Resume Buku Evaluasi Pendidikan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 38

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Evaluasi bukan lagi merupakan hal yang asing dalam kehidupan masa
sekarang, apalagi dalam dunia pendidikan. Istilah evaluasi mempunyai padanan
kata dalam bahasa Indonesia, yaitu penilaian. Salah satu cara untuk memperbaiki
proses pendidikan yang paling efektif ialah dengan mengadakan evaluasi tes hasil
belajar. Hasil tes itu diolah sedemikian rupa sehingga dari hasil pengolahan itu
dapat diketahui komponen-komponen manakah dari proses belajar-mengajar itu
yang masih lemah.
Sekarang ini banyak orang yang melakukan kegiatan evaluasi, tetapi tidak
mempunyai pemahaman terhadap istilah evaluasi tersebut. Hal ini tentunya akan
menimbulkan masalah dalam proses pendidikan pada umumnya, dan proses
pembelajaran pada khususnya. Karena aktivitas evaluasi tidak mempunyai syarat
evaluasi sebagai suatu konsep pendidikan, dan banyak aktivitas evaluasi yang
tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada.
Oleh karena itu guru atau calon guru harus dibekali bagaimana cara
mengevaluasi pembelajaran yang baik dan sesuai dengan tujuan yang telah
dirumuskan. Karena evaluasi bukan hanya suatu proses untuk mengklasifikasikan
keberhasilan atau kegagalan dalam belajar, tetapi juga sangat penting untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengajaran.

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN

1. Pengertian Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi

Menurut Prof. Dr. Suharsimi Arikunto dalam bukunya dasar-dasar evaluasi


pendidikan, yang menyatakan : kita tidak dapat mengadakan penilain sebelum kita
mengadakan pengukuran.

Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran


bersifat kuantitatif.

Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran


baik dan buruk. Penilaian bersifat kuantitatif.

Mengadakan Evaluasi meliputi kedua langkah diatas, yakni mengukur dan


menilai.

Jadi, dalam istilah asing pengukuran adalah Measurement, sedang penilaian


adalah Evaluation. Dari kata evaluation inilah diperoleh kata evaluasi yang berarti
menilai (tetapi dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu). Jadi evaluasi adalah
kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang
selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat
dalam mengambil keputusan, yang dimaksudkan untuk membantu para guru
dalam pengambil keputusan dalam usaha menjawab pertanyaan atau
permasalahan yang ada. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan
informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan
kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.

2. Penilaian Pendidikan

Dalam pendidikan, ada awalnya pengertian evaluasi pendidikan selalu dikaitkan


dengan prestasi belajar siswa. Definisi yang pertama dikembangkan oleh Ralph

2
Tyler (1950). Ahli ini mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses
pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian
mana tujuan tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya.
Definisi ini diperluaskan oleh dua ahli lain, yakni Cronbach dan Stufflebeam.
Tambahan definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan sekedar
mengukur sejauh mana tujuan tercapai, digunakan untuk membuat keputusan.

3. Mengapa Menilai?

Menurut suharsimi arikunto ada beberapa makna dari proses penilaian antara lain
sebagai berikut:

a. Makna Bagi siswa

Dengan diadakannya penilaian maka siswa dapt mengetahui sejauh man telah
berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Hasil yang diperoleh oleh
siswa ada 2 kemungkinan :

1) Memuaskan. Jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan siswa akan


memiliki motvasi yang cukup besar agar dapat belajar lebih giat.
2) Tidak Memuaskan. Jika siswa tidak puas dengan hasil yang diperolehnya,
maka ia akan beruaha agar lain kali tidak seperti itu lagi.

b. Makna bagi guru

1) Dengan hasil penilaian guru dapat mengetahui siswa mana saja yang
berhak melanjutkan pelajaran.
2) Guru dapat mengetahui apakah pelajaran yang ia sampaikan tepat sasaran
kepada siswa.
3) Guru akan mengetahui apakah metode yang ia gunakan sudah dapat
maksimal atau belum.

c. Makna Bagi Sekolah

3
1) Apabila guru-guru mangadakan penilaian akan diketahui hasil siswa, maka
dapat diketahui pula apakah kondisi belajar disekolah sudah sesuai
harapan atau belum.
2) Akan ada informasi tentang tepat tidaknya kurikulum sekolah.
3) Akan ada informasi hasil penilaian dari tahun ke tahun yang bias
digunakan sebagai pedoman dari tahun ke tahun.

4. Tujuan atau Fungsi Penilaian

Dengan diketahuinya makna dari penilaian, maka dapat dikatakan bahwa fungsi
penilaian adalah sebagai berikut:

a. Penilaian berfungsi selektif.

Dengan cara penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksiatau


penilaian terhadap siswanya.

b. Penilaian berfungsi diagnostik.

Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi syarat, maka
dengan melihat hasilnya guru dapat mengetahui kelemahan siswa. Disamping itu
akan diketahui pula sebab-sebab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan
penilaian guru sebanarnya melakukan diagnosis kepada siswanya.

c. Penilaian berfungsi sebagai penempatan

Setiap siswa sejak lahir telah membawa bakat sendiri-sendiri sehingga belajar
akan lebih efektif jika di sesuaikan dengan pembawaan yang ada. Untuk dapat
menentukan dengan pasti kelompok mana yang sesuai dengan kemampuan siswa,
maka digunakan suatu penilaian.

d. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan.

Fungsi ini dimaksudkan untuk mengetahui suatu mana suatu program berhasil
diterapkan kepada siswa.Jadi dapat disimpulkan bahwa penilaian berfungsi
sebagai alat ukur keberhasilan dalam proses belajar.

4
5. Ciri-Ciri Penilaian dalam Pendidikan

Ciri-ciri penilaian antara lain sebagai berikut:

a. Ciri pertama yaitu bahwa penilaian dilakukan secara tidak langsung. Dalam
contoh ini kita menilai kepandaian melalui ukuran menyelesaikan soal.

b. Ciri kedua yaitu pengunaan ukuran kuantitatif. Penilaian bersifat kuantitatif


artinya mengunakan simbol bilangan sebagai hasil pertama pengukuran. Setelah
itu lalu diinterpretasikan ke bentuk kualitatif. Contoh : dari hasil pengukuran tia
mempunyai IQ 126 sedangkan budi 89. Maka tia dapat dikatagorikan sebagai
anak pandai sedangkan budi anak dibawah rata-rata.

c. Ciri ketiga yaitu bahwa penilaian pendidikan mengunakan, unit-unit atau


satuan-satuan yang tetap misalnya, IQ 126 menurut unit pengukurannya termasuk
anak yang pandai sedangkan 89 termasuk anak dibawah rata-rata.

d. Ciri keempat yaitu bersifat relatif artinya tidak selalu tetap dari waktu ke waktu
yang di sebabkan banyak faktor. contoh nilai ulangan MTK pertama tia adalah 90
namun ulangan keduanya hanya 40.

e. Ciri kelima bahwa dalam penilaian pendidikan sering terjadi kesalahan-


kesalahan.

2. SUBJEK DAN SASARAN EVALUASI

1. Subjek Evaluasi

Dalam keterangan ini yang di maksud dengan subjek evaluasi adalah orang yang
melakukan pekerjaan evaluasi. Siapa yang dapat di sebut sebagai subjek evaluasi
untuk setiap tes, di tentukan oleh suatu aturan pembagian tugas atau ketentuan
yang berlaku.

Ada pandangan lain yang mengatakan subjek evaluasi adalah siswa, yakni orang
yang di evaluasi, dalam hal ini yang di pandang sebagai objek evaluasi adalah

5
mata pelajarannya. Pandangan lain mengatakan siswa sebagai objek evaluasi dan
guru sebagai subjek evaluasi.

2. Objek Evaluasi

Yang dimaksud dengan objek atau sasaran evaluasi adalah hal-hal uang menjadi
pusat perhatian untuk dievaluasi. Apa pun yang ditentukan oleh evaluator atau
penilaian untuk dievaluasi, itulah yang disebut dengan objek evaluasi.

Beberapa hal yang perlu dibicarakan dalam objek evaluasi adalah :

a. Penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)


b. Penilaian Tiga Ranah Psikologis
c. Penilaian Aspek Afektif

3. Sasaran Evaluasi

Adapun sasaran evaluasi di sini mencakup beberapa sasaran penilaian untuk


unsure-unsurnya, meliputi : Input, Transformasi dan Out put.

a. In Put

Berkenaan dengan hal ini ada beberapa aspek yang harus di perhatikan untuk
mencapai hasil yang di inginkan, yaitu :

· Kemampuan
· Kepribadian
· Sikap
· Intelegensi
b. Transformasi
Di sini ada beberapa unsur yang dapat menjadi sasaran atau objek pendidikan
demi di perolehnya hasil pendidikan yang di harapkan, yaitu :

· Kurikulum/materi
· Metode dan cara penilaian
· Media

6
· Sistem administrasi
· Pendidik dan anggotahnya.
c. Out Put
Penilaian atas lulusan suatu sekolah di lakukan untuk mengetahui seberapa jauh
tingkah pencapaian atau prestasi belajar mereka selama mengikuti program
tersebut dengan menggunakan tes pencapaian.

3. PRINSIP DAN ALAT EVALUASI

1. Prinsip Evaluasi

Ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya
triangulasi atau hubungan erat tiga komponen, yaitu:

a. Hubungan antara tujuan dengan KBM

Kegiatan belajar-mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar


disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai. Dengan
demikian, anak panah yang menunjukkan hubungan antara keduanya mengarah
pada tujuan dengan makna bahwa KBM mengacu pada tujuan, tetapi juga
mengarah dari tujuan ke KBM, menunjukkan langkah dari tujuan dilanjutkan
pemikirannya ke KBM.

b. Hubungan antara tujuan dengan evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan
sudah tercapai. Dengan makna demikian maka anak panah berasal dari evaluasi
menuju ke tujuan. Di lain sisi, jika dilihat dari langkah, dalam menyusun alat
evaluasi ia mengacu pada tujuan yang sudah dirumuskan.

c. Hubungan antara KBM dengan evaluasi

Seperti yang sudah disebutkan dalam poin (a), KBM dirancang dan disusun
dengan mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan. Telah disebutkan pula dalam

7
poin (b) bahwa alat evaluasi juga disusun dengan mengacu pada tujuan. Selain
mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu atau disesuaikan dengan KBM
yang dilaksanakan. Sebagai misal, jika kegiatan belajar-mengajar dilakukan oleh
guru dengan menitikberatkan pada keterampilan, evaluasinya juga harus
mengukur tingkat keterampilan siswa, bukannya aspek pengetahuan.

2. Alat Evaluasi

Secara garis besar, maka alat-alat evaluasi yang digunakan dapat digolongkan
menjadi dua macam, yaitu tes dan non tes. Dibawah ini akan dijelaskan secara
rinci macam-macam tes dan non tes.

a. Teknik Non Tes

Ada beberapa teknik non-tes yaitu:

1) Skala Bertingkat

Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil
pertimbangan. Sebagai contoh adalah skor yang diberikan oleh guru di sekolah
untuk menggambarkan tingkat prestasi belajar siswa.

2) Kuesioner

Kuesioner (questionaire) juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya,


kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan
diukur.

3) Daftar cocok (check list)

Yang dimaksud dengan daftar cocok adalah deretan pertanyaan, dimana


responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok ( √ ) di tempat yang
sudah disediakan.

4) Wawancara

8
Wawancara atau interview adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan
jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak.

5) Pengamatan

Pengamatan atau observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.

6) Riwayat hidup

Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa
kehidupannya

b. Teknik Tes

Dapat disimpulkan bahwa tes merupakan suatu alat pengumpul informasi tetapi
jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes ini bersifat lebih resmi karena
penuh dengan batasan-batasan

Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka dibedakan atas adanya
tiga macam tes, yaitu:

 Tes diagnostic. Tes Diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan
tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.
 Tes Formatif. Dari kata “form” yang merupakan dasar dari istilah “formatif”
maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa
telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu.
 Tes Sumatif. Evaluasi sumatif atau tes sumatif merupakan tes yang
dilaksanakan setelah berakhirnya sekelompok program atau sebuah program
yang lebih besar.

4.MASALAH TES

1. Pengertian

9
Istilah tes berasal dari bahasa Prancis Kuno yaitu “testum” yang berarti piring
untuk menyisihkan logam mulia. Dalam bahasa Indonesia tes diterjemahkan
sebagai ujian atau percobaan.

Menurut Arikunto (2010: 53), tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan
untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-
aturan yang sudah ditentukan.

2. Ciri-Ciri Tes yang Baik

Suharsismi Arikunto (2008: 57-62) menyatakan bahwa suatu tes dapat dikatakan
baik apabila memenuhi lima syarat yaitu:

a) Validitas merupakan ketepatan, tes yang sebagai alat ukur dikatakan valid
jika tes itu tepat pada hasil belajar dan akan menghasilkan yang valid pula.
b) Reliabilitas, jika memberikan hasil yang tetap dari suatu tes, tidak
terpengaruh oleh apapun.
c) Objektifitas berarti tidak ada unsur pribadi yang mempengaruhinya, tidak ada
unsur subjektifitas yang mempengaruhi tes tersebut.
d) Praktikabilitas, tes ini merupakan tes yang praktis, mudah dan tidak
mengecoh. Mudah pelaksanaannya, mudah diperiksa, dan dilengkapi dengan
petunjuk sehingga dapat diberikan kepada orang lain.
e) Ekonomis, bahwa pelaksanaan tes tidak membutuh biaya yang mahal dan
tidak membuang waktu.

5. VALIDITAS

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau


kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai
validitas tinggi, sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti memiliki
validitas rendah (Suharsimi Arikunto 2006).

1. Macam -Macam Validitas

10
Menurut Suharsimi ada dua jenis validitas yaitu validitas logis dan validitas
empiris. Sementara validitas itu terbagi menjadi beberapa4 yaitu validitas isi,
validitas konstrak, validitas “ada sekarang” dan validitas predictive.

a. Validitas isi (content validity)

Yaitu pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut.
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus
tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Validitas isi
merupakan validitas yang diperhitungkan melalui pengujian terhadap isi alat ukur
dengan analisis rasional.

b. Validitas Konstruksi (Contruct validity)

Pengujian validitas konstrak merupakan proses yang terus berlanjut sejalan


dengan perkembangan konsep mengenai trait yang diukur. Hasil estimasi validitas
konstrak tidak dinyatakan dalam bentuk suatu koefisien validitas.

c. Pengujian Validitas Tes secara Empiris

Yang dimaksud dengan validitas empiris adalah ketepatan mengukur yang


didasarkan pada hasil analisis yang bersifat empirik. Sedangkan menurut Ebel
bahwa Empirical Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan
antara skor dengan suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang bebas dan
langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran.

d. Validitas Ramalan (Predictive Validity)

Setiap kali kita menyebutkan istilah “ramalan” maka didalamnya akan terkandung
pengertian mengenai “sesuatu yang bakal terjadi masa yang akan datang “ atau
sesuatu yang pada saat sekarang belum terjadi dan baru akan terjadi pada waktu-
waktu yang akan datang. Apabila istilah ramalan dikaitkan dengan validitas tes
maka yang dimaksut dengan validitas ramalan dari suatu tes adalah suatu kondisi
yang menunjukkan seberapa jauhkah sebuah tes telah dapat dengan secara tepat

11
menunjukkan kemampuannya untuk meramalkan apa yang bakal terjadi pada
masa yang akan datang.

e. Validitas Bandingan (concurrent validity)

Tes sebagai alat pengukur dapat dikatakan telah memiliki validitas bandingan
apabila tes tersebut dalam kurun waktu yang sama dengan secara tepat telah
mampu menunjukkan adanya hubungan yang searah antara tes pertama dengan tes
berikutnya. Menurut Suharsimi dalam hal ini tes dipasangkan dengan hasil
pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga data
pengalaman tersebut sekarang sudah ada.

2. Cara mengetahui Validitas Alat Ukur

Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik


korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson.

3. Validitas Butir Soalatau Validitas Item

Pengertian umum untuk validitas item adalah demikian sebuah item


dikatakn valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total.

4. Tes Terstandar Sebagai Kriterium dalam Menentukan Validitas

Tes terstandar adalah tes yang telah dicobakan berkali-kali sehingga dapat
dijamin kebaikannya.

5. Validitas Faktor

Selain validitas soal secara keseluruhan dan validitas butir atau item, masih ada
lagi yang perlu diketahui validitasnya, yaitu faktor-faktor atau bagian keseluruhan
materi. Setiap keseluruhan materi pelajaran terdiri dari pokok-pokok bahasan atau
mungkin sekelompok pokok bahasan yang merupakan satu kesatuan.

6. RELIABILITAS

12
1. Arti Reabilitas Bagi Sebuah Tes

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan


mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan
hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah
ketetapan hasil tes. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang
terjadi dapat dikatakan tidak berarti.

2. Cara-Cara Mencari Besarnya Realibilitas.

Sekali lagi reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subyek
yang sama. Untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya dilihat kesejajaran
hasil.

Kriterium yang digunakan untuk mengetahui ketetapan ada yang berada diluar tes
(consistency external) dan pada tes itu sendiri (consistency internal).

a. Metode bentuk Paralel (equivalen)

Tes parallel atau tes ekuivalen adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan
tujuan, tingkat kesukaran, dan susunan, tetapi butir-butir soalnya berbeda. Dalam
istilah bahasa inggris disebut alternate-forms method (parallel forms).

Dalam menggunakan metode paralel ini pengetes harus menyiapkan dua buah tes,
dan masing-masing dicobakan pada kelompok siswa yang sama. Oleh karena itu,
ada orang yang menyebutkan sebagai double tes-daubel-trial method.

b. Metode tes ulang (test-retest method)

Metode tes ulang dilakukan orang untuk menghindari penyusunan dua seri tes.
Dalam menggunakan teknik atau metode ini pengetes hanya memiliki satu seri tes
tetapi dicobakan dua kali. Oleh karena tesnya hanya satu dan dicobakan dua kali,
maka metode ini dapat disebut dengan single-test-double-trial method. Kemudian
hasil dari kedua tes tersebut dihitung korelasinya.

c. Metode belah dua atau split-half method

13
Kelemahan penggunaan metode dua tes dua kali percobaan dan satu tes dua kali
percobaandiatasi dengan metode ketiga ini yaitu metode belah dua. Dalam
menggunakan metode ini pengetes hanya menggunakan sebuah tes yang
dicobakan satu kali. Oleh karena itu, disebut juga single-test-single-trial method.

7. TAKSONOMI

1. Arti dan Letak Taksonomi dalam Pendidikan

Secara bahasa taksonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu tassein dan
nomos. Tassein yang berarti untuk mengelompokkan dan nomos yang berarti
aturan. Taksonomi dapat pula diartikan secara istilah yaitu, sebagai
pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu.
Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan
pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain,
yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh
Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956, sehingga sering pula
disebut sebagai "Taksonomi Bloom".

2. Taksonomi Bloom

Menurut taksonomi Bloom ini tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain
(ranah, kawasan), dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian
yang lebih rinci berdasarkan hirarkhinya. Domain-domain tersebut antara lain:

a) Cognitive Domain (Ranah Kognitif)


b) Affective Domain (Ranah Afektif)
c) Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor)
3. Lain-Lain Taksonomi
a. Mc Guire dan Klickmann (1963) telah menyusun taksonomi untuk bidang
biologi, Wood (1968) untuk matematika, Leuis (1965) untuk IPA.

14
b. Guilford telah menciptakan pola yang menggambarkan struktur intelek dalam
bentuk kubus

c. De Block mengemukakan model yang didasarkan pada tujuan-tujuan mengajar.


Dia mejukan 3 arah dalam kegiatan mengajar:

o From partial to more integral learning


o From limited to fundamental learning
o From special to eneral learning.

8. TUJUAN INTRUKSIONAL

1. Bermacam-Macam Tujuan Pendidikan.

Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan


mengembangkan manusia Indoensia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

2. Tujuan Instruksional(Intructional Objectives)

Suharsimi Arikunto menyatakan dalam tujuan instruksional umum menggunakan


kata kerja yang masih umum dan tidak dapat diukur, maka dibutuhkan tujuan
instruksional khusus. Jadi ada 2 macam tujuan instruksional:

 tujuan instruksional umum ( TIU)


 tujuan instruksional khusus (TIK)

3. Merumuskan Tujuan Intruksional.

Ada empat komponen pokok yang harus nampak dalam rumusan indikator hasil
belajar seperti yang digambarkan dalam pertanyaan berikut:

a) Siapa yang belajar atau yang diharapkan dapat mencapai tujuan atau
mencapai hasil belajar itu?

15
b) Tingkah laku atau hasil belajar yang bagaimana yang diharapkan dapat
dicapai itu?.
c) Dalam kondisi yang bagaimana hasil belajar itu dapat ditampilkan?
d) Seberapa jauh hasil belajar itu bisa diperoleh.

4. Langkah-Langkah yang Dilakukan dalam Merumuskan Tujuan


Intruksioanal Khusus.

a. Membuat sejumlah TIU (Tujuan Instruksional Umum) untuk setiap


mata pelajaran/bidang studi yang akan diajarkan dalam kurikulum 1975
maupun 1984, TIU sudah ada tercantum dalam buku garis-garis besar
program pengajaran. Dalam merumuskan TIU digunakan kata kerja
yang sifatnya masih umum dan tidak dapat di ukur karena perubahan
tingkah laku masih terjadi di dalam diri manusia.
b. Dari masing-masing TIU dijabarkan menjadi sejumlah TIK yang
rumusannya jelas, khusus, dapat dimengerti, terukur, dan menunjukkan
perubahan tingkah laku.

5. Tingkah Laku Akhir

Tingkah laku akhir adalah tingkah laku yang diharapkan setelah peserta didik
mengalami proses belajar. Di sini tingkah laku ini harus menampakkan diri dalam
suatu perbuatan yang dapat diamati dan diukur (observable and measurable).

6. Kata-Kata operasioanal

a. Kognitif

 Pengetahuan (knowledge). Kata-kata instruksional yang sering digunakan:


Mendefinisikan, mendeskripsikan, mengidentifikasi, mendaftarkan,
menjodohkan, menyebutkan, menyatakan (state), mereproduksi.
 Pemahaman (comprehension). Kata-kata instruksional yang sering
digunakan: mempertahankan, membedakan, menduga (estimate),
menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan,
memberikan, contoh, menuliskan kembali, menggunakan.

16
 Aplikasi. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: mengubah,
menghitung, mendemonstrasikan, menemukan, memanipulasi,
memodifikasi, mengoperasikan, meramalkan, menyiapkan, menghasilkan,
menghubungkan, menunjukkan, memecahkan, menggunakan.
 Analisis. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: memerinci,
menyusun diagram, membedakan, mengidentifikasi, mengilustrasikan,
menyimpulkan, menunjukkan, menghubungkan, memilih, memisahkan,
membagi (subdivides).
 Sintesis. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: mengategorikan,
mengombinasikan, mengarang, menciptakan, membuat desain, menjelaskan,
memodifikasikan, mengorganisasikan, menyusun, membuat rencana,
mengatur kembali, merekronstuksikan, menghubungkan,
mereorganisasikan, merevisi, menuliskan kembali, menuliskan,
menceritakan.
 Evaluasi. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: menilai,
membandingkan, menyimpulkan, mempertentangkan, mengkritik,
mendeskripsikan, membedakan, menerangkan, memutuskan, menafsirkan,
menghubungkan, membantu (supports).

b. Afektif

 Reesiving. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: menanyakan,


memilih, mendeskripsikan, mengikuti, memberikan, mengidentifikasikan,
menyebutkan, menunjukkan, memilih, menjawab.
 Responding. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: menjawab,
membantu, mendiskusikan, menghormat, berbuat, melakukan, membaca,
memberikan, menghafal, melaporkan, memilih, menceritakan, menulis.
 Valuing. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: melengkapi,
menggambarkan, membedakan, menerangkan, mengikuti, membentuk,
mengundang, menggabung, mengusulkan, membaca, melaporkan,
memilih, bekerja, mengambil bagian (share), mempelajari.

17
 Organization. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: mengubah,
mengatur, menggabungkan, membandingkan, melengkapi,
mempertahankan, menerangkan, menggeneralisasikan,
mengidentifikasikan, mengintregasikan, memodifikasikan, mengorganisir,
menyiapkan, menghubungkan, mensistesiskan.
 Characterization by value or value complex. Kata-kata instruksional yang
sering digunakan: membedakan, menerapkan, mengusulkan,
memperagakan, mempengaruhi, mendengarkan, memodifikasikan,
mempertunjukkan, menanyakan, merevisi, melayani, memecahkan,
menggunakan.

c. Psikomotorik

 Musclar or motor skills. Kata-kata instruksional yang sering digunakan:


mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil (pekerjaan tangan),
melompat, menggerakkan, menampilkan.
 Manipulation of materials or objects. Kata-kata instruksional yang sering
digunakan: mereparasi, menyusun, membersihkan, menggeser,
memindahkan, membentuk.
 Neuromusclar coordination. Kata-kata instruksional yang sering
digunakan: mengamati, menerapkan, menghubungkan, menggandeng,
memotong, menarik, memasang, menarik, menggunakan.

7. Kondisi Demonstrasi

Kondisi demonstrasi adalah komponen TIK yang menyatakan suatu kondisi atau
situasi yang dikenakan kepadapeserta didik pada saat pendidik
mendemonstrasikan tingkah laku akhir.

Standar keberhasilan adalah kelompok TIK yang menunjukkan seberapa jauh


tingkat keberhasilan yang di tuntut oleh penilai bagi tingkah laku pelajar pada
situasi akhir.

18
9. TES STANDAR DAN TES BUATAN GURU

1. Pengertian Tes Standar

Tes adalah salah satu bentuk instrumen evaluasi untuk mengukur seberapa besar
kemampuan siswa dalam memahami dan menguasai pokok-pokok materi yang
sudah diajarkan. Tes ada yang dibuat oleh seorang guru yang kemudian disebut
tes buatan guru dan ada tes yang sudah memenuhi standar suatu satuan pendidikan
maupun lembaga pendidikan yang kemudian disebut tes terstandar.

Dalam menilai, baik tes terstandar maupun tes buatan guru ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan yang berkaitan dengan validitas dan reliabilitas.

2. Tes Prestasi Standar

Di antara tes prestasi yang digunakan di sekolah ada yang dinamakan tes prestasi
standar. Dalam salah satu kamus, arti kata ”standar” adalah:

“A degree of level of requirement, excellence, or attainment”

Standar untuk siswa dapat dimaksudkan sebagai suatu tingkat kemampuan yang
harus dimiliki bagi suatu program tertentu. Mungkin standar bagi suatu kursus A
berbeda dengan B. Jadi standar ini dapat dibuat “keras” maupun “lunak”
tergantung dari yang mempunyai kebijaksanaan.

3. Perbandingan Antara Tes Standar dengan Tes Buatan Guru

Pertama, marilah kita tinjau perbedaan antara tes standar dengan tes buatan guru.
Perbedaannya adalah sebagai berikut:

Tes Standar
a. Didasarkan atas bahan dan tujuan umum dari sekolah-sekolah di seluruh
Negara.
b. Mencakup aspek yang luas dan pengetahuan atau keterampilan dengan
hanya sedikit butir tes untuk setiap keterampilan atau topik.
c. Disusun dengan kelengkapan staf profesor, pembahas, dan editor butir tes.

19
Tes Buatan Guru
a. Didasarkan atas bahan dan tujuan khusus yang dirumuskan oleh guru
untuk kelasnya sendiri.
b. Dapat terjadi hanya mencakup pengetahuan atau keterampilan yang
sempit.
c. Biasanya disusun sendiri oleh guru dengan sedikit atau tanpa bantuan
orang lain/tenaga ahli.

4. Kegunaan Tes Standar

Secara garis besar kegunaan tes standar adalah:

 Membandingkan prestasi belajar dengan pembawaan individu atau


kelompok.
 Membandingkan tingkat prestasi siswa dalam keterampilan di berbagai
bidang studi untuk individu atau kelompok.
 Membandingkan prestasi siswa antara berbagai sekolah atau kelas.
 Mempelajari perkembangan siswa dalam suatu periode waktu tertentu.

5. Kegunaaan Tes Buatan


Secara singkat dapat dikemukakan bahwa kegunaan tes buatan guru adalah:

 Untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran


yang diberikan dalam waktu tertentu.
 Untuk menentukan apakah sesuatu tujuan telah tercapai.
 Untuk memperoleh suatu nilai.

6. Kelengkapan Tes Standar

Sebuah tes yang sudah distandardisasikan dan sudah dapat disebut sebagai tes
standar, biasanya dilengkapi dengan sebuah manual. Manual ini memuat
keterangan-keterangan atau petunjuk-petunjuk yang perlu terutama yang
menjelaskan tentang pelaksanaan, menskor, dan mengadakan interpretasi.

20
10. PENYUSUNAN TES

1. Fungsi Tes

Fungsi tes dapat ditinjau dari 3 hal :

a. Fungsi untuk Kelas, tes dapat berfungsi untuk :

1) mengadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar siswa


2) mengevaluasi celah antara bakat dengan pencapaian
3) menaikkan tingkat prestasi
4) mengelompokkan siswa dalam kelas pada waktu metode kelompok

b. Fungsi untuk Bimbingan, tes dapat berfungsi untuk :

1) menentukan arah pembicaraan dengan orang tua tentang anak-anak


mereka.
2) membantu siswa dalam menentukan pilihan.
3) membantu siswa mencapai tujuan pendidikan dan jurusan.
4) memberi kesempatan kepada pembimbing, guru, dan orang tua dalam
memahami kesulitan anak.

c. Fungsi untuk Administrasi

1) memberi petunjuk dalam mengelompokkan siswa.


2) penempatan siswa baru
3) membantu siswa memilih kelompok
4) menilai kurikulum

2. Langkah-Langkah dalam Penyusunan Tes

a. Menentukan tujuan mengadakan tes


b. Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan.
c. Merumuskan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) dari tiap bagian
bahan.

21
d. Menderetkan semua TIK dalam tabel persiapan yang memuat pula
aspek tingkah laku dalam terkandung TIK itu, tabel digunakan untuk
identifikasi terhadap tingkah laku yang dikehendaki, agar tidak
terlewati.
e. Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berfikir
yang diukur beserta imbangan antara kedua hal tersebut. (Uraian
penjelasan tentang tabel spesifikasi i akan kami jelaskan di sub bab
berikutnya)
f. Menuliskan butir-butir soal, didasarkan atas TIK-TIK yang sudah
dituliskan pada tabel TIK dan aspek tingkah laku yang dicakup

3. Komponen-Komponen Tes

Komponen Test terdiri dari:

a. Buku tes, yakni lembaran atau buku yang memuat butir-butir soal yang mesti
dikerjakan oleh siswa

b. Lembar jawaban tes, yaitu lembaran yang disediakan oleh penilain bagi testee
untuk mengerjakan tes, untuk bentuk pilihan ganda dibuat lembaran nomor dan
huruf A, B, C, D, E menurut banyaknya alternative yang disediakan

c. Kunci jawaban tes, berisi jawaban-jawaban yang dikehendaki. Kunci jawaban


ini dapat berupa huruf atau kalimat. Untuk test bentuk uraian yang dituliskan
adalah kata-kata kunci atau kalimat seingkat untuk memberikan ancar-ancar
jawaban.

d. Pedoman penilaian, pedoman penilaian atau pedoman skoring, berisi tentang


pedoman perincian tentang skor atau angka yang diberikan kepada siswa bagi
soal-soal yang telah dikerjakan.

11. TES TERTULIS UNTUK PRESTASI BELAJAR

22
1. Bentuk-Bentuk Tes

a. Tes subyektif. Secara umum soal subyektif adalah pertanyaan yang menuntut
peserta didik menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan,
membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan
tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.

b. Tes objektif. Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat
dilakukan secara objektif (Arikunto, 1995 : 165). Karena sifatnya yang objektif
maka penskorannya dapat dilakukan dengan bantuan mesin.

2. Macam-Macam Tes Objektif

a. Bentuk Tes Benar Salah (True-False Test). Tes benar salah adalah bentuk tes
yang mengajukan beberapa pernyataan yang bernilai benar atau salah.

 Kelebihan Tes Benar Salah:

Ø Dapat mencakup bahan yang luas dan tidak memakan tempat yang banyak
Ø Mudah dalam penyusunannya
Ø Petunjuk mengerjakannya mudah dimengerti
Ø Dapat digunakan berkali-kali
Ø Objektif
Ø Praktis

 Kelemahan Tes Benar Salah:

o Mudah ditebak
o Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan kemungkinan
benar atau salah
o Reliabilitasnya rendah.
o Hanya dapat mengungkapkan daya ingat dan pengenalan kembali

23
b. Bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choice Test). Tes pilihan ganda merupakan tes
yang menggunakan pengertian/ pernyataan yang belum lengkap dan untuk
melengkapinya maka kita harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban
benar yang telah disiapkan.

c. Menjodohkan (Matching Test). Menjodohkan terdiri atas satu sisi pertanyaan


dan satu sisi jawaban, setiap pertanyaan mempunyai jawaban pada sisi
sebelahnya. Siswa ditugaskan untuk memasangkan atau mencocokkan, sehingga
setiap pertanyaan mempunyai jawaban yang benar.

 Kelebihan:

o Dipergunakan untuk menilai bermacam-macam hal, misalnya: problem dan


penyelesaiannya, sebab akibat, istilah dan definisinya, dsb.
o Relatif mudah disusun.
o Jika disusun dengan baik, maka faktor menerka-nerka dapat dihilangkan.
o Dapat dinilai dengan mudah, cepat dan objektif.

 Kelemahan:

o Sukar menyusun test jenis ini yang benar-benar baik.


o Untuk menilai ingatan saja.
o Pengarahan jawaban sering terjadi
o Memakan banyak waktu dan tenaga untuk menyusunnya.

d. Tes Isian (Complementary Test). Tes isian terdiri dari kalimat yang dihilangkan
(diberi titik-titik). Bagian yang dihilangkan ini yang diisi oleh peserta tes
merupakan pengertian yang diminta agar pernyataan yang dibuat menjadi
pernyataan yang benar.

3. Pengukuran Ranah Afektif

Pengukuran ranah afktif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena
dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah, Menerima (memperhatikan),

24
merespon, menghargai, mengorganisasi, dan karakteristik suatu nilai.Sedangkan
tujuan penilaian afektif adalah :

a) Untuk mendapatkan umpan balik (feedback) baik bagi guru maupun siswa
sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan
program perbaikan (remedial program) bagi anak didiknya.

b) Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai
antara lain diperlukan sebagai bahan bagi : perbaikan tingkah laku anak didik,
pemberian laporan kepada orang tua, dan penentuan lulus tidaknya anak didik.

c) Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar mengajar yang tepat,
sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik.

d) Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku
anak didik.

Jenis-jenis skala sikap

a. Skala Likert

Skala Likert di gunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan resepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena social. Dalam penelitian, fenomena
social ini telah di tetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya di sebut
sebagai variable penelitian

b. Skala pilihan ganda

Skala ini bentuknya seperti soal bentuk pilihan ganda yaitu suatu pernyataan yang
diikuti oleh sejumlah alternative pendapat.

c. Skala Thurstone

Skala Thurstone merupakan skala sikap yang pertama dikembangkan dalam


pengukuran sikap.

d. Skala Guttman

25
Skala pengukuran dengan tipe ini, akan di dapat jawaban yang tegas, yaitu ya atau
tidak, benar atau salah, pernah atau tidak, positif atau negative dan lain – lain.

e. Semantic Deferensial.

Skala pengukuran yang berbentuk Semantic defferensial di kembangkan oleh


Osgood. Skala ini juga di gunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak
pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang
jawaban “sangat positifnya” terletak di bagian kanan garis, dan jawaban yang
“sangat negatif” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya.

4. Pengkuran Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor berhubungan erat dengan kerjaan otot sehingga menyebabkan


geraknya tubuh atau bagian-bagiannya. Yang termasuk dalam klasifikasi gerak
disini mulai dari gerak yang paling sederhana yaitu melipat kertas sampai dengan
merakit suku cadang televisi serta komputer. Secara mendasar perlu dibedakan
antara 2 hal yaitu keterampilan (skills) dan kemampuan (abilities)

12. TABEL SPESIFIKASI

1. Fungsi Tabel Spesifikasi

Fungsi dari tabel spesifikasi ialah untuk menjaga agar tes yang kita susun tidak
menyimpang dari bahan (materi) serta aspek kejiwaan (tingkah laku) yang akan
dicakup dalam tes.

2. Langkah-Langkah Pembuatan

a. Untuk materi yang seragam

Yang dimaksud “seragam” disini adalah bahwa antara pokok materi yang satu
dengan pokok materi yang lain mempunyai kesamaan dalam imbangan aspek
tingkah laku. Misalnya 50% untuk ingatan, 30% untuk pemahaman, dan 20%
untuk aplikasi. Selanjutnya banyaknya butir soal untuk setiap sel (kotak kecil)

26
diperoleh dengan cara menghitung persentase dari banyaknya soal bagi tiap pokok
materi yang sudah tertulis di kolom paling kanan.

b. Untuk materi yang tidak seragam

Untuk membuat tabel spesifikasi pokok-pokok materi yang tidak seragam, tidak
perlu mencantumkan angka persentase imbangan tingkah laku di kepala kolom.
Pemberian imbangan dilakukan tiap pokok materi didasarkan atas banyaknya soal
untuk pokok materi itu dan imbangan yang dikehendaki oleh penilaian menurut
sifat pokok materi yang bersangkutan.

3) Tidak Lanjut Sesudah Penyususnan Tabel Spesifikasi


Terdapat dua langkah lagi sebagai tindak lanjut sesudah penyususnan tabel
spesifikasi untuk memperoleh seperangkat soal tes yaitu:

a. Menentukan bentuk soal. Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan bentuk soal yaitu waktu yang tersedia dan sifat materi yang diteskan.

b. Menuliskan soal-soal. Langkah terakhir dalam penyusunan tes adalah


penulisan soal-soal tes (item writing). Langkah ini merupakan langkah penting
karena kegagalan dalam hal ini dapat berakibat fatal.

13. MENGANALISIS HASIL TES

1. Menilai Tes yang Dibuat Sendiri

Ada 4 cara untuk menilai tes, yaitu:

a. Meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun, kadang-kadang dapat


diperoleh jawaban tentang ketidak jelasan perintah atau bahasa, taraf kesukaran,
dan lain-lain keadaan soal tersebut.

b. Mengadakan analisis soal (item analysis). Analisis soal adalah suatu


prosedur Yang sistematis, yang akan memberikan informasi-informasi yang
sangat khusus terhadap butir tes yang kita susun.

27
c. Mengadakan checking validitas. Validitas yang paling penting dari tes
buatan Guru adalah validitas kurikuler.

d. Mengadakan checking reliabilita. Salah satu indikator untuk tes yang

Mempunyai realibilitas yang tinggi adalah bahwa kebanyakan dari soal-soal tes
itu mempunyai daya pembeda yang tinggi.

2. Analisis Butir Soal(Item Analysis)

Untuk mengetahui kapan soal dikatakan baik, kurang baik, dan soal yang jelek
sangat berhubungan dengan analisis soal, yaitu taraf kesukaran, daya pembeda,
dan pola jawaban soal.

a) Taraf Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal
yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di
luar jangkauannya.

b) Daya Pembeda.

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara
siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

c) Pola Jawaban Soal

Pola jawaban yang dimaksud adalah distribusi testee dalam hal menentukan
pilihan jawaban pada soal bentuk pilihan ganda. Pola jawaban soal diperoleh
dengan menghitung banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban a, b, c, atau d
atau yang tidak memilih pilihan manapun.

14. MODEL PENELITIAN KELAS

28
1. Pengertian Umum Penilaian Kelas

Munculnya kebijakan tentang model penilaian kelas bersamaan atau mengikuti


adanya kebijakan tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Tujuan
penilaian dalam pelaksanaan KTSP bukan hanya untuk mengetahui keberhasilan
siswa setelah mengikuti pembelajaran, tetapi secara rinci adalah sebagai berikut :

a. Melacak kemajuan siswa atau peserta didik.


b. Mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik.
c. Mendeteksi kesalahan ketika siswa belajar.
d. Menyimpulkan beberapa hal yang terkait dengan pembelajaran.

Dengan empat tujuan tersebut maka penilaian harus dilakukan bermakna,


menyeluruh, berkesinambungan, dan sekaligus juga mendidik subjek yang sedang
belajar.

2. Jenis Penilaian

Terdapat beberapa jenis penilaian, yaitu sebagai berikut:

a. Kuis, isian atau jawaban singkat yang menanyakan hal-hal prinsip.


b. Pertanyaan lisan, untuk mengukur pemahaman terhadap konsep, prinsip dan
teorema.
c. Ulangan harian, dilakukan oleh guru secara periodik pada akhir pembelajaran
KD tertentu.
d. Ulangan tengah semester dan akhir semester, dilakukan dengan materi yang
dinilai dari penggabungan beberapa KD dalam suatu kurun waktu tertentu.
e. Tugas individu, diberikan dalam waktu-waktu dan kebutuhan tertentu dalam
berbagai bentuk, misalnya laporan kegiatan, klipping, makalah, dan
sebagainya.
f. Tugas kelompok, digunakan untuk menilai kompetensi peserta didik dalam
bekerja kelompok.

29
g. Respons atau ujian praktik, digunakan pada mata pelajaran tertentu yang
membutuhkan praktikum, meliputi pra kegiatan untuk mengetahui kesiapan
peserta didik, dan pasca kegiatan, untuk mengetahui pencapaian KD.
h. Laporan kerja praktik, dilakukan oleh guru pada mata pelajaran tertentu yang
memang membutuhkan praktikum dengan mengamati suatu gejala dan perlu
dilaporkan.
i. Penilaian portofolio, yaitu kumpulan hasil belajar/karya peserta didik.

3. Bentuk-Bentuk Penilaian

a. Penialai melalui tes tertulis,


b. Penialian melalui tes lisan,
c. Penialian unjuk kerja,
Kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Oleh karena itu,
penilaian unjuk kerja dilakukan terhadap apa yang dilakukan oleh peserta
didik ketika sedang berbuat/melakukan tugas tertentu. Contohnya pada
saat pembelajaran olahraga atau pendidikan jasmani.
d. Penialian produk,
Penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk.
Jelasnya, yang dimaksud dengan produk bukan hanya benda yang
dihasilkan dari sebuah kegiatan peserta didik, tetapi juga meliputi proses
pembuatannya.
e. Penialian proyek,
Sebuah kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu. Tugas yang dimaksud
harus merupakan suatu investigasi atau menggali sesuatu sampai
ditemukan manfaat yang bermakna bagi kehidupan manusia dan bagi
peserta didik itu sendiri
f. Penialian portofolio, dan
Portofolio adalah semua benda yang berbentuk bukti fisik sebagai
sesuatu yang menunjukkan hasil kinerja peserta didik.
g. Penialian diri,

30
Penilaian diri dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik
karena mereka diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri. Juga
dapat mendorong, membiasakan dan melatih peserta didik untuk berbuat
jujur, karena ketika melakukan penilaian diri, mereka dituntut untuk jujur
dan objektif.

15. MENSKOR DAN MENILAI

1. Menskor

Di samping penyusunan dan pelaksanaan tes itu sendiri, menskor dan menilai
merupakan pekerjaan yang menuntut ketekunan yang luar biasa dari penilai,
ditambah dengan kebijaksanan-kebijaksanaan tertentu. Nama lain menskor adalah
memberi angka.

Keterangan dan pengunaannya dalam berbagai bentuk tes.

(1) Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk betul-salah.

Untuk tes bentuk betul-salah (true-false) yang dimaksud dengan kunci jawaban
adalah deretan jawaban yang kita persiapkan untuk pertanyaan atau soal-soal yang
kita susun, sedangkan kunci scoring adalah alat yang kita gunakan untuk
mempercepat pekerjaan scoring.

(2) Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk pilihan ganda
(multiple choice)

Dengan tes bentuk pilihan ganda, testee diminta melingkari salah satu huruf di
depan pilihan jawaban yang disediakan atau membubuhkan tanda lingkaran atau
tanda silang (x) pada tempat yang sesuai di lembar jawaban.

(3) Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk jawab singkat
(sort answer test)

31
Tes bentuk jawab singkat adalah bentuk tes yang menghendaki jawaban berbentuk
kata atau kalimat pendek. Melihat namanya, maka jawaban untuk tes tersebut
tidak boleh berbentuk kalimat-kalimat panjang, tetapi harus sesingkat mungkin
dan mengandung satu pengertian. Dengan persyaratan inilah maka bentuk tes ini
dapat digolongkan ke dalam bentuk tes objektif.

(4) Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk menjodohkan
(matching)

Pada dasarnya tes bentuk menjodohkan adalah tes bentuk pilihan ganda, dimana
jawaban-jawabannya dijadikan satu, demikian pertanyaan-pertanyaannya. Kunci
jawaban tes bentuk menjodohkan dapat berbentuk deretan jawaban yang
dikehendaki atau deretan nomor yang diikuti oleh huruf-huruf yang terdapat di
depan alternative jawaban.

(5) Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk uraian (essay
test)

Tidak ada jawaban yang pasti terhadap tes bentuk uraian ini. Jawaban yang kita
peroleh akan sangat beraneka ragam, berada dari siswa satu ke siswa lain. Untuk
menetukan standar terlebih dahulu, tentulah sukar.

(6) Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tugas

Kunci jawaban untuk memeriksa tugas merupakan poko-pokok yang harus


termuat di dalam pekerjaan siswa. Hal ini menyangkut criteria tentang isi tugas.
Namun sebagai kelengkapan dalam pemberian skor, digunakan suatu tolok ukur
tertentu.

2. Perbedaan Antara Skor dan Nilai

Nilai : adalah angka ubahan dari skor dengan menggunakan acuan tertentu, yakni
acuan normal atau acuan standar.Secara rinci skor dapat dibedakan atas tiga
macam, yaitu skor yang diperoleh (obtained score), skor sebenarnya (true score),
dan skor kesalahan (error score).

32
3. Norm ReferenceddanCriterion Referenced

Dalam penggunaan Norm – Referenced, prestasi belajar seorang siswa


dibandingkan dengan siswalain dalam kelompoknya. Kualitas seseorang sangat
dipengaruhi oleh kualitas kelompoknya. Dasar pikiran dari penggunaan standar ini
adalah adanya asumsi bahwa disetiap populasi yang heterogen tentu terdapat
kelomouk baik, kelompok sedang, dan kelompok kurang.

Apabila standar mutlak dan standar relatif ini dihubungkan dengan pengubahab
skor menjadi nilai, maka akan terlihat demikian.

a. Dengan standar mutlak

(1) Pemberian skor terhadap siswa, didasarkan atas pencapaian siswa terhadap
tujuan yang ditentukan.

(2) Nilai diperoleh dengan mencari skor rata-rata langsung dari skor asal (skor
mentah).

b. Dengan standar relatif

(1) pemberian skor terhadap siswa juga didasakan atas pencapaian siswa
terhadap tujuan yang ditentukan

(2) nilai diperoleh dengan 2 cara :

Ø mengubah skor dari tiap-tiap ulangan lalu diambil rata-ratanya

Ø menjumlah skor tiap-tiap ulangan, baru diubah ke nilai

16. MENGOLAH NILAI

1. Beberapa Skala Penilaian

a. Skala Bebas

33
Skala bebas yaitu skala yang tidak tetap, ada kalanya skor tertinggi 20, lain kali
lagi 50. Ini semua tergantung dari banyak dan bentuk soal. Jadi, angka tertinggi
dari skala yang di gunakan tidak selalu sama.

b. Skala 1-10

Dalam skala 1-10, guru jarang memberikan angka pecahan, misalnya 5,5. Angka
5,5 tersebut di bulatkan menjadi 6. Dengan menggunakan skala 1-10 maka
bilangan bulat yang ada masih menunjukan penilaian yang agak kasar.

c. Skala 1-100

Penilaian dengan menggunakan skala 1-100, di mungkinkan melakukan penilaian


yang lebih halus karena terdapat 100 bilangan bulat. Nilai 5,5 dalam skala 1-10
yang biasanya di bulatkan menjadi 6, dalam skala 1-100 ini boleh di tuliskan
dengan 55.

d. Skala huruf

Selain menggunakan angka, pemberian nilai dapat di lakukan dengan huruf


A,B,C,D,dan E. Huruf tidak menunjukan kuantitas, tetapi dapat di gunakan
sebagai symbol untuk menggambarkan kualitas.

2. Distribusi Nilai

a. Distribusi nilai berdasarkan standar mutlak

Pemberian skor terhadap siswa, didasarkan atas pencapaian siswa terhadap tujuan
yang ditentukan. Nilai diperoleh dengan mencari skor rata-rata langsung dari skor
asal (mentah). Namun demikian dengan standar mutlak ini mungkin pula
diperoleh gambar kurva normal jika soal-soal tes disusun oleh guru dengan tepat
seperti gambaran kecakapan siswa-siswanya.

b. Distribusi nilai berdasarkan standar relative

Telah diterangkan, bahwa dalam menggunakan standar relative atau norm


refrenced, kedudukan seseorang sealu dibandingkan dengan kawan-kawannya

34
dalam kelompok. Dalam hal ini tanpa menghiraukan apakah distribusi skor
terletak dalam kurva juring positif atau juring negative, tetapai dalam norm
refrenced selalu tergambar dalam kurva normal.

3. Standar Nilai

a. Nilai standar berskala Sembilan (stannine), yaitu rentangan atau skala nilai yang
bergerak mulai dari 1 sampai dengan 9.

b. Nilai standar berskala sebelas (standar eleven/ stanel= eleven points scale),
yaitu skala nilai yang bergerak mulai dari nilai 0 sampai dengan nilai 10, yang
dikembangkan oleh Fakultas Ilmu Pendidikan UGM disesuaikan dengan system
penilaian di Indonesia. Dengan stanel ini, system penilaian membagi skala
menjadi 11 golongan, yaitu angka-angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, yang satu
sama lain berjarak sama. Tiap-tiap angka menempati jarak antara

c. Standar sepuluh. Didalam Buku Pedoman Penilaian (Buku III B Seri


Kurikulum SMA Tahun 1975) ditentukan bahwa untuk mengolah hasil tes,
digunakan standar relative, dengan nilai berskala 1 – 10.

20. EVALUASI PROGRAM PENGAJARAN

1. Apakah Evaluasi Program Itu?

Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menentukan apakah


target progam yang disusun sudah tercapai dengan begitu maka akan diketahui
bagaimana kualitas mengajar seorang guru apakah sudah efektif atau belum
berdasarkan tingkat pencapaian yang sudah dicapai.

Evaluasi progam merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan


sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan progam. Untuk menentukan seberapa
jauh target progam sudah tercapai, yang dijadikan tolak ukur adalah tujuan yang
sudah dirumuskan dalam tahap perencanaan kegiatan.

35
2. Objek atau Sasaran Evaluasi Progam.

Ø Input(masukan)

Ø Materi atau kurikulum.

Ø Guru.

Ø Metode atau pendekatan dalam mengajar.

Ø Sarana: alat pelajaran atau media pendidikan.

Ø Lingkungan manusia.

Ø Lingkungan bukan manusia.

3. Cara Melaksanakan Evaluasi Progam.

Apabila guru ingin melakukan evaluasi progam dengan lebih seksama,


terlebih dahulu harus menyusun rencana evaluasi sekaligus menyusun instrument
pengumpulan data. Mengenai bagaimana menyiapkan instrumen untuk angket,
pedoman wawancar, pedoman pengamatan dapat dipelajari dari buku-buku
penelitian. Sebagai cara yang paling sederhana adalah mengadakan pencatatan
terhadap peristiwa yang dialami dari kegiatan sehari-hari di kelas.

36
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai


pendidikann sehingga dapat diketahui mutu atau hasil belajar yang dapat dijadikan
sebagai peningkatan kualitas penbelajaran. evaluasi bukan hanya suatu proses
untuk mengklasifikasikan keberhasilan atau kegagalan dalam belajar, tetapi juga
sangat penting untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengajaran.

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses yang terjadi
dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran memiliki 3 hal penting yaitu,
input, transformasi dan output. Tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses
belajar mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai
tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakan
tindak lanjutnya.

Untuk mengevaluasi progam seorang guru tidak perlu dibebani secara


sistematis sebagaimana layaknya seorang peneliti. Akan tetapi guru cukup
membuat acuan singkat dan sederhana yang disusun dalm bentuk pertanyaan. Dari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut guru akan memperoleh umpan
terhadap apa yang dilakukan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berkaitan
dengan objek atau sasaran evaluasi program yang meliputi enam aspek.

Evaluasi program pengajaran ini meliputi 1) Input (masukan), 2) materi atau


kurikulum, 3) Guru, 4) Metode atau pendekatan dalam mengajar, 5) Sarana: alat
pelajaran ata media pendidikan, 6) lingkungan.

37
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan edisi 2. Jakarta: Bumi


Aksara.

Syarifah, 2013. Resume Buku Evaluasi Pendidikan.


(https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/48674855/Resume_Buku_Ev
aluasi_PAI_Prof.docx?response-content-
disposition=attachment%3B%20filename%3DResume_Buku_Evaluasi_PAI_Prof_
Dr._Suhars.docx&X-Amz-Algorithm=AWS4-HMAC-SHA256&X-Amz-
Credential=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A%2F20190630%2Fus-east-
1%2Fs3%2Faws4_request&X-Amz-Date=20190630T104428Z&X-Amz-
Expires=3600&X-Amz-SignedHeaders=host&X-Amz-
Signature=2d647041f001a2480e9472f7e8b04b06b3ff86767135f6974e08faa120780
d5c)

Afifah, 2016. Makalah Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta.


(http://afifahjogjakarta.blogspot.com/2016/06/makalah-evaluasi-pendidikan.html)

Chiwank, 2016. Makalah Evaluasi Pendidikan.


(http://chiwankraja.blogspot.com/2016/02/makalah-evaluasi-pendidikan.html)

38

Anda mungkin juga menyukai