Perawatan Luka & Hecting

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

HECTING

LEARNING OUTCOME
Mahasiswa mampu melakukan ketrampilan jahit luka:
menentukan jenis luka
memberikan penjelasan dan meminta persetujuan tindakan medik
melakukan cuci tangan secara foerbringer
melakukan tindakan aseptik anti septik
melakukan anestesi lokal
melakukan debridemen luka
melakukan jahit luka/ suture interuptus
melakukan jahit luka/ suture jelujur
melakukan jahit luka/ suture jelujur terkunci
melakukan jahit luka/ suture matras horisontal
melakukan jahit luka/ suture matras vertikal
melakukan dressing

TINJAUAN PUSTAKA

Luka
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh (diskontinuitas
jaringan). Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul,
perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan. Proses yang
kemudian terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah penyembuhan luka yang dapat
dibagi dalam tiga fase, yaitu fase inflamasi, poliferasi dan penyudahan yang
merupakan perupaan kembali (remodelling) jaringan.
Klasifikasi penyembuhan luka:
Penyembuhan luka kulit tanpa pertolongan dari luar, berjalan secara alami. Luka
akan terisi jaringan granulasi dan kemudian ditutup jaringan epitel. Penyembuhan ini
disebut penyembuhan sekunder (sanatio per secundam) cara ini biasanya makan
waktu cukup lama dan meninggalkan parut yang kurang baik, terutama kalau lukanya
menganga lebar.
Jenis penyembuhan yang lain adalah penyembuhan primer ( sanatio per primam)
yang terjadi bila luka segera diusahakan bertaut, biasanya dengan bantuan jahitan.
Parut yang terjadi biasanya lebih halus dan kecil. Namun penjahitan luka tidak dapat
langsung dilakukan pada luka yang terkontaminasi berat dan/ atau tidak berbatas
tegas. Luka yang compang-camping seperti luka tembak sering meninggalkan jaringan
yhang tidak dapat hidup yang pada pemeriksaan pertama sukar dikenali. Keadaan ini
diperkirakan akan menyebabkan infeksi bila luka langsung dijahit. Luka yang demikian
sebaikmya dibersihkan dan dieksisi (debridemen) dahulu dan kemudiam dibiarkan
selama 4-7 hari. Baru selanjutnya dijahit dan akan sembuh secara primer. Cara ini

umumnya disebut penyembuhan primer tertunda. Terjadinya infeksi pada luka


pascaeksisi umumnya terjadi karena eksisi luka tidak cukup luas dan teliti. Jika setelah
debridemen luka langsung dijahit, dapat diharapkan terjadi penyembuhan primer.
Pada manusia, penyembuhan luka dengan cara reorganisasi dan regenerasi hanya
terjadi pada epidermis, hati, dan tulang yang dapat menyembuh alami tanpa
meninggalkan bekas. Organ lain, termasuk kulit mengalami penyembuhan secara
epimorfis, artinya jaringan yang rusak diganti oleh jaringan ikat yang tidak sama
dengan jaringan semula.

Fasepenyembuhanluka
Fase

Proses

Gejaladantanda

Inflamasi

Reaksi radang

Dolor, rubor, kalor,


tumor,
gangguan
fungsi

II

Proliferasi

Regenerasi/
fibroplasia

Jaringan
kalus
menutup:

III

Penyudah
an

Pematangan
dan perupaan
kembali

granulasi/
tulang

epitel/endotel/
mesotel
Jaringan
fibrosis

parut/

Gangguan penyembuhan luka


Penyembuhan luka dapat terganggu oleh penyebab dari dalam tubuh (endogen)
atau oleh penyebab dari luar tubuh (eksogen). Penyebab endogen terpenting adalah
gangguan koagulasi yang disebut koagulopati dan gangguan sistem imun. Semua
gangguan pembekuan darah akan menghambat penyembuhan luka sebab hemostasis
merupakan titik tolak dan dasar fase inflamasi. Gangguan sistem imun akan
menghambat dan mengubah reaksi tubuh terhadap luka, kematian jaringan,
kontaminasi. Bila sistem daya tahan tubuh, baik humoral maupun selular tenganggu,
pembersihan kontaminan dan jaringan mati serta penanahan infeksi tidak berjalan
baik.
Gangguan sistem imun dapat terjadi terjadi pada infeksi virus, terutama HIV,
keganasan tahap lanjut, penyakit menahun berat seperti tuberkulosis, hipoksia
setempat seperti ditemukan pada arteriosklerosis, diabetes melitus, morbus Raynoud,
morbus Burger, kelainan pendarahan (hemangioma, fistel arteriovena), atau fibrosis.
Sistem imun juga dipengaruhi oleh gizi kurang akibat kelaparan, malabsorbsi, juga
oleh kekurangan asam amino esensial, mineral maupun vitamin, serta oleh gangguan
dalam metabolisme makanan, misalnya pada penyakit hati. Selain itu fungsi sistem

imun ditekan oleh keadaan umum yang kurang baik, seperti pada usia lanjut dan
penyakit tertentu, misalnya penyakit Cushing dan penyakit Addison.
Penyebab eksogen meliputi penyinaran sinar ionisasi yang akan mengganggu
mitosis dan merusak sel dengan akibat dini maupun lanjut. Pemberian sitostatik, obat
penekan reaksi imun, misalnya setelah transplantasi organ, kortikosteroid juga akan
mempengaruhi penyembuhan luka. Pengaruh setempat seperti infeksi, hematom,
benda asing, serta jaringan mati sangat menghambat penyembuhan luka.
Diagnosis
Pertama-tama dilakukan pemeriksaan secara teliti untuk memastikan apakah ada
perdarahan yang harus dihentikan. Kemudian, tentukan jenis trauma, tajam atau
tumpul, luasnya kematian jaringan, banyaknya kontaminasi dan berat ringannya luka.

Tindakan
Pertama dilakukan anestesia setempat atau umum, tergantung berat dan letak
luka, serta keadaan penderita. Luka dan sekitarnya dibersihkan dengan antiseptik,
kalau perlu dicuci dengan air sebelumnya. Kemudian daerah sekitar lapangan kerja
ditutup dengan kain steril dan secara steril dilakukan kembali pembesihan luka dari
kontaminan secara mekanis, misalnya pembuangan jaringan mati dengan gunting atau
pisau dan dibersihkan dengan bilasan, guyuran atau semprotan cairan NACl. Akhirnya
lakukan penjahitan denga rapi. Bila diperkirakan akan terbentuk atau dikeluarkan
cairan yang berlebihan perlu dibuat penyaliran. Luka ditutup dengan bahan yang dapat
mencegah lengketnya kasa, misalnya mengandung vaselin, ditambah dengan kasa
penyerap, dan dilanjut dengan pembalut elastis.

Penyulit
1. Penyulitdini
Hematom harus dicegah dengan mengerjakan hemostasis secara teliti. Hematom
yang mengganggu atau terlalu besar sebaiknya dibuka dan dikeluarkan. Seroma
adalah penumpukan cairan luka dilapangan bedah. Jika seroma mengganggu atau
terlalu besar dapat dilakukan pungsi. Jika seroma kambuh sebaiknya dibuka dan
dipasang penyalir.
Infeksi luka terjadi jika luka yang terkontaminasi dijahit tanpa pembilasan dan eksisi
yang memadai. Pada keadaan demikian luka harus dibuka kembali, dibiarkan
terbuka dan penderita diberi antibiotik sesuai dengan hasil biakan dari cairan luka
atau nanah.
2. Penyulitlanjut
Keloid dan jaringan paruthipertropik timbul karena reaksi serat kolagen yang
berlebihan dalam proses penyembuhan luka. Serat kolagen disini teranyam teratur.
Keloid yang tumbuh berlebihan melampaui batas luka, sebelumnya menimbulkan
gatal dan cenderung kambuh bila dilakukan intervensi bedah.

Persetujuantindakanmedik
Penghormatan terhadap hak asasi manusia dalam bidang kedokteran atau patient
rights, sebagai salah satu kewajiban etik yang harus dipatuhi oleh setiap warga profesi
kedokteran. Selanjutnya persetujuan tindakan medik berkembang menjadi kewajiban
administrasi dan hukum. Persetujuan tindakan medik adalah adanya persetujuan dari
pasien terhadap tindakan medik yang akan dilakukan terhadap dirinya. Persetujuan
diberikan setelah pasien memperoleh penjelasan yang lengkap dan obyektif tentang
diagnosis penyakit, upaya penyembuhan, tujuan dan pilihan tindakan yang akan
dilakukan. Dalam tindakan medis penjahitan luka penderita memperoleh penjelasan
kondisi luka, kemungkinan penyembuhan secara primer dan sekunder, cacat yang
mungkin timbul, keuntungan dan kerugian jahit luka, anestesi lokal.
Anestesia
1. Anestesi ainfiltrasi
Anestesi ainfiltrasi dilakukan dengan menyuntikkan anestetik local langsung
kejaringan tanpa mempertimbangkan persarafannya. Anestetik berdifusi dan
khasiatnya dicapai melalui penghambatan ujung saraf perasa di jaringan subkutan.
Jika penyuntikan anestetik menimbulkan nyeri, berarti tehnik penyuntikan tidak
memenuhi syarat. Infiltrasi dimulai dengan penyuntikan kecil intrakutan yang
memangme nimbulkan sedikit nyeri. Tempat penyuntikan intrakutan digunakan
sebagai pintu masuk selanjutnya untuk anestetik. Penyuntikannya harus dilakukan
secara teliti, sedikit demi sedikit supaya tidak menyebabkan nyeri.
2. Anestesilapangan
Merupakan penyuntikan anestetik subkutan sedemikian rupa sehingga terjadi
anestesia di distal penyuntikan.

Peringatan yang berhubungan dengan anestetik lokal

Tanyakan dalam anamnesis apakah penderita pernah menerima suntikan anestetik


lokal
Jangan tinggalkan penderita setelah dilakukan anestetik lokal
Sewaktu penyuntikan anestetik lokal , sebaiknya penderita dibaringkan
Perhatikantindak asepsis
Ingatkontraindikasipenggunaanvasokonstriktor
Pakai vasokonstriktor bila ada kemungkinan penyerapan cepat
Pakai vasokonstriktor bila diperlukan anestesia untuk waktu lama
Pakai persentase obat anestesia serendah mungkin
Berikandosis yang memadai
Berikanpadatempat yang tepat
Cegahiskemiakompresi
Hindaripenyuntikanintravaskuler
Sediaanlidokain
Anestetik

Dosismaksim
al

Mulaker
ja

lamaker
ja

(ml)
Lidokain

2%

10

5 menit

Lidokain+adren
alin

2%

25

5 menit

70
menit

Penjahitanluka
Ada tiga hal yang menen tukan pemilihan jenis benang jahit, yaitu jenis
bahannya, kemampuan tubuh untuk menyerapnya dan susunan filamennya. Benang
yang dapat diserap melalui reaksi enzimatik pada cairan tubuh kini banyak dipakai
Penyerapan benang oleh jaringan dapat berlangsung antara tiga hari sampai tiga bulan
bergantung pada jenis benang dankondisi jaringan yang dijahit.
Menurut bahan asalnya, benang dibagi dalam benang yang terbuat dari usus
domba (catgut) dan dibedakan dalam catgut murni yang tanpa campuran dan catgut
kromik yang bahannya bercampur larutan asamkromat. Catgut murni cepat diserap,
kira-kira dalam waktu satu minggu, sedangkan catgut cromik diserap lebih lama, kirakira 2-3 minggu.
Disamping itu, ada benang yang terbuat dari bahan sintetik, baik dari asam
poliglikolik maupun dari poliglaktin dan memiliki daya tegang yang besar. Benang ini
dapat dipakai pada semua jaringan termasuk kulit. Benang yang dapat diserap
menimbulkan reaksi jaringan setempat yang dapat menyebabkan fistel benang atau
infiltrate jaringan yang mungkin ditandai indurasi. Benang yang tidak dapat diserap
oleh tubuh umumnya tidak menimbulkan reaksi jaringan karena bukan merupakan
bahan biologik. Benang ini dapat berasal dari sutra yang sangat kuat dan liat, dari
kapas yang kurang kuat dan mudah terurai, dan dari poliester yang merupakan bahan
sintetik yang kuat dan biasanya dilapisi teflon.selain itu terdapat pula benang nilon

yang berdaya tegang besar, yang dibuat dari poli propilen, dan baja yang terbuat dari
baja tahan karat.
Karena tidak dapat diserap maka benang akan tetap berada di jaringan tubuh.
Benang jenis ini biasanya dipakai pada jaringan yang sukar sembuh. Bila terjadi infeksi
akan terbentuk fistel yang baru dapat sembuh setelah benang yang bersifat benda
asing, dikeluarkan.
Benang alami terbuat dari bahan sutra atau kapas. Kedua bahan alami ini dapat
bereaksi dengan jaringan tubuh meskipun minimal karena mengandung juga bahan
kimia alami. Daya tegangnya cukup dan dapat diperkuat bila dibasahi terlebih dahulu
dengan larutan garam sebelum digunakan.
Benang sintetik terbuat dari poliester, nilon, atau polipropilen yang umumnya
dilapisi oleh bahan pelapis teflon atau dakron. Dengan lapisan ini permukaannya lebih
mulus sehingga tidak mudah bergulung atau terurai. Benang ini mempunyai daya
tegang yang besar dan dipakai untuk jaringan yang memerlukan kekuatan penyatuan
yang besar.
Menurut bentuk untaian seratnya, benang dapat berupa monofilamen bila hanya
terdiri atas satu serat saja dan polifilamen bila terdiri atas banyak serat yang diuntai
menjadi satu. Ukuran benang merupakan salah satu faktor yang menentukan kekuatan
jahitan. Oleh karena itu, pemilihan ukuran benang untuk menjahit luka bedah
bergantung pada jaringan apa yang dijahit dan dengan mempertimbangkan faktor
kosmetik. Sedangkan kekuatan jaringan ini ditentukan oleh jumlah jahitan yang dibuat,
jarak jahitan, dan jenis benangnya. Padadaerahwajahdigunakanukuran yang kecil
(5,0atau 6,0)

Ukuran dan jenis benang untuk berbagai jaringan


Lokasipenjahitan

Jenisbenang

Ukuran

Fasia

Semua

2.0-1

Otot

Semua

3.0-0

Kulit

Takterserap

2.0-6.0

Lemak

Terserap

2.0-3.0

Hepar

Kromik catgut

2.0-0

Ginjal

Semua catgut

4.0

Pankreas

Sutera, kapas

3.0

Usus halus

Catgut, sutera, kapas

Usus besar

Kromik catgut

Tendo

Tak terserap

5.0-30

Kapsul sendi

Tak terserap

3.0-20

Peritoneum

Kromik catgut

3.0-20

Bedahmikro

Takterserap

2.0-3-0
4.0-0

7.0-11-0

Tabel SUTURE SELECTION


SUTURE *

CHARACTERISTICS AND FREQUENT USES

Vicryl, Dexon

Absorbable; 60-90 days. Ligate or suture tissues where an


absorbable suture is desirable.

PDS or Maxon Absorbable; 6 months. Ligate or suture tissues especially where an


absorbable suture and extended wound support is desirable
Prolene

Nonabsorbable, Inert.

Nylon

Nonabsorbable. Inert. General closure.

Silk

Nonabsorbable. (Caution: Tissue reactive and may wick


microorganisms into the wound). Excellent handling. Preferred for
cardiovascular procedures.

Chromic Gut

Absorbable. Versatile material.

Stainless Steel
Wound Clips,
Staples

Nonabsorbable. Requires instrument for skin removal.

The use of common brand names as examples does not indicate a product endorsement. Suture gauge
selection: Use the smallest gauge suture material that will perform adequatel

Jarumjahitbedah
Jarum jahit bedah, yang lurus maupun yang lengkung, berbeda-beda bentuknya.
Perbedaan bentu kini pada penampang batang jarum yang bulat atau bersegita jam,
dan bermata atau tidak bermata. Panjangjarum pun beragamdari 2-60 mm.
Masing-masing berbeda kegunaannya, berbeda cara mempersiapkan dan
memasang benangnya. Kelengkungan jarum berbeda untuk kedalaman jaringan yang
berbeda, sedangkan penampang batang jarum dipilih berdasarkan lunak kerasnya
jaringan. Jarum yang sangat lengkung untuk luka yang dalam dan penampang yang
bulat untuk jaringan lunak dan yang bersegi untuk kulit. Jarum yang bermata akan
membuat lubang tusukan lebih besar, sedangkan jarum yang tidak bermata yang
disebut atraumatikakan membuat lubang yang lebihhalus.

Jenis jahitan
Jenis jahitan yang umum dipakai adalah:
o
o
o
o
o

Jahitantunggal/ terputus/ interuptus


Jahitanjelujur/ kontinyu
Jahitanjelujur/ kontinyuterkunci
Jahitanmatrasvertikal
Jahitanmatrashorisontal.

Perawatanlukabedah:
Biasanyalukabedah
yang
selesaidijahitditutupdenganalasanuntukmelindungidariinfeksi,
di
samping
agar
cairanluka
yang
keluarterserap,
lukatidakkekeringan,
danlukatidaktergarukolehpenderita. Selain itu, perdarahan dihentikan dengan memberi

sedikit tekanan pada luka. Jenis penutup luka dapat berupa kasa yang diolesi vaselin
atau salep antibiotik, atau kasa kering.
Sebenarnya luka operasi yang kering yang ditutup primer lebih baik dibiarkan
terbuka, tetapi umumnya secara psikologis kurang berkenan bagi penderita maupun
keluarganya.
Penutup luka yang sudah basah oleh darah atau cairan luka harus diganti. Penggantiannya harus
dilakukan dengan tehnik aseptik. pada kesempatan mengganti balutan ini, sekaligus dicari kemungkinan
asal perdarahan atau kebocoran cairan luka tersebut. Kemudian sumber kebocoran harus ditangani, misalnya
dengan tindakan hemostasis. Bila tidak dipasang penyalir pada luka bedah, penutup luka dapat dibiarkan
sampai 48 jam pasca bedah agar tujuan penutupan luka dapat dicapai.
Luka bedah perlu diawasi pada masa pascabedah. Luka tidak perlu dilihat setiap
hari dengan membuka penutup luka, kecuali jika ada gejala atau tanda gangguan
penyembuhan luka atau radang. Bila luka sudah kuat dan sembuh primer, jahitan atau
benangnya dapat diangkat. Saat pengambilan benang tergantung pada kondisi luka
waktu diperiksa. Umumnya luka didaerah wajah memerlukan waktu 3-4 hari, di daerah
lain 7-10 hari. Salah satu faktor penting dalam menentukan saat pencabutan jahitan
adalah tegangan pada tepi luka bedah. Tepi luka yang searah dengan garis lipatan kulit
tidak akan tegang, sementara luka yang arahnya tegak lurus terhadap garis kulit atau
yang dijahit setelah banyak bagian kulit diambil, akan menyebabkan ketegangan tepi
luka yang besar. Dalam hal ini pengambilan jahitan harus ditunda lebih lama sampai
dicapai kekuatan jaringan yang cukup sehingga bekas jahitan tidak mudah terbuka lagi.

Saatpengangkatanjahitan
Daerah jahitan

Saatpengangkat
an (harike-)

Wajah (termasukkelopakmatadanlidah)

Skrotum

Kulit kepala

6-7

Tangan dan jari

Dinding perut

Sayatanlintang

7-9

Sayatanvertikal

9-11

Pinggangdanbahu

Bahan:

ALAT DAN BAHAN:

11-12

NaClfisiologis
Povidon Iodine 10%
Perhidrol 3%
Lidocain 2%
Klorin 0,5%
Kasasteril
Plester
Spuit 3cc
Benang side no 3.0
Benang catgut no.

3.0

Alat:
Minor set steril, terdiri:
Jenisalat

Jumlah

wadahdarilogam
needle
pemegangjarum

holder/

jarumdenganujungsegitiga
jarumdenganujungbulat
Pinsetanatomi
Pinsetchirrurgis
GuntingBenang
Guntingjaringan
Klemarteriaberujunglurus/
bengkok

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

buah

buah

buah

buah

buah

Kainsteril

PROSEDUR TINDAKAN/ PELAKSANAAN


1. Menentukan
menilai bentuk luka
menilai tepi luka
menilai luas luka
menilai kedalaman luka
2. Memberikan penjelasan

jenis luka
: teratur/tidak
: teratur/tidak, jembatan jaringan
: panjang dan lebar dalam cm
: dalam cm
dan meminta persetujuan tindakan medik:

a. menjelaskankondisiluka

b. menjelaskanproseduretindakan
c. menjelaskan tujuan tindakan,keuntungan dan kerugian
d. memintapersetujuantindakan
3. Menyiapkanperalatan yang diperlukandalamkeadaansteril
4. Menentukan jenis benang dan jarum yang diperlukan
5. Memilih antiseptik, desinfektan yang diperlukan
6. Melakukan cuci tangan secara foerbringer
7. Memakai sarung tangan steril
8. Melakukan tindakan aseptik anti septik
dimulai dari tengah ke tepi secara sentrifugal
menggunakan kasa dan povidon iodine
3. Melakukan anestesi lokal (secara infiltrasi atau lapangan)
cara: menusukkan jarum sub kutan menyusuri tepi luka sampai seluruh luka teranestesi
dengan baik. Lakukan aspirasi untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak masuk
pembuluh darah (terlihat cairan darah dalam spuit). infiltrasikan lidokain bersamaan
waktu menarik mundur jarum 2-4 cc (tergantung luas luka)
10.Melakukan debridemen luka
cara : Setelah luka teranestesi dengan baik, desinfeksi luka menggunakan perhidrol 3%, agar kotoran yang
menempel terangkat. Untuk mengangkat tanah/ pasir yang melekat dapat menggunakan kasa atau sikat
halus. Lanjutkan dengan irigasi menggunakan NaCl fisiologis sampai semua kotoran terangkat.
11. Pasang kain steril.
12. Lakukan eksplorasi luka untuk mencari perdarahan aktif, jaringan-jaringan mati/
rusak. Perdarahan dari vena cukup dihentikan dengan penekanan menggunakan kasa
steril beberapa detik. Perdarahan arterial dihentikan dengan jahitan ligasi. Jaringan
mati/ rusak dibuang menggunakan gunting jaringan. Lakukan aproksimasi tepi luka.
Buang tepi luka yang mati, tidak teratur. Passing the needle through the vessel
before securing the tie around the vessel.

Place a second free tie below the suture ligature.

13. Desinfeksi menggunakan povidon Iodine


14. Menjahit luka
a. Gunakan needle holder untuk memegang jarum. Jepit jarum pada ujung pemegang jarum pada
pertengahan atau sepertiga ekor jarum. Jika penjepitan kurang dari setengah jarum, akan sulit dalam

b.
c.
d.
e.
f.

menjahit. Pegang needle holder dengan jari-jari sedemikian sehingga pergelangan tangan dapat
melakukan gerakan rotasi dengan bebas.
masukkan ujung jarum pada kulit dengan jarak dari tepi luka sekitar 1cm,
membentuk sudut 90
dorong jarum mengikuti kelengkungan jarum.
Jahit luka lapis-demi lapis dari yang terdalam. Aproksimasi tepi luka harus baik.
Penjahitan luka bagian dalam menggunakan benang yang dapat di serap atau
monofilament.
Jarak tiap jahitan sekitar 1cm. Jahitan yang terlalu jarang luka kurang menutup
dengan baik. Bilaterlalurapatmeningkatkan trauma jaringandanreaksiinflamasi.

melakukan jahit luka/ suture interuptus

melakukanjahitluka/ suturejelujur

melakukan jahit luka/ suture jelujur terkunci

melakukan jahit luka/ suture matras vertikal

melakukanjahitluka/ suturematrashorisontal

15. Melakukan dressing


Setelah penjahitan selesai, lakukan eksplorasi. Jahitan yang terlalu ketat/ kendor diganti. Desinfeksi luka
dengan povidone iodine. Tutup dengan kasa steril beberapa lapis untuk menyerap discharge yang
mungkin terbentuk. Dan diplester
16. Melakukan dekontaminasi:
Untuk menghindari penularan penyakit yang menular lewat serum/ cairan tubuh. Alat-alat direndam
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
17. Memberikan edukasi perawatan luka
Berikan edukasi tentang makanan, cara merawat luka, mengganti kasa. Waktu kontrol.

18. Menentukan prognosis penyembuhan


Menjelaskan lama penyembuhan, waktu pengangkatan jahitan, hasil jahitan, penyulit-penyulit yang
mempengaruhi penyembuhan luka.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmadsyah Ibrahim. Ed: Luka, dalam: Syamsuhidajat R, Wim de Jong, ed. Buku Ajar
IlmuBedah. Ed 2. Jakarta: EGC. 2004: 66-88
2. Saefudinabdul Bari, Adriaanszgeorge, WiknjosastroGulardiHanifa, WaspodoDjoko, ed.
Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Ed. 1. Jakarta:
JNPKKR-POGI. 2000: 45-54
3. Wijdjoseno-Gardjito. Ed: Anestesia, dalam: Syamsuhidajat R, Wim de Jong, ed. Buku
Ajar IlmuBedah. Ed 2. Jakarta: EGC. 2004: 239-264
4. Wijdjoseno-Gardjito. Ed: Pembedahan, dalam: Syamsuhidajat R, Wim de Jong, ed.
Buku Ajar IlmuBedah. Ed 2. Jakarta: EGC. 2004: 265-288
5. KarnadihardjaWarko. Ed: Penyulitpascabedah, dalam: Syamsuhidajat R, Wim de
Jong, ed. Buku Ajar IlmuBedah. Ed 2. Jakarta: EGC. 2004: 293-303
6. Surgical Care at the District Hospital.htm
7. ResidentNet-Wound Closure-clinical update.htm

CHECKLIST HECTING
Nama :

No.
1

Aspek yang dinilai

Memberi salam dan memperkenalkan diri


Memeriksaluka (lokasi, luas, jenis: robek/ sayat/ lecet, fraktur,
tandainfeksi)

Persetujuantindakanmedik

Persiapan pasien( menenangkan pasien, posisi)

Mempersiapkananestesi

Mencuci tangan* ( pemakain sikat hanya nice to know )

Memakaisarungtangansteril*

Melakukanaseptik antiseptic ( gerakansentrifugal )

9
10

Melakukananestesilokal ( infiltrasi)
Melakukan debridemen (irigasi Nacl, perhidrol, irigasi NaCl,
Povidon)

11

Memasangdoeksteril

12

Jahit kulit terputus ( jahitan kuat, jarak cukup )

13

Bersihkan luka dengan kasa povidon

14

Menutup luka dengan kasa povidon & kasa steril

15

Dekontaminasi

16

Cucitanganpascatindakan

Nim

TOTAL SCORE
:

Nilai
1
2

Keterangan:
0 = tidak dilakukan/disebut sama sekali
1 =dilakukan tapi kurang sempurna
2 =disebut/ dilakukan dengan sempurna
* =Critical point ( item yang harusdilakukandanberurutan)
Tutor wajibmenekankanprinsipsterilitas, apabilamhs ON dinyatakantidak lulus
Nilai

= Total skor (.) x 100 %


32
Purwokerto,

2014
Evaluator

Anda mungkin juga menyukai