LP Cva
LP Cva
LP Cva
A. Definisi
Penyakit cerebro vascukar accident (CVA) atau sering dikenal dengan nama Stroke
adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba tiba
terganggu, karena sebagaian sel-sel otak mengalami kematian akibat gangguan aliran
darah karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak. Dalam jaringan otak,
kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang dapat merusakan
atau mematikan sel-sel saraf otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya
fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu, aliran darah yang berhenti juga membuat
suplai oksigen dan zat makanan ke otak juga berhenti, sehingga sebagian otak tidak bisa
berfungsi sebagaimana mestinya. (Nabyl,2012).
CVA adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak progresi epa, berupa
defisit neurologis lokal dan global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak
non traumatik. (Kapita Selekta Kodokteran jilid II, 2000).
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh terhentinya suplai
darah kebagian otak (Brunner and Suddarth, 2001).
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih dari 24
jam, berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena trauma maupun infeksi
(WHO MONICA, 1986).
1. Otak
adalah
sebagai
pusat
refleks
yang
mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan
kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan sikap tubuh. Bagian-bagian batang
otak dari bawak ke atas adalah medula oblongata, pons dan mesensefalon (otak
tengah). Medula oblongata merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung,
vasokonstriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur dan muntah.
Pons merupakan mata rantai penghubung yang penting pada jaras kortikosereberalis
dalam jaringan kapiler otak akan dialirkan melalui venula-venula (yang tidak
mempunyai nama) ke vena serta di drainase ke sinus duramatris. Dari sinus, melalui
vena emisaria akan dialirkan ke vena-vena ekstrakranial.
C. Etiologi
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi
1. Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital.
2. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis. Atherosklerosis adalah mengerasnya
pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.
Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi
perdarahan.
3. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
4. Malformasi arteriovenous, adalah pembuluh darah yang mudah pecah sehingga darah
arteri langsung masuk vena, menyebabkan mudah pecah dan menimbulkan perdarahan
otak..
5. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan degenerasi
pembuluh darah.
Faktor resiko pada stroke adalah
1. Hipertensi
2. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium,
3.
4.
5.
6.
tinggi)
7. Penyalahgunaan obat (kokain), rokok dan alkoho
(Smeltzer C. Suzanne, 2002)
D. Klasifikasi stroke
Stroke diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan kelainan patologis
a. Stroke hemoragik
Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan keluarnya darah ke jaringan
parenkim otak, ruang cairan serebrospinalis disekitar otak atau kombinasi keduanya.
Perdarahan tersebut menyebabkan gangguan serabut saraf otak melalui penekanan
struktur otak dan juga oleh hematom yang menyebabkan iskemia pada jaringan
sekitarnya. Peningkatan tekanan intrakranial pada gilirannya akan menimbulkan
herniasi jaringan otak dan menekan batang otak. Stroke hemoragik dibedakan
menjadi 2 berdasarkan letak terjadinya perdarahan, yaitu :
1) Perdarahan intra serebral
Gejala klinis :
a) Onset perdarahan bersifat mendadak, terutama sewaktu melakukan aktivitas
dan dapat didahului oleh gejala prodromal berupa peningkatan tekanan darah
yaitu nyeri kepala, mual, muntah, gangguan memori, bingung, perdarhan
retina, dan epistaksis.
b) Penurunan
kesadaran
yang
berat
sampai
koma
disertai
E. Patofisiologi/WOC
Tabel
1.1 : Perbedaan Stroke Hemoragik dan Non Hemoragik
1. Stroke
haemoragik
a. Perdarahan intra cerebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan
darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang
menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan
TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak
karena herniasi otak. Perdarahan intra cerebral sering dijumpai di daerah putamen,
talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis
mengakibatkan
perubahan
struktur
dinding
permbuluh
darah
berupa
Gx mobilitas fisik
F. Manifestasi klinis
Kemungkinan kecacatan yang berkaitan dengan stroke :
1. Daerah a. serebri media
a. Hemiplegi kontralateral, sering disertai hemianestesi
b. Hemianopsi homonim kontralateral
c. Afasi bila mengenai hemisfer dominan
d. Apraksi bila mengenai hemisfer nondominan
2. Daerah a. Karotis interna
a. Serupa dengan bila mengenai a. Serebri media
3. Daerah a. Serebri anterior
a. Hemiplegi dan hemianestesi kontralateral terutama di tungkai
b. Incontinentia urinae
c. Afasi atau apraksi tergantung hemisfer mana yang terkena
4. Daerah a. Posterior
a. Hemianopsi homonim kontralateral mungkin tanpa mengenai
daerah makula karena daerah ini juga diperdarahi oleh a. Serebri
media
b. Nyeri talamik spontan
c. Hemibalisme
d. Aleksi bila mengenai hemisfer dominan
5. Daerah vertebrobasiler
a. Sering fatal karena mengenai juga pusat-pusat vital di batang otak
b. Hemiplegi alternans atau tetraplegi
c. Kelumpuhan pseudobulbar (disartri, disfagi, emosi labil)
(Purwadianto & Sampurna, 2000)
G. Pemeriksaan diagnostik
a. CT scan
: memperlihatkan adanya edem, hematoma, infark.
b. MRI
: menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik
c. EEG
: menunjukkan daerah lesi yang spesifik didasarkan pada gelombang
otak
d. Ultrasonografi Dopller : Mengidentifikasi penyakit artriovena
H. Pemeriksaan fisik
Penentuan keadaan kardiovaskular penderita serta fungsi vital seperti tekanan darah
kiri dan kanan, nadi, pernafasan, tentukan juga tingkat kesadaran penderita. Jika kesadaran
menurun, tentukan skor dengan skala koma glasglow agar pemantauan selanjutnya lebih
mudah, tetapi seandainya penderita sadar tentukan berat kerusakan neurologis yang
terjadi, disertai pemeriksaan saraf saraf otak dan motorik apakah fungsi komunikasi
masih baik atau adakah disfasia. Jika kesadaran menurun dan nilai skala koma glasglow
telah ditentukan, setelah itu lakukan pemeriksaan refleks refleks batang otak yaitu :
a. Reaksi pupil terhadap cahaya.
b. Refleks kornea.
c. Refleks okulosefalik.
d. Keadaan (refleks) respirasi, apakah terdapat pernafasan Cheyne Stoke, hiperventilasi
neurogen, kluster, apneustik dan ataksik. Setelah itu tentukan kelumpuhan yang terjadi
pada saraf saraf otak dan anggota gerak. Kegawatan kehidupan sangat erat
hubungannya dengan kesadaran menurun, karena makin dalam penurunan kesadaran,
makin kurang baik prognosis neurologis maupun kehidupan. Kemungkinan
perdarahan intra serebral dapat luas sekali jika terjadi perdarahan perdarahan retina
atau preretina pada pemeriksaan funduskopi.
I. Penatalaksanaan
a. Menurunkan kerusakan iskemik cerebral
Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central
jaringan otak, sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih
bisa diselematkan, tindakan awal difokuskan untuk menyelematkan
sebanyak mungkin area iskemik dengan memberikan O2, glukosa
dan aliran darah yang adekuat dengan mengontrol / memperbaiki
disritmia (irama dan frekuensi) serta tekanan darah.
b. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala, lateral 15-30 menghindari flexi dan
rotasi kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason .
c. Pengobatan
a. Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan
perdarahan pada fase akut.
b. Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa
trombolitik/emobolik.
c. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral
d. Penatalaksanaan Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran
darah otak. Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga
menderita
beberapa
penyulit
seperti
hipertensi,
diabetes
dan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas klien
2) Keluhan utama
Didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara
pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
3) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat
mendadak,
pada
saat
klien
sedang
melakukan
aktivitas.
pemeriksaan,
pengobatan
dan
perawatan
dapat
dan
karena
latihan:
kelemahan,
Adanya
kesukaran
kehilangan
sensori
untuk
atau
penglihatan/kekaburan
pandangan,
mengalami
otak
yang
fisik
berhubungan
berhubungan
dengan
dengan
hemiparese/hemiplagia.
c. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan.
d. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan tirah
baring lama.
e. Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
menurunnya reflek batuk dan menelan.
3. Intervensi
Diagnosa keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan
serebral yang berhubungan
dengan perdarahan
intracerebral.
DO
- Gangguan status mental
- Perubahan perilaku
- Perubahan respon motorik
- Perubahan reaksi pupil
- Kesulitan menelan
- Kelemahan atau paralisis
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil
Intervensi
NOC :
Circulation status
Neurologic status
Tissue Prefusion : cerebral
Setelah
dilakukan
asuhan
selama.............. ketidakefektifan
perfusi jaringan cerebral teratasi
dengan kriteria hasil:
1. Tekanan systole dan diastole
dalam
rentang
yang
diharapkan
2. Tidak ada ortostatikhipertensi
NIC :
1. Monitor TTV
2. Monitor AGD, ukuran pupil,
ketajaman, kesimetrisan dan
reaksi
3. Monitor adanya diplopia,
pandangan kabur, nyeri
kepala
4. Monitor level kebingungan
dan orientasi
5. Monitor tonus otot
pergerakan
6. Monitor tekanan intrakranial
ekstrermitas
- Abnormalitas bicara
3. Komunikasi jelas
dan respon nerologis
4. Menunjukkan konsentrasi dan 7. Catat perubahan pasien
orientasi
dalam merespon stimulus
5. Pupil seimbang dan reaktif
8. Monitor status cairan
6. Bebas dari aktivitas kejang
9. Pertahankan parameter
7. Tidak mengalami nyeri kepala
hemodinamik
10. inggikan kepala 0-450
tergantung pada konsisi
pasien dan permintaan
medis
NOC :
Joint Movement : Active
Mobility Level
Self care : ADLs
Transfer performance
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama.gangguan
mobilitas fisik teratasi dengan
kriteria hasil:
1. Klien meningkat dalam
aktivitas fisik
2. Mengerti tujuan dari
peningkatan mobilitas
3. Memverbalisasikan perasaan
dalam meningkatkan
kekuatan dan kemampuan
berpindah
4. Memperagakan penggunaan
alat bantu untuk mobilisasi
(walker)
2.
NIC :
Exercise therapy : ambulation
1. Monitoring vital sign
sebelum/ sesudah latihan dan
lihat respon pasien saat
latihan
2. Konsultasikan dengan terapi
fisik tentang rencana
ambulasi sesuai dengan
kebutuhan
3. Bantu klien untuk
menggunakan tongkat saat
berjalan dan cegah terhadap
cedera
4. Ajarkan pasien atau tenaga
kesehatan lain tentang teknik
ambulas
5. Kaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi
6. Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
7. ADLs secara mandiri sesuai
kemampua
8. Dampingi dan Bantu pasien
saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs .
9. Berikan alat Bantu jika klien
memerlukan.
10. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jik
3. Resiko gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan
kelemahan otot mengunyah
dan menelan.
DO
Ketidakmampuan menelan
Penyakit kronik
Intoleransi makanan
Kesulitan mengunyah
Mual
Muntah
Hilang nafsu makan
NOC :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama .......x24
jam status nutrisi pasien normal
dengan indikator :
1. Intake nutrien normal
2. Intake makanan dan cairan
normal
3. Berat badan normal
4. Massa tubuh normal
5. Pengukuran biokimia normal
NIC :
Monitor nutrisi
1. Berat badan pasien dalam
batas normal
2. Monitor adanya penurunan
berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakuakn
4. Monitor interaksi anak dan
orang tua selama makan
5.
Monitor makanan kesukaan
Setelah dilakukan tindakan
6.
Monitor pertumbuhan dan
keperawatan selama .......x24
perkembangan
jam status nutrisi: intake nutrient
7. Monitor pucat, kemerahan,
pasien adekuat dengan
dan kekeringan jaringan
indikator:
konjungtiva
3.1. intake kalori
8. Monitor kalori dan intake
2. intake protein
nutrisi
3. intake lemak
9. Catat adanya edema,
4. intake karbohidrat
5. intake vitamn
hiperemik, hipertonik
6. intake mineral
papila lidah dan cavitas
7. intake zat besi
oval
8. intake kalsium
10. Catat jika lidah berwarna
megenta, scarlet
11. Monitor lingkungan selama
makan
12. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
13. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
14. Monitor turgor kulit
15. Monitor kekeringan,
rambut kusam, total
protein, Hb dan kadar Ht
16. Kaji adanya alergi makanan
17. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
18. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
19. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan
vitamin C
20. Berikan subtansi gula
21. Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
tinggi serat untuk
22.
23.
24.
25.
NOC :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama .......x24
jam integritas jaringan: kulit
dan mukosa normal dengan
indikator:
1. Temperatur jaringan dalam
rentang yang diharapkan
2. Elastisitas dalam rentang
yang diharapkan
3. Hidrasi dalam rentang yang
diharapkan
4. Pigmentasi dalam rentang
yang diharapkan
5. Warna dalam rentang yang
diharapkan
6. Tektur dalam rentang yang
diharapkan
7. Bebas dari lesi
8. Kulit utuh
mencegah konstipasi
Berikan makanan yang
terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian
Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
NOC :
1. Inspeksi kondisi luka
operasi
2. Observasi ekstremitas
untuk warna, panas,
keringat, nadi, tekstur,
edema, dan luka
3. Inspeksi kulit dan membran
mukosa untuk kemerahan,
panas, drainase
4. Monitor kulit pada area
kemerahan
5. Monitor penyebab tekanan
6. Monitor adanya infeksi
7. Monitor kulit adanya rashes
dan abrasi
8. Monitor warna kulit
9. Monitor temperatur kulit
10. Catat perubahan kulit dan
membran mukosa
11. Monitor kulit di area
kemerahan
Manajeamen tekanan
1. Tempatkan pasien pada
terapeutic bed
2. Elevasi ekstremitas yang
terluka
3. Monitor status nutrisi
pasien
4. Monitor sumber tekanan
5. Monitor mobilitas dan
aktivitas pasien
6. Mobilisasi pasien minimal
setiap 2 jam sekali
7. Back rup
8. Ajarkan pasien untuk
menggunakan pakaian yang
longgar