Pengujian Tanah I
Pengujian Tanah I
Pengujian Tanah I
MODUL PRAKTIKUM
PENGUJIAN TANAH I
OLEH
LEMBARAN PENGESAHAN
MODUL PRAKTIKUM
PENGUJIAN TANAH I
Oleh
Nama : Ferdinan Nikson Liem, SST., MT.
NIP
Telah diperiksa dan disetujui untuk diberlakukan dalam proses belajar mengajar pada Jurusan
Teknik Sipil Politeknik Negeri Kupang semester III Tahun Ajaran 2012/2013.
ii
PRAKATA
Buku ini disusun sebagai pegangan bagi mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Kupang dalam menempuh mata kuliah Pengujian Tanah I. Dalam buku ini, pembahasan akan
lebih mengarah pada pekerjaan tanah yang lebih menekankan pada pemeriksaan tanah untuk
mendapatkan nilai index properti tanah, sebagai kesatuan dari keseluruhan materi untuk
pengujian tanah.
Buku ini diharapkan dapat membantu para pembaca (terutama mahasiswa) dalam memahami
metode penentuan parameter tanah di laboratorium untuk keperluan perencanaan pekerjaan
rekayasa sipil, khususnya pekerjaan yang berhubungan dengan tanah.
Disadari akan kekurangan dalam buku ini sehingga saran dan kritik dari pembaca akan sangat
bermanfaat sebagai bahan koreksi bagi penyusun/penulis demi penyempurnaannya.
iii
DAFTAR ISI
Pengesahan ..........................................................................................................
ii
Prakata ...................................................................................................................
iii
iv
12
19
21
25
32
39
49
60
iv
Bikonus
-1-
Kunci T + engkol
Kunci plunyer
Kunci Pipa
Meteran
Obeng
Linggis
Castrol oil
Alat Tulis
Alat pembersih
-2-
-3-
IV.
Persiapan
Sebelum melakukan pengujian, perlu diperhatikan (persiapan) :
1. Pasang manometer sambil diatur posisinya hingga memudahkan dalam pembacaan
2. Buka tutup plunyer serta salah satu kran manometer
3. Pasang alat pengunci plunyer
4. Isi minyak castrol oil, keluarkan udara yang terperangkap dengan jalan membuka
salah satu kran manometer lalu menaik-turunkan kunci plunyer
5. Bila sudah penuh, tutup kran kembali dan buka kran yang lainnya lalu lakukan
pengisian castrol oil lagi seperti di atas
6. Pasang ke-dua manometernya
7. Lakukan pengujian terhadap ke-dua manometer apakah sudah bekerja dengan baik
atau belum, yaitu dengan jalan membuka salah satu kran manometer dan tekan
pelan-pelan ke salah satu landasan sampai manometer menunjukkan angka 60
kg/cm2 dan/atau 250 kg/cm2
8. Bila tidak dapat tercapai, kemungkinan isi plunyer kurang penuh, atau memang
manometer yang rusak
9. Lakukan pengecekan konus atau bikonus sudah bekerja dengan baik atau belum
V. Langkah kerja
1. Pasang sistem angker
2. Buat persiapan lubang sedalam 15 cm untuk penusukan konus
3. Pasang dan atur mesin sondir secara vertikal pada tempat yang akan diuji dengan
menggunakan ambang dan angker secara kuat
4. Lakukan penyambungan atau bikonus pada stang sondir dan pasangkan pada mesin
sondir
5. Beri tanda jarak 20 cm pada stang sondir dengan menggunakan kapur tulis
6. Pasang kop penekan dan mulailah penekanan pada tanah sampai kedalaman 20 cm
-4-
7. Lakukan pembacaan manometer dengan manarik kunci bolt (tracer) agar yang bekerja
adalah rod (bukan stang bor), dan penekanan kunus ke dalam tanah, maka
manometer akan terbaca.
Pembacaan pada setiap interval kedalaman tertentu dilakukan sebagai berikut :
a. tracer ditekan, kemudian turunkan plunyer dengan memutar engkol searah
putaran jarum jam. Pada posisi ini plunyer akan menekan casing stang melalui
tracer, sehingga stang bersama konus akan turun sampai kedalaman yang
ditentukan
b. Naikkan plunyer sedikit (dengan memutar engkol berlawanan arah dengan jarum
jam), tarik tracer kemudian turunkan plunyer. Pada posisi ini plunyer akan
menekan stang rod sehingga ujung konus akan bergerak turun sedangkan casing
diam (tidak bergerak).
Pada waktu penekanan konus/bikonus :
-
bila menggunakan bikonus, akan terjadi 2 (dua) pembacaan yaitu yang pertama
terbaca perlawanan konus sedalam 4 cm dan yang kedua akan terbaca
perlawanan konus dan hambatan lekatnya
8. Lakukan penusukan kembali ke dalam tanah sampai didapatkan nilai konus yang
diinginkan atau sampai kedalaman tanah yang keras. Pembacaan dilakukan setiap
kedalaman 20 cm
9. Setelah dicapai kedalaman tanah yang keras atau kedalaman dan nilai konus yang
diinginkan, maka pengujian dihentikan
10. Gantilah kop penekan dengan kop penarik untuk menarik stang
11. Lakukan penarikan stang satu per satu sampai semua stang dikeluarkan
12. Lakukan pembongkaran alat dan simpan dengan rapi pada tempatnya
-5-
= Hambatan Lekat
JP
PK
HL
0
dengan,
HL
= hambatan lekat
3. Buat grafik
(a) Penetrasi konus terhadap kedalaman
(b) JUmlah hambatan lekat terhadap kedalaman
-6-
JP (kg/cm2)
HL (kg/cm2)
(c)
(b)
(f) = (e)
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
.
.
.
i
Grafik sondir
Grafik hub. Kedalaman vs PK dan
Kedalaman vs JHL
PK / JHL (kg/cm2)
0
50
100
150
200
250
0,0
0,2
0,4
Kedalaman (m)
0,6
0,8
1,0
1,2
1,4
1,6
1,8
2,0
-7-
PENGEBORAN / SAMPLING
I.
Tujuan
1. Untuk menyelidiki/mengetahui jenis-jenis lapisan tanah (Stratigrafi) pada setiap
kedalaman.
2. Menetapkan kedalaman untuk contoh tanah asli dan tidak asli.
3. Pengambilan contoh tanah asli dan/atau tidak asli untuk keperluan penyelidikan lebih
lanjut di laboratorium.
-8-
dasar tabung sebelum mencabutnya kembali, lalu lepaskan tabung contoh dari
stangnya, tanah pada kedua ujungnya dikeluarkan sedikit kurang lebih 1 cm kemudian
tutup dengan parafin cair gunanya untuk mencegah terjadinya pengeringan.
III. Peralatan
Alat bor terdiri dari :
a. Stang bor
b. Mata bor Iwan
c. Mata bor Spiral
d. Kunci T
e. Engkol
Alat sampling terdiri dari :
a. Tabung sample
b. Stik Aparat
c. Kop Pemukul
Perlengkapan :
a. Meteran
b. Kunci Inggris
c. Kunci Pipa
d. Palu/martil
e. Kunci Pemutar
-9-
4. Setelah mata bor penuh, alat bor di angkat keluar kemudian segera diidentifikasi
tentang jenis, warna, sifat, dan sebagainya dari tanah, sambil mata bornya
dibersihkan.
5. Langkah 3 & 4 dilanjutkan sampai kedalaman yang dikehendaki, bila kedalaman
lubang bor sudah lebih dari satu stang, maka stang disambung dengan stang lain.
b. Pengambilan contoh
Contoh tanah asli diambil pada setiap interval kedalaman tertentu.
1. Pada kedua sisi lubang bor dipasang setelah angker tempat dudukan rangka
dongkrak.
2. Dasar lubang bor dipasang setelah angker tempat dudukan rangka dongkrak.
3. Dasar lobang bor dibersihkan dari runtuhan tanah.
4. Mata bor dilepas dari stangnya dan digantikan dengan stick Aparat untuk
memasang tabung contoh.
5. Ukur panjang tabung contoh, kemudian tabung contoh dimasukkan ke dalam
lubang bor hingga dasar lubang.
6. Pada bagian atas dari stang dipasang dongkrak sebagai alat penekan
7. Tekan stang dengan perlahan-lahan hingga tabung contoh masuk ke dalam
tanah dan terisi penuh.
8. Setelah tabung contoh penuh, stang diputar 1800, untuk memutuskan tanah di
bagian bawah tabung contoh, kemudian ditarik ke atas dan dikeluarkan dari
lubang bor.
9. Segera lepaskan tabung contoh dari stangnya, lalu bersihkan. Tanah pada kedua
ujungnya dikorek sedikit ( 1 cm) kemudian ditutup dengan parafin cair yang telah
dipersiapkan sebelumnya, kemudian diberi label.
10. Lanjutkan pekerjaan pengeboran
- 10 -
Depth (m)
Sample
V. Boring Log
Water Level
Soil Description
0.0
0.2
0.4
.
.
.
i
- 11 -
Tujuan
Menduga secara Kasar Kekuatan Tanah secara langsung di lapangan, yang juga
dapat dipakai untuk menduga daya dukung suatu tanah serta penurunannya, yaitu dengan
menentukan harga perlawanan dengan metode dinamik (N-SPT).
- 12 -
Kepadatan
Derajat Kepadatan
<4
Sangat Lepas
0.00 0.15
5 10
Lepas
0.15 0.35
11 24
Sedang
0.35 0.65
25 40
Padat
0.65 0.85
> 50
Sangat Padat
0.85 1.00
- 13 -
Konsistensi
<1
Sangat lembek
24
Lembek
58
Sedang
9 15
Kaku
16 30
Sangat Kaku
31 - 59
Keras
< 60
Sangat Keras
Hasil pengujian dengan SPT ini sebaiknya selalu dianggap sebagai perkiraan kasar saja,
bukan sebagai nilai teliti. Umumnya hasil percobaan penetrasi statis seperti alat sondir
lebih dipercaya dari hasil percobaan dinamis seperti SPT ini.
III. Peralatan
Yang digunakan adalah satu set alat SPT :
1. Split Spoon
2. Close Cone
3. Batang Pipa Bor Dan Driving Colar
4. Hammer 140 lbs (beban 63 kg)
5. Crane
6. Kabel Sling
7. Tali tambang
8. Kaki Tiga (tripot)
9. Alat bor mesin/tangan
10. Kunci-kunci
11. Meter rol / mistar
- 14 -
- 15 -
- 16 -
= N2 + N3 = 4 + 5 = 9 pukulan
= N2
+ N3
= 4 + 3 = 7 pukulan
1.50 m
3.00 m
N1
N2
N3
NSPT
Dari data pengujian Standar Penetrasi Test, didapat hasil sebagai berikut :
N pada kedalaman 1.50 m = 9 pukulan
N pada kedalaman 3.00 m = 7 pukulan
Kosistensi tanah adalah sebagai berikut :
Pada kedalaman 1.50 m = Konsistensi kaku
Pada kedalaman 3.00 m = Konsistensi Sedang
Derajad kepadatan tanah untuk N = 5 10 adalah 0,15 0,35
- 17 -
Tanggal :
NO. BORING :
SPT
PROYEK
LOKASI
KEDALAMAN BOR :
DEPTH
(m)
STANDARD
SAMPLE
SOIL DESCRIPTION
PENETRATION TEST
I
II
III
SPT
9
10
11
12
13
14
14
15
16
17
18
19
20
15
16
17
18
19
20
21
- 18 -
Tujuan
Menentukan berat isi tanah kondisi asli atau tanah yang relative tidak terganggu
(undisturbed) dengan cara menusukan cincin cetakan ke dalam tabung sample.
- 19 -
W W2 W1
1
2
V
4 .d .t
1,56 gramcm3
2
2
V
82
,
83
.d
.t
.
3
,
14
.
3
,
75
.
7
,
5
4
4
No
Berat
Berat cetakan
Volume (V)
Benda Uji
Cetakan/ring
+Tanah (W2)
cm3
(W
1) gram
178,38
gram
307,98
82,83
/cm3
1,56
178,38
312,36
82,83
1,62
178,38
312,00
82,83
1,61
- 20 -
= W2 W3
= W2 W3
Kadar air selalu dinyatakan dalam persen, nilainya dapat berkisar dari 0% sampai dengan
200% atau 300%. Pada umumnya tanah dalam keadaan aslinya, kadar air umumnya
berkisar antara 15% sampai dengan 100%.
Jumlah benda uji yang dibutuhkan untuk pemeriksaan kadar air tergantung pada ukuran
butir maksimum dari contoh yang diperiksa dengan ketelitian penimbangan seperti terlihat
pada tabel berikut ini :
- 21 -
Ukuran butir
maksimum
minimum
3/ 4
Ketelitian
1000 gr
1 gr
100 gr
0,1 gr
10 gr
0,01 gr
IX. Peralatan
Peralatan yang digunakan :
5. Krus kadar air.
6. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr
7. Oven (kapasitas 1050C).
8. Desikator
- 22 -
X. Langkah kerja
5. Krus kosong dibersihkan dan dikeringkan, kemudian ditimbang (W1).
6. Masukkan contoh tanah secukupnya ke dalam krus, kemudian ditimbang (W2).
7. Masukkan ke dalam oven selama 24 jam.
8. Setelah dioven, didinginkan dalam desikator sekurang-kurangnya 1 Jam, kemudian
ditimbang (W3), maka kadar air tanah :
W2 W3
x 100%
W3 W1
W2 W3
33,720 23,830
x100%
x100% 57,003%
W3 W1
23,830 6,480
- 23 -
W2 W3
37,630 26,470
x100%
x100% 56,137%
W3 W1
26,470 6,590
KADAR AIR ( %)
Nomor krus
33,720
37,630
23,830
26,470
(gr)
Berat air (gr)
9,890
11,160
6,480
6,590
17,350
19,880
57,003
56,137
56,570
- 24 -
I.
Tujuan
Menentukan nilai kekuatan tekan bebas suatu contoh tanah.
Menentukan sensitivitas tanah.
= 289,12 gram
Berat cetakan
= 180,04 gram
Berat tanah
= 109,08 gram
Volume (A 0 ) 1 .. 2 .tinggi
4
1 ..3,72.7,5 82,83cm 2
4
berat tanah 109,08
1,317 gr 3
cm
Volume
82,83
- 25 -
III. Peralatan
- 26 -
- 27 -
V. Contoh perhitungan
Pada menit ke 1, kecepatan regangan 1 % per menit.
Benda Uji 1; d = 3,75 cm
Luas
. .d 2
. .3 ,7 52
1 1 ,03 9cm2
tinggi (Lo) = 7,50 cm
L
= 1% x 7,50 = 0,075 cm
Berat isi
. .d2 .tinggi
. .3 ,7 52.7 ,5
1,45 gram 2
cm
Volume
83,82
Nilai yang perlu dihitung dan yang bisa didapatkan dari pengujian ini adalah :
Regangan axial dihitung dengan rumus :
L
lo
P
A1
regangan Axial
- 28 -
dimana : u
A
A1 0
1-
Tegangan
P beban k.N
k faktor kalibrasi proving ring
N nilai pembacaan proving ring
Nilai kekuatan tekan bebas maksimum (max = qu ), diambil dari grafik diagram
tegangan regangan, dari sini dapat dihitung cu (kekuatan geser undrained
lempung) dengan rumus :
Cu 1 2 q u
Nilai sensitifitas tanah ditentukan dengan rumus ;
St
'
Hubungan umum antara konsistensi tanah dengan kekuatan tanah lempung dari test kuat
tekan biasa adalah sebagai berikut :
Konsistensi
Qu
Lb/ft2
kN/m2
Sangat lunak
<250
<23,94 24
Lunak
250 500
24 48
Menengah
500 1000
48 96
Kaku
1000 2000
96 192
Sangat Kaku
2000 4000
192 383
Keras
>4000
> 383
- 29 -
l 0,075
0,01 1%
Lo
7,50
A1
A0
11,039
11,151cm 2
1 g 1 0,01
cm 2
P
0,867
0,078 kg 2
cm
A1 11,150
P
1,157
0,104 kg 2
cm
A1 11,150
qu (kg/cm2)
Cu (kg/cm2) = qu
(dari grafik)
Percobaan I : tanah asli
1,311
0,655
0,488
0,244
1.048
0,542
0,812
0,406
S1
1,311
2,686
' 0,488
- 30 -
Percobaan II
S1
1,048
1,335
' 0,812
VI. Kesimpulan.
Dari 2 bahan uji kuat tekan bebas didapat nilai qu yang berbeda pada
pengujiannya, terdiri dari
percobaan I :
1. Tanah Asli
percobaan II :
1. Tanah Asli
- 31 -
I.
Tujuan
Menentukan harga berat jenis (specific gravity) dari suatu contoh tanah. Berat jenis tanah
adalah perbandingan antara berat butir tanah dengan berat air suling dengan isi yang
sama pada suhu tertentu.
II.
Dasar Teori
Berat jenis tanah (specific gravity) didefinisikan sebagai perbandingan antara berat isi butir
dengan berat isi air atau dapat ditulis dengan rumus :
Gs
s
w
dimana :
Gs
Berat jenis tanah kebanyakan adalah antara 2,65 sampai dengan 2,85. Namun tidak
tertutup kemungkinan suatu tanah memiliki berat jenis diluar nilai tersebut.
Berat jenis (Gs) tanah dapat digunakan untuk menentukan jenis tanah yang diperiksa
berdasarkan tabel berikut ini :
Jenis Tanah
Gs
Sand
2,65 2,67
Silty Sand
2,67 2,70
Inorganic sand
2,70 2,80
2,75 3,00
Organic soils
- 32 -
Mineral
Gypsum
2,32
Muscovite
2,80 2,90
Monmorillonite
2,65 2,80
Dolomite
2,87
Ortyclase
2,56
Aroganite
2,94
Halloysite
2,00 2,55
Biotite
3,00 3,20
Knalnite
2,60
Augite
3,20 3,24
Illite
2,80
Hornblende
3,20 3,50
Chlorite
2,60 3,00
Limonite
3,80
Quartz
2,56
Hermatic, Hydrus
4,30
Talc
2,70
Magnetite
5,17
Calcite
2,72
Hematite
5,20
- 33 -
III.
Peralatan
Peralatan yang digunakan :
1. Piknometer 50 cc.
2. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
3. Oven.
4. Dessikator vakum/tungku listrik/kompor.
5. Alat penumbuk tanah.
6. Saringan No. 4.
7. Bak pengatur temperature.
8. Thermometer
9. Air suling (Aquadest)
- 34 -
IV.
Langkah kerja
1. Contoh tanah 100 gram dioven selama 24 jam, kemudian dihaluskan (ditumbuk) dan
disaring dengan saringan No. 4.
2. Piknometer dikeringkan dengan oven, didinginkan dan ditimbang (W1).
3. Contoh tanah dimasukkan ke dalam Piknometer kemudian ditimbang (W2 = berat
piknometer + contoh tanah).
4. Masukkan air suling secukupnya (1/3 tinggi piknometer) kemudian masukkan ke
dalam dessikator vakum dan perhatikan sampai semua udara yang terperangkap
dalam piknometer keluar. Penghamparan udara ini harus dilakukan dengan seksama,
bila perlu piknometer digoyang-goyangkan dan divakum kembali, hingga di dalam
contoh tanah benar-benar tidak ada udara yang terperangkap lagi. Disamping itu juga
harus dijaga jangan sampai ada air yang keluar dari piknometer, setelah itu diamkan
hingga contoh tanah mengendap.
- 35 -
5. Tambahkan air suling hati-hati sampai penuh,, dengan catatan contoh tanah tidak
terganggu (terbongkar). Tutup piknometer, kemudian masukkan ke dalam bak
pengatur temperatur atau ukur temperaturnya (T1).
6. Bagian luar piknometer dikeringkan, kemudian ditimbang (W3).
7. Piknometer dikosongkan dicuci sampai bersih, kemudian diisi air suling sampai penuh.
8. Masukkan ke dalam bak pengatur temperature. Temperaturnya harus sama dengan
temperatur pada langkah No. 5 (T2), kemudian ditimbang (W4).
Kalibrasi Piknometer
Piknometer dibersihkan, dikeringkan, ditimbang dan beratnya dicatat (W1). Piknometer
diisi air suling dan dimasukkan ke dalam bejana air pada suhu 250 C. sesudah isi
piknometer mencapai suhu 250C tutupnya dipasang. Bagian luar piknometer dikeringkan
dan piknometer beserta isinya ditimbang (W25).
Dari nilai (W25) yang ditentukan pada suhu 250C, susunlah tabel harga W4 untuk suatu
urutan suhu kira-kira antara 180C sampai dengan 310C. harga-harga W4 dihitung sebagai
berikut :
W4 W25 xK
dimana :
W4
W25
T0C
T0C
18
1,0016
25
1,0000
19
1,0014
26
0,9997
20
1,0012
27
0,9995
21
1,0010
28
0,9992
22
1,0007
29
0,9989
23
1,0005
30
0,9986
24
1,0003
31
0,9983
- 36 -
V.
Contoh Perhitungan
Berat jenis tanah pada tempatur Tx
Gs(Tx )
dimana :
W2 W1
W4 W1 W3 W2
W1
W2
W3
W4
Gs
W2 W1 xK
W4 W1 W3 W2
Data percobaan :
W1
= 25,95
W2
= 35,63
W3
= 81,02
W4
=75,43
Temp
= 270
= 0,9995
Gs
35,63 25,95x0,9995
75,43 25,95 81,02 35,63
2,37
- 37 -
No
Nomor Percobaan
Nomor Piknometer
150
17
20
08
Berat Piknometer
25,95
41,81
26,26
31,03
35,63
55,07
42,10
42,59
9,68
13,26
15,84
11,56
81,02
147,25
85,63
87,17
75,43
139,58
76,48
80,47
Temperatur (0C)
27
27
27
27
0,9995
0,9995
0,9995
0,9995
2,37
2,37
2,37
2,38
10
2,37
- 38 -
I.
Dasar Teori
Dapat dibayangkan suatu contoh tanah mengandung butiran padat dan rongga pori,
sedangkan rongga pori dapat terisi udara dan cair. Sebagai ilustrasi apabila tanah berbutir
halus mengandung mineral lempung, maka dapat menimbulkan retakan. Sifat kohesif
disebabkan karena adanya air yang yang tersekap (adsorbed water) di sekeliling
permukaan dari permukaan lempung.
Keadaan-keadaan ini dengan istilah yang dipakai untuk pembatasan antaranya adalah
sebagaimana digambarkan di bawah ini :
Batas kadar air tanah suatu keadaan ke keadaan berikutnya sebagai batas-batas
Atterberg/kekentalan, batas-batas Atterberg yang penting adalah :
1.1. Batas cair (Liquid Limit/LL)
Batas cair adalah kadar air dimana suatu tanah berubah dari keadaan cair menjadi
plastis. Cara menetukannya adalah dengan menggunakan alat Casagrande, pada
tanah yang telah dicampur dengan air, kemudian ditaruh dalam cawan dan dibuat alur
dengan memakai alat pencoak (grooving tool). Perubahan bentuk alur dapat dilihat
setelah kedua tepi alur berhimpit dengan cara memutar engkol sehingga cawan
dinaikkan dan dijatuhkan pada dasar dengan menghitung banyaknya pukulan.
- 39 -
Kadar air dari tanah, dalam persen dan jumlah pukulan untuk masing-masing uji
digambarkan sebuah grafik semi-log. Hubungan antara kadar air dan log N dapat
dianggap sebagai suatu garis lurus. Garis lurus tersebut dinamakan sebagai Kurva
Aliran (flow curve). Kadar air yang bersesuaian dengan N=25, yang ditentukan dari
kurva aliran adalah batas cair dari tanah yang bersangkutan.
Harga-harga (N/25)0,121
N
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
(N/25)0,121
0,973
0,979
0,985
0,990
0,995
1,000
1,005
1,009
1,014
1,018
1,022
- 40 -
a. Hasil-hasil yang diperoleh berupa jumlah pukulan dan kadar air yang bersangkutan
kemudian digambarkan dalam bentuk grafik, jumlah sebagai sumbu mendatar dengan
skala logaritma, sedangkan besar kadar air sebagai sumbu tegak dengan skala biasa.
b. Buatlah garis lurus melalui titik-titik tadi, jika ternyata titik-titik yang diperoleh tidak
terletak pada satu garis lurus, maka buatlah garis lurus melalui titik-titik berat tersebut,
tentukan besarnya kadar air pada jumlah pukulan yang didapatkan.
c. Untuk memperoleh hasil yang teliti, maka jumlah pukulan diambil 4 titik.
1.2. Batas Plastis (Platic Limit/PL)
Batas plastis adalah kadar air minimum dimana suatu tanah masih dalam keadaan
plastis. Kadar air ini ditentukan dengan menggiling tanah pada plat kaca sehingga
diameter dari batang tanah yang dibentuk demikian, mencapai 1/8 inchi atau 3,2 mm
dengan ketentuan tanah mulai pecah, maka kadar air tanah itu adalah batas plastis.
Selisih antara batas cair dan batas plastis adalah daerah dimana tanah tersebut dalam
keadaan plastis (Indeks Plastis/PL)
PI LL PL
- 41 -
w1= Perubahan kadar air (antara kadar air mula-mula dan kadar air pada
batas susut
SL w1 (%) w(%)
Tetapi
w1 (%)
m1 m 2
x100
m2
Dimana :
m1
= massa tanah basah dalam mangkok pada saat permulaan pengujian (gr)
m2
Selain itu
w(%)
dimana :
V1 Vf .. x100
m2
V1
Vf
- 42 -
m m2
V Vf
100 i
100
SL 1
m2
m2
Batas cair
Batas Plastis
Batas Kerut
Montmorillonite
100 900
50 100
8,5 15
Nontronite
37 72
19 27
Illite
60 120
35 60
15 17
Kaolinite
30 110
25 40
25 29
Halloysite terhidrasi
50 70
47 60
Halloysite
35 55
30 45
Attapulgite
160 230
100 120
Chlorite
44 47
36 40
Allophone
200 250
130 140
II. Peralatan
1. Alat batas Cassagrande yang terdiri dari :
a. Cawan batas cair
b. Alat pencoak (grooving tool)
2. Pelat kaca
3. Spatula
4. Krus kadar air
5. Timbangan (ketelitian 0,01 gr)
6. Desiccator
7. Oven dengan pengatur suhu (110 50 C)
8. Air suling
9. Batang pembanding dengan diameter 3 mm dan panjang 10 cm.
10. Evaporating disk, porcelen: 4,5
- 43 -
Oven
- 44 -
: antara 30 40 ketukan }
Percobaan III
Percobaan IV
: antara 10 20 ketukan }
- 45 -
10. Setelah kadar air dari masing-masing percobaan tsb, diketahui maka data tersebut
diplot pada grafik semi-logaritma dengan jumlah ketukan (N) sebagai absis dan
kadar air (W) sebagai ordinat. Batas cair adalah harga kadar air (W) pada ketukan
(N) ke 25.
b. Batas Plastis
1. Siapkan 3 buah krus kadar air.
2. Ambil sedikit contoh tanah giling di telapak tangan hingga menjadi bulatan-bulatan
kira-kira sebesar kelereng, kemudian giling di atas plat kaca sehingga membentuk
batangan-batangan kecil dengan diameter 3,2 mm (1/8). Percobaan penggilingan
dilakukan dengan secara seksama hingga diperoleh batangan-batangan contoh
tanah yang retak/patah pada diameter tepat 3,2 mm. Bila belum mencapai
diameter 3,2 mm contoh sudah retak, maka contoh diremas kembali sambil
ditambahkan sedikit kadar airnya dan sudah lebih kecil dari 3,2 mm contoh belum
retak, contoh diremas kembali sambil dibiarkan kadar airnya berkurang.
3. contoh tanah yang lolos saringan No. 40 diaduk di atas plat kaca sehingga benarbenar homogen. Bila perlu ditambah kadar airnya.
4. Setelah diperoleh contoh tanah yang retak/patah pada diameter tepat 3,2 mm,
ukur kadar airnya. Hingga kadar airnya tersebut adalah harga batas
Catatan : Minimal harus diperoleh dua harga kadar air, kemudian dirata-ratakan
c. Batas Susut
1. Contoh tanah campur dengan air suling secukupnya dan diaduk sehingga
menyerupai pasta pada cawan persiapan, sehingga mudah diisikan kedalam
cawan penyusutan (Shrinkage disk) tanpa membawa serta masuk gelombang
udara. Banyaknya air yaagn dibutuhkan supaya tanah mudah diaduk dengan
kekentalan yang diinginkan kira-kira sama atau sedikit lebih besar dari keadaan
batas cair.
- 46 -
2. Cawan penyusut dibersihkan dan bagian dalamnya dilapisi tipis dengan Vasiline
(Greaser) yang kental untuk mencegah melekatnya pada cawan. Contoh tanah
yang yang sudah berupa pasta tadi dimasukan ke dalam cawan penyusut
(Shkrinkage disk) kira-kira 1/3 volumenya dan tanah diletakkan pada tengahtengah cawan dan dibiarkan mengalir ke pinggir dengan mengetuk-ngetuk cawan
penyusut. Masukan tanah sedikit demi sedikit sambil cawan diketuk-ketuk sampai
cawan penuh terisi pasta tanah dan dibiarkan sampai melebur agar supaya udara
yang masih tersekap terbawa ke permukaan. Tanah yang kelebihan di permukaan
cawan dipotong dengan Straight Edge. Semua tanah yang melekat di luar cawan
dibersihkan.
3. Setelah rata dan permukaan luarnya bersih, timbang berat cawan berisi isinya
(W1). Pasta tanah dibiarkan mongering sebentar di udara sehingga warna pasta
berubah dari tua menjadi muda, lalu dimasukan ke dalam oven (dikeringkan).
4. Setelah kering timbang berat cawan beseta isinya (W2), dan timbang juga berat
cawan penyusut dalam keadaan kosong dan bersih (W3).
5. Volume cawan = volume tanah basah diukur dengan diisi penuh air raksa, buang
yang berlebihan dengan cara menekan kaca kuat-kuat diatas cawan, kemudian
ukur dengan gelas ukur banyaknya air raksa yang ada di dalam cawan penyusut
= volume tanah basah = V.
6. Volume tanah kering diukur dengan mengeluarkan tanah kering dari cawan
penyusut lalu dicelupkan ke dalam gelas yang penuh dengan air raksa, dengan
cara sebagai berikut :
a. Cawan gelas diisi penuh air raksa dan kelebihan air raksa dibuang dengan
cara menekan Prong Plate (Plat kaca dengan tiga buah kawat baja) di atas
cawan gelas.
b. Air raksa yang melekat di luar cawan gelas dibersihkan.
c. Letakkan cawan gelas yang berisi air raksa itu ke dalam cawan gelas yang
lebih besar.
d. Letakkan tanah kering di atas air raksa pada cawan gelas.
- 47 -
kadar air : w
Ww
x100%
Ws
Dimana : Ww (W2 W3 )
Ws W3 W1
V - Vs
Jumlah Pukulan
38
21
10
No. cawan
43,30
46,90
48,40
24,50
23,40
24,30
37,70
40,00
41,00
24,00
23,00
23,80
5,60
6,90
7,40
0,50
0,40
0,50
22,10
21,80
22,00
22,10
21,60
22,00
15,60
18,20
19,00
1,90
1,40
1,80
35,90
37,91
38,95
26,32
28,57
27,78
Batas Cair
37,06
Batas Plastis
27,55
9,50
Indeks
Plastisitas
- 48 -
I.
Tujuan
Untuk menentukan distribusi ukuran butiran (gradasi) tanah. Sesuai dengan jenis ukuran
butir tanah, cara menganalisa ukuran butir tanah dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :
Analisa gabungan.
- 49 -
Seperangkat saringan
Oven
Container/ cawan
Sikat/ kuas
Dessikator
Mixer
- 50 -
b. Analisa Hidrometer
Hidrometer
Oven
Dessikator
Cawan/ container
Mixer
Stopwacth
Thermometer
Bahan
Air suling
- 51 -
Analisa Saringan
1. Contoh tanah 500 gr diberi air suling secukupnya diaduk/ dikocok hingga butirbutirnya terlepas. Bila perlu diberi dispersion agent, kemudian dioven sampai
kering.
2. Masing-masing dibersihkan dan ditimbang, kemudian disusun menurut
ukurannya. Ukuran yang besar di atas dan paling bawah dipasang pan.
3. Contoh tanah didinginkan dan ditimbang. Bila contoh tanah berbongkah-bongkah
diremas dengan jari atau dengan pengaduk karet.
4. Tuangkan tanah ke atas saringan dan gitangkan saringan tersebut. Bila ada
gunakan alat penggetar.
5. Timbang masing-masing saringan untuk mengetahui berat tanah yang tertahan
pada masing-masing saringan, yaitu berat saringan sesudah penyaringan (+
tanah) dikurangi berat saringan sebelum penyaringan (tanpa tanah).
Kalibrasi Hidrometer
Ukur volume hydrometer (Vh) sbb :
- 52 -
H30 = X1
R = 20
H29 = X2
R = 10
H10 = X3
R = 00
H00 = X4
Zr H h h
A
Dimana :
H = Tinggi pembacaan
H = panjang hydrometer
Vh = volume Hidrometer
A = luas penampang
Data-data ini diplot pada grafik yang disebut grafik kalibrasi hydrometer dengan R
Sebagai absis dan Zr sebagai ordinat.
-
Analisa Hidrometer
1. Contoh tanah 100 gr dioven sampai kering.
2. Contoh tanah kering ditimbang sebanyak 50 gr, masukkan ke dalam
cawan/mangkok, diberi air suling dan dispersion agent secukupnya, sambil
diaduk, kemudian selama 24 jam.
3. Siapkan 2 buah gelas ukur (jar) yang sudah dikalibrasi. Gelas ukur diisi
dengan air suling sampai dengan 1000 cc dan masukan hydrometer ke
- 53 -
- 54 -
c. Analisa Gabungan
1. Contoh tanah yang sudah dikeringkan ditimbang sebanyak 100 gr
2. Masukan ke dalam cawan/mangkok, dilakukan seperti B.2 langkah 2 sampai 4.
3. Suspensi yang telah dikocok, disaring dengan saringan No. 200.
4. Bagian yang tertahan di bagian atas saringan No. 200 dikumpulkan dengan hatihati (jangan sampai ada yang terbuang atau tertinggal pada saringan) masukan
ke dalam pan yang sesuai berikut dengan air pencuci dan dioven sampai kering.
Selanjutnya dilakukan analisa saringan seperti pada A langkah 2 s/d 5.
5. Bagian yang lolos saringan No. 200 yang berupa suspensi langsung dimasukkan
ke dalam gelas ukur II yang telah disiapkan dan tambahkan air suling hingga
suspensi menjadi 1000 cc.
6. Lakukan percobaan pembacaan hydrometer untuk mendapatkan bacaan awal
(1/4 menit pertama) mendekati 1030 (kapasitas hydrometer).
7. Bila bacaan terlalu tinggi (tidak masuk) berarti suspensinya telalu kental. Buanglah
sedikit kemudian dan tambahkan lagi air suling hingga suspensi menjadi 1000 cc
dan lakukan lagi percobaan pembacaan seperti di atas, sedemikian rupa hingga
didapat bacaan awal mendekati 1030.
8. Bila bacaan lebih kecil dari 1030 cc, percobaan langsung dilanjutkan.
9. Selanjutnya lakukan percobaan seperti pada B.2 langkah 6 sampai dengan 12.
V. Data dan Perhitungan
1. Analisa Saringan
Berat tertahan = Berat saringan sesudah percobaan (+ tanah) berat saringan
% Berattertahan:
berattertahan
x 1 00%
beratcontoh tanah
- 55 -
Contoh perhitungan :
Berat contoh tanah 100 gr
Berat saringan sesudah percobaan (+ tanah)
= 2,98,53 gr
Berat saringan
= 293,22 gr
berattertahan
x 1 00%
beratcontoh tanah
5,3 1
% Berat tertahan
x1 00% 5,3 1 %
1 00
% beratTertahan
tertahan
jumlah
tanah
saringan
tertahan % tertahan
(gr)
(gr)
(gr)
447,86
448,41
0,55
0,55
0,55
0,55
99,45
8/ 2,380
333,40
333,53
0,13
0,69
0,13
0,68
99,32
20/ 0,840
322,69
323,92
1,23
1,91
1,23
1,91
98,09
40/ 0,420
293,22
305,01
11,79
13,70
11,79
13,70
86,30
100/ 0,149
287,71
292,90
5,19
18,89
5,19
18,80
81,11
200/ 0,740
273,25
281,30
8,05
26,94
8,05
26,94
73,06
PAN
273,25
346,31
73,06
100,00
73,06
100,00
0,00
no saringan
berat
ukuran (mm)
saringan
4/ 4,760
% tertahan
komulatif
% lolos saringan
2. Analisa Hidrometer
a. Kalibrasi Hidrometer
Data didapat :
D= 5,9 cm
h = 14,4 cm
vh/A
R = 30
R = 20
= 1,9
H20 = 5,80 cm
R = 10
R = 00
H30 = 3,20 cm
H10 = 8,20 cm
H00 = 11,20 cm
- 56 -
Perhitungan :
R = 30
R = 00
H00 = 11,20 cm
cm
jadi :
1 7 ,45 9,45
0,267cm
0 30
Zr
= - m.R + 17,45 cm
= - 0,276 R + 17,45
vh/A
= 1,9 cm
vh
30
Zr
Gs 1 t
dimana :
D= diameter butir
= viskositas air pada temperature percobaan
Gs
= berat jenis
Zr
t = waktu pengendapan
Contoh Perhitungan
Pada menit ke-2
= 0,0000087183
Zr
= 8,639
Gs
= 2,41
=2
- 57 -
Gs
R.Gs
x1 00%
Wd(Gs 1 )
dimana :
N= persentase lebih halus
Gs
R= volume suspensi
Wd
Rh
= 2,41
=-1
Wd
= 73,06
= Rh + C = 34 + (-1) = 33
Rh
= 34
R Gs
1 00%
Wd(Gs - 1 )
3 3(2 ,41 )
1 00%
7 3 ,06(2 ,41
1)
- 58 -
3. Analisa Gabungan
Koreksi persentase lebih halus (N)
N' N
W'
W
dimana :
N = persentase lebih halus (gabungan)
N = persentase lebih halus (analisa hydrometer)
W = butir tanah yang lolos saringan No. 200
W = berat butir tanah total
Contoh perhitungan :
N' N
W'
W
73,06
100,00
56,40 %
N = 77,20 %
77,20
W = 100,00 gr
W = 73,06 gr
Dari grafik analisa ayak didapat :
D60
= 0,042 ; D30
= 0,003 ; D10
Cu
= 0,0005
D60 0,042
84
D10 0,0005
D30
0,0032
Cc
0,42
D60 x D10 0,042 x 0,0005
kerikil
=1%
pasir
= 35 %
Lanau
= 34 %
Lempung
= 30 %
Dari hasil pengujian komposisi gabungan tanah terdapat Pasir kelanauan sedikit
lempung.
- 59 -
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standardisasi Nasional, (2000), Tata Cara Pengambilan Contoh Tanah Dengan
Tabung Dinding Tipis: SNI 03-4148.1-2000, Jakarta
Badan Standardisasi Nasional, (2008), Cara Uji Penentuan Batas Pastis Dan Indeks
Plastisitas Tanah: SNI 1966-2008, Jakarta
Badan Standardisasi Nasional, (2008), Cara Uji Berat Jenis Tanah: SNI 1964-2008, Jakarta
Badan Standardisasi Nasional, (2008), Cara Uji Analisis Ukuran Butir Tanah: SNI 24232008, Jakarta
Badan Standardisasi Nasional, (2008), Cara Uji Kelulusan Air Benda Uji Tanah Di
Laboratorium Dengan Tekaan Tetap: SNI 2435-2008, Jakarta
Badan Standardisasi Nasional, (2008), Cara Uji Penentuan Batas Cair Tanah: SNI 19672008, Jakarta
Budi, G.S. (2011), Pengujian Tanah di Laboratorium, Graha Ilmu, Yogyakarta
Juwadi, (2000), Petunjuk Praktikum Pengujian Tanah, Politeknik Negeri Bandung,
Bandung
Tim Laboratorium Geoteknik dan Mekanika Tanah, (2008), Buku Panduan Praktikum
Mekanika Tanah (I dan II), Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas
Teknik Universitas Gadjah Mada, Yograkarta
- 60 -