Hibridisasi Jagung
Hibridisasi Jagung
Hibridisasi Jagung
PENDAHULUAN
Tanaman jagung mempunyai komposisi genetik yang sangat dinamis karena cara
penyerbukan bunganya menyilang. Fiksasi gen-gen unggul (favorable genes) pada genotipe
yang homozigot justru akan berakibat depresi inbreeding yang menghasilkan tanaman kerdil
dan daya hasilnya rendah. Tanaman yang vigor, tumbuh cepat, subur, dan hasilnya tinggi
Hibridisasi adalah mengawinkan dua jenis tumbuhan yang berbeda varietas dan
memiliki sifat-sifat unggul. Keuntungan mengembangbiakkan tanaman dengan
memperhatikan sifat unggul adalah sebagai berikut :
1. Dapat menghasilkan produk yang bermutu tinggi. Menghasilkan beras yang bermutu
tinggi dari padi unggul, misalnya padi C, Gading, Centani, Remaja.
2. Bisa menghemat biaya dan tenaga kerja, misalnya teknologi tanam benih langsung
yang disebut TOT Tabela dengan menggunakan jenis padi Mamberomo.
3. Dapat mempercepat produksi, misalnya padi unggul Mamberomo dan Cibobas yang
masa panennya 2 minggu lebih cepat.
4. Tanaman akan berumur panjang karena sifat unggulnya yang tahan terhadap penyakit
dan iklim. Misalnya padi VUTW (Varietas unggul tahan wereng) dan padi IR 64.
1.2 Tujuan
Shull (1908) yang pertama kali menemukan bahwa silangan sendiri tanaman jagung
mengakibatkan terjadinya depresi inbreeding, dan silangan dua tetua yang homozigot
menghasilkan F1 yang sangat vigor. Jones (1918) melanjutkan penelitian tentang adanya
gejala lebih vigor tanaman F1 jagung tersebut, yang selanjutnya memanfaatkannya pada
Cara-cara hibridasi
Hibridisasi atau perkawinan silang adalah cara paling lama tetapi merupakan cara yang masih
paling banyak digunakan,karena hibrida yang terbentuk dapat diramalkan sifatnya,atau
hibrida yang diinginkan dapat didekati dengan cara tersebut.
Mutasi
Peristiwa perubahan sifat yang menurunkan akibat pengaruh faktor luar. Produk dari mutasi
dinamakan mutan. Mutasi alami diduga sebagai akibat goncangan faktor cuaca,sehingga
suatu mutan mengalami mutasi kembali. Sebagai contoh “ jambu sukun”. Mutasi buatan
dapat dilakukan dengan pertolongan suhu,aliran listrik,bahan kimia,atau sinar radioaktif.
Poliploidisasi
Poliploidisasi adalah peristiwa penggandaan kromosom. Jenis jenis tanaman yang pasangan
kromosomnya lebih dari dua biasa disebut dengan jenis polipoid. Poliploidisasi buatan dapat
dilakukan dengan pertolongan senyawa kimia Naftalen Asam Cuka yang termasuk golongan
zat pengatur tumbuh atau dengan dengan senyawwa racun kolkisin.
Sel tanaman yang mempunyai kemungkinan mengalami poliploidisasi adalah sel dari
jaringan yang sedang mengalami pembelahan. Bagian tanaman yang diperlakukan pada
poliploidisasi buatan adalah bagian meristematis seperti pucuk batang, cabang atau ranting,
kuncup ketiak daun atau ujung akar.
Heterosis
Dengan kultur jaringan satu sel dapat diperbanyak menjadi ribuan sel, kemudian dengan zat
pengatur tumbuh yang tepat semua sel tersebut dapat berubah menjadi tunas baru lengkap
dengan calon akar, batang, dan daun. Akibat mutasi yang terjadi selama pelaksanaan kultur
jaringan tunas-tunas baru sifatnya beragam, sehingga cara ini dapat dimasukkan sebagai cara
membuat varietas unggul baru. http://nurafni.com/2011/03/31/kelompok-faktor-bahan-
tanaman/.
Tanaman jagung adalah tanaman monoceus yang lebih dari 85% melakukan
penyerbukan silang karena bunga jantan terletak di ujung atas tanaman. Sedangkan bunga
betina (tongkol) terdapat di bagian tengah batang di ketiak daun. Dengan demikian, gamet
jantan (tepung sari), yang membuahi gamet betina (sel telur) adalah berasal dari tanaman lain
dan tanaman itu sendiri.
Heterosis bukan mengacu pada penggabungan dua sifat baik dari kedua tetua kepada
keturunan hasil persilangan, melainkan pada penyimpangan dari penampilan yang diharapkan
dari penggabungan dua sifat yang dibawa kedua tetuanya. Contoh paling jelas adalah pada
jagung hibrida. Penyimpangan ini sebagian besar bersifat positif, dalam arti melebihi rata-rata
penampilan kedua tetuanya dan menunjukkan daya pertumbuhan (vigor) yang lebih besar.
Dalam keadaan demikian (positif), heterosis dapat dinyatakan dengan istilah hybrid vigor.
Silangan yang menunjukkan heterosis diketahui memiliki postur yang lebih besar, fertilitas
yang lebih tinggi, pertumbuhan yang lebih cepat, serta ketahanan terhadap penyakit yang
lebih baik daripada rata-rata tetuanya.
Sebagian besar ahli sepakat bahwa gejala heterosis adalah kebalikan dari gejala
depresi kawin-sekerabat (inbreeding depression), yaitu efek penurunan penampilan pada
individu keturunan perkawinan sekerabat. http://id.wikipedia.org/wiki/Heterosis
III. METODE PELAKSANAAN
- Gunting stek
Bahan : - Pertanaman jagung dua kultivar yang berbeda dan bunganya siap untuk
disilangkan
- Sungkup kertas (6 x 8 cm)
- Label
- Benang kasur
1. Dipilih tongkol (bunga betina) yang rambutnya (silk) belum keluar dari kelobot,
dikebiri/dipotong ujungnya, lalu ditutup dengan kantung kertas anti air.
2. Tassel (bunga jantan) yang baru muncul dari daun bendera dan bunganya belum
mekar, ditutup dengan kantung kertas tahan air.
3. Setelah silk keluar 5 cm, kantung dibuka dan silk dipotong sampai 2 cm di atas
bekas pemotongan pertama.
4. polen dari bunga jantan yang ditutup tadi dan lakukan penyerbukan buatan (polinasi)
dengan mengoleskan tepung sari ke silk bunga betina yang dikebiri dengan hati-hati.
5. Bunga betina yang telah diserbuki ditutup dengan segera, untuk menghindari polen
dari bunga jantan yang lain yang tidak diingini.
6. Beri tanda/spidol pada bunga betina yang telah saudara serbuki. Buat nama, tanggal
penyerbukan, jenis galur betina dan galur jantan yang digunakan untuk menyerbuki.
7. Pekerjaan polinasi ini dilakukan berulang-ulang (2-3 kali) agar semua silk pada
bunga betina semua terserbuki.
8. Lakukan pemanenan tongkol yang telah diserbuki hanya pada galur betina
9. Amati bentuk biji, ukuran biji, dan komponen hasil tongkol (bunga betina) yang
saudara silangkan.
10. Bandingkan dengan tongkol dari bunga betina yang terjadi dengan persilangan
alami.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan terlihat hasil F1 dari persilangan jagung dengan komposisi
tetua yang berbeda menghasilkan F1 yang berbeda pula. Dari hasil pengamatan diperoleh F1
terbaik dengan komposisi tetua jantan jagung putih dan jagung merah sebagai betina. Dari
hasil persilangannya terbentuk jagung dengan warna dominan putih, menandakan tetua jantan
hibrida F1 hasil persilangan dari dua tetua yang berbeda secara genetis menunjukkan
peningkatan vigor di atas rata-rata tetuanya. Bentuk ini dikemukakan untuk menjelaskan
stimulasi yang disebabkan peningkatan heterozigositas dan sinonim dengan vigor hibrida
yang merupakan pengaruh hibridisasi (Virmani 1994). Berbeda dengan heterosis, homo-
zigositas yang terjadi akibat persilangan kerabat dekat atau dikenal dengan inbreeding justru
tongkol dan panjang tongkol yang lebih baik dari tetua-tetuanya, khususnya terjadi pada F1
dengan jagung berbiji putih sebagai jantannya. Penurunan hasil dari jumlah biji yang
dihasilkan dipengaruhi oleh jumlah polinasi yang dilakukan, karena persilangan dilakukan
secara buatan, maka harus dilakukan berulang-ulang. Dan pada praktek lapangnya,
kurangnya pengulangan polinasi menyebabkan banyak biji yang tidak terbentuk sehingga
mengurangi jumlah biji yang di hasilkan, namun jika polinasi dilakukan sesering mungkin
akan menghasilkan tongkol jagung yang lebih unggul dari kedua tetuanya.
Sedangkan tongkol F1 dengan tetua betina berupa jagung merah menunjukkan hasil
biji yang putih semua, dalam hal ini disebabkan oleh proses pematangan bunga jantan yang
belum mekar penuh, sehingga bunga jantan dari jagung merah belum siap untuk melakukan
penyerbukan. Biji putih yang terbentuk pada tongkol adalah hasil penyerbukan sendiri yang
dilakukan oleh jagung jantan maka biji yang dihasilkan seragam berwarna putih.
Ketidaksesuaian kematangan bunga jantan dari jagung merah disebabkan oleh penanaman
yang berbeda dengan jagung putih, jagung putih lebih dulu ditanam hingga saat dilakukan
polinasi bunga jantannya telah masak penuh, hingga hasil penyerbukan dengan bunga jantan
berasal dari jagung putih menunjukkan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi.
Faktor utama yang berpengaruh terhadap keberhasilan persilangan adalah waktu dan
proses penyerbukan yang dilakukan. Waktu yang optimal untuk melakukan proses
penyerbukan pada tanaman jagung adalah pada pagi hari yaitu antara pukul 07.00 hingga
pukul 09.00 WIB. Faktor lainnya adalah proses penyerbukan, setelah serbuk sari jagung
(tetua jantan) diserbukkan ke jagung (tetua betina) harus segera ditutup rapat dengan
sungkup untuk melindungi jagung betina agar serbuk sari dari tanaman jagung lain tidak
dapat mengenai putik jagung betina tersebut. Selain itu untuk menghindari adanya
kemungkinan pencucian. Faktor biji kerut selain disebabkan oleh faktor genetik,
kemungkinan besar bisa saja terjadi bila jagung terlalu lama dipanen. Adapun beberapa
gangguan dari faktor luar seperti adanya serangga vektor penyakit, ulat yang memakan biji
jagung sehingga tongkol kosong. http://smarttien.blogspot.com/search/label/selfing
V. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa, efek heterosis dari dua tetua yang
memiliki 2 sifat beda menghasilkan keturunan F1 yang lebih unggul dari kedua tetuanya,
terlihat dari segi besar biji yang lebih besar dari kedua tetuanya. Penurunan hasil pada F1
dikarenakan kurang sempurnanya pollinasi (penyerbukan) yang dilakukan mahasiswa hingga
mengurangi jumlah biji yang terbentuk.
DAFTAR PUSTAKA
http://smarttien.blogspot.com/search/label/selfing
http://id.wikipedia.org/wiki/Heterosis
Takdir Andi M., Sri Sunarti, dan Made J. 2010. Mejaya Balai Penelitian Tanaman Serealia,
Maros. Bogor
Warsono dan Sukirman. 2010. Warsono dan Pertanian Vol. 15 No. 1 galur mandul. Bogor
Laporan Pemuliaan Tanaman
Oleh :
zulfahmi
No. Bp : 1201321013
Dosen Pembimbing :
Payakumbuh
2015