Tugas Senin LDW

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

SONDIR

I. Pengertian
Sondir adalah alat berbentuk silindris dengan ujungnya berupa konus. Dalam
uji sondir, stang alat ini ditekan ke dalam tanah dan kemudian perlawanan tanah
terhadap ujung sondir (tahanan ujung) dan gesekan pada silimur silinder
diukur.
Tes sondir merupakan salah satu tes dalam bidang teknik sipil dan geotek yang
berfungsi untuk mengetahui letak kedalaman tanah keras, yang nantinya dapat
diperkirakan seberapa kuat tanah tersebut dalam menahan beban yang didirikan di
atasnya. Tes ini biasa dilakukan sebelum membangun pondasi tiang pancang, atau
pondasi-pondasi dalam lainnya. Data yang didapatkan dari tes ini nantinya berupa
besaran gaya perlawanan dari tanah terhadap konus, serta hambatan pelekat dari
tanah yang dimaksud. Hambatan pelekat adalah perlawanan geser dari tanah
tersebut yang bekerja pada selubung bikonus alat sondir dalam gaya per satuan
panjang.

II. Kegunaan
Pengujian Sondir dilakukan untuk mengetahui pelawanan tanah yang
dilakukan dengan cara menusukkan Bikonis/ Konis kedalam Tanah. Dari gesekan
dan tekanan bikonos yang terjadi di dalam tanah dihantarkan melalui Stang Sondir
bagian dalam yang kemudian dibaca pada Manometer. Dari data yang
diperoleh maka dibuatlah Grafik Perlawanan Tanah dan Hambatan Konis.
Dengan adanya Grafik Sondir maka dapat diketahui Kondisi dan kedalaman
tanah untuk Perencanaan Pondasi. Selain itu hasil dari tes sondir itu sendiri dapat
diaplikasikan untuk menetukan tipe atau jenis pondasi yang akan dipakai beserta
memperkirakan seberapa dalam suatu pondasi yang akan diletakan dan menhhitung
daya dukung tanah.

III. Kelebihan dan Kekurangan


 Kelebihan
1. Ekonomis dan dapat dilakukaj ulang dengan hasil yang relatif sama
2. Data reltif kontinuue atau berkelanjutan
3. Dapat diulang dengan waktu yang cepat
4. Menghasilkan banyak parameter
5. Gangguan tanah kecil
 Kekurangan
1. Tidak bisa menebus material yang relatif kompak seperti tanah gravel, pasir
padat dan batuan
2. Tidak dapat diketahui tanah secara langsung

IV. Alat dan Bahan


 Alat pengujian
1. Mesin Sondir
2. Batang Sondir dan stangnya
3. Manometer
4. Bikonus dan paten konus
5. Plat persegi
6. 1 set angker
 Bahan
1. Minyak Hidrolik
2. Tanah

V. Metode dan Rumus


Metoda sounding/sondir terdiri dari penekanan suatu tiang pancang untuk
meneliti penetrasi atau tahanan gesernya. Metoda ini berfungsi untuk eksplorasi dan
pengujian di lapangan. Uji ini dilakukan untuk mengetahui elevasi lapisan “keras”
(Hard Layer) dan homogenitas tanah dalam arah lateral. Hasil Cone Penetration
Test disajikan dalam bentuk diagram sondir yang mencatat nilai tahanan konus dan
friksi selubung, kemudian digunakan untuk menghitung daya dukung pondasi yang
diletakkan pada tanah tersebut.
Pengujian dari metode ini terbagi atas 3, yaitu
 Persiapan Pengujian
1. Siapkan lubang untuk penusukan konus pertama kalinya, biasanya digali
dengan linggis sedalam sekitar 5 cm;
2. Masukkan 4 buah angker ke dalam tanah pada kedudukan yang tepat sesuai
dengan letak rangka pembeban;
3. Setel rangka pembeban, sehingga kedudukan rangka berdiri vertikal;
4. Pasang manometer 0 MPa s.d 2 MPa dan manometer 0 MPa s.d 5 MPa untuk
penyondiran tanah lembek, atau pasang manometer 0 MPa s.d 5 MPa dan
manometer 0
5. MPa s.d 25 MPa untuk penyondiran tanah keras;
6. Periksa sistem hidraulik dengan menekan piston hidraulik menggunakan
kunci piston, dan jika kurang tambahkan oli serta cegah terjadinya
gelembung udara dalam sistem;
7. Tempatkan rangka pembeban, sehingga penekan hidraulik berada tepat di
atasnya;
8. Pasang balok-balok penjepit pada jangkar dan kencangkan dengan memutar
baut pengecang, sehingga rangka pembeban berdiri kokoh dan terikat kuat
pada permukaan tanah. Apabila tetap bergerak pada waktu pengujian,
tambahkan beban mati di atas balok-balok penjepit;
9. Sambung konus ganda dengan batang dalam dan pipa dorong serta kepala
pipa dorong; dalam kedudukan ini batang dalam selalu menonjol keluar
sekitar 8 cm di atas kepala pipa dorong. Jika ternyata kurang panjang, bisa
ditambah dengan potongan besi berdiameter sama dengan batang dalam.
 Prosedur Pengujian
1. Pengujian Penetrasi Kronus
- Tegakkan batang dalam dan pipa dorong di bawah penekan hidraulik
pada kedudukan yang tepat;
- Dorong/tarik kunci pengatur pada kedudukan siap tekan, sehingga
penekan hidraulik hanya akan menekan pipa dorong;
- Putar engkol searah jarum jam, sehingga gigi penekan dan penekan
hidraulik bergerak turun dan menekan pipa luar sampai mencapai
kedalaman 20 cm sesuai interval pengujian;
- Pada tiap interval 20 cm lakukan penekanan batang dalam dengan
menarik kunci pengatur, sehingga penekan hidraulik hanya menekan
batang dalam saja (kedudukan 1, lihat Gambar 5);
- Putar engkol searah jarum jam dan jaga agar kecepatan penetrasi konus
berkisar antara 10 mm/s sampai 20 mm/s ± 5. Selama penekanan batang
pipa dorong tidak boleh ikut turun, karena akan mengacaukan
pembacaan data.
2. Pembacaan Hasil Pengujian
- Baca nilai perlawanan konus pada penekan batang dalam sedalam kira-
kira 4 cm pertama (kedudukan 2, lihat Gambar 4)
- Baca jumlah nilai perlawanan geser dan nilai perlawanan konus pada
penekan batang sedalam kira-kira 4 cm yang ke-dua (kedudukan 3, lihat
Gambar 4)

Gambar 4 Kedudukan pergerakan konus pada waktu pengujian sondir


3. Pengulangan langkah-langkah pengujian
- Ulangi langkah-langkah pengujian tersebut di atas hingga nilai
perlawanan konus mencapai batas maksimumnya (sesuai kapasitas alat)
atau hingga kedalaman maksimum 20 m s.d 40 m tercapai atau sesuai
dengan kebutuhan. Hal ini berlaku baik untuk sondir ringan ataupun
sondir berat.
4. Penyelesaian Pengujian
- Cabut pipa dorong, batang dalam dan konus ganda dengan
mendorong/menarik kunci pengatur pada posisi cabut dan putar engkol
berlawanan arah jarum jam.
- Catat setiap penyimpangan pada waktu pengujian
Adapun perhitungan dan rumus yang harus diaplikaiskan pada metode ini yaitu
menyangkut tentang hukum aksi dan reaksi, seperti yang digunakan untuk
perhitungan nilai perlawanan konus dan nilai perlawanan geser di bawah. Rumus
yang digunakan dalam metode ini cara perhitungannya beruratan dari persamaan 1
hingga persamaan 10
1. Perlawanan konus (qc)
Nilai perlawanan konus (qc) dengan ujung konus saja yang terdorong,
dihitung dengan
menggunakan persamaan :
Pkonus = P piston ................................................................................. (1)
qc x Ac = Cw x Api
qc = Cw x Api / Ac ........................................................................... (2)
Api = π (Dpi )2 / 4 ................................................................................ (3)
Ac = π (Dc)2 / 4 ................................................................................. (4)
2. Perlawanan Geser (fs)
Nilai perlawanan geser lokal diperoleh bila ujung konus dan bidang geser
terdorong bersamaan, dan dihitung dengan menggunakan persamaan :
Pkonus + Pgeser = Ppiston ..........................................................................
..(5)
(qc x Ac) + (fs x As) = Tw x Api
(Cw x Api) + (fs x As) = Tw x Api
fs = Kw x Api / As .......................................................................... (6)
As = π Ds Ls ................................................................................ (7)
Kw = (Tw - Cw ) .............................................................................. (8)
3. Angka banding geser (Rf)
Angka banding geser diperoleh dari hasil perbandingan antara nilai
perlawanan geser lokal (fs) dengan perlawanan konus (qs), dan dihitung
dengan menggunakan persamaan:
Rf = (fs / qs ) x 100 ............................................................................ (9)
4. Geseran total (Tf)
Nilai geseran total (Tf) diperoleh dengan menjumlahkan nilai perlawanan
geser lokal (fs) yang dikalikan dengan interval pembacaan, dan dihitung
dengan menggunakan persamaan :
Tf = (fs x interval pembacaan) .......................................................... (10)

dengan :
Cw : pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus (kPa);
Tw : pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus dan geser
(kPa);
Kw : selisih dengan (kPa);
Pkonus : gaya pada ujung konus (kN);
Ppiston : gaya pada piston (kN);
qc : perlawanan konus (kPa);
fs : perlawanan geser lokal (kPa);
Rf : angka banding geser (%);
Tf : geseran total (kPa);
Api : luas penampang piston (cm2);
Dpi : diameter piston (cm);
Ac : luas penampang konus (cm2);
Dc = Ds : diameter konus sama dengan diameter selimut geser (cm);
As : luas selimut geser (cm2);
Ds : diameter selimut geser (cm);
Ls : panjang selimut geser (cm)
Setelah dilakukan perhitungan menggunkan rumus yang telah ditentukan
dilanjutkan dengan penggambaran grafik hasil uji penetrasi konus
1. Gambarkan grafik hubungan antara variasi perlawanan konus (qc) dengan
kedalaman (meter).
2. Untuk uji sondir dengan konus ganda gambarkan hubungan antara
perlawanan geser(fs) dengan kedalaman dan geseran total (Tf) dengan
kedalaman.
3. Apabila diperlukan rincian tanah yang diperkirakan dari data perlawanan
konus dan perlawanan geser, gambarkan grafik hubungan antara angka
banding geser dengan kedalaman.

VI. Contoh Output dan Gambar


Contoh hasil uji penetrasi konus static

Lokasi : SALAMDARMA Penanggung jawab : Ir. Theo F. Najoan


No. sondir : DCPT.1 Tanggal : 15-11-2005
Elevasi : + 0,00 m

Cw Tw Kw qc fs fsx20cm Tf Rf
Kedalaman kPacm/100
kPa/100 kPa/100 kPa/100 kPa/100 kPa/100 kPa/100 (%)
0,20 8 9 1 16 0,133 2,66 2,66 0,83
0,40 25 30 5 50 0,667 13,34 16,00 1,33
0,60 30 35 5 60 0,667 13,34 29,34 1,11
0,80 28 33 5 56 0,667 13,34 42,68 1,19
1,00 21 42 21 42 2,801 56,03 98,71 6,67
1,20 19 22 3 38 0,400 8,00 106,71 1,05
1,40 16 18 2 32 0,267 5,34 112,05 0,83
1,60 11 16 5 22 0,667 13,34 125,39 3,03
1,80 12 17 5 24 0,667 13,34 138,73 2,78
2,00 12 17 5 24 0,667 13,34 152,07 2,78
2,20 18 27 9 36 1,201 24,02 176,09 3,34
2,40 16 24 8 32 1,067 21,34 197,43 3,33
2,60 10 16 6 20 0,800 16,00 213,43 4,00
2,80 10 14 4 20 0,534 10,68 224,11 2,67
3,00 9 17 8 18 1,067 21,34 245,45 5,93
3,20 11 20 9 22 1,201 24,02 269,47 5,46
3,40 14 18 4 28 0,534 10,68 280,15 1,91
3,60 18 21 3 36 0,400 8,00 288,15 1,11
3,80 29 35 6 58 0,800 16,00 304,15 1,38
4,00 19 25 6 38 0,800 16,00 320,15 2,11
4,20 15 20 5 30 0,667 13,34 333,49 2,22
4,40 24 32 8 48 1,067 21,34 354,83 2,22
4,60 19 28 9 38 1,201 24,02 378,85 3,16
4,80 25 41 16 50 2,134 42,68 421,53 4,27
5,00 19 26 7 38 0,934 18,68 440,21 2,46
5,20 9 17 8 18 1,067 21,34 461,55 5,93
5,40 9 17 8 18 1,067 21,34 482,89 5,93
5,60 8 15 7 16 0,934 18,68 501,57 5,84
5,80 11 19 8 22 1,067 21,34 522,91 4,85
6,00 8 16 8 16 1,067 21,34 544,25 6,67
6,20 4 7,5 3,5 8 0,467 9,34 553,59 5,84

Contoh grafik dan uji Sondir


SNI 03-2827-1992, “Metode pengujian lapangan dengan alat sondir”.
ASTM D 1586-84 (1984), “Standard penetration test and split barrel sampling of soils”.
http://www.piezocone.co.cc/ P I E Z O C O N E.htm

ASTM D 3080-90 (1990), “Test method for direct shear test of soils under consolidated
drained conditions”.

SNI 2813:2008, “Cara uji kuat geser langsung tanah terkonsolidasi dan terdrainase”

SNI 03-1744-1989 METODE PENGUJIAN CBR LABORATORIUM


DIRECT SHEAR
I. Pengertian
Direct Shear Test adalah suatu metode uji kuat geser tanah secara langsung
dengan menggunakan media shear box yang ditemukan oleh Coloumb di tahun
1776. Kuat geser tanah adalah kemampuan tanah melawan tegangan geser yang
terjadi pada saat terbebabani, dengan adanya tegangan geser meneyebabkan
terjadinya keruntuhan geser tanah yang terjadi karena adanya gerakan relatif antara
butir-butir tanah tersebut bukan terjadi karena adanya hancurnya butir-butir tanah
tersebut.
Metode direct shear ini dapat dilakukan dengan single shear atau double shear
yang keduanya dapat diaplikasikan pada semua jenis tanah baik itu tanah asli
(undistrub) atau tanah urugan / terganggu (distrub). Dalam perhitungan mekanika
tanah, kuat geser ini biasa dinyatakan dengan kohesi ( C ) dan sudut gesek dalam
(φ).
II. Kegunaan
Direcrt shear merupakan salah satu uji tanah yang dilakuakn di studio atau
laboratorium dengan menggunakan alat tertentu yang disebut shear box. Setelah
melakukan analisis dari metode ini dapat menentukan kuat geser tanah setelah
mengalami konsolidasi akibat suatu beban dengan drainase dua arah, dan
mengetahui nilai kohesi (c) berikut sudut geser (φ) pada suatu tanah.

III. Kelebihan dan Kekurangan


 Kelebihan
1. Drainase yang cepay dapat diperoleh, karena ketebalan sample percobaan
yang kecil
2. Dapat digunakan untuk mengetahui parameter kuat geser pada pertemuan
tanah
 Kekurangan
1. Arah Bidang keruntuhan sudah diketahui
2. Luas permukaan sliding berubah seiring dengan berjalannya proses
percobaabn
3. Ketidak seragaman distribusi kuat geser sepanjang bidang runtuh

IV. Alat dan Bahan


 Alat pengujian
1. Direct shear dan shear Box
2. Alat Pembeban Gaya vertikal dan gaya horizontal
3. Neraca
4. Oven
5. Alat pemadat material atau benda uji
6. Alat ukur waktu
7. Displacment Indikator
 Bahan
1. Air
2. Batu Berpori
V. Metode dan Rumus
Secara umum Metode Direct shear dilakukan dengan cara tanah dimasukan
kedalam kotak seteah itu sistem gantungan atau beban berfungsi memeberikan
tegangan normal pada sample, alat pendorong memberikan gaya horizontal pada
bagian awah kotak, gaya horizontal diberikan dengan dengan deformasi tetap.
Pengujian dilakukan dengan tegangan normal yang berbeda-beda. Hasilnya diplot
kedalam grafik tegangan normal dan tegangan geser.
Pengujian dari metode ini terbagi atas
1. Penjenuhan benda uji
Jenuhkan benda uji dengan cara mengisi bak dengan air hingga benda uji
dan batu pori terendam seluruhnya. Sebelum pembebanan pada benda uji
tanah dilakukan dengan cara meletakkan beban pada ujung sebuah balok
datar, benda uji selalu direndam dalam air selama pengujian.
2. Pembebanan konsolidasi
Lakukan pembebanan konsolidasi dengan tahapan sebagai berikut.
- Lepaskan beban 10 g yang terpasang
- Pasang beban pada gantungan beban sehingga benda uji mendapat
tekanan sesuai dengan tekanan yang akan dialami di lapangan;Buka
kunci lengan pembeban dan baca deformasi pada arloji ukur gerak
vertikal untuk waktu t = 0; 0,25; 1,0; 4,0; 6,25; 9,0; 12,25; 16,0; 20,25;
60; 120; 240; 480; dan 1440 menit.
3. Penentuan waktu penggeseran
Waktu yang dibutuhkan benda uji untuk mencapai 50% konsolidas dengan
menggunakan metode logaritma waktu (log time) adalah sebagai berikut:
- Gambarkan hubungan antara logaritma waktu dengan bacaan
deformasi;
- Pilih dua gambar pada grafik dengan nilai banding 1 : 4 (misal 0,5
menit dan 2,0 menit),
- Tarik garis vertikal ad ke atas dengan jarak yang sama dengan ac;
Ulangi langkah srip ke 1) dan 2) satu atau dua kali untuk waktu 0,25
menit dan 1 menit, serta 0,75 menit dan 3 menit;
- Tarik garis d0 melewati elevasi rata-rata dari titik d yang diperoleh
dengan langkahlangkah strip 2), 3), 4), 5) yang merupakan garis
dengan derajat konsolidasi teoritis 0 %;
- Tarik garis AB menyinggung bagian lurus dari kurva logaritma waktu;
- Tarik garis DP menyinggung bagian bawah dari kurva logaritma
waktu, dimulai dari titik akhir bacaan;
- Tentukan perpotongan garis AB dan DF (yaitu titik C) dengan derajat
konsolidasi mencapai 100 %;
- Tarik garis horizontal d100 melalui titik C;
- Gambar skala derajat konsolidasi dengan d0 = 0 % dan d100 = 100 %;
- Tarik garis horizontal melalui d50 = ½ (d100 + d0);
- Tentukan absis titik potong garis horizontal d50 dengan kurva
logaritma waktu, yaitu waktu yang diperlukan benda uji mengalami 50
% konsolidasi primer (t50);
- Hitung koefisien konsolidasi dengan persamaan (1).
4. Penggeseran benda uji
Lakukan penggeseran benda uji dengan langkah-langkah sebagai berikut:
- Buka baut pengunci kotak geser agar bagian atas dan bagian bawah
kotak dapat bergeser;
- Setel kotak cincin pembeban agar dapat menempel pada kotak geser
bagian atas;
- Setel arloji ukur cincin pembeban sehingga letak jarum ada pada posisi
nol;
- sebelum digeser dengan menggerakkan mundur dongkrak penekan
secara manual.
5. Pengeluaran benda uji dari kotak geser
- Lakukan pengeluaran benda uji dari kotak geser dengan urutan sebagai
berikut:
- Lepaskan beban dari gantungan pembeban;
- Naikkan dan putar penopang arloji ukur vertikal;
- Angkat ujung lengan pembeban dan rebahkan rangka pembeban pada
posisi parkir tidak dipakai);
- Keluarkan benda uji tanah dari kotak geser.
6. Pengulangan langkah-langkah pengujian
Ulangi langkah-langkah pengujian tersebut di atas dengan menggunakan
minimum dua benda uji lagi untuk tekanan normal atau beban konsolidasi
yang berbeda.

Rumus yang diaplikasikan dalam metode ini berturut-turut


1. Kuat geser taah dinyatakan dalam
2. Hubungan antara tegangan total, tegangan efektif dan tegangan air pori adalah
sebagai berikut;

VI. Contoh Output dan Gambar

Gambar alat direct shear


Gambar ilustrasi alat direct shear

UJI GESER LANGSUNG CD


Data Proyek.
No Proyek : Tanggal Uji : 26-01- Data file :
2001 Pemberi Kerjaan : Contoh
Proyek : Jorong Coal Exploration
2000 Lokasi Contoh : DM.185-12 Penguj : Deddy
(40,00m s.d 40,30m) Deskripsi Contoh : i : Theo
Silt abu-abu Penyel FN
ia
Data Benda Uji No. 1
Tipe benda uji : Inti hasil
pengeboran Spesifik gravity : 2,65 PL= % PI = %
LL =
%
Parameter benda uji Sebelum pengujian Waktu pengujian
Diameter (cm 6,000
)
Tinggi (cm 2,000 1,990
)
Berat (g) 123,60
0
Kadar air (%) 5,900 7,700
Berat Vol. Kering (g/cc) 2,100
Derajat kejenuhan (%) 55,200
Angka pori (-) 0,284
Data Hasil Uji
Konstanta arloji ukur deformasi horizontal = 0,001
cm/unit divisi Konstanta arloji ukur deformasi vertikal
= 0,001 cm/unit
divisi Konstanta cicin ukur beban = 1,77 x 10-3
kN/divisi Kecepatan pergeseran horizontal = 0,008
%/menit Tegangan normal = 440 kPa
N0. Horizontal Cincin Pembeban Beban Tegangan Vertikal
Bacaan arloji Deformasi (Divisi) (kN) Geser Bacaan Deformasi
(cm) (kPa) arloji (cm)
0 0,0 0,000 0 0,0 0,00 977,2 0,0000
1 40,0 0,040 240 0,4 151,01 972,2 0,0050
2 80,0 0,080 506 0,0 318,37 969,8 0,0074
3 120,0 0,120 720 1,3 453,02 965,5 0,0117
4 160,0 0,160 871 1,5 548,03 961,6 0,0156
5 200,0 0,200 106 1,0 666,94 956,7 0,0205
0
6 240,0 0,240 112 2,0 705,95 956,4 0,0208
2
7 270,0 0T270 114 2,0 717,91 952,0 0,0249
1
8 280,0 0,280 114 2,0 720,43 ( P )* 951,5 0,0257
5
9 290,0 0,290 113 2,0 714,15 951,2 0,0260
5
10 320,0 0,320 991 1,8 623,53 950,3 0,0269
11 330,0 0,330 911 1,6 573,19 950,0 0,0272
12 340,0 0,340 878 1,6 552,43 950,0 0,0272
13 380,0 0,380 851 1,5 535,44 949,7 0,0275
14 420,0 0,420 825 1,5 519,08 949,3 0,0279
15 460,0 0,460 798 1,4 502,10 948 , 9 0,0283
16 500 , 0 0,500 771 1,4 485,11 948 , 5 0 , 0287
17 540 , 0 0,540 745 1,3 468 , 75 948 , 1 0 , 0291
18 580,0 0,580 718 1,3 451,76 947 , 7 0 , 0295
19 620,0 0,620 705 1,3 443,58 947,5 0,0297
20 660 , 0 0,660 688 1,2 432,88 947,2 0,0300
21 700 , 0 0,700 639 1,1 402,05 946,9 0,0303
22 740,0 0,740 611 1,1 384 , 44 946 , 7 0,0305
23 780 , 0 0,780 585 1,0 368 , 08 946 , 5 0,0307
24 820,0 0,820 558 1,0 351,09 946 , 3 0 , 0309
25 860,0 0,860 531 0,9 334 , 10 946 , 1 0,0311
26 900 , 0 0,900 505 0,9 317 , 74 945 , 9 0,0313
27 940 , 0 0,940 478 0,9 300,75 945 , 7 0 , 0315
28 980 , 0 0,980 457 0,8 287 , 54 945 , 2 0,0320
29 1020,0 1,020 451 0,8 283 , 77 944,8 0 , 0324
30 1060,0 1,060 440 0,8 276,84 944,6 0,0326
* Kuat geser puncak (peak strength) tertinggi

Contoh Tabel hasil uji geser langsung


CBR “California Bearing Ratio”
I. Pengertian
CBR (California Bearing Ratio) metode percobaan daya dukung tanah yang
dikembangkan oleh California State Highway Departement. CBR Laboratorium
sendiri memilki makna yaitu perbandingan antara tegangan penetrasi suatu
lapisan/bahan tanah atau perkerasanterhadap tegangan penetrasi bahan standar
dengan kedalaman dan kecepatan penetrasiyang sama (dinyatakan dalam persen).
Prinsip pengujian ini adalah pengujian penetrasi dengan menusukkan benda ke
dalam benda uji.
Kekuatan tanah diuji dengan uji CBR sesuai dengan SNI-1744-1989. Nilai
kekuatan tanah tersebut digunakan sebagai acuan perlu tidaknya distabilisasi
setelah dibandingkan dengan yang disyaratkan dalam spesifikasinya.
II. Kegunaan
Dengan uji kekuatan tanah dengan menggunakan CBR dapat dinilai kekuatan
tanah dasar atau bahan lain yang dipergunakan untuk membuat perkerasan. Selain
itu untuk Untuk mengevaluasi dan merencanakan tebal lapis perkerasan lentur
(lapis fondasi dan lapis fondasi bawah), kekuatan struktural tanah dasar dan tebal
lapis perkerasan jalan dengan lapis permukaan tanpa pengikat dan Untuk
menentukan kapasitas pembebanan rata-rata yang dapat dipikul oleh suatu
lapisan/bahan tanah.
Setelah dilkukannya analisi menggunkan metode ini, umunya digunkan untuk
perencanaan pembutan jalan baru dan lapangan terbang

III. Kelebihan dan Kekurangan


 Kelebihan
 Kekurangan
IV. Alat dan Bahan
 Alat pengujian
1. Mesin penetrasi
2. Cetakan logam
3. Piringan pemisah dari logam
4. Alat tumbuk
5. Alat pengukur pengembangan
6. Keping beban
7. Torak penetrasi
8. Alat timbang
 Bahan
1. Air
2. Tanah
V. Metode dan Rumus
Material yang digunakan dalam uji CBR ini ilah tanah undistrub atau tanah asli
yang tidak terganggu. Untuk menentukan nilai CBR laboratorium harus disesuaikan
dengan peralatan dan data hasil pengujian kepadatan, yaitu Pengujian Pemadatan
Ringan Untuk Tanah, (SKBI 3.3.30. 1987/UDC. 624.131.43 (02)) atau Pengujian
Pemadatan Berat Untuk Tanah (SKBI 3.3.30.1987/UDC. 624.131.53.(02)).
Setelah diketahui niali CBR dari material yang diuji, kita dapat mengtahui nilai
cbr suatu material tanah itu tinggi atau redah. Makin tinggi nilai CBR tanah
(subgrade) maka lapisan perkerasan diatasnya akan semakin tipis dan semakin kecil
nilai CBR (daya dukung tanah rendah), maka akan semakin tebal lapisan perkerasan
di atasnya sesuai beban yang akan dipikulnya.
Prosedur metode pengujian dari uji CBR ini sebagai berikut;
1. Letakan keping pemberat diatas permukaan benda uji seberat minimal 4,5
kg atau 10 Lb atau sesuai dengan perkerasan.
2. Untuk benda uji yang direndam, beban harus sama dengan beban yang
dipergunakan waktu perendaman. Pertama, letakan keping pemberat 2,27
kg atau 5 lb untuk mencegah mengembangnya permukaan benda uji pada
bagian lubang keping pemberat. Pemberatan selanjutnya dipasang setelah
torak disentuhkan pada permukaan benda uji.
3. Kemudian atur torak penetrasi pada permukaan benda uji sehingga arloji
beban
menunjukan beban permulaan sebesar 4,5 kg atau 10 lb. Pembebanan
permulaan ini
diperlukan untuk menjamin bidang sentuh yang sempurna antara torak
dengan
permukaan benda uji. Kemudian arloji penunjuk beban dan arloji pengukur
penetrasi
di-nol-kan.
4. Berikan pembebanan dengan teratur sehingga kecepatan penetrasi
mendekati
kecepatan 1,27 mm/menit atau 0,05”/menit. Catat pembacaan pembebanan
pada penetrasi 0,312 mm atau 0,0125”; 0,62 mm atau 0,025”; 1,25 mm atau
0,05”; 0,187 mm atau 0,075”; 2,5 mm atau 0,10”; 3,75 mm atau 0,15”; 5
mm atau 0,20”; 7,5 mm atau 0,30”; 10 mm atau 0,40”; dan 12,5 mm atau
0,50”.
5. Catat beban maksimum dan penetrasinya bila pembebanan maksimum
terjadi
sebelum penetrasi 12,5 mm atau 0,50”.
6. Keluarkan benda uji dari cetakan dan tentukan kadar air dari lapisan atas
benda uji setebal 25,4 mm atau 1”.
7. Bila diperlukan kadar air rata-rata maka pengembalian benda uji untuk
kadar air
dapat diambil dari seluruh kedalaman.Benda uji untuk pemeriksaan kadar
air sekurang-kurangnya 100 gram untuk tanah berbutir halus atau sekurang-
kurangnya 500 gram untuk tanah berbutir kasar.

Perhitungan dan Rumus


1. Pengembangan (swell) ialah perbandingan antara perubahan tinggi selama
perendaman terhadap tinggi benda uji semula, dinyatakan dalam persen.
2. Hitung pembebanan dalam kg atau lb, dan gambarkan grafik beban terhadap
penetrasi. Pada beberapa kejadian permulaan, terdapat keadaan kurva beban
cekung akibat dari tidak keteraturan permukaan atau sebab-sebab lain.
Dalam keadaan ini titik nolnya harus dikoreksi.
3. Dengan menggunakan harga-harga beban yang sudah dikoreksi pada
penetrasi 2,54 mm atau 0,1” dan 50,8 mm atau 0,2” hitung harga CBR
dengan cara membagi beban yang terjadi masing-masing dengan beban
standar 70,31 kg/cm2 atau 1000psi dan 105,47 kg/cm2 atau 1500 psi dan
kalikan masing-masing dengan 100. Umumnya harga CBR diambil pada
penetrasi 2,54 mm atau 0,1”. Bila harga yang didapat pada penetrasi 2,54
mm atau 0,1”, percobaan tersebut harus diulangi. Apabila percobaan
ulangan ini masing tetap menghasilkan nilai CBR pada penetrasi 5,08 mm
atau 0,2” lebih besar dari nilai CBR pada penetrasi 2,54 mm atau 0,1”, maka
harga CBR diambil pada penetrasi 5,08 mm atau 0,2”. Bila beban
maksimum dicapai pada penetrasi sebelum 5,08 mm atau 0,2” maka harga
CBR diambil dari beban maksimum tersebut dan dibagi dengan beban
standar yang sesuai.

CBR laboratorium dapat dibedakan atas 2 macam yaitu :


1. CBR laboratorium rendaman (soaked design CBR)
2. CBR laboratorium tanpa rendaman (Unsoaked Design CBR)
Pada pengujian CBR laboratorium rendaman pelaksanaannya lebih
sulit karena membutuhkan waktu dan biaya relatif lebih besar dibandingkan
CBR laboratorium tanpa rendaman. Sedangkan dari hasil pengujian CBR
laboratorium tanpa rendaman sejauh ini selalu menghasilkan daya dukung
tanah lebih besar dibandingkan dengan CBR laboratorium rendaman.

VI. Contoh Output dan Gambar

Gambar Mesin Penetrasi laboratorium


Output pengukuran CBR

Anda mungkin juga menyukai