Resume Buku Evaluasi Pendidikan
Resume Buku Evaluasi Pendidikan
Resume Buku Evaluasi Pendidikan
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Evaluasi bukan lagi merupakan hal yang asing dalam kehidupan masa
sekarang, apalagi dalam dunia pendidikan. Istilah evaluasi mempunyai padanan
kata dalam bahasa Indonesia, yaitu penilaian. Salah satu cara untuk memperbaiki
proses pendidikan yang paling efektif ialah dengan mengadakan evaluasi tes hasil
belajar. Hasil tes itu diolah sedemikian rupa sehingga dari hasil pengolahan itu
dapat diketahui komponen-komponen manakah dari proses belajar-mengajar itu
yang masih lemah.
Sekarang ini banyak orang yang melakukan kegiatan evaluasi, tetapi tidak
mempunyai pemahaman terhadap istilah evaluasi tersebut. Hal ini tentunya akan
menimbulkan masalah dalam proses pendidikan pada umumnya, dan proses
pembelajaran pada khususnya. Karena aktivitas evaluasi tidak mempunyai syarat
evaluasi sebagai suatu konsep pendidikan, dan banyak aktivitas evaluasi yang
tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada.
Oleh karena itu guru atau calon guru harus dibekali bagaimana cara
mengevaluasi pembelajaran yang baik dan sesuai dengan tujuan yang telah
dirumuskan. Karena evaluasi bukan hanya suatu proses untuk mengklasifikasikan
keberhasilan atau kegagalan dalam belajar, tetapi juga sangat penting untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengajaran.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENDAHULUAN
2. Penilaian Pendidikan
2
Tyler (1950). Ahli ini mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses
pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian
mana tujuan tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya.
Definisi ini diperluaskan oleh dua ahli lain, yakni Cronbach dan Stufflebeam.
Tambahan definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan sekedar
mengukur sejauh mana tujuan tercapai, digunakan untuk membuat keputusan.
3. Mengapa Menilai?
Menurut suharsimi arikunto ada beberapa makna dari proses penilaian antara lain
sebagai berikut:
Dengan diadakannya penilaian maka siswa dapt mengetahui sejauh man telah
berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Hasil yang diperoleh oleh
siswa ada 2 kemungkinan :
1) Dengan hasil penilaian guru dapat mengetahui siswa mana saja yang
berhak melanjutkan pelajaran.
2) Guru dapat mengetahui apakah pelajaran yang ia sampaikan tepat sasaran
kepada siswa.
3) Guru akan mengetahui apakah metode yang ia gunakan sudah dapat
maksimal atau belum.
3
1) Apabila guru-guru mangadakan penilaian akan diketahui hasil siswa, maka
dapat diketahui pula apakah kondisi belajar disekolah sudah sesuai
harapan atau belum.
2) Akan ada informasi tentang tepat tidaknya kurikulum sekolah.
3) Akan ada informasi hasil penilaian dari tahun ke tahun yang bias
digunakan sebagai pedoman dari tahun ke tahun.
Dengan diketahuinya makna dari penilaian, maka dapat dikatakan bahwa fungsi
penilaian adalah sebagai berikut:
Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi syarat, maka
dengan melihat hasilnya guru dapat mengetahui kelemahan siswa. Disamping itu
akan diketahui pula sebab-sebab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan
penilaian guru sebanarnya melakukan diagnosis kepada siswanya.
Setiap siswa sejak lahir telah membawa bakat sendiri-sendiri sehingga belajar
akan lebih efektif jika di sesuaikan dengan pembawaan yang ada. Untuk dapat
menentukan dengan pasti kelompok mana yang sesuai dengan kemampuan siswa,
maka digunakan suatu penilaian.
Fungsi ini dimaksudkan untuk mengetahui suatu mana suatu program berhasil
diterapkan kepada siswa.Jadi dapat disimpulkan bahwa penilaian berfungsi
sebagai alat ukur keberhasilan dalam proses belajar.
4
5. Ciri-Ciri Penilaian dalam Pendidikan
a. Ciri pertama yaitu bahwa penilaian dilakukan secara tidak langsung. Dalam
contoh ini kita menilai kepandaian melalui ukuran menyelesaikan soal.
d. Ciri keempat yaitu bersifat relatif artinya tidak selalu tetap dari waktu ke waktu
yang di sebabkan banyak faktor. contoh nilai ulangan MTK pertama tia adalah 90
namun ulangan keduanya hanya 40.
1. Subjek Evaluasi
Dalam keterangan ini yang di maksud dengan subjek evaluasi adalah orang yang
melakukan pekerjaan evaluasi. Siapa yang dapat di sebut sebagai subjek evaluasi
untuk setiap tes, di tentukan oleh suatu aturan pembagian tugas atau ketentuan
yang berlaku.
Ada pandangan lain yang mengatakan subjek evaluasi adalah siswa, yakni orang
yang di evaluasi, dalam hal ini yang di pandang sebagai objek evaluasi adalah
5
mata pelajarannya. Pandangan lain mengatakan siswa sebagai objek evaluasi dan
guru sebagai subjek evaluasi.
2. Objek Evaluasi
Yang dimaksud dengan objek atau sasaran evaluasi adalah hal-hal uang menjadi
pusat perhatian untuk dievaluasi. Apa pun yang ditentukan oleh evaluator atau
penilaian untuk dievaluasi, itulah yang disebut dengan objek evaluasi.
3. Sasaran Evaluasi
a. In Put
Berkenaan dengan hal ini ada beberapa aspek yang harus di perhatikan untuk
mencapai hasil yang di inginkan, yaitu :
· Kemampuan
· Kepribadian
· Sikap
· Intelegensi
b. Transformasi
Di sini ada beberapa unsur yang dapat menjadi sasaran atau objek pendidikan
demi di perolehnya hasil pendidikan yang di harapkan, yaitu :
· Kurikulum/materi
· Metode dan cara penilaian
· Media
6
· Sistem administrasi
· Pendidik dan anggotahnya.
c. Out Put
Penilaian atas lulusan suatu sekolah di lakukan untuk mengetahui seberapa jauh
tingkah pencapaian atau prestasi belajar mereka selama mengikuti program
tersebut dengan menggunakan tes pencapaian.
1. Prinsip Evaluasi
Ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya
triangulasi atau hubungan erat tiga komponen, yaitu:
Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan
sudah tercapai. Dengan makna demikian maka anak panah berasal dari evaluasi
menuju ke tujuan. Di lain sisi, jika dilihat dari langkah, dalam menyusun alat
evaluasi ia mengacu pada tujuan yang sudah dirumuskan.
Seperti yang sudah disebutkan dalam poin (a), KBM dirancang dan disusun
dengan mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan. Telah disebutkan pula dalam
7
poin (b) bahwa alat evaluasi juga disusun dengan mengacu pada tujuan. Selain
mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu atau disesuaikan dengan KBM
yang dilaksanakan. Sebagai misal, jika kegiatan belajar-mengajar dilakukan oleh
guru dengan menitikberatkan pada keterampilan, evaluasinya juga harus
mengukur tingkat keterampilan siswa, bukannya aspek pengetahuan.
2. Alat Evaluasi
Secara garis besar, maka alat-alat evaluasi yang digunakan dapat digolongkan
menjadi dua macam, yaitu tes dan non tes. Dibawah ini akan dijelaskan secara
rinci macam-macam tes dan non tes.
1) Skala Bertingkat
Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil
pertimbangan. Sebagai contoh adalah skor yang diberikan oleh guru di sekolah
untuk menggambarkan tingkat prestasi belajar siswa.
2) Kuesioner
4) Wawancara
8
Wawancara atau interview adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan
jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak.
5) Pengamatan
Pengamatan atau observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.
6) Riwayat hidup
Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa
kehidupannya
b. Teknik Tes
Dapat disimpulkan bahwa tes merupakan suatu alat pengumpul informasi tetapi
jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes ini bersifat lebih resmi karena
penuh dengan batasan-batasan
Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka dibedakan atas adanya
tiga macam tes, yaitu:
Tes diagnostic. Tes Diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan
tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.
Tes Formatif. Dari kata “form” yang merupakan dasar dari istilah “formatif”
maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa
telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu.
Tes Sumatif. Evaluasi sumatif atau tes sumatif merupakan tes yang
dilaksanakan setelah berakhirnya sekelompok program atau sebuah program
yang lebih besar.
4.MASALAH TES
1. Pengertian
9
Istilah tes berasal dari bahasa Prancis Kuno yaitu “testum” yang berarti piring
untuk menyisihkan logam mulia. Dalam bahasa Indonesia tes diterjemahkan
sebagai ujian atau percobaan.
Menurut Arikunto (2010: 53), tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan
untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-
aturan yang sudah ditentukan.
Suharsismi Arikunto (2008: 57-62) menyatakan bahwa suatu tes dapat dikatakan
baik apabila memenuhi lima syarat yaitu:
a) Validitas merupakan ketepatan, tes yang sebagai alat ukur dikatakan valid
jika tes itu tepat pada hasil belajar dan akan menghasilkan yang valid pula.
b) Reliabilitas, jika memberikan hasil yang tetap dari suatu tes, tidak
terpengaruh oleh apapun.
c) Objektifitas berarti tidak ada unsur pribadi yang mempengaruhinya, tidak ada
unsur subjektifitas yang mempengaruhi tes tersebut.
d) Praktikabilitas, tes ini merupakan tes yang praktis, mudah dan tidak
mengecoh. Mudah pelaksanaannya, mudah diperiksa, dan dilengkapi dengan
petunjuk sehingga dapat diberikan kepada orang lain.
e) Ekonomis, bahwa pelaksanaan tes tidak membutuh biaya yang mahal dan
tidak membuang waktu.
5. VALIDITAS
10
Menurut Suharsimi ada dua jenis validitas yaitu validitas logis dan validitas
empiris. Sementara validitas itu terbagi menjadi beberapa4 yaitu validitas isi,
validitas konstrak, validitas “ada sekarang” dan validitas predictive.
Yaitu pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut.
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus
tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Validitas isi
merupakan validitas yang diperhitungkan melalui pengujian terhadap isi alat ukur
dengan analisis rasional.
Setiap kali kita menyebutkan istilah “ramalan” maka didalamnya akan terkandung
pengertian mengenai “sesuatu yang bakal terjadi masa yang akan datang “ atau
sesuatu yang pada saat sekarang belum terjadi dan baru akan terjadi pada waktu-
waktu yang akan datang. Apabila istilah ramalan dikaitkan dengan validitas tes
maka yang dimaksut dengan validitas ramalan dari suatu tes adalah suatu kondisi
yang menunjukkan seberapa jauhkah sebuah tes telah dapat dengan secara tepat
11
menunjukkan kemampuannya untuk meramalkan apa yang bakal terjadi pada
masa yang akan datang.
Tes sebagai alat pengukur dapat dikatakan telah memiliki validitas bandingan
apabila tes tersebut dalam kurun waktu yang sama dengan secara tepat telah
mampu menunjukkan adanya hubungan yang searah antara tes pertama dengan tes
berikutnya. Menurut Suharsimi dalam hal ini tes dipasangkan dengan hasil
pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga data
pengalaman tersebut sekarang sudah ada.
Tes terstandar adalah tes yang telah dicobakan berkali-kali sehingga dapat
dijamin kebaikannya.
5. Validitas Faktor
Selain validitas soal secara keseluruhan dan validitas butir atau item, masih ada
lagi yang perlu diketahui validitasnya, yaitu faktor-faktor atau bagian keseluruhan
materi. Setiap keseluruhan materi pelajaran terdiri dari pokok-pokok bahasan atau
mungkin sekelompok pokok bahasan yang merupakan satu kesatuan.
6. RELIABILITAS
12
1. Arti Reabilitas Bagi Sebuah Tes
Sekali lagi reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subyek
yang sama. Untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya dilihat kesejajaran
hasil.
Kriterium yang digunakan untuk mengetahui ketetapan ada yang berada diluar tes
(consistency external) dan pada tes itu sendiri (consistency internal).
Tes parallel atau tes ekuivalen adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan
tujuan, tingkat kesukaran, dan susunan, tetapi butir-butir soalnya berbeda. Dalam
istilah bahasa inggris disebut alternate-forms method (parallel forms).
Dalam menggunakan metode paralel ini pengetes harus menyiapkan dua buah tes,
dan masing-masing dicobakan pada kelompok siswa yang sama. Oleh karena itu,
ada orang yang menyebutkan sebagai double tes-daubel-trial method.
Metode tes ulang dilakukan orang untuk menghindari penyusunan dua seri tes.
Dalam menggunakan teknik atau metode ini pengetes hanya memiliki satu seri tes
tetapi dicobakan dua kali. Oleh karena tesnya hanya satu dan dicobakan dua kali,
maka metode ini dapat disebut dengan single-test-double-trial method. Kemudian
hasil dari kedua tes tersebut dihitung korelasinya.
13
Kelemahan penggunaan metode dua tes dua kali percobaan dan satu tes dua kali
percobaandiatasi dengan metode ketiga ini yaitu metode belah dua. Dalam
menggunakan metode ini pengetes hanya menggunakan sebuah tes yang
dicobakan satu kali. Oleh karena itu, disebut juga single-test-single-trial method.
7. TAKSONOMI
Secara bahasa taksonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu tassein dan
nomos. Tassein yang berarti untuk mengelompokkan dan nomos yang berarti
aturan. Taksonomi dapat pula diartikan secara istilah yaitu, sebagai
pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu.
Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan
pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain,
yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh
Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956, sehingga sering pula
disebut sebagai "Taksonomi Bloom".
2. Taksonomi Bloom
Menurut taksonomi Bloom ini tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain
(ranah, kawasan), dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian
yang lebih rinci berdasarkan hirarkhinya. Domain-domain tersebut antara lain:
14
b. Guilford telah menciptakan pola yang menggambarkan struktur intelek dalam
bentuk kubus
8. TUJUAN INTRUKSIONAL
Ada empat komponen pokok yang harus nampak dalam rumusan indikator hasil
belajar seperti yang digambarkan dalam pertanyaan berikut:
a) Siapa yang belajar atau yang diharapkan dapat mencapai tujuan atau
mencapai hasil belajar itu?
15
b) Tingkah laku atau hasil belajar yang bagaimana yang diharapkan dapat
dicapai itu?.
c) Dalam kondisi yang bagaimana hasil belajar itu dapat ditampilkan?
d) Seberapa jauh hasil belajar itu bisa diperoleh.
Tingkah laku akhir adalah tingkah laku yang diharapkan setelah peserta didik
mengalami proses belajar. Di sini tingkah laku ini harus menampakkan diri dalam
suatu perbuatan yang dapat diamati dan diukur (observable and measurable).
6. Kata-Kata operasioanal
a. Kognitif
16
Aplikasi. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: mengubah,
menghitung, mendemonstrasikan, menemukan, memanipulasi,
memodifikasi, mengoperasikan, meramalkan, menyiapkan, menghasilkan,
menghubungkan, menunjukkan, memecahkan, menggunakan.
Analisis. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: memerinci,
menyusun diagram, membedakan, mengidentifikasi, mengilustrasikan,
menyimpulkan, menunjukkan, menghubungkan, memilih, memisahkan,
membagi (subdivides).
Sintesis. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: mengategorikan,
mengombinasikan, mengarang, menciptakan, membuat desain, menjelaskan,
memodifikasikan, mengorganisasikan, menyusun, membuat rencana,
mengatur kembali, merekronstuksikan, menghubungkan,
mereorganisasikan, merevisi, menuliskan kembali, menuliskan,
menceritakan.
Evaluasi. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: menilai,
membandingkan, menyimpulkan, mempertentangkan, mengkritik,
mendeskripsikan, membedakan, menerangkan, memutuskan, menafsirkan,
menghubungkan, membantu (supports).
b. Afektif
17
Organization. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: mengubah,
mengatur, menggabungkan, membandingkan, melengkapi,
mempertahankan, menerangkan, menggeneralisasikan,
mengidentifikasikan, mengintregasikan, memodifikasikan, mengorganisir,
menyiapkan, menghubungkan, mensistesiskan.
Characterization by value or value complex. Kata-kata instruksional yang
sering digunakan: membedakan, menerapkan, mengusulkan,
memperagakan, mempengaruhi, mendengarkan, memodifikasikan,
mempertunjukkan, menanyakan, merevisi, melayani, memecahkan,
menggunakan.
c. Psikomotorik
7. Kondisi Demonstrasi
Kondisi demonstrasi adalah komponen TIK yang menyatakan suatu kondisi atau
situasi yang dikenakan kepadapeserta didik pada saat pendidik
mendemonstrasikan tingkah laku akhir.
18
9. TES STANDAR DAN TES BUATAN GURU
Tes adalah salah satu bentuk instrumen evaluasi untuk mengukur seberapa besar
kemampuan siswa dalam memahami dan menguasai pokok-pokok materi yang
sudah diajarkan. Tes ada yang dibuat oleh seorang guru yang kemudian disebut
tes buatan guru dan ada tes yang sudah memenuhi standar suatu satuan pendidikan
maupun lembaga pendidikan yang kemudian disebut tes terstandar.
Dalam menilai, baik tes terstandar maupun tes buatan guru ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan yang berkaitan dengan validitas dan reliabilitas.
Di antara tes prestasi yang digunakan di sekolah ada yang dinamakan tes prestasi
standar. Dalam salah satu kamus, arti kata ”standar” adalah:
Standar untuk siswa dapat dimaksudkan sebagai suatu tingkat kemampuan yang
harus dimiliki bagi suatu program tertentu. Mungkin standar bagi suatu kursus A
berbeda dengan B. Jadi standar ini dapat dibuat “keras” maupun “lunak”
tergantung dari yang mempunyai kebijaksanaan.
Pertama, marilah kita tinjau perbedaan antara tes standar dengan tes buatan guru.
Perbedaannya adalah sebagai berikut:
Tes Standar
a. Didasarkan atas bahan dan tujuan umum dari sekolah-sekolah di seluruh
Negara.
b. Mencakup aspek yang luas dan pengetahuan atau keterampilan dengan
hanya sedikit butir tes untuk setiap keterampilan atau topik.
c. Disusun dengan kelengkapan staf profesor, pembahas, dan editor butir tes.
19
Tes Buatan Guru
a. Didasarkan atas bahan dan tujuan khusus yang dirumuskan oleh guru
untuk kelasnya sendiri.
b. Dapat terjadi hanya mencakup pengetahuan atau keterampilan yang
sempit.
c. Biasanya disusun sendiri oleh guru dengan sedikit atau tanpa bantuan
orang lain/tenaga ahli.
Sebuah tes yang sudah distandardisasikan dan sudah dapat disebut sebagai tes
standar, biasanya dilengkapi dengan sebuah manual. Manual ini memuat
keterangan-keterangan atau petunjuk-petunjuk yang perlu terutama yang
menjelaskan tentang pelaksanaan, menskor, dan mengadakan interpretasi.
20
10. PENYUSUNAN TES
1. Fungsi Tes
21
d. Menderetkan semua TIK dalam tabel persiapan yang memuat pula
aspek tingkah laku dalam terkandung TIK itu, tabel digunakan untuk
identifikasi terhadap tingkah laku yang dikehendaki, agar tidak
terlewati.
e. Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berfikir
yang diukur beserta imbangan antara kedua hal tersebut. (Uraian
penjelasan tentang tabel spesifikasi i akan kami jelaskan di sub bab
berikutnya)
f. Menuliskan butir-butir soal, didasarkan atas TIK-TIK yang sudah
dituliskan pada tabel TIK dan aspek tingkah laku yang dicakup
3. Komponen-Komponen Tes
a. Buku tes, yakni lembaran atau buku yang memuat butir-butir soal yang mesti
dikerjakan oleh siswa
b. Lembar jawaban tes, yaitu lembaran yang disediakan oleh penilain bagi testee
untuk mengerjakan tes, untuk bentuk pilihan ganda dibuat lembaran nomor dan
huruf A, B, C, D, E menurut banyaknya alternative yang disediakan
22
1. Bentuk-Bentuk Tes
a. Tes subyektif. Secara umum soal subyektif adalah pertanyaan yang menuntut
peserta didik menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan,
membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan
tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.
b. Tes objektif. Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat
dilakukan secara objektif (Arikunto, 1995 : 165). Karena sifatnya yang objektif
maka penskorannya dapat dilakukan dengan bantuan mesin.
a. Bentuk Tes Benar Salah (True-False Test). Tes benar salah adalah bentuk tes
yang mengajukan beberapa pernyataan yang bernilai benar atau salah.
Ø Dapat mencakup bahan yang luas dan tidak memakan tempat yang banyak
Ø Mudah dalam penyusunannya
Ø Petunjuk mengerjakannya mudah dimengerti
Ø Dapat digunakan berkali-kali
Ø Objektif
Ø Praktis
o Mudah ditebak
o Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan kemungkinan
benar atau salah
o Reliabilitasnya rendah.
o Hanya dapat mengungkapkan daya ingat dan pengenalan kembali
23
b. Bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choice Test). Tes pilihan ganda merupakan tes
yang menggunakan pengertian/ pernyataan yang belum lengkap dan untuk
melengkapinya maka kita harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban
benar yang telah disiapkan.
Kelebihan:
Kelemahan:
d. Tes Isian (Complementary Test). Tes isian terdiri dari kalimat yang dihilangkan
(diberi titik-titik). Bagian yang dihilangkan ini yang diisi oleh peserta tes
merupakan pengertian yang diminta agar pernyataan yang dibuat menjadi
pernyataan yang benar.
Pengukuran ranah afktif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena
dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah, Menerima (memperhatikan),
24
merespon, menghargai, mengorganisasi, dan karakteristik suatu nilai.Sedangkan
tujuan penilaian afektif adalah :
a) Untuk mendapatkan umpan balik (feedback) baik bagi guru maupun siswa
sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan
program perbaikan (remedial program) bagi anak didiknya.
b) Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai
antara lain diperlukan sebagai bahan bagi : perbaikan tingkah laku anak didik,
pemberian laporan kepada orang tua, dan penentuan lulus tidaknya anak didik.
c) Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar mengajar yang tepat,
sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik.
d) Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku
anak didik.
a. Skala Likert
Skala Likert di gunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan resepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena social. Dalam penelitian, fenomena
social ini telah di tetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya di sebut
sebagai variable penelitian
Skala ini bentuknya seperti soal bentuk pilihan ganda yaitu suatu pernyataan yang
diikuti oleh sejumlah alternative pendapat.
c. Skala Thurstone
d. Skala Guttman
25
Skala pengukuran dengan tipe ini, akan di dapat jawaban yang tegas, yaitu ya atau
tidak, benar atau salah, pernah atau tidak, positif atau negative dan lain – lain.
e. Semantic Deferensial.
Fungsi dari tabel spesifikasi ialah untuk menjaga agar tes yang kita susun tidak
menyimpang dari bahan (materi) serta aspek kejiwaan (tingkah laku) yang akan
dicakup dalam tes.
2. Langkah-Langkah Pembuatan
Yang dimaksud “seragam” disini adalah bahwa antara pokok materi yang satu
dengan pokok materi yang lain mempunyai kesamaan dalam imbangan aspek
tingkah laku. Misalnya 50% untuk ingatan, 30% untuk pemahaman, dan 20%
untuk aplikasi. Selanjutnya banyaknya butir soal untuk setiap sel (kotak kecil)
26
diperoleh dengan cara menghitung persentase dari banyaknya soal bagi tiap pokok
materi yang sudah tertulis di kolom paling kanan.
Untuk membuat tabel spesifikasi pokok-pokok materi yang tidak seragam, tidak
perlu mencantumkan angka persentase imbangan tingkah laku di kepala kolom.
Pemberian imbangan dilakukan tiap pokok materi didasarkan atas banyaknya soal
untuk pokok materi itu dan imbangan yang dikehendaki oleh penilaian menurut
sifat pokok materi yang bersangkutan.
a. Menentukan bentuk soal. Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan bentuk soal yaitu waktu yang tersedia dan sifat materi yang diteskan.
27
c. Mengadakan checking validitas. Validitas yang paling penting dari tes
buatan Guru adalah validitas kurikuler.
Mempunyai realibilitas yang tinggi adalah bahwa kebanyakan dari soal-soal tes
itu mempunyai daya pembeda yang tinggi.
Untuk mengetahui kapan soal dikatakan baik, kurang baik, dan soal yang jelek
sangat berhubungan dengan analisis soal, yaitu taraf kesukaran, daya pembeda,
dan pola jawaban soal.
a) Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal
yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di
luar jangkauannya.
b) Daya Pembeda.
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara
siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Pola jawaban yang dimaksud adalah distribusi testee dalam hal menentukan
pilihan jawaban pada soal bentuk pilihan ganda. Pola jawaban soal diperoleh
dengan menghitung banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban a, b, c, atau d
atau yang tidak memilih pilihan manapun.
28
1. Pengertian Umum Penilaian Kelas
2. Jenis Penilaian
29
g. Respons atau ujian praktik, digunakan pada mata pelajaran tertentu yang
membutuhkan praktikum, meliputi pra kegiatan untuk mengetahui kesiapan
peserta didik, dan pasca kegiatan, untuk mengetahui pencapaian KD.
h. Laporan kerja praktik, dilakukan oleh guru pada mata pelajaran tertentu yang
memang membutuhkan praktikum dengan mengamati suatu gejala dan perlu
dilaporkan.
i. Penilaian portofolio, yaitu kumpulan hasil belajar/karya peserta didik.
3. Bentuk-Bentuk Penilaian
30
Penilaian diri dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik
karena mereka diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri. Juga
dapat mendorong, membiasakan dan melatih peserta didik untuk berbuat
jujur, karena ketika melakukan penilaian diri, mereka dituntut untuk jujur
dan objektif.
1. Menskor
Di samping penyusunan dan pelaksanaan tes itu sendiri, menskor dan menilai
merupakan pekerjaan yang menuntut ketekunan yang luar biasa dari penilai,
ditambah dengan kebijaksanan-kebijaksanaan tertentu. Nama lain menskor adalah
memberi angka.
(1) Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk betul-salah.
Untuk tes bentuk betul-salah (true-false) yang dimaksud dengan kunci jawaban
adalah deretan jawaban yang kita persiapkan untuk pertanyaan atau soal-soal yang
kita susun, sedangkan kunci scoring adalah alat yang kita gunakan untuk
mempercepat pekerjaan scoring.
(2) Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk pilihan ganda
(multiple choice)
Dengan tes bentuk pilihan ganda, testee diminta melingkari salah satu huruf di
depan pilihan jawaban yang disediakan atau membubuhkan tanda lingkaran atau
tanda silang (x) pada tempat yang sesuai di lembar jawaban.
(3) Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk jawab singkat
(sort answer test)
31
Tes bentuk jawab singkat adalah bentuk tes yang menghendaki jawaban berbentuk
kata atau kalimat pendek. Melihat namanya, maka jawaban untuk tes tersebut
tidak boleh berbentuk kalimat-kalimat panjang, tetapi harus sesingkat mungkin
dan mengandung satu pengertian. Dengan persyaratan inilah maka bentuk tes ini
dapat digolongkan ke dalam bentuk tes objektif.
(4) Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk menjodohkan
(matching)
Pada dasarnya tes bentuk menjodohkan adalah tes bentuk pilihan ganda, dimana
jawaban-jawabannya dijadikan satu, demikian pertanyaan-pertanyaannya. Kunci
jawaban tes bentuk menjodohkan dapat berbentuk deretan jawaban yang
dikehendaki atau deretan nomor yang diikuti oleh huruf-huruf yang terdapat di
depan alternative jawaban.
(5) Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk uraian (essay
test)
Tidak ada jawaban yang pasti terhadap tes bentuk uraian ini. Jawaban yang kita
peroleh akan sangat beraneka ragam, berada dari siswa satu ke siswa lain. Untuk
menetukan standar terlebih dahulu, tentulah sukar.
Nilai : adalah angka ubahan dari skor dengan menggunakan acuan tertentu, yakni
acuan normal atau acuan standar.Secara rinci skor dapat dibedakan atas tiga
macam, yaitu skor yang diperoleh (obtained score), skor sebenarnya (true score),
dan skor kesalahan (error score).
32
3. Norm ReferenceddanCriterion Referenced
Apabila standar mutlak dan standar relatif ini dihubungkan dengan pengubahab
skor menjadi nilai, maka akan terlihat demikian.
(1) Pemberian skor terhadap siswa, didasarkan atas pencapaian siswa terhadap
tujuan yang ditentukan.
(2) Nilai diperoleh dengan mencari skor rata-rata langsung dari skor asal (skor
mentah).
(1) pemberian skor terhadap siswa juga didasakan atas pencapaian siswa
terhadap tujuan yang ditentukan
a. Skala Bebas
33
Skala bebas yaitu skala yang tidak tetap, ada kalanya skor tertinggi 20, lain kali
lagi 50. Ini semua tergantung dari banyak dan bentuk soal. Jadi, angka tertinggi
dari skala yang di gunakan tidak selalu sama.
b. Skala 1-10
Dalam skala 1-10, guru jarang memberikan angka pecahan, misalnya 5,5. Angka
5,5 tersebut di bulatkan menjadi 6. Dengan menggunakan skala 1-10 maka
bilangan bulat yang ada masih menunjukan penilaian yang agak kasar.
c. Skala 1-100
d. Skala huruf
2. Distribusi Nilai
Pemberian skor terhadap siswa, didasarkan atas pencapaian siswa terhadap tujuan
yang ditentukan. Nilai diperoleh dengan mencari skor rata-rata langsung dari skor
asal (mentah). Namun demikian dengan standar mutlak ini mungkin pula
diperoleh gambar kurva normal jika soal-soal tes disusun oleh guru dengan tepat
seperti gambaran kecakapan siswa-siswanya.
34
dalam kelompok. Dalam hal ini tanpa menghiraukan apakah distribusi skor
terletak dalam kurva juring positif atau juring negative, tetapai dalam norm
refrenced selalu tergambar dalam kurva normal.
3. Standar Nilai
a. Nilai standar berskala Sembilan (stannine), yaitu rentangan atau skala nilai yang
bergerak mulai dari 1 sampai dengan 9.
b. Nilai standar berskala sebelas (standar eleven/ stanel= eleven points scale),
yaitu skala nilai yang bergerak mulai dari nilai 0 sampai dengan nilai 10, yang
dikembangkan oleh Fakultas Ilmu Pendidikan UGM disesuaikan dengan system
penilaian di Indonesia. Dengan stanel ini, system penilaian membagi skala
menjadi 11 golongan, yaitu angka-angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, yang satu
sama lain berjarak sama. Tiap-tiap angka menempati jarak antara
35
2. Objek atau Sasaran Evaluasi Progam.
Ø Input(masukan)
Ø Guru.
Ø Lingkungan manusia.
36
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses yang terjadi
dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran memiliki 3 hal penting yaitu,
input, transformasi dan output. Tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses
belajar mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai
tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakan
tindak lanjutnya.
37
DAFTAR PUSTAKA
38