116-Article Text-192-1-4-20210702
116-Article Text-192-1-4-20210702
116-Article Text-192-1-4-20210702
Email : [email protected]
ABSTRACT
Elderly is a problem that often occurs and is caused by multi faktors. Many play a role in it, bout intrinsic faktors
and from within the elderly. Like dizziness, balance distrurbance is a health problem that is often found in the
elderly, tandem walking is an exercise which is done by narrowing the area of the fulcrum by walking in a straight
line with the heel touching the other toes, this exercise is expected to improve postural balance dynamically. The
purpose of this study is to compile a resume of nursing care in providing a tandem walking to reduce the elderly.
This type of research is descriptive with a case study method in the form of a one group pretest-posstest design. The
subject of this study were 2 elderly patients, both male and female,who were more than 59 years old,willing to be
respondents, albe to walk alone without needing other people’s help, experiencing unstable mobility and
experiencing vertigo. The result of the study show that there is achange in walking in a coordinated manner as well
as an increase in walking balance scake with an interpretation of thes core obtained 42, which means that it
includes the risk of light falls so that it is expected that the patient’sfamily can perform tandem walking in the
elderly.
1
sinkope atau pusing. Untuk faktor ekstrinsik 90 tahun. latihan yang dilakukan dengan cara
seperti lantai yang licin dan tidak rata, berjalan dalam satu garis lurus dalam posisi
tersandung benda, penglihatan yang kurang tumit kaki menyentuh jari kaki yang lainya
karna cahaya yang kurang terang. Akibatnya sejauh 3 meter, latihan ini dapat
aktivitas hidupnya akan terpengaruh yang meningkatkan keseimbangan postural bagian
dapat mengurangi ketegapan dan kesigapan lateral, yang berperan dalam mengurangi
seseorang (Festy, 2018). Lansia yang risiko jatuh pada lansia. Merupakan salah
memiliki banyak penurunan pada fisiologis, satu dari jenis latihan keseimbangan (balance
terutama yang berpengaruh pada exerise) yang melibatkan proprioseptif
pengontrolan keseimbangan seperti kekuatan terhadap kestabilan tubuh (Irhas, 2017).
otot, perubahan posture, kadar lemak yang Berdasarkan latar belakang diatas,
menumpuk pada daerah tertentu, penurunan penelitian ingin mengetahui pengaruh latihan
proprioseptic, penurunan visual. Jika hal jalan tandem terhadap risiko jatuh di panti
tersebut terjadi mengakibatkan gangguan wreda harapan ibu.
keseimbangan pada lansia sehingga dapat Penelitian ini mengguanakan metode
meningkatkan resiko jatuh. Ketika otot-otot deskriptif dan pendekatan studi kasus dengan
yang berperan dalam keseimbangan tubuh menggubakan bentuk rancangan one group
tersebut bekerjasama untuk membentuk pretest posttest. Ciri penelitian ini adalah
kekuatan yang bertujuan mempertahankan tidak ada kelompok pembanding (kontrol),
posisi badan sesuai dengan aligment tubuh tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi
yang simetri agar menjadi lebih stabil ketika pertama (pretest) yang memungkinkan
digerakan atau digunakan saat bergerak. menguji perubahan-perubahan yang terjadi
Gerak yang dihasilkan ketika tubuh memiliki setelah adanya eksperimen (program)
kemampuan untuk stabil merupakan gerak menurut Notoatmojo (2012). Kriteria inklusi
yang efektif dan efesien sehingga dapat dalam penelitian ini semua lansia laki-laki
mengurangi resiko jatuh dan cidera, juga dan perempuan yang berusia lebih dari 59
dapat meningkatkan kemampuan fungsional tahun, lansia yang mengalami vertigo, lansia
(Munawwarah, 2015). Untuk mengatasi yang mampu berjalan sendiri tanpa
gangguan keseimbangan diperlukan latihan membutuhkan bantuan orang lain, lansia
fisik yang dapat meningkatkan yang mengalami mobilitas tidak stabil dan
keseimbangan salah satu latihan fisik yaitu kriteria eksklusinya lansia yang tidak
jalan tandem ini merupakan suatu latihan memiliki riwayat penyait stroke,osteoartritis,
yang dilakukan dengan cara mempersempit serta yang mengalami LBP (low back pain).
luas bidang tumpu, dengan cara berjalan Lansia yang mengalami risiko jatuh sedang,
dalam satu garis lurus dalam posisi tumit diukur dengan menggunakan penilaian breg
kaki menyentuh jari kaki yang lainya, balance scale, peneliti harus menggukur
lantihan ini diharapkan berfungsi adanya risiko jatuh sedang atau tidak
meningkatkan keseimbangan postural secara (pretest) kepada 2 responden tersebut. Jika
dinamis. (Syah, 2017) menyatakan didapatkan responden mengalami risiko
pemberian jalan tandem dapat jatuh sedang, maka peneliti selanjutnya
meningkatkan keseimbangan dinamis dan memberikan latihan jalan tandem selama 15-
mengurangi resiko jatuh pada lansia usia 74- 20 menit pada pagi hari dan mengukur
2
kembali setelah dilakukanya jalan tandem kehidupan sehari-hari, sehinggaf leksibilitas
(posttest). Latihan ini dilakukan 3 kali dalam yang dimiliki akan semakin menurun dan
waktu 7 hari dan berikut hasil penilaian dari menyebabkan resiko jatuh yang lebih besar
breg balance scale (Nanda,2017). Hal ini sesuai dengan
penelitian Gupta, 2016 terhadap 265 pasien
HASIL DAN PEMBAHASAN lanjut usia yang menyatakan bahwa 23,4%
Tabel 1. Penilaian jalan tandem untuk dari semua pasien mengalami penurunan
mengurangi risiko pada lanisa dengan melakukan aktivitas sehari-hari, 70%
menggunakan Breg Balance Scale yang diantaranya berusia 60-69 tahun dan usia
dilakukan di Panti Wreda Harapan Ibu >80 tahun berisiko memiliki penurunan
Semarang. kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari
yang lebih signifikan.
Nama Pre Post Selain faktor perbedaan usia, tingkat
Ny. W depresi lansia juga mempengaruhi kejadian
Hari 1 39 39 resiko jatuh pada lansia, Ny. M dalam
Hari 4 40 40 penilian skala depresi didapatkan hasil
Hari 7 42 42 bahwa responden mengalami depresi
dibandingkan dengan Ny. W. Depresi
Ny. M merupakan satu masa terganggunya fungsi
Hai 1 35 35 manusia yang berkaitan dengan alam
Hari 4 37 37 perasaan yang sedih dan gejala penyertanya,
Hari 7 39 39 termasuk pola tidur, konsentrasi, kelelahan,
rasaputus asa dan tidak berdaya, serta
Berdasarkan tabeldiatas responden menimbulkan gairah hidup, dan perasaan
Ny.W menunjukkan bahwa setelah diberikan tidak berguna (Kaplan, 2010). Hal ini sejalan
latihan jalan tandem 3 kali selama 1 minggu penelitian Avionita,2017 sebagian besar
mengalami perubahan yang signifikat yang lanjut usia mengalami depresi yaitu 21
awalnya risiko jatuh sedang menjadi risiko responden (56,8%) dan lansia depresi
jatuh ringan, sedangkan pada responden Ny. memiliki resiko jatuh rendah (56,8%).
M setelah diberikan latihan jalan tandem 3 Selain itu faktor nutrisi juga
kali dalam 1 minggu, tetap mengalami risiko mempengaruhi risiko jatuh pada lansia. Pada
jatuh sedang. kedua responden memiliki perbedaan
Hasil penelitian setelah diberikan latihan penyakit penyerta, dimana Ny.W memilki
jalan tandem berhasil sebagian hal ini riyawat hipertensi namun tidak
dipengaruhi oleh beberapa faktor dari kedua mempengaruhi pola nutrisi sedangkan pada
responden, salah satu faktor dari terjadinya Ny.M memiliki riwayat penyakit diabetes
risiko jatuh yaitu usia. Dari kedua responden milietus yang mempengaruhi pola nutrisi
tersebut Ny.W memiliki usia 92 tahun atau responden. Status gizi dapat menjadi suatu
lebih tua dibandingkan Ny.M yang berusia faktor resiko jatuh pada lansia. Apabila mal
78 tahun. nutrisi pada lansia terjadi dalam kondisi lama
Usia tua akan mengalami penurunan maka akan berdampak pada kelemahan
dalam kemampuan melakukan aktivitas ototdan kelelahan karena energi yang
3
menurun. Oleh karena itu, lansia akan bahwa gangguan jantung pada lansia seperti
berisiko tinggi untuk terjatuh atau hipertensi dimana tekanan darah sistolik
mengalami ketidak mampuan dalam sama atau lebih dari 140 mmHg dan tekanan
mobilisiasi yang menyebabkan cidera atau diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg yang
luka tekan.(Watson,2003) Hal ini sejalan terjadi karena menurunya elastisitas arteri
dengan penelitian yang dilakukan (Sari, pada proses menua, bila tidak ditangani
2014) didapatkan hasil bahwa dari 73 orang memicu terjadinya stroke, kerusakan
lansia yang memiliki nutrisi baik 91,3% pembuluh darah, gagal jantung sehingga
dengan tidak memiliki risiko jatuh 67 orang dapat menyebabkan kejadian jatuh. Selain
atau 83,3% dan 3 orang dengan risiko rendah faktor itu faktor aktivitas fisik juga dapat
atau 3,8% dan 3 orang memiliki risko tinggi mempengaruhi tingkat resiko jatuh pada
atau 3,8%. Sedangkan 7 dari yang memilki kedua responden terutama pada Ny.W yang
risiko malnutrisi diantaranya 3 orang atau sering melakukan aktifitas fisik
3,8% tidak memiliki risiko jatuh dan 3 orang dibandingankan dengan Ny.M. hal ini seperti
atau 3,85 memiliki risiko jatuh rendah dan 1 yang dikatakan oleh Nelson,2007 bahwa
orang atau 1,35 memiliki risiko tinggi jatuh. aktivitas fisik dapat mengurangi resiko jatuh
Riwayat penyakit Diabetes miletus juga dan cedera akibat jatuh sebanyak 35-
mempengaruhi terhadap keseimbangan 45%.Hal ini juga dikatakan oleh Manangkot,
dikarnakan adanya kadar gula yang tinggi 2016 bahwa tingginya risiko jatuh pada
dalam darah menyebabkan gangguan sistem pasien disebakan karena kurangya aktivitas
somato sensorik (visual, vestibular, yang berakibat pada kekuatan otot yang
proprioceptive) dan motorik menyebabkan perubahan performa ototnya
(musculoskeletal, otot, sendi, jaringan sehingga bepengaruh pada keseimbangan,
lunak). Hal ini di akibatkan karena pasokan apabila lansia tidak melakukan aktifitas fisik
glukosa ke sel dalam jaringan tubuh yang akan memiliki keseimbangan yang buruk
menyebabkan sel kelaparan dan terjadi sehingga menyebabkan risiko jatuh,
peningkatan glukosa sehingga menimbulkan dikarenakan saat melakukan aktivitas fisik
hambatan dalam perfusi ke jaringan otot akan banyak bergerak sehingga memicu
yang akan mengakibatkan jaringan otot terjadinya kontraksi otot, dan menimbulkan
kurang mendapat suplai oksigen dan nutrisi sintesis protein lebih cepat, hal tersebut akan
sehingga energi yang dihasilkan berkurang meningkatkan filamen aktin dan miosindi
yang berdampak pada timbulnya kelemahan dalam miofibril sehingga massa otot
otot dan mengakibatkan atrofi otot, bertambah. Peningkatan tersebut akan
kelemahan otot ini menyebabkan gangguan disertaipula pada peningkatan metabolisme
pada keseimbangan tubuh statis maupun otot yaitu ATP yang berdampak pada
dinamis sehingga gangguan tersebut dapat peningkatan kekuatan otot, jika kekuatan
menyebabkan tubuh goyah dan labil otot optimal maka akan membantu lansia
sehingga meningkatnya risiko jatuh mempertahankan keseimbangan tubuhnya,
(Tilling,2006). Dan juga pada Ny.W yang apabila keseimbangannya baik maka dapat
memiliki riwayat penyakit hipertensi yang mengurangi terjadinya risiko jatuh. (Paster,
dapat memicu terjadinya risiko jatuh. Hal ini 2008) mengatakan bahwa aktifitas fisik
sesuai yang dikatakan oleh Darmojo,2005 dapat memberikan efek positif pada
4
kekuatan otot yang dapat mencegah Nanda, A.J.(2017). Hubungan Antara
terjadinya kelemahan otot progresif. Hal ini Usia Dan Aktivitas Sehari-Hari Dengan
juga didukung oleh penelitian Buatois, 2006 Risiko Jatuh Pasien Instalasi Rawat Jalan
mengatakan aktivitas fisik secara teratur Geriatri. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia,
dapat meningkatkan penggunaan vestibular 199-203.
dan input somatosensory yang meningkatkan Paster, G.(2008). Effects of Physical
proses pusat integrafi pada otak dengan Activity On Strengh And Skeletal Muscle
melibatkan adaptasi yang cepat, serta Fat Infiltration In Older Adults. Journal Appl
menghasilkan motor strategi yang tepat Physical,Vol. 105.pp1498-1503.
untuk menjaga keseimbangan. Sari,P. &. (2014). Depresi Pada Pasien
UsiaLanjut. Jakarta:Interna
SIMPULAN Publishing.
Jalan tendem merupakan aktifitas fisik Syah.(2017). Efek Pelatihan Senam
yang dapat memberikan efek positif pada LansiaDan Latihan Jalan Tandem
kekuatan otot pada lansia sehingga dapat Dalam meningkatkan Keseimbangan
menjaga keseimbangan lansia. Tubuh Lansia Di Panti Sosial
Tresna Kasih Sayang Ibu Batusangkar
Sumatra Barat. Journal Sport
DAFTAR PUSTAKA And Fitness,Vol.5No.1.pp.8-16.
Avionita,N.(2017). Hubungan Tingkat Tilling.(2006). Falls As A Complication
Depresi Dengan Risiko Jatuh Pada Lanjut ofDiabetes Mellitus In Older
Usia. Jurnal Kesehatan,Vol.3.No.2.pp.74-78. People. Journal Of Diabetes and Its
Azizah, L.M.(2011). Keperawatan Complications,Vol.20No.2 Hal 158-162.
Lanjut Usia.Yogyakarta: GRAHA ILMU. Watson.(2003).Perawatan Pada Lansia.
Darmojo.(2005). Beberapa Masalah Jakarta:EGC.
Penyakit Pada Usia Lanjut.Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Festy, P.(2018). Buku Ajar LANSIA
"Lanjut Usia,Perspektif dan Masalah".
Surabaya: UM Surabaya Publishing.
GuptaS, Y.R. (2016). Assesment of
Physical Disability Using Barthel Index
Among Ederly of Rural Areas of
District. Journal Family Med Prim Care,
Vol. 5 No.4 pp.7-853.
Kaplan. (2010). Synopsis Of
Psychiartry. Jakarta: Binarupa Aksara.
Munawwarah, M. (2015). Pemberian
Latihan Pada Lansia Dapat Meningkatkan
Keseimbangan Dan Mengurangi Risiko
Jatuh. Fisioterapi,vol.15no.1.Hal.39.