Proses Penyusunan Dan Penetapan Apbd Serta Struktur Apbd
Proses Penyusunan Dan Penetapan Apbd Serta Struktur Apbd
Proses Penyusunan Dan Penetapan Apbd Serta Struktur Apbd
B. FUNGSI ANGGARAN
APBD memiliki fungsi sebagai berikut.
1. Fungsi otorisasi
Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
2. Fungsi Perencanaan
Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran menjadi pedoman
bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan.
3. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran menjadi pedoman
untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
4. Fungsi Alokasi
Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran harus diarahkan untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
5. Fungsi Distribusi
Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
6. Fungsi Stabilisasi
Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat
untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian.
C. PENDEKATAN PENGANGGARAN DAERAH
Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
ada tiga pendekatan dalam penganggaran, yaitu:
1. Pendekatan Penganggaran Terpadu.
Pendekatan penganggaran terpadu dilakukan dengan mengintegrasikan
proses perencanaan dan penganggaran di lingkungan SKPD untuk
2
[Type text]
3
[Type text]
Cara ini juga memberikan peluang kepada SKPD dan PPKD untuk
melakukan analisis apakah perlu melakukan perubahan terhadap kebijakan
yang ada, termasuk menghentikan program- program yang tidak efektif,
agar kebijakan-kebijakan baru dapat diakomodasikan. Dengan memusatkan
perhatian pada kebijakan-kebijakan yang dapat dibiayai, diharapkan dapat
tercapainya disiplin fiskal, yang merupakan kunci bagi tingkat kepastian
ketersediaan sumber daya untuk membiayai kebijakan-kebijakan prioritas.
Sebagai konsekuensi dari menempuh proses penganggaran dengan
perspektif jangka menengah secara disiplin, manajemen mendapatkan
imbalan dalam bentuk keleluasaan pada tahap implementasi dalam kerangka
kinerja yang dijaga dengan ketat.
4
[Type text]
5
[Type text]
6
[Type text]
7
[Type text]
8
[Type text]
Proses penetapan APBD secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Penyampaian dan Pembahasan Raperda APBD
Kepala daerah menyampaikan raperda APBD kepada DPRD disertai
penjelasan dan dokumen pendukungnya pada minggu pertama bulan
Oktober untuk dibahas dalam rangka memperoleh persetujuan bersama.
Pembahasan tersebut menitikberatkan pada kesesuaian antara KUA dan
PPAS dengan program dan kegiatan yang diusulkan dalam Raperda APBD.
2. Persetujuan Raperda APBD
Pengambilan keputusan bersama DPRD dan kepala daerah terhadap
Raperda APBD dilakukan selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun
anggaran yang bersangkutan dilaksanakan. Atas dasar persetujuan bersama
9
[Type text]
10
[Type text]
11
[Type text]
G. STRUKTUR APBD
Salah satu bagian penting dari reformasi di bidang pengelolaan keuangan
daerah adalah reformasi di bidang penganggaran berimplikasi pada struktur APBD.
12
[Type text]
PP No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Keuanga Daerah, di awal bergulirnya
era otonomi daerah menandai adanya reformasi di dalam struktur APBD.
Karakteristik Struktur APBD adalah sebagai berikut.
1. Membedakan antara penerimaan dan pendapatan Anggaran belanja tidak
dibagi ke dalam belanja rutin dan pembangunan, melainkan ada penyatuan
anggaran belanja dengan orientasi pada program dan kegiatan.
2. Surplus/defisit dinyatakan secara eksplisit sebagai selisih antara anggaran
pendapatan dan belanja.
3. Anggaran pembiayaan dimunculkan sebagai rencana pemerintah untuk
menutup defisit atau mengalokasikan surplus.
4. PP 105/2000 direvisi dengan PP 58/2005 guna menyesuaikan dengan paket
undang-undang di bidang keuangan negara ( UU 17/2003, UU 1/2004 dan
UU 15/2004). Namun struktur APBD tidak mengalami perubahan lagi.
5. Struktur APBD dalam format yang lebih rinci, mengacu pada Lampiran
A.XV Permendagri No. 13/2006 mengenai Contoh Format Rancangan
Perda tentang APBD.
Berdasarkan pasal 20, PP 58/2005, struktur APBD merupakan satu kesatuan
yang terdiri dari:
1. pendapatan daerah
Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas
umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam
satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.
Pendapatan daerah dirinci menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi,
kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek pendapatan. Klasifikasi
pendapatan daerah berdasarkan kelompok terdiri dari:
pendapatan asli daerah;
dana perimbangan; dan
lain-lain pendapatan daerah yang sah.
2. belanja daerah
Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah
yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu
tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
daerah. Pengklasifikasian belanja diatur sebagai berikut:
Belanja daerah dirinci menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi,
program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek belanja.
Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah yang terdiri dari
urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam
bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara
Pemerintah dan Pemerintah Daerah atau antar pemerintah daerah yang
13
[Type text]
14
[Type text]
15
[Type text]
Perlu diingat bahwa tidak semua SKPD memiliki kewenangan untuk memungut
PAD. Kewenangan untuk memungut PAD berupa pajak daerah berada pada
SKPKD sedangkan SKPD tertentu memiliki kewenangan untuk memungut
retribusi.
16