Analisis Karakteristik Das Tapakis Berbasis Sistem Informasi Geografis Untuk Analisis Hidrograf Satuan Sintetik

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KARAKTERISTIK DAS TAPAKIS BERBASIS SISTEM

INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS HIDROGRAF SATUAN


SINTETIK

Rifqi Zahri1), Manyuk Fauzi2), Bambang Sujatmoko2)


1)
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau
2)
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Bina Widya J. HR. Soebrantas KM 12,5 Pekanbaru, Kode Pos 28293
Email : [email protected]

Abstract

Information of characteristic watershed is very important to analysis tranformation rainfall


be runoff. Study area in the river akuaman, that there is watershed of tapakis. One of the
methods to analyzes the characteristic of a stream zone is by utilizing Digital Elevation
Model (DEM). DEM`s data is processed by using the Geographical Information System
Technology (GIS). The provided data and Geographical Information System is used to
extract the characteristic of watersheds quickly, automatically, and integrated with other
watershed`s data. By the availability of DEM`s data which is processed by using GIS
application, is capable to produces the watershed characteristic`s data, which will be used to
calculate the discharge of flood with Hidrograph Unit Syntetic method (HSS). The
Hidrograph Unit Syntetic method which were used on this research are Gama I, Nakayasu,
ITB-1, ITB-2, SCS, and Synder. The concept of syntetic unit of hydrograf with a value of
control volume / run off must be approaching a value 1 mm of high direct run off (HDRo), so
that known a method of syntetic unit of hydrograf can be applied to watershed. In a case
study can be seen a all method of syntetic unit of hydrograf applicable to the watershed of
Tapakis with the result is Gama I 0.77 mm , Nakayasu 1,01 mm , ITB I 1.00 mm , ITB II 1.00
mm , SCS 1.00 mm ,and Snyder 1,83 mm and the value of HDRo approaching 1 mm and the
value of control volume below 5 %

Key Word: Gama I, Nakayasu, SIG

A. PENDAHULUAN Hidrograf Satuan Sintetik (HSS)


merupakan cara untuk memperkirakan
Penentuan banjir rencana pada sebuah penggunaan konsep hidrograf satuan
Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat dengan dalam suatu perencenaan yang
mudah ditentukan, yaitu salah satunya menggunakan data karakteristik Daerah
menggunakan metode hidrograf satuan. Aliran Sungai (DAS).
Analisis Hidrograf Satuan membutuhkan Metode hidrograf satuan sintetik yang
data – data hidrologi yang mencukupi saat ini umum digunakan di Indonesia
untuk diolah dengan metode ini. Namun, antara lain adalah metode Snyder, SCS,
tidak setiap DAS mempunyai data-data Nakayasu, Gama-1, ITB-1, ITB-2, HSS
yang dapat diperoleh. Untuk kasus seperti αβɣ dan Limantara. Dalam penelitian ini
ini penetuan banjir rencana / debit puncak akan menggunakan HSS antara lain
(Qp) masih bisa ditentukan yaitu dengan Metode Gama I, Nakayasu, SCS, ITB-1,
cara menggunakan metode Hidrograf ITB-2 dan Snyder.
Satuan Sintetik (HSS). Penelitian ini akan meninjau daerah
rawan banjir pada bagian Wilayah Sungai
Jom FTEKNIK Volume 4 No.1 Februari 2017 1
(WS) Akuaman yaitu, DAS Tapakis. . jatuh di daerah tersebut akan mengalir
Pertemuan beberapa anak sungai, curah menuju sungai utama pada suatu
hujan yang tinggi dan alih fungsi lahan titik/stasiun yang ditinjau (Triatmodjo,
yang menjadi faktor penyebab lokasi pada 2010).
daerah – daerah tersebut rawan banjir. Peraturan Direktur Jenderal Bina
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan
suatu wilayah daratan yang merupakan Perhutanan Sosial (2013) mengatakan
satu kesatuan dengan sungai dan anak bahwa karakteristik DAS adalah gambaran
sungainya, yang berfungsi menampung, spesifik mengenai DAS yang bercirikan
menyimpan, dan mengalirkan air yang parameter yang berkaitan dengan keadaan
berasal dari curah hujan ke danau atau ke morfometri, topografi, tanah, geologi,
laut secara alami, yang batas di darat vegetasi, penggunaan lahan, hidrologi dan
merupakan pemisah topografis dan batas manusia. Morfometri dari geomorfologi
di laut sampai dengan daerah perairan DAS merupakan nilai kuantitatif dari
yang masih terpengaruh aktivitas daratan parameter-parameter yang terkandung
(Permen PU 2013). pada suatu daerah aliran sungai (DAS).
Parameter karakteristik DAS yang Oleh karena itu, parameter morfometri
akan diolah menggunakan Hidrograf merupakan salah satu daya pendukung
Satuan Sintetik didapat dari hasil pengelolaan sumberdaya alam terutama
mengolah data peta citra satelit yang dalam pengelolaan DAS secara terpadu,
dikenal dengan DEM (Digital Elevation diantaranya adalah batas dan luas DAS,
Model) menggunakan Sistem Informasi panjang sungai utama, orde sungai, dan
Geografis (SIG). tingkat kerapatan drainase (Triano, 2010).
Sistem Informasi Geografis (SIG) Luas DAS merupakan salah satu
merupakan program pemetaan yang parameter karaktristik daerah aliran
mampu menyajikan informasi dalam sungai, Makin besar DAS makin lama pula
bentuk grafis peta. SIG dirancang untuk limpasan mencapai outlet, sehingga lebar
bekerja menggunakan data yang DAS akan semakin besar karena hujan
berkordinat geografi dan berguna dalam yang ditangkap juga semakin banyak.
perencanaan, pelaksanaan, dan kegiatan Klasifikasi DAS berdasarkan luas DAS
pengendalian. bisa dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.
Penggunaan SIG juga digunakan
dalam menganalisa karakteristik DAS dari Tabel 1. Klasifikasi DAS berdasarkan luas
data DEM dan menghasilkan parameter (Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
karakteristik DAS, yaitu luas DAS, dan Perhutanan Sosial (2013))
panjang sungai, orde sungai, dan No Luas DAS (Ha) Klasifikasi DAS
kemiringan sungai kemudian data tersebut 1 1.500.000 ke atas DAS sangat
diolah menggunakan HSS untuk
menentukan rancangan banjir. besar
2 500.000 - < DAS Besar
A.1 Daerah Aliran Sungai
1.500.000
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah
suatu kesatuan wilayah tata air yang 3 100.000 - < DAS Sedang
terbentuk secara alamiah, dimana semua 500.000
air hujan yang jatuh ke daerah ini akan
mengalir melalui sungai dan anak sungai 4 10.000 - < DAS Kecil
yang bersangkutan (Koedotie, 2013). 100.000
Daerah aliran sungai adalah daerah yang 5 Kurang dari DAS Sangat
dibatasi oleh punggung-punggung
gunung/pegunungan dimana air hujan yang 10.000 Kecil

Jom FTEKNIK Volume 4 No.1 Februari 2017 2


A.2 Hidrograf Satuan Sintetik jumlah pangsa sungai-sungai semua
Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) tingkat.
merupakan suatu cara untuk c. Faktor lebar (WF) yaitu perbandingan
memperkirakan penggunaan konsep antar lebar DAS yang terukur di titik
hidrograf satuan dalam suatu perencanaan sungai yang berjarak 0,75 L dengan
yang tidak tersedia pengukuran- Lebar DAS yang diukur di titik sungai
pengukuran langsung mengenai hidrograf di sungai yang berjarak 0,25 L dari
banjir. Hidrograf Satuan Sintetik ini stasiun hidrometri (Gambar 1)
dikembangkan berdasarkan pemikiran
bahwa penglihragaman hujan menjadi
aliran baik akibat translasi maupun
tampungan. Dipengaruhi oleh sistem
daerah pengalirannya (Siby, Kawet, and
F.Halim (2013)). Pada metode ini sangat
sederhana hanya menggunakan data-
karakteristik DAS seperti luas DAS,
Panjang Sungai, dan dalam beberapa kasus
dapat juga mencakup karakteristik lahan. Gambar 1. Sketsa penerapan WF (Harto,
Hidrograf Satuan Sintetik yang telah 1993)
dikembangkan oleh para pakar antara lain
HSS Gama I, HSS Nakayasu, HSS ITB-1 d. Luas DAS sebelah hulu (RUA) yaitu
dan lain-lain perbandingan antara luas DAS yang
diukur di hulu garis yang ditarik tegak
 Hidrograf Satuan Sintetik GAMA I lurus garis hubung antara stasiun
Hidrograf Satuan Sintetik Gama I hidrometri dengan titik yang paling
dikembangkan oleh Sri Harto (1993a) dekat dengan titik berat DAS, melewati
berdasarkan perilaku hidrologis 30 DAS di titik tersebut seperti terlihat pada
Pulau Jawa. Meskipun diturunkan dari (Gambar 2)
data DAS di Pulau Jawa, ternyata
hidrograf satuan sintetik Gama I juga
berfungsi untuk berbagai daerah lain di
Indonesia. Pada wilayah Sungai Akuaman
digunakan hidrograf satuan sintetik Gama
I dimana karakteristik DAS nya diperoleh
dari Sistem Informasi Geografis (SIG).
Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Gambar 2. Sketsa penerapan RUA (Harto,
Gama I (harto (1993b)) diturunkan 1993)
berdasarkan parameter-parameter DAS
yang dapat diukur dari peta topografi pada e. Faktor simetri (SIM) yaitu hasil kali
penggal sungai yang ditinjau. Parameter- antara faktor lebar (WF) dengan luas
parameter DAS tersebut dapat DAS sebelah hulu (RUA).
diklasifikasikan sebagai berikut ini : f. Jumlah pertemuan sungai (JN) adalah
a. Faktor sumber (SF) yaitu jumlah semua pertemuan sungai di
perbandingan antara jumlah panjang dalam DAS tersebut. Jumlah ini tidak
sungai-sungai tingkat satu dengan lain adalah jumlah pangsa sungai
jumlah panjang sungai-sungai semua tingkat satu dikurangi satu.
tingkat. g. Kerapatan jaringan kuras (D) yaitu
b. Frekuensi sumber (SN) yaitu jumlah panjang sungai semua tingkat
perbandingan antara jumlah pangsa tiap satuan luas DAS.
sungai-sungai tingkat satu dengan

Jom FTEKNIK Volume 4 No.1 Februari 2017 3


Selanjutnya hidrograf satuan Adapun sisi resesi (recession limb)
diberikan dengan empat variabel pokok, hidrograf satuan disajikan dengan
yaitu waktu naik (TR), debit puncak (Qp), persamaan eksponensial sebagai berikut:
waktu dasar (TB), dan koefisien Qt  Qpe  (t Tr ) / k (5)
tampungan (K), dengan persamaan-
persamaan berikut ini:
1. Waktu puncak HSS Gama I Dimana Q adalah debit yang di ukur pada
jam ke-t sesudah debit puncak (m3/dt), Qp
adalah debit puncak (m3/dt), t adalah
(1) waktu yang diukur dari saat terjadinya
2. Debit Puncak banjir debit puncak (jam), k adalah koefisien
tampungan (jam).
(2)
3. Waktu dasar  Hidrograf Satuan Sintetik
Nakayasu
Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu
dari Jepang, telah menyelidiki hidrograf
(3) satuan pada beberapa sungai di Jepang.
4. Koefisien resesi Nakayasu membuat rumus hidrograf
satuan sintetik dari hasil penyelidikannya.
Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu
(4) merupakan hidrograf yang sampai saat ini
umum digunakan baik oleh para ahli
Dimana A adalah luas DAS (km2 ), L maupun para praktisi di Indonesia. Rumus
adalah panjang sungai utama (km), S yang digunakan untuk menghitung debit
adalah kemiringan dasar sungai, SF adalah rencana adalah sebagai berikut :
faktor sumber, SN adalah frekuensi
sumber, WF adalah faktor lebar, JN adalah
jumlah pertemuan sungai, RUA adalah (5)
luas DAS sebelah hulu, SIM adalah hasil
perkalian antara WF dan RUA, D adalah Dimana Qp adalah besarnya debit puncak
Kerapatan jaringan kuras. banjir (m3/dt), CA adalah luas daerah
Menurut Sri Harto (1985) bahwa aliran (km2), R0 adalah curah hujan satuan
dengan memperhatikan tanggapan sungai- (1 mm), Tp adalah waktu dari permulaan
sungai di pulau Jawa terhadap masukan hujan sampai puncak banjir (jam). T0,3
hujan maka dipandang sangat memadai adalah waktu yang diperlukan oleh
dengan menyajikan sisi naik hidrograf penurunan debit dari debit puncak sampai
satuan sebagai garis lurus (linier) (Gambar menjadi 30% dari debit puncak (jam).
3). Untuk menghitung Tp dan T0,3 digunakan
rumus :
(6)
(7)
(8)
0 , 215
A
  3,604 . 0,528 (9)
L
Dengan :
Jika panjang sungai > 15 km maka
Tg = 0,4 + 0,058 L (10)
Gambar 3. Sketsa hidrograf satuan sintetik 1. Jika panjang sungai < 15 km maka
Gama I Tg = 0,21 . L0,7 (11)

Jom FTEKNIK Volume 4 No.1 Februari 2017 4


Dimana Tg adalah time lag, yaitu waktu a. Lengkung naik (0 ≤ t ≤ 1)
Antara permulaan hujan sampai puncak
banjir (jam), Tr adalah satuan waktu hujan (17)
(jam), L adalah panjang alur sungai (km). b. Lengkung turun (t > 1 s/d ∞)

(18)
Debit puncak dapat ditentukan
menggunakan persamaan :
(19)
Dimana R adalah curah hujan satuan
(1mm), Tp waktu puncak (jam),
adalah luas DAS ( ), adalah luas
HSS tak berdimensi yang tidak dapt
Gambar 4. Sketsa Hidrograf Satuan dihitung dengan cara exact dan numerik.
Sintetik Model Nakayasu Rumus standar untuk time lag yang
digunakan adalah penyederhanaan dari
Dari Gambar 4 menggambarkan bentuk rumus snyder.
hidrograf sintetik Nakayasu Bagian (20)
lengkung dari HSS Nakayasu mempunyai Dimana L adalah panjang sungai (Km),
persamaan sebagai berikut: CT adalah koefidien waktu.
Waktu naik : Waktu puncak (Tp) di defenisikan dengan
persamaan
(ITB-1) (21)
( ) (12) (ITB-2) (22)

Waktu turun :  Hidrograf Satuan Sintetik Snyder


( ) Rumus yang digunakan untuk
( ) menentukan debit puncak yaitu :
(13)
(23)
( )
Menentukan waktu puncak (Tp)
( ) (24)
(14)
(25)
( )
[Te < Tr] (26)
(15) [Te > Tr]
(27)
Dimana, te adalah hujan efektif, TL adalah
 Hidrograf Satuan Sintetik ITB-1 time lag, Tr adalah durasi hujan standar,
dan ITB-2 Lc adalah panjang sungai ke titik berat
HSS ITB-1 memiliki persamaan sungai.
lengkung naik dan lengkung turun
seluruhnya yang dinyatakan dengan satu  Hidrograf Satuan SCS
persamaan yang sama yaitu : Rumus yang digunakan untuk
(16) menentukan debit puncak yaitu :
HSS ITB-2 memiliki persamaan
` (28)
lengkung naik dan lengkung turun yang
dinyatakan dengan dua persamaan yang
berbeda yaitu :

Jom FTEKNIK Volume 4 No.1 Februari 2017 5


Untuk persamaan Time Lag menggunakan
rumus yang sama dengan HSS Snyder. ∑ ∑
| ∑
| (33)
Menghitung Tp :
(29)
dengan :
Dimana, TL adalah time lag, Tr adalah VE = volume error dalam %,
durasi hujan standar. Vobs = volume terukur,
Vcal = volume simulasi.
A.3 Kontrol Volume Hidrograf dan
nilai HDRO A.4 Sistem Informasi Geografis
Volume limpasan dapat diperoleh Sistem Informasi Geografis menurut
dengan penjumlahan dari perkalian antara Kholid (2010), yaitu data yang
ordinat hidrograf satuan dengan interval mempresentasikan dunia nyata (real
waktu hidrograf. Dimana volume hidrograf world) yang dapat disimpan, dimanipulasi,
dapat dihitung dengan rumus sebagai diproses, dan dipresentasikan dalam
berikut bentuk yang lebih sederhana dengan layer-
layer tematik yang direlasikan dengan
(30) lokasi-lokasi geografi di permukaan bumi.
Hasilnya data tersebut dapat dipergunakan
Untuk DAS yang tidak memiliki untuk pemecahan banyak masalah-masalah
hidrograf natural/hidrograf observasi, dunia nyata seperti dalam perencanaan dan
metoda yang paling sering dan sederhana pengambilan keputusan menyangkut data
digunakan untuk mengetahui keandalan kebumian.
dari hasil analisis dengan metoda Sistem Informasi Geografis
Hidrograf Satuan Sintetik adalah metode memerlukan komponen-komponen yang
kontrol Volume. Tinggi hujan aliran pada merupakan sistem kompleks yang biasanya
kontrol volume tersebut sesuai dengan terintegrasi dengan lingkungan sistem
konsep hidrograf satuan, yaitu hujan aliran komputer yang lain di tingkat fungsional
tersebar merata setinggi 1 mm dalam satu dan jaringan.
satuan waktu. Sehingga kontrol hidrograf Data dan Informasi Geografi (SIG)
satuan untuk mendapatkan hujan aliran memiliki kemampuan untuk
setinggi 1 mm dapat dirumuskan sebagai mengumpulkan dan menyimpan data serta
berikut : informasi yang diperlukan baik secara
V tidak langsung maupun dengan cara
H DRO  (31) melakukan import data dari software GIS
A lainnya. Data dan informasi geografi
Dari persamaan diatas, maka nilai
dalam kasus ini akan dijadikan sebagai
HDRO (hight direct run off) atau yang biasa
parameter parameter yang akan digunakan
disebut dengan rasio volume, harus
untuk mengolah data debit rancangan
bernilai 1 mm.
banjir atau debit puncak dengan
Indarto (2010) bahwa selisih volume
menggunakan analisis Hidrograf satuan
(VE) aliran adalah nilai yang menunjukkan
sintetik.
perbedaan volume perhitungan dan volume
terukur selama proses simulasi. Jika selisih
A.4 Digital Elevation Model (DEM)
volume aliran kecil, maka jumlah volume
Digital Elevation Model (DEM)
nilai simulasi dan observasi hampir sama.
merupakan salah satu model untuk
Selisih volume (VE) aliran dikatakan baik
menggambarkan bentuk topografi
apabila dapat menunjukkan angka tidak permukaan bumi yang divisualisasikan ke
lebih dari |5%|. Perhitungan selisih volume
dalam bentuk tampilan 3D (tiga Dimensi).
(VE) dirumuskan seperti rumus seperti di SRTM (Shuttle Radar Topographic
bawah ini :

Jom FTEKNIK Volume 4 No.1 Februari 2017 6


Mission) merupakan misi untuk membuat B.2 Diagram Alir Penelitian
data topografi dengan menggunakan
sistem radar dari wahana pesawat
antariksa. Citra DEM yang digunakan
sudah tersedia untuk seluruh dunia dengan
resolusi spasial 90×90 meter, sedangkan
untuk resolusi 30×30 meter hanya tersedia
di wilayah Amerika saja.
Secara umum, obyek hasil pencitraan
penginderaan jauh yang secara pasif
menggunakan sistem optik ataupun secara
aktif yang menggunakan sistem radar
adalah informasi yang memanfaatkan
obyek paling luar dari permukaan bumi,
yaitu obyek penutup lahan. Hutan akan
teramati oleh penginderaan jauh hanya
pada bagian kanopi (daun), sedangkan
obyek yang berada di bawah hutan seperti
semak, rumput tidak teramati. Dari
penjelasan ini, maka hasil pengukuran
ketinggian yang diambil dari citra
penginderaan jauh oleh radar adalah
ketinggian obyek penutup lahannya, bukan
ketinggian dari permukaan tanah.

B. METODOLOGI PENELITIAN Gambar 6. Diagram Alir Penelitian


B.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan pada WS Penelitian ini akan menghasilkan
Akuaman Sumatera Barat yang beberapa sebuah jaringan sungai yang dapat
DAS diantaranya mengalir di wilayah digunakan untuk menganalisis parameter
administrasi Kota Padang, penelitian ini karakteristik DAS berdasarkan citra satelit
akan meninjau DAS Tapakis. Hal ini dapat dan terdiri dari beberapa tahapan
dilihat pada no 014 Peta Administrasi pada penelitian yaitu pengumpulan data,
Gambar 5 dibawah ini. pengolahan data , koreksi pemetaan
jaringan sungai, analisis karakteristik dan
debit banjir.
a. Pengumpulan Data
Tahap pertama dalam mengolah data
penelitian ini adalah pengumpulan data
yang bertujuan untuk memvalidasi
pemetaan jaringan sungai, pengumpulan
data yang dilakukan adalah pengumpulan
data sekunder. Data yang dikumpulkan
tersebut adalah data peta Administrasi dan
peta Bing.
b. Pengolahan Data
Pengolahan data DEM dianalisis
menggunakan software SIG. Daerah
Gambar 5. Peta Administrasi WS
penelitian akan di tinjau menggunakan
Akuaman
citra satelit berdasarkan batas topografi

Jom FTEKNIK Volume 4 No.1 Februari 2017 7


DAS yang diteliti. Kemudian data yang Menggunakan program SIG dapat
telah didapat akan diolah kembali menentukan batas DAS, kontur, dan
menggunakan program CAD dan EXCEL. jaringan sungai pada DAS WS Akuaman.
c. Koreksi dan validasi Dapat dilihat pada Gambar 8 dibawah ini :
Proses koreksi dilakukan dengan
mencocokkan data yang kita dapat dari
DEM kemudian dibandingkan
menggunakan peta Administrasi dan Bing.
Setelah dikoreksi akan dilakukan validasi
dengan cara turun ke lapangan.
d. Analisis karakteristik DAS
Analisis karakteristik DAS bertujuan
untuk menentukan berbagai macam
karakteristik fisik seperti, luas das, luas
sungai, panjang sungai utama, kemiringan
sungai, orde sungai, dan tingkat (a) (b)
percabangan sungai. Gambar 8. (a). Analisis batas DAS (b).
e. Analisis debit banjir Analisis Jaringan Sungai
Analisis debit rancangan dilakukan
berdasarkan data karakteristik fisik dari C.2 Hasil Penelitian
das, analisis ini akan dilakukan dengan Secara teoritis, morfometri DAS
metode gama I, nakayasu, ITB-1, ITB-2, dianalisis menggunakan data karakteristik
SCS dan Snyder morfologi secara kuantitatif yang terdiri
dari luas daerah aliran sungai, bentuk
C. HASIL DAN PEMBAHASAN sungai, panjang sungai utama, orde sungai,
C.1 Data untuk penentuan karakteristik kemiringan sungai, tingkat kerapatan
DAS drainase, serta pertemuan sungai. Secara
Data untuk penelitian ini merupakan garis besar karakteristik morfologi sungai
data primer yang merupakan hasil dari ini menggambarkan keadaan umum yang
unduhan data secara gratis dari internet mempengaruhi kondisi hidrologi sungai.
yaitu data ASTER GDEM. Hasil dari Berikut penjelasan terkait parameter-
pemetaan jaringam sungai menggunakan parameter yang menggambarkan
data DEM dan Sistem Informasi Geografis karakteristik morfologi DAS (Tabel 2)
(SIG) dapat dilihat pada Gambar 7 sebagai suatu nilai kuantitatif yang
mempengaruhi karakteristik aliran sungai.

Tabel 2. Karakteristik Morfologi DAS


Tapakis
Nama DAS
Karakteristik DAS
Tapakis
Luas DAS (km2) 85.007
Panjang DAS (km) 30.248
Kemiringan (s) 0.004
Kcepatan Jaringan Kuras (D) 1.209
Luas DAS sebelah hulu (RUA 0.487
WF 1.016
Faktor SIM 0.473
Gambar 7. ASTER GDEM (WS Faktor Sumber (SF) 0.519
Akuaman) Frekuensi Sumber (SN) 0.507
Jumlah Pertemuan Sungai (JN) 33

Jom FTEKNIK Volume 4 No.1 Februari 2017 8


Berdasarkan Tabel diatas dapat C.3 Pembahasan
diklasifikasikan DAS tersebut berdasarkan Secara kuantitatif nilai morfometri
Luas DAS DAS yang didapatkan dari hasil pemetaan
a. Luas DAS jaringan sungai menggunakan data DEM
Parameter karakteristik morfologi berdasarkan luas DAS, untuk DAS
Daerah Aliran Sungai dalam suatu luas Tapakis mempunyai karakteristik sangat
DAS seperti yang telah disebutkan pada kecil.
Tabel 2 memperlihatkan Luas pada DAS. Nilai debit puncak dengan metode
Klasifikasi karakteristik DAS berdasarkan HSS Nakayasu menghasilkan nilai yang
Luas DAS dapat dilihat pada Tabel lebih besar dibandingkan dengan HSS
dibawah. lainnya, dari keseluruhan metode.

Tabel 3. Klasifikasi DAS


No DAS Luas DAS (Ha) Klasifikasi DAS

1 Tapakis 8500.698 Das Sangat Kecil

Dengan menggunakan data


karakteristik DAS yang didapatkan dari
data DEM dan mengikuti langkah
penelitian diatas maka didapatkan hasil
hidrograf satuan sintetik menggunakan
Gambar 9. Perbandingan Kurva HSS
Gama I, Nakayasu, ITB-1, ITB-2, SCS dan
seluruh metode
Snyder
Selanjutnya dilakukan perbandingan
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan
metoda mana yang dapat diterapkan pada
nilai volume error (%) dengan seluruh
DAS Tapakis dengan menggunakan
metode HSS ini tidak ada melewati nilai
konsep unit hidrograf satuan dengan nilai
toleransi kesalahannya <5%. Dapat ditarik
limpasan langsung (HDRO) 1 mm
kesimpulan bahwa menggunakan metode
HSS Gama I, Nakayasu, ITB-1, ITB-2,
Tabel 4. Hasil Analisis Metode HSS
DAS Tapakis
SCS, Snyder mempunyai keakuratan dan
Metode HSS ketelitian untuk menentukan debit
tr (jam) TL (jam) TP (jam) QP (m3/s)
Gama I - - 1.867 4.492 rancangan banjir.
Nakayasu 1.616 - 3.447 5.404 Apabila dilihat dari nilai HDRO yang
ITB-1 - 6.282 6.782 0.573 mendekati nilai 1 mm adalah selain
ITB-2 - 2.297 3.676 1.784 metode Gama I dan metode Snyder.
SCS - 5.613 6.113 1.031 Dilihat dari Tabel 5 nilai HDRO yang
Snyder - 6.736 6.679 0.882 didapat dengan metode HSS Nakayasu,
ITB-1, ITB-2 dan SCS lebih mendekati
Tabel 5. Hasil Kontrol Volume Error (%) nilai 1 mm.
dan nilai Hdro Dari hasil analisis nampak bahwa pola
distribusi aliran sungai merupakan
DAS Tapakis proyeksi dari respon hidrologi terhadap
Metode HSS faktor geomorfologi sungai. Bentuk
VE (%) Hdro
Gama I 1.00% 0.77 hidrograf yang dimiliki oleh suatu DAS
Nakayasu 1.00% 1.01 relatif berbeda-beda sebab suatu daerah
ITB-1 1.00% 1.00
pengaliran pada suatu sungai yang
1.00% 1.00
mendapatkan masukan curah hujan
ITB-2
tertentu akan menghasilkan suatu hidrograf
SCS 1.00% 1.02
aliran yang bentuk dan ukuran tertentu
Snyder 1.00% 1.83 pula menurut ruang dan waktu. Hal ini

Jom FTEKNIK Volume 4 No.1 Februari 2017 9


terjadi akibat adanya variasi curah hujan Hidrologi. Institut Pertanian
dan kondisi DAS saat terjadinya hujan Bogor,IPB.
tersebut.

D. KESIMPULAN
1. Pada penelitian ini, Pengaruh bentuk
hidrograf adalah kemiringan sungai,
faktor lebar (WF), faktor Sumber
(SF), Frekuensi Sumber (SN), dan
RUA (Luas DAS bagian hulu), Luas
DAS dan panjang sungai utama.
2. Berdasarkan metode hidrograf satuan
sintetik HSS Nakayasu, ITB-1, ITB-2,
SCS diperoleh nilai HDRo yang
mendekati 1mm yang berarti HSS ini
sesuai diterapkan pada DAS WS
Tapakis
3 Berdasarkan nilai Kontrol Volume
error Untuk keseluruhan HSS cocok
digunakan untuk DAS Tapakis ini
dikarenakan hasil analisis dibawah 5%

DAFTAR PUSTAKA
Aini, A. (2007). Sistem Informasi
Geografis Pengertian dan
Aplikasinya, 2–18.
Fallis, A. . (2013). No Title No Title.
Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
Harto, S. (1993). Analisis Hidrologi.
Indarto. (2010). Hidrologi, Dasar Teori
dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi.
Jakarta PT. Bumi Aksara.
Kholid, S. I. R. (2010). Pemanfaatan
Sistem Informasi Geografis Untuk
Analisis Spesial Nilai Lahan
Kecamatan Depok, Kabupaten
Sleman. Naskah Publikasi.
Koedatie, R. J. (2013). Rekayasa dan
Manajemen Banjir Kota.
Nadia, F., Manyuk, F., & Ari, S. (2015).
Analisis karakteristik das di kota
pekanbaru berbasis sistem informasi
geografis untuk menganalisis
hidrograf satuan sintetik.
Triatmodjo, b. (2010). Hidrologi Terapan
(Vol. Cetakan kedua). Yogyakarta.
Triono. (2010). Kajian Hubungan
Geomorfologi DAS dan Karaktristik

Jom FTEKNIK Volume 4 No.1 Februari 2017 10

Anda mungkin juga menyukai