Pemodelan Baleendah PDF
Pemodelan Baleendah PDF
Pemodelan Baleendah PDF
1) Mahasiswa Pascasarjana Pengelolaan Sumber Daya Air - Institut Teknologi Bandung Jl.
Ganesha No.10 Bandung 40132, e-mail :[email protected]
2) Kelompok Keahlian Sumber Daya Air Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut
Teknologi Bandung Jl. Ganesha No.10 Bandung 40132, e-mail :
[email protected]
3) Kelompok Keahlian Sumber Daya Air Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut
Teknologi Bandung Jl. Ganesha No.10 Bandung 40132, e-mail : [email protected]
ABSTRAK
Beberapa daerah di Kabupaten Bandung rentan terhadap banjir saat hujan, seperti di lokasi
penelitian ini, Kecamatan Baleendah, Kecamatan Dayeuhkolot, dan Kecamatan Bojongsoang.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan daerah rawan banjir di Kecamatan
Baleendah, Kecamatan Dayeuhkolot, dan Kecamatan Bojongsoang (DAS Citarum Hulu), untuk
mengevaluasi sempadan yang ada dalam kasus daerah dataran banjir yang terjadi dan untuk
mengembangkan strategi implementasi kebijakan itu sempadan sungai dan perencanaan tata ruang
berdasarkan daerah dataran banjir dalam rangka meningkatkan perlindungan dan pelestarian sungai.
Penelitian ini terdiri dari: 1) Analisa curah hujan rancangan dengan metode log Pearson III, Gumbel
dan Log Normal 2) Analisa debit banjir rancangan dengan metode hidrograf sintetik Snyder 2)
Pemodelan hidrodinamik 1 dimensi di sungai 4) Analisa Spasial 5) Analisa SWOT.
Dari hasil simulasi diperoleh peta genangan periode ulang 2,5, 25 dan 50 tahun di wilayah
pengembangan Baleendah, yang mencakup Kecamatan Baleendah, Kecamatan Dayeuh Kolot dan
Kecamatan Bojongsoang. Beberapa daerah di Kecamatan tersebut potensial untuk tergenang.
Dengan Analisis SWOT, strategi implementasi kebijakan ini strategi sempadan sungai dan
perencanaan tata ruang wilayah dibagi menurut strategi jangka pendek, strategi jangka menengah
dan strategi jangka panjang
Kata Kunci: banjir, daerah dataran banjir, sempadan sungai, analisa SWOT
ABSTRACT
Some areas in the district of Bandung are prone to flooding when it rains, such as in the locations
of this study, Baleendah Sub district, Dayeuhkolot Sub district, and Bojongsoang Sub district. The
main objectives of this study is to obtain the flood-prone area in Baleendah Sub district,
Dayeuhkolot Sub district, and Bojongsoang Sub district (Citarum Upstream Catchment), to
evaluate the existing river border (sempadan) in case of floodplain areas happened and to develop
policys implementation strategies of river border (sempadan) and spatial planning based on flood
plain areas in order to improve rivers preservation and protection.
This study consist of : 1) Designed rainfall analysis using Log Pearson III, Gumbel, and Log
Normal Methods, 2) Designed food discharge analysis using Snyders Synthetic Hydrograph
Methods, 3) One Dimensional Hydrodynamic Model in River, 4) Spatial Analysis, 5) SWOT
Analysis.
From the simulation results obtained over a period of inundation maps 2.5, 25 and 50 years in the
development of Baleendah, which includes the District of Baleendah District, Dayeuh Kolot
District and Bojongsoang Disctrict.. Some areas in the District is a potential for flooding. With
SWOT analysis, strategy implementation of this policy and strategy of the river border spatial
planning strategy is divided according to short-term, Medium-Term Strategy and Long-Term
Strategy
Keywords: flood, flood plain area, river border, sempadan, SWOT Analysis
1
PENDAHULUAN
Pesatnya perkembangan pembangunan sarana dan prasarana di Kabupaten Bandung memberikan
dampak yang cukup besar bagi masyarakat didalamnya serta lingkungan sekitarnya. Terlebih lagi
dengan adanya arus deras migrasi penduduk dari daerah lain disekitarnya maupun dari luar kota
Bandung sendiri menyebabkan pembangunan kawasan permukiman untuk tempat tinggal terus
berkembang. Penduduk Kabupaten Bandung pada tahun 2009 adalah 3.142.193 jiwa, terdiri dari
1.601.223 jiwa penduduk laki-laki dan 1.540.970 jiwa penduduk perempuan.(sumber: Kabupaten
Bandung Dalam Angka 2010, BPS Kabupaten Bandung). Hal ini jika tidak dilakukan penataan
suatu kawasan yang baik dapat berakibat penyalahgunaan peruntukan lahan dan mengakibatkan
terpuruknya kualitas hidup masyarakat Kabupaten Bandung. Salah satu area yang tidak banyak
mendapat perhatian adalah area sempadan sungai. Berdasarkan kondisi tersebut, untuk menunjang
kemanfaatan sungai serta mengendalikan kerusakan sungai, maka perlu dievaluasi sempadan
sungai di Citarum Hulu apabila terjadi bantaran banjir (flood plain), dan strategi kebijakan apa
yang seharusnya dilakukan apabila terdapat daerah bantaran banjir (flood plain area) di sungai
Citarum Hulu dengan mempertimbangkan faktor faktor dominan yang terlibat didalamnya
seperti luas daerah bantaran banjir, pemanfaatan lahan, potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, peraturan perundangan dan kelembagaan.
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Memperoleh peta daerah genangan banjir untuk periode ulang 2, 5, 25 dan 50 tahun di DAS
Citarum Hulu
2. Mengevaluasi sempadan sungai jika terjadi daerah bantaran banjir (flood plain area).
3. Menyusun strategi implementasi kebijakan sempadan sungai dan tata ruang wilayah
berdasarkan flood plain area dalam rangka mewujudkan kemanfaatan sungai dan perlindungan
sungai untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai
2
LANDASAN TEORI
Analisa Hidrologi
Curah hujan sangat bervariasi terhadap tempat, maka untuk kawasan yang luas satu alat penakar hujan
tidak cukup untuk menggambarkan curah hujan wilayah tersebut, oleh karena itu untuk menggambarkan
keadaan hujan di kawasan DAS, digunakan metode untuk mendapatkan curah hujan wilayah. Curah
hujan wilayah dapat dihitung dengan metode rata rata aljabar dan metode polygon Thiessen.
P = 1/n (P1 + P2 + P3 +..+Pn) ...Pers. metode rata- rata aljabar
Curah hujan rancangan dihitung dengan menggunakan metode Log Person Tipe III, Gumbel dan Log
Normal. Untuk mengetahui apakah frikuensi yang dipilih dapat digunakan atau tidak maka analisis uji
kesesuaian frekuensi digunakan dua metode statistik, yaitu Uji Chi Square dan Uji Smirnov
Kolmogorov.
Analisis debit banjir rencana dapat menggunakan metode rasioanal atau empiris. Untuk perhitungan
debit banjir dapat menggunakan hidrograf sintetis satuan Snyder.
Menurut Snyder (1938), lama dari unit hidograf dapat diprediksi berdasarkan formulasi yang
diturunkan sbb.:
te = = 0.1 82 t p
(tp)s = Ct (L Lca)0,3
Pada saat time peak akan dicapai besaran debit puncak hidrograf sebesar :
QP
Penataan Ruang
Kegiatan penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang yang mempunyai tujuan untuk mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan demi kepentingan sekarang dan masyarakat mendatang, sehingga diperlukan upaya
penataan ruang yang menyangkut seluruh aspek penataan ruang. . proses dalam perencanaan penataan
ruang adalah : (a) proses perencanaan tata ruang wilayah, yang menghasilkan rencana tata ruang wilayah
(RTRW). Di samping sebagai guidance of future actions RTRW pada dasarnya merupakan bentuk
intervensi yang dilakukan agar interaksi manusia/makhluk hidup dengan lingkungannya dapat berjalan
serasi, selaras, seimbang untuk tercapainya kesejahteraan manusia/makhluk hidup serta kelestarian
lingkungan dan keberlanjutan pembangunan (development sustainability). (b) proses pemanfaatan ruang,
yang merupakan wujud operasionalisasi rencana tata ruang atau pelaksanaan pembangunan itu sendiri,
(c) proses pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri atas mekanisme perizinan dan penertiban
terhadap pelaksanaan pembangunan agar tetap sesuai dengan RTRW dan tujuan penataan ruang
wilayahnya.
3
Tinjauan Kebijakan Daerah Sempadan Sungai
Penetapan garis sempadan sungai dimaksudkan sebagai upaya agar kegiatan perlindungan,
pengembangan, penggunaan dan pengendalian atas sumber daya yang ada pada sungai termsuk danau
dan waduk dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuannya. Adapun tujuan dari penetapan garis sempadan
sungai adalah sebagai berikut :
a. Agar fungsi sungai termasuk danau dan waduk tidak terganggu oleh aktifitas yang berkembang di
sekitarnya;
b. Agar kegiatan pemanfaatan dan upaya peningkatan nilai manfaat sumber daya yang ada di sungai
dapat memberikan hasil secara optimal sekaligus menjaga fungsi sungai;
c. Agar daya rusak air terhadap sungai dan lingkungannya dapat dibatasi.
Gambar 2. Daerah Pengusaan Sungai dan Dataran Banjir (sumber : Siswoko, 2004)
Analisa SWOT
Analisis SWOT merupakan metode evaluasi untuk mencari strategi yang akan dilakukan.Analisis SWOT
membandingkan antara faktor eksternal Peluang (opportunities) dan Ancaman (Threats) dengan faktor
internal Kekuatan (Strengths) dan Kelemahan (weakness).
4
METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan Pola Pikir
4. Analisa Spasial
Genangan didapatkan dengan memplotkan elevasi muka air tertinggi ke dalam peta kontur.
5. Analisa SWOT
Hasil simulasi dengan analisa spasial adalah berupa luas genangan dan titik genangan. Titik genangan
(flood plain area) adalah wilayah perlindungan sungai, sehingga diperlukan pengelolaan dataran banjir
5
dengan cara penetapan batas dataran banjir, penetapan zona peruntukan lahan sesuai resiko banjir dan
pengawasan peruntukan lahan di dataran banjir (PP Nomor 38 Tahun 2011). Selanjutnya akan
diidentifikasi faktor internal (Kekuatan dan Kelemahan) dan eksternal (Peluang dan Ancaman) dari
rencana penerapan kebijakan sempadan sungai dan flood plain area di DAS Citarum Hulu. Dengan
membuat diagram SWOT maka akan dapat dirumuskan strategi yang tepat dalam implementasi
kebijakan sempadan sungai dan flood plain area.
1. Analisa Hidrologi
1.1 Curah Hujan
Tabel 3. Curah Hujan Wilayah Persub DAS, DAS Citarum Hulu (sumber : hasil perhitungan)
Dari hasil uji kesesuaian distribusi, dihasilkan bahwa setiap sub DAS mempunyai distribusi yang
berbeda. Pemilihan distribusi berdasarkan simpangan terkecil.
1.4 Koefisien Pengaliran (C)
Tabel 5. Perhitungan Koefisien Pengaliran DAS Citarum Hulu
No Sub DAS C rata -rata
1. Citepus 0.614728
2. Cibolerang 0.604648
3. Cipamokolan 0.55882074
4. Cisangkuy 0.5383512
5. Ciwidey 0.445142
6. Citarum Hulu 0.55783464
7. Cikeruh 0.57949351
8. Citarik 0.62173981
9. Cidurian 0.5691107
10. Cibeureum 0.623653
11. Cicadas 0.6533647
12. Cigede 0.5354859
13. Cimahi 0.623653
6
1.5 Analisa Hujan Durasi Pendek
Jika data hujan ekstrim tidak diperoleh dapat digunakan data harian di DAS yang ada pengukuran debit
dengan periode yang sama dan pola distribusi hujannya diperoleh dari hujan durasi pendek. Untuk itu
diperlukan pola hujan harian menjadi jam-jaman. Pola hujan untuk Jawa-Barat dapat dilihat pada tabel 6 ,
sedangkan perhitungan curah hujan netto jam jaman pada salah satu sub DAS disajikan tabel 7 berikut:
Tabel 6. Pola hujan untuk Jawa Barat (Wanny dkk dalam Mulyantari, 2003)
Pola hujan Persentase (%) jam ke- Interval
(jam-
1 2 3 4 5 6 7 8 (jam/pola)
jaman)
3 68 24 8 1
4 26 61 10 3 1
5 11 54 28 6 1 1
6 12 54 24 6 3 1 1
7 50,5 25,5 12,6 6,5 3,4 1,2 0,3 1
8 12,3 50,2 4,4 7,7 21,5 2,4 1,2 0,3 1
Kalibrasi dilakukan untuk mendapatkan kesesuaian data debit dan data curah hujan. Data pengukuran
yang digunakan adalah debit harian maksimum tahun 1999 2008 lokasi pos debit Nanjung, dengan data
curah hujan pada hari yang sama. Pos hujan yang digunakan dalam kalibrasi adalah pos hujan Ujung
berung, Bandung, Paseh, Chinchona, Sukawarna, Ciparay, Cicalengka dan Cisondari. Kalibrasi
dilakukan dengan catatan pada tanggal tersebut tidak terjadi genangan dilahan, sehingga tidak ada debit
yang meluap dan terjadi banjir. Parameter Snyder yang dikalibrasi adalah Ct, Cp dan n. Hasil
selengkapnya dari kalibrasi model hidrograf sintetik Snyder disajikan pada tabel dibawah.
Tabel 8. Parameter Hasil Kalibrasi di DAS Citarum Hulu, Tahun 1999 2008
7
Korelasi Q Model dan Q Observasi
600
Q Model (m3/s) 500
400
300
Garis
200 Korelasi
100
0
0 200 400
Q Observasi (m3/s) 600
Hidrograf sintetik hasil simulasi debit rancangan dengan beberapa periode ulang, merupakan kondisi
syarat batas hidrologi pada perangkat lunak MIKE 11. Contoh hasil perhitungan hidrograf banjir
rancangan untuk kala ulang tertentu per sub DAS dengan Hidrograf Satuan Sintetik Snyder disajikan
pada tabel berikut ini :
80 Durasi Hujan
Debit (m3/dt)
(%)
Q10
60
Q2
40 Q5
Q20
20
Q25
0 Q50
0 5 10 15 20 25 30
Untuk simulasi model hidrodinamik aliran di sungai, simulasi dilakukan dari Sapan hingga outlet
Nanjung atau pada patok 0.00 31.136, akan tetapi penentuan lokasi kajian terpilih berada antara sungai
Cicadas Citepus. Jarak langsung patok terletak antara patok 8.022 -18.481 atau 8,022 km 18,481 km
dari syarat batas debit inflow di hulu DAS.
8
[meter] Standard - Q50 OKOK.res11
9232500.0
9232000.0
9231500.0
9231000.0
9230500.0
9230000.0
9229500.0
9229000.0
9228500.0
9228000.0
9227500.0
9227000.0
9226500.0
9226000.0
9225500.0
9225000.0
9224500.0
9224000.0
780000.0 782000.0 784000.0 786000.0 788000.0 790000.0 792000.0 794000.0 796000.0 798000.0
[meter]
4. Analisa Spasial
Analisa spasial dilakukan untuk mendapatkan luas genangan dari periode ulang banjir. Genangan
didapat dengan memplotkan elevasi muka air tertinggi hasil simulasi menggunakan MIKE 11 kedalam
peta kontur sekitar sungai. Dengan menggunakan perangkat lunak Arc-GIS, berikut adalah peta
genangan hasil simulasi periode ulang 2 tahun, 5 tahun, 25 tahun dan 50 tahun di lokasi kajian :
9
Tabel 10. Luas genangan hasil simulasi
Periode Ulang Banjir Luas genangan (ha)
2 tahun 21,92
5 tahun 98,62
25 tahun 954,78
50 tahun 4561,69
10
Tabel 11. Luas Genangan hasil simulasi dengan Curah Hujan Maksimum Tahun 1999 - 2008
11
4.2 Tata Guna Lahan
4.2.1 Kecamatan Baleendah
Industri
tegal/ladang
sawah
Permukiman
Belukar
Kebun
Campur
Sungai
Gambar 7. Peta Tata Guna Lahan Daerah Tergenang Q25 Kec. Baleendah
1500
1000
500
0
Sawah Kebun Tanah Tegal/Ladang Rawa Permukiman Industri Perkebunan
Campur Kosong
Tata Guna Lahan
Gambar 8. Sebaran Penggunaan Lahan Kecamatan Baleendah Pada Genangan Periode Ulang 25 tahun
12
4.2.2 Kecamatan Bojongsoang
Industri
tegal/ladang
sawah
Permukiman
Belukar
Kebun Campur
Sungai
Gambar 9. Peta Tata Guna Lahan Daerah Tergenang Q25 Kec. Bojongsoang
2500
1000
500
0
Sawah Kebun Tanah Tegal/Ladang Rawa Permukiman Industri Perkebunan
Campur Kosong
Tata Guna Lahan
Gambar 10. Sebaran Penggunaan Lahan Kecamatan Bojongsoang Pada Genangan Periode Ulang 25 tahun
13
4.2.3 Kecamatan Dayeukolot
Industri
tegal/ladang
sawah
Permukiman
Belukar
Kebun Campur
Sungai
Gambar 11. Peta Tata Guna Lahan Daerah Tergenang Q25 Kec. Dayeuh Kolot
600
500
Luas Genangan Q25
400
Luas (ha)
200
100
Gambar 12. Sebaran Penggunaan Lahan Kecamatan Dayeuh Kolot Pada Genangan Periode Ulang 25 Tahun
14
4.3 Tinjauan Lokasi Kajian Dalam RTRW Kabupaten Bandung
Dalam RTRW Kabupaten Bandung Nomor 3 Tahun 2008, Kawasan Kecamatan Baleendah,
Kecamatan Bojongsoang dan Kecamatan Dayeuh Kolot merupakan kawasan fungsi penyangga untuk
mengantisipasi perkembangan di pusat kota. Fungsi kegiatan kawasan lokasi kajian adalah dalam
bidang jasa, pertanian, industri non polutif, permukiman dan perdagangan. Arahan pemanfaatan ruang
kawasan sempadan sungai sebagai kawasan lindung setempat, (Perda no. 3 Tahun 2008) adalah:
- Tidak diperkenankan bagi kegiatan permukiman seperti perumahan, industri, dan fasilitas sosial dan
fasilitas umum.
- Tidak diperkenankan bagi pengembangan persawahan, sedangkan bagi kegiatan ladang/tegalan,
perkebunan dan peternakan penggunaan lahan iijinkan secara terbatas. Pembatasan dapat dilakukan
berupa pembatasan kegiatan dan pembangunan minimum.
- Diperkenankan bagi kegiatan pariwisata, dengan izin penggunaan bersyarat. Izin berupa izin
penggunaan lahan yang memiliki potensi dampak penting terhadap kawasan disekitarnya.
Dengan adanya daerah dataran banjir (flood plain area) maka resiko kerawanan banjir akan meningkat
seiring dengan pertambahan penduduk dan pengembangan infrastruktur. Terkait dengan fungsinya
sebagai penyangga, maka pengembangan kawasan terbangun di daerah ini dilakukan melalui
intensifikasi lahan dengan bangunan vertikal. Dengan upaya intensifikasi diharapkan dapat mengurangi
tekanan terhadap ruang, dan dapat memberikan ruang terbuka yang memadai. Diperlukan strategi
pengelolaan dataran banjir dengan konsep yang mudah untuk dilaksanakan (realistis) berdasarkan pola
penggunaan lahan eksisting, mempertimbangkan potensi dan kendala fisik alam sebagai kawasan
rawan banjir dan mengamankan kawasan sempadan sungai dan dataran banjir sebagai kawasan lindung
setempat guna menjaga kelestarian daya dukung lingkungan.
5. Analisa SWOT
15
sempadan sungai dan flood plain area
Memanfaatkan dalam melaksanakan pengawasan
infrastruktur pengendalian penataan ruang.
banjir untuk menciptakan
peluang sharing pendanaan Menciptakan peluang sharing
operasi dan pemeliharaannya pendanaan operasi dan pemeliharaan
dengan pihak swasta sungai dalam rangka mengatasi
permasalahan sedimentasi di DAS
Citarum Hulu.
Memanfaatkan peran
kelembagaan dalam
menghadapi perambahan
hutan gunung wayang, DAS
Citarum Hulu.
16
dapat dilaksanakan oleh institusi yang berwenang dengan stake holder atau pihak swasta yang diatur
berdasarkan nota kesepahaman. Pihak swasta yang dapat berperan dalam upaya pemeliharaan
bangunan pengendali banjir adalah pihak swasta yang memanfaatkan aliran sungai Citarum, seprti
PJT, PLN atau idustri lainnya atas dasar biaya pengelolaan sumber daya air.
2. Kemudahan Bagi Industri Non Polutif dalam Permohonan Perpanjangan Ijin Usaha.
Sekitar 44,81 ha dari luas genangan Q25 merupakan kawasan industri ( Dalam RTRW Kabupaten
Bandung industri yang diperkenankan adalah industri non polutif dan kegiatan pariwisata), sehingga
bagi pihak industri non polutif yang memohon perpanjangan usahanya, dapat dipermudah
perijinannya.
2. Pembatasan dan Pengendalian Ruang Sempadan Sungai dan Dataran Banjir Dengan
Pengembangan Kawasan Secara Vertikal.
Untuk kawasan yang telah terbangun (built up area) : Kawasan terbangun di lokasi kajian pada Q25
adalah berupa kawasan permukiman seluas 171,46 ha, kawasan industri seluas 44,81 ha dan area
persawahan 655,45 ha . Pengendalian ruang sempadan sungai dan dataran banjir pada kawasan yang
telah terbangun dilakukan dengan upaya untuk mengembalikan fungsi kawasan terbangun di area
sempadan sungai secara bertahap kembali ke fungsi semula, yaitu untuk mempertahankan kelestarian
fungsi sungai, sesuai kriteria dan standar teknisnya, dengan cara peningkatan fungsi hidrologis daerah
sempadan sungai dan tidak diperkenankan adanya pendirian bangunan baru pada kawasan tersebut,
agar tidak berkembang lebih lanjut kecuali bangunan lama yang dikembangkan secara vertikal dan
bangunan yang menunjang fungsi kawasan dan merupakan bangunan bagi kepentingan umum dan
pariwisata. Dengan dilakukannya pengembangan kawasan terbangun secara vertikal maka diharapkan
tersedia lahan sebagai lahan terbuka hijau (RTH).
Untuk kawasan pengembangan baru (development area) : untuk kawasan pengembangan baru
pengendalian ruang dilakukan dengan cara melindungi kawasan sempadan sungai dan dataran banjir
dari alih fungsi lahan dan pembatasan kegiatan tegal/ladang, peternakan dan perkebunan. Dari hasil
simulasi pada Q25 luas kegiatan tegal/ladang 13,8 ha dan kebun campur 32,19 ha. sedangkan warga
yang bermata pencaharian dari sektor peternakan sebanyak 729 orang. Pengembangan pembangunan
bagi kegiatan tegal/ladang, peternakan dan perkebunan dapat diijinkan, akan tetapi dilakukan
pembatasan berupa pembatasan kegiatan dan pembangunan minimum. Dari hasil simulasi dengan
17
debit banjir rencana 25 tahun, pada genangan Q25 terdapat 36,81 ha (25,46 ha semak belukar dan
11,35 tanah kosong) lahan yang dapat berkembang sebagai kawasan pengembangan baru. Lahan ini
merupakan kawasan yang potensial untuk dikembangkan menjadi ruang terbuka hijau (RTH). Ruang
terbuka hijau (RTH) dapat digunakan pada musim kemarau, sedangkan pada musim penghujan RTH
dapat berfungsi sebagai areal parkir banjir.
Sempadan Sungai
Sungai
Sempadan sungai dengan flood
plain area
Gambar 13. Sempadan sungai dan flood plain area pada titik terpilih
Dari hasil identifikasi terhadap garis sempadan sungai dan flood plain area, dapat dilihat bahwa garis
sempadan sungai sesuai dengan peraturan perundangan relevan dengan Q2, sehingga perlu ada
peninjauan sempadan sungai sesuai dengan daerah dataran banjir yang terjadi pada Q25. Dengan
adanya kawasan dataran banjir maka sempadan sungai pada daerah dataran banjir adalah sesuai
dengan kawasan dataran banjir. Akan tetapi untuk garis sempadan sungai tanpa dataran banjir tetap
mengacu kepada peraturan perundangan tentang sempadan sungai, yaitu 100 m kanan dan kiri sungai
dihitung dari tepi sungai untuk sungai orde I (PP No. 38 tahun 2011, Peraturan Menteri PU No. 63
Tahun 1993).
18
3. Mekanisme Disinsentif Berupa Penertiban dan Pajak Progresif
Upaya disinsentif yang dapat dilakukan berupa pengenaan sanksi berupa penertiban yang dilakukan
terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi,
terutama pada permukiman yang berada pada area sempadan sungai eksisting, sedangkan bagi
permukiman yang berada pada daerah dataran banjir Q25, yaitu 171,46 ha permukiman ( Kecamatan
Baleendah 164,02 ha, Kecamatan Bojongsoang 3,97 ha dan Kecamatan Dayeuhkolot 3,47 ha), dapat
diberikan pajak progresif berupa pengenaan pajak yang tinggi melalui penetapan Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP) dan Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) sehingga pemanfaat ruang membayar pajak lebih
tinggi.
4. Pembangunan Fasilitas Peringatan Dini (Early Warning) dan Mekanisme Tanggap Darurat
Bencana Banjir, Dalam rangka Upaya Mitigasi dan Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim
Dalam rangka upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, perlu dibangun sistem
peringatan dini yang merupakan sistem untuk mengurangi dampak banjir, dimana akan lebih efektif
jika sistemnya telah terintegrasi dengan pelaksanaan mekanisme tanggap darurat. Oleh karena itu
perlu direncanakan juga pusat penanganan bencana dan pembangunan rumah singgah di daerah aman
tidak jauh dari wilayah yang sering terkena banjir. Lokasi evakuasi sementara dapat berupa
fasos/fasum yang tidak jauh dari lokasi bencana agar masyarakat dapat segera menyelamatkan diri.
Contoh lokasi evakuasi pada lokasi Kelurahan Baleendah dengan luas 2,02 ha adalah sebagai berikut :
Lokasi
evakuasi
19
2. Dari hasil simulasi didapat luas genangan pada periode ulang 2 tahun di lokasi kajian masih
berada pada area sempadan sungai (100 m dari kiri dan kanan sungai, diukur dari tepi sungai),
sedangkan luas genangan periode ulang 5 dan 25 tahun lebih besar dari area sempadan sungai.
3. Dengan adanya daerah dataran banjir di lokasi kajian maka diperlukan strategi untuk mereduksi
kerugian akibat banjir. Dengan mengetahui faktor Internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor
Eksternal (peluang dan ancaman) dapat disusun strategi implementasi kebijakan sempadan sungai dan
dataran banjir yang mudah untuk dilaksanakan (realistis) berdasarkan pola penggunaan lahan
eksisting, mempertimbangkan potensi dan kendala fisik alam sebagai kawasan rawan banjir dan
mengamankan kawasan sempadan sungai dan dataran banjir sebagai kawasan lindung setempat guna
menjaga kelestarian daya dukung lingkungan.Strategi yang dapat dilakukan adalah :
A. Strategi Jangka Pendek
- Pembangunan dan Pemeliharaan Bangunan Pengendali Banjir, Dengan Peluang Sharing Dana
Pemeliharaan Dengan Pihak Swasta
- Kemudahan Bagi Industri Non Polutif dalam Permohonan Perpanjangan Ijin Usaha.
- Mekanisme Insentif Bagi Kegiatan Pertanian Yang Sesuai Kaidah Konservasi
B. Strategi Jangka Menengah
- Pengelolaan DAS Berwawasan Konservasi Dengan Mekanisme Jasa Lingkungan
- Pembatasan dan Pengendalian Ruang Sempadan Sungai dan Dataran Banjir Dengan
Pengembangan Kawasan Secara Vertikal.
- Evaluasi Garis Sempadan Sungai Sesuai Dengan Karakteristiknya
C. Strategi Jangka Panjang
- Flood Proofing
- Relokasi Terhadap Permukiman Yang Berada Pada Sempadan Sungai Existing.
- Mekanisme Disinsentif Berupa Penertiban dan Pajak Progresif
- Pembangunan Fasilitas Peringatan Dini (Early Warning) dan Mekanisme Tanggap Darurat
Bencana Banjir, Dalam rangka Upaya Mitigasi dan Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim
Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil kajian di atas maka beberapa hal yang dapat direkomendasikan untuk
mengimplementasikan setiap strategi kebijakan, hal hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Pembagian kewenangan yang jelas diantara staholders terkait, baik di lingkungan pemerintah,
masyarakat dan swasta, termasuk wewenang dalam membiayai kegiatan.
2. Melibatkan masyarakat mulai dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan dan O&P,.
3. Mempunyai kepastian hukum dalam setiap aspek pengaturan (penataan ruang, dataran banjir dan
perijinan).
4. Penyuluhan dan pendidikan dini kepada masyarakat, sehingga tumbuh hasrat dari masyarakat
untuk berperan dan mencintai lingkungan sungainya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim (2004) : Undang Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Anonim (2007) : Undang Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Anonim (2011) : Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2011 tentang Sungai
Anonim (1993) : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63 tahun 1993 tentang Garis Sempadan
Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai.
Anonim (2004) : Kebijakan Penanggulangan Banjir di Indonesia, Deputi Bidang Sarana dan
Prasarana, Direktorat pengairan dan Irigasi.
Anonim (2009) : Kabupaten Bandung Dalam Angka 2009, Badan Pusat Statistik
Anonim (2008) : Peraturan Daerah nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Kabupaten
Bandung
20
Anonim (1996) : Direktorat Jenderal Pengairan. Pedoman Pengendalian Banjir. Departemen
Pekerjaan Umum.
Bambang Trihatmojo (2009) : Hidrologi Terapan
Deltares (2011) : Upper Citarum Basin Flood Management
DHI Software (2007) : MIKE 11 User Manual and Tutorial
DHI Software (2007) : MIKE View User Manual
Freddy Rangkuti (2000) : Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis
Grigg, Neil S. (1996) : Water Resources Management, Principles, Regulation and Cases, Mc. Graw-
Hill, New York.
Robert J. Kodoatie dan Sugiyanto (2002) : Banjir, Beberapa Penyebab dan Pengendaliannya
Dalam Perspektif Lingkungan, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Robert J. Kodoatie dan Roestam Syarief (2010) : Tata Ruang Air. Penerbit Andi, Yogyakarta
Sasmita Priatna, dkk. ( 2011) : Varietas Padi Rawa Adaptif Pada Lahan Banjir dan Rendaman.
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
Siswoko Sastrodihardjo (2004) : Upaya Mengatasi Masalah Banjir Secara Menyeluruh.
Soewarno (1995) : Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisa Data, Penerbit Nova,
Bandung.
Sri Harto BR (1993) : Analisis Hidrologi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Suripin (2004) : Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Wanny K dkk (2003) : Pola Hujan Provinsi Jawa Barat, PUSAIR
Ven Te Chow, David R Maidment, Larry W (1988) : Applied Hidrology, The Blackburn Press
Yadi Suryadi (2007) : Metode Penentuan Indeks Banjir Berdasarkan Fungsi Debit Puncak
Hidrograf Inflow, Luas genangan, Kedalaman dan Waktu Genangan (Studi Kasus DAS Citarum
Hulu), Disertasi Program Doktor, Institut Teknologi Bandung.
21