LP - Stroke Hemo
LP - Stroke Hemo
LP - Stroke Hemo
Definisi
Stroke adalah kondisi kedaruratan ketika terjadi deficit neurologi akibat dari penurunan
tiba-tiba aliran darah ke otak yang terlokalisir(Lemone, 2017). Stroke dapat iskemik
ketika suplai darah ke bagian otak tiba – tiba terganggu oleh trombus, embolus, atau
stenosis pembuluh darah atau hemoragik ketika pembuluh darah mengalami ruptur, darah
masuk kedalam ruang disekitar neuron (Hickey, 2014). Stroke adalah perubahan
neurologis yang disebabkan oleh adanya gangguan suplai darah kebagian dari otak
(Bowman, 2014).
Stroke Hemoragik: Stroke hemoragik terjadi ketika arteri di otak bocor atau pecah
(pecah). Darah yang bocor memberi terlalu banyak tekanan pada sel-sel otak, yang
merusaknya. Tekanan darah tinggi dan aneurisma — tonjolan seperti balon di arteri yang
dapat meregang dan pecah — adalah contoh kondisi yang dapat menyebabkan stroke
hemoragik (CDC, 2020)
Otak
Otak berisi 10 miliar neuron yang menjadi kompleks secara kesatuan fungsional. Otak
lebih kompleks dari pada batang otak. Berat otak manusia kira-kira merupakan 2% dari
berat badan orang dewasa. Otak menerima 15% dari curah jantung, memerlukan sekitar
20% pemakaian oksigen tubuh, dan sekitar 400 kolikalori energi setiap harinya. Otak
manusia mengandung hampir 98% jaringan saraf tubuh, kisaran berat otak 1,4 kg .
Jaringan otak
Jaringan gelatinosa otak dan medula spinalis dilindungi oleh tulang tengkorak dan tulang
belakang, dan oleh tiga lapisan jaringan penyambung yaitu piamater, araknoid, dan
duramater.
- Piamater
Piamater langsung berhubungan dengan otak dan jaringan spinal, merupakan
lapisan vaskular yang memiliki pembuluh darah yang berjalan menuju struktur
interna SSP untuk memberi nutrisi pada jaringan saraf.
- Araknoid
Araknoid merupakan suatu membran fibrosa yang tipis, halus, dan tidak
mengandung pembuluh darah. Arakniod meliputi otak dan medula spinalis, tetapi
tidak mengikuti kontur luar seperti piamater. Daerah antara araknoid dan piamater
disebut ruang subaraknoid, tempat arteri, vena serebral, trabekula araknoid, dan
cairan serebro spinal yang membasahi SSP.
- Duramater
Duramater merupakan suatu jaringan liat, tidak elastis, dan mirip kulit sapi yng
terdiri atas dua lapisan, yaitu bagian luar yang disebut duraendosteal dan bagian
dalam yang disebut dirameningeal.
Cairan serebrospinal
Dalam setiap ventrikel terdapat struktur sekresi khusus yang disebut pleksus korodeus.
Pleksus korodeus inilah yang menyekresi cairan serebrospinal (cerebrospinal fluid-CSF)
yang jernih dan tidak berwarna, yang merupakan bantal cairan pelindung di sekitar SSP.
CSF terdiri atas air, elektrolit, gas oksigen dan karbondioksida yang terlarut, glukosa,
beberapa leukosit (terutama limfosit), dan sedikit protein.
Ventrikel
Ventrikel merupakan rangkaian dari empat rongga dalam otak yang saling berhubungan
dan dibatasi oleh ependima (semacam sel epitel yang membatasi semua rongga otak dan
medula spinalis serta mengandung CSF).
Sirkulasi serebral
Sirkulasi serebral menerima kira-kira 20% dari curang jantung atau 750ml/menit. Darah
arteri mengalir dari bawah dan darah vena mengalir dari atas. Kurangnya penambahan
darah kolateral dapat menyebabkan jaringan rusak secara permanen (irrevesible), ini
berbeda dengan organ tubuh lainnya yang cepat menoleransi bila aliran darah menurun
karena aliran kolateralnya adekuat.
- Arteri
Otak diperdarahi oleh dua arteri karotis interna dan dua arteri vetebralis. Daerah
arteri yang disuplai ke otak berasal dari dua arteri karotis interna dan dua arteri
vetebralis serta meluas ke sistem percabangan. Karotis interna di bentuk dari
percabangan dua karotis dan memberikan sirkulasi darah otak bagian anterior. Arteri-
arteri vetebralis adalah cabang dari arteri subklavia yang mengalir ke belakang
bagian vertikal dan masuk ke tengkorak melalui foramen magnum, lalu saling
berhubungan menjadi arteri basilaris pada batang otak. Arteri basilaris terbagi
menjadi dua cabang pada arteri srebralis bagian posterior.
- Siklus willisi
Pada dasar otak disekitar kelenjar hipofisis terdapat sebuah lingkaran arteri
terbentuk di antara rangkaian arteri karotis interna dan arteri vetebralis. Lingkaran ini
disebut siklus willisi yang dibentuk oleh cabang-cabang arteri karotis interna, arteri
serebral anterior dan arteri serebral bagian tengah, dan arteri penghubung anterior
dan posterior. Aliran darah dan siklus wilisi mempengaruhi sirkulasi anterior dan
posterior serebral, arteri-arteri pada siklus wilisi memberi jalur alternatif pada aliran
darah jika salah satu peran arteri mayor tersumbat.
Anastomosis arterial sepanjang siklus willisi merupakan daerah yang sering
mengalami anurisma yang bersifat kongenital. Anurisma yang berdekatan dengan
struktur serebral dapat menyebabkan penekanan struktur serebral, seperti penekanan
pada khiasma optikum yang menyebabkan gangguan penglihatan. Jika artesi
tersumbat karena spasme vaskular, emboli, atau trombus, maka dapat menyebabkan
sumbatan aliran darah ke distal neuron-neuron sehingga mengakibatkan sel-sel
neuron nekrosis. Ini menyebabkan stroke (cedera serebro vaskular-cerebro vasklar
accident) atau infark.
- Vena
Vena-vena pada otak menjangkau daerah otak dan bergabung menjadi vena-vena
besar. Persilangan pada subaraknoid dan pengosongan sinus dural yang luas dapat
memengaruhi vaskular yang terbentang dalam duramater yang kuat. Jaringan kerja
pada sinus-sinus membawa vena keluar dari otak dan menyebabkan pengosongan
vena jugularis interna menuju sistem sirkulasi pusat. Vena-vena serebri tidak
berkatup sehingga tidak dapat mencegah aliran darah balik.
Serebrum
Serebrum merupakan bagian otak yang paling besar dan paling menonjol. Di sini terletal
pusat-pusat saraf yang mengatur semua kegiatan sensorik dan motorik, juga mengatur
proses penalaran, memori, dan inteligensi. Hemisfer serebri sebelah kanan mengatur
bagian tubuh kiri dan hemisfer serebri sebelah kiri mengatur bagian tubuh kanan.
Korteks serebri
Korteks serebri adalah bagian otak yang paling maju dan bertanggung jawab untuk
mengindra lingkungan. Korteks serebri menentukan perilaku yang bertujuan dan
beralasan.
1. Lobus frontalis
Lobus frontalis mencakup bagian dari korteks serebrum bagian depan yaitu dari
sulkus sentralis dan didasar sulkus lateralis. Bagian ini memiliki area motorik dan
pramotorik. Area Broca terletak di lobus frontalis dan mengontrol ekspresi bicara.
Area asosiasi di lobus frontalis menerima informasi dari seluruh otak dan
menggambungkan informasi-informasi tersebut menjadi pikiran, rencana, dan
perilaku.
2. Lobus paretalis
Lobus parietalis adalah daerah korteks yang terletak di belakang sulkus sentralis,
di atas fisura lateralis, dan meluas kebelakang ke fisura parieto oksipitalis. Lobus
parietalis menyampaikan informasi sensorik ke banyak daerah lain otak ,
termasuk area asosiasi motorik dan visual di sebelahnya.
3. Lobus oksipitalis
Lobus ini terletak disebelah posterior dari lobus parietalis dan di atas fisura
parieto-oksipitalis, yang memisahkanya dari serebelum. Lobus ini adalah pusat
asosiasi visual utama. Lobus ini menerima informasi yang bersal dari retina mata.
4. Lobus temporalis
Lobus temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang berjalan kebawah dari
fisura lateralis dan kesebelah posterior dari fisura parieto-oksipitalis. Lobus
temporalis adalah area asosiasi primer yang untuk informasi auditorik dan
mencakup area wernicke tempat interpretasi bahasa. Lobus ini juga terlihat dalam
interpretasi bau dan menyimpan memori.
Serebelum
Serebelum dihubungkan dengan batang otak oleh tiga berkas serabut yang disebut
pedunkulus. Pendunkuli serebeli superior berhubungan dengan mesensefalon; pedenkuli
serebeli media menghubungkan kedua hemisfer otak; pedunkulus serebeli inferior berisi
serabut-serabut traktus spinus sereberalis dorsalis dan berhubungan dengan medula
oblongata. Semua aktifitas serebelum di bawah kesadaran.
Ada dua fungsi utama serebelum:
- Mengatur otot-otot postural tubuh
- Melakukan program akan gerakan-gerakan pada keadaan sadar maupun bawah
sadar.
Serebelum merupakan pusat refleks yang mengordinasi dan memperhalus gerakan otot,
serta mengubah tonus, dan kekuatan kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan dan
sikap tubuh.
Formasio Retikularis
Terdiri atas jaringan kompleks badan sel dan serabut yang saling membentuk inti sentral
batang otak. Bagian ini berhubungan kebawah dengan sel-sel intermunsial medula
spinalis serta meluas keatas dan kedalam diensepalon serta telensefalon.
Fungsi utama sistem retukulari antara lain :
- Integrasi berbagai proses kortikal dan subkortikal yaitu penentuan status
kesadaran dan keadaan bangun.
- Medula transmisi informasi sensorik kepusat-pusat yang lebih tinggi
- Modulasi aktifitas motorik
- Pengaturan respon otonom dan siklus tidur bangun
- Tempat asal sebagian besar monoamin yang disebarkan keseluruh SSP
Pons
Pons (jembatan) merupakan serabut yang menghubungkan kedua hemisfer serebelum
serta menghubungkan mesensefalon disebelah atas dengan medula oblongata. Pons
merupakan mata rantai penghubung yang penting pada jaras kortikoserebelaris yang
menyatukan hemisfer serebri dan serebelum. Bagian bawah pons berperan dalam
pengaturan pernapasan. Nukleus saraf cranial V, VI, dan VII terdapat disini.
Medula oblongata
berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke otak. Medula
oblongata juga mempengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan
darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar
pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti
bersin, batuk, dan berkedip.
Diensefalon
Adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan struktur-struktur disekitar ventrikel
ketiga dan membentuk inti bagian dalam serebrum. Dibagi menjadi empat wilayah yaitu:
talamus, subtalamus, epitalamus, dan hipotalamus. Diensefalon memproses rangsang
sensorik dan membantu mencetuskan atau memodifikasi reaksi tubuh terhadap rangsang-
rangsang tersebut.
Talamus
Terdiri atas dua struktur ovoid yang besar, masing-masing mempunyai kompleks nukleus
yang saling berhubungan dengan korteks serebri ipsilateral, serebelum dan dengan
berbagai kompleks nuklear subkortikalyang ada dalam hipotalamus,
formasio retukularis batang otak, ganglia basalis, juga substansia nigra. Talamus
merupakan stasiun relay yang paling penting dalam otak dan merupakan pengientegrasi
subkortikal yang penting. Semua jaras sensori utama (kecuali sistem olfaktorius)
membentuk sinaps dengan nukleus talamus dalam perjalanan menuju korteks serebri.
Subtalamus
Merupakan nukleus ekstrapiramidal diensefalon yang penting. Fungsinya belum
diketahui sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus dapat menimbulkan diskenesia
dramatis yang disebut hemibalismus.
Epitalamus
Merupakan pita sempit jaringan saraf yang membentuk atap diensefalon. Epitalamus
berhubungan dengan sistem limbik dan berperan pada beberapa dorongan emosi dasar
dan integrasi informasi olfaktorius.
Hipotalamus
Terletak dibawah talamus, yang berkaitan dengan pengaturan rangsangan dari sistem
susunan saraf otonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah laku dan emosi.
Sistem Limbik
Istilah limbik ( limbus ) berarti batas atau tepi. Sistem ini merupakan suatu
pengelompokan fungsional bukan anatomis serta mencakup komponen serebrum,
diensepalon,dan mesensefalon. Struktur kortikal utama adalah girus singuli , irus
hipokampus, dan hipokampus. Bagian subcortikal mencakup amigdala, traktu olfaktorius,
dan septum.
Secara fungsional sistem limbik berkaitan dengan hal-hal dibawah ini.
- Suatu pendirian atau respon emosioanal yang mengarahkan pada tingkah laku
individu
- Suatu respon sadar terhadap lingkungan
- Memberdayakan fungsi intelektual korteks serebri secara tidak sadar dan
memfungsikan secara otomatis batang otak untuk merespon keadaan.
- Memfasilitasi penyimpanan memori dan menggali kembali simpanan memori
yang diperlukan
- Merespon suatu pengalaman dan ekspresi alam perasaan, terutama reaksi takut,
marah, dan emosi yang behubungan dengan perilaku seksual.
Saraf kranial
Saraf-saraf kranial langsung berasal dari otak dan keluar meninggalkan tengkorak melalui
lubang-lubang pada tulang yang disebut foramina. Terdapat 12 pasang saraf kranial yang
bersal dari otak adalah :
1. Nervus I Olfaktorius ( penghidu)
2. Nervus II Optikus (penglihatan)
3. Nervus III Okulomotorius (gerakan mata ekstraokular,pengangkatan kelopak
mata, konstriksi pupil)
4. Nervus Troklearis IV (gerakan mata ekstraokular)
5. Nervus Trigeminus V, tiga buah terdiri dari tiga buah saraf yaitu saraf
optalmikus, saraf maxilaris, dan saraf mandibularis
6. Nervus VI Abducens (gerakan bola mata lateral)
7. Nervus VII Fasialis (ekspresi wajah)
8. Nervus VIII Vestibulokolearis, Vestibularis, KOklearis VIII (keseimbangan dan
pendengaran)
9. Nervus IX Glosofaringeus( Keseimbangan)
10. Nervus X Vagus ( Menelan)
11. Nervus XI Accesorius (Gerakan leher dan bahu)
12. Nervus XII Hipoglosus (Gerakan lidah)
Sistem saraf tepi system saraf terdiri : system saraf sadar dan system saraf tak sadar
( Sistem Saraf Otonom ) system saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur
oleh otak , sedangkan saaf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak
antara lain denyut jantung ,gerak saluran pencernaan dan sekresi keringat.
Saraf tepi dan aktivitas – aktivitas yang dsikendalikannya.
Sistem Saraf Sadar
Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar
dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum
tulang belakang.
Saraf Otonom
Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada
posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang
belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra
ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang
panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu. Fungsi sistem saraf
simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem saraf parasimpatik
terdiri dari keseluruhan "nervus vagus" bersama cabang-cabangnya ditambah dengan
beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung.
Parasimpatik Simpatik
1. Mengecilkan pupil 1. Memperbesar pupil
2. Menstimulasi aliran ludah 2. Menghambat aliran ludah
3. Memperlambat 3. Mempercepat denyut
denyutJantung. Jantung
4. Membesarkan bronkus 4. Mengecilkan bronkus
5. Menstimulasi sekresi 5. Menghambat sekresi
6. kelenjar pencernaan 6. kelenjar pencernaan
7. Mengerutkan kandung kemih 7. menghambat kontraksi
kandung kemih
c. Patoflowdiagram
Terlampir
d. Diagnosa Keperawatan Sesuai Teori
Pengkajian
- Airway : mengkaji sumbatan total atau sebagian dan gangguan servical, ada
tidaknya sumbatan jalan napas, distress pernapasan, sekret
- Breathing : inspeksi kesimetrisan pengembangan dan pergerakan dinding dada,
kaji adanya henti napas dan adekuatnya pernapasan, frekuensi nafas, suara
pernapasan melalui hidung atau mulut, udara yang dikeluarkan dari jalan napas
- Circulation : kaji ada tidaknya denyut nadi, kekuatan dan kecepatan nadi, akral
dingin, kemungkinan syok, adanya perdarahan eksternal, warna kulit, tekanan
darah, nafas cepat
- Disability : kaji kondisi neuromuscular pasien, GCS, keadaan ekstremitas,
kemampuan motorik dan sensorik
- Exposure : kontrol lingkungan, head to toe, logroll dan periksa setiap lubang
- Folly catether : terpasang folly catheter atau tidak, jika terpasang berapa banyak
urine tertampung
- Gastric tube / going to : pasang NGT , jika keadaan membaik klien dipindahkan
ke ruang rawat inap
Masalah Keperawatan
1. Risiko peningkatan TIK berhubungan dengan adanya peningkatan volume
intra cranial, penekanan jaringan otak, dan edema serebral
2. Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan perdarahan
intraserebral, oklusi otak, vasospasme, edema otak.
3. Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi secret,
kemampuan batuk menurun, penurunan mobilitas fisik sekunder dan
perubahan tingkat kesadaran.
4. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada
area bicara hemispere otak.
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler,
menurunnya kekuatan dan kesadaran.
6. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama
7. Risiko tinggi terhadap terjadinya cedera yang berhubungan dengan penurunan
lua pandang , penurunan sensasi rasa (panas, dingin).
8. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan
kelemahan oto mengunyah dan menelan.
9. Gangguan konsep diri citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan
persepsi.
10. Ketidakpatuhan terhadap regimen terapeutik yang berhubungan dengan
kurangnya informasi, perubahan status kognitif.
11. Gangguan persepsi sensori yang berhubungan dengan penurunan sensori,
penurunan penglihatan.
12. Gangguan eleminasi alvi (konstipasi) yang berhubungan dengan imobilisasi,
asupan cairan yang tidak adekuat.
13. Gangguan eleminasi urine ( inkontinensia urine) yang berhubungan dengan
lesi pada UMN.
14. Risiko penurunan pelaksanaan ibadah spiritual yang berhubungan dengan
kelemahan neuromuskular pada ekstremitas.
15. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan perubahan status sosial,
ekonomi, dan harapan hidup.
16. Kecemasan klien dan keluarga yang berhubungan dengan progonosis penyakit
yang tidak menentu
Intervensi keperawatan
a. Risiko peningkatan TIK berhubungan dengan adanya peningkatan volume
intra cranial, penekanan jaringan otak, dan edema serebral
Tujuan : tidak terjadi peningkatan TIK pada klien.
Kriteria : klien tidak gelisah, tidak nyeri kepala, mual dan muntah, tidak
terdapat papiledema, GCS 15, TTV dalam batas normal.
Intervensi :
1) Kaji faktor penyebab dari situasi/ keadaan individu/penyebab
koma/penurunan perfusi jaringan dan kemumngkinan penyebab
peningkatan TIK.
R/ deteksi dini untuk memprioritaskan intervensi, mengkaji status
neurologi/ tanda-tanda kegagalan untuk menentukan perawatan kegawatan
atau tindakan pembedahan.
2) Monitor TTV tiap 4 jam
R/ suatu keadaan normal bila sirkulasi serebral terpelihara dengan baik
atau fluktuasi ditandai dengan tekanan darah sistemik, penurunan
outoregulator kebanyakan merupakan tanda penurunan divusi lokal
vaskularisasi darah serebral.
3) Evaluasi pupil
R/ reaksi pupil dan pergerakan kembali dari bola mata merupakan tanda
dari gangguan nervus/saraf jika batang otak terkoyak. Keseimbangansaraf
antara simpatis dan parasimpatis merupakan respon nervus cranial.
4) Monitor temperatur dan pengaturan suhu ruangan
R/ panas meupakan reflek dari hipotalamus. Peningkatn kebutuhan
metabolisme dan O2 akan menunjang peningkatan TIK
5) Cegah/hindari valsava manuver
R/ mengurangi tekanan intratorakal sehingga menghindari peningkatan
TIK
6) Observasi tngkat kesadaran dengan GCS
R/ perubahan kesadran menunjukan peningkatan TIK dan berguna
menentukan lokasi dan perkembangan penyakit
7) Kolaborasi :
a) Pemberian O2 sesuai indikasi
R/ mengurangi hipoksemia, dimana dapat meningkatkan vasodilatasi
serebral dan dan volume darah serta menaikan TIK
b) Berikan cairan intravena sesuai indikasi
R/ untuk mengurangi edema cerebral
c) Berikan obat diuretik osmotik : manitol, furosemid
R/ pada fase akut untuk mengurangi air dari brain cell
d) Berikan steroid : dexamethasone
R/ untuk menurunkan inflamasi
b. Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan
intracerebral, oklusi otak, vasospasme, dan edema otak
Tujuan : perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal
Kriteria : klien tidak gelisah, tidak ada keluhan nyeri kepala
Intervensi :
1) berikan klien bedrest total dengan posisi telentang tanpa bantal
R/ Perubhabn pada TIK menyebabkan terjadinya herniasi otak
2) monotor tanda-tanda status neurologi dengan GCS
R/ dapat mengurangi keruskan otak lebih lanjut
3) Monitor TTV
R/ pada keadaan normal autoregulasi mempertahankan keadaan TD
sistemik berubah secra fluktuasi
4) Monitor intake output
R/ hipertermi dapat menyebabkan peningkatan IWL dan meningkatkan
resiko dehidrasi
5) Kolaborasi
a) Berikan cairan perinfus
R/ retriksi cairan dapat menurunkan edema
Cerebri
b) Monitor AGD
R/ adanya kemungkina acidosis
Daftar Pustaka
CDC. (2020, April 07). Stroke. Dipetik September 21, 2020, dari
https://www.cdc.gov/stroke/index.htm
Hickey, J. V. (2014). The Clinical Practice of Neurological and Neurosurgical Nursing Seventh
Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Lemone, P. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Neurologi. Indonesia:
EGC.