Ti 14
Ti 14
Ti 14
Abstrak
Pada proses perencangan konvensional, hasil perancangan dari perancang perlu dievaluasi dan
dioptimasi dari segi proses pembuatan dan proses perakitan oleh bagian manufaktur. Pada proses ini
terkadang perlu dilakukan perubahan rancangan yang harus dikonsultasikan kepada perancang-
annya. Perubahan yang perlu dilakukan tersebut terkadang memerlukan waktu dan biaya tambahan
yang perlu diperhitungkan. Salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah metoda design for
manufacture and assembly (DFMA). DFMA adalah metoda untuk mengevaluasi desain suatu
produk agar mudah dirakit dan diproduksi. Pada paper ini akan dijelaskan penerapan metoda DFMA
pada kasus perancangan transformer hand bike. Transformer hand bike adalah sebuah produk alat
bantu jalan berupa sepeda tangan yang memiliki tiga mode: sepeda tangan, kursi roda, dan ringkas.
Produk ini dibuat untuk membantu penyandang cacat kaki beraktivitas di dalam ruangan dan
bepergian jarak jauh tanpa mengorbankan keringkasan produk. Penerapan metoda DFMA pada
makalah ini dibatasi hanya pada bagian handle yang merupakan penggerak utama transformer hand
bike. Perancangan ulang handle prototipe transformer hand bike menggunakan metoda DFMA
menghasilkan tiga alternatif desain dimana alternatif terbaik mengalami peningkatan total dalam
aspek manufaktur dan perakitan relatif terhadap prototipe sebesar 118.46%
I. PENDAHULUAN
Pada awalnya, proses desain produk 1.1 Design for Manufacture and Assembly
seringkali diawali dengan rancangan oleh (DFMA)
desainer kemudian hasil rancangan tersebut DFMA terdiri dari design for manufacture
diberikan kepada pihak manufaktur untuk (DFM) dan design for assembly (DFA). DFM
diopimasi proses produksinya (over the wall bertujuan untuk mempermudah proses manu-
approach). Metoda ini sering menimbulkan faktur tiap komponen penyusun produk [2]
permasalahan dari aspek manufaktur sehingga dan DFA bertujuan untuk menyederhana-kan
perlu dilakukan perubahan desain. Hal terse- struktur produk agar proses perakitannya
but mengakibatkan ongkos desain membeng- menjadi lebih singkat [1,2]. Kedua hal ini
kak dan harga akhir produk menjadi mahal. akan mengakibatkan berkurangnya ongkos
Solusi dari permasalahan ini adalah dengan dan waktu yang diperlukan untuk mempro-
melibatkan pihak manufaktur dalam proses duksi suatu produk sehingga produk tersebut
desain (concurrent engineering) sehingga as- dapat dikeluarkan lebih cepat ke pasaran.
pek kemudahan manufaktur dan perakitan Dalam siklus desain produk, DFMA
dapat dipertimbangkan sejak proses desain terletak setelah adanya konsep desain dan
[1]. Salah satu metoda yang telah dikembang- sebelum proses pembuatan prototipe. Awal-
kan untuk memfasilitasi hal tersebut adalah nya konsep desain yang ada diperbaiki
design for manufacture and assembly strukturnya dengan metoda DFA. Kemudian
(DFMA). setiap komponennya dianalisis dengan metoda
TI-14
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)
Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015
kan bahwa waktu yang diperlukan untuk Subassembly pertama adalah fork. Merujuk
melakukan 28 proses perakitan tersebut ada- pada gambar 5 beberapa toleransi yang harus
lah 225.5 detik. dijaga pada proses pengelasan fork tersebut
adalah:
Tabel 1 Urutan proses perakitan utama handle a. Sumbu pipa A sejajar dengan sumbu pipa
prototipe B
No. Item name b. Sumbu lubang pipa A tegak lurus dengan
1 pasang rangka pd fixture sumbu pipa B
2 kencangkan clamp
c. Dua komponen tempat poros sesumbu
2 pasang headset bawah
3 pasang sub-assy fork d. Sumbu poros tegak lurus sumbu pipa A
4 pasang headset atas
5 pasang sub-assy sambungan bwh
5 pasang knop star
7 pasang sambungan atas
8 pasang pen belah
9 pasang pipa handle tengah
10 pasang pen belah
11 pasang sambungan bawah
12 pasang pen belah
13 pasang sambungan atas
14 pasang pen belah
15 pasang sub-assy handle atas
16 pasang pen belah
17 pasang poros tengah
18 pasang ring
19 pasang mur
20 pasang bearing
21 pasang sub-assy sprocket tengah
22 pasang bracket
23 pasang screw bracket
24 pasang crank arm
25 pasang poros pengayuh
26 pasang bearing
27 pasang pipa pengayuh
28 pasang bearing
banyak akibat penggunaan material yang mu- rangi dengan mengubah desain handle dan
dah berkarat. pemilihan proses manufakturnya. Sebagai
contoh, apabila sambungan handle prototipe
Tabel 3 DFA proses pengelasan fork dimanufaktur dengan proses die casting,
prototipe durasi dan ongkos manufakturnya dapat ber-
kurang hingga 90% dengan asumsi 100,000
Komp. esensial
Jumlah proses
produk dibuat per tahun.
Total waktu
Tabel 5 Proses manufaktur handle prototipe
No. Jenis proses Jenis proses Jumlah
1 psg tmpt poros pd fixture 2 14.60 1 Machining 45
2 kencangkan clamp 2 4.00
3 pasang pipa B pd fixture 1 3.30 0
Forming 1
5 kencangkan clamp 1 2.00 Casting 0
6 pasang steerer tube 1 3.63 0 Coating 12
7 kunci dengan pin 1 2.63
8 kencangkan clamp 1 2.00
9 weld 3 36.00
Setelah melalui beberapa proses iterasi,
10 reorientasi 1 9.00 didapatkan tiga buah desain handle baru
11 weld 3 36.00 seperti terlihat pada gambar 4:
113.53 1 a. Handle lipat A
b. Handle lipat B
Tabel 4 Total waktu perakitan handle c. Handle sliding
prototipe Perbedaan antara desain tersebut dan prototipe
assembly terletak pada material penyusun, desain fork,
No. Item name Qty. desain sambungan, dan metoda pelipatannya.
time
Kemudian dilakukan analisis DFMA kepa-
1 assembly handle 1 225.47
da ketiga desain baru tersebut. Pada tabel 7
2 subassy fork 1 113.53 terangkum ongkos manufaktur dan material
3 poros sambungan bwh B 1 33.00 dari handle prototipe dan tiga desain alter-
4 sambungan bawah 2 103.16 natif. Terlihat bahwa durasi dan ongkos
manufaktur alternatif jauh berkurang. Hal ini
5 sambungan atas 2 121.80
akibat pemanfaatan proses casting yang berha-
6 subassy pipa handle atas 1 42.26 sil mengurangi penggunaan proses machining.
7 pipa sprocket tgh 1 66.05 Sedangkan harga material dari ketiga
total 705.27 desain alternatif lebih mahal karena penggu-
naan material alumunium. Dampak pemilihan
Hasil analisis DFM yang terangkum pada material ini adalah berkurangnya proses
tabel 6 menunjukkan bahwa konfigurasi coating yang diperlukan sebagaimana
proses di atas membutuhkan waktu hingga tercantum pada gambar 5. Secara keseluruhan,
7004.4 detik dan ongkos total sebesar Rp. total ongkos produksi masingmasing alternatif
1,470,690.52. handle lebih murah daripada prototipe.
Rincian ongkos tesebut dapat dilihat pada
2.3 Desain Ulang Handle tabel 8.
Durasi dan ongkos total (perakitan dan
manufaktur) dari handle prototipe dapat diku-
TI-14
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)
Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015
Gambar 4 Desain alternatif handle: handle lipat A (kiri), handle lipat B (tengah), dan handle sliding
(kanan)
2.4 Pemilihan Desain Alternatif Terbaik dibandingkan desain yang lain meskipun
Berdasarkan analisis DFMA di atas, diten- peningkatan dari aspek perakitannya relatif
tukan desain terbaik dengan melihat pening- kecil. Berikut adalah analisis dari grafik
katan masing-masing dalam aspek perakitan tersebut
maupun manufakturnya. Peningkatan tiap a. Waktu perakitan
desain dibandingkan dengan prototipe dapat Waktu perakitan handle lipat B paling
dilihat pada gambar 6. cepat karena desain sambungan yang
Pada grafik tersebut, daerah di bawah garis sederhana. Sedangkan, walaupun handle sli-
hitam menggambarkan peningkatan dari ding memiliki sambungan yang lebih seder-
aspek perakitan. Sedangkan, di atas garis hana pada bagian atas handle, waktu yang
hitam adalah peningkatan dari aspek manu- dibutuhkan oleh subassemblynya terlalu
faktur. Dapat dilihat bahwa desain handle banyak.
lipat A mengalami peningkatan total terbesar b. Indeks DFA
TI-14
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)
Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015
Indeks DFA handle sliding paling baik dari handle sliding juga paling cepat di antara
karena adanya komponen standar puli dan ketiga alternatif karena pipa tengah dan atas
bautnya yang termasuk kategori komponen hanya disambung dengan ball pin.
esensial. Selain itu, waktu perakitan utama
TI-14
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)
Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015
TI-14