Antioksidan
Antioksidan
Antioksidan
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
TESIS
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
Lembar Pengesahan
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Mengetahui,
Ketua Program Studi Magister
Direktur
Program Pascasarjana
ProgramPascasarjana
Universitas Udayana,
Universitas Udayana,
Prof.Dr.dr.Wimpie I. Pangkahila,Sp.And,FAACS
Prof.Dr.dr.A.A.Raka
Sudewi .SpS(K)
NIP:195902151985102001
2011
Ketua : Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK of. dr. I Gst. Md. Aman, Sp.FK
Anggota :
1. Prof. dr. N Agus Bagiada, Sp.Biok
2. Prof. Dr. dr.J.Alex Pangkahila, M.Sc,Sp. And
3. Prof. Dr. dr. Wimpie I.Pangkahila ,SpAnd,FAACS
4. Dr .dr Ida Sri Iswari , Sp.MK,M,Kes
ABSTRAK
PEMBERIAN EKSTRAK BUAH MAHKOTA DEWA ( Phaleria
macrocarpa) MENURUNKAN KADAR MALONDEALDEHID
DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI
AKTIVITAS FISIK BERLEBIH
Sel-sel tubuh dan jaringan secara terus menerus dipapar oleh senyawa
oksigen reaktif yang menyebabkan kerusakan oksidatif. Aktivitas fisik berlebih
memicu pembentukan radikal bebas, yang erat kaitannya dengan terjadinya
penyakit dan proses penuaan. Aktivitas fisik berlebih menyebabkan stres oksidatif
yang dapat meningkatkan malondialdehid. Stres oksidatif adalah keadaan
terjadinya ketidakseimbangan antioksidan dengan oksidan tubuh. Antosianin
adalah antioksidan kuat yang banyak terdapat dalam buah, sayuran ,
red wine dan buah mahkota dewa . Buah mahkota dewa mengandung antioksidan
yang dapat meredam efek buruk dari radikal bebas. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh buah mahkota dewa sebagai sumber
antioksidan dalam menurunkan malondialdehid pada darah tikus putih yang
diinduksi aktivitas fisik berlebih
Penelitian ini merupakan studi eksperimental dengan rancangan pretestpostest control group. Ada 30 ekor tikus putih yang dibagi menjadi 2 kelompok,
kelompok kontrol, kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan diberikan ekstrak
buah mahkota dewa dosis 300mg/ 200gram BB tikus. Selama perlakuan semua
kelompok direnangkan 1 jam setiap hari selama 14 hari. Semua kelompok
dilakukan pemeriksaan laboratorium malondialdehid diawal dan diakhir
perlakuan.
Analisis dengan uji normalitas (Shapiro-Wilk ) dan homogenitas (Levene
test) diperoleh data berdistribusi normal dan homogen, (p>0,05). Analisis
komparatif dari pre-post test menggunakan uji t-independent, terdapat penurunan
yang bermakna kadar malondialdehid (p< 0,05). Kelompok yang menkonsumsi
ekstrak buah mahkota dewa memiliki penurunan kadar malondialdehid secara
bermakna sebesar 45,17 %
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ekstrak buah mahkota
dewa, dapat menurunkan kadar malondialdehid , sehingga menurunkan risiko
timbulnya penyakit serta memperlambat proses penuaan. Sebagai saran dalam
penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian manfaat buah mahkota dewa lebih
lanjut pada manusia
Kata kunci : ekstrak buah mahkota dewa, aktivitas fisik berlebih ,tikus, MDA.
ABSTRACT
ADMINISTRATION OF MAHKOTA DEWA FRUIT EXTRACT (Phaleria
macrocarpa) DECREASE MALONDIALDEHYDE CONCENTRATION IN
WHITE RAT (Rattus norvegicus) INDUCED BY OVER TRAINING
Body cells and tissues are continuously exposed by reactive oxygen
species. Over training is triggering the formation of free radical which is related
with the occurrence of diseases and the aging process. Over training caused
oxidative stress and increase malondialdehid level. The oxidative stress is an
imbalance condition between antioxidants and oxidants in the body. Anthocyanins
are potent antioxidants that are widely distributed in fruit, vegetables, red wine
and mahkota dewa. The aim of this study was to determine the effect of mahkota
dewa fruit extract as a source of antioxsidants in decreasing the level of
malondialdehyde in white rat induced by over training.
This study was conducted at the Department of Pharmacology and
Clinical Pathology Faculty of Medicine Udayana University
using an
experimental study with pretest-posttest control group design. There are 30 white
rat, divided into two groups, control group and treatment group.Treatment group
was given dose of mahkota dewa fruit extract about 300mg/ 200 gram bodyweight
white rat. all group had been swum 1 hour for 14 days. The laboratory
examinations of malondialdehyde level were performed all group before and after
s treatment.
Analysis by Shapiro Wilk and Levene test that there were not significantly
difference (p> 0,005) between control group and treatment group. Comparative
analysis of pre- post test with t-independent test, there was a significant (p<0,05)
decrease in malodialdehyde, in the amount of 45,17%.
This study concluded that mahkota dewa fruit extract can inhibit oxidative
stress, may play reducing malondialdyde and thus reducing risk of disease and
slowing the aging process. As a suggestion in this study is the need to conduct
further research to determine effect of fruit extract of mahkota dewa for human.
Keywords : fruit extract mahkota dewa , over exercise, white rat , MDA
DAFTAR ISI
.................................................................................................. iv
Abstract
................................................................................................... v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
1.4
BAB II
2.1
KAJIAN PUSTAKA
10
11
11
2.2
Radikal Bebas....................................................................................
12
12
13
15
16
2.3
18
18
19
2.4
20
2.5.
22
2.6
Antioksidan .......................................................................................
24
24
24
26
2.7
27
27
28
2.8
32
34
3.2
35
3.2
35
36
4.2
37
4.3
Sampel ..............................................................................................
37
37
38
4.4
38
38
39
4.5
40
40
40
41
41
42
4.6
43
43
4.6.2 Bahan-bahan......................................................................................
43
4.7
44
44
4.8
44
45
5.2
46
5.3
47
47
47
51
6.2
52
Simpulan ...........................................................................................
57
7.2
Saran .................................................................................................
57
58
LAMPIRAN
Lampiran 1 Konversi Perhitungan Dosis Untuk Beberapa Jenis Hewan
dan Manusia
lampiran 2 Ethical Clearance
Lampiran 3 Uji normalitas Data MDA
Lampiran 4 Uji komparasi
Lampiran 5 Tabel
Lampiran 6 Grafik
cm
: centimeter
DNA
: Deoxyribonucleic acid
kg
: kilogram
MDA
: Malondialdehide
mg
: miligram
ml
: mililiter
: miliMolar
mmol
: milimol
nm
: nanometer
NO
: Nitric Oxide
PUFA
ROS
SNR
SOD
: Superoxide Dismutase
SOR
TBA
: Thiobarbituric Acid
TBARSC
UV
: Ultraviolet
: mikroliter
LAMBANG
: mikron
: alpha
: beta
BAB I
PENDAHULUAN
tubuhnya manusia
untuk kehidupan, tetapi juga memiliki efek destruksif terhadap tubuh manusia.
Proses metabolisme normal pun akan menimbulkan reaksi negatif untuk tubuh.
Gaya hidup yang tidak sehat akan mempercepat proses penuaan bahkan
menimbulkan penyakit yang mempercepat kematian.
Menjadi impian setiap manusia agar memiliki usia panjang dan tetap sehat.
Menua adalah proses alami yang pasti terjadi pada setiap mahluk hidup. Seiring
dengan bertambahnya usia, terjadi perubahan pada seluruh komponen tubuh
secara alamiah. Proses yang terjadi di seluler, fungsi organ maupun di jaringan
secara fisiologis juga mulai mengalami penurunan, menua, sampai timbul
berbagai penyakit yang berhubungan dengan proses penuaan tersebut.
Ilmu Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru mengenai proses
penanganan penuaan. Penuaan dapat diperlakukan atau dianggap sebagai suatu
penyakit yang dapat dicegah, diobati dan bahkan di kembalikan ke keadaan
semula ( Pangkahila, 2007).
Banyak faktor yang menyebabkan orang menjadi tua, tetapi secara garis
besar faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan
faktor eksternal (Pangkahila, 2007). Terdapat banyak teori penuaan tetapi belum
terbukti sepenuhnya, masing masing teori saling melengkapi. Teori yang paling
banyak dibahas adalah teori Radikal Bebas.
Teori ini menekankan bahwa radikal bebas dapat merusak sel tubuh
manusia (Goldman dan Klatz, 2003). Oksigen merupakan molekul reaktif tinggi
yang merusak organisme hidup dengan memproduksi Senyawa Oksigen Reaktif
(SOR) Efek destruktif radikal bebas serta potensinya dalam menimbulkan
berbagai kelainan maupun penyakit dibicarakan secara luas. Radikal bebas
adalah senyawa atau atom yang memiliki elektron tidak berpasangan pada orbit
luarnya sehingga bersifat amat reaktif terhadap sel atau komponen sel
sekitarnya. Pembentukan radikal bebas berlangsung terus menerus di dalam sel
sebagai konsekuensi dari reaksi enzimatik dan non enzimatik ( Droge, 2002)
Radikal bebas berasal dari dalam (endogen) dan luar (eksogen) tubuh.
Radikal bebas endogen yaitu inflamasi, iskemia/reperfusi, xantine oxidase, jalur
arrachidonate, peroxisomes, mitokondria dan fagositosis. Sumber radikal bebas
eksogen antara lain radiasi, sinar ultraviolet, pestisida, aktifitas fisik berlebih,
polusi lingkungan dan ozon. Radikal bebas diyakini dapat menimbulkan
kerusakan sel dan komponen sel seperti lipid, protein, DNA, serta dapat
menyebabkan mutasi dan bersifat karsinogenik (Thannical dan Fanburg, 2000;
Droge, 2002; Clarkson dan Thomson, 2000) .
DNA termasuk karbohidrat. Dari ketiga target tersebut, yang paling rentan
terhadap serangan radikal bebas adalah asam lemak tak jenuh. Sebuah radikal
bebas mengambil elektron dari membran lipid sel, memulai serangan radikal
bebas pada sel yang dikenal sebagai peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid
merupakan
fosfolipid dan polyunsaturated fatty acid pada membran selular atau organel
subsellular menghasilkan pembentukan suatu kompleks aldehid, keton dan hasil
polimerasi yang bereaksi dan merusak biomolekul, enzim dan asam nukleat
yang dapat menyebabkan penuaan (aging). Salah satu konversi oksidatif dari
polyunsaturated fatty acid menjadi produk yang disebut malondialdehid (MDA)
atau lipid peroksida. Lipid peroksida ditemukan juga pada manusia sehat, yang
mengindikasikan bahwa radikal bebas oksigen juga diproduksi dalam
metabolisme tubuh normal (Pasupathi,2009). MDA merupakan salah satu
maker yang baik dan banyak digunakan untuk peroksidasi lipid (Saxena &Lal,
2006)
Aktivitas fisik berat dan pengaruh lingkungan yang menyebabkan radikal
bebas sulit dihindari, sehingga perlu usaha untuk meningkatkan antioksidan di
dalam tubuh. Antioksidan dapat melindungi tubuh dari sejumlah penyakit
dengan menghindarkan dari efek destruksif yang ditimbulkan radikal bebas.
Konsumsi antoksidan dalam diet sehari hari dapat menunda proses penuaan.
Antioksidan dapat melindungi biomolekul terhadap stress oksidatif sehingga
dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler, kanker dan menghambat
proses penuaan (Cooper, 2001)
flavonoid.
Salah satu antioksidan golongan flavonoid adalah antosianin. Antosianain
termasuk golongan flavonoid yang merupakan antioksidan non enzimatik atau
antioksidan pemutus rantai (Winarsi, 2007). Penelitian sebelumnya menyatakan
bahwa flavonoid dan sumber polifenol lainnya secara signifikan berkontribusi
terhadap aktivitas antioksidan total tubuh.
Penggunaan antioksidan alami saat ini dipilih karena dianggap lebih aman
dibandingkan dengan antioksidan sintesis, karena antioksidan alami berasal dari
ekstrak tanaman. Buah Makota Dewa (Phaleria macrocarpa) merupakan salah
satu sumber antioksidan yang mudah dibudidayakan di Indonesia serta memiliki
harga yang relatif murah. Selama ini ekstrak tanaman makota dewa baik daun,
kulit buah maupun daging buah digunakan sebagai obat-obat (terapi) alternatif
di berbagai daerah di Indonesia. Masyarakat belum memanfatkan tanaman
mahkota dewa sebagai pencegah (preventif) penyakit. Terbatas sekali
penelitiaan yang meneliti khasiat antioksidan dari ekstrak tanaman makota dewa
ini. Penelitian yang meneliti hubungan pemberian antioksidan ekstrak buah
mahkota dewa dengan penurunan kadar MDA dalam darah sampai saat ini
belum ada.
Menurut
didapat pada daging buah tua dari mahkota dewa. Semakin tinggi flavonoid
semakin tinggi kadar anti oksidannya. Flavonoid adalah suatu antioksidan alam
dan mempunyai aktivitas biologis, antara lain sebagai antioksidan yang dapat
menghambat berbagai reaksi oksidasi serta mampu bertindak sebagai pereduksi
radikal hidroxil, superoksida dan radikal peroxil. Diperlukan penelitian lebih
lanjut untuk mengetahui fungsi ekstrak buah mahkota dewa sebagai antioksidan
dalam menurunkan kadar Malondialdehyde (MDA) pada darah tikus Wistar
(Rattus norvegicus).
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditetapkan perumusan
1.3
Tujuan Penelitian
radikal bebas pada tikus wistar (Rattus novergicus) yang diinduksi aktivitas
fisik berlebih.
1.4
Manfaat Penelitian
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Radikal
bebas
akan
memepengaruhi
peroksidasi
lipid
yang
tubuh terganggu.
Growth
hormone
yang membantu
pembentukan massa otot, testosteron, hormon tiroid akan menurun tajam pada
usia tua. Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat. Penurunan
fungsi hormon yang tajam dapat diatasi dengan therapi sulih hormon yang
membantu mengembalikan fungsi hormon tubuh sehingga memperlambat
proses penuaan
2.1.4 Teori Kontrol Genetika
Individu
terlahir
dengan
kode
genetika
yang
spesifik,
yang
mempengaruhi tipe fisik serta fungsi mental individu tersebut. Faktor genetik
yang berperan menentukan umur harapan hidup dan proses penuaan masing
masing individu. Di analogikan individu lahir dengan mesin yang terprogram
untuk merusak diri sendiri. Tiap individu memiliki jam biologi yang telah diatur
waktunya untuk hidup dalam waktu tertentu. Berhentinya jam biologi
merupakan tanda individu mengalami proses penuaan kemudian meninggal
(Goldman and Klatz, 2003). Teori ini terfokus pada pada kode genetik yang ada
dalam DNA, meskipun seluruh aspek diwariskan dalam gen tiap individu,
waktu jam biologis tergantung pula pada peristiwa dan pola hidup individu
tersebut.
Sifat
radikal
bebas
yang
mirip
dengan
oksidan
adalah
digolongkan dalam oksidan. Namun tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (
Suryohudoyo,2000)
Oksidan yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber yaitu :
1. Yang berasal dari tubuh sendiri, yaitu senyawa yang berasal dari proses
fisiologis, namun oleh karena suatu sebab terdapat dalam jumlah banyak
2. Yang berasal dari proses peradangan.
3. Yang berasal dari luar tubuh seperti polutan, obat-obatan
Yang dimaksud dengan radikal bebas adalah
molekul yang mengandung satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan
pada orbital luarnya. Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan
senyawa oksidan non radikal .
2.2.2 Sifat-sifat Radikal Bebas
Radikal bebas memiliki dua sifat, yaitu :
1.
2.
Asam lemak, khususnya asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen
penting fosfolipid penyusun membran.
2.
3.
radikal bebas adalah asam lemak tak jenuh. Senyawa radikal bebas di dalam tubuh
dapat merusak asam lemak tak jenuh ganda pada membran sel. Akibatnya dinding
sel menjadi rapuh.senyawa oksigen reaktif ini juga mampu merusak bagian dalam
pembuluh
darah
sehingga
meningkatkan
pengendapan
kolesterol
dan
Peroksidase lipid
LH
+ OH ------
H + H2O
Asam lemak
L
Radikal lipid
O2 ------
LOO
Radikal peroksilipid
LOO + LH --------
Akibat akhir dari rantai ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel, antara lain berbagai macam
aldehide, seperti Malondialdehida (MDA).
2.2.3 Tahapan terbentuknya Radikal Bebas
Secara umum, tahapan reaksi pembentukan radikal bebas melalui 3
tahapan reaksi (Winarsi, 2007) yaitu:
1.
2.
3.
transfer). Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan, yang
setiap tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron. Kendala yang
mengharuskan oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap
menyebabkan terjadinya dua hal yaitu :
1.
2.
reaktif
seperti
O2 ( ion
O2 -
O2
+ e- + H+ ------
O2
+ 2e- + 2 H + -------
O2
+ 3 e- + 3H + --------
OH + H2O
O2
+ 4 e- + 4H+ --------
2 H2O
OOH
H2O2
Senyawa oksigen reaktif dapat diproduksi oleh sel dalam kondisi stress
maupun tidak. Pada kondisi tidak stres, terdapat keseimbangan antra proses
pembentukan dan pemusnahan senyawa oksigen reaktif. Sementara pada kondisi
stres, pembentukan senyawa reaktif lebih tinggi di bandingkan pemusnahannya.
Oksigen tereduksi akan membentuk radikal superoksida, hidrogen peroksida dan
hidroksil. Apabila kondisi keseimbangan antara jumlah antioksidan dan senyawa
radikal bebas tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan kerusakan oksidatif
(oxidative stress). Stress oksidatif di definisikan sebagai suatu keadaan dimana
tingkat oksigen reaktif yang toksik melebihi pertahanan antioksidan endogen
(Arief, 2010). Pada keadaan inilah terjadi perusakan dalam tubuh oleh radikal
bebas.
2.3.2 Malondialdehid (MDA) sebagai biomaker stres oksidatif
Asam lemak tak jenuh (PUFA) yang memungkinkan untuk fluiditas
membran, berlimpah di
elektron dari membran lipid di sel, memulai serangan radikal bebas pada sel yang
dikenal sebagai peroksidasi lipid. Lipid peroksida dinilai dengan pengukuran
thiobatbituric acid reactive substance (TBARS) di dalam plasma dengan metode
Yagi. Peroksidasi lipid merupakan reaksi rantai yang diinisisasi oleh serangan
radikal bebas pada fosdolipid dan polyunsaturated fatty acid pada membran
seluler atau organel subseluler, menghasilkan pembentukan suatu komplek
aldehid, keton dan hasil polimerisasi yang bereaksi dan merusak biomolekul,
enzim
dan asam
penuaan (aging).
Malondialdehid merupakan salah satu maker yang baik dan banyak digunakan
untuk peroksidasi lipid, diantara aldehid yang reaktif (Saxena & Lal, 2006). Salah
satu konversi oksidatif dari polyunsaturated fatty acid menjadi produk yang
disebut malondialdehid (MDA) atau lipid peroksida. Lipid peroksida tersebut
ditemukan juga pada manusia sehat, yang mengindikasikan bahwa radikal bebas
oksigen juga diproduksi dalam metabolisme tubuh normal (Pasupathi, 2009).
Target senyawa oksigen reaktif pada ikatan rangkap asam lemak tak jenuh ganda.
Ikatan rangkap pada karbon melemahkan ikatan hidrogen yang memungkinkan
untuk disosiasi hidrogen dengan mudah oleh radikal bebas. Sebuah radikal bebas
akan mengambil elektron tunggal dari hidrogen yang terkait dengan karbon pada
ikatan rangkap, kemudian elektron yang tidak berpasangan akan menjadi radikal
bebas.
Konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam
membran sel. Radikal bebas dan peroksidasi lipid merupakan produk dengan
waktu paruh yang sangat singkat dan sulit diperiksa secara langsung. MDA
bersifat lebih stabil dan merupakan produk degradasi peroksidasi lipid yang
memiliki waktu hidup lebih lama, sehingga dapat digunakan sebagai biomaker
stres oksidatif yang terjadi.
Proses inisiasi adalah proses ketika atom hidrogen dikeluarkan dari molekul
lipid. Beberapa senyawa dapat bereaksi dengan atom hidrogen membentuk radikal
hidroksil (.OH), alkoxyl (RO), peroksil (ROO) mungkin juga H2O. Membran lipid
umumnya adalah fosfolipid tersusun atas asam lemak tak jenuh, mudah terjadi
peroksidasi karena dikeluarkannya grup methylen (-CH2) dari atom hidrogen
yang mengandung hanya satu elektron, sehingga terdapat atom karbon yang tidak
berpasangan (Catala, 2006). Adanya ikatan ganda di dalam asam lemak
melemahkan ikatan C-H pada atom karbon yang berdekatan dengan ikatan ganda,
sehingga mempermudah terjadinya perpindahan atom hidrogen.
Reaksi inisiasi radikal hidroksil (.OH) dengan asam lemak tak jenuh
menghasilkan radikal lipid yang dapat bereaksi dengan molekul oksigen (O2)
membentuk radikal lipid peroksil. Radikal lipid peroksil mengambil hidrogen dari
asam lemak yang berdekatan untuk membentuk lipid hydroperoxide (LOOH)
serta radikal lipid yang kedua. Radikal alkoxyl maupun peroxyl memicu reaksi
berantai peroksidasi lipid dengan mengeluarkan atom hidrogen.
Peroksidasi lipid mengganggu fisiologi membran, menyebabkan gangguan
pada aliran cairan dan permiabilitas, mengubah transport ion serta menghambat
reaksi metabolisme. Peroksidasi lipid merupakan penyebab utama kerusakan sel.
Proses peroksidasi asam lemak terutama terjadi pada membran fosfolipid.
Peroksidasi lipid mengubah psikokemikal lapisan membran lipid menyebabkan
disfungsi sel yang signifikan. Berbagai produk dihasilkan akibat peroksidasi lipid
seperti MDA, 4-hydroxy-2-noneal(HNE), 4-hydroxy-2-hexenal(4-HHE)
Peroksidasi lipid merupakan suatu proses yang rumit dan terjadi secara
bertingkat. Peroksidasi lipid menyebabkan hilangnya asam lemak tidak jenuh
isoprostan dalam urine, protein carbonil (73%), catalase (96), glutation peroxidase
serta glutathione teroksidasi (25%). Dapat disimpulkan aktivitas fisik berlebih
merangsang respon terhadap biomaker stres oksidatif (Margonis,et al 2007).
Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun, meningkatkan resiko
infeksi. Secara teori, aktivitas fisik sedang dapat menangkal efek proses penuaan
akibat penurunan sistem imun. Hasil study yang dilakukan yang dilakukan
Shepard dan Shek menunjukan aktivitas fisik sedang dapat ditoleransi dengan
baik oleh individu lanjut usia. Pada individu berusia lanjut aktivitas fisik sedang
menunjukan penurunan stimulasi proliferasi limfosit.Aktivitas fisik yang teratur
dan tepat dapat mempertahankan kebugaran fisik.Takaran pelatihan yang tepat u
setiap individu meliputi frequensi,intensitas,tipe dan waktu, sangat mendukung
untuk mendapatkan hasil yang maximal dan resiko yang minimal pada pelatihan
olahraga (Pangkahila,2009).
Peningkatan konsumsi oksigen oleh tubuh selama berolahraga berat dapat meningkat
sepuluh sampai duapuluh kali atau lebih. Dibawah stres yang tinggi,dalam serat otot
terjadi peningkatan penggunaan oksigen diatas kebutuhan normal. Peningkatan oksigen
yang luar biasa ini dapat memicu pelepasan radikal bebas, yang akan terlibat dalam
proses oksidasi lemak membran sel otot. Proses tersebut disebut peroksidasi lipid, dan
menyebabkan sel menjadi lebih mudah mengalami proses penuaan (Cooper, 2001)
Pelatihan fisik yang berlebih diakibatkan oleh 1) volume pelatihan yang terlalu
banyak ; 2) intensitas pelatihan yang terlalu banyak ; 3) durasi pelatihan yang terlalu
panjang ; 4) frekwensi pelatihan yang terlalu sering (Hatfield, 2001).
Pelatihan fisik yang berlebih menyebabkan terjadi penumpukan asam laktat dalam
otot sehingga dapat menyebabkan stres fisik . Untuk itu diperlukan masa pemulihan yaitu
waktu yang dibutuhkan tubuh untuk kembali kekeadaan semula dari keadaan aktivitas
pelatihan .
2.6 Antioksidan
2.6.1 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah suatu senyawa yang dalam jumlah kecilpun dapat
menghambat atau pencegah reaksi oksidasi dari suatu senyawa lainnya (Packer
dan Cadenas; 2002). Dalam pengertian kimia senyawa antioksidan adalah
senyawa pemberi elektron (elektron donor). Namun dalam arti biologis,
pengertian antioksidan lebih luas, yaitu merupakan senyawasenyawa yang dapat
meredam dampak negatif oksidan (radikal bebas), termasuk enzim dan protein
pengikat logam (Pangkahila, 2007)
2.6.2 Jenis-jenis Antioksidan
Secara umum, antioksidan dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu :
1.
Antioksidan enzymatis / antioksidan primer / antioksidan endogenus / chainbreaking-antioxidant misalnya : enzim superoksida dismutase (SOD),
katalase, dan glutation peroksidase.
2.
b.
Berdasarkan
dua
mekanisme
pencegahan
dampak
negatif
oksidan,
Fe +++ ( Cu ++ ) + OH - + OH
+ 2H
--------
H2O2 + O2
2 H2O2 + O 2
RO + H2O
Tabel 2.1
Spesies oksigen reaktif dan antioksidannya
Spesies reaktif
O2
Oksigen singlet
O2 -
Antioksidan
Vitamin A, karoten, vitamin E
Superoksida Dismutase, -karoten,
Vitamin E, Flavonoid
OH
Flavonoid, Albumin.
ROO
H2 O2
Hidrogen Peroksida
Katalase,
Glutation
Peroksidase,
Flavonoid
LOOH
Lipid peroksida
: Plantae (Tumbuhan)
Kelas
Sub Kelas
: Rosidae
Ordo
: Myrtales
Famili
: Thymelaeaceae
Genus
: Phaleria
Spesies
<5
Extremely Toxic
5- 50
Very Toxic
50- 500
Moderately Toxic
500-5000
Slightly Toxic
> 5.000
Animalia
Filum
Chordata
Kelas
Mamalia
Ordo
Rodentia
Family
Muridae
Genus
Rattus
Spesies
Rattus norvegicus
Dibandingkan dengan tikus liar, tikus laboratorium lebih cepat dewasa, tidak
memperlihatkan perkawinan musiman, dan umumnya lebih mudah berkembang
biak. Jika tikus liar dapat hidup selama 4-5 tahun, tikus laboratorium jarang hidup
lebih dari 3 tahun
Umumnya berat tikus laboratorium lebih ringan dari tikus liar. Biasanya umur
empat minggu beratnya 35-40 gram, dan berat dewasa rata-rata 180-200 gram,
bervariasi tergantung galur. Tikus jantan tua dapat mencapai 500 gram tetapi tikus
betina jarang lebih dari 350 gram.
Ada dua sifat yang membedakan tikus dari hewan percobaan lain yaitu tikus
tidak gampang muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat
esophagus bermuara ke dalam lambung dan tikus tidak mempunyai kandung
empedu.
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Faktor Eksternal
Aktivitas
berlebih
Stres lingkungan
TIKUS WISTAR
Polusi lingkungan
STRES OKSIDATIF
Bahan kimia
MDA Plasma
Pola makan
menurunkan kadar MDA darah tikus wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi
aktivitas fisik berlebih.
fisik
BAB IV
METODE PENELITIAN
ini
merupakan
penelitian
eksperimental
murni,
dengan
menggunakan rancangan penelitian pre test and post test control group design
(Petrie dan Sabin, 2003). Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan dengan skema
berikut :
P0
O1
P
S
R
O2
P1
O3
O4
= populasi
= sampel
= randomisasi
45
46
P1 = perlakuan berupa ekstrak buah mahkota dewa dosis 300 mg/200 gram berat
badan tikus, dilarutkan dengan aquabides sampai volume 1,5 ml selama 14
hari
4.3 Sampel
4.3.1 Besar Sampel
Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus
Pocock, 2008 yaitu:
n=
x f( . )
( 1 2)
n
= jumlah sampel
1
47
Untuk menghindari terjadinya drop out maka sampel ditambahkan 10 %
b.
c.
Variabel kendali : jenis tikus, jenis kelamin tikus, umur tikus, berat
tikus dan kesehatan tikus.
badan
48
4.4.2 Definisi operasional variabel
a.
Ekstrak buah mahkota dewa adalah ekstrak kering buah mahkota dewa segar
yang berwarna ungu yang diperoleh dari perkebunan mahkota dewa di
Yogyakarta, dengan nilai antosianin dianalisis di Fakultas Tekhnologi
Pertanian UPT Laboratorium
menunjukan dalam 100 gram ekstrak daging buah mahkota dewa terkandung
33,78 mg antosianin, dengan kadar DPPH 76,81. Ekstrak kering diberikan
peroral menggunakan sonde lambung dan diberikan setiap pagi antara pukul
08.00-09.00 Wita selama 14 hari. Dosis yang diberikan berdasarkan dosis
penelitian sebelumnya (Lisdawati, 2002), sebanyak 300mg/200gram berat
badan tikus yang dilarutkan dengan aquabidest sehingga volume menjadi 1,5
ml.
b.
Aktivitas fisik berlebih adalah dengan merenangkan tikus selama kurang lebih
60 menit atau hampir tenggelam sebelum dan selama pemberian ekstrak buah
mahkota dewa ( lebih dari 300 menit /minggu )
c.
d.
Jenis tikus yang digunakan adalah tikus galur Wistar, jenis kelamin jantan,
usia dalam hitungan 4 bulan sejak dilahirkandengan berat badan 180-200
gram dan dalam keadaan sehat yaitu tikus mau makan, minum dan aktif.
49
e.
Berat badan adalah berat badan tikus jantan dewasa yang ditimbang dengan
timbangan elektronik setiap minggu selama perlakuan.
50
4.5.3 Prosedur Perlakuan
a. Dari populasi tikus putih (Rattus novergicus) dilakukan pemilihan sampel
berdasarkan kriteria inklusi ( jantan, umur 4 bulan, berat 180-200 gram, sehat
). Dari jumlah yang memenuhi syarat diambil secara acak sederhana untuk
mendapatkan jumlah sampel yang sesuai dengan yang diperoleh berdasarkan
penelitian pendahuluan.
b. Tikus diadaptasi selama 7 hari.
c. Hari ke 8 tikus direnangkan selama 60 menit atau hampir tenggelam, sejam
kemudian diambil darah untuk pemeriksaan kadar MDA pre test. Secara acak
tikus dibagi menjadi 2 kelompok.
d. Hari ke 9, perlakuan dimulai sebagai berikut: Kelompok pertama Po diberi
perlakuan aquabidest setiap jam 8 pagi dan setiap jam 14 15 sore
direnangkan, kemudian dikeringkan 15 menit,perlakuan selama 14 hari.
Kelompok P1 diberi perlakuan ekstrak buah mahkota dewa dengan dosis
300mg/ 200 gram berat badan tikus setiap jam 8 pagi, kemudian setiap jam 14
15 sore direnangkan selama 1 jam atau hampir tenggelam. Setelah
direnangkan, tikus tersebut dikeringkan 15 menit,perlakuan selama 14 hari.
Cara pemberian ekstrak buah mahkota dewa pada tikus Wistar : tikus
dikekang dengan cara dicomot kulit kuduknya dengan tangan kiri
dan
sedemikian rupa sehingga kulit terjepit diantara ibujari dan telunjuk .Ini
dperkuat dengan jepitan pangkal ibujari dengan jari lainnya pada kulit
punggung dan ekor dikait dengan kelingking tangan kiri (Ngatidjan, 2006).
Bahan uji diberikan peroral dengan sonde. Masukkan sonde dengan hati-hati
51
kira-kira sampai kelambung. Setelah yakin jarum masuk kelambung, barulah
bahan uji dipompakan keluar.
e. Hari ke 22 semua tikus diambil darah sebanyak 2 ml ,melalui medial canthus
sinus orbitalis , untuk diperiksa kadar MDA post test.
7 hari
Hari 8
Randomisasi
P0
Diet standar + SP
Aquabides
Aktivitas fisik
berlebih
P1
Diet standar
EBMD 300mg
Aktivitas fisik
berlebih
14 hari
Hari 22
52
4.6 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain :
4.6.1 Alat- Alat
a. Kandang tikus yang berukuran 50x40x15 cm, didalamnya terdapat sekam,
tempat makanan dan botol minuman.
b. Sonde lambung untuk memberikan ekstrak buah mahkota dewa dan aquabides.
c. Timbangan elektronik, merek Shunle dengan kapasitas 5000 gram.
d. Spektrofotometer merek Genesys
e. Sentrifugasi
f. Tabung Polypropilene
g. Waterbath
h. Kapas dan alkohol 70 %
i. Tabung evendorf
j. Mikropipet ukuran 10- 1000 l
k. Pipet kapiler
4.6.2 Bahan-Bahan
a. Tikus jantan galur Wistar usia 4 bulan dengan berat antara 180-200 gram
b. Ekstrak kering buah mahkota dewa
c. Aquabides
d. Makanan stndar untuk tikus jantan (Galur Wistar)
e. EDTA ( Ethylenediamine tetraacetic acid)
f. Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
53
4.7 Prosedur Pengumpulan Data
4.7.1 Pengukuran kadar MDA
Sampel darah diambil dari tikus pada hari ke 8 dan hari ke 22. Darah diambil
dari medial canthus sinus orbitus kurang lebih sebanyak 2 ml, dimasukkan
ketabung yang mengandung EDTA 1mg/ml darah, kemudian disentrifuse 4000
rpm selama 15 menit untuk mendapatkan plasma
Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARSC yaitu mengukur
konsentrasi Thiobarbituric Acid Reactive Substances. Selisih rata-rata kadar MDA
antara kelompok kontrol dengan perlakuan dibandingkan dan dilakukan uji
statistik.
= 0,05
54
BAB V
HASIL PENELITIAN
55
Tabel 5.1
Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Baik Sebelum
maupun Sesudah Perlakuan
Kelompok Perlakuan
Keterangan
0,241
Kadar MDA Kontrol Pre
Kadar MDA Perlakuan Pre
Kadar MDA Kontrol Post
Kadar MDA Perlakuan Post
15
15
15
15
0,282
0,488
0,652
Normal
Normal
Normal
Normal
Keterangan
MDA Pre
MDA Post
1,29
0,98
0,129
0,332
Homogen
Homogen
56
5.3 Kadar MDA
5.3.1 Uji Komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sebelum diberikan perlakuan. Hasil analisis kemaknaan dengan uji tindependent disajikan pada Tabel 5.3 berikut.
Tabel 5.3
Rerata Kadar MDA antar kelompok sebelum diberikan perlakuan
Kelompok Subjek
Rerata
Kadar MDA
(mmol/l)
SB
Kontrol
E. Buah Mahkota Dewa
15
15
6,02
5,80
0,38
0,61
1,17
0,252
nilai p =0,252. Hal ini berarti bahwa rerata kadar MDA pada kedua
57
Tabel 5.4
Rerata Kadar MDA sesudah diberikan perlakuan
Kelompok Subjek
Rerata
Kadar
MDA(mmol/L)
SB
Kontrol
E. Buah mahkota dewa
15
15
6,34
3,18
0,44
0,36
21,66
0,001
Tabel 5.4 di atas, menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok kontrol
adalah 6,340,44,
0,44, rerata kelompok ekstrak buah mahkota dewa adalah 3,18
3,180,36.
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 21,66
nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata kadar MDA pada kedua kelompok
berbeda secara bermakna (p < 0,05).
Gambar 5.1
Gambar 5.1 Grafik Kadar MDA Sebelum dan Sesudah
Sesu
Pemberian Perlakuan
58
Gambar 5.1 di atas menggambarkan bahwa pemberian ekstrak buah
mahkota dewa menurunkan kadar MDA dibandingkan dengan kontrol.
5.3.3 Analisis efek perlakuan antara Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis efek perlakuan sebelum dengan sesudah perlakuan diuji
berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum dengan sesudah diberikan
perlakuan pada masing-masing kelompok. Hasil analisis kemaknaan dengan uji tpaired disajikan pada Tabel 5.5 berikut.
Tabel 5.5
Rerata Kadar MDA antar Sebelum dengan Sesudah Diberikan Perlakuan
Rerata
Kadar
MDA post
(pg/ml)
Kelompok Subjek
Rerata
Kadar MDA
pre
(pg/ml)
Kontrol
15
6,020,38
6,340,44
2,07
0,057
15
5,800,61
3,180,36
12,71
0,001
Tabel 5.5 di atas, menunjukkan bahwa beda rerata Kadar MDA kelompok
kontrol adalah 0,320,60, rerata kelompok ekstrak buah mahkota dewa adalah
2,620,80. Analisis kemaknaan dengan uji t-paired menunjukkan bahwa pada
kelompok kontrol nilai t = 2,07 nilai p = 0,057. Hal ini berarti bahwa beda rerata
Kadar MDA pada kelompok kontrol tidak berbeda (p > 0,05). Sedangkan pada
kelompok ekstrak buah mahkota dewa nilai t = 12,71 dan nilai p = 0,001. Hal ini
59
berarti bahwa beda rerata Kadar MDA pada kelompok perlakuann berbeda secara
bermakna (p < 0,05).
Gambar 5.2
Gambar 5.2 Grafik Kadar MDA Sebelum dan Sesudah Pemberian Perlakuan
pada Masing
Masing-masing Kelompok
BAB VI
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
60
61
6.2. Pengaruh Ekstrak Buah Mahkota Dewa terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data Kadar MDA darah pada kelompok
kontrol dan perlakuan menunjukkan bahwa uji normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan
homogenitas (Levene test) untuk kelompok pre dan post-test masing-masing
kelompok berdistribusi normal dan homogen (p > 0,05).
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan berupa ekstrak buah
mahkota dewa antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent. Uji
perbandingan pre test antara kedua kelompok menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna kadar MDA dalam darah antara kelompok kontrol dengan
kelompok perlakuan ( p > 0,05). Hal ini berarti bahwa kadar MDA dalam darah
pada kedua kelompok adalah sama atau dengan kata lain kedua kelompok sebelum
diberikan perlakuan kadar MDAnya tidak berbeda (p > 0,05).
Uji perbandingan sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak buah mahkota
dewa antara kedua kelompok menggunakan t-independent. Uji perbandingan post
test antara kedua kelompok menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna
kadar MDA dalam darah antara kontrol dengan kelompok perlakuan (p<0,05).
Lebih lanjut didapatkan bahwa terjadi penurunan kadar MDA sebesar 45,17%
dibandingkan sebelum diberikan ekstrak buah mahkota dewa. Hal ini disebabkan
karena buah mahkota dewa merupakan salah satu antioksidan yang banyak
mengandung antosianin. Antosianain termasuk golongan flavonoid yang
merupakan antioksidan non enzimatik atau antioksidan pemutus rantai (Winarsi,
2007). Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa flavonoid dan sumber polifenol
62
lainnya secara signifikan berkontribusi terhadap aktivitas antioksidan total tubuh.
Penggunaan antioksidan alami saat ini dipilih oleh karena dianggap lebih aman
dibandingkan dengan antioksidan sintesis, karena antioksidan alami berasal dari
ekstrak tanaman. Buah Makota Dewa (Phaleria macrocarpa) merupakan salah
satu sumber antioksidan yang memiliki khasiat untuk mengobati kanker. Menurut
Rohyami (2008), didapatkan senyawa flavonoid terbanyak didapat pada daging
buah tua dari mahkota dewa. Semakin tinggi flavonoid semakin tinggi kadar anti
oksidannya. Flavonoid adalah suatu antioksidan alam dan mempunyai aktivitas
biologis, antara lain sebagai antioksidan yang dapat menghambat berbagai reaksi
oksidasi serta mampu bertindak sebagai pereduksi radikal hidroxil, superoksida
dan radikal peroxil. Lebih lanjut didapatkan bahwa daun mahkota dewa
mengandung antihistamin, alkaloid, saponin dan polifenol (lignan), sedangkan
kulit buah terdapat kandungan alkaloid, saponin dan flavonoid. Buah mahkota
dewa mengandung alkanoid, tanin, flavonoid, fenol, saponin, lignan, minyak asiri
dan sterol. Flavonoid sebagai senyawa yang terbanyak didapat pada daging buah
mahkota dewa. Flavonoid merupakan suatu antoksidan golongan phenol yang
banyak ditemukan di sayuran, buah-buahan, kulit pohon, akar, bunga, teh dan
wine. Ada empat golongan utama flavonoid yaitu Flavon, Flavanones, Catechins,
Anthocyanin. Flavonoid dapat membantu memberikan perlindungan terhadap
beberapa penyakit bersama dengan vitamin, antioksidan dan enzim, untuk
pertahanan antioksidan total dalam tubuh. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian
Dr Van Acker di Belanda yang menyatakan bahwa flavonoid dapat menggantikan
vitamin E sebagai pemecah rantai anti-oksidan didalam membran hati. Konstribusi
63
flavonoid untuk sistem pertahanan antioksidan sangat besar mengingat total asupan
harian flavonoid dapat berkisar 50-800 mg, konsumsi ini lebih tinggi dibandingkan
dengan rata-rata asupan harian diet antioksidan lain seperti vitamin C (70 mg),
vitamin E (7-10) atau keratenoid (2-3 mg). Asupan Flavonoid tergantung pada
asupan buahbuahan, sayuran dan miuman tertentu seperti red wine, teh, bir
(Buhler & Miranda, 2000).
64
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Rohyami (2008) yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan terbalik antara asupan flavonoid dan total
konsentrasi kolesterol plasma. Stres oksidatif dan kerusakan vaskular diperkirakan
memegang peranan pada dimensia, dan asupan flavonoid dilaporkan memiliki
hubungan terbalik dengan resiko insiden demensia. Flavonoid banyak tersedia
secara luas dibuah-buahan maupun sayuran. Kandungan flavonoid dalam ektrak
buah mahkota dewa didapatkan 1,7647 mg/L atau 2,2334 mg/kg pada buah yang
masak. Lebih lanjut Lisdawati (2002) menyatakan bahwa ekstrak buah mahkota
dewa berfungsi sebagai hepatoprotektor pada tikus yang mendapat perlakuan
pemberian parasetamol selama 2 minggu. Hal ini disebabkan karena antosianin
merupakan salah satu antioksidan
kerusakan akibat stress oksidatif, sehingga dapat melindungi sel dari radikal bebas
(Cao, 2001). Radikal bebas memiliki reaktivitas yang tinggi, dan dapat menyerang
komponen seluler disekelilingnya. Senyawa radikal bebas dapat merusak asam
;emak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan kerusakan struktur
dan fungsi sel. Radikal bebas menyebabkan kerusakn oksidatif pada lipid,protein
dan asam nukleat. Ketidak seimbangan antara oksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stres oksidatif,dikaitkan dengan kanker,proses penuaan dan berbagai
penyakit yang terkait dengan penuaan (Prior ,2003 ).
Pigmen antosian bertanggung jawab untuk warna merah, ungu dan biru dari
buah, sayuran dan dan bunga. Antosianin merupakan salah satu kelas flavonoid,
yang secara luas terdistribusi sebagai polifenol pada tanaman (Mervat and Hanan,
2009). Bahan kimia yang terkandung dalam flavonoid ini dipercaya berhubungan
65
dengan kapasitas antioksidan dan kemampuan mereka dalam menangkap dan
memakan radikal bebas yang merusak biomolekul (Wreistad, 2001). Di antara
kelas flavonoid, antosianin adalah sekelompok pigmen yang larut air, yang banyak
terdapat pada buah-buahan dan sayuran (Toufektsian, et al. 2008). Antosianin
merupakan pigmen alami yang bertanggungjawab jawab terhadap warna biru,
ungu, merah dan orange pada buah dan sayuran. Antosianin yang terdapat pada
ubijalar ungu meningkatkan kadar Nox plasma pada perokok sedang (Intan , 2011)
Antosianin melindungi LDL terhadap tembaga dan oksidasi radikal yang
menginduksi peroksil (Cao, 2001). Kadar antosianin total plasma maksimum
dalam kisaran 1-120 nmol/L, dengan dosis 0,7-10,9 mg/kg (Prior, 2003).
Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak daging buah mahkota dewa dengan metode
DPPH didapatkan 76,81% dengan kadar antosianin sebesar 33,78 mg/100gram. Uji
toksisitas didapatkan LD 50 > 150.000 mg/kg BB (Lisdawati, 2002), termasuk ke
slightly toxic
antioksidan yang tinggi dan kadar racun yang amat rendah serta dengan harga
yang terjangkau, ekstrak daging buah mahkota dewa aman dan bermanfaat
sehingga layak untuk dipertimbangkan dikonsumsi sebagai antioksidan.
66
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada tikus selama 4 minggu didapatkan
simpulan sebagai berikut: Pemberian ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa) dapat menurunkan kadar MDA darah tikus wistar (Rattus
norvegicus) yang diinduksi aktivitas fisik berlebih sebesar 45,17%.
7.2 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah:
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai manfaat ekstrak buah mahkota
dewa pada manusia.
67
DAFTAR PUSTAKA
Arief, S. 2010. Radikal Bebas. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR/RSU
Dr.Soetomo.
Asikin , N . 2001. Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan. Dalam Kursus
Penyegaran dan Pelatihan Radikal Bebas dan : Antioksidan Dasar, Aplikasi, dan
Pemanfaatan Bahan Alam. Jakarta: Fakultas Kedokteran .UI.
Astawan, M. 2008. Sehat Dengan Buah. Cetakan Pertama. Jakarta, Penerbit Dian Rakyat.
Halaman : 40-45.
Bagiada, N.A. 2001. Proses Penuaan dan Penanggulangannya. Denpasar: Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. Hal: 22 .
Belleville-Nabet, F. 1996. Zat Gizi Antioksidan danPenangkal Senyawa Radikal Pangan
dalam Sistem Biologis.Dalam prosisding seminar senyawa radikal dan system
pangan:Reaksi biomolekuler, dampak terhadap kesehatan dan penagkalan. CFNSIPB dan Kedutaan Besar Prancis-Jakarta.
Cadenas, E.,dan Packer,L. 2002. Hanbook of Antioxidant Second Edition Revised and
Expanded.
Cao G., Muccitelli H.U., Moreno C.S., and Prior R.L. 2001. Anthocyanins are Absorbed in
Glycated Forms in Elderly Women. American Journal Of Clinical Nutrition, 73 (5)
: 920-926.
Catala, A. 2006. Lipid Peroxidation. Int J Biochem Cell Biol. 38 : 1482-1495.
Clarkson, P.M.,dan Thomson, H.S. 2000 (Dikutip oleh Jawi., 2008). Antioxidants: What
role do they play in physical activity and health?,Am J Clin Nutr. 729 (Suppl):
637-346.
Cooper, K. 2001. Sehat Tanpa Obat. 4 Langkah Revolusi Antioksidan Yang Mengubah
Hidup Anda. Cetakan Pertama. Bandung. Penerbit : Kaifa. Pengantar dan
Penyunting Baraas, F.
Dalle-Donne, I., Rossi, R., Colombo, R., Giustarini, D., Milzani, A. 2006. Biomarkers of
Oxidative Damage In Human Disease. Available from:
http://www.redorbit.com/news/science/473334/biomarkers_of_oxidative_damage_
in_human_disease/index.html access at 07-12-2010 at 6.03 pm.
Desmond, T.2000. Tropical Fruit of Indonesia p 84-85, 92-93. Archipelago Press.
Droge, W. 2002. Free Radicals in the Physiological Control of Cell Function. Physiol Rev.
82: 47-95.
68
Fouad, T. 2007. Free Radicals, Types, Sources and Damaging Reactions. Available from :
www://http.Singlet_Oxygen_Free_Radical_Types_in_Human_Body_TheDoctorsL
ounge.html. (Access : 2010, January 22)
Franklin , N.C., 2009 . Lifestyle and Successful Aging: An Overview. American Journal of
lifestyle medicine, vol 3, No 1,6-11.
Gleeson, M. 2000. Special Feature for the Olympics: Effect of Exercise on The Immune
System, Imunologi & Cell Biologi .78, 483-484.
Goldman, R.,dan Klatz, R. 2003. The New Anti-Aging Revolution. Theories of Aging: 1932.
Halliwell, B. 2002. Food-derived Antioxidants: How to Evaluate Their Importance in Food
and In Vivo. Handbook of Antioxidants. Second Edition. New York : Marcel
Dekker
.
Hatfield, F.C. 2001. Overreaching and Overtraining , MSS. International Sport Sciences
!!" !!# $
% & nd Overtraining.htm
Association . 1-11.
Intan, D.A.D. 2011. Pemberian Sirop Ubi Jalar Ungu ( Ipomoea batatas) Dapat
Menurunkan Kadar MDA serta meningkatkan NOx plasma pada Perokok Sedang
di Denpasar.Tesis .Program Magister Ilmu Biomedik UNUD
Kaur C & Kapoor HC. 2001. Antioxidants in fruits and vegetables- the milleniums health.
Intl J Food Sci Tech, 36, 703-25.
Lalamentik, G. 2008. Terapi Sulih Testosteron (Testosterone Replacement Therapy)
Memperbaiki Korpus kavernosum Tikus Wistar (Rattus Noevegicus) yang
dikastrasi (testis). Denpasar. Universitas Udayana.
Laranjinha, J. 2002 Handbook of Antioxidant. Second Edition Revised and Expanded.
Biochemical and Cellular Effects: 279-303.
Lisdawati, 2002. Efektivitas Ekstrak
Hepatoprotektor. FMIPA, IPB.
Daging
Buah
Mahkota
Dewa
Sebagai
Margonis, K., Fatourus, I.G., Jamurtas, A.Z., Nikolaidis, M.G., Douroudos, L.,
Chatznikolaou, A., Mitrakov, A., Mastorakos, G., papassotiriou, I., Taxildaris, K.,
Kouretas, D. 2007. Oxidative Stress Biomarker Responses to Physical
Overtraining
:
Implications
for
Diagnosis.
Available
from
:
' !!
%
& $!'
! ( ( . access on December 15 2010.
Mervat, M.M. and Hanan, A.A.T. 2009. Antioxidants Activities, Total Anthocyanins,
Phenolics and Flavonoids Contents of Some Sweetpotato Genotypes Under Stress
of Different Concentrations of Sucrose and Sorbitol. Australian Journal of Basic
and Applied Sciences, 3(4) : 3609-3616.
69
Muchtadi, D. 2009. Pangan dalam Sistem Biologis dalam Seminar Senyawa Radikal dan
Sistem Pangan, Reaksi Biomolekuler, Dampak terhadap Kesehatan. CFNS-IPB
dan Kedutaan besar-Jakarta.
Mudijitno ,S. 2007 .Jurnal Kedokteran Media Medika Indonesia FK UNDIP .volume 42 no
1.
Ngatidjan, 2006. Metode Laboratorium Dalam Toksikologi. Metode Uji Toksisitas : 86135.
Nijveldt, RJ. 2001. Flavonoid : a review of probable mechanism of action and potential
applications. Am J Clin Nutr 2001 (America Society for Clinical Nutrition) ;
74:418-25.
Pangkahila, A.J. 2009. Pelatihan Fisik Menurunkan Proses Penuaan. Naskah Lengkap
Seminar Nasional Anti Aging Medicine. Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana. Denpasar. Februari 24th 2009.
Pangkahila, W. 2007. Anti-Aging Medicine, Memperlambat Penuaan Meningkatkan
Kualitas Hidup. Upaya Menghambat Penuaan: 106-132
Pascual-Teresa, S.D., Moreno, D.A., dan Garcia-Viguera, C. 2010. Flavanols and
Anthocyanins in Cardiovascular in Cardiovascular Health : A Review of Current
Evidence. Int.J.Mol.Sci. 11: 1679-1703.
Pasupathi, P. 2009. Glutathione, glutathione-dependent enzymes and antioxidant status in
gastric carcinoma patients. Journal of Applied Biomedicine, vol. 7, No.2, p 101109.
Petrie, A., dan Sabin, C. 2003. Medical Statistic at a Glance. Massachusetss : Blackwell
Science Inc. 26-27.
Pocock, S.J. 2008. The Size of a Clinical Trial, In: Clinical Trials, A Practical Approach.
John Wiley dan Sons. 123-141.
Prior, R. 2003. Fruit and Vegetables in the Prevention of Cellular Oxidative Damage.
American Journal of Clinical Nutrition, vol 78, No. 3, 570S-578S, September
2003.
Purnomo Suryohudoyo. 2000. Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler. Perpustakaan
Nasional RI. Jakarta: Penerbit CV Sagung Seto. Hal: 31-47.
Rohyami, Yuli. 2008. Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging
Buah Mahkota Dewa. Jurnal Logika Volume 5-Nomor 1-Agustus 2008 .
Rostinawati.,dan Sulistiyani. 2004. Uji Toksisitas dan Mekanisme Hepatoproteksi Ekstrak
Buah Mahkota Dewa .Pusat Studi FMIPA ,IPB.S
70
Sadikin, M. 2001.Pelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekul dalam,
Kumpulan Makalah Penelitian Radikal bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan.
Jakarta: FK UI.
Sauza, T.P., Oliveira, P.R., Pereira., B. 2005. Physical Exercise and Oxidative Stress, effect
on intense physical exercise on urinary chemiluminescence and plasmatic
malondialdehyde. Rev Bras Med Esporte, Vol 11, No 1 Jan/Fev.
Sawitri, I.G.A.D. 2011. Pemberian Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa )
Menurunkan Kadar MDA darah tikus putih (Rattus Norvegicus ) yang Diinduksi
Aktivitas Fisik Berlebih .Penelitian Pendahuluan.Program Magister Ilmu
Biomedik UNUD
Saxena, R. And Lal, A.M. 2006. Effect of Aging on Antioxidant Enzyme Status and Lipid
Peroxidation. Journal of The Indian Academy of Geriartrics, vol.2, No.2, June
2006.
Sporman, T., Suh, J.H., Cox, B., Rocha, AE., Morrow, JD., Shigeno, ET., dan Hagen, TM.
2008. Anthocyanin/Polyphenolic-Rich Fruit Juice Reduces Oxidative Cell Damage
in an Intervention Study with Patients on Hemodialysis.
Surya Husada, P. 2000. Kapita Selekta Ilmu kedokteran Molekuler.Jakarta: Sagung Seto.
Thannical, V.J., dan Fanburg, B.L. 2000. (Dikutip oleh Jawi, 2007). Reactive Oxygen
Species in Cell Signaling, Am J Physiol Lung Cell Mol Physiol
Toufektsian M.C., Lorngeril, M., Nagy, N., Salen, P., Donati, M.B., Giordano,, L., Mocl,
H.P., Peterek, S., Matrol, A., Petroni, K., Pilu, R., Rptoliu, D., Torelliu, C., Leiris,
J., Boucher, F., dan Martin, C. 2008. Chronic Dietary Intake of Plants-Derived
Anthocyanins Protects the Rat Heart Against Ischemia. J. Nutr. 138:747-752.
Widikarsana, P. 2010. Potensi Bahaya Kimia di Tempat Kerja dan Toksikologi Industri,
Balai Hiperkes dan KK Yogyakarta.
Winarsi, Herry, M.S. 2007. Antioksidan Alam & Radikal Bebas,potensi dan Aplikasinya
dalam Kesehatan. Hal 18-19.
Wreistad, R.E. 2001. The Possible Health Benefits of Anthocyanin Pigment and
Polyphenolics.
Available
from
:
www://http.lpi.oregonstate.edu/ss01/anthocyanin.html. Accessed on 2010, May 3.
71
LAMPIRAN
Lampiran 1
Konversi perhitungan dosis untuk beberapa jenis hewan dan manusia (Gosh, 1971)
72
Lampiran 3
Uji Normalitas Data MDA
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Kelompok
MDA_pr Placebo
e
ekstrak buah
mahkota dewa
MDA_po Placebo
st
ekstrak buah
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
*
df
Sig.
.164
15
.200
.926
15
.241
.143
15
.200*
.931
15
.282
.119
15
.200*
.948
15
.488
.131
15
mahkota dewa
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
.200*
.958
15
.652
73
Lampiran 2
Uji t-independent
Group Statistics
Kelompok
MDA_pre Placebo
ekstrak buah mahkota
dewa
MDA_pos Placebo
t
ekstrak buah mahkota
dewa
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
15
6.0180
.38278
.09883
15
5.8000
.61257
.15817
15
6.3360
.43631
.11266
15
3.1807
.35774
.09237
F
MD Equal
A_pr variances
e
assumed
Equal
variances
not assumed
MD Equal
A_po variances
st
assumed
Equal
variances
not assumed
Sig.
95%
Confidence
Std. Interval of the
Sig. Mean Error
Difference
(2- Differe Differe
df tailed) nce
nce Lower Upper
28
1.169 23.49
.60337
.16737
28
21.66 26.96
74
75
Kelompok = ekstrak buah mahkota dewa
Paired Samples Statisticsa
Mean
Pair 1
Std. Deviation
MDA_pre
5.8000
15
.61257
.15817
MDA_post
3.1807
15
.35774
.09237
Correlation
15
Sig.
-.304
.270
Pair MDA_pre 1
MDA_post
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std.
Deviatio
Mean
n
Std.
Error
Mean
2.619
33
.79791
Lower
Upper
t
12.71
4
df
14
Sig. (2tailed)
.000
76
Kelompok = kontrol
Paired Samples Statisticsa
Mean
Pair 1
MDA_pre
6.0180
15
.38278
.09883
MDA_post
6.3360
15
.43631
.11266
a. Kelompok = control
Correlation
15
Sig.
-.052
.855
a. Kelompok = control
Std.
Std.
Deviatio Error
Mean
n
Mean
Pair MDA_pre 1
MDA_post .3180 .59505
0
a. Kelompok =
control
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
.15364 -.64753
Upper
.01153
t
2.070
Df
14
Sig. (2tailed)
.057
77