor.

2.4 Peran Kelembagaan prasarana pada komoditas kelapa

Pemerintah Daerah dan Departemen pertanian mengembangkan kelembagaan


petani sebagai media untuk mengembangkan organisasi pengelolaan perkebunan
kelapa yang efisien, produktif dan progresif, khususnya dalam hal
penerapan teknologi baru atau pola pengembangan perkebunan yang baru, serta
sebagai media negosiasi yang kuat dengan mitra bisnis dalam bekerjasama.

FAO (food Agriculture Organization) dalam membantu penyediaan sarana


teknologi untuk pengolahan bahan baku kelapa menjadi gula kelapa pada
kabupaten banjar.

Pemerintah meberlakukan kebijakan fiskal berupa keringanan pajak dan restribusi


yang memberatkan usaha agribisnis perkelapaan.

Departemen Pertanian mengembangkan networking antar asosiasi petani, antar


asosiasi petani dengan asosiasi perusahaan pengolahan, dan pelaku-pelaku lainnya
dalam sistem agribisnis kelapa.

Departemen Pertanian membangun kelembagaan semacam “Coconut Board”


sebagai “services provider” bagi para pelaku dalam usaha dan sistem agribisnis
perkelapaan.
III. KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat pada makalah ini yaitu

1) Kurangnya perhatian pemerintah terhadap lembaga penelitian, selain lembaga


penelitian kelapa tidak diurusi, tenaga ahli peneliti kelapa juga tidak
mendapatkan perhatian dari pemerintah. Akibatnya para peneliti utama harus
bekerja keras di luar penelitian, guna mendapatkan tambahan pendapatan.

2) Peran kelembagaan dan jasa layanan penunjang adalah untuk meningkatkan


partisipasi masyarakat dalam meningkatkan pendapatan, mendorong
komersialisasi perbenihan, dan meningkatkan pendapatan asli daerah
serta mendukung peran pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Prospek dan Arah


Pengembangan Agribisnis Kelapa (Edisi Kedua). Departemen Pertanian
Republik Indonesia. Jakarta.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 1996. Statistik Perkebunan Kelapa di Indonesia


Kementrian Pertanian Republik Indonesia. Jakarta

Jumar. 2008. Agribisnis Tanaman Kelapa. Grafindo Persada. Jakarta


SUBSISTEM AGRIBISNIS JASA LAYANAN PENUNJANG
KOMODITAS KELAPA
(Tugas Struktur Manajemen Agribisnis)

Oleh

Endang Kasihati
1714131043

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019

Anda mungkin juga menyukai