Perawatan Luka & Hecting
Perawatan Luka & Hecting
Perawatan Luka & Hecting
LEARNING OUTCOME
Mahasiswa mampu melakukan ketrampilan jahit luka:
menentukan jenis luka
memberikan penjelasan dan meminta persetujuan tindakan medik
melakukan cuci tangan secara foerbringer
melakukan tindakan aseptik anti septik
melakukan anestesi lokal
melakukan debridemen luka
melakukan jahit luka/ suture interuptus
melakukan jahit luka/ suture jelujur
melakukan jahit luka/ suture jelujur terkunci
melakukan jahit luka/ suture matras horisontal
melakukan jahit luka/ suture matras vertikal
melakukan dressing
TINJAUAN PUSTAKA
Luka
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh (diskontinuitas
jaringan). Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul,
perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan. Proses yang
kemudian terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah penyembuhan luka yang dapat
dibagi dalam tiga fase, yaitu fase inflamasi, poliferasi dan penyudahan yang
merupakan perupaan kembali (remodelling) jaringan.
Klasifikasi penyembuhan luka:
Penyembuhan luka kulit tanpa pertolongan dari luar, berjalan secara alami. Luka
akan terisi jaringan granulasi dan kemudian ditutup jaringan epitel. Penyembuhan ini
disebut penyembuhan sekunder (sanatio per secundam) cara ini biasanya makan
waktu cukup lama dan meninggalkan parut yang kurang baik, terutama kalau lukanya
menganga lebar.
Jenis penyembuhan yang lain adalah penyembuhan primer ( sanatio per primam)
yang terjadi bila luka segera diusahakan bertaut, biasanya dengan bantuan jahitan.
Parut yang terjadi biasanya lebih halus dan kecil. Namun penjahitan luka tidak dapat
langsung dilakukan pada luka yang terkontaminasi berat dan/ atau tidak berbatas
tegas. Luka yang compang-camping seperti luka tembak sering meninggalkan jaringan
yhang tidak dapat hidup yang pada pemeriksaan pertama sukar dikenali. Keadaan ini
diperkirakan akan menyebabkan infeksi bila luka langsung dijahit. Luka yang demikian
sebaikmya dibersihkan dan dieksisi (debridemen) dahulu dan kemudiam dibiarkan
selama 4-7 hari. Baru selanjutnya dijahit dan akan sembuh secara primer. Cara ini
Fasepenyembuhanluka
Fase
Proses
Gejaladantanda
Inflamasi
Reaksi radang
II
Proliferasi
Regenerasi/
fibroplasia
Jaringan
kalus
menutup:
III
Penyudah
an
Pematangan
dan perupaan
kembali
granulasi/
tulang
epitel/endotel/
mesotel
Jaringan
fibrosis
parut/
imun ditekan oleh keadaan umum yang kurang baik, seperti pada usia lanjut dan
penyakit tertentu, misalnya penyakit Cushing dan penyakit Addison.
Penyebab eksogen meliputi penyinaran sinar ionisasi yang akan mengganggu
mitosis dan merusak sel dengan akibat dini maupun lanjut. Pemberian sitostatik, obat
penekan reaksi imun, misalnya setelah transplantasi organ, kortikosteroid juga akan
mempengaruhi penyembuhan luka. Pengaruh setempat seperti infeksi, hematom,
benda asing, serta jaringan mati sangat menghambat penyembuhan luka.
Diagnosis
Pertama-tama dilakukan pemeriksaan secara teliti untuk memastikan apakah ada
perdarahan yang harus dihentikan. Kemudian, tentukan jenis trauma, tajam atau
tumpul, luasnya kematian jaringan, banyaknya kontaminasi dan berat ringannya luka.
Tindakan
Pertama dilakukan anestesia setempat atau umum, tergantung berat dan letak
luka, serta keadaan penderita. Luka dan sekitarnya dibersihkan dengan antiseptik,
kalau perlu dicuci dengan air sebelumnya. Kemudian daerah sekitar lapangan kerja
ditutup dengan kain steril dan secara steril dilakukan kembali pembesihan luka dari
kontaminan secara mekanis, misalnya pembuangan jaringan mati dengan gunting atau
pisau dan dibersihkan dengan bilasan, guyuran atau semprotan cairan NACl. Akhirnya
lakukan penjahitan denga rapi. Bila diperkirakan akan terbentuk atau dikeluarkan
cairan yang berlebihan perlu dibuat penyaliran. Luka ditutup dengan bahan yang dapat
mencegah lengketnya kasa, misalnya mengandung vaselin, ditambah dengan kasa
penyerap, dan dilanjut dengan pembalut elastis.
Penyulit
1. Penyulitdini
Hematom harus dicegah dengan mengerjakan hemostasis secara teliti. Hematom
yang mengganggu atau terlalu besar sebaiknya dibuka dan dikeluarkan. Seroma
adalah penumpukan cairan luka dilapangan bedah. Jika seroma mengganggu atau
terlalu besar dapat dilakukan pungsi. Jika seroma kambuh sebaiknya dibuka dan
dipasang penyalir.
Infeksi luka terjadi jika luka yang terkontaminasi dijahit tanpa pembilasan dan eksisi
yang memadai. Pada keadaan demikian luka harus dibuka kembali, dibiarkan
terbuka dan penderita diberi antibiotik sesuai dengan hasil biakan dari cairan luka
atau nanah.
2. Penyulitlanjut
Keloid dan jaringan paruthipertropik timbul karena reaksi serat kolagen yang
berlebihan dalam proses penyembuhan luka. Serat kolagen disini teranyam teratur.
Keloid yang tumbuh berlebihan melampaui batas luka, sebelumnya menimbulkan
gatal dan cenderung kambuh bila dilakukan intervensi bedah.
Persetujuantindakanmedik
Penghormatan terhadap hak asasi manusia dalam bidang kedokteran atau patient
rights, sebagai salah satu kewajiban etik yang harus dipatuhi oleh setiap warga profesi
kedokteran. Selanjutnya persetujuan tindakan medik berkembang menjadi kewajiban
administrasi dan hukum. Persetujuan tindakan medik adalah adanya persetujuan dari
pasien terhadap tindakan medik yang akan dilakukan terhadap dirinya. Persetujuan
diberikan setelah pasien memperoleh penjelasan yang lengkap dan obyektif tentang
diagnosis penyakit, upaya penyembuhan, tujuan dan pilihan tindakan yang akan
dilakukan. Dalam tindakan medis penjahitan luka penderita memperoleh penjelasan
kondisi luka, kemungkinan penyembuhan secara primer dan sekunder, cacat yang
mungkin timbul, keuntungan dan kerugian jahit luka, anestesi lokal.
Anestesia
1. Anestesi ainfiltrasi
Anestesi ainfiltrasi dilakukan dengan menyuntikkan anestetik local langsung
kejaringan tanpa mempertimbangkan persarafannya. Anestetik berdifusi dan
khasiatnya dicapai melalui penghambatan ujung saraf perasa di jaringan subkutan.
Jika penyuntikan anestetik menimbulkan nyeri, berarti tehnik penyuntikan tidak
memenuhi syarat. Infiltrasi dimulai dengan penyuntikan kecil intrakutan yang
memangme nimbulkan sedikit nyeri. Tempat penyuntikan intrakutan digunakan
sebagai pintu masuk selanjutnya untuk anestetik. Penyuntikannya harus dilakukan
secara teliti, sedikit demi sedikit supaya tidak menyebabkan nyeri.
2. Anestesilapangan
Merupakan penyuntikan anestetik subkutan sedemikian rupa sehingga terjadi
anestesia di distal penyuntikan.
Dosismaksim
al
Mulaker
ja
lamaker
ja
(ml)
Lidokain
2%
10
5 menit
Lidokain+adren
alin
2%
25
5 menit
70
menit
Penjahitanluka
Ada tiga hal yang menen tukan pemilihan jenis benang jahit, yaitu jenis
bahannya, kemampuan tubuh untuk menyerapnya dan susunan filamennya. Benang
yang dapat diserap melalui reaksi enzimatik pada cairan tubuh kini banyak dipakai
Penyerapan benang oleh jaringan dapat berlangsung antara tiga hari sampai tiga bulan
bergantung pada jenis benang dankondisi jaringan yang dijahit.
Menurut bahan asalnya, benang dibagi dalam benang yang terbuat dari usus
domba (catgut) dan dibedakan dalam catgut murni yang tanpa campuran dan catgut
kromik yang bahannya bercampur larutan asamkromat. Catgut murni cepat diserap,
kira-kira dalam waktu satu minggu, sedangkan catgut cromik diserap lebih lama, kirakira 2-3 minggu.
Disamping itu, ada benang yang terbuat dari bahan sintetik, baik dari asam
poliglikolik maupun dari poliglaktin dan memiliki daya tegang yang besar. Benang ini
dapat dipakai pada semua jaringan termasuk kulit. Benang yang dapat diserap
menimbulkan reaksi jaringan setempat yang dapat menyebabkan fistel benang atau
infiltrate jaringan yang mungkin ditandai indurasi. Benang yang tidak dapat diserap
oleh tubuh umumnya tidak menimbulkan reaksi jaringan karena bukan merupakan
bahan biologik. Benang ini dapat berasal dari sutra yang sangat kuat dan liat, dari
kapas yang kurang kuat dan mudah terurai, dan dari poliester yang merupakan bahan
sintetik yang kuat dan biasanya dilapisi teflon.selain itu terdapat pula benang nilon
yang berdaya tegang besar, yang dibuat dari poli propilen, dan baja yang terbuat dari
baja tahan karat.
Karena tidak dapat diserap maka benang akan tetap berada di jaringan tubuh.
Benang jenis ini biasanya dipakai pada jaringan yang sukar sembuh. Bila terjadi infeksi
akan terbentuk fistel yang baru dapat sembuh setelah benang yang bersifat benda
asing, dikeluarkan.
Benang alami terbuat dari bahan sutra atau kapas. Kedua bahan alami ini dapat
bereaksi dengan jaringan tubuh meskipun minimal karena mengandung juga bahan
kimia alami. Daya tegangnya cukup dan dapat diperkuat bila dibasahi terlebih dahulu
dengan larutan garam sebelum digunakan.
Benang sintetik terbuat dari poliester, nilon, atau polipropilen yang umumnya
dilapisi oleh bahan pelapis teflon atau dakron. Dengan lapisan ini permukaannya lebih
mulus sehingga tidak mudah bergulung atau terurai. Benang ini mempunyai daya
tegang yang besar dan dipakai untuk jaringan yang memerlukan kekuatan penyatuan
yang besar.
Menurut bentuk untaian seratnya, benang dapat berupa monofilamen bila hanya
terdiri atas satu serat saja dan polifilamen bila terdiri atas banyak serat yang diuntai
menjadi satu. Ukuran benang merupakan salah satu faktor yang menentukan kekuatan
jahitan. Oleh karena itu, pemilihan ukuran benang untuk menjahit luka bedah
bergantung pada jaringan apa yang dijahit dan dengan mempertimbangkan faktor
kosmetik. Sedangkan kekuatan jaringan ini ditentukan oleh jumlah jahitan yang dibuat,
jarak jahitan, dan jenis benangnya. Padadaerahwajahdigunakanukuran yang kecil
(5,0atau 6,0)
Jenisbenang
Ukuran
Fasia
Semua
2.0-1
Otot
Semua
3.0-0
Kulit
Takterserap
2.0-6.0
Lemak
Terserap
2.0-3.0
Hepar
Kromik catgut
2.0-0
Ginjal
Semua catgut
4.0
Pankreas
Sutera, kapas
3.0
Usus halus
Usus besar
Kromik catgut
Tendo
Tak terserap
5.0-30
Kapsul sendi
Tak terserap
3.0-20
Peritoneum
Kromik catgut
3.0-20
Bedahmikro
Takterserap
2.0-3-0
4.0-0
7.0-11-0
Vicryl, Dexon
Nonabsorbable, Inert.
Nylon
Silk
Chromic Gut
Stainless Steel
Wound Clips,
Staples
The use of common brand names as examples does not indicate a product endorsement. Suture gauge
selection: Use the smallest gauge suture material that will perform adequatel
Jarumjahitbedah
Jarum jahit bedah, yang lurus maupun yang lengkung, berbeda-beda bentuknya.
Perbedaan bentu kini pada penampang batang jarum yang bulat atau bersegita jam,
dan bermata atau tidak bermata. Panjangjarum pun beragamdari 2-60 mm.
Masing-masing berbeda kegunaannya, berbeda cara mempersiapkan dan
memasang benangnya. Kelengkungan jarum berbeda untuk kedalaman jaringan yang
berbeda, sedangkan penampang batang jarum dipilih berdasarkan lunak kerasnya
jaringan. Jarum yang sangat lengkung untuk luka yang dalam dan penampang yang
bulat untuk jaringan lunak dan yang bersegi untuk kulit. Jarum yang bermata akan
membuat lubang tusukan lebih besar, sedangkan jarum yang tidak bermata yang
disebut atraumatikakan membuat lubang yang lebihhalus.
Jenis jahitan
Jenis jahitan yang umum dipakai adalah:
o
o
o
o
o
Perawatanlukabedah:
Biasanyalukabedah
yang
selesaidijahitditutupdenganalasanuntukmelindungidariinfeksi,
di
samping
agar
cairanluka
yang
keluarterserap,
lukatidakkekeringan,
danlukatidaktergarukolehpenderita. Selain itu, perdarahan dihentikan dengan memberi
sedikit tekanan pada luka. Jenis penutup luka dapat berupa kasa yang diolesi vaselin
atau salep antibiotik, atau kasa kering.
Sebenarnya luka operasi yang kering yang ditutup primer lebih baik dibiarkan
terbuka, tetapi umumnya secara psikologis kurang berkenan bagi penderita maupun
keluarganya.
Penutup luka yang sudah basah oleh darah atau cairan luka harus diganti. Penggantiannya harus
dilakukan dengan tehnik aseptik. pada kesempatan mengganti balutan ini, sekaligus dicari kemungkinan
asal perdarahan atau kebocoran cairan luka tersebut. Kemudian sumber kebocoran harus ditangani, misalnya
dengan tindakan hemostasis. Bila tidak dipasang penyalir pada luka bedah, penutup luka dapat dibiarkan
sampai 48 jam pasca bedah agar tujuan penutupan luka dapat dicapai.
Luka bedah perlu diawasi pada masa pascabedah. Luka tidak perlu dilihat setiap
hari dengan membuka penutup luka, kecuali jika ada gejala atau tanda gangguan
penyembuhan luka atau radang. Bila luka sudah kuat dan sembuh primer, jahitan atau
benangnya dapat diangkat. Saat pengambilan benang tergantung pada kondisi luka
waktu diperiksa. Umumnya luka didaerah wajah memerlukan waktu 3-4 hari, di daerah
lain 7-10 hari. Salah satu faktor penting dalam menentukan saat pencabutan jahitan
adalah tegangan pada tepi luka bedah. Tepi luka yang searah dengan garis lipatan kulit
tidak akan tegang, sementara luka yang arahnya tegak lurus terhadap garis kulit atau
yang dijahit setelah banyak bagian kulit diambil, akan menyebabkan ketegangan tepi
luka yang besar. Dalam hal ini pengambilan jahitan harus ditunda lebih lama sampai
dicapai kekuatan jaringan yang cukup sehingga bekas jahitan tidak mudah terbuka lagi.
Saatpengangkatanjahitan
Daerah jahitan
Saatpengangkat
an (harike-)
Wajah (termasukkelopakmatadanlidah)
Skrotum
Kulit kepala
6-7
Dinding perut
Sayatanlintang
7-9
Sayatanvertikal
9-11
Pinggangdanbahu
Bahan:
11-12
NaClfisiologis
Povidon Iodine 10%
Perhidrol 3%
Lidocain 2%
Klorin 0,5%
Kasasteril
Plester
Spuit 3cc
Benang side no 3.0
Benang catgut no.
3.0
Alat:
Minor set steril, terdiri:
Jenisalat
Jumlah
wadahdarilogam
needle
pemegangjarum
holder/
jarumdenganujungsegitiga
jarumdenganujungbulat
Pinsetanatomi
Pinsetchirrurgis
GuntingBenang
Guntingjaringan
Klemarteriaberujunglurus/
bengkok
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
buah
buah
buah
buah
buah
Kainsteril
jenis luka
: teratur/tidak
: teratur/tidak, jembatan jaringan
: panjang dan lebar dalam cm
: dalam cm
dan meminta persetujuan tindakan medik:
a. menjelaskankondisiluka
b. menjelaskanproseduretindakan
c. menjelaskan tujuan tindakan,keuntungan dan kerugian
d. memintapersetujuantindakan
3. Menyiapkanperalatan yang diperlukandalamkeadaansteril
4. Menentukan jenis benang dan jarum yang diperlukan
5. Memilih antiseptik, desinfektan yang diperlukan
6. Melakukan cuci tangan secara foerbringer
7. Memakai sarung tangan steril
8. Melakukan tindakan aseptik anti septik
dimulai dari tengah ke tepi secara sentrifugal
menggunakan kasa dan povidon iodine
3. Melakukan anestesi lokal (secara infiltrasi atau lapangan)
cara: menusukkan jarum sub kutan menyusuri tepi luka sampai seluruh luka teranestesi
dengan baik. Lakukan aspirasi untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak masuk
pembuluh darah (terlihat cairan darah dalam spuit). infiltrasikan lidokain bersamaan
waktu menarik mundur jarum 2-4 cc (tergantung luas luka)
10.Melakukan debridemen luka
cara : Setelah luka teranestesi dengan baik, desinfeksi luka menggunakan perhidrol 3%, agar kotoran yang
menempel terangkat. Untuk mengangkat tanah/ pasir yang melekat dapat menggunakan kasa atau sikat
halus. Lanjutkan dengan irigasi menggunakan NaCl fisiologis sampai semua kotoran terangkat.
11. Pasang kain steril.
12. Lakukan eksplorasi luka untuk mencari perdarahan aktif, jaringan-jaringan mati/
rusak. Perdarahan dari vena cukup dihentikan dengan penekanan menggunakan kasa
steril beberapa detik. Perdarahan arterial dihentikan dengan jahitan ligasi. Jaringan
mati/ rusak dibuang menggunakan gunting jaringan. Lakukan aproksimasi tepi luka.
Buang tepi luka yang mati, tidak teratur. Passing the needle through the vessel
before securing the tie around the vessel.
b.
c.
d.
e.
f.
menjahit. Pegang needle holder dengan jari-jari sedemikian sehingga pergelangan tangan dapat
melakukan gerakan rotasi dengan bebas.
masukkan ujung jarum pada kulit dengan jarak dari tepi luka sekitar 1cm,
membentuk sudut 90
dorong jarum mengikuti kelengkungan jarum.
Jahit luka lapis-demi lapis dari yang terdalam. Aproksimasi tepi luka harus baik.
Penjahitan luka bagian dalam menggunakan benang yang dapat di serap atau
monofilament.
Jarak tiap jahitan sekitar 1cm. Jahitan yang terlalu jarang luka kurang menutup
dengan baik. Bilaterlalurapatmeningkatkan trauma jaringandanreaksiinflamasi.
melakukanjahitluka/ suturejelujur
melakukanjahitluka/ suturematrashorisontal
DAFTAR PUSTAKA
1. Ahmadsyah Ibrahim. Ed: Luka, dalam: Syamsuhidajat R, Wim de Jong, ed. Buku Ajar
IlmuBedah. Ed 2. Jakarta: EGC. 2004: 66-88
2. Saefudinabdul Bari, Adriaanszgeorge, WiknjosastroGulardiHanifa, WaspodoDjoko, ed.
Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Ed. 1. Jakarta:
JNPKKR-POGI. 2000: 45-54
3. Wijdjoseno-Gardjito. Ed: Anestesia, dalam: Syamsuhidajat R, Wim de Jong, ed. Buku
Ajar IlmuBedah. Ed 2. Jakarta: EGC. 2004: 239-264
4. Wijdjoseno-Gardjito. Ed: Pembedahan, dalam: Syamsuhidajat R, Wim de Jong, ed.
Buku Ajar IlmuBedah. Ed 2. Jakarta: EGC. 2004: 265-288
5. KarnadihardjaWarko. Ed: Penyulitpascabedah, dalam: Syamsuhidajat R, Wim de
Jong, ed. Buku Ajar IlmuBedah. Ed 2. Jakarta: EGC. 2004: 293-303
6. Surgical Care at the District Hospital.htm
7. ResidentNet-Wound Closure-clinical update.htm
CHECKLIST HECTING
Nama :
No.
1
Persetujuantindakanmedik
Mempersiapkananestesi
Memakaisarungtangansteril*
9
10
Melakukananestesilokal ( infiltrasi)
Melakukan debridemen (irigasi Nacl, perhidrol, irigasi NaCl,
Povidon)
11
Memasangdoeksteril
12
13
14
15
Dekontaminasi
16
Cucitanganpascatindakan
Nim
TOTAL SCORE
:
Nilai
1
2
Keterangan:
0 = tidak dilakukan/disebut sama sekali
1 =dilakukan tapi kurang sempurna
2 =disebut/ dilakukan dengan sempurna
* =Critical point ( item yang harusdilakukandanberurutan)
Tutor wajibmenekankanprinsipsterilitas, apabilamhs ON dinyatakantidak lulus
Nilai
2014
Evaluator