Penganggaran BLU Dan Satker Daerah
Penganggaran BLU Dan Satker Daerah
Penganggaran BLU Dan Satker Daerah
DAN SATKER
PEMERINTAH DI
DAERAH
Kelompok 4
Dian Mustaqim F1315126
Mira Eka Irianti F1315131
1
BADAN LAYANAN UMUM
3
PERSYARATAN, PENETAPAN DAN
PENCABUTAN
2. Persyaratan Teknis
Persyaratan teknis instansi pemerintah bersangkutan terpenuhi apabila :
a. Kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsinya layak dikelola dan ditingkatkan
pencapaiannya melalui BLU sebagaimana direkomendasikan oleh menteri/pimpinan
lembaga/kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya; dan
b. Kinerja keuangan satuan kerja instansi yang bersangkutan sehat sebagaimana
ditunjukan dalam dokumen usulan penetapan BLU.
Salah satu indikator yang menunjukkan bahwa kinerja satker dapat ditingkatkan
adalah kinerja pelayanan dan keuangan satker tersebut meningkat secara signifikan
sesudah satker tersebut berstatus BLU. Peningkatan kinerja tersebut dapat dilihat dari
persyaratan administratif (rencana strategis bisnis) satker. Salah satu indikator kinerja
keuangan satker yang sehat adalah pendapatan satker tersebut signifikan dalam
meningkatkan kinerja satker yang berstatus BLU.
4
3. Persyaratan Administratif
Persyaratan administratif terpenuhi apabila instansi pemerintah yang bersangkutan
dapat menyajikan seluruh dokumen berikut :
a. Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan
manfaat bagi masyarakat.
b. Pola Tata Kelola (corporate governance).
Merupakan peraturan internal Satuan Kerja Instansi Pemerintah yang menetapkan :
1) organisasi dan tata laksana, mencakup struktur organisasi, prosedur kerja,
pengelompokan fungsi yang logis,dan ketersediaan pengembangan sumber daya
manusia
2) akuntabilitas, terdiri dari akuntabilitas program, kegiatan, dan keuangan.
3) transparansi, yaitu adanya kejelasan tugas dan kewenangan, dan
ketersediaan informasi kepada publik.
c. Rencana strategis bisnis, mencakup antara lain visi, misi, program strategis, dan
pengukuran pencapaian kinerja.
d. Laporan keuangan pokok, adalah laporan keuangan yang berlaku bagi instansi tersebut
yang meluputi:
1) Kelengkapan laporan
2) Kesesuaian dengan standar akuntansi (standar akuntansi pemerintah, standar
akuntansi keuangan, atau standar akuntansi lain);
3) Hubungan antar laporan keuangan, bahwa unsur-unsur dalam laporan keuangan
harus dapat diverifikasi antarlaporan;
4) Kesesuaian antara kinerja keuangan dengan indikator kinerja yang ada di
rencana strategis; dan
5) Analisis laporan keuangan.
e. Standar Pelayanan Minimum (SPM), menggambarkan ukuran pelayanan yang harus
dipenuhi oleh satuan kerja instansi pemerintah yang akan menerapkan PK BLU
dengan mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan, dan kesetaraan layanan biaya
serta kemudahan memperoleh layanan.
Standar Pelayanan Minimum sekurang-kurangnya mengandung unsur:
1) Jenis kegiatan atau pelayanan yang diberikan oleh satker
2) Rencana Pencapaian SPM
3) Indikator pelayanan
4) Adanya tanda tangan pimpinan satuan kerja yang bersangkutan dan
menteri/pimpinan lembaga.
f. Laporan audit terakhir, merupakan laporan auditor tahun terakhir sebelum satuan kerja
5
instansi pemerintah yang bersangkutan diusulkan untuk menerapkan PK BLU.
B. Penetapan BLU
Menteri/pimpinan lembaga mengusulkan instansi pemerintah yang memenuhi
persyaratan substantif, teknis, dan administratif untuk menerapkan PK BLU kepada
Menteri Keuangan. Menteri Keuangan melakukan penilaian atas usulan tersebut dan
apabila telah memenuhi semua persyaratan di atas, maka Menteri Keuangan menetapkan
instansi pemerintah bersangkutan untuk menerapkan PK BLU berupa pemberian status
BLU secara penuh atau bertahap.
Menteri Keuangan memberi keputusan penetapan atau surat penolakan terhadap
usulan penetapan BLU paling lambat 3 (tiga) bulan sejak dokumen persyaratan diterima
secara lengkap dari Menteri/Pimpinan Lembaga. Penetapan BLU dapat berupa pemberian
status BLU secara penuh atau status BLU Bertahap.
1. Status BLU Secara Penuh
Status BLU secara penuh diberikan apabila persyaratan substantif, teknis dan
administratif telah dipenuhi dengan memuaskan.
2. Status BLU Bertahap
Status BLU Bertahap diberikan apabila persyaratan substantif, teknis, dan administratif
telah terpenuhi, namun persyaratan administratif belum terpenuhi secara memuaskan.
6
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
Satker BLU adalah sebuah organ pemerintah yang bertindak untuk menyediakan
layanan dalam bentuk penyediaan barang dan jasa dimana dalam pengelolaannya lebih
menitikberatkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas dengan tidak mengutamakan
pencapaian laba (not for profit). Sebagai sebuah organisasi modern, satker BLU dituntut
mampu menyusun dan menguraikan visi dan misi ke dalam tahapan-tahapan strategis untuk
mencapai visi dan misi tersebut.
Langkah-langkah normatif dalam proses perumusan sebuah renstra bisnis juga
dilaksanakan oleh satker BLU untuk memastikan bahwa satker BLU tersebut mengenali
dirinya sendiri dan menggunakan keunggulan kompetitif yang dimiliki sebagai instrumen
untuk bersaing dengan organisasi lain yang memiliki layanan sejenis.
2.Penyusunan RBA
Dalam menyusun RBA, satker BLU harus mempertimbangkan ukuran dan
kompleksitas organisasinya. Satker BLU yang memiliki organisasi yang berukuran kecil
dapat melakukan sentralisasi dalam hal penganggaran. Namun, satker BLU yang besar dan
kompleks perlu melakukan desentralisasi dengan memberikan kewenangan kepada unit- unit
kerja di dalamnya untuk mengajukan kebutuhan anggaran yang diperlukan dan
membebaninya dengan target pendapatan. Desentralisasi penyusunan anggaran tersebut
UNIT KEGIATAN:
Analisa biaya per unit
Perkiraan harga
- Rencana pendapatan
UNIT KEGIATAN: UNIT KEGIATAN:
Analisa biaya per unit Analisa biaya per unit
Perkiraan harga Perkiraan harga
- Rencana pendapatan - Rencana pendapatan
HEAD OFFICE:
-consolidated cost & revenue
-budgeting
tentu saja tetap harus dalam koridor program, kegiatan, dan kebijakan yang telah
dituangkan dalam renstra bisnis. Dalam hal ini, tugas pimpinan BLU untuk
menerjemahkan dan mensosialisasikan renstra bisnisnya kepada unit-unit kerja yang ada
dan menghimpun rencana dan anggaran yang diajukan oleh masing-masing unit kerja
untuk kemudian ditransformasikan dalam bentuk RBA.
Keterangan:
1. Penyusunan Rencana Strategis Bisnis BLU
BLU menyusun Rencana Strategis Bisnis BLU berdasarkan Renstra K/L.
2. Penyusunan RBA
BLU menyusun RBA mengacu pada Rencana Strategis Bisnis BLU dan Pagu
Anggaran K/L.
3. Penyusunan RKA K/L
a. RBA ditandatangani oleh Pemimpin BLU dan diketahui oleh Dewan
Pengawas/pejabat yang ditunjuk, selanjutnya diusulkan kepada
Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan untuk mendapat
persetujuan.
b. RBA dilampiri SPM, tarif, dan/atau standar biaya.
c. RBA yang telah disetujui oleh Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan
Kawasan menjadi dasar penyusunan RKA K/L untuk satker BLU.
4. Penelaahan RKA K/L
a. RKA K/L dan RBA diajukan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan
Kawasan untuk disampaikan kepada Menkeu c.q. DJA.
b. Pengajuan RKA-K/L dan RBA dilaksanakan sesuai dengan jadwal penyusunan
RKA- K/L berdasarkan pagu anggaran.
c. Menkeu c.q. DJA menelaah RKA K/L dan RBA yang diajukan oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan dalam rangka penelahaan
RKA-K/L, sebagai bagian dari mekanisme pengajuan dan penetapan APBN.
5. Penyusunan RBA Definitif
a. Pemimpin BLU melakukan penyesuaian RKA K/L dan RBA dengan Perpres
Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat.
b. RBA yang telah disesuaikan ditandatangani oleh Pemimpin BLU, diketahui oleh
Dewan Pengawas/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan menjadi RBA
definitif.
c. Dalam hal satker BLU tidak mempunyai Dewan Pengawas, maka RBA definitif
ditandatangani oleh Pemimpin BLU, diketahui oleh pejabat yang ditunjuk oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan, dan disetujui
Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan.
d. Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan menyampaikan RKA K/L
dan RBA definitif kepada Menkeu c.q. DJA dan DJPBN.
e. RBA definitif merupakan dasar untuk melakukan kegiatan satker BLU.
Pemimpin BLU dapat menyusun rincian RBA definitif sebagai penjabaran
lebih lanjut dari RBA definitif. Tata cara penyusunan dan format rincian RBA
definitif ditetapkan oleh Pemimpin BLU.
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
TAHAP PERENCANAAN APBD
2. Kebijakan Umum APBD serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS)
Suatu jembatan antara proses perumusan kebijakan dan penganggaran merupakan
hal penting dan mendasar agar kebijakan menjadi realitas dan bukannya hanya sekedar
harapan. Untuk tujuan ini harus ditetapkan setidaknya dua aturan yang jelas:
Implikasi dari perubahan kebijakan (kebijakan yang diusulkan) terhadap sumber daya
harus dapat diidentifikasi, meskipun dalam estimasi yang kasar, sebelum kebijakan
ditetapkan. Suatu entitas yang mengajukan kebijakan baru harus dapat menghitung
pengaruhnya terhadap pengeluaran publik, baik pengaruhnya terhadap pengeluaran
sendiri maupun terhadap departemen pemerintah yang lain.
Semua proposal harus dibicarakan/dikonsultasikan dan dikoordinasikan dengan para
pihak terkait: Ketua TAPD, Kepala Bappeda dan Kepala SKPD.
Dalam proses penyusunan anggaran, tim anggaran pemerintah daerah (TAPD) harus
bekerjasama dengan baik dengan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) untuk menjamin
bahwa anggaran disiapkan dalam koridor kebijakan yang sudah ditetapkan (KUA dan
PPAS); dan menjamin semua stakeholders terlibat dalam proses penganggaran sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Konsultasi dapat memperkuat legislatif untuk menelaah strategi pemerintah dan
anggaran. Dengan pendapat antara legislatif dan pemerintah, demikian juga dengan adanya
tekanan dari masyarakat, dapat memberi mekanisme yang efektif untuk mengkonsultasikan
secara luas kebijakan yang terbaik. Pemerintah harus berusaha untuk mengambil umpan
balik atas kebijakan dan pelaksanaan anggarannya dari masyarakat, misalnya melalui
survey, evaluasi, seminar dan sebagainya. Akan tetapi, proses penyusunan anggaran harus
menghindari tekanan yang berlebihan dari pihak-pihak yang berkepentingan dan para
pelobi, agar penyusunan anggaran dapat diselesaikan tepat waktu.
5. Penetapan APBD
Proses penetapan APBD melalui tahapan sebagai berikut :
1) Penyampaian dan Pembahasan Raperda tentang APBD
2) Evaluasi Raperda tentang APBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang
Penjabaran APBD
3) Penetapan Perda tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD