Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah
Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah
Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah
Daerah
Pajak Daerah & Retribusi
Daeah, PPB Dan Bea Cukai
Kuliah : Ke-II
Program Study : D3 Akuntansi & Perpajakan
Dosen : Nursal Baharuddin/Reg. 13017
Semester : Ganjil 2018/2019
EKA : EKA0361-02A1/3 SKS
Pukul : 10.30-13.00 AM/R 7304
Hari/Tanggal : Senen, 10 September 2018
1
Pokok Bahasan
4
Falsafah dan dasar hukum
pemungutan pajak
5
Falsafah dan dasar hukum
pemungutan pajak
6
Definisi Pajak
Menurut Prof Dr. Rochmat Soemitro, SH
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat imbalan jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung
dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluran umum
Kesimpulannya adalah :
• Iuran rakyat kepada Negara
• Berdasarkan UU (dapat dipaksakan)
• Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi timbal balik
• Digunakan untuk membayai rumah tangga Negara (pemerintahan)
7
Pengertian Pajak Daerah
Berdasarkan Undang–Undang Nomor 28 Tahun 2009
pasal 1 ayat 10 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (PDRD) jo UndangUndang Nomor 34 Tahun 2000
pasal 1 ayat 6 jo Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997
tentang pajak daerah dan retribusi Daerah adalah…
.“ kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasar kan Undang Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan Daerah bagi sebesar
besarnya Kemakmuran rakyat ”
8
JENIS - JENIS PAJAK DAERAH
10
Jenis Pajak
11
12
Jenis Pajak
13
14
PAJAK DAERAH DAN
RETRIBUSI DAERAH
15
Dasar Hukum Dan Kewenangan
pemungutan pajak daerah
1. UU No. 32/1956
Pajak daerah; Retribusi daerah; Hasil perusahaan daerah; Pendapatan sah yang diatur undang-undang;
(Pendapatan dinas)
2. UU No. 25/1999
Pajak daerah; Retribusi daerah; Hasil perusahaan milik daerah; Hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan; Lain-lain pendapatan daerah yang sah.
3. UU No. 33/2004
Pajak daerah; Retribusi daerah; hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; lain-lain PAD yang
sah (hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan
selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, dan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai
akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah).
16
FUNGSI PAJAK
INDONESIA
17
Bagi Hasil Pajak
Dalam rangka pemerataan pembangunan dan peningkatan kemampuan
keuangan kabupaten/kota dalam membiayai fungsi pelayanan kepada
masyarakat, pajak provinsi dibagihasilkan kepada kabupaten/kota,
dengan proporsi sebagai berikut:
No Jenis Pajak Provinsi Kota/Kab
18
Bagi Hasil Pajak Provinsi
19
Prinsip pengaturan pajak
daerah dan retribusi daerah
20
Lanjutan
C . Prinsip kecocokan/kelayakan (convience)
Pajak yang dipungut hendaknya tidak memberatkan wajib pajak.
Artinya pemerintah harus memerhatikan layak atau tidaknya
seseorang dikenakan pajak, sehingga orang yang dikenai pajak
akan senang hati membayar pajak.
D . Prinsip ekonomi (economy)
Pada saat menetapkan dan memungut pajak harus mem
pertimbangkan biaya pemungutan pajak.
Jangan sampai biaya Pemungutannya lebih tinggi dari pajak yang
dikenakan.
21
Sistem pemungutan pajak
22
Pajak Daerah
• Pajak yang peengelolaannya, pengaturannya, serta penyelenggaranya dilakukan
oleh Pemerintah Daerah (Kab/Kota)
• Pajak ini meliputi :
1. Pajak Kendaraan bermotor
2. Pajak balik nama kendaraan bermotor
3. Bea balik nama tanah
4. Pajak izin penangkapan ikan
5. Pajak izin penyelengaraan kegiatan
6. Pajak relakme
7. Pajak Pembangunan I (Restauran. Rumah Makan dll)
8. Pajak Potong Hewan
23
Perluasan Basis Pajak Daerah
24
Perluasan Basis Pajak Daerah
Perluasan basis pajak daerah, antara lain
adalah:
• PKB dan BBNKB, termasuk kendaraan
pemerintah
• Pajak Hotel, mencakup seluruh persewaan di
hotel, dan
• Pajak Restoran, termasuk katering/jasa boga.
25
Kenaikan Tarif Maksimum
Pajak Daerah
Untuk memberi ruang gerak bagi daerah mengatur sistem perpajakannya dalam rangka
peningkatan pendapatan dan peningkatan kualitas pelayanan, penghematan energi, dan
pelestarian/perbaikan lingkungan, tarif maksimum beberapa jenis pajak daerah
dinaikkan, antara lain:
• Tarif maksimum Pajak Kendaraan Bermotor, dinaikkan dari 5% menjadi 10%. Khusus
untuk kendaraan pribadi dapat diterapkan tarif progresif.
• Tarif maksimum Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, dinaikkan dari 10% menjadi
20%.
• Tarif maksimum Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dinaikkan dari 5% menjadi
10%. Khusus untuk kendaraan angkutan umum, tarif dapat ditetapkan lebih rendah.
• Tarif maksimum Pajak Parkir, dinaikkan dari 20% menjadi 30%.
• Tarif maksimum Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan (sebelumnya Pajak
Pengambilan Bahan Galian Golongan C), dinaikkan dari 20% menjadi 25%. 26
Tarif Maksimum
27
Tarif Maksimum
28
Earmarking
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan secara bertahap dan terus menerus dan sekaligus
menciptakan good governance dan clean government, penerimaan beberapa jenis pajak daerah
wajib dialokasikan (di-earmark) untuk mendanai pembangunan sarana dan prasarana yang secara
langsung dapat dinikmati oleh pembayar pajak dan seluruh masyarakat.
Pengaturan earmarking tersebut adalah:
• 10% dari penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor wajib dialokasikan untuk pemeliharaan dan
pembangunan jalan, serta peningkatan sarana transportasi umum.
• 50% dari penerimaan pajak rokok dialokasikan untuk mendanai pelayanan kesehatan dan
penegakan hukum.
• Sebagian penerimaan pajak penerangan jalan digunakan untuk penyediaan penerangan jalan.
• Dengan penetapan UU PDRD ini, diharapkan struktur APBD menjadi lebih baik, iklim investasi di
daerah menjadi lebih kondusif karena Perda-Perda pungutan daerah yang membebani
masyarakat secara berlebihan dapat dihindari, serta memberikan kepastian hukum bagi semua
pihak.
29
Earmarking
30
TERIMA Kasih
31