Materi Basic Training Hmi

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 63

MATERI TRAINING

Latihan Kader I memiliki materi-materi dasar yang sifatnya penanaman dasar


organisasi HMI, atau dengan kata lain materi yang disampaikan pada LK I
merupakan fondasi dalam membentuk kader sesuai dengan kualitas insan cita.
Adapun materi yang diberikan dalam LK I ini harus seragam dan standar di
seluruh cabang, karena jika fondasi ini beragam akan mengakibatkan konstruksi
yang lemah.

Materi-materi yang diberikan dalam LK I ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
materi pokok dan materi penunjang atau tambahan. Materi pokok adalah
kelompok materi yang wajib ada dan disampaikan dalam forum LK I, materi ini
merupakan materi standar secara “internasional” bagi pelaksanaan LK I HMI.
Alokasi waktu dan prinsip nilai dalam materi pokok tidak boleh ditambah, apalagi
dikurangi, penambahan terhadap materi pokok dapat ditoleransi hanya
menyentuh aspek sudut pandang atau pengembangan kearifan lokal (misal
penekanan pada pembelaan kaum tertindas dengan studi kasus tertentu).
Sedangkan materi penunjang atau tambahan adalah materi yang telah menjadi
kemestian untuk ada dalam training (misal materi perkenalan dan orientasi
latihan, dan materi evaluasi dan rencana tindak lanjut), atau materi yang
merupakan prasyarat tercapainya pemahaman materi pokok (misal materi
pengantar ideologi, dan materi pengantar filsafat ilmu, sebagai prasyarat
optimalisasi pemahaman materi Nilai Dasar Perjuangan, atau materi teknik dan
etika diskusi, sebagai prasyarat berjalannya diskusi yang baik dalam
pertrainingan), atau materi yang memiliki hubungan/penurunan dari materi pokok
dan memiliki keterkaitan dengan tujuan perkaderan yang menjadi karakter lokal.

3.1 MATERI POKOK

Materi pokok yang diberikan dalam Latihan Kader I meliputi (1) Materi Sejarah
Perjuangan HMI, (2) Materi Konstitusi HMI, (3) Materi Nilai Dasar Perjuangan,
(4) Materi Misi HMI, dan (5) Materi Kepemimpinan dan Manajemen Organisasi.

3.1.1 Materi Sejarah Perjuangan HMI

A. Silabus

JENJANG SEJARAH ALOKASI WAKTU:


LATIHAN KADER I PERJUANGAN HMI 8 JAM

Tujuan Pembelajaran Umum:


Peserta dapat memahami sejarah dan dinamika perjuangan HMI

Tujuan Pembelajaran Khusus:


1 . Peserta dapat menjelaskan latar belakang berdirinya HMI.
2. Peserta dapat menjelaskan gagasan dan visi pendiri HMI.
3. Peserta dapat mengklafisikasikan fase-fase perjuangan HMI.

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 12

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan:


1 . Pengantar Ilmu Sejarah.
1.1. Pengertian Ilmu Sejarah.
1.2. Manfaat dan Kegunaan Mempelajari Sejarah.
2. Misi Kelahiran Islam.
2.1. Masyarakat Arab Pra Islam.
2.2. Periode Kenabian Muhammad.
2.2.1. Fase Makkah.
2.2.2. Fase Madinah.
3. Latar Belakang Berdirinya HMI.
3.1. Kondisi Islam di Dunia.
3.2. Kondisi Islam di Indonesia.
3.3. Kondisi Perguruan Tinggi dan Mahasiswa Islam.
3.4. Saat Berdirinya HMI.
4. Gagasan dan Visi Pendiri HMI.
4.1. Sosok Lafran Pane.
4.2. Gagasan Pembaruan Pemikiran ke-Islaman.
4.3. Gagasan dan Visi Perjuangan Sosial-budaya.
4.4. Komitmen ke-Islaman dan Kebangsaan sebagai dasar perjuangan
HMI.
5. Dinamika Sejarah Perjuangan HMI dalam Sejarah Perjuangan Bangsa.
5.1. HMI Dalam Fase Perjuangan Fisik
5.2. HMI Dalam Fase Pertumbuhan dan Konsolidasi Bangsa
5.3. HMI Dalam Fase Transisi Orde Lama dan Orde Baru
5.4. HMI Dalam Fase Pembangunan dan Modernisasi Bangsa
5.5. HMI Daiam Fase Pasca Orde Baru

Metode :
Menjunjung tinggi kearifan lokal

Evaluasi:
Memberikan test objektif/subjektif dan penugasan dalam bentuk resume.

Referensi :
1. Drs. Agus Salim Sitompul, Sejarah Perjuangan HMI (1974-1975), Bina
Ilmu
2. DR. Victor I. Tanja, HMI, Sejarah dan Kedudukannya Ditengah Gerakan
Muslim Pembaharu Indonesia, Sinar Harapan, 1982.
3. Prof. DR. Deliar Noer, Partai Islam Dipentas Nasional, Graffiti Pers, 1984
4. Sulastomo, Hari-hari Yang Panjang, PT. Gunung Agung, 1988
5. Agus-Salim Sitompul, Historiografi HMI, Tintamas, 1995
6. Ramli Yusuf (ed), 50 tahun HMI Mengabdi, LASPI, 1997.
7. Ridwan Saidi, Biografi A. Dahlan Ranuwiharjo, LSPI, 1994.
8. M. Rusli Karim, HMI MPO Dalam Pergulatan Politik di Indonesia, Mizan,
1997
9. Muhammad Kamal Hasan, Modernisasi Indonesia, Respon Cendikiawan
Muslim Masa Orde Baru, LSI 1987.
10. Muhammad Hussein Haikal, Sejarah Hidup Muhammad, LiteraAntarNusa
11. Dr. Badri Yatim, MA, Sejarah Peradaban Islam, I, II, III, Rajawali Pers
12. Thomas W. Arnold, Sejarah Dakwah Islam
13. Moksen ldris Sirfefa et. Al (ed), Mencipta dan Mengabdi, PB HMI, 1997
14. Hasil-hasil Kongres HMI
15. Sejarah Kohati
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 13

16. Sharsono, HMI Daiam Lingkaran Politik Ummat Islam, Cl IS, 1997.
17. Prof. DR. Deliar Noer, Gerakan Modern Islam Indonesia (1902-1942),
LP3ES, 1980.
18. Literatur lain yang relevan

B. Materi Terurai

PENGANTAR ILMU SEJARAH

Pengertian
Sejarah adalah suatu kebetulan terjadi di masa yang telah lalu dan benar-benar
terjadi, dan kebetulan pula dicatat, biasanya kebenaran sejarah didukung bukti-
bukti yang membenarkan peristiwa itu benar-benar terjadi. Menurut kamus besar
bahasa Indonesia, ilmu sejarah adalah suatu pengetahuan atau uraian mengenai
peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi di masa
lampau. Dari pengertian atau definisi di atas maka dapatlah dibedakan antara
sejarah dan ilmu sejarah, sejarah adalah kejadian atau peristiwanya, sedangkan
ilmu sejarah adalah ilmu yang mempelajari kejadian atau peristiwa tersebut.

Manfaat dan Kegunaan Mempelajari Ilmu Sejarah


Manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dari kejadian yang telah lampau
adalah pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat itu, dan
dengan mempelajari maka dapat diambil hikmah/pelajaran dari peristiwa
tersebut. Pada peristiwa yang terjadi dapat dianalisis kelebihan dan kekurangan
yang ada dari peristiwa itu, dan pengetahuan tersebut dapat meningkatkan
kehati-hatian dalam mengambil keputusan pada masa saat ini dengan
mempertimbangkan prinsip nilai yang terjadi di masa lalu, karena pada dasarnya
peristiwa masa lalu linear dengan masa saat ini dan yang akan datang.

MISI KELAHIRAN ISLAM

Masyarakat Arab Pra Islam


Masyarakat Arab pra Islam atau yang lebih dikenal dengan masyarakat jahiliyah
hidup dalam keterbelakangan, baik pengetahuan, sosial budaya maupun
peradaban. Masyarakat arab pra Islam tidak mengenal tulis dan baca, walaupun
ada yang dapat menulis dan membaca itu hanya sebagian kecil saja, namun
pemahaman atau kebanggaan akan sastra demikian tingginya, jadi dapat
disimpulkan bahwa masyarakat Arab pada masa itu hidup dalam kebodohan.
Posisi wanita pada saat itu tidak dihargai, mereka hanya dipandang sebagai
benda bergerak yang menyenangkan, bahkan wanita dianggap sebagai beban
dan sumber bencana, implikasinya adalah ada anggapan jika memiliki anak
wanita akan mengakibatkan kemiskinan. Dampak dari pandangan itu, maka tak
heran jika mereka sering mengubur bayi wanita hidup-hidup (kalau sekarang,
belum lahir sudah dibunuh). Selain itu masyarakat Arab pra Islam hidup dalam
perpecahan klan (keluarga besar), karena mereka lebih menonjolkan ego
kesukuan atau kabilah, ini menyebabkan masyarakat Arab sering berperang
antar kabilah dan tidak memiliki rasa kebangsaan yang menyebabkan bangsa
Arab menjadi lemah dan terpecah-pecah.

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 14

Periode Kenabian Muhammad


# Fase Makkah
Muhammad lahir di Makkah pada masa keadaam masyarakat yang buruk
sekali. Muhammad lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah, bertepatan
dengan tanggal 20 April 571 M. Muhammad putra tunggal dari pasangan
Abdullah dan Aminah. Sejak kecil Muhammad memiliki sifat yang terpuji
sehingga kemudian ia dijuluki “al-amin” atau orang yang dapat dipercaya.
Pada usia yang ke-25 Muhammad menikah dengan seorang janda kaya yang
bernama Khadijah. Dalam masa pernikahannya ini Muhammad sering
melakukan perenungan/kontemplasi di luar kota Makkah, tepatnya di sebuah
gua yang bernama Hira, beliau selalu memikirkan keadaan masyarakatnya
yang demikian rusak.

Pada saat Muhammad mendekati usia 40 tahun, beliau makin sering stress
memikirkan bangsanya, sehingga pelariannya dengan menyepi di gua Hira
semakin sering kuantitasnya. Suatu malam di bulan Ramadhan tepatnya
tanggal 17 Ramadhan yang bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610,
datanglah suatu penampakan yang ternyata adalah malaikat Jibril yang
menyampaikan wahyu pertama (Al-Alaq : 1 – 5), dan ini pertanda bahwa
Muhammad telah dilantik menjadi rasul dan nabi walaupun tanpa berita acara.
Pasca wahyu di gua Hira, Muhammad s.a.w. mendapat wahyu-wahyu
berikutnya yang memerintahkan kepada Muhammad s.a.w untuk
menyampaikan dakwah. Isi dakwahnya adalah ajakan untuk melakukan
perubahan-perubahan yang revolusioner, perubahan yang dibawa antara lain
perubahan akhlak, karena Islam mengajarkan akhlak yang baik. Perubahan
lain adalah nilai persamaan, yang dimaksud adalah kesetaraan antar umat
manusia, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, antar ras,
bangsa, dan lain sebagainya, di mata Allah yang berbeda adalah ketaqwaan.
Selain itu, ilmu pengetahuan menjadi sesuatu yang penting untuk dilakukan,
serta membangun solidaritas persaudaraan yang berimplikasi pada penguatan
nasionalisme atau keutuhan dalam berbangsa dan beragama.

Pada fase Makkah ajaran yang disampaikan Muhammad s.a.w berkaitan atau
berhubungan pada nilai ketauhidan atau iman, karena pada saat itu jaran Islam
baru tegak kembali, sehingga yang harus dibangun pertama-tama adalah
fondasi aqidah atau iman yang dijadikan landasan fundamental.

Tiap tahun kota Makkah selalu didatangi oleh kabilah-kabilah dari seluruh Arab
yang datang untuk untuk melakukan shoping atau ibadah haji. Muhammad
s.a.w melakukan dakwah terhadap orang-orang tersebut, dan usaha ini tidak
sia-sia karena dari kalangan yang berasal dari daerah-daerah tersebut ada
yang menyatakan keimanannya, diantaranya dari Yastrib. Konsekuensi logis
dari gerakan revolusioner berdampak pada peningkatan konstelasi politik
masyarakat Makkah, yang pada akhirnya memberikan satu pilihan kepada
Muhammad s.a.w untuk meninggalkan Makkah. Pada hijrah yang kedua,
Muhammad s.a.w. menginstruksikan kepada para pendukungnya untuk
meninggalkan kota Makkah menuju Yastrib yang dikemudian hari dikenal
dengan Madinah. Muhammad s.a.w pun pada akhirnya terpaksa harus
meninggalkan Makkah menuju Madinah, maka dimulailah babak baru dalam
Islam, fase Madinah.

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 15

# Fase Madinah
Fase Madinah dimulai sejak hijrahnya Muhammad s.a.w dari Makkah ke
Madinah, karena Madinah dianggap baik untuk pembenihan Islam. Kaum
muslimin yang berada di Madinah terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Anshar
(kaum muslimin tuan rumah) dan Muhajirin (kaum muslimin pendatang dari
Makkah), maka langkah pertama yang dilakukan adalah mempertalikan
hubungan kekeluargaan atau hubungan persaudaraan antara kaum Anshar
dan Muhajirin, karena hanya dengan persatuanlah, maka umat Islam akan
kuat. Selanjutnya dilakukan lobi-lobi politik atau perjanjian dengan kelompok di
luar Islam yang ada di Madinah, karena pada saat itu telah ada kelompok lain
yang tinggal di sana, antara lain Yahudi.

Dimadinahlah Muhammad s.a.w. melakukan pembinaan masyarakat Islam.


Pembinaan masyarakat ini tidak hanya di bidang aqidah, tetapi juga
menyangkut masalah politik, ekonomi, dan sosial budaya. Di Madinah
perkembangan ajaran Islam maju dengan pesat, pada fase ini ajaran lebih
ditekankan pada hukum kemasyarakatan atau lebih kepada muamallah.
Dengan semakin besarnya kamum muslimin, dianggap merupakan ancaman
bagi kelompok lain, maka semakin benci pula orang-orang Quraisy kepada
Muhammad s.a.w. dan para pendukungnya. Konstelasi kebencian makin
meningkat sehingga mengakibatkan timbulnya peperangan, antara lain Badr,
Uhud, Ahzab, Khandaq, dan beberapa perang lainnya. Pada prinsipnya bagi
kaum muslimin peperangan ini adalah upaya defensif dan dalam rangka
menegakkan kalimah tauhid.

Muhammad s.a.w. mangkat dan dimakamkan di Madinah di usia 63 tahun,


pada tanggal 12 Rabiul Awal 11 H, bertepatan dengan tanggal 8 Juni 632.

LATAR BELAKANG BERDIRINYA HMI

Kondisi Islam di Dunia


Kondisi umat Islam dunia pada saat menjelang kelahiran HMI dapat dikatakan
ketinggalan dibandingkan masyarakat Eropa dengan Reinasance-nya. Ini dapat
dilihat dari penguasaan teknologi maupun pengetahuan, bahkan sebagain besar
umat Islam berada di bawah ketiak penindasan nekolim barat yang notabene
dimotori oleh kelompok Kristen. Umat Islam hanya terpaku, terlena oleh
kejayaan masa lampau atau pada zaman keemasan Islam. Umat Islam pada
umumnya tidak memahami ajaran Islam secara komprehensif, sehingga mereka
hanya berkutat seputar ubudiyah atau ritual semata tanpa memahami bahwa
ajaran Islam adalah ajaran paripurna yang tidak hanya mengajarkan hubungan
manusia dengan Tuhan, namun lebih jauh daripada itu menderivasikan
hubungan transenden ke dalam seluruh aspek kehidupan.

Berangkat dari pemahaman ajaran Islam yang kurang, umat berada dalam
keterbelakangan dan fenomena ini terjadi dapat dikatakan di seluruh dunia. Hal
tersebut mengakibatkan terpuruknya umat Islam yang dijanjikan Allah untuk
dipusakai alam semesta. Lebih ironis lagi ketika umat terbagi menjadi berbagai
golongan yang hanya berangkat dari masalah khilafiyah, yang bedampak pada
melemahnya kekuatan Islam.

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 16

Kondisi Islam di Indonesia


Tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di dunia saat itu, umat Islam berada
dalam cengkaraman nekolim barat. Penjajah memperlakukan umat Islam
sebagai masyarakat kelas bawah dan diperlakukan tidak adil, serta hanya
menguntungkan kelompok mereka sendiri atau rakyat yang sudah seideologi
dengan mereka.

Umat Islam Indonesia hanya mementingkan kehidupan akhirat (katanya sich),


dengan penonjolan simbolisasi Isalam dalam ubudiyah, sebagai upaya
kompensasi atas ketidakberdayaan untuk melawan nekolim, sehingga
pemahaman umat tidak secara benar dan kaffah. Bahkan ada sebagian ulama
ang menyatakan bahwa pintu ijtihad telah ditutup, hal ini menyebabkan umat
hidup dalam suasana taqlid dan jumud. Selain itu umat Islam Indonesia berada
dalam perpecahan berbagai macam aliran/firqah dan masing-masing golongan
melakukan truth claim, hal ini menyebabkan umat Islam Indonesia tidak kuat
akibat kurang persatuan di kalangan umat Islam di Indonesia.

Kondisi Perguruan Tinggi dan Mahasiswa Islam


Perguruan tinggi adalah tempat untuk menuntut ilmu yang akan menghasilkan
para pemimpin untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. Selain itu
perguruan tinggi adalah motor penggerak perubahan, dan perubahan tersebut
diharapkan menuju sesuatu yang lebih baik. Begitu pentingnya perguruan tinggi,
maka banyak golongan yang ingin menguasainya demi untuk kepentingan
golongan tersebut.

Sejalan dengan perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan yang strategis


tersebut, ada beberapa faktor dominan yang menguasai dan mewarnai
perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan, antara lain sistem yang diterapkan
khususnya di perguruan tinggi adalah sistem pendidikan barat yang mengarah
pada sekularisme dan dapat menyebabkan dangkalnya agama atau aqidah
dalam kehidupan. Selain itu adanya organisasi kemahasiswaan yang berhaluan
komunis dan ini menyebabkan aspirasi Islam dan umat Islam kurang
terakomodir.

Faktor-faktor di atas adalah ancaman yang serius, karena menyebabkan


masalah dalam hidup dan kehidupan serta keberadaan Islam dan umat Islam.
Mahasiswa Islam kurang memiliki ruang gerak karena berada dalam sistem yang
sekuler dan tidak sesuai dengan ajaran Islam, dan harus menghadapi tantangan
dari mahasiswa komunis yang sangat bertentangan dengan fitrah manusia dan
bertentangan pula dengan ajaran Islam. Jelas sudah bahwa mahasiswa Islam
sangat sulit untuk bergerak memperjuangkan aspirasi umat Islam.

Saat Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)


HMI lahir pada saat umat Islam Indonesia berada dalam kondisi yang
memprihatinkan, yaitu terjadinya kesenjangan dan kejumudan pengetahuan,
pemahaman, penghayatan ajaran Islam sehingga tidak tercermin dalam
kehidupan nyata.

Pada saat HMI berdiri, sudah ada organisasi kemahasiswaan, yaitu Perserikatan
Mahasiswa Yogyakarta (PMY), namun PMY didominasi oleh partai sosialis yang
berpaham komunis. Akibat didominasi oleh partai sosialis maka PMY tidak
independen untuk memperjuangkan aspirasi mahasiswa, maka banyak
mahasiswa yang tidak sepakat dan tidak bisa membiarkan mahasiswa terlbat
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 17

dalam polarisasi politik. Sebagai realisasi dari keinginan tersebut maka di


Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan tanggal 5
Pebruari 1947 sebuah organisasi kemahasiswaan, yaitu Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) sebagai organisasi independen dan sebagai anak umat dan anak
bangsa.

GAGASAN DAN VISI PENDIRI HMI

Sosok Lafran Pane


Berdasarkan penelusuran dan penelitian sejarah, maka Kongres XI HMI tahun
1974 di Bogor menetapkan Lafran Pane sebagai pemrakarsa berdirinya HMI, dan
disebut sebagai pendiri HMI.

Lafran Pane adalah anak keenam dari Sutan Pangurabaan Pane, lahir di Padang
Sidempuan, 5 Pebruari 1922, pendidikan Lafran Pane tidak berjalan “normal” dan
“lurus”. Lafran Pane mengalami perubahan kejiwaan yang radikal sehingga
mendorong dirinya untuk mencari hakikat hidup sebenarnya. Desember 1945
Lafran Pane pindah ke Yogyakarta, karena Sekolah Tinggi Islam (STI) tempat ia
menimba ilmu pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Pendidikan agama Islam yang
lebih intensif ia peroleh dari dosen-dosen STI, mengubur masa lampau yang
kelam.

Bagi Lafran Pane, Islam merupakan satu-satunya pedoman hidup yang


sempurna, karena Islam menjadikan manusia sejahtera dan selamat di dunia dan
akhirat. Pada tahun 1948, Lafran Pane pindah studi ke Akademi Ilmu Politik
(AIP). Saat Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada dan fakultas kedokteran di
Klaten, serta AIP Yogyakarta dinegerikan pada tanggal 19 Desember 1949
menjadi Universitas Gadjah Mada (UGM), secara otomatis Lafran Pane termasuk
mahasiswa pertama UGM. Setelah bergabung menjadi UGM, AIP berubah
menjadi Fakultas Hukum Ekonomi Sosial Politik, dan Lafran Pane menjadi
sarjana pertama dalam ilmu politik dari fakultas tersebut pada tanggal 26 Januari
1953.

Gagasan Pembaharuan Pemikiran Keislaman


Untuk melakukan pembaharuan dalam Islam, maka pengetahuan, pemahaman,
penghayatan dan pengamalanumat Islam akan agamanya harus ditingkatkan,
sehingga dapat mengetahui dan memahami ajaran Islam secara benar dan utuh.
Kebenaran Islam memiliki jaminan kesempurnaannya sebagai peraturan untuk
kehidupan yang dapat menghantarkan manusia kepada kebahagian dunia dan
akhirat.

Tugas suci umat Islam dalah mengajak umat manusia kepada kebenaran Illahi
dan kewajiban umat Islam adalah menciptakan masyarakat adil makmur material
dan spiritual. Dengan adanya gagasan pembaharuan pemikiran keislaman,
diharapkan kesenjangan dan kejumudan pengetahuan, pemahaman,
penghayatan dan pengamalan ajaran Islam dalpat dilakukan dan dilaksanakan
sesuai dengan ajaran Islam. Kebekuan pemikiran umat Islam telah membawa
pada arti agama yang kaku dan sempit, tidak lebih dari agama yang hanya
melakukan peribadatan. Al-Qur’an hanya dijadikan sebatas bahan bacaan, Islam
tidak ditempatkan sebagai agama universal. Gagasan pembaharuan pemikiran
Islam ini pun hendaknya dapat menyadarkan umat Islam yang terlena dengan
kebesaran dan kejayaan masa lalu.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 18

Gagasan dan Visi Perjuangan Sosial Budaya


Ciri utama masyarakat Indonesia adalah kemajemukan sosial budaya,
kemajemukan tersebut merupakan sumber kekayaan bangsa yang tidak ternilai,
tetapi keberagaman yang tidak terorganisir akan mengakibatkan perpecahan
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tujuan awal saat HMI berdiri juga tidak terlepas pada gagasan dan visi
perjuangan sosial budaya, yaitu :
1. Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat
rakyat Indonesia
2. Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam
Dari tujuan tersebut jelaslah bahwa HMI ingin agar kehidupan sosial budaya
yang ada menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia guna
mempertahankan kemerdekaan yang baru diraih. Untuk menegakkan dan
mengembangkan ajaran Islam pun harus dipelajari kondisi sosial budaya gara
tidak terjadi benturan kultur.

Masyarakat muslim Indonesia yang hanya memahami ajaran Islam sebatas ritual
harus diubah pemahamannya dan keadaan sosial budaya yang telah mengakar
ini tidak dapat diubah serta merta, tetapi melalui proses panjang dan bertahap.

Komitmen Keislaman dan Kebangsaan sebagai Dasar Perjuangan HMI


Dari awal terbentuknya HMI telah ada komitmen keumatan dan kebangsaan
yang bersatu secara integral sebagai dasar perjuangan HMI yang dirumuskan
dalam tujuan HMI yaitu :
a) Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat
rakyat Indonesia yang didalamnya terkandung wawasan atau pemikiran
kebangsaan atau ke-Indonesiaan
b) Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam yang didalamnya
terkandung pemikiran ke-Islaman
Komitmen tersebut menjadi dasar perjuangan HMI didalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Sebagai organisasi kader, wujud nyata perjuangan HMI dalam
komitmen keumatan dan kebangsaan adalah melakukan proses perkaderan
yang ingin menciptakan kader berkualitas insan cita yang mampu menjadi
pemimpin yang amanah untuk membawa bangsa Indonesia mencapai asanya.

Komitmen keislaman dan kebangsaan sebagai dasar perjuangan masih melekat


dalam gerakan HMI. Kedua komitmen ini secara jelas tersurat dalam rumusan
tujuan HMI (hasil Kongres IX HMI di Malang tahun 1969) sampai sekarang,
“Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah
SWT”. Namun kedua komitmen itu tidak dilakukan secara institusional,
melainkan dampak dari proses pembentukan kader yang dilakukan oleh HMI.

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 19

DINAMIKA SEJARAH PERJUANGAN HMI


DALAM SEJARAH PERJUANGAN BANGSA

HMI dalam Fase Perjuangan Fisik


HMI ikut berjuang dalam perjuangan fisik ketika terjadi pemberontakan PKI di
Madiun pada tahun 1948. Pemberontakan tersebut bertujuan mengambil alih
kekuasaan pemerintahan yang sah dan ingin mendirikan “Soviet Republik
Indonesia”. Menghadapi hal tersebut, HMI menggalang seluruh kekuatan
mahasiswa dengan membentuk Corps Mahasiswa. Selama waktu krisis tersebut
anggota HMI terpaksa meninggalkan bangku kuliah untuk mempertahankan
Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pengkhianatan PKI, selain itu HMI pun
terlibat dalam perjuangan fisik menghadapi agresi militer Belanda.

Sebagai nak umat dan anak bangsa, HMI selalu ikut dalam perjuangan fisik demi
mempertahankan negara Republik Indonesia. Dalam mempertahakan NKRI,
anggota-anggota HMI mengganti pena dengan memanggul senjata, HMI merasa
ikut bertanggung jawab dalam mempertahankan kedaulatan NKRI. HMI
berkeyakinan bahwa dalam masyarakat yang berdaulat dan merdeka akan
tercipta keadilan dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu HMI selalu berusaha
untuk memperthankan dan mempersatukan bangsa.

HMI dalam Fase Pertumbuhan dan Konsolidasi Bangsa


Saat HMI baru saja berdiri, terjadi pemberontakan PKI di Madiun yang
merupakan ancaman terhadap kedaulatan bangsa, umat Islam, dan HMI sendiri.
Kekuatan PKI ini makin memuncak pada era 60-an, PKI menjadi salah satu
kekuatan sosial politik besar di Indonesia. Posisi HMI saat itu adalah menentang
ajaran komunis dan mengajak semua pihak yang ada untuk menentang komunis.
Persoalan komunis bukan hanya persoalan bangsa dan negara, tetapi juga
persoalan HMI, akibat sikap HMI tersebut maka PKI menempatkan HMI sebagai
salah satu musuh utama yang harus diberangus. HMI menggalang konsolidasi
dengan semua pihak yang non komunis, karena komunis bertentangan dengan
dasar negara, yaitu Pancasila. Selain itu PKI selalu berusaha untuk merebut
pemerintahan dan kekuasaan yang sah.

Untuk menghadapi pemilu 1955, HMI mengadakan Konferensi Akbar di


Kaliuarang Yogyakarta paa tanggal 9 – 11 April 1955, keputusan yang diambil
adalah :
1) Menyerukan kepada khalayak ramai untuk memilih partai-partai Islam dalam
pemilu yang akan datang
2) Menyerukan kepada partai-partai Islam supaya mengurangi keruncingan-
keruncingan, tidak saling menyerang
3) Kepada warga dan anggota HMI supaya :
a) Wajib aktif dalam pemilu
b) Wajib aktif memilih salah satu partai Islam
c) Mempunyai hak dan kebebasan untuk membantu dan memilih partai
Islam yang disenangi
Dalam menghadapi sidang pleno Majelis Konstituante, PB HMI mengirimkan
seruan kepada seluruh anggota fraksi partai-partai Islam di konstituante agar
dapat memikul amanah umat Islam di Indonesia.

Ketika Demokrasi Terpimpin berjalan, HMI mendapat tekanan kuat, karena ada
tuduhan bahwa HMI kontra revolusi, dan lain-lain. Oleh karena itu HMI
menggelar Musyawarah Nasional Ekonomi HMI se-Indonesia di Jakarta pada
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 21

Peran HMI dalam pembangunan bangsa dapat dijabarkan sebagai berikut :


1) Partisipasi dalam pembentukan situasi dan iklim
2) Partisipasi dalam pemberian konsep
3) Partisipasi dalam bentuk pelaksanaan
Dalam menjalani peran tersebut, banyak halangan dan rintangan yang justru
sebenarnya lebih dominan faktor internal, misalnya pergeseran nilai yang
berdampak pada hilangnya ruh perjuangan HMI. Selain itu faktor eksternal
memaksa HMI untuk terbawa pusaran kekuasaan, misal masalah asas tunggal
yang mengakibatkan perpecahan HMI menjadi dua yaitu HMI yang bermarkas di
Diponegoro dan HMI yang menamakan dirinya Majelis Penyelamat Organisasi.

HMI dan Fase Pasca Orde Baru


Setelah runtuhnya Orde Baru, dimulailah babak baru perjalanan bangsa yang
dikenal dengan sebutan Reformasi. Namun ternyata sampai saat ini reformasi
masih berupa angan yang belum dapat terealisir, ironisnya kehilangan arah,
karena banyak komponen bangsa yang ingin merasakan sesuatu yang instan,
tetapi dengan harapan berumur panjang.

Peran HMI dalam reformasi banyak dipertanyakan orang, analisa sementara ini
diakibatkan penempatan peran HMI yang “salah” pada fase pembangunan.
Bahkan gerakan mahasiswa di luar HMI seringkali menempatkan HMI sebagai
common enemy.

Dinamika organisasi di manapun akan selalu mengalami fluktuasi, akankah HMI


tetap bertahan ?

3.1.2 Materi Konstitusi HMI

A. Silabus

JENJANG: KONSTITUSI HMI ALOKASI WAKTU:


LATIHAN KADER I 10 JAM

Tujuan Pembelajaran Umum:


Peserta dapat Memahami ruang lingkup konstitusi

Tujuan Pembelajaran Khusus:


1. Peserta dapat menjelaskan ruang lingkup konstitusi HMI dan hubungannya
dengan pedoman pokok organisasi lainnya.
2. Peserta dapat mempedomani konstitusi HMI dan pedoman-pedoman pokok
organisasi dalam kehidupan berorganisasi.

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan


1. Pengantar Ilmu Hukum
1.1. Pengertian dan Fungsi Hukum
1.2. Hakekat Hukum
1.3. Pengertian Konstitusi dan arti pentingnya dalam organisasi
2. Ruang lingkup Konstitusi HMI
2.1. Makna Mukodimah AD HMI
2.2. Makna HMI sebagai organisasi yang berasaskan Islam

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 22

2.3. Anggaran Dasar dan Rumah Tangga HMI


2.3.1. Masalah keanggotaan
2.3.2. Masalah Struktur Kekuasaan
2.3.3. Masalah Struktur Kepemimpinan
3. Pedoman-pedoman Dasar Organisasi
3.1. Pedoman Perkaderan.
3.2. Pedoman Kohati
3.3. Pedoman Lembaga Kekaryaan
3.4. Pedoman atribut HMI
3.5. GPPO dan PKN
4. Hubungan Konstitusi AD/ART dengan pedoman-pedoman Organisasi
lainnya.

Metode :
Menjunjung tinggi kearifan lokal

Evaluasi:
Melaksanakan test Objektif/subjektif dan penugasan.

Referensi:
1. Hasil-hasil kongres.
2. Zainal Abidin Ahmad, Piagam Muhammad, Bulan Bintang, t.t.
3. Prof. DR. Mukhtar Kusuatmadja, SH, LMM dan DR. B. Sidharta, SH,
Pengantar Ilmu Hukum; Suatu pengenalan Pertama berlakunya Ilmu Hukum,
Penerbit Alumni, Bandung, 2000.
4. Prof. Chainur Arrasjid, SH. Dasar-dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta,
2000
5. UUD 1945 (untuk perbandingan)
6. Literatur lain yang relevan.

B. Materi Terurai

Pengertian
Konstitusi adalah bentuk peraturan perundangan yang tertinggi yang menjadi
dasar dan sumber semua peraturan perundangan yang dibawahnya dalam suatu
organisasi/negara.
Konstitusi : - Aturan pokok
- Hukum pokok

Qur’an & Hadist Æ Islam


Pancasila & UUD 1945 Æ Indonesia
AD/ART Æ Organisasi

Syarat yang harus dimiliki agar konstitusi menjadi penentu arah, tindakan dan
piagam (sebagai dasar pijakan) :
1. Bentuknya
Sebagai naskah tertulis yang merupakan perundangan tertinggi yang berlaku
dalam suatu organisasi/negara.
2. Isinya
Merupakan peraturan yang bersifat fundamental; artinya tidak semua
masalah yang penting harus dibuat, melainkan hal-hal yang bersifat pokok,
dasar atau azas-azasnya saja.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 23

3. Sifatnya
• Universal
• Fleksibel
• Luwes

PIAGAM MADINAH
(Untuk perbandingan)

Prinsip-prinsip umum atau pokok-pokok pikiran


1. Monotheisme
Konsep tauhid terdapat dalam Mukadimmah, pasal 22, 23, 42 dan akhir
pasal 47
2. Persatuan dan kesatuan
Terdapat dalam pasal 1, 15, 17, 25, dan 37
3. Persamaan dan keadilan
Terdapat pada pasal 13, 15, 16, 22, 24, 37, dan 40
4. Kebebasan beragama
Terdapat pada pasal 25
5. Bela negara
Tersirat dalam pasal 24, 37, 38, dan 44
6. Pelestarian adat yang baik
Terdapat dalam pasal 2 – 10. Adat yang dipertahankan seperti gotong-
royong, pembayaran diat dan tebusan tawanan.

Ruang Lingkup Konstitusi HMI

Mukadimmah
Alinea 1 :
1) Islam ajaran yang haq dan sempurna (Ali Imron 19)
2) Fitrah manusia : Hanief/cenderung pada kebenaran (Al-Araf 172)
3) Khalifah fil ardh (Al-Baqarah 30)
4) Pengabdian diri (Az-Zariat 56)

Alinea 2 :
Azas keseimbangan (Al-Qashash 77)
Duniawi – Ukhrawi, Individu – Sosial, Iman – Ilmu – Amal

Alinea 3 :
1) Kemerdekaan merupakan rahmat Allah SWT
(At-Taubah 41, Al-Baqarah 105, Yunus 25)
2) Umat Islam wajib mengisi kemerdekaan (fungsi umat Islam)
(Al-Anfal 61, Al-Jum’ah 10, Ar-Radu 11)
3) Adil makmur

Alinea 4 :
1) Fungsi generasi muda Islam
2) Orientasi pengabdian kepada Allah SWT (Az-Zariat 56)

Makna HMI sebagai Organisasi berasaskan Islam


HMI adalah organisasi yang menghimpun mahasiswa yang (mengaku) beragama
Islam dimana secara individu dan organisatoris memiliki cirri-ciri keislaman, dan
menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunah sebagai sumber norma, sumber nilai,

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 24

sumber inspirasi dan sumber aspirasi di dalam setiap aktivitas dan dinamika
organisasi.

Anggaran Dasar dan Rumah Tangga HMI


Anggaran Dasar dan Rumah Tangga HMI merupakan konstitusi HMI, isinya
memuat aturan-aturan pokok organisasi yang bersifat fundamental. Secara
khusus masalah-masalah yang memerlukan penjelasan lebih lanjut diurai dalam
beberapa naskah, yaitu penjelasan dan pedoman-pedoman organisasi lainnya.

Hal utama yang harus diketahui kader selain asas dan implikasinya adalah
masalah tentang keanggotaan, dan struktur organisasi.

Yang dapat menjadi anggota HMI adalah mahasiswa Islam yang terdaftar pada
perguruan tinggi dan/atau yang sederajat yang ditetapkan oleh Pengurus HMI
Cabang/Pengurus Besar HMI. Keanggotaan HMI dibagi menjadi tiga, yaitu :
1) Anggota Muda
Anggota muda adalah mahasiswa Islam yang menuntut ilmu di perguruan
tinggi atau yang sederajat dan telah mengikuti Maperca
2) Anggota Biasa
Anggota biasa adalah anggota muda yang telah memenuhi syarat dan atau
anggota muda yang telah mengikuti Latihan Kader I
3) Anggota Kehormatan
Anggota kehormatan adalah orang yang berjasa kepada HMI yang telah
ditetapkan oleh Pengurus HMI Cabang/Pengurus Besar HMI.

Setiap mahasiswa Islam yang berkeinginan untuk bergabung di HMI dengan


status sebagai anggota harus mengajukan permohonan secara menyatakan
secara tertulis kesediaan mengikuti dan menjalankan AD/ART serta pedoman
HMI lainnya kepada pengurus cabang setempat. Apabila yang bersangkutan
memenuhi syarat dan telah mengikuti Maperca, maka dinyatakan sebagai
anggota muda HMI, kemudian jika anggota muda tersebut telah megikuti dan
lulus Latihan Kader I akan dinyatakan sebagai anggota biasa HMI.

Masa keanggotaan HMI dihitung sejak kelulusan dari Latihan Kader I dan akan
berakhir maksimum 5 (lima) tahun untuk program S0, 7 (tujuh) tahun untuk
program S1, dan 9 (sembilan) tahun untuk program pasca sarjana. Perhitungan
tahun antar program bukan dibuat akumulasi. Selain habis masa keanggotaan,
status anggota HMI juga dapat berakhir jika anggota yang bersangkutan
meninggal dunia, mengundurkan diri, dan diberhentikan atau dipecat. Dalam
keadaan tertentu masa keanggotaan dapat diperpanjang apabila yang
bersangkutan masih menduduki kepengurusan di HMI, dan akan diperpanjang
sampai masa kepengurusannya berakhir.

Anggota muda HMI mempunyai hak bicara tetapi tidak mempunyai hak suara
(gimana bisa bicara kalo bersuara tidak boleh), dan mengikuti Latihan Kader I.
Anggota biasa memiliki hak suara sehingga otomatis punya hak bicara, mengikuti
latihan dalam organisasi sesuai dengan peruntukannya, dan mempunyai hak
untuk dipilih sebagai fungsionaris pengurus HMI sesuai dengan peruntukannya.
Anggota kehormatan dapat mengajukan saran/usul dan pertanyaan kepada
pengurus secara lisan atau tertulis.

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 25

Anggota HMI berkewajiban untuk menjaga nama baik organisasi, berpartisipasi


dalam seluruh kegiatan HMI. Khusus untuk anggota muda dan anggota biasa,
juga harus membayar uang pangkal dan iuran organisasi.

Anggota HMI dapat dipecat karena dua hal :


1) Bertindak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan
oleh HMI
2) Bertindak merugikan atau mencemarkan nama baik organisasi
Yang bisa mencabut status keanggotaan HMI adalah Pengurus HMI Cabang dan
Pengurus Besar HMI, dengan prosedur yang telah diatur secara khusus.

STRUKTUR ORGANISASI
Struktur organisasi HMI terbagi menjadi 2 (dua), yaitu (1) Struktur Kekuasaan,
dan (2) Struktur Pimpinan.

Struktur kekuasaan secara hirarki terdiri dari :


1) Kongres
2) Konferensi/Musyawarah Cabang
3) Rapat Anggota Komisariat

Struktur pimpinan secara hirarki terdiri dari :


1) Pengurus Besar HMI
2) Pengurus HMI Cabang
3) Pengurus HMI Komisariat

Pedoman-Pedoman Dasar Organisasi

Pedoman Perkaderan
Pedoman perkaderan adalah aturan yang khusus membahas tentang sistem
perkaderan yang dilakukan di HMI. Sistem inilah yang dilaksanakan secara
masif, seragam, standar, dan menyeluruh oleh seluruh komponen HMI.

Hal-hal yang menjadi pokok dalam sistem perkaderan HMI adalah :


1. Tujuan Perkaderan
Terciptanya kader Muslim-Intelektual-Profesional yang berakhlakul karimah
serta mampu mengemban amanah Allah sebagai khalifah fil ardh dalam
upaya mencapai tujuan organisasi.
2. Aspek Perkaderan
• Pembentukan integritas watak dan kepribadian
• Pengembangan kualitas intelektual
• Pengembangan kemampuan professional
3. Landasan Perkaderan
¾ Landasan teologis
¾ Landasan ideologis
¾ Landasan konstitusi
¾ Landasan historis
¾ Landasan sosio-kultural

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 26

4. Pola Dasar Perkaderan


• Rekrutmen
• Pembentukan Kader
- Training Formal
- Pengembangan :
Æ Up-Grading
Æ Pelatihan
Æ Aktivitas
• Pengabdian

Pedoman KOHATI
KOHATI adalah singkatan dari Korps HMI-Wati. KOHATI merupakan badan
khusus HMI yang bertugas untuk membina, mengembangkan dan meningkatkan
potensi HMI-Wati dalam wacana dan dinamika gerakan keperempuanan.
KOHATI didirikan pada tanggal 2 Jumadil Akhir 1386 H yang bertepatan dengan
tanggal 17 September 1966 pada Kongres VIII HMI di Solo, KOHATI
berkedudukan dimana HMI berada.

KOHATI bertujuan “Terbinanya muslimah yang berkualitas insan cita”. KOHATI


merupakan organisasi yang bersifat semi otonom. KOHATI memiliki fungsi
sebagai wadah peningkatan dan pengembangan potensi kader HMI dalam
wacana dan dinamika gerakan keperempuanan. Dalam internal HMI, KOHATI
berfungsi sebagai bidang keperempuanan, dan di eksternal HMI, KOHATI
berfungsi sebagai organisasi perempuan. KOHATI berperan sebagai pencetak
dan pembinan muslimah sejati untuk menegakkan dan mengembangkan nilai-
nilai keislaman dan keindonesiaan. Yang dapat menjadi anggota KOHATI
adalah HMI-Wati yang telah lulus Latihan Kader I HMI.

Pedoman Lembaga Kekaryaan

Sejarah Lembaga Kekaryaan HMI


Terbentuknya lembaga kekaryaan sebagai satu dari institusi HMI terjadi pada
kongres ke tujuh HMI di Jakarta pada tahun 1963 dengan diputusakannya
mendirikan beberapa lembaga khusus (sekarang lembaga kekaryaan) dengan
pengurus pusatnya ditentukan berdasarkan kuota yang mempunyai potensi
terbesar pada jenis aktifitas lembaga kekaryaan yang bersangkutan diantaranya :
• Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI) dipusatkan di Surabaya
• Lembaga Da’wah mahasiswa Islam (LDMI) yang dipusatkan di Bandung
• Lembaga Pembangunan Mahasiswa Islam (LPMI) pusatnya di Makassar
• Lembaga Seni Budaya Mahasiswa Islam (LSBMI) pusatnya di Yogyakarta

Dan kondisi politik tahun 60-an berorientasi massa, lembaga kekaryaan pun
semakin menarik sebagai suatu faktor bagi berkembang pesatnya lembaga
kekaryaan ditunjukkan dari :
• Adanya hasil penelitian yang menginginkan dipertegasnya status lembaga
kekaryaan, struktur organisasi dan wewenang lembaga kekaryaan
• Keinginan untuk menjadi lembaga kekaryaan otonom penuh terhadap
organisasi induk HMI

Kemudian sampai pada tahun 1966 diikuti oleh pembentukan Lembaga Tekhnik
Mahasiswa Islam (LTMI), Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam (LPMI),
Lembaga Astronomi Mahasiswa Islam (LAMI). Akhirnya dengan latar belakang di

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 27

atas melalui kongres VIII HMI di Solo melahirkan keputusan Kongres dengan
memberikan status otonom penuh kepada lembaga kekaryaan dengan
memberikan hak yang lebih kepada lembaga kekaryaan tersebut, antara lain :
a. Punya struktur organiasasi yang bersifat nasional dari tingkat pusat sampai
rayon
b. Memiliki Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga (PD/PRT) sendiri
c. Bentuk megadakan musyawarah lembaga termasuk memilih pimpinan
lembaga

Keputusan-keputusan di atas di satu pihak lebih mengarahkan kepada kegiatan


lembaga, namun di lain pihak lebih merugikan organisasi ke tingkat induk bahkan
justru menimbulkan permasalahan serius. Ini dibuktikan dengan adanya evaluasi
pada kongres di Malang pada tahun 1969, dimana kondisi pada saat tersebut
lembaga kekaryaan sudah cenderung mengarah kepada perkembangan untuk
melepaskan diri dari organisasi induknya, sehingga dalam evaluasi kongres IX
HMI di Malang tahun 1969 antara lain melalui papernya mempertanyakan :
a. Status lembaga dan hubungan dengan organisasi induknya (HMI)
b. Perlu tidaknya penegasan oleh kongres, bahwa lembaga kekaryaan adalah
bagian mutlak dari HMI misalnya LKMI menjadi LK HMI, LDMI menjadi LD
HMI, dsb.

Setelah kongres X di Palembang tahun 1971, perubahan kelembagaan tidak lagi


menjadi permasalahan dan perhatian Himpunan. Ha ini mengakibatkan lembaga
kekaryaan perlahan-lahan mengalami kemunduran dan puncaknya terjadi saat
diterbitkannya SK Mendikbud tentang pengaturan kehidupan kemahasiswaan
melalui NKK/BKK tahun 1978.

Namun realitas perkembangan organisasi merasakan perlu dihidupkannya


kembali, lembaga kekaryaan yang dikukuhkan melalui kongres XIII HMI di Ujung
Pandang. Kemudian LK menjadi perhatian/alternatf baru bagi HMI karena
gencarnya isu profesionalisme. Melalui kongres XVI di Padang tahun 1986
pendayagunaan LK kembali dicanangkan.

Lembaga Kekaryaan
Yang dimaksud dengan Lembaga Kekaryaan adalah badan-badan khusus HMI
(diluar KOHATI, LPL) yang bertugas melaksanakan kewajiban-kewajiban HMI
sesuai dengan fungsi dan bidangnya (ladang garapan) masing-masing, latihan
kerja berupa dharma bhakti kemasyarakatan dalam proses pembangunan
bangsa dan negara. Sebagaimana terdapa dalam unsur-unsur pokok Esensi
Kepribadian HMI yang meliputi :
1. Dasar Tauhid yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul yakni dasar
keyakinan bahwa “Tiada Tuhan melainkan Allah”, dan Allah adalah
merupakan inti daripada iman, Islam dan Ihsan.
2. Dasar keseimbangan yaitu keharmonisan antara pemenuhan tugas dunia
dan akhirat, jasmaniah dan rohaniah, iman dan ilmu menuju kebahagiaan
hidup dunia dan akhirat.
3. Kreatif, yakni memiliki kemampuan dengan cipta dan daya pikir nasional dan
kritis, hingga memilki kebijakan untuk berilmu amaliah dan beramal ilmiah.
4. Dinamis, yaitu selalu dalam keadaan gerak dan terus berkembang serta
dengan cepat memberikan respon terhadap setiap tantangan yang dihadapi
sehingga memiliki fungsi pelopor yang militan.
5. Pemersatu, yaitu sikap dan perbuatan angkatan muda yang merupakan
kader seluruh umat Islam Indonesia menuju persatuan nasional.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 28

6. Progresif dan Pembaharu, yaitu sikap dan perbuatan orang muda patriotik
mengutamakan kepentingan bersama bangsa datas kepentingan pribadi.
Memihak dan membela kaum-kaum yang lemah dan tertindas dengan
menentang penyimpangan dan kebatilan dalam bentuk dan manifestasinya.
Aktif dalam pembentukan dan peranan umat Islam Indonesia yang adil dan
makmur yang diridhoi oleh Allah SWT.

Dilihat dari jenisnya, maka lembaga kekaryaan yang pernah ada :


a. Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI)
b. Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI)
c. Lembaga Da’wah Mahasiswa Islam (LDMI)
d. Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam (LAPENMI)
e. Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam (LPMI)
f. Lembaga Teknologi Mahasiswa Islam (LTMI)
g. Lembaga Seni Budaya Mahasiswa Islam (LSMI)
h. Lembaga Astronomi Mahasswa Islam (LAMI)
i. Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI)
j. Lembaga Hukum Mahasiswa Islam (LHMI)
k. Lembaga Penelitian Mahasiswa Islam (LEPMI)
l. Dan lembaga-lembaga yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan karena
lembaga kekaryaan adalah badan pembantu pimpinan HMI, maka dengan
melaksanakan tugas/fungsional (sesuai dengan bidangnya masing-masing)
haruslah terlebih dahulu dirumuskan dalam suatu musyawarah tersendiri.
Musyawarah badan yang selanjutnya disebut rapat kerja itu, bertugas untuk
menjabarkan program HMI yang telah diputuskan oleh instansi-instansi
kekuasaan HMI.

Maksud dan Fungsi Lembaga Kekaryaan


Adanya lembaga kekaryaan dimaksudkan untuk mempertajam alat pencapai
tujuan HMI, sehingga dalam proses dapat terbentuk arah yang jelas, agar
pelaksanaan, pembinaan dan pengembangan Lembaga Kekaryaan benar dapat
terkoordinasikan.
Adapun fungsi dari lembaga kekaryaan adalah :
a. Melaksanakan peningkatan wawasan profesionalsme anggota, sesuai
dengan bidang masing-masing, (Pasal 59 ART HMI) dan lembaga kekeryaan
bertanggung jawab kepada pengurus HMI setempat, (Pasal 60 ayat d ART
HMI)
b. Melaksanakan dan mengembangkan kebijaksanaan HMI untuk meningkatkan
keahlian para anggota melalui pendidikan, penelitian dan latihan kerja praktis
serta darma bakti kemasyarakatan (pasal 60 ayat b ART HMI)

Pedoman Atribut HMI

Pedoman atribut HMI berisi tentang lagu, lambing dan berbagai macam
penerapannya. Lagu yang dijadikan sebagai Hymne HMI adalah lagu yang
diciptakan oleh RM Akbar sebagai berikut :

HYMNE
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bersyukur dan Ikhlas


Himpunan Mahasiswa Islam
Yakin Usaha Sampai
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 29

Untuk kemajuan
Hidayah dan taufiq
Bahagia HMI

Berdoa dan Ikrar


Menjunjung tinggi syiar Islam
Turut Qur’an dan hadist
Jalan keselamatan
Ya Allah berkati
Bahagia HMI

Lambang HMI adalah sebagai berikut :


1. Bentuk huruf alif :
- Sebagai huruf hidup, lambang optimis kehidupan HMI
- Huruf alif merupakan angka 1 (satu) lambang,
dasar/semangat HMI
2. Bentuk perisai :
Lambang kepeloporan HMI
3. Bentuk jantung :
Jantung adalah pusat kehidupan manusia, lambang proses
perkaderan HMI

4. Bentuk pena :
Melambangkan bahwa HMI adalah organisasi mahasiswa yang
senantiasa haus akan ilmu pengetahuan
5. Gambar bulan bintang :
Lambang keimanan seluruh umat Islam di dunia
6. Warna hijau :
Lambang keimanan dan kemakmuran
7. Warna hitam :
Lambang ilmu pengetahuan
8. Keseimbangan warna hijau dan hitam :
Lambang keseimbangan, esensi kepribadian HMI
9. Warna putih :
Lambang kesucian dan kemurnian perjuangan HMI
10. Puncak tiga :
- Lambang Iman, Islam dan Ikhsan
- Lambang Iman, Ilmu dan Amal
11. Tulisan HMI :
Kepanjangan dari Himpunan Mahasiswa Islam

Pengunaan lambang HMI dapat diterapkan pada :


a) Lencana/Badge HMI
b) Bendera
c) Stempel
d) Kartu Anggota
e) Papan Nama HMI
f) Gordon/Selempang HMI
g) Aksesoris atau perlengkapan lain dengan tidak menyimpang dari lambang
dan penggunaannya
Aturan penggunaan dan lainnya diatur dengan rinci.

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 30

Atribut lain yang digunakan dalam HMI adalah :


1) Muts/Peci HMI
2) Baret HMI

Segala sesuatu yang berkaitan dengan atribut diatur dalam ketentuan khusus.

Hubungan Konstitusi dan Pedoman lainnya


Pada dasarnya konstitusi hanya memberikan aturan yang bersifat umum, aturan
secara khusus dijelaskan dalam pedoman-pedoman lainnya. Pedoman lain
berfungsi sebagai penjelasan teknis hal-hal yang dibahas dalam konstitusi,
sehingga tidak boleh bertentangan dengan konstitusi. Secara hirarki hukum
konstitusi merupakan aturan tertinggi.

3.1.3 Materi Nilai Dasar Perjuangan

A. Silabus

JENJANG: NILAI DASAR PERJUANGAN ALOKASI WAKTU:


LATIHAN KADER I 8 JAM

Tujuan Pembelajaran Umum


Peserta dapat memahami latar belakang perumusan dan kedudukan NDP serta
subtansi materi secara garis besar dalam organisasi.

Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Peserta dapat menjelaskan sejarah perumusan NDP dan kedudukannya
dalam organisasi
2. Peserta dapat menjelaskan hakikat sebuah kehidupan
3. Peserta dapat menjelaskan hakikat kebenaran
4. Peserta dapat menjelaskan hakikat penciptaan alam semesta
5. Peserta dapat menjelaskan hakikat penciptaan manusia
6. Peserta dapat menjelaskan hakikat masyarakat
7. Peserta dapat menjelaskan hubungan antara iman, ilmu dan amal

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan


1. Sejarah perumusan NDP dan kedudukan NDP dalam organisasi HMI
1.1. Pengertian NDP
1.2. Sejarah Perumusan dan lahirnya NDP
1.3. NDP sebagai kerangka Global Pemahaman Islam dalam konteks
organisasi HMI
1.4. Hubungan antara NDP dan Mision HMI
1.5. Metode pemahaman NDP
2. Garis besar Materi NDP
2.1. Hakikat Kehidupan
2.1.1. Analisa Kebutuhan Manusia
2.1.2. Mencari kebenaran sebagai kebutuhan dasar manusia
2.1.3. Islam sebagai sumber kebenaran

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 31

2.2. Hakikat Kebenaran


2.2.1. Konsep Tauhid La Ila Ha Illallah
2.2.2. Eksistensi dan sifat-sifat Allah
2.2.3. Rukun iman sebagai sebagai upaya mencari kebenaran
2.3. Hakikat Penciptaan Alam Semesta
2.3.1. Eksistensi Alam
2.3.2. Fungsi dan Tujuan Penciptaan Alam
2.4. Hakikat-hakikat penciptaan Manusia
2.4.1. Eksistensi Manusia dan Kedudukannya diantara mahkluk
lainnya
2.4.2. Kesetaraan dan kedudukan manusia sebagai khalifah dimuka
bumi
2.4.3. Manusia sebagai hamba Allah
2.4.4. Fitrah, kebebasan dan tanggungjawab manusia
2.5. Hakikat Masyarakat
2.5.1. Perlunya menegakan keadilan dalam masyarakat
2.5.2. Hubungan Keadilan dan Kemerdekaan
2.5.3. Hubungan Keadilan dan kemakmuran
2.5.4. Kepemimpinan untuk menegakkan keadilan
2.6. Hakikat Ilmu
2.6.1. Ilmu sebagai jalanmencari kebenaran
2.6.2. Jenis-jenis Ilmu
3. Hubungan antara Iman, Ilmu dan Amal

Metode :
Menjunjung tinggi kearifan lokal

Evaluasi :
Test objektif/subjektif, penugasan dan membuat kuisoner

Referensi :
1. Al-Qur’an dan terjemah
2. Teks NDP
3. Literatur lain yang relevan

B. Materi Terurai

Sejarah Perumusan NDP


Sampai pada fase perjuangan HMI dalam transisi orde lama dan orde baru,
pedoman perjuangan HMI yang mendasar dan sistematis belum ada, setelah
fase berikutnya baru disusun Nilai Dasar Perjuangan HMI, yang pada Kongres
XVI HMI di Padang tahun 1986 pernah berubah nama menjadi Nilai Identitas
Kader (NIK), pada dasarnya tidak ada perubahan atas isi dari NDP. Perubahan
ini didasari atas pertimbangan politik setelah keluarnya UU No.5 tahun 1985
yang menyatakan bahwa Pancasila satu-satunya azas organisasi
kemasyarakatan. Pada Kongres XXII HMI di Jambi tahun 1999 nama NIK
kembali ditukar menjadi NDP, seirama dengan pertukaran azas organisasi.

Kelahiran NDP dilatarbelakangi oleh :


1) Keadaan negara
Bangsa Indonesia sekitar 1966-1968 tengah mengalami perbaikan dari segi
infra struktur maupun supra struktur, karena bangsa Indonesia baru dilanda
badai pengkhianatan PKI
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 32

2) Keadaan umat Islam


Nurkholis Madjid dalam buku HMI Menjawab Tantangan Jaman
mengungkapkan bahwa muslim Indonesia adalah termasuk yang paling
sedikit ter”Arab”kan. Di Indonesia pemahaman Islam masih dangkal,
sehingga masih ada persoalan bagaimana menghayati nilai-nilai Islam itu
sendiri.
3) Antek-antek PKI mempunyai pedoman yang baik
Untuk memberikan pemahaman tentang kekomunisan, para kader PKI di
masa jayanya (1960-an) mempunyai buku saku yang bisa dibaca dimanapun
dan kapanpun. Melihat keadaan ini timbul keinginan Cak Nur untuk
menyusun dasar-dasar nilai Islam melalui kerangka sistematis yang kemudia
beliau beri nama NDI (Nilai Dasar Islam) dengan tujuan NaDI ini mampu
berfungsi sebagai pemahaman global tentang ajaran Islam.
4) Literatur yang tersedia belum memuaskan
Pada waktu itu para kader HMI masih jarang sekali menuangkan ide
keislaman mereka dalam bentuk tulisan, salah satu penyebabnya adalah
kesibukan melawan PKI secara fisik.

Pada masa kepengurusan Nurkholis Madjid, HMI berusaha membuat pedoman


perjuangan dan pada Kongres X HMI di Palembang tahun 1971, ditetapkan
menjadi Nilai Dasar Perjuangan (NDP), yang berasal dari naskah NDI yang
disampaikan Cak Nur dalam Kongres IX HMI di Malang tahun 1969 yang
selanjutnya kongres menugaskan kepada Nurkholis Madjid, Sakib Mahmud, dan
Endang Saifudin Anshari (alm.) untuk menyempurnakannya. Pemilihan nama
NDP sendiri memiliki alasan, yaitu (1) Nama NDI terlalu mengklaim Islam yang
bahkan akan mempersimpit ajaran Islam iru sendiri, (2) Terinspirasi oleh buku
“Perjuangan Kita”-nya Syahrir.

Ahmad Wahib dalam buku harian yang kemudian diterbitkan menjadi buku oleh
Johan Effendi dengan tajuk “Pergolakan Pemikiran Islam” yang dianggap
controversial, menuliskan bahwa perumusan NDI tersebut dipengaruhi oleh
perjalanan Nurkholis Madjid ke universitas-universitas di Amerika atas undangan
pemerintah Amerika pada tahun 1968. Hal ini dibantah oleh Cak Nur dalam buku
HMI Menjawab Tantangan Jaman, bahwa sebenarnya perjalanan ke Amerika
tidak berpengaruh banyak terhadap dirinya, karena selain perjalanan ke Amerika,
Cak Nur juga melanjutkan lawatan ke Timur Tengah dengan menggunakan sisa
uang saku yang dihematnya waktu di Amerika. Di Timur Tengah perjalanan
dimulai dari Damaskus, Kuwait, Saudi Arabia, Turki, Lebanon, dan terakhir Mesir.
Dalam perjalanan di Timur Tengah inilah untuk pertama kalinya Cak Nur bertemu
Gus Dur, padahal mereka satu kampung. Di Riyadh Cak Nur bertemu dengan
Dr. Farid Mustafa dan mendapat banyak hal darinya. Selama di Timur Tengah
Cak Nur sering mengadakan diskusi kritis tentang berbagai hal keislaman.

Sepulang Cak Nur dari menunaikan ibadah haji atas undangan Menteri
Pendidikan Arab Saudi (Syekh hasan bin Abdullah Ali) sekitar bulan April 1969,
keinginannya untuk menulis NDI makin menggebu-gebu.

Kedudukan NDP dalam tubuh HMI


NDP merupakan landasan perjuangan HMI, dan ini perlu disosialisikan pada
setiap kader. Tujuan NDP dalam HMI merupakan filsafat sosial dalam
melakukan perubahan sesuai tujuan HMI. Hubungan NDP dalam HMI dapat
digambarkan sebagai berikut :

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 33

ISLAM Landasan Teologis

NDP HMI Landasan Ideologis

MISSION HMI Landasan Filosofis

GPPO & PKN HMI Landasan Sosiologis

Berdasarkan skema tersebut, maka NDP merupakan filsafat sosial yang


bersumber dari ajaran Islam. Filsafat sosial ini diturunkan menjadi teori-teori
sosial yang teori-teori ini akan memberikan konsepsi yang jelas pada arah gerak
perubahan sosial yang dilakukan oleh HMI.

C. Teks NDP

NILAI DASAR PERJUANGAN HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

A. DASAR-DASAR KEPERCAYAAN

Manusia memerlukan suatu bentuk kepercayaan. Kepercayaan itu akan


melahirkan tata nilai guna menopang hidup dan budayanya. Sikap tanpa percaya
atau ragu yang sempurna tidak mungkin dapat terjadi. Tetapi selain kepercayaan
itu dianut karena kebutuhan dalam waktu yang sama juga harus merupakan
kebenaran. Demikian pula cara berkepercayaan harus pula benar. Menganut
kepercayaan yang salah bukan saja tidak dikehendaki akan tetapi bahkan
berbahaya.

Disebabkan kepercayaan itu diperlukan, maka dalam kenyataan kita temui


bentuk-bentuk kepercayaan yang beraneka ragam di kalangan masyarakat.
Karena bentuk- bentuk kepercayaan itu berbeda satu dengan yang lain, maka
sudah tentu ada dua kemungkinan: kesemuanya itu salah atau salah satu saja
diantaranya yang benar. Disamping itu masing-masing bentuk kepercayaan
mungkin mengandung unsur-unsur kebenaran dan kepalsuan yang campur baur.

Sekalipun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa kepercayaan itu melahirkan


nilai-nilai. Nilai-nilai itu kemudian melembaga dalam tradis-tradisi yang
diwariskan turun temurun dan mengikat anggota masyarakat yang
mendukungnya. Karena kecenderungan tradisi untuk tetap mempertahankan diri
terhadap kemungkinan perubahan nilai-nilai, maka dalam kenyataan ikatan-
ikatan tradisi sering menjadi penghambat perkembangan peradaban dan
kemajuan manusia. Disinilah terdapat kontradiksi kepercayaan diperlukan
sebagai sumber tatanilai guna menopang peradaban manusia, tetapi nilai-nilai itu

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 34

melembaga dalam tradisi yang membeku dan mengikat, maka justru merugikan
peradaban.

Oleh karena itu, pada dasarnya, guna perkembangan peradaban dan


kemajuannya, manusia harus selalu bersedia meninggalkan setiap bentuk
kepercayaan dan tata nilai yang tradisional, dan menganut kepercayaan yang
sungguh-sungguh yang merupakan kebenaran. Maka satu-satunya sumber nilai
sumber dan pangkal nilai itu haruslah kebenaran itu sendiri. Kebenaran
merupakan asal dan tujuan segala kenyataan. Kebenaran yang mutlak adalah
Tuhan Allah.

Perumusan kalimat persaksian (Syahadat) Islam yang kesatu : Tiada Tuhan


selain Allah mengandung gabungan antara peniadaan dan pengecualian.
Perkataan "Tidak ada Tuhan" meniadakan segala bentuk kepercayaan,
sedangkan perkataan "Selain Allah" memperkecualikan satu kepercayaan
kepada kebenaran. Dengan peniadaan itu dimaksudkan agar manusia
membebaskan dirinya dari belenggu segenap kepercayaan yang ada dengan
segala akibatnya, dan dengan pengecualian itu dimaksudkan agar manusia
hanya tunduk pada ukuran kebenaran dalam menetapkan dan memilih nilai -
nilai, itu berarti tunduk pada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta segala yang
ada termasuk manusia. Tunduk dan pasrah itu disebut Islam.

Tuhan itu ada, dan ada secara mutlak hanyalah Tuhan. Pendekatan ke arah
pengetahuan akan adanya Tuhan dapat ditempuh manusia dengan berbagai
jalan, baik yang bersifat intuitif, ilmiah, historis, pengalaman dan lain-lain. Tetapi
karena kemutlakan Tuhan dan kenisbian manusia, maka manusia tidak dapat
menjangkau sendiri kepada pengertian akan hakekat Tuhan yang sebenarnya.
Namun demi kelengkapan kepercayaan kepada Tuhan, manusia memerlukan
pengetahuan secukupnya tentang Ketuhanan dan tatanilai yang bersumber
kepada-Nya. Oleh sebab itu diperlukan sesuatu yang lain yang lebih tinggi
namun tidak bertentangan dengan insting dan indera.

Sesuatu yang diperlukan itu adalah "Wahyu" yaitu pengajaran atau


pemberitahuan yang langsung dari Tuhan sendiri kepada manusia. Tetapi
sebagaimana kemampuan menerima pengetahuan sampai ketingkat yang
tertinggi tidak dimiliki oleh setiap orang, demikian juga wahyu tidak diberikan
kepada setiap orang. Wahyu itu diberikan kepada manusia tertentu yang
memenuhi syarat dan dipilih oleh Tuhan sendiri yaitu para Nabi dan Rosul atau
utusan Tuhan. Dengan kewajiban para Rosul itu untuk menyampaikannya
kepada seluruh ummat manusia. Para rosul dan nabi itu telah lewat dalam
sejarah semenjak Adam, Nuh, Ibrahim, Musa,Isa atau Yesus anak Mariam
sampai pada Muhammad SAW. Muhammad adalah Rosul penghabisan, jadi
tiada Rosul lagi sesudahnya. Jadi para Nabi dan Rosul itu adalah manusia biasa
dengan kelebihan bahwa mereka menerima wahyu dari Tuhan.

Wahyu Tuhan yang diberikan kepada Muhammad SAW terkumpul seluruhnya


dalam kitab suci Al-Quran. Selain berarti bacaan, kata Al-Quran juga bearti
"kumpulan" atau kompilasi, yaitu kompilasi dari segala keterangan. Sekalipun
garis-garis besar Al-Quran merupakan suatu kompendium, yang singkat namun
mengandung keterangan-keterangan tentang segala sesuatu sejak dari sekitar
alam dan manusia sampai kepada hal-hal gaib yang tidak mungkin diketahui
manusia dengan cara lain. Jadi untuk memahami Ketuhanan Yang Maha Esa

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 35

dan ajaran-ajaran-Nya, manusia harus berpegang kepada Al-Quran dengan


terlebih dahulu mempercayai kerasulan Muhammmad SAW. Maka kalimat
kesaksian yang kedua memuat esensi kedua dari kepercayaan yang harus
dianut manusia, yaitu bahwa Muhammad adalah Rosul Allah. Kemudian di dalam
Al-Quran didapat keterangan lebih lanjut tentang Ketuhanan Yang maha Esa
ajaran-ajaranNya yang merupakan garis besar dan jalan hidup yang mesti diikuti
oleh manusia. Tentang Tuhan antara lain: surat Al-Ikhlas menerangkan secara
singkat ; katakanlah : "Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa. Dia itu adalah Tuhan.
Tuhan tempat menaruh segala harapan. Tiada Ia berputra dan tiada pula
berbapa. Selanjutnya Ia adalah Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Adil,
Maha Bijaksana, Maha Kasih dan Maha Sayang, Maha Pengampun dan
seterusnya daripada segala sifat kesempurnaan yang selayaknya bagi Yang
Maha Agung dan Maha Mulia, Tuhan seru sekalian Alam.

Juga diterangkan bahwa Tuhan adalah yang pertama dan yang penghabisan,
Yang lahir dan Yang Bathin, dan "kemanapun manusia berpaling maka disanalah
wajah Tuhan". Dan "Dia itu bersama kamu kemanapun kamu berada". Jadi
Tuhan tidak terikat ruang dan waktu.

Sebagai "yang pertama dan yang penghabisan", maka sekaligus Tuhan adalah
asal dan tujuan segala yang ada, termasuk tata nilai. Artinya ; sebagaimana tata
nilai harus bersumber kepada kebenaran dan berdasarkan kecintaan
kepadaNya, Iapun sekaligus menuju kepada kebenaran dan mengarah kepada
"persetujuan" atau "ridhanya ". Inilah kesatuan antara asal dan tujuan hidup yang
sebenarnya (Tuhan sebagai tujuan hidup yang benar, diterangkan dalam bagian
yang lain)

Tuhan menciptakan alam raya ini dengan sebenarnya, dan mengaturnya dengan
pasti. Oleh karena itu alam mempunyai eksistensi yang riil dan obyektif, serta
berjalan mengikuti hukum-hukum yang tetap. Dan sebagai ciptaan daripada
sebaik-baiknya penciptanya, maka alam mengandung kebaikan pada diriNya dan
teratur secara harmonis. Nilai ciptaan ini untuk manusia bagi keperluan
perkembangan peradabannya. Maka alam dapat dan dijadikan obyek
penyelidikan guna dimengerti hukum-hukum Tuhan (sunnatullah) yang berlaku
didalamnya. Kemudian manusia memanfaatkan alam sesuai dengan hukum-
hukumnya sendiri.

Jika kenyataan alam ini berbeda dengan persangkaan idealisme maupun agama
Hindu yang mengatakan bahwa alam tidak mempunyai eksistensi riil dan
obyektif, melainkan semua palsu atau maya atau sekedar emansipasi atau
pancaran daripada dunia lain yang kongkrit, yaitu idea atau nirwana. Juga tidak
seperti dikatakan filsafat Agnosticisme yang mengatakan bahwa alam tidak
mungkin dimengerti manusia. Dan sekalipun filsafat materialisme mengatakan
bahwa alam ini mempunyai eksistensi riil dan obyektif sehingga dapat dimengerti
oleh manusia, namun filsafat itu mengatakan bahwa alam ada dengan
sendirinya. Peniadaan pencipta ataupun peniadaan Tuhan adalah satu sudut
daripada filsafat materialisme.

Manusia adalah puncak ciptaan dan mahluk-Nya yang tertinggi. Sebagai mahluk
tertinggi manusia dijadikan "Khalifah" atau wakil Tuhan di bumi. Manusia
ditumbuhkan dari bumi dan diserahi untuk memakmurkannya. Maka urusan di
dunia telah diserahkan Tuhan kepada manusia. Manusia sepenuhnya

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 36

bertanggungjawab atas segala perbuatannya di dunia. Perbuatan manusia ini


membentuk rentetan peristiwa yang disebut "sejarah". Dunia adalah wadah bagi
sejarah, dimana manusia menjadi pemilik atau "rajanya".

Sebenarnya terdapat hukum-hukum Tuhan yang pasti (sunattullah) yang


menguasai sejarah, sebagaimana adanya hukum yang menguasai alam tetapi
berbeda dengan alam yang telah ada secara otomatis tunduk kepada sunatullah
itu, manusia karena kesadaran dan kemampuannya untuk mengadakan pilihan
untuk tidak terlalu tunduk kepada hukum-hukum kehidupannya sendiri.
Ketidakpatuhan itu disebabkan karena sikap menentang atau kebodohan. Hukum
dasar alami daripada segala yang ada inilah "perubahan dan perkembangan",
sebab : segala sesuatu ini adalah ciptaan Tuhan dan pengembangan olehNya
dalam suatu proses yang tiada henti-hentinya. Segala sesuatu ini adalah berasal
dari Tuhan dan menuju kepada Tuhan. Maka satu-satunya yang tak mengenal
perubahan hanyalah Tuhan sendiri, asal dan tujuan segala sesuatu. Di dalam
memenuhi tugas sejarah, manusia harus berbuat sejalan dengan arus
perkembangan itu menunju kepada kebenaran. Hal itu berarti bahwa manusia
harus selalu berorientasi kepada kebenaran, dan untuk itu harus mengetahui
jalan menuju kebenaran itu. Dia tidak mesti selalu mewarisi begitu saja nilai-nilai
tradisional yang tidak diketahuinya dengan pasti akan kebenarannya.

Oleh karena itu kehidupan yang baik adalah yang disemangati oleh iman dan
ilmu. Bidang iman dan pencabangannya menjadi wewenang wahyu sedangkan
bidang ilmu pengetahuan menjadi wewenang manusia untuk mengusahakan dan
mengumpulkannya dalam kehidupan dunia ini. Ilmu itu meliputi tentang alam dan
tentang manusia (sejarah). Untuk memperoleh ilmu pengetahuan tentang nilai
kebenaran sejauh mungkin, manusia harus melihat alam dan kehidupan ini
sebagaimana adanya tanpa melekatkan padanya kualitas-kualitas yang bersifat
ketuhanan. Sebab sebagaimana diterangkan dimuka, alam diciptakan dengan
wujud yang nyata dan objektif sebagaimana adanya. Alam tidak menyerupai
Tuhan, dan Tuhan pun untuk sebagian atau seluruhnya tidak sama dengan alam.
Sikap memper-Tuhan-kan atau mensucikan (sakralisasi) haruslah ditujukan
kepada Tuhan sendiri. Tuhan Allah Yang Maha Esa.

Ini disebut "Tauhid" dan lawannya disebut "syirik" artinya mengadakan tandingan
terhadap Tuhan, baik seluruhnya atau sebagian maka jelasnya bahwa syirik
menghalangi perkembangan dan kemajuan peradaban, kemanusiaan menuju
kebenaran.

Sesudahnya atau kehidupan duniawi ini ialah "hari kiamat". Kiamat merupakan
permulaan bentuk kehidupan yang tidak lagi bersifat sejarah atau duniawi, yaitu
kehidupan akhirat. Kiamat disebut juga "hari agama", atau yaumuddin, dimana
Tuhan menjadi satu-satunya pemilik dan raja. Disitu tidak lagi terdapat kehidupan
historis, seperti kebebasan, usaha dan tata masyarakat. Tetapi yang ada adalah
pertanggunggan jawab individu manusia yang bersifat mutlak dihadapan illahi
atas segala perbuatannya dahulu didalam sejarah.

Selanjutnya kiamat merupakan "hari agama", maka tidak yang mungkin kita
ketahui selain daripada yang diterangkan dalam wahyu. Tentang hari kiamat dan
kelanjutannya / kehidupan akhirat yang non-historis manusia hanya diharuskan
percaya tanpa kemungkinan mengetahui kejadian-kejadiannya.

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 37

B. PENGERTIAN-PENGERTIAN DASAR TENTANG KEMANUSIAAN

Telah disebutkan di muka, bahwa manusia adalah puncak ciptaan, merupakan


mahluk yang tertinggi dan adalah wakil dari Tuhan di bumi. Sesuatu yang
membuat manusia yang menjadi manusia bukan hanya beberapa sifat atau
kegiatan yang ada padanya, melainkan suatu keseluruhan susunan sebagai
sifat-sifat dan kegiatan-kegiatan yang khusus dimiliki manusia saja yaitu Fitrah.
Fitrah membuat manusia berkeinginan suci dan secara kodrati cenderung
kepada kebenaran (Hanief).

"Dlamier" atau hati nurani adalah pemancar keinginan pada kebaikan, kesucian
dan kebenaran. Tujuan hidup manusia ialah kebenaran yang mutlak atau
kebenaran yang terakhir, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Fitrah merupakan bentuk
keseluruhan tentang diri manusia yang secara asasi dan prinsipil
membedakannya dari mahluk-mahluk yang lain. Dengan memenuhi hati nurani,
seseorang berada dalam fitrahnya dan menjadi manusia sejati.

Kehidupan dinyatakan dalam kerja atau amal perbuatanya. Nilai- nilai tidak dapat
dikatakan hidup dan berarti sebelum menyatakan diri dalam kegiatan-kegiatan
amaliah yang kongkrit. Nilai hidup manusia tergantung kepada nilai kerjanya. Di
dalam dan melalui amal perbuatan yang berperikemanusiaan (fitrah sesuai
dengan tuntutan hati nurani) manusia mengecap kebahagiaan, dan sebaliknya di
dalam dan melalui amal perbuatan yang tidak berperikemanusiaan (jihad) ia
menderita kepedihan. Hidup yang pernuh dan berarti ialah yang dijalani dengan
sungguh-sungguh dan sempurna, yang didalamnya manusia dapat mewujudkan
dirinya dengan mengembangkan kecakapan-kecakapan dan memenuhi
keperluan-keperluannya. Manusia yang hidup berarti dan berharga ialah dia yang
merasakan kebahagiaan dan kenikmatan dalam kegiatan-kegiatan yang
membawa perubahan kearah kemajuan-kemajuan baik yang mengenai alam
maupun masyarakat yaitu hidup berjuang dalam arti yang seluas-luasnya. Dia
diliputi oleh semangatmencari kebaikan, keindahan dan kebenaran. Dia
menyerap segala sesuatu yang baru dan berharga sesuai dengan
perkembangan kemanusiaan dan menyatakan dalam hidup berperadaban dan
berkebudayaan. Dia adalah aktif, kreatif dan kaya akan kebijaksanaan (widom,
hikmah).

Dia berpengalaman luas, berpikir bebas, berpandangan lapang dan terbuka,


bersedia mengikuti kebenaran dari manapun datangnya. Dia adalah manusia
toleran dalam arti kata yang benar, penahan amarah dan pemaaf. Keutamaan itu
merupakan kekayaan manusia yang menjadi milik daripada pribadi-pribadi yang
senantiasa berkembang dan selamanya tumbuh kearah yang lebih baik.

Seorang manusia sejati (insan kamil) ialah yang kegiatan mental dan phisiknya
merupakan suatu keseluruhan. Kerja jasmani dan kerja rohani bukanlah dua
kenyataan yang terpisah. Malahan dia tidak mengenal perbedaan antara kerja
dan kesenangan, kerja baginya adalah kesenggangan dan kesenangan ada
dalam dan melalui kerja. Dia berkepribadian, merdeka, memiliki dirinya
sendiri,menyatakan ke luar corak perorangannya dan mengembangkan
kepribadian dan wataknya secara harmonis. Dia tidak mengenal perbedaan
antara kehidupan individu dan kehidupan komunal, tidak membedakan antara
perorangan dan sebagai anggota masyarakat, hak dan kewajiban serta kegiatan-
kegiatan untuk dirinya adalah juga sekaligus untuk sesama ummat manusia.

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 38

Baginya tidak ada pembagian dua (dichotomy) antara kegiatan-kegiatan rokhani


dan jasmani, pribadi dan masyarakat, agama dan politik maupun dunia akherat.
Kesemuanya dimanifestasikan dalam suatu kesatuan kerja yang tunggal
pancaran niatnya, yaitu mencari kebaikan, keindahan dan kebenaran. Dia
seorang yang ikhlas, artinya seluruh amal perbuatannya benar-benar berasal dari
dirinya sendiri dan merupakan pancaran langsung dari pada kecenderungannya
yang suci yang murni. Suatu pekerjaan dilakukan karena keyakinan akan nilai
pekerjaan itu sendiri bagi kebaikan dan kebenaran, bukan karena hendak
memperoleh tujuan lain yang nilainya lebih rendah (pamrih). Kerja yang ikhlas
mengangkat nilai kemanusiaan pelakunya dan memberikannya kebahagiaan. Hal
itu akan menghilangkan sebab-sebab suatu jenis pekerjaan ditinggalkan dan
kerja amal akan menjadi kegiatan kemanusiaan yang paling berharga.
Keikhlasan adalah kunci kebahagiaan hidup manusia, tidak ada kebahagiaan
sejati tanpa keikhlasan dan keikhlasan selalu menimbulkan kebahagiaan.

Hidup fitrah ialah bekerja secara ikhlas yang memancarkan dari hati nurani yang
hanief atau suci.

C. KEMERDEKAAN MANUSIA (IKHTIAR) DAN KEHARUSAN UNIVERSAL


(TAKDIR)

Keikhlasan yang insani itu tidak mungkin ada tanpa kemerdekaan. Kemerdekaan
dalam arti kerja sukarela tanpa paksaan yang didorong oleh kemauan yang
murni, kemerdekaan dalam pengertian kebebasan memilih sehingga pekerjaan
itu benar-benar dilakukan sejalan dengan hati nurani. Keikhlasan merupakan
pernyataan kreatif kehidupan manusia yang berasal dari perkembangan tak
terkekang daripada kemauan baiknya. Keikhlasan adalah gambaran terpenting
daripada kehidupan manusia sejati. Kehidupan sekarang di dunia dan abadi
(external) berupa kehidupan kelak sesudah mati di akherat. Dalam aspek
pertama manusia melakukan amal perbuatan dengan baik dan buruk yang harus
dipikul secara individual, dan komunal sekaligus. Sedangkan dalam aspek kedua
manusia tidak lagi melakukan amal perbuatan, melainkan hanya menerima
akibat baik dan buruknya dari amalnya dahulu di dunia secara individual. Di
akherat tidak terdapat pertanggung jawaban perseorangan (mutlak). Manusia
dilahirkan sebagai individu, hidup ditengah alam dan masyarakat sesamanya,
kemudian menjadi individu kembali.

Jadi individualitas adalah pernyataan asasi yang pertama dan terakhir, dari pada
kemanusiaan, serta letak kebenarannya daripada nilai kemanusiaan itu sendiri.
Karena individu adalah penanggung jawab terakhir dan mutlak daripada awal
perbuatannya, maka kemerdekaan pribadi, adalah haknya yang pertama dan
asasi.

Tetapi individualitas hanyalah pernyataan yang asasi dan primer saja dari pada
kemanusiaan. Kenyataan lain, sekalipun sifat sekunder , ialah bahwa individu
dalam suatu hubungan tertentu dengan dunia sekitarnya. Manusia hidup
ditengah alam sebagai makhluk sosial hidup ditengah sesama. Dari segi ini
manusia adalah bagian dari keseluruhan alam yang merupakan satu kesatuan.
Oleh karena itu kemerdekaan harus diciptakan untuk pribadi dalam kontek hidup
ditengah masyarakat. Sekalipun kemerdekaan adalah esensi daripada
kemanusiaan, tidak berarti bahwa manusia selalu dan dimana saja merdeka.
Adanya batas-batas dari kemerdekaan adalah suatu kenyataan. Batas-batas

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 39

tertentu itu dikarenakan adanya hukum-hukum yang pasti dan tetap menguasai
alam. Hukum yang menguasai benda-benda maupun masyarakat manusia
sendiri yang tidak tunduk dan tidak pula bergantung kepada kemauan manusia.
Hukum-hukum itu mengakibatkan adanya "keharusan Universal " atau "kepastian
hukum " dan takdir. 3) jadi kalau kemerdekaan pribadi diwujudkan dalam kontek
hidup di tengah alam dan masyarakat dimana terdapat keharusan universal yang
tidak tertaklukan, maka apakah bentuk yang harus dipunyai oleh seseorang
kepada dunia sekitarnya?

Sudah tentu bukan hubungan penyerahan, sebab penyerahan berarti peniadaan


terhadap kemerdekaan itu sendiri. Pengakuan akan adanya keharusan universal
yang diartikan sebagai penyerahan kepadanya sebelum suatu usaha dilakukan
berarti perbudakan. Pengakuan akan adanya kepastian umum atau takdir
hanyalah pengakuan akan adanya batas-batas kemerdekaan. Sebaliknya suatu
persyaratan yang positif daripada kemerdekaan adalah pengetahuan tentang
adanya kemungkinan-kemungkinan kretif manusia. Yaitu tempat bagi adanya
usaha yang bebas dan dinamakan "ikhtiar" artinya pilih merdeka.

Ikhtiar adalah kegiatan kemerdekaan dari individu, juga berarti kegiatan dari
manusia merdeka. Ikhtiar merupakan usaha yang ditentukan sendiri dimana
manusia berbuat sebagai pribadi banyak segi yang integral dan bebas; dan
dimana manusia tidak diperbudak oleh suatu yang lain kecuali oleh keinginannya
sendiri dan kecintaannya kepada kebaikan. Tanpa adanya kesempatan untuk
berbuat atau berikhtiar, manusia menjadi tidak merdeka dan menjadi tidak bisa
dimengerti untuk memberikan pertanggung jawaban pribadi dari amal
perbuatannya. Kegiatan merdeka berarti perbuatan manusia yang merubah
dunia dan dirinya sendiri. Jadi sekalipun terdapat keharusan universal atau takdir
manusia dengan haknya untuk berikhtiar mempunyai peranan aktif dan
menentukan bagi dunia dan dirinya sendiri.

Manusia tidak dapat berbicara mengenai takdir suatu kejadian sebelum kejadian
itu menjadi kenyataan. Maka percaya kepada takdir akan membawa
keseimbangan jiwa tidak terlalu berputus asa karena suatu kegagalan dan tidak
perlu membanggakan diri karena suatu kemunduran. Sebab segala sesuatu tidak
hanya terkandung pada dirinya sendiri, melainkan juga kepada keharusan yang
universal itu.

D. KETUHANAN YANG MAHA ESA DAN KEMANUSIAAN

Telah jelas bahwa hubungan yang benar antara individu manusia dengan dunia
sekitarnya bukan hubungan penyerahan. Sebab penyerahan meniadakan
kemerdekaan dan keikhklasan dan kemanusiaan. Tatapi jelas pula bahwa tujuan
manusia hidup merdeka dengan segala kegiatannya ialah kebenaran. Oleh
karena itu sekalipun tidak tunduk pada sesuatu apapun dari dunia sekelilingnya,
namun manusia merdeka masih dan mesti tunduk kepada kebenaran. Karena
menjadikan sesuatu sebagai tujuan adalah berarti pengabdian kepada-Nya.

Jadi kebenaran-kebenaran menjadi tujuan hidup dan apabila demikian maka


sesuai dengan pembicaraan terdahulu maka tujuan hidup yang terakhir dan
mutlak ialah kebenaran terakhir dan mutlak sebagai tujuan dan tempat
menundukkan diri. Adakah kebenaran terakhir dan mutlak itu ?. Ada,
sebagaimana tujuan akhir dan mutlak daripada hidup itu ada. Karena sikapnya

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 40

yang terakhir (ultimate) dan mutlak maka sudah pasti kebenaran itu hanya satu
secara mutlak pula.

Dalam perbendaharaan kata dan kulturiil, kita sebut kebenaran mutlak itu
"Tuhan", kemudian sesuai dengan uraian bab I, Tuhan itu menyatakan diri
kepada manusia sebagai Allah. Karena kemutlakannya, Tuhan bukan saja tujuan
segala kebenaran. Maka dia adalah Yang Maha Benar. Setiap pikiran yang maha
benar adalah pada hakikatnya pikiran tentang Tuhan YME. Oleh sebab itu
seseorang manusia merdeka ialah yang ber-ketuhanan Yang Maha Esa.
Keiklasan tiada lain adalah kegiatan yang dilakukan semata-mata bertujuan
kepada Tuhan YME, yaitu kebenaran mutlak, guna memperoleh persetujuan atau
"ridho" daripada-Nya. Sebagaimana kemanusiaan terjadi karena adanya
kemerdekaan dan kemerdekaan ada karena adanya tujuan kepada Tuhan
semata-mata. Hal itu berarti segala bentuk kegiatan hidup dilakukan hanyalah
karena nilai kebenaran itu yang terkandung didalamnya guna mendapat
pesetujuan atau ridho kebenaran mutlak. Dan hanya pekerjaan "karena Allah"
itulah yang bakal memberikan rewarding bagi kemanusiaan. Kata "iman" berarti
percaya dalam hal ini percaya kepada Tuhan sebagai tujuan hidup yang mutlak
dan tempat mengabdikan diri kepada-Nya. Sikap menyerahkan diri dan
mengabdi kepada Tuhan itu disebut Islam. Islam menjadi nama segenap ajaran
pengabdian kepada Tuhan YME. Pelakunya disebut "Muslim". Tidak lagi
diperbudak oleh sesama manusia atau sesuatu yang lain dari dunia
sekelilingnya, manusia muslim adalah manusia yang merdeka yang
menyerahkan dan menyembahkan diri kepada Tuhan YME. Semangat tauhid
(memutuskan pengabdian hanya kepada Tuhan YME) menimbulkan kesatuan
tujuan hidup, kesatuan kepribadian dan kemasyarakatan. Kehidupan bertauhid
tidak lagi berat sebelah, parsial dan terbatas. Manusia bertauhid adalah manusia
yang sejati dan sempurna yang kesadaran akan dirinya tidak mengenal batas.

Dia adalah pribadi manusia yang sifat perorangannya adalah keseluruhan


(totalitas) dunia kebudayaan dan peradaban. Dia memiliki seluruh dunia ini dalam
arti kata mengambil bagian sepenuh mungkin dalam menciptakan dan menikmati
kebaikan-kebaikan dan peradaban kebudayaan.

Pembagian kemanusiaan tidak selaras dengan dasar kesatuan kemanusiaan


(human totality) itu antara lain, ialah pemisahan antara eksistensi ekonomi dan
moral manusia, antara kegiatan duniawi dan ukhrowi antara tugas-tugas
peradaban dan agama. Demikian pula sebaliknya, anggapan bahwa manusia
adalah tujuan pada dirinya membela kemanusiaan seseorang menjadi : manusia
sebagai pelaku kegiatan dan manusia sebagai tujuan kegiatan. Kepribadian yang
pecah berlawanan dengan kepribadian kesatuan (human totality) yang homogen
dan harmonis pada dirinya sendiri : jadi berlawanan dengan kemanusiaan.

Oleh karena hakikat hidup adalah amal perbuatan atau kerja, maka nilai-nilai
tidak dapat dikatakan ada sebelum menyatakan diri dalam kegiatan-kegiatan
konkrit dan nyata. Kecintaan kepada Tuhan sebagai kebaikan, keindahan dan
kebenaran yang mutlak dengan sendirinya memancar dalam kehidupan sehari-
hari dalam hubungannya dengan alam dan masyarakat, berupa usaha-usaha
yang nyata guna menciptakan sesuatu yang membawa kebaikan, keindahan dan
kebenaran bagi sesama manusia "amal saleh" (harafiah: pekerjaan yang selaras
dengan kemanusiaan) merupakan pancaran langsung daripada iman. Jadi
Ketuhanan YME memancar dalam perikemanusiaan. Sebaliknya karena

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 41

kemanusiaan adalah kelanjutan kecintaan kepada kebenaran maka tidak ada


perikemanusiaan tanpa Ketuhanan YME. Perikemanusiaan tanpa Ketuhanan
adalah tidak sejati. Oleh karena itu semangat Ketuhanan YME dan semangat
mencari ridho daripada-Nya adalah dasar peradaban yang benar dan kokoh.
Dasar selain itu pasti goyah dan akhirnya membawa keruntuhan peradabannya.

"Syirik" merupakan kebalikan dari tauhid, secara harafiah artinya mengadakan


tandingan, dalam hal ini kepada Tuhan. Syirik adalah sifat menyerah dan
menghambakan diri kepada sesuatu selain kebenaran baik kepada sesama
manusia maupun alam. Karena sifatnya yang meniadakan kemerdekaan asasi,
syirik merupakan kejahatan terbesar kepada kemanusiaan. Pada hakikatnya
segala bentuk kejahatan dilakukan orang karena syirik. Sebab dalam melakukan
kejahatan itu dia menghambakan diri kepada motif yang mendorong
dilakukannya kejahatan tersebut yang bertentangan dengan prinsip-prinsip
kebenaran. Demikian pula karena syirik seseorang mengadakan pamrih atas
pekerjaan yang dilakukannya. Dia bekerja bukan karena nilai pekerjaan itu
sendiri dalam hubungannya dengan kebaikan, keindahan dan kebenaran, tetapi
karena hendak memperoleh sesuatu yang lain.

"Musyrik" adalah pelaku daripada syirik. Seseorang yang menghambakan diri


kepada sesuatu selain Tuhan baik manusia maupun alam disebut musyrik, sebab
dia mengangkat sesuatu selain Tuhan menjadi setingkat dengan Tuhan.

Demikian pula seseorang yang menghambakan (sebagaimana dengan jiran atau


diktator) adalah musyrik, sebab dia mengangkat dirinya sendiri setingkat dengan
Tuhan.

Kedua perlakuan itu merupakan penentang terhadap kemanusiaan, baik bagi


dirinya sendiri maupun kepada orang lain. Maka sikap berperikemanusiaan
adalah sikap yang adil, yaitu sikap menempatkan sesuatu kepada tempatnya
yang wajar, seseorang yang adil (wajar) ialah yang memandang manusia. Tidak
melebihkan sehingga menghambakan dirinya kepada-Nya. Dia selau menyimpan
itikad baik dan lebih baik (ikhsan) maka kebutuhan menimbulkan sikap yang adil
kepada manusia.

E. INDIVIDU DAN MASYARAKAT

Telah diterangkan dimuka, bahwa pusat kemanusiaan adalah masing-masing


pribadinya dan bahwa kemerdekaan pribadi adalah hak asasinya yang pertama.
Tidak sesuatu yang lebih berharga daripada kemerdekaan itu. Juga telah
dikemukakan bahwa manusia hidup dalam suatu bentuk hubungan tertentu
dengan dunia sekitarnya, sebagai mahkluk sosial, manusia tidak mungkin
memenuhi kebutuhan kemanusiaannya dengan baik tanpa berada ditengah
sesamanya dalam bentuk-bentuk hubungan tertentu. Maka dalam masyarakat
itulah kemerdekaan asasi diwujudkan. Justru karena adanya kemerdekaan
pribadi itu maka timbul perbedaan-perbedaan antara suatu pribadi dengan
lainnya. Sebenarnya perbedaan-perbedaan itu adalah untuk kebaikannya sendiri
: sebab kenyataan yang penting dan prinsipil, ialah bahwa kehidupan ekonomi,
sosial, dan kultural menghendaki pembagian kerja yang berbeda-beda.

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 42

Pemenuhan suatu bidang kegiatan guna kepentingan masyarakat adalah suatu


keharusan, sekalipun hanya oleh sebagian anggota saja. Namun sejalan dengan
prinsip kemanusiaan dan kemerdekaan, dalam kehidupan yang teratur tiap-tiap
orang harus diberi kesempatan untuk mengembangkan kecakapannya melalui
aktifitas dan kerja yang sesuai dengan kecenderungannya dan bakatnya. Namun
inilah kontradiksi yang ada pada manusia dia adalah mahkluk yang sempurna
dengan kecerdasan dan kemerdekaannya dapat berbuat baik kepada
sesamanya, tetapi pada waktu yang sama ia merasakan adanya pertentangan
yang konstan dan keinginan tak terbatas sebagai hawa nafsu. Hawa nafsu
cenderung kearah merugikan orang lain (kejahatan) dan kejahatan dilakukan
orang karena mengikuti hawa nafsu. Ancaman atas kemerdekaan masyarakat,
dan karena itu juga berarti ancaman terhadap kemerdekaan pribadi anggotanya
ialah keinginan tak terbatas atau hawa nafsu tersebut, maka selain
kemerdekaan, persamaan hak antara sesama manusia adalah esensi
kemanusiaan yang harus ditegakkan. Realisasi persamaan dicapai dengan
membatasi kemerdekaan. Kemerdekaan tak terbatas hanya dapat dipunyai satu
orang, sedangkan untuk lebih satu orang, kemerdekaan tak terbatas tidak
dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan, kemerdekaan seseorang dibatasi
oleh kemerdekaan orang lain. Pelaksanaan kemerdekaan tak terbatas hanya
berarti pemberian kemerdekaan kepada pihak yang kuat atas yang lemah
(perbudakan dalam segala bentuknya), sudah tentu hak itu bertentangan dengan
prinsip keadilan. Kemerdekaan dan keadilan merupakan dua nilai yang saling
menopang. Sebab harga diri manusia terletak pada adanya hak bagi orang lain
untuk mengembangkan kepribadiannya. Sebagai kawan hidup dengan tingkat
yang sama. Anggota masyarakat harus saling menolong dalam membentuk
masyarakat yang bahagia.

Sejarah dan perkembangannya bukanlah suatu yang tidak mungkin dirubah.


Hubungan yang benar antara manusia dengan sejarah bukanlah penyerahan
pasif, tetapi sejarah ditentukan oleh manusia sendiri. Tanpa pengertian ini
adanya azab Tuhan (akibat buruk) dan pahala (akibat baik) bagi satu amal
perbuatan mustahil ditanggung manusia.

Manusia merasakan akibat amal perbuatannya sesuai dengan ikhtiar. Dalam


hidup ini (dalam sejarah) dalam hidup kemudian (sesudah sejarah). Semakin
seseorang bersungguh-sungguh dalam kekuatan yang bertanggung jawab
dengan kesadaran yang terus menerus akan tujuan dalam membentuk
masyarakat semakin ia mendekati tujuan.

Manusia mengenali dirinya sebagai makhluk yang nilai dan martabatnya dapat
sepenuhnya dinyatakan, jika ia mempunyai kemerdekaan tidak saja mengatur
hidupnya sendiri tetapi juga untuk memperbaiki dengan sesama manusia dalam
lingkungan masyarakat. Dasar hidup gotong-royong ini ialah keistimewaan dan
kecintaan sesama manusia dalam pengakuan akan adanya persamaan dan
kehormatan bagi setiap orang.

F. KEADILAN SOSIAL DAN KEADILAN EKONOMI

Telah kita bicarakan tentang hubungan antara individu dengan masyarakat


dimana kemerdekaan dan pembatas kemerdekaan saling bergantungan, dan
dimana perbaikan kondisi masyarakat tergantung pada perencanaan manusia
dan usaha-usaha bersamanya. Jika kemerdekaan dicirikan dalam bentuk yang

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 43

tidak bersyarat (kemerdekaan tak terbatas) maka sudah terang bahwa setiap
orang diperbolehkan mengejar dengan bebas segala keinginan pribadinya.
Akibatnya pertarungan keinginan yang bermacam-macam itu satu sama lain
dalam kekacauan atau anarchi. Sudah barang tentu menghancurkan masyarakat
dan meniadakan kemanusiaan sebab itu harus ditegakkan keadilan dalam
masyarakat. Siapakah yang harus menegakkan keadilan dalam masyarakat?
Sudah barang pasti ialah masyarakat sendiri, tetapi dalam prakteknya diperlukan
adanya satu kelompok dalam masyarakat yang karena kualitas-kualitas yang
dimilikinya senantiasa mengadakan usaha-usaha menegakkan keadilan itu
dengan jalan selalu menganjurkan sesuatu yang bersifat kemanusiaan serta
mencegah terjadinya sesuatu yang berlawanan dengan kemanusiaan.

Kualitas yang harus dipunyai, rasa kemanusiaan yang tinggi sebagai pancaran
kecintaan yang tak terbatas pada Tuhan. Di samping itu diperlukan kecakapan
yang cukup. Kelompok orang-orang itu adalah pemimpin masyarakat. Memimpin
adalah menegakkan keadilan, menjaga agar setiap orang memperoleh hak
asasinya dan dalam jangka waktu yang sama menghormati kemerdekaan orang
lain dan martabat kemanusiaannya sebagai manifestasi kesadarannya akan
tanggung jawab sosial.

Negara adalah bentuk masyarakat yang terpenting, dan pemerintah adalah


susunan masyarakat yang terkuat dan berpengaruh. Oleh sebab itu pemerintah
yang pertama berkewajiban menegakkan kadilan. Maksud semula dan
fundamental daripada didirikannya negara dan pemerintah ialah guna melindungi
manusia yang menjadi warga negara daripada kemungkinan perusakkan
terhadap kemerdekaan dan harga diri sebagai manusia sebaliknya setiap orang
mengambil bagian pertanggungjawaban dalam masalah-masalah atas dasar
persamaan yang diperoleh melalui demokrasi.

Pada dasarnya masyarakat dengan masing-masing pribadi yang ada didalamnya


haruslah memerintah dan memimpin diri sendiri. Oleh karena itu pemerintah
haruslah merupakan kekuatan pimpinan yang lahir dari masyarakat sendiri.
Pemerintah haruslah demokratis, berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat, menjalankan kebijaksanaan atas persetujuan rakyat berdasarkan
musyawarah dan dimana keadilan dan martabat kemanusiaan tidak terganggu.
Kekuatan yang sebenarnya didalam negara ada ditangan rakyat, dan pemerintah
harus bertanggung jawab pada rakyat.

Menegakkan keadilan mencakup penguasaan atas keinginan-keinginan dan


kepentingan-kepentingan pribadi yang tak mengenal batas (hawa nafsu) adalah
kewajiban dari negara sendiri dan kekuatan-kekuatan sosial untuk menjunjung
tinggi prinsip kegotongroyongan dan kecintaan sesama manusia. Menegakkan
keadilan amanat rakyat kepada pemerintah yang musti dilaksanakan. Disadari
oleh sikap hidup yang benar, ketaatan kapada pemerintah termasuk dalam
lingkungan ketaatan kepada Tuhan (kebenaran mutlak). Pemerintah yang benar
dan harus ditaati ialah mengabdi kepada kemanusiaan, kebenaran dan akhirnya
kepada Tuhan YME.

Perwujudan menegakkan keadilan yang terpenting dan berpengaruh ialah


menegakkan keadilan di bidang ekonomi atau pembagian kekeyaan diantara
anggota masyarakat. Keadilan menuntut agar setiap orang dapat bagian yang
wajar dari kekayaan atau rejeki. Dalam masyarakat yang tidak mengenal batas-

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 44

batas individual, sejarah merupakan perjuangan dialektis yang berjalan tanpa


kendali dari pertentangan-pertentangan golongan yang didorong oleh
ketidakserasian antara pertumbuhan kekuatan produksi disatu pihak dan
pengumpulan kekayaan oleh golongan-golongan kecil dengan hak-hak istimewa
dilain pihak. Karena kemerdekaan tak terbatas mendorong timbulnya jurang-
jurang pemisah antara kekayaan dan kemiskinan yang semakin dalam. Proses
selanjutnya yaitu bila sudah mencapai batas maksimal pertentangan golongan itu
akan menghancurkan sendi-sendi tatanan sosial dan membinasakan
kemanusiaan dan peradabannya.

Dalam masyarakat yang tidak adil, kekeyaan dan kemiskinan akan terjadi dalam
kualitas dan proporsi yang tidak wajar sekalipun realitas selalu menunjukkan
perbedaan-perbedaan antara manusia dalam kemampuan fisik maupun mental
namun dalam kemiskinan dalam masyarakat dengan pemerintah yang tidak
menegakkan keadilan adalah keadilan yang merupakan perwujudan dari
kezaliman. Orang-orang kaya menjadi pelaku daripada kezaliman sedangkan
orang-orang miskin dijadikan sasaran atau korbannya. Oleh karena itu sebagai
yang menjadi sasaran kezaliman, orang-orang miskin berada dipihak yang benar.
Pertentangan antara kaum miskin menjadi pertentangan antara kaum yang
menjalankan kezaliman dan yang dizalimi. Dikarenakan kebenaran pasti menag
terhadap kebhatilan, maka pertentangan itu disudahi dengan kemenangan tak
terhindar bagi kaum miskin, kemudian mereka memegang tampuk pimpinan
dalam masyarakat.

Kejahatan di bidang ekonomi yang menyeluruh adalah penindasan oleh


kapitalisme. Dengan kapitalisme dengan mudah seseorang dapat memeras
orang-orang yang berjuang mempertahankan hidupnya karena kemiskinan,
kemudian merampas hak-haknya secara tidak sah, berkat kemampuannya untuk
memaksakan persyaratan kerjanya dan hidup kepada mereka. Oleh karena itu
menegakkan keadilan mencakup pemberantasan kapitalisme dan segenap
usaha akumulasi kekayaan pada sekelompok kecil masyarakat. Sesudah syirik
kejahatan terbesar kepada kemanusiaan adalah penumpukan harta kekayaan
beserta penggunaanya yang tidak benar, menyimpang dari kepentingan umum,
tidak mengikuti jalan Tuhan. Maka menegakkan keadilan inilah membimbing
manusia ke arah pelaksanaan tata masyarakat yang akan memberikan kepada
setiap orang kesempatan yang sama untuk mengatur hidupnya secara bebas
dan terhormat (amar ma'ruf) dan pertentangan terus menerus terhadap segala
bentuk penindasan kepada manusia kepada kebenaran asasinya dan rasa
kemanusiaan (nahi munkar). Dengan perkataan lain harus diadakan restriksi-
restriksi atau cara-cara memperoleh, mengumpulkan dan menggunakan
kekayaan itu. Cara yang tidak bertentangan dengan kamanusiaan diperbolehkan
(yang ma'ruf dihalalkan) sedangkan cara yang bertentangan dengan
kemanusiaan dilarang (yang munkar diharamkan).

Pembagian ekonomi secara tidak benar itu hanya ada dalam suatu masyarakat
yang tidak menjalankan prisip Ketuhanan YME, dalam hal ini pengakuan
berketuhanan YME tetapi tidak melaksanakannya sama nilainya dengan tidak
berketuhanan sama sekali. Sebab nilai-nilai yang tidak dapat dikatakan hidup
sebelum menyatakan diri dalam amal perbuatan yang nyata.

Dalam suatu masyarakat yang tidak menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya


tempat tunduk dan menyerahkan diri, manusia dapat diperbudaknya antara lain

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 45

oleh harta benda. Tidak lagi seorang pekerja menguasai hasil pekerjaanya, tetapi
justru dikuasai oleh hasil pekerjaan itu. Produksi seorang buruh memperbesar
kapital majikan dan kapital itu selanjutnya lebih memperbudak buruh. Demikian
pula terjadi pada majikan bukan ia menguasai kapital tetapi kapital itulah yang
menguasainya. Kapital atau kekayaan telah menggenggam dan memberikan
sifat-sifat tertentu seperti keserakahan, ketamakan dan kebengisan.

Oleh karena itu menegakkan keadilan bukan saja dengan amar ma'ruf nahi
munkar sebagaimana diterapkan dimuka, tetapi juga melalui pendidikan yang
intensif terhadap pribadi-pribadi agar tetap mencintai kebenaran dan menyadari
secara mendalam akan andanya tuhan. Sembahyang merupakan pendidikan
yang kontinue, sebagai bentuk formil peringatan kepada tuhan. Sembahyang
yang benar akan lebih efektif dalam meluruskan dan membetulkan garis hidup
manusia. Sebagaimana ia mencegah kekejian dan kemungkaran. Jadi
sembahyang merupakan penopang hidup yang benar. Sembahyang
menyelesaikan masalah - masalah kehidupan, termasuk pemenuhan kebutuhan
yang ada secara instrinsik pada rohani manusia yang mendalam, yaitu
kebutuhan sepiritual berupa pengabdian yang bersifat mutlak.

Pengabdian yang tidak tersalurkan secara benar kepada tuhan YME tentu
tersalurkan kearah sesuatu yang lain. Dan membahayakan kemanusiaan.

Dalam hubungan itu telah terdahulu keterangan tentang syirik yang merupakan
kejahatan fundamental terhadap kemanusiaan. Dalam masyarakat, yang adil
mungkin masih terdapat pembagian manusia menjadi golongan kaya dan miskin.
Tetapi hal itu terjadi dalam batas - batas kewajaran dan kemanusian dengan
pertautan kekayaan dan kemiskinan yang mendekat. Hal itu sejalan dengan
dibenarkannya pemilikan pribadi (Private ownership) atas harga kekayaan dan
adanya perbedaan - perbedaan tak terhindar dari pada kemampuan -
kemampuan pribadi, fisik maupun mental. Walaupun demikian usaha - usaha
kearah perbaikan dalam pembagian rejeki ke arah yang merata tetap harus
dijalankan oleh masyarakat. Dalam hal ini zakat adalah penyelesaian terakhir
masalah perbedaan kaya dan miskin itu. Zakat dipungut dari orang - orang kaya
dalam jumlah presentase tertentu untuk dibagikan kepada orang miskin.

Zakat dikenakan hanya atas harta yang diperoleh secara benar, Syah dan halal
saja. Sedang harta kekayaan yang haram tidak dikenakan zakat tetapi harus
dijadikan milik umum guna manfaat bagi rakyat dengan jalan penyitaan oleh
pemerintah. Oleh karena itu, sebelum penarikan zakat dilakukan terlebih dahulu
harus dibentuk suatu masyarakat yang adil berdasarkan ketuhanan Tuhan Yang
Maha Esa, dimana tidak lagi didapati cara memperoleh kekayaan secara haram,
diman penindasan atas manusia oleh manusia dihapus.

Sebagaimana ada ketetapan tentang bagaimana harta kekayaan itu diperoleh,


juga ditetapkan bagaimana mempergunakan harta kekayaan itu. Pemilikan
pribadi dibenarkan hanya jika hanya digunakan hak itu tidak bertentangan,
pemilikan pribadi menjadi batal dan pemerintah berhak mengajukan konfikasi.

Seorang dibenarkan mempergunakan harta kekayaan dalam batas - batas


tertentu, yaitu dalam batas tidak kurang tetapi juga tidak melebihi rata - rata atau
israf pertentangan dengan perikemanusiaan. Kemewahan selalu menjadi
provokasi terhadap pertentangan golongan dalam masyarakat membuat akibat

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 46

destruktif. Sebaliknya penggunaan kurang dari rata-rata masyarakat ( taqti)


merusakkan diri sendiri dalam masyarakat disebabkan membekunya sebagian
dari kekayaan umum yang dapat digunakan untuk manfaat bersama.

Hal itu semuanya merupakan kebenaran karena pada hakekatnya seluruh harta
kekayaan ini adalah milik Tuhan. Manusia seluruhnya diberi hak yang sama atas
kekayaan itu dan harus diberikan bagian yang wajar dari padanya.

Pemilikan oleh seseorang (secara benar) hanya bersifat relatif sebagai mana
amanat dari Tuhan. Penggunaan harta itu sendiri harus sejalan dengan yang
dikehendaki tuhan, untuk kepentingan umum. Maka kalau terjadi kemiskinan,
orang - orang miskin diberi hak atas sebagian harta orang - orang kaya, terutama
yang masih dekat dalam hubungan keluarga. Adalah kewajiban negara dan
masyarakat untuk melindungi kehidupan keluarga dan memberinya bantuan dan
dorongan. Negara yang adil menciptakan persyaratan hidup yang wajar
sebagaimana yang diperlukan oleh pribadi-pribadi agar diandan keluarganya
dapat mengatur hidupnya secara terhormat sesuai dengan kainginan-
keinginannya untuk dapat menerima tanggungjawab atas kegiatan-kegiatnnya.
Dalam prakteknya, hal itu berarti bahwa pemerintah harus membuka jalan yang
mudah dan kesempatan yang sama kearah pendidikan, kecakapan yang wajar
kemerdekaan beribadah sepenuhnya dan pembagian kekayaan bangsa yang
pantas.

G. KEMANUSIAAN DAN ILMU PENGETAHUAN

Dari seluruh uraian yang telah di kemukakan , dapatlah dikumpulkan dengan


pasti bahwa inti dari pada kemanusiaan yang suci adalah Iman dan kerja
kemanusiaan atau Amal Saleh Iman dalam pengertian kepercayaan akan adanya
kebenaran mutlak yaitu Tuhan Yang Maha Esa , serta menjadikanya satu-
satunya tujuan hidup dan tempat pengabdian diri yang terakhir dan mutlak. Sikap
itu menimbulkan kecintaan tak terbatas pada kebenaran, kesucian dan kebaikan
yang menyatakan dirinya dalam sikap pri kemanusiaan. Sikap pri kemanusiaan
menghasilkan amal saleh, artinya amal yang bersesuaian dengan dan
meningkatkan kemanusiaan. Sebaik-baiknya manusia ialah yang berguna untuk
sesamanya. Tapi bagaimana hal itu harus dilakukan manusia ?.

Sebagaimana setiap perjalanan kearah suatu tujuan ialah gerakan kedepan


demikian pula perjalanan ummat manusia atau sejarah adalah gerakan maju
kedepan. Maka semua nilai dalam kehidupan relatif adanya berlaku untuk suatu
tempat dan suatu waktu tertentu.

Demikianlah segala sesuatu berubah, kecuali tujuan akhir dari segala yang ada
yaitu kebenaran mutlak (Tuhan). Jadi semua nilai yang benar adalah bersumber
atau dijabarkan dari ketentuan-ketentuan hukum-hukum Tuhan. Oleh karena itu
manusia berikhtiar dan merdeka, ialah yang bergerak. Gerakan itu tidak lain dari
pada gerak maju kedepan (progresif). Dia adalah dinamis, tidak setatis. Dia
bukanlah seorang tradisional, apalagi reaksioner. Dia menghendaki perubahan
terus menerus sejalan dengan arah menuju kebenaran mutlak. Dia senantiasa
mencarai kebenaran-kebenaran selama perjalanan hidupnya. Kebenaran-
kebenaran itu menyatakan dirinya dan ditemukan didalam alam dari sejarah umt
manusia.

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 47

Ilmu pengetahuan adalah alat manusia untuk mencari dan menemukan


kebenaran-kebenaran dalam hidupnya, sekalipun relatif namun kebenaran-
kebenaran merupakan tonggak sejarah yang mesti dilalui dalam perjalanan
sejarah menuju kebenaran mutlak. Dan keyakinan adalah kebenaran mutlak itu
sendiri pada suatu saat dapat dicapai oleh manusia, yaitu ketika mereka telah
memahami benar seluruh alam dan sejarahnya sendiri.

Jadi ilmu pengetahuan adalah persyaratan dari amal soleh. Hanya mereka yang
dibimbing oleh ilmu pengetahuan dapat berjalan diatas kebenaran-kebenaran,
yang menyampaikan kepada kepatuhan tanpa reserve kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Dengan iman dan kebenaran ilmu pengetahuan manusia mencapai
puncak kemanusiaan yang tertinggi.

Ilmu pengetahuan ialah pengertian yang dipunyai oleh manusia secara benar
tentang dunia sekitarnya dan dirinya sendiri. Hubungan yang benar antara
manusia dan alam sekelilingnya ialah hubungan dan pengarahan. Manusia harus
menguasai alam dan masyarakat guna dapat mengarahkanya kepada yang lebih
baik. Penguasaan dan kemudian pengarahan itu tidak mungkin dilaksanakan
tanpa pengetahuan tentang hukum-hukumnya agar dapat menguasai dan
menggunakanya bagi kemanusiaan. Sebab alam tersedia bagi ummat manusia
bagi kepentingan pertumbuhan kemanusiaan. Hal itu tidak dapat dilakukan
kecuali mengerahkan kemampuan intelektualitas atau rasio. Demikian pula
manusia harus memahami sejarah dengan hukum-hukum yang tetap. Hukum
sejarah yang tetap (sunatullah untuk sejarah) yaitu garis besarnya ialah bahwa
manusia akan menemui kejayaan jika setia kepada kemanusiaan fitrinya dan
menemui kehancuran jika menyimpang dari padanya dengan menuruti hawa
nafsu.

Tetapi cara-cara perbaikan hidup sehingga terus-menerus maju kearah yang


lebih baik sesuai dengan fitrah adalah masalah pengalaman. Pengalaman ini
harus ditarik dari masa lampau, untuk dapat mengerti masa sekarang dan
memperhitungkan masa yang akan datang. Menguasai dan mengarahkan
masyarakat ialah mengganti kaidah-kaidah umumnya dan membimbingnya
kearah kemajuan dan perbaikan.

H. KESIMPULAN DAN PENUTUP

Dari seluruh uraian yang telah lalu dapatlah diambil kesimpulan secara garis
besar sbb :

1. Hidup yang benar dimulai dengan percaya atau iman kepada Tuhan. Tuhan
YME dan keinginan mendekat serta kecintaan kepada-Nya yaitu takwa. Iman
dan takwa bukanlah nilai yang statis dan abstrak. Nilai-nilai itu mamancar
dengan sendirinya dalam bentuk kerja nyata bagi kemanusiaan dan amal
saleh. Iman tidak memberi arti apa-apa bagi manusia jika tidak disertai
dengan usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan yang sungguh-sungguh untuk
menegakkan perikehidupan yang benar dalam peradaban dan berbudaya.
2. Iman dan takwa dipelihara dan diperkuat dengan melakukan ibadah atau
pengabdian formil kepada Tuhan, ibadah mendidik individu agar tetap ingat
dan taat kepada Tuhan dan berpegang tuguh kepada kebenaran sebagai
mana dikehendaki oleh hati nurani yang hanif. Segala sesuatu yang
menyangkut bentuk dan cara beribadah menjadi wewenang penuh dari pada

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 48

agama tanpa adanya hak manusia untuk mencampurinya. Ibadat-ibadat yang


terus menerus kepada Tuhan menyadarkan manusia akan kedudukannya di
tengahh alam dan masyarakat dan sesamanya. Ia telah melebihkan sehingga
kepada kedudukan Tuhan dengan merugikan orang lain, dan tidak
mengurangi kehormatan dirinya sebagai mahluk tertinggi dengan akibat
perbudakan diri kepada alam maupun orang lain.
3. Kerja kemanusiaan atau amal saleh mengambil bentuknya yang utama
dalam usaha yanag sungguh - sungguh secara essensial menyangkut
kepentingan manusia secara keseluruhan, baik dalam ukuran ruang maupun
waktu yang menegakkan keadilan dalam masyarakat sehingga setiap orang
memperoleh harga diri dan martabatnya sebagai manusia. Hal itu berarti
usaha - usaha yang terus menerus harus dilakukan guna mengarahkan
masyarakat kepada nilai - nilai yang baik, lebih maju dan lebih insani usaha
itu ialah "amar ma'ruf , disamping usaha lain untuk mencegah segala bentuk
kejahatan dan kemerosotan nilai - nilai kemanusiaan dan nahi mungkar.
Selanjutnya bentuk kerja kemanusiaan yang lebih nyata ialah pembelaan
kaum lemah, kaum tertindas dan kaum miskin pada umumnya serta usaha -
usaha kearah penungkatan nasib dan taraf hidup mereka yang wajar dan
layak sebagai manusia.
4. Kesadaran dan rasa tanggung jawab yang besar kepada kemanusiaan
melahirkan jihad, yaitu sikap berjuang. Berjuang itu dilakukan dan ditanggung
bersama oleh manusia dalam bentuk gotong royong atas dasar kemanusiaan
dan kecintaan kepada Tuhan. Perjuangan menegakkan kebenaran dan
keadilan menuntut ketabahan, kesabaran, dan pengorbanan. Dan dengan
jalan itulah kebahagiaan dapat diwujudkan dalam masyarakat manusia. Oleh
sebab itu persyaratan bagi berhasilnya perjuangan adalah adanya barisan
yang merupakan bangunan yang kokoh kuat. Mereka terikat satu sama lain
oleh persaudaraan dan solidaritas yang tinggi dan oleh sikap yang tegas
kepada musuh - musuh dari kemanusiaan. Tetapi justru demi kemanusiaan
mereka adalah manusia yang toleran. Sekalipun mengikuti jalan yang benar,
mereka tidak memaksakan kepada orang lain atau golongan lain.
5. Kerja kemanusiaan atau amal saleh itu merupakan proses perkembangan
yang permanen. Perjuang kemanusiaan berusaha mengarah kepada yang
lebih baik, lebih benar. Oleh sebab itu manusia harus mengetahui arah yang
benar dari pada perkembangan peradaban disegala bidang. Dengan
perkataan lain, manusia harus mendalami dan selalu mempergunakan ilmu
pengetahuan. Kerja manusia dan kerja kemanusiaan tanpa ilmu tidak akan
mencapai tujuannya, sebaliknya ilmu tanpa rasa kemanusiaan tidak akan
membawa kebahagiaan bahkan mengahancurkan peradaban. Ilmu
pengetahuan adalah karunia Tuhan yang besar artinya bagi manusia.
Mendalami ilmu pengetahun harus didasari oleh sikap terbuka. Mampu
mengungkapkan perkembangan pemikiran tentang kehidupan berperadaban
dan berbudaya. Kemudian mengambil dan mengamalkan diantaranya yang
terbaik.

Dengan demikian tugas hidup manusia menjadi sangat sederhana yaitu beriman,
berilmu dan beramal.

Billahitaufiq Wal hidayah


Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 49

RUJUKAN NILAI DASAR PERJUANGAN


HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

DASAR – DASAR KEPERCAYAAN


1. Al – qur’an. S. An – nahal (XVI) 89, artinya : “dan kami (Tuhan) telah menurunkan
kepada engkau (Muhammad) sebuah kitab (Al – qur’an) sebagai keterangan tentang
sesuatu serta sebagai petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi orang – orang
muslim.”
2. Al – qur’an. S. Al – Ikhlas (CXII) : 1 – 4 artinya : “Katakanlah : Dia adalah Tuhan
Yang Maha Esa dia adalah Tuhan, Tuhan segala tempat harapan. Tiada ia berputar
dan tiada pula berbapak serta tiada satupun baginya sepadan.”
3. Al – qur’an. S. Al – Hadid (LVII) : 3, artinya : “Dia adalah yang pertama dan terakhir
dan yang lahir dan bathin.”
4. Al – qur’an S. Al – Baqarah (II) 115, artinya : “Maka kemanapun jua berpaling,
disanalah wajah Tuhan.”
5. Al – qur’an. S. Al – an’am (VI) : 73, artinya : “Dan dia (Tuhan) beserta kamu
dimanapun kamu berada.”
6. Al – qur’an. S. Al – an’am (VI) : 73, artinya : “Dan dia (Tuhan) menciptakan segala
sesuatu kemudian mengaturnya dengan peraturan yang pasti.”
7. Al – qur’an. S. Al – Mu’min (XXIII) : 14, artinya : “Maka Maha Mulialah Tuhan, sebaik
– baiknya pencipta.”
8. Al – qur’an. S. Luqman (XXXI) 20, artinya : “Tidaklah kamu memperhatikan bahwa
Allah menyediakan bagimu segala sesuatu yang ada di langit dan segala sesuatu
yang ada di bumi dan melimpahkannya kepada kami karunia – karunia mendatar-
Nya baik yang nampak maupun yang tidak nampak.”
9. Al – qur’an, S. Yunus (X) : 101, artinya : “Katakanlah : Perhatikan olehmu apa yang
ada di langit dan apa yang ada di bumi, tanda – tanda dan peringatan itu tidak ada
berguna bagi golongan manusia yang tidak percaya.”
10. Al – qur’an, S. Shod (XXXVIII) : 27, artinya : “Tidaklah kamu (Tuhan) menciptakan
lagit dan bumi dan segala sesuatu yang ada diantara keduanya itu secara palsu hal
itu hanyalah prasangka orang – orang kafir saja.”
11. Al – qur’an, S. Al – Tien (XCVO) : 4, artinya : “Sesungguhnya kami (Tuhan) telah
menciptakan manusia – manusia dalam bentuk yang sebaik – baiknya.”
12. Al – qur’an, S. Al – Isra (XVII) : 70, artinya : “Dan kami lebih mereka itu (umat
manusia) di atas banyak dari segala sesuatu yang kami ciptakan dengan kelebihan
yang nyata.”
13. Al – qur’an, S. Al – an’am (VI) : 165, artinya : “Dan dialah (Tuhan) yang menjadikan
kamu sekalian (umat manusia) sebagai khalifa – khalifah bumi, serta melebihkan
sebahagian dari kamu atas sebagian yang lain bertingkat – tingkat untuk menguji
kamu dalam hal – hal yang telah diuraikan kepada kamu. Sesungguhnya Tuhan
cepat siksanya (akibat buruk daripadanya perbuatan manusia yang salah) dan dia
pastilah Maha Pengampun dan Maha Penyayang (memberikan akibat baik atas
perbuatan manusia yang benar).”
14. Al – qur’an, S. Hud (XI) : 16 artinya : “Dia (Tuhan) menumbuhkan kamu (umat islam)
dari bumi dan menyuruh kamu memakmurkannya.
15. Al – qur’an, S. Al – Ahzab (XXXIII) : 72, artinya : “Sesungguhnya kamu (Tuhan)
menawarkan semua amanah (akal pikiran) kepada langit, bumi dan gunung –
gunung, maka mereka itu menolak untuk menanggungnya dan merasakan keberatan
atas amanah itu, manusialah yang menanggungnya, sesungguhnya manusia
mempersulit diri sendiri dan bodoh.”
16. Al – qur’an, S. Al – Ankabut (XXVII) : 20, artinya : “Katakanlah : mengembaralah
kamu ke muka bumi, kemudian perhatikanlah olehmu bagaimana Allah memulai
penciptaan-Nya kemudian mengembangkan pertumbuhan yang pertumbuhan
sesungguhnya Allah itu Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
17. Al – qur’an. S. Al – Qashash (XXVII) : 20, artinya : “Katakanlah : Mengembaralah
kamu ke muka bumi, kemudian perhatikanlah olehmu bagaimana Allah memulai

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 50

penciptaan-Nya kemudian mengembangkan pertumbuhan yang kemudian,


sesungguhnya Allah itu Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
18. Al – qur’an, S. Al – Isra (XVII) : 72, artinya : “Dan barang siapa disini (dunia) buta
(tidak berilmu), maka di akhirat nanti akan buta pula dan lebih sesat lagi jalannya.”
19. Al – qur’an, S. Al – Isra (XVII) : 36, artinya : “Dan janganlah engkau mengikuti
sesuatu yang tidak engkau mempunyai pengertian tentang hal itu, sebab
sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati nurani itu semuanya pertanggung
jawab atas hal tersebut.”
20. Al – qur’an, S. Al – Mujaadalah (LVII) : 11, artinya : “Allah mengangkat orang – orang
beriman diantara kamu dan berilmu bertingkat – tingkat.”
21. Al – qur’an, S. Fushilat (1) : artinya : “Janganlah kamu bersujud kepada matahari
ataupun bulan tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakan.”
22. Al – qur’an, S. Al – Fatihah (1) : artinya : “Janganlah kamu bersujud kepada matahari
ataupun bulan tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakan.”
23. Al – qur’an, S. Al – Hajj (XXII) : 56, artinya : “Kerajaan pada hari itu hanyalah bagi
Allah, Dia mengadili antara manusia (suatu lukisan simbolis). “Bagi siapakah
pekerjaan hari ini ? bagi Allah Yang Maha Esa dan Maha Perkasa.”
24. Al – qur’an, S. Al – Baqarah (11) : 48, artinya : “Dan berjaga – jagalah kamu sekalian
terhadap massa dimana seseorang tidak sedikitpun membela orang – orang lain dan
dimana tidak di terima suatu pertolongan dan tidak suatu tebusan serta tidak pula itu
akan dibantunya.”
25. Al – qur’an, S. Al – A’raf (II) : 187, artinya : “Mereka bertanya kepada engkau
(Muhammad) tentang hari kiamat kapan akan terjadi ? Jawablah : sesungguhnya
pengetahuan tentang hari kiamat itu hanya ada pada Tuhan. Tidak seorangpun dapat
menjelaskan selain dari Dia Sendiri.”

PENGERTIAN DASAR TENTANG KEMANUSIAAN


1. Al – qur’an, S. Ar – Rum (XXX) 30, artinya : “Hadapkan dengan seluruh dirimu itu
kepada agama (Islam) sebagaimana engkau adalah hanief (secara kodrat melihat
kebenaran, itulah fitrah Tuhan yang telah memfitrahkan manusia padanya).”
2. Al – qur’an, S. Adz – Dzariyat (XVL) 56, artinya : “Aku (Tuhan) tidaklah menciptakan
jin dan manusia hanyalah untuk berbakti kepada-Ku.”
3. Al – qur’an, S. At – Taubah (IX) 105, artinya : “Katakanlah, bekerjalah kamu sekalian
! Tuhan akan melihat kerjamu demikian juga Rasul-nya dan orang – orang beriman
(masyarakat).”
4. Al – qur’an, S. At – Taubah (IX) 2 – 3, artinya : “Hai orang – orang yang beriman,
mengapakah kamu mengadakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan ? besar
dosanya bagi Tuhan jika kamu mengatakan sesuatu yang tidak baik kamu kerjakan.”
5. Al – qur’an, S. An – Nahl (IV) 3, artinya : “Barang siapa siap berbuat baik lelaki
maupun perempuan sedangkan ia beriman, maka pastikan kami (Tuhan) berikan
kepadanya hidup yang bahagia dan pasti kami berikan pahala bagi mereka dengan
sebaik – baiknya apa yang telah mereka perbuat.”
6. Al – qur’an, S. Al – Ankabut (XXIX) 6, artinya : “Barang siapa berjuang, maka
sebenarnya dia berjuang untuk dirinya sendiri.”
7. Al – qur’an, S. An – Nisa (IV), 125 artinya : “Siapakah yang lebih baik agama
daripada orang yang menyerahkan diri dengan agama dari dengan seluruh
pribadinya kepada Tuhan yang dan dia berbuat baik (cinta kabikan) serta mengikuti
ajaran Ibrahim secara Hanief.”
8. Al – qur’an, Az – Zumar (XXXIV) 18, artinya : ‘Mereka yang mendengarkan perkataan
(pendapat) berusaha mengikuti yang terbaik (benar) daripadanya, mereka itulah yang
mendapatkan petunjuk dari Tuhan dan mereka itulah yang orang – orang yang
mempunyai fikiran.
9. Al- qur’an, S. Al-Baqarah (II) 28 artinya : “Tuhan memberikan keijaksanaan kepada
siapa saja yang dikehendaki-Nya . Maka barang siapa yang mendapat kebijaksanaan
itu sesungguhnya dia telah memperoleh kebaikan yang melimpah . Dan tidak
memikirkan hal itu kecuali orang-orang yang berasal ”
10. Al-Qur’an . S. Al-An’am (VI) 269 . artinya : “Barang siapa yang tuhan kehendaki untuk
diberikan kepadanya petunjuk (kepada kebenaran), tetapi barang siapa yang

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 51

dikehendaki Tuhan untuk disesatkan maka dadanya dijadikan sempit dan sesak,
seakan-akan dia sedang naik kelangit”.
11. Al-Qur’an S.Ali-Imran (III) 123, artinya : “ ( orang yang bertaqwa itu ) mereka yang
dapat menahan marah, suka memaafkan kepada sesama manusia dan Tuhan cinta
kepada orang orang yang selalu berbuat baik “.
12. Al-Qur’an. S. Baiynah ( XCVIII) 5. artinya : “ Mereka tidaklah diperintahkan kecuali
untuk berbakti kepada Tuhan dengan mengikhlaskan agama (kebatinan) semata-
mata kepada-Nya secara Hanief (mencari kebenaran) menegakkan sembahyang
mengeluarkan zakat,itulah jalan (agama) yang benar.”
13. Al-qur’an, S. Al-Baqarah (II) 28 ,artinya : ’’Tuhan memberikan kebijaksanaan kepada
siapa saja yang dikenhendaki-Nya. Maka barang siapa yang mendapat
kebijaksanaan itu sesungguhnys dia telah memperoleh kebaikan yang melimpah.
Dan tidak memikirkan hal itu kecuali orang-orang yang berasal “.
14. Al-Qur’an,S. Al-Insan (LXXVI) 8-9, artinya : “ Dan mereka itu memberikan makan
kepada orang miskin Anak-anak yatim dan orang tertawa atas dasar sukarela
mereka berkata : Kami memberi makan kepadamu semata-mata hanya karena diri
Tuhan (mencari ridho-Nya) bukan karena mengharapkan balasan atau ucapan terima
kasih.
15. Dari kesimpulan dari gambaran surat Al-qura’an, S Al-baqarah (II) 263, artinya :’’hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu menggugurkan sedekahnya dengan
cacian dan celaan, sebagaimana orang yang mendarmakan hartanya karena pamrih
kepada sesama manusia serta tidak percaya kepada Tuhan dan hari kemudian.
Maka perumpamaan baginya adalah seperti batu yang di atasnya ada debu dan
kemudian di sapu oleh hujan dan batu itu tertinggal licin. Mereka itu sedikitpun
menguasai apa yang telah mereka kerjakan.’’
16. Disimpulkan dari Al-qur’an, S. Fatir (XXXV), artinya : “ Barang siapa menghendaki
kemudian itu aada pada Tuhan, kpada-Nya ucapan yang baik menuju pekerjaan
yang diangkat-nya.

KEMERDEKAAN MANUSIA (IKHTIAR) DAN KEHARUSAN UNIVRSAL (TAQDIR)


1. Tersimpul dalam Al-qur’an, S. Al-Anfal (VIII) 23, artinya : “Berhati-hatilah kau
terhadap malapetaka yang benar-benar tidaknya mnimpa orang-orang jahat diantara
kamu.”
2. Al-qur’an, S. Al-Baqarah (II) 46, artinya : “ Berhati-hatilah kamu sekalian akan hari (
akhirat) dimana seseorang tidak dapat membela orang lain sedikitpun dan tidak pula
diterima pertolongan dan tebusan daripadanya serta tidak pula orang-orang itu
dibantu.”
3. Al-qur’an, S. Lukman (XXXI) 46, artinya : “Ingatlah selalu akan hari (kiamat) dimana
seorang ayah tidak menanggung anaknya dan tidak pula seorang anak mennggung
ayahny sedikitpun.”
4. Al-qur’an, S. Al-hadid (XVII) 22, artinya : “Tidaklah terjadi sesuatu kejadianpun
dimuka bumi ini dan pada diri kamu sekalian (masyarakat) melainkan ada dalam
catatan sebelum kamu beberkan. Sesungguhnya hal itu bagi Tuhan prkara yang
mudah.”
5. Al-qur’an, S.Ar-Ra’d (XII), artinya : “ Sesungguhnya Tuhan tidak merubahsesuatu
(nasib) yang ada pada suatu bangsa sehingga mereka merubah sendiri apayang ada
pada diri (jiwa) mereka.”
6. Al-qur’an, S. Al-Hadid, artinya : “ Agar kamu tidak putus asa kemalangan yng
menimpa dan tidak pula terlalu bersuka ria dengan kemajuan yang akan datang
padamu.”

KETUHANAN YANG MAH ESA DAN PERIKEMANUSIAAN


1. Al - qur’an, S. Lukman (XXXI) 30, artinya : “Demikianlah sebab sesungguhnya Tuhan
itulah kebenaran, sedang apa yang mereka suka selain-Nya adalah kepalsuan dan
sesungguhnya Tuhan itu Maha Tinggi dan Maha Agung.
2. Al – qur’an, S. Ali – Imran (III) 6, artinya : “Tidak lagi seorangpun suatu kebahagiaan
itu dianugerahkan oleh-Nya (Tuhan) kecuali (Amal perbuatan) semata – mata untuk
mencari (ridho) Tuhan Yang Maha Tinggi, dan tentulah ia akan meridhoinya.”

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 52

3. Al – qur’an, S. Ali – Imran (III) 19, artinya : “Sesungguhnya agama itu bagi Tuhan
adalah penyerahan diri (Islam).”
4. Al – qur’an, S. Al – Ahzab (XXXIII) 49, artinya : “Mereka yang menyampaikan ajaran
– ajaran Tuhan dan tidak menghambakan dirinya kepada siapapun selain kepada
Tuhan dan cukuplah Tuhan yang memperhitungkan (amal mereka).”
5. Al – qur’an, S. Asy – Syu’ara (XXVI) 226, artinya : “Dan sesungguhnya mereka itu
mengatakan hal – hal yang mereka tidak kerjakan.”
6. Tentang rangkaian tak terpisahkan dari pada iman dan amal saleh dapat dilihat dari
pengulangan tidak kurang dari lima puluh kali kata – kata Aamu wa’amilus shaihat
dan terdapat dimana – mana di dalam Al – qur’an.
7. Al – qur’an, S. Ann – Nur (XXVI) 39, artinya : ‘Orang – orang kafir itu amal dan
perbuatannya bagaikan fata morgana di satu lembah. Orang yang kehausan
mengirimnya air, tetapi setelah ditanda tanganinya tidak didapatnya suatu apapun.”
8. Al – qur’an, S. Al – Baqarah (II) 109, artinya : “Apakah orang yang mendirikan
bangunannya di atas dasar taqwa kepada Tuhan dan mencari ridho-Nya itu lebih
baik, ataukah orang yang mendirikan bangunannya pada tepi jurang yang retak
kemudian roboh bersamanya masuk neraka jahanam.”
9. Al – qur’an, S. Lukman (XXXI) 13, artinya : “Sesungguhnya syirik itu kesalahan yang
besar.”
10. Imam tidak mungkin bercampur dengan kejahatan, sebagai mana tersimpul dalam Al
– qur’an, S. Al – An’am (VI) 84, artinya : ‘Mereka yang beriman dan tidak mencampur
iman mereka dengan kejahatan, mereka itulah yang mendapat petunjuk.”
11. Hadist, artinya : “Sesungguhnya yang paling khawatirkan sekalian ialah syirik kecil
yaitu ria (pamrih).”
12. Disimpulkan dari titik perpisahan antara orang – orang kafir pemegang Kitab Suci
(Kristen dan Yahudi) dalam al – Qur’an, S. Ali Imran (111) 64, artinya : “Katakanlah :
Hai orang pemegang Kitab Suci Kristen dan Yahudi marilah kamu sekalian menuju
titik persamaan antara kami (ummat Islam0 dan kamu, yaitu bahwa kita tidak
mengabdi kecuali pada Tuhan Yang Maha Esa kita tidak sedikitpun membuat syirik
kepada-Nya dan tidak pula sebagian kita mengangkat sebagian yang lain menjadri
Tuhan – tuhan (dengan kekuasaan dan wewenang seperti dan Tuhan Yang Maha
Esa) selain Tuhan Yang Maha Esa, Kemudian jika mereka mengejak katakanlah :
Jadilah kamu sekalian sebagai saksi kepada Tuhan saja”.
13. Al – Qur’an, S. An – Nahl (XVI) 90, artinya : “Sesungguhnya Tuhan memerintahkan
untuk menegakkan keadilan dan menguasahakan perbaikan.”

INDIVIDU DAN MASYARAKAT


1. Al – Qur’an, S. Az – Zkhruf (XLII), artinya : “Kami (Tuhan) membagi – bagi di antara
mereka manusia kehidupan mereka di dunia.”
2. Al – Qur’an, S. Al – Maidah (V) : 48, artinya : “Bagi setiap golongan diantara kamu
ialah kami tetapkan suatu cara dan jalan hidup tertentu.”
3. Al – Qur’an, S. Al – Lail (XCII) : 4, artinya : “Sesungguhnya usahamu sekalian
(manusia) sangat beraneka ragam.”
4. Al – Qur’an, S. Al – Isra’ (XVII) : 84, artinya : “Katakanlah : Setiap orang bekerja
sesuai dengan pembawaannya. Sebenarnya Tuhanmulah Pula yang lebih
mengetahui siapa yang lebih benar kalau hidupnya.”
5. Al – Qur’an, S. Az – Zumar (XXXIX) 39, artinya : “Katakanlah : Hai Kaumku,
bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja (Pula), maka
kelak kamu akan mengetahuinya juga.”
6. Al – Qur’an, S. Yusuf (XII) 53, artinya : “Bengotong – royonglah kamu sekalian dalam
kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu bergotong – royong dalam kejahatan dan
permusuhan.”
7. Al – Qur’an, SYAI – Maidah (V) 2, artinya : “Bergotong – royonglah kamu sekalian
dalam kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu bergotong – royong daam kejahatan
dan permusuhan.”
8. Al – Qur’an, S. ZakZalah (XCIX) 7 – 8, artinya : “Barang siapa mengerjakan seberat
atom kebaikan dan akan menyaksikan (akibat baiknya) dan barang siapa
mengerjakan seberat atom kejahatan diapun akan menyaksikan (akibat buruknya)”.

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 53

9. Al – Qur’an, S. At – Taubah (IX) : 75, artinya : “Dan jika orang – orang (Jahat) itu
bertaubat maka kebaikan bagi mereka, tetap jika mereka membanggakan maka
Tuhan akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih di dunia dan akhirat.”
10. Al – Qur’an, S. An – Nahl 30, artinya : “Dan mereka yang be ang dijalan-Ku
(kebenaran), maka pasti Aku tunjukkan jalannya (mencapai tujuan) sesungguhnya
Tuhan itu cinta kepada orang – orang yang selalu berbuat baik (progresif).”
11. Al – Qur’an, S. Al – Hujarat (XLIX) 13, artinya : “Hai sekalian ummat manusia,
sesungguhnya Kami (Tuhan) telah menciptakan kamu dari laki – laki dan perempuan
dan kami jadikan berbangsa – bangsa dan bersuku – suku ialah agar kami saling
mengenal, sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu bagi Tuhan ialah yang
paling bertaqwa (cin kebenaran) sesungguhnya Tuhan itu Maha Mengetahui dan
Maha Meneliti.”
Al – Qur’an, S. Al – Hujarat (XLIX) 10, artinya : “Sesungguhnya orang – orang yang
beriman (cinta kebenaran) itu bersaudara, maka usahakanlah adanya kerukunan dan
diantara golongan saudaramu.”

KEADILAN SOSIAL DAN KEADILAN EKONOMI


1. Al - Qur’an, S. Al – lail (XCII) 8 – 9 – 10, artinya : “Adapun orang – orang kafir tidak
mau mengorbankan sedikitpun (dari haknya) dan merasa cukup sendiri (engoistis)
serta mendustakan (mencemoohkan) kebaikan, maka ia kami licinkan jalan kearah
kesukaran (kekacauan).”
2. Al – Qur’an, S. Al – Maidah (V) 8, artinya : “Janganlah sekali – kali kebencian
segolongan orang itu membuat kamu menyeleweng dan tidak menegakkan keadilan,
tegakkan keadilan itulah yang lebih mendekati taqwa (kebenaran) dan bertaqwalah
kamu kepada Tuhan.”
3. Al – Qur’an, S, Al – imran (11) 104 artinya : “Hendaklah diantara kamu suatu
kelompok yang mengajak kebaikan, memerintahkan yang maruf (baik) sesuai
dengan prikemanusiaan dan melarang yang munkar (Uahat) dan bertaqwalah kamu
kepada Tuhan.”
4. Hadist : “Tiap – tiap kamu adalah pemimpin dan tiap – tiap kamu bertanggung jawab
atas pimpinannya.”
5. Ditarik kesimpulan dari keterangan orang – orang beriman Al – Qur’an, S. AS –
Syura (XLII), artinya : “Urusan mereka diselesaikan melalui musyawarah di antara
mereka.”
Al – Qur’an, S. An – Nisa (IV) 59, artinya : “Sesungguhnya kesalahan terletak pada
mereka yang mendalami (bertindak tidak adil) kepada manusia dan berbuat
kekecauan di muka bumi tanpa ada alasan kebenaran.”
6. Al – Qur’an, S. An – Nisa (IV) 59 : “hai orang – orang yang beriman, taatlah kamu
sekalian pada Tuhanmu agar kamu menunaikan amanat – amanat kepada yang
berhak dan jika kamu memerintahkan diantara manusia, maka memerintahkan kamu
dengan keadilan.”
7. Al – Qur’an, S. An – Nisa (IV) 59, artinya : “Hai orang – orang yang berimanm, taatlah
kamu sekalian kepada Rasul-Nya serta kepada yang berhak dan jika’ kamu
memerintah diantara manusia, maka memerintahkan kamu dengan keadilan.”
8. Al – Qur’an, S. Al – Maidah (V) 59, artinya : “Barang siapa yang tidak menjalankan
hukum dengan apa yang diturunkan oleh Tuhan (ajaran kebenaran), maka mereka
itu adalah orang – orang yang jahat.
9. Al – Qur’an, S. Al – Hadid (LVII) 20, artinya : “Ketahuilah bahwa sesungguhnya hidup
di dunia (sejarah) ini adalah permainan kesenangan dan perhiasan serta saling
memegang urusan (pemerintah) diantara kamu.”
10. Al – Qur’an, S. Al – Isra (XVII) 16, artinya : “Dan jika kami hendak membinasakan
negeri, maka kami perintahkan kepada orang – orang yang hidup mewah di negeri itu
(supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu,
maka sudah sepantasnya berfaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami)
kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur – hancurnya.”
11. Ditarik kesimpulan firman Tuhan tentang orang – orang Yahudi yang terkutuk (karena
sifat – sifat kapitalis mereka yaitu Al – Qur’an, S. An – Nisa 160 – 161, artinya :
“Maka karena kejahatan orang – orang Yahudi itulah kami menghalangi jalan kepada

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 54

Tuhan (jalan kebenaran). Demikian juga karena mereka mengambil riba padahal
sudah dilarang, dan karena mereka merampas harta kekayaan manusia dengan cara
yang tidak benar (batil).
Demikianlah juga dapat disimpulkan dari seruan Nabi Syu’ib kepada rakhatnya Nabi
Syu’ib adalah suatu prototype dari masyarakat yang tidak adil atau kapatalis)
tersebut di tiga tempat, antara lain ialah Al – Quran, Surat Asy-Syu’ara (XXVI) 182 –
183, artinya : “Dan timbanglah dengan ukuran yang betul (adil) serta janganlah
merampas harta milik sesama manusia dan janganlah kamu melakukan kejahatan di
muka bumi ini sambil membuat kekacauan.”
Terjadinya tindakan – tindakan atas sesama manusia (exploitation del’homeper
I’home) dipahamkan dari firman Tuhan dalam Al – Qur’an, Surat Al – Baqarah (11)
279, artinya : “ ....... Dan jika kami tau’bat (berhenti menjalankan riba atau
penindasan kapitalis) maka kamu memperoleh kembali capital – capitalmu kami tidak
boleh mendalami (memerlukan secara tidak adil, menindas) dan tidak pula boleh
didzalimi (diperlukan tidak adil, ditindas).”
“Jaminan kemenangan bagi kaum miskin dalam (Al – Quran juga disebut secara
khusus dengan Al – Mustaz afun adapun, artinya orang – orang yang dilemahkan
atau dijadikan hina – dina, ditindas), tersebut dalam rangkaian cerita Fieaun yaitu S.
Al Qashahs (XXVII) 5, artinya : “Dan Kami (Tuhan) menghendaki untuk memberikan
pertolongan kepada kaum tertindas di bumi, untuk menjadikan pula mereka itu
pewaris – pewaris.”
12. Pemberantasan kapitalisme harus dilakukan dengan konsekuen, bila perlu dengan
menyatakan perang kepada kaum kapitalis, sesuai dengan perintah. Tuhan dalam Al
– Qu’ran, S. Al – Baqarah (11) 278, artinya : “Hai orang – orang yang beriman
bertaqwalah kamu benar – benar beriman. Jika tidak kamu kerjakan (perintah
meninggalkan riba) maka bersiaplah kamu sekalian terhadap adanya perang dari
Tuhan dan Rasul-Nya (perang suci jihad. Tetapi jika kamu taubat (berhenti dari
penindasan kapitalis) maka kamu dapat memperoleh kembali capital – Kapitalmu.
Kamu tidak menindas dan tidak pula ditindas.”
13. Al – Qur’an, S. Humazah (CIV) 1-2-3, artinya : Celakalah bagi setiap pencerca (kaum
sinis kepada kebenaran) yang suka mengumpulkan harta dn menghitung-hitungnya,
dia mengira hartanya itu bakal mengekekalkannya.
14. Kaum muslimin yang seharusnya mempelopori tugas suci itu. Kaum musimin
digambarkan dalam Al – Qu’ran, S. Ali Imran (111) 110, artinya : “Kamu adalah
sebaik-baiknya golongan yang diketengahkan diantara manusia karena kamu selalu
menganjurkan pada kebaikan dan mencegah daripada kejahatan dan kamu semua
beriman kepada Tuhan.”
15. Al – Qu’ran, S. Ash-Shaf (LXI) 2-3, artinya : “Hai orang yang beriman, mengapakah
kamu mengatakan sesuatu yang kamu tidak kerjakan.”
16. Al – Qu’ran, S. Al-Ankabut (XXIX) 45, artinya : “Sesungguhnya sembahyang itu
mencegah kekejian-kekejian dan sungguh selalu ingat kepada Tuhan itu merupakan
suatu Yang Agung.”
17. Hadist : “Sembahyang adalah tiang agama, barang siapa mengerjakan berarti
menegakkan agama dan barang siapa meninggalkannya berarti merobohkan
agama.”
18. Al – Qu’ran, S. Lukman (XYXI) 30, artinya : “Demikianlah, sebab sesungguhnya
Tuhan itulah dan sesungguhnya apa yang mereka pula selain-Nya adalah kepalsuan
dan sesungguhnya Tuhan itu Maha Tinggi dan Maha Agung.”
19. Al – Qu’ran, S. Ar-Rum (XYX) 37, artinya : “Tidaklah mereka mellihat bahwa Tuhan
melapangkan rizki (ekonomi) bagi siapa saja yang Ia kehendaki dan
menyempitkannya, sesungguhnya dalam hal itu ada pelajaran-pelajaran bagi orang
yang beriman.”
20. Al – Qu’ran, S. At-Taubah (IX) 60, artinya : “Sesungguhnya sedekah (zakat) itu untuk
fakir miskin.’
21. Al – Qu’ran, S. Al-Baqarah (11) 188, artinya : “Dan janganlah kamu memakan harta
dengan cara yang batil (tidak benar) diantara kamu, dan kamu mengadakan hal itu
kepada hakim-hakim (pemerintah) agar kamu dapat mengambil bagian dari harta
orang lain dengan dosa, pada hal kamu mengetahui.”

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 55

22. Al – Qu’ran, S. Furqan (XXV) 67, artinya : “Dan mereka yang apabila
mempergunakan hartanya tidak berlebihan dan tidak pula kekurangan, melainkan
kepada dalam keseimbangan antara keduanya.”
23. Al – Qu’ran, S. Al-Isra (XVII) 67, artinya : “Berikanlah kepada keluarga itu haknya
(dari harta yang kami miliki) demikian juga kepada orang miskin dan kepada orang
terlantar dan janganlah berlebihan itu adalah kawan-kawan setan sedangkan setan
ingkar kepada Tuhannya.”
24. Al – Qu’ran, S. Al-Isra (XVII) 16, artinya : “Apabila Kami (Tuhan) menghendaki untuk
menghancurkan suatu negeri. Kami berikan kesempatan kepada orang-orang yang
mewah di negeri itu untuk memerintah, kemudian mereka membuat kecurangan-
kecurangan di negeri itu maka benar-benar terjadilah keputusan kata (vonis) atas
negeri itu, lalu kami hancurkan.”
25. Al – Qu’ran, S. Muhammad (XLVII) 38, artinya : “Demikianlah kamu orang-orang
yang diserukan untuk mempergunakan hartamu di jalan Tuhan (untuk kebaikan
kepentingan umum), maka diantara kamu ada yang kikir dan barang siapa kikir maka
sesungguhnya ia kikir pada dirinya sendiri. Tuhan tidak memerlukan sesuatupun
tetapi kamulah yang memerlukan dan kalau kamu berpaling tidak mau
mempergunakan harta untuk kebaikan umum. Tuhan akan menggantikan kamu
dengan golongan lain kemudian mereka tidak lagi seperti kamu.”
26. Al – Qu’ran, S. Thaha (XX) 6, 63, 4, 123, 131, 132 artinya : “Ingatlah bahwa
sesungguhnya kepunyaan Tuhanlah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumu.”
27. Al – Qu’ran, artinya : “Adalah Kami (Tuhan) yang sesungguhnya menempatkan kamu
ke bumi dan membuat untuk kami sekalian di dalamnya prikehidupan mata
pencaharian.”
28. Al – Qu’ran, S. Al-Hadid (LVII) 7, artinya : “Berimanlah kamu kepada Tuhan dan
Rasulnya dan dermakanlah dari harga kamu jadikan oleh Tuhan untuk
mengurusnya.”
29. Al – Qu’ran, S. Al-Isra (XVII) 67, artinya : “Dan berikanlah kepada mereka (orang-
orang miskin) itu dari harta Tuhan yang telah diberkahkan-Nya kepadamu.”
30. Al – Qu’ran, S. Al-Ma’aridi (LXX) 24-25, artinya : “Dan orang-orang pada harta
mereka terdapat hak yang pasti bagi orang miskin yang meminta-minta maupun yang
tidak minta-minta.”

KEMANUSIAAN DAN ILMU PENGETAHUAN


1. Al – Qu’ran, S. At-Tien (XCV) 6, artinya : “Kecuali mereka yang beramal saleh.”
2. Al – Qu’ran, S. Al-Qashash (XXVII) 8, artinya : “Segala sesuatu itu rusak (berubah)
kecuali dari padanya.”
3. Al – Qu’ran, S. Al-An’am (VI) 57, artinya : “Sesungguhnya hukum atau nilai itu hanya
kepunyaan Allah, Dia menerangkan keberatan dan Dia adalah sebaik-baiknya
pemutus perkara.”
4. Al – Qu’ran, S. Al-Isra (XVII), artinya : “Dan janganlah engkau mengikuti sesuatu
yang tidak mempunyai pengertian akan dia, sebab sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati nurani itu semuanya bertanggung jawab atas hal tersebut”
5. Al – Qu’ran, S. Fathir (XLI), artinya : “Akan perhatikan kepada mereka (manusia)
tanda-tanda Kami diuar angkasa dan dalam diri mereka sendiri sehingga menjadi
jelas bahwa Al – Qur’an itu benar. Tidaklah cukup dengan Tuhan bahwa Dia
menyaksikan segala sesuatu”
6. Al – Qu’ran, S. Fathir (XXXV) 287, artinya : “Sesungguhnya yang bertaqwa tidak
hanya Tuhan melainkan Allah begitu pula pada Malaikat dan orang-orang yang
berilmu pengetahuan dengan tegak pada kejujuran”
7. Al – Qu’ran, S. Muhaddalah (LVIII) 11, artinya : “Allah mengangkat orang-orang
diantara kamu dan yang berilmu pengetahuan yang bertingkat-tingkat”
8. Al – Qu’ran, S. Al-Jatsiyah (XLV) 134, artinya : “Dan Dia (Tuhan) menyediakan bagi
kamu apa yang ada dilangit dan di bumi”
9. Al – Qu’ran, S. Al-Imran (III) 137, artinya : “Telah lewat setelah kamu hukum-hukum
sejarah, maka menggambarkan di muka bumi kamu kemudian perhatikanlah olehmu
bagian akibat orang-orang yang mendustakan-Nya”

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 56

10. Al – Qu’ran, S. As Syam (XCI) 9-10, artinya : “Sungguh berbahagialah dia yang
membersihkannya, (sisinya) dan sungguh celakalah bagi mereka yang mengotorinya
(dirinya)”
11. Al – Qu’ran, S. Yusuf (XI) 111, artinya : “Sungguh dalam riwayat mereka itu terdapat
pelajaran bagi orang-orang yang berfikir”

3.1.4 Materi Mission HMI

A. Silabus

JENJANG: MISION HMI ALOKASI WAKTU:


LATIHAN KADER I 8 JAM

Tujuan Pembelajaran Umum


Peserta dapat memahami missi HMI dan hubungannya dengan status, sifat,
asas, tujuan, fungsi dan peran organisasi HMI secara intergral.

Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Peserta dapat menjelaskan fungsi dan peranannya sebagai mahasiswa
2. Peserta dapat menjelaskan tafsir tujuan HMI
3. Peserta dapat menjelaskan hakikat fungsi dan peran HMI
4. Peserta dapat menjelaskan hubungan Status, Sifat, Asas, Tujuan, Fungsi
dan Peran HMI secara integral

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan


1. Makna HMI sebagai Organisasi Mahasiswa
1.1. Pengertian Mahasiswa
1.2. Mahasiswa sebagai inti Kekuatan Perubahan
1.3. Dinamika Gerakan Mahasiswa
2. Hakikat keberadaan HMI
2.1. Makna HMI sebagai organisasi yang berasaskan Islam
2.2. Makna Independensi HMI
3. Tujuan HMI
3.1. Arti inssan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam
3.2. Arti masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT
4. Fungsi dan peran HMI
4.1. Pengertian Fungsi HMI sebagai organisasi kader
4.2. Pengertian peran HMI sebagai organisasi perjuangan
4.3. Totalitas fungsi dan peran sebagai perwujudan dari tujuan HMI
5. Hubungan antara Status, sifat,asas tujuan, fungsi dan peran HMI secara
Integral

Metode:
Menjunjung tinggi kearifan lokal

Evaluasi:
Test Partisipatif, Test Objektif/subjektif dan penugasan

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 57

Referensi:
1. Nilai Dasar Perjuangan HMI
2. Ade Komaruddin dan Muchhrijin Fauzi (ed) HMI Menjawab Tantangan
Zaman, PT. Gunung Kelabu, 1992
3. Asghar Ali Engginar, Islam dan Theologi Pembebasan, Pustaka Pelajar
1999
4. Ali Syari’ati, Ideologi Kaum Intelektual: Satuan Wawasan Islam, Mizan 1992
5. M. Rusli Karim, HMI MPO Dalam Pergulatan Politik Indonesia, Mizan, 1997
6. Moeslim Abdurrahman, Islam Transformatif, Pustaka Firdaus
7. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HMI
8. Ramli H.HM Yusuf (ed), Lima Puluh Tahun HMI mengabdi Republik, LASPI,
1997
9. Dr. Fiktor Imanuel Tanja, HMI sejarah dan Kedudukannya di tengah
kedudukan Muslim Pembaharu Indonesia, Sinar Harapan, 1982
10. Referensi Lain Yang Relevan.

B. Materi Terurai

Pengantar
Mission merupakan tugas dan tanggung jawab yang diemban, sehingga mission
HMI dapat diartikan sebagai tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh kader
HMI. Sebagai organisasi kader yang memiliki platform yang jelas, sejak awal
berdirinya HMI mempunyai komitmen asasi yang disebut dengan dua komitmen
asasi, yakni (1) Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi
derajat bangsa Indonesia, yang dikenal dengan komitmen kebangsaan, dan (2)
Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam, yang dikenal dengan wawasan
keislaman/keumatan.

Kesatuan dari kedua wawasan ini disebut dengan wawasan integralistik, yakni
cara pandang yang utuh melihat bangsa Indonesia terhadap tugas dan tanggung
jawab yang harus dilakukan sebagai warga negara dan umat Islam Indonesia.
Penerjemahan komitmen HMI ini disesuaikan dengan konteks jaman, sehingga
HMI selalu aktual dan mampu tampil di garda terdepan dalam setiap even.

Bila dicermati belakangan ini bisa dikatakan bahwa HMI mengalami stagnasi,
untuk tidak dikatakan degradasi. Hampir tidak ada gagasan cerdas yang
disumbangkan oleh HMI di tengah carut marut dan tunggang langgangnya
tatanan republik ini, dimana masalah disintegrasi perlu segera diatasi, masalah
ekonomi mendesak untuk segera diperbaiki, masalah supremasi hukum yang
harus ditegakkan, masalah pendidikan mendesak untuk diperhatikan, dan
masalah-masalah lain yang melingkari, seperti budaya, pertahanan keamanan,
yang kesemuanya membutuhkan penanganan secepatnya. Singkatnya,
Indonesia sekarang sedang diterma krisis multi dimensional. Di tengah kondisi
ini, komitmen HMI tidak lebih dari sebatas slogan tanpa jiwa.

Oleh sebab itu untuk mendongkrak kembali ghirah kader HMI dalam berperan
serta untuk penyelesaian problematika bangsa dan umat perlu adanya
reaktualisasi mission HMI dalam jiwa kader HMI melalui proses perkaderan yang
selama ini perjalanannya tidak lebih hanya sebagai proses pencapaian status
dengan meninggalkan makna sesungguhnya, yaitu sebagai proses pembentukan
kader yang memiliki karakter, nilai dan kemampuan, yang berusaha melakukan
transformasi watak dan kepribadian seorang muslim yang utuh (kaffah), sehingga

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 58

kader HMI memiliki keberpihakan yang jelas terhadap kaum tertindas


(mustad’afin) dan melawan kaum penindas (mustakbirin).

HMI sebagai organisasi berbasis mahasiswa yang merupakan kaum intelektual,


generasi kritis, dan memiliki profesionalisme harus mampu menjadi agen
pembaharu di tengah masyarakat dan kehidupan bangsa. Karena mahasiswa
memiliki kekuatan yang luar biasa dalam tatanan kehidupan bangsa dan negara,
maka seluruh gerak perubahan yang terjadi di bangsa ini dimotori oleh kelompok
mahasiswa dan pemuda, mulai dari proklamasi, revolusi, hingga reformasi, selalu
ada andil mahasiswa. Namun demikian arah perubahan harus sesuai dengan
usaha untuk mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT
sebagaimana termaktub dalam penggalan tujuan HMI.

Dalam perjalanannaya, gerakan mahasiswa begitu dimanis, mengikuti


perkembangan jaman dan selalu eksis dalam setiap momen penting
kebangsaan. Kekonsistenan itu harus diiringi oleh pegangan yang teguh
terhadap idealisme dan menjaga sikap hanif sehingga kehadiran mahasiswa
sebagai kaum intelektual yang dalam tatanan sosial masyarakat mendapat
tempat yang penting sebagai embun penyejuk. Untuk itulah HMI sebagai
organisasi mahasiswa harus mampu menetaskan kader-kader yang berkualitas
insan cita sebagaimana yang tersurat dalam tujuan HMI “Terbinanya insan
akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam, dan bertanggung jawab
atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT” (pasal 4 AD
HMI).

HAKEKAT KEBERADAAN HMI

HMI sebagai Organisasi Mahasiswa (pasal 7 AD HMI)


Makna HMI sebagai organisasi mahasiswa adalah organisasi yang menghimpun
mahasiswa yang menuntut ilmu pengetahuan di perguruan tinggi
(Universitas/Akademi/Institut/Sekolah Tinggi) atau yang sederajat, dan memilki
ciri-ciri kemahasiswaan. Adapun ciri-ciri kemahasiswaan tersebut adalah ilmiah,
kritis dan analitis, rasional, obyektif, serta sistematis.

HMI sebagai Organisasi berasaskan Islam (pasal 3 AD HMI)


HMI sebagai organisasi berasaskan Islam maksudnya adalah organisasi yang
menghimpun mahasiswa yang beragama Islam, dimana secara individu dan
organisatoris memiliki ciri-ciri keislaman, menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah
sebagai sumber norma, sumber nilai, sumber inspirasi, dan sumber aspirasi
dalam setiap aktivitas dan dinamika organisasi.

HMI sebagai Organisasi yang Bersifat Independen (pasal 6 AD HMI)


HMI yang bersifat independen adalah waktak organisasi yang selalu tunduk
danberorientasi pada kebenaran (hanif), sehingga kiprah setiap individu dan
dinamika organisasi dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
mempunyai pola pikir, pola sikap, dan pola tindak tidak terikat dan tidak
mengikatkan diri secara organisatoris dengan kepentingan atau organisasi mana
pun, segala sesuatu tidak didasarkan atas kehendak atau paksaan pihak lain.

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 59

Independensi dilihat dari dua dimensi, yakni :


1) Indepndensi Etis
Sikap dan watak HMI yang termanifestasikan secara individu dan organisasi
dalam dinamika berfikir, bersikap, dan bertindak, baik dalam hubungan
terhadap Sang Rab, ataupun hubungan terhadap sesama, sesuai dengan
fitrah kemanusiaannya, yakni tunduk dan patuh kepada kebenaran (hanif).
2) Independensi Organisatoris
Sikap dan watak HMI yang teraktualisasikan secara organisatoris di dalam
kiprah dinamika intern organisasi maupun dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara dalam keutuhan kehidupan nasional melakukan
partisipasi aktif, konstruktif secara konstitusional terhadap perjuangan bangsa
dan pencapaian cita-cita nasional, hanya komit kepada kebenaran, dan tidak
tunduk atau komit terhadap kepentingan atau organisasi tertentu.

Prinsip-prinsip independensi HMI dalam implementasi dirumuskan sebagai


berikut :
a) Kader HMI terutama aktivitasnya dalam melakukan tugas dan tanggung
jawab organisasi harus tunduk pada ketentuan-ketentuan organisasi dalam
melaksanakan program-program organisasi, oleh karena itu tidak
diperkenankan melakukan kegiatan-kegiatan yang membawa organisasi atas
kehendak pihak luar manapun.
b) Kader HMI terutama aktivitasnya tidak dibenarkan mengadakan komitmen
dalam bentuk apapun dengan pihak luar selain segala sesuatu yang telah
ditetapkan dan diputuskan secara organisatoris.
c) Alumni HMI senantiasa diharapkan untuk aktif berjuang meneruskan dan
mengembangkan watak independensi etis dimanpun mereka berada dan
berfungsi sesuai dengan profesinya dalam rangka membawa hakekat misi
HMI, menganjurkan serta mendorong alumni HMI untuk menyalurkan
aspirasinya secara tepat melalui semua jalur pengabdian, baik jalur
organisasi profesi, instansi pemerintah, wadah aspirasi politik, dan jalur
lainnya yang semata-mata karena hak dan tanggung jawab dalam rangka
merealisasikan kehidupan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
Aplikasi dan dinamika berfikir, bersikap dan bertindak secara keseluruhan dari
watak asasi kader HMI terumus dalam bentuk :
a) Cenderung kepada kebenaran
b) Bebas, merdeka dan terbuka
c) Obyektif, rasional, dan kritis
d) Progresif dan dinamis
e) Demokratis, jujur dan adil

TUJUAN HMI

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, tujuan HMI adalah “Terbinanya insan
akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertangung jawab
atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT” (pasal 4 AD
HMI). Dari tujuan tersebut dapat dirumuskan menjadi lima kualitas insan cita,
yakni kualitas insan akademis, kualitas insan pencipta, kualitas insan pengabdi,
kualitas insan bernafaskan Islam, dan kualitas insan yang bertanggung jawab
atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.

Kualitas insan cita HMI adalah merupakan dunia cita yang terwujud oleh HMI di
dalam pribadi seorang manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan serta
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 60

mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan. Kualitas tersebut sebagaimana


dalam pasal tujuan (pasal 4 AD HMI) adalah sebagai berikut :
1. Kualitas Insan Akademis
• Berpendidikan Tinggi, berpengetahuan luas, berfikir rasional, obyektif,
dan kritis.
• Memiliki kemampuan teoritis, mampu memformulasikan apa yang
diketahui dan dirahasiakan. Dia selalu berlaku dan menghadapi suasana
sekelilingnya dengan kesadaran.
• Sanggung berdiri sendiri dengan lapangan ilmu pengetahuan sesuai
dengan ilmu pilihannya, baik secara teoritis maupun tekhnis dan sanggup
bekerja secara ilmiah yaitu secara bertahap, teratur, mengarah pada
tujuan sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan.
2. Kualitas Insan Pencipta : Insan Akademis, Pencipta
• Sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih dari sekedar
yang ada dan bergairah besar untuk menciptakan bentuk-bentuk baru
yang lebih baik dan bersikap dengan bertolak dari apa yang ada (yaitu
Allah). Berjiwa penuh dengan gagasan-gagasan kemajuan, selalu
mencari perbaikan dan pembaharuan.
• Bersifat independen dan terbuka, tidak isolatif, insan yang menyadari
dengan sikap demikian potensi, kreatifnya dapat berkembang dan
menentukan bentuk yang indah-indah.
• Dengan ditopang kemampuan akademisnya dia mampu melaksanakan
kerja kemanusiaan yang disemangati ajaran islam.
3. Kualitas Insan Pengabdi : Insan Akdemis, Pencipta, Pengabdi
• Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak atau untuk
sesama umat.
• Sadar membawa tugas insan pengabdi, bukannya hanya membuat
dirinya baik tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya menajdi baik.
• Insan akdemis, pencipta dan mengabdi adalah yang bersungguh-
sungguh mewujudkan cita-cita dan ikhlas mengamalkan ilmunya untuk
kepentingan sesamanya.
4. Kualitas Insan yang bernafaskan islam : Insan Akademis, pencipta dan
pengabdi yang ber nafaskan Islam
• Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola fikir dan pola
lakunya tanpa memakai merk Islam. Islam akan menajdi pedoman dalam
berkarya dan mencipta sejalan dengan nilai-nilai universal Islam. Dengan
demikian Islam telah menapasi dan menjiwai karyanya.
• Ajaran Islam telah berhasil membentuk “unity personality” dalam dirinya.
Nafas Islam telah membentuk pribadinya yang utuh tercegah dari split
personality tidak pernah ada dilema pada dirinya sebagai warga negara
dan dirinya sebagai muslim insan ini telah mengintegrasikan masalah
suksesnya dalam pembangunan nasional bangsa kedalam suksesnya
perjuangan umat islam Indonesia dan sebaliknya.
5. Kualitas Insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur
yang diridhoi oleh Allah SWT :
• Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang ber nafaskan islam dan
bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang
diridhoi oleh Allah SWT.
• Berwatak, sanggup memikul akibat-akibat yang dari perbuatannya sadar
bahwa menempuh jalan yang benar diperlukan adanya keberanian moral.
• Spontan dalam menghadapi tugas, responsip dalam menghadapi
persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 61

• Rasa tanggungjawab, takwa kepada Allah SWT, yang menggugah untuk


mengambil peran aktif dalam suatu bidang dalam me wujudkan
masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
• Korektif terhadap setiap langkah yang berlawanan dengan usaha
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
• Percaya pada diri sendiri dan sadar akan kedudukannya sebagai
“khallifah fil ard” yang harus melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan.

Pada pokoknya insan cita HMI merupakan “Man of future” insan pelopor yaitu
insan yang berfikiran luas dan berpandangan jauh, bersikap terbuka, terampil
atau ahli dalam bidangnya, dia sadar apa yang menjadi cita-citanya dan tahu
bagaimana mencari ilmu perjuangan untuk secara kooferatif bekerja sesuai
dengan yang dicita-citakan. Ideal type dari hasil perkaderan HMI adalah “man of
inovator” (duta-duta pembantu). Penyuara “Idea of Progress” insan yang
berkeperibadian imbang dan padu, kritis, dinamis, adil dan jujur tidak takabur dan
bertaqwa kepada Allah Allah SWT. Mereka itu manusia-manusia uang beriman
berilmu dan mampu beramal saleh dalam kualitas yang maksimal (insan kamil)

Dari liam kualitas lima insan cita tersebut pada dasarnya harus memahami dalam
tiga kualitas insan Cita yaitu kualitas insan akademis, kualitas insan pencipta dan
kualitas insan pengabdi. Ketiga insan kualitas pengabdi tersebut merupakan
insan islam yang terefleksi dalam sikap senantiasa bertanggung jawab atas
terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang ridhoi Allah SWT.

Yang dimaksud dengan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT adalah
masyarakat yang menjalankan kehidupannya selalu berlandaskan atas asas
keadilan sehingga tercapai kemakmuran dan dalam perjalanan pencapaian
masyarakat adil makmur tersebut tidak mendobrak aturan Allah yang tertuang
dalam Al-Qur’an sehingga adil makmur yang dicapai oleh masyarakat meruapak
adil makmur yang dikehendaki oleh Allah SWT. Jadi setiap usaha dalam
pencapaian masyarakat adil makmur harus berpedoman pada ajaran Islam yang
tertuang dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.

FUNGSI DAN PERAN HMI

HMI berfungsi sebagai Organisasi Kader (pasal 8 AD HMI)


HMI sebagai organisasi kader adalah organisasi mahasiswa yang
berorientasikan Islam yang melakukan perkaderan, dimana seluruh aktivitas
yang dilakukan pada dasarnya merupakan proses kaderisasi, sehingga HMI
berfungsi dan hanya selalu membentuk kader-kader muslim intelektual yang
profesional.

HMI berperan sebagai Organisasi Perjuangan (pasal 9 AD HMI)


HMI berperan sebagai organisasi perjuangan adalah organisasi yang selalu
berjuang melakukan dan membentuk kader bangsa yang muslim, intelektual, dan
profesional dimana outputnya ditujukan untuk kepentingan bangsa secara
keseluruhan, sehingga insan HMI siap dan dapat bermanfaat bagi seluruh
golongan yang ada di masyarakat selama tidak bertentangan dengan koridor misi
HMI.

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 62

HUBUNGAN MISSION SECARA INTEGRAL

Hubungan antara asas, tujuan, sifat, status, fungsi dan peran HMI secara integral
adalah dalam pencapaian dan memperjuangkan mission HMI harus dilakukan
secara utuh dan menyeluruh, dan satu sama lain saling mempengaruhi, dan
menentukan sehingga tidak bisa ditinjau secara parsial.

Dalam diri kader HMI harus :


a) Senantiasa memperdalam kehidupan rohani agar menjadi luhur dan
bertaqwa pada Allah SWT
b) Selalu tidak puas dan berkemauan keras untuk mencari kebenaran, HMI
hanya komit pada kebenaran
c) Jujur pada dirinya dan pada orang lain dan tidak mengingkari hati nuraninya
d) Teguh dalam pendirian dan obyektif rasional jika berhadapan dengan orang
yang berbeda pendirian
e) Bersikap kritis dan berfikir bebas kreatif.

3.1.5 Materi Kepemimpinan dan Manajemen Organisasi

A. Silabus

JENJANG: KEPEMIMPINAN DAN ALOKASI WAKTU:


LATIHAN KADER I MANAJEMEN ORGANISASI 8 JAM

Tujuan Pembelajaran Umum


Peserta dapat memahami pengertian, dasar-dasar, sifat dan fungsi
kepemimpinan, manajemen dan organisasi.

Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Peserta mampu menjelaskan pengertian, dasar-dasar sifat serta fungsi
kepemimpinan
2. Peserta mampu menjelaskan pentingnya fungsi kepemimpinan dan
manajemen dalam organisasi
3. Peserta dapat menjelaskan dan mengapresiasikan kharakteristik
kepemimpinan dalam Islam

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan


1. Pengertian, tujuan dan fungsi kepemimpinan, manajemen dan organisasi
2. Kharakteristik kepemimpinan
2.1. Sifat-sifat Rasul sebagai etos kepemimpinan
2.2. Tipe-tipe kepemimpinan
2.3. Dasar-dasar manajemen
2.4. Unsur manusia dalam manajemen
2.5. Model-model manajemen
3. Organisasi sebagai alat perjuangan
3.1. Teori-teori organisasi
3.2. Bentuk-bentuk organisasi
3.3. Struktur organisasi
4. Hubungan antara kepemimpinan, manajemen dan organisasi

Metode :
Menjunjung tinggi kearifan lokal
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 63

Evaluasi :
Test Partisipatif, test objektif/subjektif

Referensi :
1. Amin Wijaya T, Manajemen Strategik, PT. Gramedia, 1996
2. Charles J. Keating, Kepemimpinan dalam manajemen, Rajawali Pers, 1995
3. Dr. Ir. S.B. Lubis & Dr. Martani Hoesaini, Teori Organisasi: Suatu pendekatan
makro, Pusat studi antar Universitas Ilmu-ilmu sosial Universitas Indonesia,
1987
4. James. L. Gibson, Manajemen, Erlangga, 1986
5. J. salusu, Pengembangan Kaqputusan Strategik, Gramedia, 1986
6. Mifta Thoha, Kepemimpinan dan manajemen, Rajawali Pers, 1995
7. Nilai Dasar Perjuangan HMI
8. Richard M. Streers, Efektifitas Organisasi, (sari manajemen), Erlangga, 1985
9. Winardi, Kepemimpinan Manajemen, Rineka Cipta, 1990
10. Dan referensi lain yang relevan

B. Materi Terurai

KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN ORGANISASI

Kepemimpinan
Kepemimpinan (leadership) telah didefinisikan dengan berbagai cara yang
berbeda oleh berbagai orang yang berbeda pula. Menurut Stoner, Kepemimpinan
dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh
pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan
tugasnya.

Ada tiga implikasi penting dari definisi tersebut :


Pertama, Kepemimpinan menyangkut orang lain – bawahan atau pengikut.
Kesediaan mereka untuk menerima pengarahan dari pemimpin, para anggota
kelompok membantu menentukan status / kedudukan pemimpin dan membuat
proses kepemimpinan dapat berjalan. Tanpa bawahan, semua kualitas
kepemimpinan seorang mmanajer akan menjadi tidak relevan.
Kedua, Kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak
seimbang diantara para pemimpin dan anggota kelompok. Para pemimpin
mempunyai wewenang untuk mengarahkan berbagai kegiatan para anggota
kelompok, tetapi para anggota kelompok tidak dapat mengarahkan kegiatan-
kegiatan pemimpin secara langsung, meskip[un dapat juga melalui sejumlah cara
secara tidak langsung.
Ketiga, Selain dapat memberikan pengarahan kepada para bawahan atau
pengikut, pemimpin dapat juga mempergunakan pengaruh. Dengan kata lain,
para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus
dilakukan tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan
perintahnya. Sebagai contoh, seorang manajer dapat mengarahkan seorang
bawahan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu, tetapi dia dapat juga
mempengaruhi bawahan dalam menentukan cara bagaimana tugas itu
dilaksanakan dengan tepat.

Kepemimpinan adalah bagian penting manajemn, tetap tidak sama dengan


manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 64

untuk mempengaruhi orang-orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan


sasaran. Manajemen mencakup kepemimpinan, tetapi juga mencakup fungsi-
fungsi lain seperti perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan.

Tujuan Kepemimpinan
Nampaknya sukar dibedakan antara tujuan dan fungsi kepemimpinan, lebih-lebih
kalau dikaji secara praktis kedua-duanya mempunyai maksud yang sama dalam
menyukseskan proses kepemimpinan namun secara definitif kita dapat
menganalisanya secara berbeda. Tujuan kepemimpinan merupakan kerangka
ideal / filosofis yang dapat memberikan pedoman bagi setiap kegiatan pemimpin,
sekaligus menjadi patokan yang harus dicapai. Sehingga tujuan kepemimpinan
agar setiap kegiatan yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan yang inginkan
secara efektif dan efisien.

Fungsi kepemimpinan
Agar kelompok berjalan dengan efektif, seseorang harus melaksanakan dua
fungsi utama ; (1) fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas (“task-related”)
atau pemecahan masalah, dan (2) fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok
(“group-maintenance”) atau sosial.
Fungsi pertama menyangkut pemberian saran penyelesaian, informasi dan
pendapat. Fungsi kedua mencakup segala sesuatu yang dapat membantu
kelompok berjalan lebih lancar- persetujuan dengan kelompok lain, pnengahan
perberdaan pendapat, dan sebagainya.

Manajemen dan Organisasi


1) Manajemen
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya – sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan. Atau lebih jelasnya manajemen dapat didefinisikan
sebagai bekerja dengan orang-orang untuk menentuakn,
menginterpretasikan, dan pengorganisasian (organizing), penyusunan
personalia atau kepegawaian (staffing), pengarahan dan kepemimpinan
(leading), dan pengawasan (controlling).

Pola Umum Manajemen


♦ Manajemen pada dasarnya adalah alat atau sarana daripada
administrasi;
♦ Sebagai alat administrasi fungsi manajemen adalah menggerakkan unsur
statik daripada administrasi yaitu organisasi ;
♦ Dalam fungsinya menggerakkan organisasi, manajemen merupakan
suatu proses dinamika yang meliputi fungsi planning, organizing,
actuating dan lain-lain ;
♦ Proses manajemen selalu diarahkan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu ;
♦ Dalam mencapai tujuan tersebut manajer sebagai pelaksana manajemen
menggunakan berbagai unsur yang tersedia dalam organisasi ;
♦ Penggunaan unsur-unsur manajemen tersebut selalu dilaksanakan
dengan seefisien mungkin berdasarkan prinsip-prinsip manajemen.

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 65

2) Organisasi
Menurut Chester Bernard, Organisasi adalah sistem kegiatan kerjasama
(cooperative activities) dari dua orang atau lebih.

Menurut Dwight Waldo, Organisasi adalah struktur antar hubngan pribadi


yang berdasarkan atas wewenang formal dan kebiasaan-kebiasaan di dalam
suatu system adminstrasi.

Menurut G.R. Terry, Organisasi adalah berasal dari kata organism yaitu suatu
struktur dengan bagian-bagian yang demikian dintegrasi hingga hubungan
mereka satu sama lain dipengaruhi oleh hubungan mereka dengan
keseluruhan orang terdiri dua bagian pokok yaitu bagian-bagian dan
hubungan-hubungan.

Jadi Organisasi adalah wadah serta proses kerjasama sejumlah manusia


yang terkait dalam hubungan formal dalam rangkaian hirarki untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan.

Dari beberapa pengertian di atas ada tiga unsur yang menonjol dan perlu
diperhatikan, yakni :
♦ Bahwa organisasi bukanlah tujuan, melainkan hanya alat untuk mencapai
tujuan atau alat untuk melaksanakan tugas pokok. Berhubungan dengan
itu susunan organisasi haruslah selalu disesuaikan dengan
perkembangan tujuan atau perkembangan tugas pokok.
♦ Organisasi adalah wadah serta proses kerjasama sejumlah manusia yang
terikat dalam hubungan formal.
♦ Dalam organisasi selalu terdapat rangkaian hirarki, artinya dalam suatu
organisasi selalu terdapat apa yang dinamakan atasan dan apa yang
dinamakan bawahan.

Fungsi-Fungsi Organisasi :
♦ Mengatur tugas dan kegiatan kerjasama sebaik-baiknya ;
♦ Mencegah kelambatan-kelambatan kerja serta kesulitan yang dihadapi ;
♦ Mencegah kesimpangan kerja ;
♦ Menentukan pedoman-pedoman kerja.

Keuntungan-keuntungan Organisasi :
Organisasi yang baik memberikan keuntungan sebagai berikut :
♦ Setiap orang akan mengerti tugasnya masing-masing ;
♦ Memperjelas hubungan kerja para anggota organisasi ;
♦ Terdapat koordinasi yang tepat antar unit kerja ;
♦ Menggunakan tenaga kerja sesuai dengan kemampuan dan minat ;
♦ Agar kegiatan administrasi dan manajemen dapat dilakuakn secara efektif
dan efisien.

Unsur-unsur Organisasi :
Pada hakikatnya organisasi terbentuk dari sekelompok orang, kerjasama dan
tujuan bersama.

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 66

KHARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN
Sifat-Sifat Rasul sebagai Etos Kerja
Dalam Islam kepemimpinan adalah bagian dari kepribadian Islam, sabda
Rasulullah Saw. “ Setiap orang dari kamu adalah pemimpin dan kamu
bertanggngjawab terhadap kepemimpinan itu” (Shahih Bukhari & Muslim)

Setiap manusia pasti memerankan suatu kepemimpinan. Hadis Rasulullah


mengatakan, “ Setiap anda adalah pengasuh dan bertanggungjawab terhadap
rakyatnya. Pemimpin adalah pengasuh dan bertanggungjawab terhadap rakyat.
Laki-laki adalah pengasuh dikeluarganya dan bertanggungjawab terhadap
asuhannya. Wanita adalah pengasuh di rumah suaminya dan bertanggungjawab
pada asuhannya, pembantu adalah pengasuh harta majikannya dan
bertanggungjawab pada asuhannya”. (H.R. Imam Bukhari & Muslim).

Dimensi Moral Kepemimpinan


Akhlak seorang m,uslim adalah tidak mengejar kepemimpinan untuk dirinya.
Tidak merebut kepemimpinan dari orang yang layak memiliki kepemimpinan itu.
Apabila diberi tanggungjawab kepemimpinan, sementara dia lemah dan sanggup
memikul, hendaknya dia menolak tanggungjawab itu. Kecuali, pabila dia yang
harus memegangnya maka dia wajib melaksanakannya. Bila menghindar berarti
berdosa, dan bila dia melaksanakan kewajiban itu dia mendapat pahala. Nash-
nash berikut ini menjelaskan hal tersebut di atas :
♦ Jangan meminta dan jangan memberikan amanah kepada orang yang
berambisi / meminta dijadikan pemimpin.
Dari Abu Hurairah, rasulullah Saw bersabda “ Sesungguhnya kalian akan
berambisi memperoleh kepemimpinan dan itu akan menjadi penyesalan nanti
pada hari kiamat. Alangkahnya bahagianya orang yang terus menyusui
(melaksanakan tugasnya) dan alangkah buruknya orang yang menyapinya
(melalaikan tugasnya) “ (H.R Bukhari & Nasai)
♦ Jangan menolak bila diberi amanah / kepercayaan
Dari Abu Dzar katanya “Aku masuk menemui Nabi bersama-sama dengan
dua orang anak, pamanku, satu diantaranya” Wahai Abu Dzar Sesungguhnya
kammu lemah dan tugas itu amanah dan (dapat mengakibatkan) kehinaan
dan penyesalan pada hari kiamat. Kecuali bagi orang yang mengambil
dengan benar dan melaksanakan amanah yang diberikan kepada” (H.R.
Muslim)

Kepemimpinan yang Efektif


♦ Menciptakan wawasan untuk masa depan dengan mempertimbangkan
kepentingan jangka panjang organisasi.
♦ Mengembangkan strategi yang rasional untuk menuju ke arah wawasan
tersebut.
♦ Memperoleh dukungan dari pusat kekuasaan dan seluruh anggota.
♦ Memberi motivasi yang kuat kepada kelompok inti dan seluruh anggota untuk
mencpai tujuan organisasi.

Ciri-ciri Pemimpin Islam


♦ Setia ; pemimpin dan orang yang dipimpinnya terkait kesetiaan kepada Allah
♦ Tujuan Islam secara menyeluruh
♦ Berpegang pada syariat dan Akhlak Islam
♦ Pengemban amanat / bertanggungjawab.

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 67

Prinsip Dasar Operasional Kepemimpinan Islam


♦ Musyawarah
♦ Adil
♦ Kebebasan berfikir

Karakter Kepemimpinan Islam


♦ Tahu kemana harus diarahkan, kuasai waktu dan jangan biarkan waktu
mengontrol anda dengan menjadikan setiap saat bekerja untuk Islam.
♦ Mengarah pada hasil yang kongkrit, memusatkan perhatian diri pada hasil,
ketimbang pada pekerjaannya itu sendiri.
♦ Membangun kekuatan bukan kelemahan, termasuk diri anda dan para
sahabat anda, akui kelebihan orang lain tanpa merasa kedudukan anda
terancam.
♦ Memusatkan perhatian pada beberapa bidang utama, dimana kerja keras
secara terus menerus yang akan memberikan hasil yang cemerlang.
♦ Bertawakal kepada Allah dengan meletakkan cita-cita yang tinggi, jangan
batasi diri anda pada persoalan yang mudah dan aman.

Sifat “mutu” yang harus dimiliki pemimpin


♦ Akhlak yang baik
♦ Memiliki daya imajinasi
♦ Berfikir menurut fungsinya
♦ Mampu bersikap adil kepada semua
♦ Memiliki banyak minat
♦ Bersikap sebagai pendidik
♦ Memiliki emosional yang matang
♦ Bersikap sebagai perencana
♦ Mampu menghormati diri dan orang lain
♦ Teku, tegas, mampu mengorganisir dengan rapi
♦ Bersemangat, energik, bersifat sebagai pelatih
♦ Ekspresif (berbicara dan menulis)
♦ Logis, berpikir selalu tajam dan selalu siap
♦ Bertanggungjawab, kreatif dan pekerja keras
♦ Setia kepada semua kepentingan

Tipe-tipe Kepemimpinan
Dilihat bagaimana pemimpin itu menggunakan kekuasaannya, ditentukan tiga
buah tipe dasar, yakni :
1) Tipe Otoriter (autocratic)
Pemimpin yang bertipe demikian dipandang sebagai orang yang memberikan
perintah dan mengharapkan pelaksanaannya secara dogmatis dan selalu
positif. Dengan segala kemampuannya, ia berusaha menakut-nakuti
bawahannya dengan jalan memberikan hukuman tertentu bagi yang berbuat
negatif, dan hadiah untuk seorang bawahan yang bekerja dengan baik
(correct).
2) Tipe Demokratis atau Partisifasi
Pemimpin demikian mengadakan konsultasi dengan para bawahannya
mengenai tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan yang diusulkan /
dikehendaki oleh pimpinan serta berusaha memberikan dorongan untuk turut
serta aktif melaksanakan semua keputusan dan kegiatan-kegiatan yang telah
ditetapkan itu.

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 68

3) Sedang pada tipe yang terakhir,


Pemimpin sangat sedikit menggunakan kekuatannya, bahkan memberikan
suatu tingkatan kebebasan yang tinggi terhadap para bawahannya atau
bersifat “Free rein” (Laissez Faire) di dalam segal tindakan mereka.
Pemimpin demikian biasanya mempunyai ketergantungan yang besar pada
anggota kelompok untuk menetapkan tujuan-tujuan dan alat-alat / cara
mencapainya. Mereka (para pemimpin ‘ laissez faire’) menganggap bahwa
peranan meraka sebenarnya sebagai orang yang berusaha memberikan
kemudahan (fasilitas) kerja para pengikut, umpama dengan jalan
menyampikan informasi kepada orang-orang yang dipimpinnya, serta
sebagai penghubung dengan lingkungan yang ada di luar kelompok.

Unsur-unsur Manajemen
Unsur dasar yang merupakan sumber yang dapat digunakan untuk mencapai
tujuan dalam manajemen adalah :
♦ Man (manusia)
♦ Material (bahan)
♦ Machine (mesin / alat)
♦ Methods (tata kerja)
♦ Money (uang)
♦ Market (pasar)

Unsur Manusia dalam Manajemen


Manusia salah satu dari unsur manajemen yang merupakan motor penggerak
bagi sumber-sumbe dan lat-alat baik yang bersifat “ Human Resources “ maupun
“Non Human Resources” dalam suatu organisasi.

Tingkatan Manajemen
Manajemen dalam organisasi, Pemimpin (manajer) dapat dibedakan menurut
tingkatan dan jenis pekerjaannya, yakni :
1) Menurut tingkatannya (hierarchie), pimpinan dalam organisasi dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
♦ Manajemen Puncak (Top Management)
♦ Manajemen Media (Middle Management)
♦ Manajemen Rendah (Lower Management)
2) Apabila dilihat dari Pembagian Kerjanya,. Yaitu antara kerja “pikir” dan kerja
“fisik”, dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a) Admistrative Management, pada tingkat “Top Management “
b) Middle Management, pada tingkat “Pimpinan Menengah”
c) Supervisory Management, ada di tingkat “Paling Bawah”

Pada tingkatan Admistrative Pemimpin lebih banyak menggunakan kerja pikir


daripada kerja fisik dalam memipin organisasinya, misalnya menentukan tujuan
organisasi, perumuan kebijakan, penggerakkan kelompok pimpinan pada tingkat
lebih rendah dan memikirkan hal-hal yang sifatnya lebih menyeluruh. Untuk itu
“Manajerial Skill” lebih dibutuhkan.

Pada tingkat Middle Management, dalam tugas kegiatannya sehari-hari antara


kegiatan pikir dan fisik hampir sepadan ; kedua-duanya dilaksanakan hampir
serentak dan bersama-sama. Sebaliknya pada tingkat Supervisory
Management, dalam tugasnya sehari-hari pimpinan lebih banyak
mempergunakan kerja fisik dari pada kerja pikir. Untuk itu ia lebih banyak
membutuhkan “technical Skills” daripada “Managerial Skills”.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 69

ORGANISASI SEBAGAI ALAT PERJUANGAN


Ada berbagai macam tipe organisasi, yang umum dikenal yakni :
a. Bentuk Lini
Yang pertama ini sering pula dinamakan :bentuk lurus”, “bentuk jalur” dan
“bentuk militer”. Bentuk lini ini mula-mula diperkenalkan oleh seorang ahli
adminstrasi berkebangsaan Perancis, Henry Fayol. Bentuk lini dipandang
sebagai bentuk yang paling tua dan dipergunakan secara luas pada masa
perkembangan industri pertama. Organisasi ini banyak dipergunakan di
lingkungan militer dan perusahaan-perusahaan kecil.

Ciri-cirinya :
♦ Garis komando langsung dari atasan ke bawahan atau dari pimpinan
tertinggi ke berbagai tingkat operasional.
♦ Masing-masing pekerja bertanggungjawab penuh terhadap semua
kegiatannya.
♦ Otoritas dan tangungjawab tertinggi pada puncak makin lama makin
berkurang menurut jenjang.
♦ Organisasinya kecil, begitu pula karyawannya sedikit.
♦ Hubungan kerja antara pimpinan dan bawahan bersifat langsung.
♦ Tujuan, alat-alat yang digunakan dan struktur organisasinya masih
sederhana.
♦ Pemilik organisasi biasanya menjadi pimpinan tertinggi.

Keuntungan organisasi yang berbentuk lini :


♦ Kekuasaan dan tanggungjawab dapat ditetapkan secara definitif.
♦ Orang yang mempunyai kekuasaan dan tanggungjawab diketahui oleh
semua pihak.
♦ Proses pengambilan keputusan berjalan dengan cepat, karena jumlah
orang yang perlu diajak berembuk tidak begitu banyak.
♦ Disiplin mudah dipertahankan.
♦ Solidaritas para anggota masih besar, karena masih saling kenal
mengenal.
♦ Tersedianya kesempatan yang baik bagi pimpinan organisasi untuk
mengembangkan bakat-bakat pemimpin.

b. Bentuk Lini dan Staf


Di dalam organisasi-organisasi kecil, semua karyawan supervisor adalah
merupakan orang-orang lini (line personnel). Tetapi ketika organisasi melai
membesar, maka semakin terasa pentingnya penyediaan tenaga spesialis
mampu memberikan nasihat-nasihat teknis dan memberikan jasa-jasa
kepada unit-unit operasional lainnya. Orang-orang inilah yang biasanya
disebut “staf personnel” (orang-orang staf yang melaksanakan fungsi-fungsi
staf). Dan orang-orang staf ini dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu :
(1) para penasihat dan (2) “auxilliary personnel”, bertugas melakukan
kegiatan-kegiatan penunjang demi lancarnya meknisme organisasi.

Ciri-ciri Pokok :
♦ Organisasinya besar dan kompleks.
♦ Jumlah karyawannya banyak.
♦ Terdapat dua kelompok karyawan (lini dan staf) sebagaimana dijelaskan
di atas.

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 70

♦ Karena organisasi sudah semakin besar / kompleks, maka hubungan


langsung di sini sudah tidak mungkin lagi terjadi antar anggota maupun
antara pemimpin dan bawahan.
♦ Nampak adanya spesialisasi yang dikembangkangkan dan dipergunakan
secara optimal.

Kebaikan-kebaikannya :
♦ Adanya pembagian tugas yang jelas antara kelompok lini yang
melaksanakan tugas pokok organisasi, dan kelompok staf yang
melaksanakan kegiatan penunjang.
♦ Asas spesialisasi dapat dijalankan, menurut bakat bawahan yang
berbeda-beda.
♦ Prinsip “the right man in the right place” dapat diterapkan dengan mudah.
♦ Koordinasi mudah dijalankan dalam setiap unit kegiatan.
♦ Tipe organisasi demikian dapat dipergunakan oleh organisasi-organisasi
yang lebih besar / kompleks.

Keburukannya :
♦ Pemimpin lini sering mengabaikan advis staf.
♦ Pimpinan staf sering mengabaikan gagasan-gagasan.
♦ Ada kemungkinan pimpinan staf melampaui kewenangan stafnya.
♦ Perintah-perintah lini, nasihat-nasihat dan perintah-perintah staf sering
agak membingungkan anggota. Hal ini dapat terjadi, karena kedua jenis
hirarki ini tidak selalu seirama dalam memandang sesuatu.
Meskipun terdapat kelemahan-kelemahan organisasi tipe lini dan staf ini,
namun untuk organisasi yang semakin kompleks seperti dewasa ini lebih
cenderung menggunakan bentuk lini dan staf.

c. Bentuk Fungsional
Organisasi Fungsional adalah suatu organisasi dimana kekuasaan dari
pimpinan dilimpahkan kepada para pejabat yang memimpin satuan-satuan
dibawahnya dalam suatu bidang pekerjaan tertentu. Tiap-tiap kepala dari
satuan ini mempunyai kekuasaan untuk memerintah semua pejabat bawahan
sepanjang mengenai bidangnya (The Liang Gie, dkk., 1981, hal. 136). Ciri
lain dari organisasi demikian adalah bahwa didalam organisasi tidak terlalu
menekankan pada hirarki struktural, akan lebih banyak didasarkan pada sifat
dan macam fungsi yang harus dijalankan. Sebenarnya bentuk ini tidak
populer, dan kebanyakan hanya dipergunakan dalam lingkungan usaha
swasta seperti toko serba ada, dan yang sejenisnya.

Kebaikan-kebaikannya :
♦ Ada pembagian yang tegas antara kerja pikir dan fisik.
♦ Dapat dicapai spesialisasi yang baik.
♦ Solidaritas antara orang-orang yang menjalankan fungsi yang sama pada
umumnya tinggi.
♦ Moral serta disiplin kerja tinggi.
♦ Koordinasi antara orang-orang yang ada dalam satu fungsi mudah
dijalankan.

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 71

Kelemahannya :
♦ Sulit mengadakan pertukaran tugas, karena terlalu menspesialisasikan
diri dalam satu bidang saja.
♦ Koordinasi yang bersifat menyeluruh sukar diadakan, karena orang-orang
yang bergerak dalam satu bidang mementingkan fungsi saja.
♦ Inisiatif perorangan mudah tertekan, karena sudah dibatasi pada suatu
fungsi.

c. Organisasi Tipe Panitia


Bentuk organisasi ini adalah suatu tipe di mana pimpinan dan para pelaksana
dibentuk dalam kelompok-kelompok yang bersifat panitia. Maksudnya, pada
tingkat pimpinan, keseluruhan unsur pimpinan menjadi panitia dan para
pelaksana dibagi ke dalam kelompok-kelompok yang disebut “task force”
atau satuan tugas.

Ciri-cirinya :
♦ Struktur organisasinya tidak begitu kompleks. Biasanya hanya terdiri dari
ketua, sekretaris, bendahara, ketua seksi dan para petugas.
♦ Struktur organisasinya secaa relatif tidak permanen. Organisasi tipe
panitia hanya dipakai sewaktu-waktu ada kegiatan khusus (proyek-proyek
tertentu), dan setelah kegiatan-kegiatan itu selesai dikerjakan, maka
panitia dibubarkan.
♦ Tugas kepemimpinan dilaksanakan secara kolektif.
♦ Semua anggota pimpinan mempunyai hak, wewenang dan
tanggungjawab yang sama.
♦ Para pelaksana dikelompokkan menurut tugas-tugas tertentu dalam
bentuk satuan tugas (task force).

Keuntungan Tipe Panitia :


♦ Keputusan yang diambil selalu berhasil dengan baik dan tepat, karena
sudah dibicarakan secara kolektif.
♦ Kemungkinan penggunaan kekuasaan secara berlebihan dari pimpinan
kecil sekali.
♦ Usaha kerjasama bawahan mudah digalang.

Kelemahannya :
♦ Proses pengambilan keputusan agak lambat karena segala sesuatunya
harus dibicarakan lebih dulu dengan para anggota organisasi.
♦ Apabila ada kemacetan kerja, tak seorang pun yang mau diminta
pertanggungjawabannya melebihi dari yang lain.
♦ Para pelaksana sering bingung karena perintah tidak datang dari satu
orang pimpinan saja.
♦ Kreativitas nampaknya sukar dikembangka, karena pelaksanaan
didasarkan pada kolektifitas.

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN, MANAJEMEN DAN ORGANISASI


Organisasi merupakan kumpulan dari orang-orang yang bekerjasama untuk
mencapai tujuan, yang mana untuk mencapai tujuan tersebut memerlukan
manajemen untuk mengatur orang-orang tersebut, yang mana manajemen tidak
akan berhasil apabila tidak ada pemimpin di dalamnya dan seorang pemimpin
pun harus memiliki ilmu kepemimpinan, jadi antara Kepemimpinan, manajemen
dan organisasi merupakan suatu sistem yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak
dapat terpisahkan.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 72

3.2 Materi Penunjang

Seperti yang sudah dijelaskan terdahulu, materi penunjang adalah materi yang
telah menjadi kemestian untuk ada dalam training (misal materi perkenalan dan
orientasi latihan, dan materi evaluasi dan rencana tindak lanjut), atau materi yang
merupakan prasyarat tercapainya pemahaman materi pokok (misal materi
pengantar ideologi, dan materi pengantar filsafat ilmu, sebagai prasyarat
optimalisasi pemahaman materi Nilai Dasar Perjuangan, atau materi teknik dan
etika diskusi, sebagai prasyarat berjalannya diskusi yang baik dalam
pertrainingan), atau materi yang memiliki hubungan/penurunan dari materi pokok
dan memiliki keterkaitan dengan tujuan perkaderan yang menjadi karakter lokal.
Dalam panduan ini hanya akan disampaikan materi tambahan yang sifatnya
kemestian saja.

3.2.1 Materi Perkenalan dan Orientasi Latihan

A. Silabus

JENJANG: PERKENALAN DAN ALOKASI WAKTU:


LATIHAN KADER I ORIENTASI LATIHAN 2 JAM

Tujuan Pembelajaran Umum


Peserta dapat memahami maksud dan tujuan Latihan Kader I, serta dapat
membangun suasana training yang kondusif.

Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Peserta mampu menjelaskan maksud dan tujuan serta sistem pengelolaan
Latihan Kader I
2. Peserta kenal dengan sesama peserta dan pengelola
3. Peserta dapat menjalankan aturan training dengan kesadaran

B. Uraian Kegiatan

Perkenalan ini memiliki peran yang penting dalam mencapai keberhasilan


training, karena pada tahap awal inilah terbangun suasana training, serta
terbangun pemahaman peserta akan hakekat training sesungguhnya.
Pemberian sesi ini dilakukan pertama kali setelah seremoni pembukaan berakhir.

Sesi ini harus kondusif, dalam artian tidak terganggu oleh proses silaturahmi
kader-kader HMI lain (yang tidak terlibat langsung dalam training, atau tidak
bertugas di forum) yang hadir dalam acara pembukaan, sebaiknya silaturahmi
dilakukan tidak berdekatan dengan forum.

Forum pertama ini dipimpin langsung oleh koordinator pemandu/master of


training. Awal sesi dibuka dengan perkenalan tim pemandu, dan dilanjutkan
dengan perkenalan peserta, diharapkan dengan perkenalan ini suasana cair
dalam training mulai terbentuk.

Selanjutnya pemandu menjelaskan maksud, tujuan, dan teknis pengelolaan


training kepada peserta, sehingga peserta bisa paham apa yang menjadi
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 73

kemestian yang berlaku bagi mereka. Kemudian peserta menyampaikan


harapan atau tujuan individu dalam mengikuti training, serta hal-hal yang tidak
mereka inginkan (ketakutan) terjadi dalam training.

Pemandu mengolah harapan dan “ketakutan” peserta menjadi suatu aturan main
yang mengikat dalam pelaksanaan training. Namun bisa pula aturan itu telah
diatur sebelumnya dan dirasionalisikan sesuai dengan harapan dan “ketakutan”
peserta. Dengan demikian diharapkan peserta secara sadar akan mematuhi
aturan main yang dibuat karena berangkat dari harapan dan “ketakutan” peserta.

3.2.2 Materi Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut

A. Silabus

JENJANG: EVALUASI DAN RENCANA ALOKASI WAKTU:


LATIHAN KADER I TINDAK LANJUT 2 JAM

Tujuan Pembelajaran Umum


Peserta dapat memahami esensi Latihan Kader I, serta dapat merencanakan
langkah yang dilakukan pasca training sesuai dengan tujuan training.

Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Peserta mampu menjelaskan rangkaian materi Latihan Kader I secara
komprehensif
2. Peserta dapat merencanakan follow up training

B. Uraian Kegiatan

Sesi ini dilakukan setelah semua materi training disampaikan kepada peserta,
dan dipimpin oleh koordinator pemandu. Pemandu mengevaluasi pemahaman
peserta terhadap materi-materi yang telah disampaikan, kemudian pemandu
mempertajam dan merangkai materi-materi tersebut sebagai satu kesatuan yang
utuh menyeluruh.

Selanjutnya pemandu “mengarahkan” peserta untuk membuat rencana aktivitas


pasca Latihan Kader I, sesuai dengan hasil evaluasi terhadap materi-materi yang
telah diberikan, dan pesan-pesan yang telah disampaikan dalam training secara
keseluruhan.

3.2.3 Materi Tambahan Lain

Materi tambahan lain yang merupakan materi penunjang materi pokok


disesuaikan dengan kebutuhan, maksudnya apabila SC berpendapat bahwa
bahan baku (peserta) telah menguasai atau telah mendapat materi tersebut
maka materi penunjang tidak perlu disampaikan. Misal, dalam maperca mereka
telah mendapatkan materi Etika dan Teknik Diskusi, atau dalam kampus mereka
telah mendapatkan Pengantar Filsafat Ilmu dan atau yang sejenis, atau telah
memahami ideologi secara umum, maka materi-materi tersebut tidak perlu
diberikan.

Jika cabang atau komisariat secara lokal ingin menambahkan materi tertentu
dalam Latihan Kader I, maka yang jadi pertimbangan utama dalam pemberian
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 74

materi tersebut adalah materi tersebut harus menunjang atau berkaitan dengan
materi pokok.

Dalam rangka standarisasi materi, maka dalam hal adanya penambahan materi,
cabang atau komisariat harus menyampaikan silabus dan materi terurai dari
materi tersebut kepada Badan Koordinasi Nasional Lembaga Pengelola Latihan
untuk dilakukan verifikasi kelayakan materi. Sebelum materi yang bersangkutan
lulus verifikasi maka materi tersebut belum boleh diberikan dalam Latihan Kader I
HMI. Bagi materi yang telah diverifikasi oleh Bakornas LPL, maka materi
tersebut dapat diberikan dalam LK I – LK I berikutnya tanpa harus diverifikasi
lagi.

Penempatan materi tambahan dalam Latihan Kader I harus disesuaikan dengan


kebutuhan dan kesesuaian dengan materi pokok. Pada dasarnya penambahan
materi dilarang.

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

You might also like