Dasar Teori Kimia Klinik Protein Total

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

Protein merupakan polipeptida yang memiliki berat molekul tinggi.

Protein tersusun dari


asam amino yang berikatan satu sama lain dengan ikatan peptida. Protein kompleks mengandung
bahan tambahan bukan asam amino, seperti derivat vitamin, lipid atau karbohidrat. Protein
berperan pokok dalam fungsi sel. Analisis terhadap protein dan enzim darah tertentu digunakan
secara luas untuk tujuan diagnostik (Lesy, Soraya. 2015).
Protein adalah suatu makromolekul yang tersusun atas molekul-molekul asam amino
yang berhubungan satu dengan yang lain melalui suatu ikatan yang dinamakan ikatan peptida.
Sejumlah besar asam amino dapat membentuk suatu senyawa protein yang memiliki banyak
ikatan peptida, karena itu dinamakan polipeptida. Secara umum protein berfungsi dalam sistem
komplemen, sumber nutrisi, bagian sistem buffer plasma, dan mempertahankan keseimbangan
cairan intra dan ekstraseluler. Berbagai protein plasma terdapat sebagai antibodi, hormon, enzim,
faktor koagulasi, dan transport substansi khusus.
Pada proses pencernaan makanan, protein diubah menjadi asam amino oleh beberapa
reaksi hidrolisis serta enzim-enzim yang bersangkutan. Enzim-enzim yang bekerja pada proses
hidrolisis protein antara lain ialah pepsin, tripsin, kimotripsin, karboksi peptidase, amino
peptidase, tripeptidase dan dipeptidase.
Setelah protein diubah menjadi asam-asam amino, maka dengan proses absorpsi melalui
dinding usus, asam amino tersebut sampai ke dalam pembuluh darah. Proses absorpsi ini ialah
proses transpor aktif yang memerlukan energi. Asam-asam amino dikarboksilat atau asam
diamino diabsorpsi lebih lambat daripada asam amino netral. Dalam keadaan puasa, konsentrasi
asam amino dalam darah biasanya sekitar 3,5 sampai 5 mg per 100 ml darah. Setelah makan
makanan sumber protein, konsentrasi asam amino dalam darah akan meningkat sekitar 5 mg
sampai 10 mg per 100 ml darah. Konsentrasi ini akan turun kembali setelah 4 sampai 6 jam
kemudian. Konsentrasi asam amino dalam jaringan 5 10 kali lebih besar. Perpindahan asam
amino dari dalam darah ke dalam sel-sel jaringan juga melalui proses transpor aktif yang
membutuhkan energi (Berg JM, dkk. 2002 ).
Protein plasma terdiri dari albumin, fraksi-fraksi globulin, fibrinogen (faktor
pembekuan darah), dan anti bodi yang sering disebut imunoglobin. Albumin dalam bidang klinik
sangat berperan dalam mempertahankan tekanan osmotic intravascular dalam mencegah
terjadinya oedema. Tekanan osmotic intravascular selalu lebih tinggi 18mmHg dibandingkan
dengan ekstravaskular yang disebut dengan tekanan onkotik. Contoh, jika tekanan osmotic

ekstravaskular sama dengan mmHg, tekanan osmotik intravascular adalah (x+y) mmHg. y
merupakan tekanan onkotik albumin. Tekanan onkotik dipertahankan oleh albumin plasma.
Sebenarnya, tekanan osmotic intra- atau ekstravaskular jauh lebih besar jika dibandingkan
dengan tekanan onkotik, tetapi albumin tidak bebas berdifusi melalui membrab vascular,
sedangkan senyawa-senyawa lain, seperti garam dan senyawa organic yang berat, molekul kecil
berada dalam keadaan seimbang. Hal ini mudah dimengerti karena bahan-bahan yang terlarut
dalam plasma mudah berdifusi keluar dan masuk vascular, kecuali protein. Disamping protein,
plasma sebagai antioedema juga berperan dalam pengangkutan materi, seperti asam lemak bebas,
bilubirin, dan obat-obatan tertentu. Globulin tertentu berperan sebagai antibody dan membantu
proses pembekuan darah karena faktor-faktor pembekuan darah tergolong globin, seperti
fibrinogen dan protrombin (Zulbadar, 2008).
Fungsi protein plasma:
1. Keseimbangan osmotik
Hipoalbumin menyebabkan tekanan osmotic plasma menurun sehingga kapiler tidak mampu
melawan tekanan hidrostatik sehingga timbul oedem (cairan darah menuju ke jaringan
interstitial).
2. Pembentukan dan nutrisi jaringan
Enzim, hormon, pembekuan darah ( fibrinogen, AT III ) dan jaringan tubuh.
3. Daya tahan tubuh
Antibodi dan komplemen
Protein-protein kebanyakan disintesis di hati. Hepatosit-hepatosit mensintesis fibrinogen,
albumin, dan 60 80 % dari bermacam-macam protein yang memiliki ciri globulin. Globulinglobulin yang tersisa adalah imunoglobulin (antibodi) yang dibuat oleh sistem limforetikuler.
Total protein terdiri atas albumin (60%) dan globulin (40%). Bahan pemeriksaan yang digunakan
untuk pemeriksaan total protein adalah serum. Bila menggunakan bahan pemeriksaan plasma,
kadar total protein akan menjadi lebih tinggi 3 5 % karena pengaruh fibrinogen dalam plasma.
Protein dapat ditetapkan kadarnya dengan metode biuret. Prinsip dari metode biuret ini
adalah ikatan peptida dapat membentuk senyawa kompleks berwarna ungu dengan penambahan

garam kupri dalam suasana basa (Carprette, 2005). Reaksi biuret terdiri dari campuran protein
dengan sodium hidroksida (berupa larutan) dan tembaga sulfat. Warna violet adalah hasil dari
reaksi ini. Reaksi ini positif untuk 2 atau lebih ikatan peptida (Harrow, 1954).
Saat ini, pengukuran protein telah banyak menggunakan analyzer kimiawi otomatis.
Pengukuran kadar menggunakan prinsip penyerapan (absorbance) molekul zat warna. Protein
total biasanya diukur dengan reagen Biuret dan tembaga sulfat basa. Penyerapan dipantau secara
spektrofotometri pada 545 nm. Albumin sering dikuantifikasi sendiri. Sedangkan globulin
dihitung dari selisih kadar antara protein total dan albumin yang diukur. Penetapan kadar protein
dalam serum biasanya mengukur protein total, dan albumin atau globulin. Salah satu metode
untuk menetapkan kadar protein total, yaitu berdasarkan pembiasan cahaya oleh protein yang
larut dalam serum. Penetapan ini sebenarnya mengukur nitrogen karena protein berisi asam
amino dan asam amino berisi nitrogen. Penyerapan cahaya oleh protein disebabkan oleh ikatan
peptida residu ritosil, triptofonil, dan fenilalanin. Hal yang juga mempengaruhi adalah gugusgugus non-protein yang mempunyai sifat menyerap cahaya. Spektrum absorbansi suatu larutan
protein bervariasi tergantung pada pH dan sesuai denagn ionisasi residu sama amino
(Montgomery, dkk. 1993).
Kerugian dari metode ini adalah hasil penetapannya tidak murni menunjukkan kadar
protein, melainkan bisa saja kadar senyawa yang mengandung benzena, gugus fenol, gugus
sulfhidrin, ikut terbaca kadarnya. Selain itu, waktu penetapan yang dipergunakan juga lama,
sehingga sering kali kurang effektif (Lehninger, 1982).
Masalah klinis yang mungkin terjadi, yaitu PENURUNAN KADAR : malnutrisi
berkepanjangan, kelaparan, diet rendah protein, sindrom malabsorbsi, kanker gastrointestinal,
kolitis ulseratif, penyakit Hodgkin, penyakit hati yang berat, gagal ginjal kronis, luka bakar yang
parah, intoksikasi air. PENINGKATAN KADAR : dehidrasi (hemokonsentrasi), muntah, diare,
mieloma multipel, sindrom gawat pernapasan, sarkoidosis (Slightam, Cindie. 2015)
Nilai normal :
Isiin jep cik insert kit ku ilang

Dafpus
Cindie Slightam. Total Protein Test. 2015. http://www.healthline.com/health/total-protein
Lesy, Soraya. 2015. Laporan Protein Total. http://dokumen.tips/documents/laporan-proteintotal.html
Berg JM, tymoczko JL, Stryer L. 2002. Biochemistry. 5 th Edition. New York : W. H Freeman
and Company
Zulbadar, P. (2008). Memahami Teori Dan Praktik Biokimia Dasar Medis. Padang: Penerbit
Buku Kedokteran.
Harrow. 1954. Textbook Of Biochemistry 6th Edition. U.S.A: Saunders Company.
Lehninger. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Penerjemah: Maggy Thenawijaya. Jakarta: Erlangga.
Montgomery dkk, 1993. Biokimia Berorientasi Pada Kasus Klinik. Jakarta;
Binarupa Aksara

Anda mungkin juga menyukai