Makalah Amphibi Kelompok 4

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ZOOLOGI VERTEBRATA

ORDO URODELA DAN APODA

Dipersentasikan pada perkuliahan zoologi vertebrata

pada jurusan pendidikan biologi semester IV

Tahun 2016-2017

Disusun Oleh :

Tomi

Nurbaya

Agustina
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Amfibi adalah kelompok terkecil di antara vertebrata, dengan

jumlah hanya 3.000 spesies. Seperti ikan dan reptilia, amfibi adalah

hewan berdarah dingin. Ini berarti amfibi tidak dapat mengatur suhu

badannya sendiri. Untuk itu, amfibi memerlukan matahari untuk

menghangatkan badan. Awalnya amfibi mengawali hidup di perairan

dan melakukan pernapasan menggunakan insang. Seiring dengan

pertumbuhannya paru-paru dan kakinya berkembang dan amfibi pun

dapat berjalan di atas daratan.

Amfibi dijumpai diseluruh dunia kecuali di kutub. Mereka menempati

sejumlah habitat yang berbeda-beda seperti hutan hujan, kolam, dan

danau. Mereka juga ada di daerah berumput di lereng pegunungan

tinggi, bahkan juga di gurun. Meskipun amfibi dewasa dapat bertahan

hidup selama periode kemarau panjang, umumnya mereka

membutuhkan tempat-tempat lembab seperti sungai dan kolam.

Dalam kelas amphibi terbagi beberapa ordo dan diantaranya ialah

urodela dan apoda.

Urodela juga dinamakan sebagai Caudata. Istilah Caudata berasal

dari kata Latin Cauda yang berarti ekor. Ini menyiratkan bahwa spesies

di bawah kategori ini memiliki ekor. Ekor Caudata hampir sama dengan

panjang tubuh, dan pada beberapa spesies seperti Oedipina, memiliki


ekor yang sangat panjang. Ekor yang berkembang baik memungkinkan

Caudata berenang dengan baik pula. Gymnophiona terdiri dari hewan-

hewan yang memiliki tubuh memanjang, tidak berkaki, peliang dan

juga hewan akuatik yang dapat ditemukan dalam hbitat tropis.

Sebagian besar anggota dari ordo ini menghabiskan waktunya di

bawah tanah atau di dalam air sehingga cukup sulit untuk dipelajari.

Sehingga makalah ini bertujuan untuk membahas tentang kedua ordo

tersebut

B. Rumusan masalah
1. Bagaimanakah karakteristik ordo apoda?
2. Bagaimanakah karakteristik ordo urodela?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Bagaimanakah karakteristik ordo apoda?
2. Untuk mengetahui Bagaimanakah karakteristik ordo urodela?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Karakteristik ordo Apoda

Apoda berasal dari kata a berarti tidak dan poda yang berarti

kaki atau alat gerak. Sehingga apoda dapat diartikan tubuh tidak

memiliki alat gerak. Ciri dari order ini adalah tubuhnya gilig

memanjang, memiliki segmen/beranuli (groove), tidak memiliki

tympanum, extremitasnya mereduksi dan memiliki mata yang kecil

sekali tertutup oleh kulit atau tulang serta paru-paru kiri biasanya

mereduksi/menghilang. Apoda sangat mirip sekali dengan cacing.

Bedanya yaitu pada Apoda memiliki geligi dan sepasang tentakel kecil.

Tentakel terletak diantara mata dan nostril yang berfungsi sebagai alat

sensori (kemoreseptor). Habitat dari order ini adalah meliang didalam

tanah lembek atau didalam lumpur. Reproduksi ovipar dan ada yang

diketahui vivipar. Fertilisasi internal (phallodeum). Spesies jantan

memiliki alat kopulasi. Embrio Apoda memiliki insang external. Apoda

tersebar di Borneo, Jawa, sumatra, dan Kalimantan. Karakter utama

yang dipakai utama untuk identifikasi Apoda antara lain: jumlah annuli,

jumlah gigi, warna tubuh, garis lateral, panjang tubuh.


Apoda juga biasa disebut Gymnophiona yang terdiri dari hewan-

hewan yang memiliki tubuh memanjang, tidak berkaki, peliang dan

juga hewan akuatik yang dapat ditemukan dalam hbitat tropis.

Sebagian besar anggota dari ordo ini menghabiskan waktunya di

bawah tanah atau di dalam air sehingga cukup sulit untuk

Di bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ

sensory. Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya.

Pada fase larva hidup dalam air dan bernafas dengan insang. Pada fase

dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam

tanah atau di lingkungan akuatik. Fertilisasi pada Apoda terjadi secara

internal.

Ordo ini terdapat 33 genera dan sekitar 170 spesies. Ciri-cirinya

antara lain tubuh memanjang, tidak berkaki, amphibia peliang dengan

tubuh bersegmen-segmen (memiliki annula/cincin) sehingga terlihat

seperti cacing tanah. Apoda memiliki ekor kecil atau sama sekali

mereduksi dan mata yang sangat kecil sekali (biasanya tertutupi oleh

kulit atau tulang). Apoda juga memiliki tengkorak yang keras sebagai

bentuk adaptasinya untuk meliang. Paru-paru kiri terkadang mereduksi

atau tidak ada sama sekali dan sekurang-kurangnya ada satu spesies

yang tidak memiliki paru-paru (lungless). Apoda memiliki kemosensori

organ yang unik disebut sebagai tentakel yang terdapat di antara mata

dan hidung

Apoda memiliki warna coklat atau biru keunguan dan tidak semua

memiliki garis lateral berwarna kuning. Garis lateral ada yang lurus

penuh sampai terputus-putus. Garislateral ada yang berwarna kuning


atau putih. Tentakel kecil sekali dan berada di antara mata dan lubang

hidung.. Walaupun tubuh Apoda memanjang seperti cacing tetapi

ekornya amat pendek. Ekor berada di belakang anus. Gigi

Gymnophiona berjumlah dua pasang, yaitu sepasang di bagian atas

mulut yang dinamai Premaxillary-maxillary teeth dan Vomeropalatine

teeth dan sepasang di bagian bawah mulut yang dinamai Splenial

teeth dan Dentary teeth. Namun untuk family Caudacaecilidae, tidak

memiliki dentary teeth

Ordo Apoda terdiri atas 10 famili dengan total spesies mencapai 200

jenis. Amfibi anggota ordo Gymnophiona yang hidup di Indonesia

(pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan) terdapat 2 famili, yaitu:

1. Family Caeciliaidae

Family Caeciliaidae merupakan family dengan jumlah spesies

terbesar dari Apoda. Kira-kira family ini terdiri dari 90 spesies dalam 23

genera. Daerah persebaran geografinya antara lain Amerika tropis,

Afrika bagian barat dan timur, pulau Seychelle dan India. Terdapat dua

subfamily yaitu Caecilianinae dan Siphonopinae yang telah dikenali

oleh peneliti

Semua anggota dari family ini memiliki annuli primer yang berbeda.

Beberapa spesies mempunyai alur sekunder (secondary grooves) yang

membagi annuli primer, akan tetapi tak satu pun yang memiliki alur

tersier (tertiary grooves). Pada beberapa genus sisik ditemukan pada

annular groove akan tetapi pada genus yang lain tidak ditemukan

adanya sisik. Bagian tubuh yang paling belakang tertutupi oleh perisai
terminal akan tetapi tidak terdapat ekor yang nyata. Mata dapat atau

tidak dapat dilihat dari luar. Letak tentakel bervariasi, ada yang dekat

dengan nostril dan ada juga yang terletak dekat dengan mata. Pada

telinga tengah terdapat sebuah kolumela.

Anggota Caeciliaidae ada yang bereproduksi secara ovipar

(Grandisonia, Hypogeophis) dan ada juga yang vivipar (Caecilia,

Dermophis). Beberapa genus yang berkembang biak dengan cara

bertelur meletakkan telurnya di dalam atau di dekat air dan memiliki

larva yang hidup bebas. Pada Hypogeophis dan Idiocranium terdapat

parental care berupa penjagaan telur

Anggota Caeciliaidae merupakan hewan yang meliang di tanah

(meski kadang-kadang muncul ke permukaan tanah setelah hujan

turun) kecuali spesies-spesies dari Typhlonectine yang akuatik. Tidak

terdapat ekor, mulut terletak di bawah moncong. Spesies akuatik

memiliki tubuh yang ramping atau memipih dan memiliki sirip dorsal

yang berkembang dengan baik terletak pada tubuh bagian belakang.

Beberapa spesies dari family ini memiliki pola warna yang cerah

seperti orange, kuning atau pink

2. Family Ichthyophiidae

Spesies-spesies dari family Ichthyophiidae memiliki ekor yang nyata.

Tengkoraknya memiliki atap yang lebih padat (stegokrotaphic). Posisi

mulut bisa terminal atau subterminal. Sisik dapat ditemukan pada

annuli tubuh. Tentakel terletak di antara mata dan nostril akan tetapi

letaknya lebih dekat ke mata. Panjang tubuh bisa mencapai 50 cm.

Betinanya mengeluarkan sekelompok telur di tanah yang lembab atau


di liang yang dekat dengan air yang kemudian akan berkembang

menjadi larva

Daerah persebarannya meliputi India, Sri Lanka, Asia Tenggara,

Filipina, pulau utama Malaysia, Sumatra dan Kalimantan (Borneo).

Terdiri dari 2 genera (Caudacaecilia dan Ichthyophis) dan sekitar 36

spesies . Anggota family ini memiliki cincin-cincin yang sangat jelas

dengan annuli primer yang terbagi oleh alur sekunder dan alur tersier.

Sisik dapat ditemukan pada annular groove kecuali pada bagian alur

yang paling depan. Pada bagian ujung tubuh terdapat ekor yang sangat

pendek tetapi ekor ini merupakan ekor sejati/nyata.

Beberapa jenis spesies dari genus Ichthyophis sp. yang hidup di

Indonesia antara lain:

a. Indonesia Caecilian (Ichthyophis bernisi)


b. Billiton Island Caecilian (Ichthyophis billitonensis)
c. Elongated Caecilian (Ichthyophis elongatus)
d. Javan Caecilian (Ichthyophis hypocyaneus)
e. Java Caecilian (Ichthyophis javanicus)
f. Black Caecilian (Ichthyophis monochrous)
g. Kapahiang Caecilian (Ichthyophis paucidentulus)
h. Yellow-banded Caecilian (Ichthyophis paucisulcus)
i. Sumatra Caecilian (Ichthyophis sumatranus)
B. Ordo Urodela

Urodela merupakan salah satu ordo yang mempunyai ciri bentuk

tubuh memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak

memiliki tympanum. Tubuh dapat dibedakan antara kepala, leher dan

badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan yang lainnya

bernafas dengan paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang

kecil dan pada beberapa jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva

hampir mirip dengan fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat
akan tetapi tidak dapat lepas dari air. Pola persebarannya meliputi

wilayah Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan Eropa.

Contoh dari ordo urodela yaitu salamander. Salamander secara

umum morfologinya mirip kadal, tetrapoda dan berekor panjang.

Spesiesnya sebagian besar memiliki 4 jari pada bagian depan dan 5 jari

pada bagian belakang (seperti amphibi pada umumnya). Memiliki kulit

yang lembab membuat salamander lebih suka hidup ditempat yang

tidak ternaungi cahaya matahari dan seringkali dilahan yang basah.

Beberapa spesies salamander hidup aquatik (contoh: Axolotl) saat

berudu namun ketika dewasa hidup didarat (terestrial). Salamander

memiliki tubuh yang memanjang dan memiliki ekor. Sebagian besar

Salamander memiliki empat kaki, meskipun tungkai pada beberapa

spesies aquatik jelas sekali mereduksi. Ada 2 kecenderungan yang

cukup menonjol dalam proses evolusi Salamander yaitu hilangnya

(mereduksi) paru-paru serta adanya paedomorphosis (adanya

karakteristik larva pada Salamander dewasa)

Bentuk tubuh setiap anggota Salamander sangat berbeda,

sehingga mudah untuk mengidentifikasi. Kebanyakan family dari

urodela terdapat di amerika dan tidak terdapat di Indonesia. Sebagian

besar masa hidupnya di darat. Pembuahan ada yang eksternal dan ada

yang internal. Reproduksinya ovipar dan ovovivipar. Ciri yang lainnya

yaitu tidak memiliki tympanum, mempunyai insang atau tanpa insang

dan mata kecil atau mereduksi

1. Reproduksi Urodela
a. Sistem Genitalia Jantan
Testis berjumlah sepasang, berwarna putih kekuningan yang

digantungkan oleh mesorsium. Sebelah kaudal dijumpai korpus

adiposum, terletak di bagian posterior rongga abdomen. Saluran

reproduksinya yaitu, Tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen dan

membawa spermatozoa dari testis menuju duktus mesonefrus. Di

dekat kloaka, duktus mesonefrus pada beberapa spesies akan

membesar membentuk vasikula seminalis (penyimpan sperma

sementara). Vesikula seminalis akan membesar hanya saat musim

kawin saja. Vasa daferens merupakan saluran-saluran halus yang

meninggalkan testis, berjalan ke medial menuju ke bagian kranial

ginjal. Duktus wolf keluar dari dorsolateral ginjal, ia berjalan di

sebelah lateral ginjal. Kloaka kadang-kadang masih jelas dijumpai

b. Sistem Genitalia Betina


Ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya

dijumpai jaringan lemak berwarna kuning (korpus adiposum).

Baik ovarium maupum korpus adiposum berasal dari plica

gametalis, masing-masing gonalis, dan pars progonalis. Ovarium

digantungkan oleh mesovarium. Saluran reproduksi berupa

oviduk yang merupakan saluran berkelok-kelok. Oviduk dimulai

dengan bangunan yang mirip corong (infundibulum) dengan

lubangnya yang disebut oskum abdominal. Oviduk di sebelah

kaudal mengadakan pelebaran yang disebut dutus mesonefrus

dan akhirnya bermuara di kloaka.


Sistem reproduksi pada urodela, pembuahannya terjadi secara

eksternal, artinya penyatuan gamet jantan dan gamet betina terjadi di

luar tubuh. Pada pembuahan eksternal biasanya dibentuk ovum dalam

jumlah besar, karena kemungkinan terjadinya fertilisasi lebih kecil dari

pada pembuahan secara internal.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kesimpulan pada makalah ini ialah:
1. Apoda berasal dari kata a berarti tidak dan poda yang berarti

kaki atau alat gerak. Sehingga apoda dapat diartikan tubuh

tidak memiliki alat gerak. Ciri dari order ini adalah tubuhnya gilig

memanjang, memiliki segmen/beranuli (groove), tidak memiliki

tympanum, extremitasnya mereduksi dan memiliki mata yang kecil

sekali tertutup oleh kulit atau tulang serta paru-paru kiri biasanya

mereduksi/menghilang
2. Urodela merupakan salah satu ordo yang mempunyai ciri bentuk

tubuh memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak

memiliki tympanum. Tubuh dapat dibedakan antara kepala, leher

dan badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan yang lainnya

bernafas dengan paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata

yang kecil dan pada beberapa jenis, mata mengalami reduksi


DAFTAR PUSTAKA

Anwar, A.1988. Ringkasan Biologi. Bandung : Ganeca exact bandung.

Hadi, S. 2001. Avertebrata dan Vertebrata .Jakarta: Erlangga.

Pough, F. H, et. al. 1998. Herpetology. Prentice-Hall,Inc. New Jersey. Pp. 37-
131.

Anton. 2009. Biology. Academic Press. London, Pp: 336 - 345.

Anda mungkin juga menyukai