Buku Perencanaan Seri II Perencanaan Penganggaran
Buku Perencanaan Seri II Perencanaan Penganggaran
Buku Perencanaan Seri II Perencanaan Penganggaran
PENDIDIKAN ISLAM
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK IN00NESIA
PERENCANAAN &
PENG.ANGGARAN
PANDUAN
PERENCANAAN
DAN PENGANGGARAN
PROGRAM PENDIDIKAN ISLAM
SERI 2
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
SERI 2
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
No. Publikasi :
Ukuran Buku : A4
Jumlah Halaman : 30
Revisi ke- :0
Naskah:
Brain Tawazan
Abdul Wahid
Yusuf Ismail
Imam Bani Mustolik
Gambar Kulit:
Tim Task Force Forum Perencanaan pada Perguruan Tinggi
Keagamaan Islam Negeri Tahun 2022
Diterbitkan oleh:
DIREKTORAT JENDERAL
PENDIDIKAN ISLAM
KEMENTERIAN AGAMA RI
I
mplementasi 7 (tujuh) Sasaran Program sebagaimana yang tertuang dalam
Rencana Strategis Pendidikan Tinggi Islam dibutuhkan kualitas
perencanaan program dan anggaran yang baik. Perencana yang berkualitas
merupakan bagian terpenting dalam sebuah institusi yang dapat memberikan
pengaruh dan mewarnai sebuah kebijakan. Keberhasilan atau kegagalan dari
suatu program banyak dipengaruhi dari perencanaannya. Dalam merencanakan
program dan anggaran pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam harus
memperhatikan konsep SMART yaitu (Specific/jelas; Measurable/ terukur;
Aggressive/menantang; Realistic/masuk akal; Time bound/dicapai dalam kurun
waktu tertentu). Dengan menggunakan filosofi SMART diatas, saya harap para
perencana mempunyai gambaran tentang bagaimana merumuskan tujuan
Satuan Kerja (Satker), karena jika dari perencanaan program dan anggaran
sudah dilakukan dengan baik, maka sebagian besar program dipastikan dapat
berjalan dengan lancar dan baik pula.
Jumlah satuan kerja yang begitu banyak pada Program Pendidikan Islam
menuntut adanya satu regulasi yang dapat dijadikan pedoman bagi perencana
dalam menyusun anggaran. Persamaan persepsi terhadap setiap pengalokasian
anggaran sangat diperlukan untuk mengurangi interpretasi yang berbeda dalam
menerjemahkan suatu kebijakan, agar tidak menimbulkan bias atas capaian
target dan sasaran.
Semoga buku ini bisa dijadikan panduan dan pedoman yang harus
diikuti oleh setiap perencana dalam menyusun anggaran, dan kepada semua
pihak yang telah membantu terbitnya panduan ini disampaikan terima kasih.
B
ismillahirrahmanirrahiim, Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kami
panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga penyusunan Buku Panduan ini selesai. Sholawat
dan salam semoga tersampaikan pula kepada Nabi Muhammad Rasulullah
SAW, keluarga, sahabat, dan pengikutnya. Amin.
Reviu Unit Eselon I, yang berisi penjelasan teknis penggunaan aplikasi SAKTI.
Kelima: Penyesuaian penggunaa Peraturan Menteri Keuangan Nomor:
83/PMK.02/2022 tentang Standar Biaya Masukan Tahun 2023, Peraturan
Menteri Keuangan Nomor: 123/PMK.02/2021 tentang Standar Biaya Keluaran
Tahun Anggaran 2022 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 7 Tahun 2018
tentang Standar Satuan Bantuan Operasional Perguruan Tinggi (SSBOPT).
Keenam: perubahan lampiran pada kebijakan anggaran PTKIN tahun 2023,
beberapa Standar Operasional Prosedur dan templete penyusunan Anggaran
pada aplikasi SAKTI.
Penyusunan revisi buku panduan ini tidak lepas dari peran Tim Task
Force Peningkatan Mutu Perencanaan dan Kompetensi Tenaga Perencana
Program Pendidikan Islam yang secara terus menerus melakukan koordinasi
dan komunikasi dengan Kementerian terkait seperti Kementerian Keuangan
dan Kementerian terkait lainnya termasuk melalui forum nasional Focused
Group Discussion (FGD) yang melibatkan peran masing-masing PTKIN dalam
rangka penyempurnaan dan perbaikan buku panduan ini.
S
ecara garis besar, proses penyusunan Rencana Keja Anggaran
Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) mengatur 2 (dua) materi pokok, yaitu:
pendekatan penyusunan anggaran dan proses penganggaran. Pendekatan
yang digunakan dalam penyusunan anggaran terdiri atas pendekatan: i)
Penganggaran Terpadu, ii) Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK), dan iii)
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM). Selanjutnya, proses
penganggaran merupakan uraian mengenai proses dan mekanisme
penganggarannya, dimulai dari Pagu Indikatif sampai dengan penetapan
Alokasi Anggaran K/L yang bersifat final. Untuk memastikan bahwa RKA-K/L
yang dihasilkan sudah berkualitas, dilakukan penelaahan RKA-K/L oleh mitra
K/L di Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional.
f. Sasaran Program
g. Indikator Kinerja Sasaran Program
h. Kegiatan
i. Sasaran Kegiatan
j. Indikator Kinerja Kegiatan
k. Keluaran (Output)
1) Klasifikasi Rincian Output
2) Indikator Klasifikasi Rincian Output
3) Rincian Output
4) Indikator Rincian Output
l. Komponen
m. Lokasi Kegiatan
Adapun penjelasan dan kaidah penyusunan atas masing-masing informasi
kinerja K/L di atas adalah sebagai berikut:
a. Visi
Perumusan visi mencerminkan informasi tentang visi dari
kementerian/lembaga sebagaimana tercantum di dalam Renstra K/L.
Visi merupakan rumusan umum mengenai keadaan yang ingin dicapai
oleh kementerian/lembaga. Kementerian/lembaga menyusun
nomenklatur yang mencerminkan capaian umum
kementerian/lembaga berdasarkan tugas dan fungsi.
Visi Kementerian Agama adalah:
b. Misi
Misi mencerminkan informasi tentang misi kementerian/lembaga
sebagaimana tercantum dalam dokumen Renstra K/L. Kementerian/
lembaga menyusun nomenklatur yang mencermin-kan upaya yang
akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi, baik mencakup kondisi
internal maupun eksternal yang dihadapi oleh kementerian/lembaga.
c. Sasaran Strategis
Sasaran Strategis mencerminkan informasi tentang uraian Sasaran
Strategis yang akan dicapai oleh Kementerian/Lembaga sebagaimana
tercantum di dalam dokumen Renstra K/L. Kementerian/lembaga
menyusun nomenklatur yang mencerminkan capaian kinerja
kementerian/lembaga baik berupa hasil dan/atau dampak dalam
rangka pencapaian sasaran pembangunan nasional. Sasaran Strategis
umumnya menggunakan pilihan kata seperti “terwujudnya”,
“terjaganya”, “meningkatnya”, “terciptanya”, dan sebagainya.
Sasaran strategis Kementerian Agama yaitu:
1) Meningkatnya pemahaman dan pengamalan ajaran agama;
2) Meningkatnya moderasi beragama dan kerukunan umat beragama;
3) Meningkatnya keselarasan relasi agama dan budaya;
4) Meningkatnya kualitas pelayanan kehidupan beragama;
5) Meningkatnya pemanfaatan ekonomi keagamaan umat;
6) Meningkatnya kualitas pembelajaran dan pengajaran;
7) Meningkatnya kualitas pemerataan akses pendidikan;
8) Meningkatnya pengelolaan dan penempatan pendidik;
9) Meningkatnya kualitas penjaminan e pendidikan;
10) Meningkatnya kualitas mental/karakter siswa;
11) Menguatnya pendidikan tinggi yang berkualitas;
12) Meningkatnya kualitas tata kelola kepemerintahan yang efektif,
transparan dan akuntabel; dan
13) Meningkatnya kualitas penelitian pengembangan dan kebijakan
INDEKS KINERJA
NO SASASRAN STRATEGIS
SASARAN STRATEGIS
4. APK MA/Ulya/SMTK/
SMAK/ Utama Widya
Pasraman;
5. APM MI/Ula/SDTK/ Adhi
Widya Pasraman;
6. APM MTs/Wustha/ SMPTK/
Madyama Widya Pasraman;
7. APM MA/Ulya/SMTK/
SMAK/ Utama Widya
Pasraman; dan
8. APK PTK/Ma’had Aly
Meningkatnya pengelolaan dan Rasio guru terhadap siswa
8
penempatan pendidik; yang memenuhi SNP
1. Persentase MI/Ula/
SDTK/Adhi Widya Pasraman
yang terakreditasi/B;
2. Persentase MTs/ Wustha/
SMPTK/ Madyama Widya
Pasraman yang
Meningkatnya kualitas
9 terakreditasi/B;
penjaminan e pendidikan;
3. Persentase MA/Ulya/ SMTK/
SMAK/Utama Widya
Pasraman yang
terakreditasi/B; dan
4. Persentase PTK/ Ma'had Aly
yang terakreditasi A/Unggul
Meningkatnya kualitas
10 Indeks karakter siswa
mental/karakter siswa;
1. Persentase PTK yang memiliki
prodi/kelas internasional;
2. Persentase lulusan PTK yang
bekerja dalam jangka waktu 1
Menguatnya pendidikan tinggi tahun setelah kelulusan;
11
yang berkualitas; 3. Persentase publikasi ilmiah di
jurnal internasional; dan
4. Persentase publikasi ilmiah di
jurnal internasional yang
disitasi.
Meningkatnya kualitas tata
1. Predikat opini laporan
kelola kepemerintahan yang
12 keuangan; dan
efektif, transparan dan
2. Nilai reformasi birokrasi.
akuntabel;
Meningkatnya kualitas Persentase penelitian yang
13 penelitian pengembangan dan dijadikan dasar kebijakan
kebijakan; (policy Paper)
e. Program
Program adalah penjabaran kebijakan Kementerian/ Lembaga di
bidang tertentu yang dilaksanakan dalam bentuk upaya yang berisi satu
atau beberapa Kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang
disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misinya.
Program dikategorikan dalam beberapa jenis yaitu Program Dukungan
Manajemen, Program Teknis, dan Program Lintas.
Program Dukungan Manajemen merupakan Program-Program yang
menampung Kegiatan-Kegiatan pendukung pelaksanaan fungsi
Kementerian/Lembaga dan administrasi pemerintahan (pelayanan
internal) yang dilaksanakan oleh unit kesekretariatan Kementerian/
Lembaga. Sedangkan Program Teknis adalah Program Program untuk
menampung Kegiatan-kegiatan sebagai pelaksanaan tugas dan fungsi
Kementerian/Lembaga untuk menghasilkan pelayanan kepada
kelompok sasaran masyarakat (pelayanan eksternal) sesuai tugas dan
fungsinya.
Adapun Program Lintas adalah Program-Program yang dimaksudkan
untuk mencapai sasaran strategis nasional yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah yang pelaksanaannya bersifat lintas sektor /bidang oleh
beberapa Kementerian/Lembaga. Selain melibatkan Kementerian/
Lembaga, Program Lintas dapat juga melibatkan Satuan Kerja
Perangkat Daerah, terutama untuk pelaksanaan Program-Program
yang menurut peraturan.
Sedangkan program Direktorat Jenderal Pendidikan Islam terdapat 4
(empat) program yaitu:
1) Program Dukungan Manajemen
2) Program Pendidikan Tinggi
3) Program Kualitas Pengajaran dan Pembelajaran
4) Program Pendidikan Anak Usia Dini dan Wajib Belajar 12 Tahun
f. Sasaran Program
Sasaran Program mencerminkan hasil kinerja Program yang ingin
dicapai secara nasional. Kementerian/lembaga menyusun nomenklatur
yang mencerminkan capaian Sasaran Strategis dari unit kerja eselon I.
c) Koordinator Kegiatan
Koordinator Kegiatan merupakan unit kerja eselon II/satuan
kerja yang mengoordinasikan Kegiatan.
1) Koordinator Kegiatan Spesifik
Dalam suatu Kegiatan Spesifik, maka koordinator Kegiatan
diisi dengan nomenklatur unit kerja eselon II pelaksana.
2) Koordinator Kegiatan Lintas
Dalam suatu Kegiatan Lintas, maka koordinator Kegiatan
merupakan:
a) unit kerja eselon I yang membawahi unit kerja eselon II
pelaksana Kegiatan Lintas; atau
b) salah satu unit kerja eselon II pelaksana Kegiatan Lintas.
Koordinator Kegiatan Lintas ditetapkan melalui surat tugas
dengan mempertimbangkan tugas dan fungsi unit kerja
tersebut. Penunjukkan koordinator Kegiatan Lintas
dilakukan oleh:
a) Menteri/Pimpinan Lembaga;
b) Sekretaris Jenderal/Sekretaris Menteri/ Sekretaris/
Sekretaris Utama atas nama Menteri atau Pimpinan
Lembaga; atau
c) Unit kerja eselon I yang membawahi unit kerja eselon II
pelaksana Kegiatan Lintas atas nama Menteri/Pimpinan
Lembaga melalui surat tugas dengan mempertimbang-
kan tugas dan fungsi unit kerja tersebut.
2) Dalam hal penyusunan Kegiatan, kementerian/lembaga menyusun
informasi tambahan Kegiatan yang meliputi:
fungsi dan sub fungsi anggaran sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan; dan unit kerja eselon II pelaksana
Kegiatan tersebut.
i. Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan mencerminkan capaian yang terkait dengan sasaran
RKP serta tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga. Kementerian/
Lembaga menyusun nomenklatur yang mencerminkan capaian Sasaran
Program dari unit kerja eselon I. Sasaran Kegiatan umumnya
menggunakan pilihan kata seperti “terwujudnya”, “terjaganya”,
“meningkatnya”, “terciptanya”, dan sebagainya.
Contoh:
“Menguatnya muatan moderasi beragama dalam mata pelajaran agama”
“Rekomendasi Kebijakan”
3) Perumusan RO
Nomenklatur RO disusun dengan memerhatikan karakteristik
khusus pada masing-masing bidang/sektor/tema Program yang
diampu oleh kementerian/lembaga.
Contoh:
“Layanan teknis bidang pendidikan keagamaan”
4) Indikator RO
Perumusan Indikator RO merupakan alat ukur untuk menilai
capaian keberhasilan suatu RO secara kuntitatif atau kualitatif dan
rumusannya dapat bersifat kualitatif/kuantitatif. Indikator RO
bersifat opsional
l. Komponen
Komponen mencerminkan informasi tahapan/proses/bagian pem-
bentuk dari RO. Berdasarkan pengaruhnya terhadap kualitas atau
volume output, Komponen dibedakan atas komponen utama dan
komponen pendukung. Komponen utama adalah semua aktifitas yang
nilai biayanya berpengaruh langsung terhadap pencapaian suatu
keluaran. Sedangkan komponen penunjang adalah semua aktifitas yang
nilai biayanya tidak berpengaruh langsung terhadap penacapaian
keluaran.
Seluruh komponen dan detil belanja yang dicantumkan harus
mempunyai keterkaitan dengan pencapaian keluaran (output) kegiatan.
Sebuah detil belanja sekurang-kurangnya terdiri atas akun, uraian
peruntukan, tarif, dan frekuensi. Jika dalam sebuah detil belanja
terdapat satuan yang berupa kegiatan/paket/layanan, maka satuan
tersebut harus dijelaskan dengan rinci, baik dalam tambahan
catatan/penjelasan dalam RAB atau dalam dokumen lain. Dalam hal
diperlukan pada masing-masing tahapan dapat menggunakan akun
yang sama, misalnya belanja bahan untuk rapat koordinasi tahap
perencanaan dan persiapan, pelaksanaan, dan sosialisasi/evaluasi/
pelaporan sesuai dengan peruntukannya.
m. Lokasi kegiatan
Lokasi mencerminkan informasi mengenai lokasi dihasilkannya
dan/atau lokasi penerima manfaat (beneficiaries) suatu RO atas
pelaksanaan kegiatan. Lokasi dapat berupa wilayah administratif
pemerintahan (Pusat, Provinsi, Kab/Kota, Kecamatan, Desa) dan lokasi
khusus yang meliputi lokasi berdasarkan referensi spesifik pada bidang
tertentu (ruas jalan, jaringan irigasi dan lain sebagainya)