PMTCT
PMTCT
PMTCT
MOTHER TO
CHILD
TRANSMITION
(PMTCT) OF
HIV
PENDAHULUAN
Di sejumlah negara berkembang HIV-AIDS merupakan penyebab utama
kematian perempuan usia reproduksi. Infeksi HIV pada ibu hamil dapat
mengancam kehidupan ibu serta ibu dapat menularkan virus kepada bayinya. Lebih
dari 90% kasus anak terinfeksi HIV, ditularkan melalui proses penularan dari ibu ke
anak atau Mother-To Child HIV Transmission (MTCT). Virus HIV dapat ditularkan
dari ibu yang terinfeksi HIV kepada anaknya selama kehamilan, saat persalinan dan
saat menyusui.
Data estimasi UNAIDS/WHO (2009) juga memperkirakan 22.000 anak di
wilayah Asia-Pasifik terinfeksi HIV dan tanpa pengobatan, setengah dari anak yang
terinfeksi tersebut akan meninggal sebelum ulang tahun kedua.
Sampai dengan tahun 2013, kasus HIV dan AIDS di Indonesia telah
tersebar di 368 dari 497 kabupaten/kota (72%) di seluruh propinsi. Jumlah kasus
HIV baru setiap tahunnya mencapai sekitar 20.000 kasus. Pada tahun 2013 tercatat
29.037 kasus baru, dengan 26.527 (90,9%) berada pada usia reproduksi (15-49
tahun) dan 12.279 orang di antaranya adalah perempuan. Kasus AIDS baru pada
kelompok ibu rumah tangga sebesar 429 (15%), yang bila hamil berpotensi
menularkan infeksi HIV ke bayinya.
Program Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) telah terbukti
sebagai intervensi yang sangat efektif untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke
anak. Di negara maju risiko anak tertular HIV dari ibu dapat ditekan hingga kurang
dari 2% karena tersedianya intervensi PPIA dengan layanan optimal. Namun di
negara berkembang atau negara miskin, dengan minimnya akses intervensi, risiko
penularan masih berkisar antara 20% dan 50%.
Upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak telah dilaksanakan di
Indonesia sejak tahun 2004, khususnya di daerah dengan tingkat epidemi HIV
tinggi. Namun, hingga akhir tahun 2011 baru terdapat 94 layanan PPIA (Kemkes,
2011), yang baru menjangkau sekitar 7% dari perkiraan jumlah ibu yang
memerlukan layanan PPIA. Program PPIA juga telah dilaksanakan oleh beberapa
lembaga masyarakat khususnya untuk penjangkauan dan perluasan akses layanan
bagi masyarakat. Agar penularan HIV dari ibu ke anak dapat dikendalikan,
diperlukan peningkatan akses program dan pelayanan PPIA yang diintegrasikan ke
dalam kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), keluarga berencana (KB),
serta kesehatan remaja (PKPR) di setiap jenjang fasilitas layanan kesehatan dasar
dan rujukan. Layanan PPIA terintegrasi merupakan juga bagian dari Layanan
Komprehensif Berkesinambungan (LKB) HIV-AIDS.
Rumusan Masalah
– Apa Definisi dari Prevention of Mother to Child Transmission?
– Bagaimana cara penularan HIV dari ibu ke anak?
– Bagaimana cara pencegahan HIV dari ibu ke anak?
Tujuan Penulisan
– Mengetahui definisi dari Prevention of Mother to Child
Transmission
– Mengetahui cara penularan HIV dari ibu ke anak.
– Mengetahui cara pencegahan HIV dari ibu ke anak.
TINJAUAN PUSTAKA
Human Immunodeficiency Virus
(HIV)
– Merupakan virus yang menyebabkan penyakit AIDS yang
termasuk kelompok retrovirus.
– Kebanyakan orang dengan HIV/AIDS tetap asimtomatik
(tanpa tanda dan gejala dari suatu penyakit) untuk
jangka waktu lama.
Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS)
– AIDS adalah bentuk lanjut dari infeksi HIV, yang
merupakan kumpulan gejala menurunnya sistem
kekebalan tubuh.
– Infeksi HIV berjalan sangat progresif merusak sistem
kekebalan tubuh tidak dapat menahan serangan
infeksi jamur, bakteri atau virus.
Prevention of Mother to Child
Transmission HIV
– Suatu program pencegahan penularan vertikal virus HIV
dari ibu ke anaknya, mencakup perawatan antenatal,
persalinan, dan perawatan pascanatal.
– 10% kasus HIV pada anak berasal dari Mother to Child
Transmission
Epidemiologi HIV
– Pertama kali ditemukan di Indonesia Bali (1987)
– Kasus HIV/AIDS tersebar di 381 (76%) dari 498 kabupaten/kota di seluruh
propinsi Indonesia (hingga Juni 2014)
– Epidemi HIV di Propinsi Papua dan Papua Barat sejak tahun 2006 dan pada
tahun 2013 mencapai prevalensi 2.3%.
– Data Kemenkes (2011) 21.103 ibu hamil yang menjalani tes HIV 534
(2,5%) positif terinfeksi HIV.
– Hasil Pemodelan Matematika Epidemi HIV Kemenkes tahun 2012 meningkat
dari 591.823 (2012) 785.821 (2016), dengan jumlah infeksi baru HIV yang
meningkat dari 71.879 (2012) 90.915 (2016).
– Jumlah kematian terkait AIDS (15-49 tahun ) meningkat hampir 2x lipat
(2016)
– Pada tahun 2011, jumlah ibu hamil dengan HIV sebanyak 534 orang yang
kemudian meningkat menjadi 1.182 orang pada bulan Januari-Juni 2014.
– Jumlah bayi dengan HIV juga meningkat sebanyak 71 bayi pada tahun
2011 menjadi 86 bayi pada bulan Januari-Juni 2014.
– Data estimasi tahun 2009 33,4 juta orang dengan HIV-AIDS di seluruh
dunia (50% perempuan dan 2,1 juta adalah anak berusia < 15 tahun)
– Di Asia Tenggara ± 3,5 juta orang dengan HIV-AIDS.
– Menurut data UNGASS tahun 2009 estimasi jumlah perempuan yang
terinfeksi HIV-AIDS sekitar 1 juta orang (30%).
Perjalanan Infeksi HIV
mempengaruhi
Virus
Virus HIV sistem
bereplikasi diri
masuk tubuh kekebalan
terutama sel
dan tubuh dengan
limfosit T CD4
menginfeksi menghasilkan
dan makrofag
antibodi HIV.
Perjalanan Infeksi HIV
– Hubungan seksual,
– Penggunaan jarum yang tidak steril atau terkontaminasi
HIV, dan
– Penularan HIV dari ibu yang terinfeksi HIV ke janin dalam
kandungannya, yang dikenal sebagai Penularan HIV dari
Ibu ke Anak (PPIA).
Faktor yang berperan dalam
Penularan HIV
Waktu Penularan HIV dari
Ibu ke Anak.
Risiko Penularan HIV dari
Ibu ke Anak
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke
Anak
Prong (1) : Mencegah terjadinya penularan HIV pada
perempuan usia reproduksi (15-49 tahun)
Mobilisasi Masyarakat
1 2
Lanjutan Prong 2
Kegiatan untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu dengan HIV
antara lain:
– Mengadakan KIE tentang HIV-AIDS dan perilaku seks aman;
– Menjalankan konseling dan tes HIV untuk pasangan;
– Melakukan upaya pencegahan dan pengobatan IMS;
– Melakukan promosi penggunaan kondom;
– Memberikan konseling pada perempuan dengan HIV untuk ikut KB dengan
menggunakan metode kontrasepsi dan cara yang tepat;
– Memberikan konseling dan memfasilitasi perempuan dengan HIV yang ingin
merencanakan kehamilan.
Prong 3. Mencegah terjadinya penularan HIV
dari ibu hamil HIV positif ke bayi yang
dikandungnya
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak yang komprehensif mencakup kegiatan sebagai
berikut:
1. Layanan ANC terpadu termasuk penawaran dan tes HIV;
2. Diagnosis HIV;
3. Pemberian terapi antiretroviral;
4. Persalinan yang aman;
5. Tatalaksana pemberian makanan bagi bayi dan anak;
1 2 3
6. Menunda dan mengatur kehamilan;
7. Pemberian profilaksis ARV dan kotrimoksazol pada anak;
8. Pemeriksaan diagnostik HIV pada anak.
– Pelayanan tes HIV merupakan upaya membuka akses
bagi ibu hamil untuk mengetahui status HIV, sehingga
dapat melakukan upaya untuk mencegah penularan HIV
ke bayinya, memperoleh pengobatan ARV sedini
mungkin, dukungan psikologis, informasi dan
pengetahuan tentang HIV-AIDS.
– Bila ada anak berumur < 18 bulan dan curiga terinfeksi HIV
tes virologis (HIV DNA atau HIV RNA), tetapi PCR HIV tidak
tersedia menegakkan diagnosis dengan cara DIAGNOSIS
PRESUMTIF.
– Diagnosis pada anak > 18 bulan tes serologis (antibodi
HIV).
– Anak yang masih mendapat ASI pada saat tes dilakukan
sebaiknya tes diulang setelah ASI dihentikan selama 6
minggu.
- Hasil pemeriksaan
dinyatakan reaktif jika hasil
tes dengan reagen 1 (A1),
reagen 2 (A2), dan reagen
3 (A3) ketiganya positif.
- Ibu hamil dengan faktor
risiko (hasil tesnya
indeterminate) tes
diagnostik HIV dapat
diulang dengan bahan baru
yang diambil minimal 14
hari setelah yang pertama
dan setidaknya tes ulang
menjelang persalinan (32-
36 minggu).
3. Pemberian Terapi Anti Retroviral
– Mengurangi laju penularan HIV di masyarakat,
– Menurunkan angka kesakitan dan kematian yang
berhubungan dengan HIV,
– Memperbaiki kualitas hidup ODHA,
– Memulihkan dan memelihara fungsi kekebalan tubuh,
dan
– Menekan replikasi virus secara maksimal.
Penentuan saat yang tepat untuk memulai ARV) pada Ibu
hamil, pasien TB dan Penderita Hepatitis B kronik aktif yang
terinfeksi HIV
S ustainable Berkesinambungan
dan cukup sering sehingga aman dan
risikonya rendah untuk terjadi diare dan
BCG Tidak diberikan Tidak diberikan Infeksi HIV sukar ditegakkan pada usia bayi
Diberikan Diberikan
Hepatitis B
Diberikan Diberikan
Toksoid Tetanus 5 dosis
Diberikan Diberikan
MMR Tidak pada imunsupresi berat sel T CD4+ < 15%
Diberikan Diberikan
Hib
Diberikan Diberikan
Pneumokokus
Diberikan Diberikan
Varisela Tidak pada imunsupresi berat sel T CD4+ < 15%
Diberikan Diberikan
Influenza Usia > 6 bulan
KESIMPULAN
– Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan
penyakit AIDS yang termasuk kelompok retrovirus.
– AIDS adalah bentuk lanjut dari infeksi HIV, yang merupakan kumpulan
gejala menurunnya sistem kekebalan tubuh.
– Human immunodeficiency virus (HIV) dapat masuk ke tubuh : (1)
hubungan seksual, (2) penggunaan jarum yang tidak steril atau
terkontaminasi HIV, dan (3) penularan HIV dari ibu yang terinfeksi HIV
ke janin dalam kandungannya.
– Ada tiga faktor utama yang berpengaruh pada penularan HIV dari ibu ke
anak, yaitu faktor ibu, bayi/anak, dan tindakan obstetrik.
– Risiko penularan HIV ibu tidak menyusui bayinya sebesar 20-30% dan
akan berkurang jika ibu mendapatkan pengobatan ARV. Pemberian ARV
jangka pendek dan ASI eksklusif memiliki risiko penularan HIV sebesar
15-25% dan risiko penularan sebesar 5-15% apabila ibu tidak menyusui
(PASI).
– Prevention of Mother-to-Child Transmission HIV merupakan suatu
program pencegahan penularan vertikal virus HIV dari ibu ke anaknya.
Proses PMTCT mencakup 3 pokok penting, yaitu perawatan antenatal,
persalinan, dan perawatan pascanatal.
– Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dilaksanakan melalui kegiatan komprehensif yang meliputi
empat pilar (4 prong), yaitu:
• Pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduksi (15-49 tahun) dengan menggunakan
strategi “ABCD”, yaitu: A (Abstinence), B (Be Faithful), C (Condom), D (Drug No).
• Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan HIV positif dengan
menggunakan kondom dan kontrasepsi yang sesuai.
• Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil ke bayi yang dikandungnya dengan kegiatan seperti
Layanan ANC terpadu termasuk penawaran dan tes HIV, Diagnosis HIV, Pemberian terapi
antiretroviral, Persalinan yang aman, Tatalaksana pemberian makanan bagi bayi dan anak,
Menunda dan mengatur kehamilan, Pemberian profilaksis ARV dan kotrimoksazol pada anak,
Pemeriksaan diagnostik HIV pada anak.
• Dukungan psikologis, sosial, dan perawatan kesehatan selanjutnya kepada ibu yang terinfeksi HIV
dan bayi serta keluarganya
– WHO menganjurkan pemberian imunisasi rutin untuk anak terinfeksi HIV yang belum menunjukkan
gejala (HIV asimptomatik), kecuali imunisasi BCG.