Makalah Persilangan Jagung
Makalah Persilangan Jagung
Makalah Persilangan Jagung
ACARA V
PERSILANGAN JAGUNG
Disusun oleh:
Nama : Damasus Wahyu Kurnia
NIM : 17/412820/PN/15142
Gol : A1
Nama Partner : Erdizya Satria P
Asisten : 1. Dhimas Fahrezi Anindita
2. I komang Adi Widyastama
3. Ma’aruf Muhammad Fajar
ABSTRAKSI
Praktikum Dasar-Dasar Genetika Acara V yang berjudul Persilangan Jagung dilaksanakan
pada tanggal 9 November 2018 di kebun percobaan milik Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Gadjah Mada, di Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Tujuan dilaksanakannya
praktikum ini adalah untuk melatih mahasiswa dalam melakukan persilangan jagung sebagai tanaman
model dalam genetika dan mempelajari hasil persilangan tersebut. Dalam praktikum ini alat-alat yang
diperlukan yaitu perlengkapan polinasi berupa kantong kertas, gunting, label, dan paper clip. Bahan
yang dibutuhkan adalah populasi tanaman jagung yang berwarna putih serta populasi tanaman jagung
yang berwarna merah. Praktikum Persilangan Jagung ini menggunakan metode kantong (tassel bag
method), dimana bunga jantan dan bunga betina jagung dibungkus menggunakan kantong kertas
minyak sebelum mekar. Bunga jantan maupun betina dibungkus sebelum mekar menggunakan kantong
kertas minyak. Malai bunga jantan yang keluar dari pucuk tanaman dikerodong dengan kantong kertas.
Bunga betina (tongkol) dikerodong sebelum kepala putik (rambut jagung) keluar. Hari berikutnya
tongkol diperiksa untuk dilihat laju keluarnya rambut jagung. Rambut jagung yang yang sudah keluar
dipotong dengan gunting setinggi ±1-2 cm di atas permukaan ujung klobot. Pemotongan dimaksudkan
untuk mencegah rambut tongkol keluar dari kantong sehingga terjadi penyerbukan dengan pollen yang
tidak dikehendaki. Dari hasil persilangan jagung Hibrida♀ dan Lokal ♂ (pembastaran) menghasilkan
bulir sebanyak 36, berbentuk bulat dan keriput, berwarna putih. Pada persilangan jagung Lokal ♀ dan
Hibrida ♂ (selfing), dihasilkan bulir sebanyak 41. Persilangan jagung Hibrida♀ dan Hibrida ♂,
dihasilkan bulir sebanyak 203, berwarna kuning, dan berbentuk bulat keriput. Sementara itu, pada
persilangan jagung Lokal♀ dan Lokal ♂, dihasilkan 222 bulir jagung berwarna putih.
I. PENDAHULUAN
1.1. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk melatih mahasiswa untuk
melakukan persilangan jagung sebagai tanaman model dalam genetika dan
mempelajari hasil persilangan tersebut.
1.2. Latar Belakang
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Selain sebagai sumber karbohidrat,
jagung juga ditanam dan dikembangkan sebagai tanaman untuk pakan
ternak. Biji jagung kaya akan karbohidrat yang sebagian besar berada pada
endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh
bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati biasanya berupa amilosa
dan amilopektin. Proses persilangan dapat dilakukan pada tanaman jagung.
Pada umumnya, karakter warna biji pada tanaman jagung dapat
memperlihatkan secara jelas adanya sifat-sifat dominan maupun resesif.
Misalnya, warna putih pada biji memunculkan sifat resesif sedangkan warna
kuning, merah, dan ungu pada biji cenderung memunculkan sifat yang
dominan. Jadi, ketika dilakukan persilangan antara tanaman induk berbiji
putih dengan tanaman jantan yang berwarna merah maka keturunan
pertamanya (F1) akan serupa dengan karakter biji pejantannya, yakni
menghasilkan warna merah atau merah keputih-putihan pada bijinya.
Pada dasarnya, persilangan tanaman jagung dapat membantu
menjelaskan gejala genetik berupa pengaruh gamet jantan atau ayah pada
endosperm tanaman induk. Ekspresi gen yang dibawa tetua jantan secara
dini sudah diekspresikan pada organ betina (buah) atau generasi berikut
ketika masih belum mandiri (embrio/ endosperm). Hasil dari persilangan
jagung itu sendiri bukan merupakan penyimpangan Hukum Pewarisan
Mendel, melainkan pengaruh langsung dari pembuahan berganda (double
fertilization) yang terjadi pada tumbuhan berbunga dan proses
perkembangan embrio tumbuhan hingga biji masak. Embrio dan endosperm
merupakan hasil penyatuan dua gamet (jantan dan betina) dan pada tahap
perkembangan embrio sejumlah gen pada embrio dan endosperm bereaksi
dan mempengaruhi penampilan biji, bulir serta buah. Perbedaan ini tidak
banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam
pengolahan jagung sebagai bahan pangan. Selain itu, hasil dari persilangan
jagung ini telah dimanfaatkan sebagai teknologi untuk menghasilkan jagung
dengan kadar minyak yang tinggi.
III. METODOLOGI
Praktikum Dasar-dasar Genetika Acara V yang berjudul Persilangan Jagung
dilaksanakan di kebun percobaan Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada di Banguntapan, Bantul, Yogyakarta selama kurang lebih
empat minggu, dimulai pada tanggal 9 November 2018 dan hasilnya dipanen pada
tanggal 29 November 2018. Alat-alat yang diperlukan yaitu perlengkapan polinasi
berupa kantong kertas minyak, plastik, gunting, tali rafia, label, dan paper clip.
Plastik digunakan untuk membungkus bunga jantan, kantong kertas minyak untuk
membungkus bunga betina, gunting untuk memotong bunga jantan, cotton bud
untuk mengambil dan menempelkan serbuk sari pada bunga betina/ tongkol, dan
tali rafia untuk mengikat plastik pembungkus bunga jantan. Bahan yang dibutuhkan
adalah populasi tanaman jagung yang berwarna putih serta populasi tanaman
jagung yang berwarna merah. Pelaksanaan praktikum ini juga didokumentasikan
kegiatannya dengan menggunakan kamera.
Pada praktikum ini digunakan metode kantung (tassel bag method).
Pertama-tama, bunga jantan maupun betina dibungkus sebelum mekar
menggunakan kantong kertas. Malai bunga jantan yang keluar dari pucuk tanaman
dikerodong menggunakan kantong kertas. Untuk bunga betina, dikerodong sebelum
kepala putik (rambut jagung) keluar. Pada hari berikutnya tongkol diperiksa untuk
melihat laju keluarnya rambut jagung. Rambut jagung yang sudah keluar dipotong
menggunakan gunting atau cutter setinggi ± 1cm di atas permukaan ujung klobot.
Pemotongan ini dimaksudkan untuk mencegah rambut tongkol keluar dari kantong
sehingga terjadi penyerbukan dengan pollen yang tidak dikehendaki. Pemotongan
dapat dilakukan 2-3 kali sampai seluruh rambut tongkol telah keluar. Tongkol yang
seluruh rambutnya telah keluar dari kelobot menunjukkan bahwa telah siap untuk
diserbuki. Malai bunga jantan yang telah dikerodong dikumpulkan serbuksarinya
untuk digunakan sebagai tetua jantan. Penyerbukan buatan dilakukan dengan cara
menaburkan serbuk sari/pollen yang telah terkumpul tersebut di atas permukaan
potongan rambut jagung. Prosedur ini dapat dilakukan 2-3 kali (menggunakan
pollen dari tetua yang sama) untuk meyakinkan seluruh putik telah diserbuki.
Tanda-tanda bahwa bunga jantan siap menyerbuki adalah adanya serbuksari yang
melekat pada kantong pembungkus. Pada praktikum ini dibuat 4 macam kombinasi
persilangan. Adapun empat macam kombinasi persilangan tersebut, antara lain:
♀ jagung Lokal x ♂ jagung Hibrida
♀ jagung Hibrida x ♂ jagung Hibrida
♀ jagung Lokal x ♂ jagung Lokal
♀ jagung Hibrida x ♂ jagung Lokal
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil Pengamatan Jumlah Biji pada Persilangan Jagung
Pengamatan
Jantan Betina
Panjang Jumlah Bentuk/Tekstur Warna Dokumentasi
♂ ♀
Tongkol Bulir Bulir Bulir
Putih
Lokal Hibrida 15,4 cm 41 Bulat Keriput
Kekuningan
V. KESIMPULAN
Persilangan pada tanaman jagung dapat dilakukan karena adanya pengaruh
gamet jantan atau ayah pada endosperm tanaman induk. Keberhasilan persilangan
tanaman jagung dipengaruhi oleh proses penyerbukan yang dilakukan. Persilangan
jagung berhasil dilakukan dengan hasil sebagai berikut; Persilangan jagung merah
betina dengan putih jantan (pembastaran) menghasilkan biji putih keoranyean, biji
merah keoranyean, dan biji merah; persilangan jagung merah betina dengan merah
jantan (selfing) menghasilkan biji merah; persilangan jagung putih betina dan
merah jantan (pembastaran resiprok) menghasilkan biji putih, biji merah
kekuningan, dan biji merah; dan persilangan jagung putih betina dengan putih
jantan (selfing) menghasilkan biji putih keoranyean. Warna putih pada biji
cenderung menampilkan sifat resesif, sedangkan warna merah cenderung
menampilkan sifat dominan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Penyerbukan Jagung. <http://www.scribd.com/doc/28327454/tek
nikpenyer-bukan-jagung>, diakses pada tanggal 21 November 2018.
Bahar, H., F. Kasim., dan S. Zen. 2004. Stabilitas dan adaptabilitas enam populasi
jagung di tanah masam. 1 : 55-61.
Kent, N.L. 1966. Technology of Cereals. Pergamon Press. New York.
Muhadjir, F. 1988. Karakteristik Tanaman Jagung. Badan Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
Seka, D. and H.Z. Cross. 2005. Xenia and maternal effect on maize agronomic
araits at three plant densites. Crop Science Journal. 35: 86-90.
Sinnot, E.W., L.C. Dunn and T. Dobzhansky. 1958. Principles of Genetics.
McGraw-Hill Book Company Inc. New York.
Sutoro, Y, Soelaeman, dan Iskandar. 1988. Jagung. Puslitbang Tanaman Pangan.
Bogor.
Syukur, M., S. Sujiprihati. 2009. Teknik Pemuliaan Tanaman. Bagian Genetika dan
Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hotikultura IPB. Bogor.
LAMPIRAN
Gambar 9. Foto Jagung Lokal x Lokal Gambar 10. Foto Jagung Hibrida x
Lokal