Mekanisme Kerja Enzim Schardinger
Mekanisme Kerja Enzim Schardinger
Mekanisme Kerja Enzim Schardinger
KELAS C
KELOMPOK 1
NAMA ANGGOTA :
2016
I. TUJUAN
Mengetahui kerja enzim schardinger pada berbagai kondisi
II. PRINSIP REAKSI BIOKIMIA
Enzim schardinger erdiri dari dua jenis yaitu xanthin oxidase dan
xanthine dehydrogenase. Keduanya dapat mengalami interkonversi satu sama
lain sehingga dapat berubah dari jenis satu ke yang lainnya. Di dalam
xanthine oksidase mengkatalisis oksidasi hypoxanthin menjadi xanthin dan
oksidasi xanthin menjadi asam urat. Xanthin dehydrogenase juga
mengkatalisis dehydrogenase aldehida. Hydrogen yang lepas ditangkap oleh
suatu akseptor. Dalam praktikum ini Methylene Blue bertugas menjadi
akseptor hydrogen.
1
P ketiga tabung pada suhu 37C selama
6. Inkubasi 2 jam. Amatilah
VI. PELAKSANAAN
1. Siapkan tabung reaksi 3 buah, kemudian berikan tanda masing-masing
P,Q, dan R.
2. Kedalam tabung P dan Q tambahkan masing-masing 3ml susu
mentah, sedangkan kedalam tabung R masukkan 3 ml susu yang
sudah dimasak.
3. Tambahkan 8 tetes methylene blue formaldehid (25 methylene blue
dilarutkan dalam 195 ml air dan 5 ml formaldehid 40%) kedalam
ketiga tabung dan kocoklah sampai warnanya rata.
4. Tambahkan 8 tetes paraffin cair kedalam tabung P. jangan dikocok!.
1
5. Inkubasi ketiga tabung pada 37C selama 2 jam. Amatilah
P Q R
2. Susu pada Tabung P, Q, dan R setelah diberi Methylene Blue
P Q R
P Q R
P Q R
Seluruh kelompok melakukan hal yang sama pada semua tabung maka data
yang dihasilkan adalah:
VIII. PEMBAHASAN
Tabung P (Susu Sapi 3ml + 6Tetes Methylane Blue Formaldehide +
Parafin cair).
Pada tabung P, parafin cair pada pemberiannya berfungsi
sebagai penghalang membenuk selaput/lapisan diatas permukaan cairan
agar O2 tidak dapat masuk dan mengkontasminasi reaksi yang terjadi
antara methylane blue dan gugus hidrogen karna reaksi oksidasi gugus
aldehida berlangsung secara anaerob (ini berarti reaksi berjalan tanpa
menggunakan bantuan oksigen pada aktifasinya). Pada perlakuannya
susu sapi ditambahkan methylane blue formaldehid diawal lalu dikocok
hingga warna yang diberikan merata maka akan berwarna biru,
setelahnya ditetesi oleh parafin cair yang mana tidak boleh dikocok karna
tujuan parafin cair yang digunakan sebagai agen protektif untuk reaksi
yang berjalan, setelah itu cairan lalu diinkubasi 30 m3nit pada suhu
370C , sebelum dimasukan kedalam inkubator cairan berwarna biru tetapi
setelah diinkubasi cairan berwarna putih susu hal ini terjadi karna ion
Hidrogen yang dihasilkan dari oksidasi Aldehide tersebut dapat secara
baik mengikat/menempati reseptor-reseptor yang sesuai pada methylane
blue sehingga menyebabkan perubahan warna tersebut yang menandakan
berhasilnya reaksi tanpa terkontaminasi O2.
Tabung Q (Susu Sapi 3ml+ 6 Tetes Methylane Blue Formaldehide).
Pada tabung Q, Warna larutan sebelum diinkubasi yaitu biru,
setelah diinkubasi dengan perlakuan yang sama dengan tabung P tetapi
tanpa menggunakan parafin cair, hasil yang di tunjukan yaitu warna putih
di bagian bawah tetapi memiliki bagian atas yang berwarna kebiruan
seperti larutan yang terpisah. Hal ini dapat terjadi karna pada bagian atas
permukaan larutan tidak ada penghalang oksigen untuk masuk jadi yang
awalnya raksi seharusnya berjalan anaerob yaitu tanpa bantuan oksigen
menjadi terkontaminasi oleh oksigen sehingga bagian yang
terkontaminasi tersebut reseptor pada Methylane blue tidak dapat secara
sempurna mengikat ion H+ yang ada sehingga ada bagian yang masih
berwarna kebiruan.
Tabung R (Susu Sapi Telah dimasak 3ml+ 6 Tetes Methylane Blue
Formaldehide).
Pada tabung R, sebelum diinkubasi larutan berwarna Biru dan
setelah diinkubasi dengan perlakuan yang sama tetapi susu sapi telah
dimasak terlebih dahulu tidak menunjukan perubahan warna yang dapat
dilihat, warna yang ditunjukan tetap biru. Hal ini menunjukan methylane
blue tidak menangkap adanya ion H+ sehingga warna larutan tidak
berubah. Hal ini disebabkan karna enzim Schardinger tidak dapat
mengoksidasi gugus aldehid sehingga tidak terbentuk ion H+ disebabkan
karna susu sapi yang telah dipanaskan dengan suhu yang tinggi (diatas
60oC) akan rusak/terdenaturasi sehingga tidak memiliki fungsi sebagai
enzim layaknya. Schardinger merupakan suatu protein dan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas protein adalah suhu.
IX. KESIMPULAN