Materi Basic Training Hmi
Materi Basic Training Hmi
Materi Basic Training Hmi
Materi-materi yang diberikan dalam LK I ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
materi pokok dan materi penunjang atau tambahan. Materi pokok adalah
kelompok materi yang wajib ada dan disampaikan dalam forum LK I, materi ini
merupakan materi standar secara “internasional” bagi pelaksanaan LK I HMI.
Alokasi waktu dan prinsip nilai dalam materi pokok tidak boleh ditambah, apalagi
dikurangi, penambahan terhadap materi pokok dapat ditoleransi hanya
menyentuh aspek sudut pandang atau pengembangan kearifan lokal (misal
penekanan pada pembelaan kaum tertindas dengan studi kasus tertentu).
Sedangkan materi penunjang atau tambahan adalah materi yang telah menjadi
kemestian untuk ada dalam training (misal materi perkenalan dan orientasi
latihan, dan materi evaluasi dan rencana tindak lanjut), atau materi yang
merupakan prasyarat tercapainya pemahaman materi pokok (misal materi
pengantar ideologi, dan materi pengantar filsafat ilmu, sebagai prasyarat
optimalisasi pemahaman materi Nilai Dasar Perjuangan, atau materi teknik dan
etika diskusi, sebagai prasyarat berjalannya diskusi yang baik dalam
pertrainingan), atau materi yang memiliki hubungan/penurunan dari materi pokok
dan memiliki keterkaitan dengan tujuan perkaderan yang menjadi karakter lokal.
Materi pokok yang diberikan dalam Latihan Kader I meliputi (1) Materi Sejarah
Perjuangan HMI, (2) Materi Konstitusi HMI, (3) Materi Nilai Dasar Perjuangan,
(4) Materi Misi HMI, dan (5) Materi Kepemimpinan dan Manajemen Organisasi.
A. Silabus
Metode :
Menjunjung tinggi kearifan lokal
Evaluasi:
Memberikan test objektif/subjektif dan penugasan dalam bentuk resume.
Referensi :
1. Drs. Agus Salim Sitompul, Sejarah Perjuangan HMI (1974-1975), Bina
Ilmu
2. DR. Victor I. Tanja, HMI, Sejarah dan Kedudukannya Ditengah Gerakan
Muslim Pembaharu Indonesia, Sinar Harapan, 1982.
3. Prof. DR. Deliar Noer, Partai Islam Dipentas Nasional, Graffiti Pers, 1984
4. Sulastomo, Hari-hari Yang Panjang, PT. Gunung Agung, 1988
5. Agus-Salim Sitompul, Historiografi HMI, Tintamas, 1995
6. Ramli Yusuf (ed), 50 tahun HMI Mengabdi, LASPI, 1997.
7. Ridwan Saidi, Biografi A. Dahlan Ranuwiharjo, LSPI, 1994.
8. M. Rusli Karim, HMI MPO Dalam Pergulatan Politik di Indonesia, Mizan,
1997
9. Muhammad Kamal Hasan, Modernisasi Indonesia, Respon Cendikiawan
Muslim Masa Orde Baru, LSI 1987.
10. Muhammad Hussein Haikal, Sejarah Hidup Muhammad, LiteraAntarNusa
11. Dr. Badri Yatim, MA, Sejarah Peradaban Islam, I, II, III, Rajawali Pers
12. Thomas W. Arnold, Sejarah Dakwah Islam
13. Moksen ldris Sirfefa et. Al (ed), Mencipta dan Mengabdi, PB HMI, 1997
14. Hasil-hasil Kongres HMI
15. Sejarah Kohati
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 13
16. Sharsono, HMI Daiam Lingkaran Politik Ummat Islam, Cl IS, 1997.
17. Prof. DR. Deliar Noer, Gerakan Modern Islam Indonesia (1902-1942),
LP3ES, 1980.
18. Literatur lain yang relevan
B. Materi Terurai
Pengertian
Sejarah adalah suatu kebetulan terjadi di masa yang telah lalu dan benar-benar
terjadi, dan kebetulan pula dicatat, biasanya kebenaran sejarah didukung bukti-
bukti yang membenarkan peristiwa itu benar-benar terjadi. Menurut kamus besar
bahasa Indonesia, ilmu sejarah adalah suatu pengetahuan atau uraian mengenai
peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi di masa
lampau. Dari pengertian atau definisi di atas maka dapatlah dibedakan antara
sejarah dan ilmu sejarah, sejarah adalah kejadian atau peristiwanya, sedangkan
ilmu sejarah adalah ilmu yang mempelajari kejadian atau peristiwa tersebut.
Pada saat Muhammad mendekati usia 40 tahun, beliau makin sering stress
memikirkan bangsanya, sehingga pelariannya dengan menyepi di gua Hira
semakin sering kuantitasnya. Suatu malam di bulan Ramadhan tepatnya
tanggal 17 Ramadhan yang bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610,
datanglah suatu penampakan yang ternyata adalah malaikat Jibril yang
menyampaikan wahyu pertama (Al-Alaq : 1 – 5), dan ini pertanda bahwa
Muhammad telah dilantik menjadi rasul dan nabi walaupun tanpa berita acara.
Pasca wahyu di gua Hira, Muhammad s.a.w. mendapat wahyu-wahyu
berikutnya yang memerintahkan kepada Muhammad s.a.w untuk
menyampaikan dakwah. Isi dakwahnya adalah ajakan untuk melakukan
perubahan-perubahan yang revolusioner, perubahan yang dibawa antara lain
perubahan akhlak, karena Islam mengajarkan akhlak yang baik. Perubahan
lain adalah nilai persamaan, yang dimaksud adalah kesetaraan antar umat
manusia, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, antar ras,
bangsa, dan lain sebagainya, di mata Allah yang berbeda adalah ketaqwaan.
Selain itu, ilmu pengetahuan menjadi sesuatu yang penting untuk dilakukan,
serta membangun solidaritas persaudaraan yang berimplikasi pada penguatan
nasionalisme atau keutuhan dalam berbangsa dan beragama.
Pada fase Makkah ajaran yang disampaikan Muhammad s.a.w berkaitan atau
berhubungan pada nilai ketauhidan atau iman, karena pada saat itu jaran Islam
baru tegak kembali, sehingga yang harus dibangun pertama-tama adalah
fondasi aqidah atau iman yang dijadikan landasan fundamental.
Tiap tahun kota Makkah selalu didatangi oleh kabilah-kabilah dari seluruh Arab
yang datang untuk untuk melakukan shoping atau ibadah haji. Muhammad
s.a.w melakukan dakwah terhadap orang-orang tersebut, dan usaha ini tidak
sia-sia karena dari kalangan yang berasal dari daerah-daerah tersebut ada
yang menyatakan keimanannya, diantaranya dari Yastrib. Konsekuensi logis
dari gerakan revolusioner berdampak pada peningkatan konstelasi politik
masyarakat Makkah, yang pada akhirnya memberikan satu pilihan kepada
Muhammad s.a.w untuk meninggalkan Makkah. Pada hijrah yang kedua,
Muhammad s.a.w. menginstruksikan kepada para pendukungnya untuk
meninggalkan kota Makkah menuju Yastrib yang dikemudian hari dikenal
dengan Madinah. Muhammad s.a.w pun pada akhirnya terpaksa harus
meninggalkan Makkah menuju Madinah, maka dimulailah babak baru dalam
Islam, fase Madinah.
# Fase Madinah
Fase Madinah dimulai sejak hijrahnya Muhammad s.a.w dari Makkah ke
Madinah, karena Madinah dianggap baik untuk pembenihan Islam. Kaum
muslimin yang berada di Madinah terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Anshar
(kaum muslimin tuan rumah) dan Muhajirin (kaum muslimin pendatang dari
Makkah), maka langkah pertama yang dilakukan adalah mempertalikan
hubungan kekeluargaan atau hubungan persaudaraan antara kaum Anshar
dan Muhajirin, karena hanya dengan persatuanlah, maka umat Islam akan
kuat. Selanjutnya dilakukan lobi-lobi politik atau perjanjian dengan kelompok di
luar Islam yang ada di Madinah, karena pada saat itu telah ada kelompok lain
yang tinggal di sana, antara lain Yahudi.
Berangkat dari pemahaman ajaran Islam yang kurang, umat berada dalam
keterbelakangan dan fenomena ini terjadi dapat dikatakan di seluruh dunia. Hal
tersebut mengakibatkan terpuruknya umat Islam yang dijanjikan Allah untuk
dipusakai alam semesta. Lebih ironis lagi ketika umat terbagi menjadi berbagai
golongan yang hanya berangkat dari masalah khilafiyah, yang bedampak pada
melemahnya kekuatan Islam.
Pada saat HMI berdiri, sudah ada organisasi kemahasiswaan, yaitu Perserikatan
Mahasiswa Yogyakarta (PMY), namun PMY didominasi oleh partai sosialis yang
berpaham komunis. Akibat didominasi oleh partai sosialis maka PMY tidak
independen untuk memperjuangkan aspirasi mahasiswa, maka banyak
mahasiswa yang tidak sepakat dan tidak bisa membiarkan mahasiswa terlbat
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 17
Lafran Pane adalah anak keenam dari Sutan Pangurabaan Pane, lahir di Padang
Sidempuan, 5 Pebruari 1922, pendidikan Lafran Pane tidak berjalan “normal” dan
“lurus”. Lafran Pane mengalami perubahan kejiwaan yang radikal sehingga
mendorong dirinya untuk mencari hakikat hidup sebenarnya. Desember 1945
Lafran Pane pindah ke Yogyakarta, karena Sekolah Tinggi Islam (STI) tempat ia
menimba ilmu pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Pendidikan agama Islam yang
lebih intensif ia peroleh dari dosen-dosen STI, mengubur masa lampau yang
kelam.
Tugas suci umat Islam dalah mengajak umat manusia kepada kebenaran Illahi
dan kewajiban umat Islam adalah menciptakan masyarakat adil makmur material
dan spiritual. Dengan adanya gagasan pembaharuan pemikiran keislaman,
diharapkan kesenjangan dan kejumudan pengetahuan, pemahaman,
penghayatan dan pengamalan ajaran Islam dalpat dilakukan dan dilaksanakan
sesuai dengan ajaran Islam. Kebekuan pemikiran umat Islam telah membawa
pada arti agama yang kaku dan sempit, tidak lebih dari agama yang hanya
melakukan peribadatan. Al-Qur’an hanya dijadikan sebatas bahan bacaan, Islam
tidak ditempatkan sebagai agama universal. Gagasan pembaharuan pemikiran
Islam ini pun hendaknya dapat menyadarkan umat Islam yang terlena dengan
kebesaran dan kejayaan masa lalu.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 18
Tujuan awal saat HMI berdiri juga tidak terlepas pada gagasan dan visi
perjuangan sosial budaya, yaitu :
1. Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat
rakyat Indonesia
2. Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam
Dari tujuan tersebut jelaslah bahwa HMI ingin agar kehidupan sosial budaya
yang ada menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia guna
mempertahankan kemerdekaan yang baru diraih. Untuk menegakkan dan
mengembangkan ajaran Islam pun harus dipelajari kondisi sosial budaya gara
tidak terjadi benturan kultur.
Masyarakat muslim Indonesia yang hanya memahami ajaran Islam sebatas ritual
harus diubah pemahamannya dan keadaan sosial budaya yang telah mengakar
ini tidak dapat diubah serta merta, tetapi melalui proses panjang dan bertahap.
Sebagai nak umat dan anak bangsa, HMI selalu ikut dalam perjuangan fisik demi
mempertahankan negara Republik Indonesia. Dalam mempertahakan NKRI,
anggota-anggota HMI mengganti pena dengan memanggul senjata, HMI merasa
ikut bertanggung jawab dalam mempertahankan kedaulatan NKRI. HMI
berkeyakinan bahwa dalam masyarakat yang berdaulat dan merdeka akan
tercipta keadilan dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu HMI selalu berusaha
untuk memperthankan dan mempersatukan bangsa.
Ketika Demokrasi Terpimpin berjalan, HMI mendapat tekanan kuat, karena ada
tuduhan bahwa HMI kontra revolusi, dan lain-lain. Oleh karena itu HMI
menggelar Musyawarah Nasional Ekonomi HMI se-Indonesia di Jakarta pada
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 21
Peran HMI dalam reformasi banyak dipertanyakan orang, analisa sementara ini
diakibatkan penempatan peran HMI yang “salah” pada fase pembangunan.
Bahkan gerakan mahasiswa di luar HMI seringkali menempatkan HMI sebagai
common enemy.
A. Silabus
Metode :
Menjunjung tinggi kearifan lokal
Evaluasi:
Melaksanakan test Objektif/subjektif dan penugasan.
Referensi:
1. Hasil-hasil kongres.
2. Zainal Abidin Ahmad, Piagam Muhammad, Bulan Bintang, t.t.
3. Prof. DR. Mukhtar Kusuatmadja, SH, LMM dan DR. B. Sidharta, SH,
Pengantar Ilmu Hukum; Suatu pengenalan Pertama berlakunya Ilmu Hukum,
Penerbit Alumni, Bandung, 2000.
4. Prof. Chainur Arrasjid, SH. Dasar-dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta,
2000
5. UUD 1945 (untuk perbandingan)
6. Literatur lain yang relevan.
B. Materi Terurai
Pengertian
Konstitusi adalah bentuk peraturan perundangan yang tertinggi yang menjadi
dasar dan sumber semua peraturan perundangan yang dibawahnya dalam suatu
organisasi/negara.
Konstitusi : - Aturan pokok
- Hukum pokok
Syarat yang harus dimiliki agar konstitusi menjadi penentu arah, tindakan dan
piagam (sebagai dasar pijakan) :
1. Bentuknya
Sebagai naskah tertulis yang merupakan perundangan tertinggi yang berlaku
dalam suatu organisasi/negara.
2. Isinya
Merupakan peraturan yang bersifat fundamental; artinya tidak semua
masalah yang penting harus dibuat, melainkan hal-hal yang bersifat pokok,
dasar atau azas-azasnya saja.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 23
3. Sifatnya
• Universal
• Fleksibel
• Luwes
PIAGAM MADINAH
(Untuk perbandingan)
Mukadimmah
Alinea 1 :
1) Islam ajaran yang haq dan sempurna (Ali Imron 19)
2) Fitrah manusia : Hanief/cenderung pada kebenaran (Al-Araf 172)
3) Khalifah fil ardh (Al-Baqarah 30)
4) Pengabdian diri (Az-Zariat 56)
Alinea 2 :
Azas keseimbangan (Al-Qashash 77)
Duniawi – Ukhrawi, Individu – Sosial, Iman – Ilmu – Amal
Alinea 3 :
1) Kemerdekaan merupakan rahmat Allah SWT
(At-Taubah 41, Al-Baqarah 105, Yunus 25)
2) Umat Islam wajib mengisi kemerdekaan (fungsi umat Islam)
(Al-Anfal 61, Al-Jum’ah 10, Ar-Radu 11)
3) Adil makmur
Alinea 4 :
1) Fungsi generasi muda Islam
2) Orientasi pengabdian kepada Allah SWT (Az-Zariat 56)
sumber inspirasi dan sumber aspirasi di dalam setiap aktivitas dan dinamika
organisasi.
Hal utama yang harus diketahui kader selain asas dan implikasinya adalah
masalah tentang keanggotaan, dan struktur organisasi.
Yang dapat menjadi anggota HMI adalah mahasiswa Islam yang terdaftar pada
perguruan tinggi dan/atau yang sederajat yang ditetapkan oleh Pengurus HMI
Cabang/Pengurus Besar HMI. Keanggotaan HMI dibagi menjadi tiga, yaitu :
1) Anggota Muda
Anggota muda adalah mahasiswa Islam yang menuntut ilmu di perguruan
tinggi atau yang sederajat dan telah mengikuti Maperca
2) Anggota Biasa
Anggota biasa adalah anggota muda yang telah memenuhi syarat dan atau
anggota muda yang telah mengikuti Latihan Kader I
3) Anggota Kehormatan
Anggota kehormatan adalah orang yang berjasa kepada HMI yang telah
ditetapkan oleh Pengurus HMI Cabang/Pengurus Besar HMI.
Masa keanggotaan HMI dihitung sejak kelulusan dari Latihan Kader I dan akan
berakhir maksimum 5 (lima) tahun untuk program S0, 7 (tujuh) tahun untuk
program S1, dan 9 (sembilan) tahun untuk program pasca sarjana. Perhitungan
tahun antar program bukan dibuat akumulasi. Selain habis masa keanggotaan,
status anggota HMI juga dapat berakhir jika anggota yang bersangkutan
meninggal dunia, mengundurkan diri, dan diberhentikan atau dipecat. Dalam
keadaan tertentu masa keanggotaan dapat diperpanjang apabila yang
bersangkutan masih menduduki kepengurusan di HMI, dan akan diperpanjang
sampai masa kepengurusannya berakhir.
Anggota muda HMI mempunyai hak bicara tetapi tidak mempunyai hak suara
(gimana bisa bicara kalo bersuara tidak boleh), dan mengikuti Latihan Kader I.
Anggota biasa memiliki hak suara sehingga otomatis punya hak bicara, mengikuti
latihan dalam organisasi sesuai dengan peruntukannya, dan mempunyai hak
untuk dipilih sebagai fungsionaris pengurus HMI sesuai dengan peruntukannya.
Anggota kehormatan dapat mengajukan saran/usul dan pertanyaan kepada
pengurus secara lisan atau tertulis.
STRUKTUR ORGANISASI
Struktur organisasi HMI terbagi menjadi 2 (dua), yaitu (1) Struktur Kekuasaan,
dan (2) Struktur Pimpinan.
Pedoman Perkaderan
Pedoman perkaderan adalah aturan yang khusus membahas tentang sistem
perkaderan yang dilakukan di HMI. Sistem inilah yang dilaksanakan secara
masif, seragam, standar, dan menyeluruh oleh seluruh komponen HMI.
Pedoman KOHATI
KOHATI adalah singkatan dari Korps HMI-Wati. KOHATI merupakan badan
khusus HMI yang bertugas untuk membina, mengembangkan dan meningkatkan
potensi HMI-Wati dalam wacana dan dinamika gerakan keperempuanan.
KOHATI didirikan pada tanggal 2 Jumadil Akhir 1386 H yang bertepatan dengan
tanggal 17 September 1966 pada Kongres VIII HMI di Solo, KOHATI
berkedudukan dimana HMI berada.
Dan kondisi politik tahun 60-an berorientasi massa, lembaga kekaryaan pun
semakin menarik sebagai suatu faktor bagi berkembang pesatnya lembaga
kekaryaan ditunjukkan dari :
• Adanya hasil penelitian yang menginginkan dipertegasnya status lembaga
kekaryaan, struktur organisasi dan wewenang lembaga kekaryaan
• Keinginan untuk menjadi lembaga kekaryaan otonom penuh terhadap
organisasi induk HMI
Kemudian sampai pada tahun 1966 diikuti oleh pembentukan Lembaga Tekhnik
Mahasiswa Islam (LTMI), Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam (LPMI),
Lembaga Astronomi Mahasiswa Islam (LAMI). Akhirnya dengan latar belakang di
atas melalui kongres VIII HMI di Solo melahirkan keputusan Kongres dengan
memberikan status otonom penuh kepada lembaga kekaryaan dengan
memberikan hak yang lebih kepada lembaga kekaryaan tersebut, antara lain :
a. Punya struktur organiasasi yang bersifat nasional dari tingkat pusat sampai
rayon
b. Memiliki Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga (PD/PRT) sendiri
c. Bentuk megadakan musyawarah lembaga termasuk memilih pimpinan
lembaga
Lembaga Kekaryaan
Yang dimaksud dengan Lembaga Kekaryaan adalah badan-badan khusus HMI
(diluar KOHATI, LPL) yang bertugas melaksanakan kewajiban-kewajiban HMI
sesuai dengan fungsi dan bidangnya (ladang garapan) masing-masing, latihan
kerja berupa dharma bhakti kemasyarakatan dalam proses pembangunan
bangsa dan negara. Sebagaimana terdapa dalam unsur-unsur pokok Esensi
Kepribadian HMI yang meliputi :
1. Dasar Tauhid yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul yakni dasar
keyakinan bahwa “Tiada Tuhan melainkan Allah”, dan Allah adalah
merupakan inti daripada iman, Islam dan Ihsan.
2. Dasar keseimbangan yaitu keharmonisan antara pemenuhan tugas dunia
dan akhirat, jasmaniah dan rohaniah, iman dan ilmu menuju kebahagiaan
hidup dunia dan akhirat.
3. Kreatif, yakni memiliki kemampuan dengan cipta dan daya pikir nasional dan
kritis, hingga memilki kebijakan untuk berilmu amaliah dan beramal ilmiah.
4. Dinamis, yaitu selalu dalam keadaan gerak dan terus berkembang serta
dengan cepat memberikan respon terhadap setiap tantangan yang dihadapi
sehingga memiliki fungsi pelopor yang militan.
5. Pemersatu, yaitu sikap dan perbuatan angkatan muda yang merupakan
kader seluruh umat Islam Indonesia menuju persatuan nasional.
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 28
6. Progresif dan Pembaharu, yaitu sikap dan perbuatan orang muda patriotik
mengutamakan kepentingan bersama bangsa datas kepentingan pribadi.
Memihak dan membela kaum-kaum yang lemah dan tertindas dengan
menentang penyimpangan dan kebatilan dalam bentuk dan manifestasinya.
Aktif dalam pembentukan dan peranan umat Islam Indonesia yang adil dan
makmur yang diridhoi oleh Allah SWT.
Pedoman atribut HMI berisi tentang lagu, lambing dan berbagai macam
penerapannya. Lagu yang dijadikan sebagai Hymne HMI adalah lagu yang
diciptakan oleh RM Akbar sebagai berikut :
HYMNE
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Untuk kemajuan
Hidayah dan taufiq
Bahagia HMI
4. Bentuk pena :
Melambangkan bahwa HMI adalah organisasi mahasiswa yang
senantiasa haus akan ilmu pengetahuan
5. Gambar bulan bintang :
Lambang keimanan seluruh umat Islam di dunia
6. Warna hijau :
Lambang keimanan dan kemakmuran
7. Warna hitam :
Lambang ilmu pengetahuan
8. Keseimbangan warna hijau dan hitam :
Lambang keseimbangan, esensi kepribadian HMI
9. Warna putih :
Lambang kesucian dan kemurnian perjuangan HMI
10. Puncak tiga :
- Lambang Iman, Islam dan Ikhsan
- Lambang Iman, Ilmu dan Amal
11. Tulisan HMI :
Kepanjangan dari Himpunan Mahasiswa Islam
Segala sesuatu yang berkaitan dengan atribut diatur dalam ketentuan khusus.
A. Silabus
Metode :
Menjunjung tinggi kearifan lokal
Evaluasi :
Test objektif/subjektif, penugasan dan membuat kuisoner
Referensi :
1. Al-Qur’an dan terjemah
2. Teks NDP
3. Literatur lain yang relevan
B. Materi Terurai
Ahmad Wahib dalam buku harian yang kemudian diterbitkan menjadi buku oleh
Johan Effendi dengan tajuk “Pergolakan Pemikiran Islam” yang dianggap
controversial, menuliskan bahwa perumusan NDI tersebut dipengaruhi oleh
perjalanan Nurkholis Madjid ke universitas-universitas di Amerika atas undangan
pemerintah Amerika pada tahun 1968. Hal ini dibantah oleh Cak Nur dalam buku
HMI Menjawab Tantangan Jaman, bahwa sebenarnya perjalanan ke Amerika
tidak berpengaruh banyak terhadap dirinya, karena selain perjalanan ke Amerika,
Cak Nur juga melanjutkan lawatan ke Timur Tengah dengan menggunakan sisa
uang saku yang dihematnya waktu di Amerika. Di Timur Tengah perjalanan
dimulai dari Damaskus, Kuwait, Saudi Arabia, Turki, Lebanon, dan terakhir Mesir.
Dalam perjalanan di Timur Tengah inilah untuk pertama kalinya Cak Nur bertemu
Gus Dur, padahal mereka satu kampung. Di Riyadh Cak Nur bertemu dengan
Dr. Farid Mustafa dan mendapat banyak hal darinya. Selama di Timur Tengah
Cak Nur sering mengadakan diskusi kritis tentang berbagai hal keislaman.
Sepulang Cak Nur dari menunaikan ibadah haji atas undangan Menteri
Pendidikan Arab Saudi (Syekh hasan bin Abdullah Ali) sekitar bulan April 1969,
keinginannya untuk menulis NDI makin menggebu-gebu.
C. Teks NDP
A. DASAR-DASAR KEPERCAYAAN
melembaga dalam tradisi yang membeku dan mengikat, maka justru merugikan
peradaban.
Tuhan itu ada, dan ada secara mutlak hanyalah Tuhan. Pendekatan ke arah
pengetahuan akan adanya Tuhan dapat ditempuh manusia dengan berbagai
jalan, baik yang bersifat intuitif, ilmiah, historis, pengalaman dan lain-lain. Tetapi
karena kemutlakan Tuhan dan kenisbian manusia, maka manusia tidak dapat
menjangkau sendiri kepada pengertian akan hakekat Tuhan yang sebenarnya.
Namun demi kelengkapan kepercayaan kepada Tuhan, manusia memerlukan
pengetahuan secukupnya tentang Ketuhanan dan tatanilai yang bersumber
kepada-Nya. Oleh sebab itu diperlukan sesuatu yang lain yang lebih tinggi
namun tidak bertentangan dengan insting dan indera.
Juga diterangkan bahwa Tuhan adalah yang pertama dan yang penghabisan,
Yang lahir dan Yang Bathin, dan "kemanapun manusia berpaling maka disanalah
wajah Tuhan". Dan "Dia itu bersama kamu kemanapun kamu berada". Jadi
Tuhan tidak terikat ruang dan waktu.
Sebagai "yang pertama dan yang penghabisan", maka sekaligus Tuhan adalah
asal dan tujuan segala yang ada, termasuk tata nilai. Artinya ; sebagaimana tata
nilai harus bersumber kepada kebenaran dan berdasarkan kecintaan
kepadaNya, Iapun sekaligus menuju kepada kebenaran dan mengarah kepada
"persetujuan" atau "ridhanya ". Inilah kesatuan antara asal dan tujuan hidup yang
sebenarnya (Tuhan sebagai tujuan hidup yang benar, diterangkan dalam bagian
yang lain)
Tuhan menciptakan alam raya ini dengan sebenarnya, dan mengaturnya dengan
pasti. Oleh karena itu alam mempunyai eksistensi yang riil dan obyektif, serta
berjalan mengikuti hukum-hukum yang tetap. Dan sebagai ciptaan daripada
sebaik-baiknya penciptanya, maka alam mengandung kebaikan pada diriNya dan
teratur secara harmonis. Nilai ciptaan ini untuk manusia bagi keperluan
perkembangan peradabannya. Maka alam dapat dan dijadikan obyek
penyelidikan guna dimengerti hukum-hukum Tuhan (sunnatullah) yang berlaku
didalamnya. Kemudian manusia memanfaatkan alam sesuai dengan hukum-
hukumnya sendiri.
Jika kenyataan alam ini berbeda dengan persangkaan idealisme maupun agama
Hindu yang mengatakan bahwa alam tidak mempunyai eksistensi riil dan
obyektif, melainkan semua palsu atau maya atau sekedar emansipasi atau
pancaran daripada dunia lain yang kongkrit, yaitu idea atau nirwana. Juga tidak
seperti dikatakan filsafat Agnosticisme yang mengatakan bahwa alam tidak
mungkin dimengerti manusia. Dan sekalipun filsafat materialisme mengatakan
bahwa alam ini mempunyai eksistensi riil dan obyektif sehingga dapat dimengerti
oleh manusia, namun filsafat itu mengatakan bahwa alam ada dengan
sendirinya. Peniadaan pencipta ataupun peniadaan Tuhan adalah satu sudut
daripada filsafat materialisme.
Manusia adalah puncak ciptaan dan mahluk-Nya yang tertinggi. Sebagai mahluk
tertinggi manusia dijadikan "Khalifah" atau wakil Tuhan di bumi. Manusia
ditumbuhkan dari bumi dan diserahi untuk memakmurkannya. Maka urusan di
dunia telah diserahkan Tuhan kepada manusia. Manusia sepenuhnya
Oleh karena itu kehidupan yang baik adalah yang disemangati oleh iman dan
ilmu. Bidang iman dan pencabangannya menjadi wewenang wahyu sedangkan
bidang ilmu pengetahuan menjadi wewenang manusia untuk mengusahakan dan
mengumpulkannya dalam kehidupan dunia ini. Ilmu itu meliputi tentang alam dan
tentang manusia (sejarah). Untuk memperoleh ilmu pengetahuan tentang nilai
kebenaran sejauh mungkin, manusia harus melihat alam dan kehidupan ini
sebagaimana adanya tanpa melekatkan padanya kualitas-kualitas yang bersifat
ketuhanan. Sebab sebagaimana diterangkan dimuka, alam diciptakan dengan
wujud yang nyata dan objektif sebagaimana adanya. Alam tidak menyerupai
Tuhan, dan Tuhan pun untuk sebagian atau seluruhnya tidak sama dengan alam.
Sikap memper-Tuhan-kan atau mensucikan (sakralisasi) haruslah ditujukan
kepada Tuhan sendiri. Tuhan Allah Yang Maha Esa.
Ini disebut "Tauhid" dan lawannya disebut "syirik" artinya mengadakan tandingan
terhadap Tuhan, baik seluruhnya atau sebagian maka jelasnya bahwa syirik
menghalangi perkembangan dan kemajuan peradaban, kemanusiaan menuju
kebenaran.
Sesudahnya atau kehidupan duniawi ini ialah "hari kiamat". Kiamat merupakan
permulaan bentuk kehidupan yang tidak lagi bersifat sejarah atau duniawi, yaitu
kehidupan akhirat. Kiamat disebut juga "hari agama", atau yaumuddin, dimana
Tuhan menjadi satu-satunya pemilik dan raja. Disitu tidak lagi terdapat kehidupan
historis, seperti kebebasan, usaha dan tata masyarakat. Tetapi yang ada adalah
pertanggunggan jawab individu manusia yang bersifat mutlak dihadapan illahi
atas segala perbuatannya dahulu didalam sejarah.
Selanjutnya kiamat merupakan "hari agama", maka tidak yang mungkin kita
ketahui selain daripada yang diterangkan dalam wahyu. Tentang hari kiamat dan
kelanjutannya / kehidupan akhirat yang non-historis manusia hanya diharuskan
percaya tanpa kemungkinan mengetahui kejadian-kejadiannya.
"Dlamier" atau hati nurani adalah pemancar keinginan pada kebaikan, kesucian
dan kebenaran. Tujuan hidup manusia ialah kebenaran yang mutlak atau
kebenaran yang terakhir, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Fitrah merupakan bentuk
keseluruhan tentang diri manusia yang secara asasi dan prinsipil
membedakannya dari mahluk-mahluk yang lain. Dengan memenuhi hati nurani,
seseorang berada dalam fitrahnya dan menjadi manusia sejati.
Kehidupan dinyatakan dalam kerja atau amal perbuatanya. Nilai- nilai tidak dapat
dikatakan hidup dan berarti sebelum menyatakan diri dalam kegiatan-kegiatan
amaliah yang kongkrit. Nilai hidup manusia tergantung kepada nilai kerjanya. Di
dalam dan melalui amal perbuatan yang berperikemanusiaan (fitrah sesuai
dengan tuntutan hati nurani) manusia mengecap kebahagiaan, dan sebaliknya di
dalam dan melalui amal perbuatan yang tidak berperikemanusiaan (jihad) ia
menderita kepedihan. Hidup yang pernuh dan berarti ialah yang dijalani dengan
sungguh-sungguh dan sempurna, yang didalamnya manusia dapat mewujudkan
dirinya dengan mengembangkan kecakapan-kecakapan dan memenuhi
keperluan-keperluannya. Manusia yang hidup berarti dan berharga ialah dia yang
merasakan kebahagiaan dan kenikmatan dalam kegiatan-kegiatan yang
membawa perubahan kearah kemajuan-kemajuan baik yang mengenai alam
maupun masyarakat yaitu hidup berjuang dalam arti yang seluas-luasnya. Dia
diliputi oleh semangatmencari kebaikan, keindahan dan kebenaran. Dia
menyerap segala sesuatu yang baru dan berharga sesuai dengan
perkembangan kemanusiaan dan menyatakan dalam hidup berperadaban dan
berkebudayaan. Dia adalah aktif, kreatif dan kaya akan kebijaksanaan (widom,
hikmah).
Seorang manusia sejati (insan kamil) ialah yang kegiatan mental dan phisiknya
merupakan suatu keseluruhan. Kerja jasmani dan kerja rohani bukanlah dua
kenyataan yang terpisah. Malahan dia tidak mengenal perbedaan antara kerja
dan kesenangan, kerja baginya adalah kesenggangan dan kesenangan ada
dalam dan melalui kerja. Dia berkepribadian, merdeka, memiliki dirinya
sendiri,menyatakan ke luar corak perorangannya dan mengembangkan
kepribadian dan wataknya secara harmonis. Dia tidak mengenal perbedaan
antara kehidupan individu dan kehidupan komunal, tidak membedakan antara
perorangan dan sebagai anggota masyarakat, hak dan kewajiban serta kegiatan-
kegiatan untuk dirinya adalah juga sekaligus untuk sesama ummat manusia.
Hidup fitrah ialah bekerja secara ikhlas yang memancarkan dari hati nurani yang
hanief atau suci.
Keikhlasan yang insani itu tidak mungkin ada tanpa kemerdekaan. Kemerdekaan
dalam arti kerja sukarela tanpa paksaan yang didorong oleh kemauan yang
murni, kemerdekaan dalam pengertian kebebasan memilih sehingga pekerjaan
itu benar-benar dilakukan sejalan dengan hati nurani. Keikhlasan merupakan
pernyataan kreatif kehidupan manusia yang berasal dari perkembangan tak
terkekang daripada kemauan baiknya. Keikhlasan adalah gambaran terpenting
daripada kehidupan manusia sejati. Kehidupan sekarang di dunia dan abadi
(external) berupa kehidupan kelak sesudah mati di akherat. Dalam aspek
pertama manusia melakukan amal perbuatan dengan baik dan buruk yang harus
dipikul secara individual, dan komunal sekaligus. Sedangkan dalam aspek kedua
manusia tidak lagi melakukan amal perbuatan, melainkan hanya menerima
akibat baik dan buruknya dari amalnya dahulu di dunia secara individual. Di
akherat tidak terdapat pertanggung jawaban perseorangan (mutlak). Manusia
dilahirkan sebagai individu, hidup ditengah alam dan masyarakat sesamanya,
kemudian menjadi individu kembali.
Jadi individualitas adalah pernyataan asasi yang pertama dan terakhir, dari pada
kemanusiaan, serta letak kebenarannya daripada nilai kemanusiaan itu sendiri.
Karena individu adalah penanggung jawab terakhir dan mutlak daripada awal
perbuatannya, maka kemerdekaan pribadi, adalah haknya yang pertama dan
asasi.
Tetapi individualitas hanyalah pernyataan yang asasi dan primer saja dari pada
kemanusiaan. Kenyataan lain, sekalipun sifat sekunder , ialah bahwa individu
dalam suatu hubungan tertentu dengan dunia sekitarnya. Manusia hidup
ditengah alam sebagai makhluk sosial hidup ditengah sesama. Dari segi ini
manusia adalah bagian dari keseluruhan alam yang merupakan satu kesatuan.
Oleh karena itu kemerdekaan harus diciptakan untuk pribadi dalam kontek hidup
ditengah masyarakat. Sekalipun kemerdekaan adalah esensi daripada
kemanusiaan, tidak berarti bahwa manusia selalu dan dimana saja merdeka.
Adanya batas-batas dari kemerdekaan adalah suatu kenyataan. Batas-batas
tertentu itu dikarenakan adanya hukum-hukum yang pasti dan tetap menguasai
alam. Hukum yang menguasai benda-benda maupun masyarakat manusia
sendiri yang tidak tunduk dan tidak pula bergantung kepada kemauan manusia.
Hukum-hukum itu mengakibatkan adanya "keharusan Universal " atau "kepastian
hukum " dan takdir. 3) jadi kalau kemerdekaan pribadi diwujudkan dalam kontek
hidup di tengah alam dan masyarakat dimana terdapat keharusan universal yang
tidak tertaklukan, maka apakah bentuk yang harus dipunyai oleh seseorang
kepada dunia sekitarnya?
Ikhtiar adalah kegiatan kemerdekaan dari individu, juga berarti kegiatan dari
manusia merdeka. Ikhtiar merupakan usaha yang ditentukan sendiri dimana
manusia berbuat sebagai pribadi banyak segi yang integral dan bebas; dan
dimana manusia tidak diperbudak oleh suatu yang lain kecuali oleh keinginannya
sendiri dan kecintaannya kepada kebaikan. Tanpa adanya kesempatan untuk
berbuat atau berikhtiar, manusia menjadi tidak merdeka dan menjadi tidak bisa
dimengerti untuk memberikan pertanggung jawaban pribadi dari amal
perbuatannya. Kegiatan merdeka berarti perbuatan manusia yang merubah
dunia dan dirinya sendiri. Jadi sekalipun terdapat keharusan universal atau takdir
manusia dengan haknya untuk berikhtiar mempunyai peranan aktif dan
menentukan bagi dunia dan dirinya sendiri.
Manusia tidak dapat berbicara mengenai takdir suatu kejadian sebelum kejadian
itu menjadi kenyataan. Maka percaya kepada takdir akan membawa
keseimbangan jiwa tidak terlalu berputus asa karena suatu kegagalan dan tidak
perlu membanggakan diri karena suatu kemunduran. Sebab segala sesuatu tidak
hanya terkandung pada dirinya sendiri, melainkan juga kepada keharusan yang
universal itu.
Telah jelas bahwa hubungan yang benar antara individu manusia dengan dunia
sekitarnya bukan hubungan penyerahan. Sebab penyerahan meniadakan
kemerdekaan dan keikhklasan dan kemanusiaan. Tatapi jelas pula bahwa tujuan
manusia hidup merdeka dengan segala kegiatannya ialah kebenaran. Oleh
karena itu sekalipun tidak tunduk pada sesuatu apapun dari dunia sekelilingnya,
namun manusia merdeka masih dan mesti tunduk kepada kebenaran. Karena
menjadikan sesuatu sebagai tujuan adalah berarti pengabdian kepada-Nya.
yang terakhir (ultimate) dan mutlak maka sudah pasti kebenaran itu hanya satu
secara mutlak pula.
Dalam perbendaharaan kata dan kulturiil, kita sebut kebenaran mutlak itu
"Tuhan", kemudian sesuai dengan uraian bab I, Tuhan itu menyatakan diri
kepada manusia sebagai Allah. Karena kemutlakannya, Tuhan bukan saja tujuan
segala kebenaran. Maka dia adalah Yang Maha Benar. Setiap pikiran yang maha
benar adalah pada hakikatnya pikiran tentang Tuhan YME. Oleh sebab itu
seseorang manusia merdeka ialah yang ber-ketuhanan Yang Maha Esa.
Keiklasan tiada lain adalah kegiatan yang dilakukan semata-mata bertujuan
kepada Tuhan YME, yaitu kebenaran mutlak, guna memperoleh persetujuan atau
"ridho" daripada-Nya. Sebagaimana kemanusiaan terjadi karena adanya
kemerdekaan dan kemerdekaan ada karena adanya tujuan kepada Tuhan
semata-mata. Hal itu berarti segala bentuk kegiatan hidup dilakukan hanyalah
karena nilai kebenaran itu yang terkandung didalamnya guna mendapat
pesetujuan atau ridho kebenaran mutlak. Dan hanya pekerjaan "karena Allah"
itulah yang bakal memberikan rewarding bagi kemanusiaan. Kata "iman" berarti
percaya dalam hal ini percaya kepada Tuhan sebagai tujuan hidup yang mutlak
dan tempat mengabdikan diri kepada-Nya. Sikap menyerahkan diri dan
mengabdi kepada Tuhan itu disebut Islam. Islam menjadi nama segenap ajaran
pengabdian kepada Tuhan YME. Pelakunya disebut "Muslim". Tidak lagi
diperbudak oleh sesama manusia atau sesuatu yang lain dari dunia
sekelilingnya, manusia muslim adalah manusia yang merdeka yang
menyerahkan dan menyembahkan diri kepada Tuhan YME. Semangat tauhid
(memutuskan pengabdian hanya kepada Tuhan YME) menimbulkan kesatuan
tujuan hidup, kesatuan kepribadian dan kemasyarakatan. Kehidupan bertauhid
tidak lagi berat sebelah, parsial dan terbatas. Manusia bertauhid adalah manusia
yang sejati dan sempurna yang kesadaran akan dirinya tidak mengenal batas.
Oleh karena hakikat hidup adalah amal perbuatan atau kerja, maka nilai-nilai
tidak dapat dikatakan ada sebelum menyatakan diri dalam kegiatan-kegiatan
konkrit dan nyata. Kecintaan kepada Tuhan sebagai kebaikan, keindahan dan
kebenaran yang mutlak dengan sendirinya memancar dalam kehidupan sehari-
hari dalam hubungannya dengan alam dan masyarakat, berupa usaha-usaha
yang nyata guna menciptakan sesuatu yang membawa kebaikan, keindahan dan
kebenaran bagi sesama manusia "amal saleh" (harafiah: pekerjaan yang selaras
dengan kemanusiaan) merupakan pancaran langsung daripada iman. Jadi
Ketuhanan YME memancar dalam perikemanusiaan. Sebaliknya karena
Manusia mengenali dirinya sebagai makhluk yang nilai dan martabatnya dapat
sepenuhnya dinyatakan, jika ia mempunyai kemerdekaan tidak saja mengatur
hidupnya sendiri tetapi juga untuk memperbaiki dengan sesama manusia dalam
lingkungan masyarakat. Dasar hidup gotong-royong ini ialah keistimewaan dan
kecintaan sesama manusia dalam pengakuan akan adanya persamaan dan
kehormatan bagi setiap orang.
tidak bersyarat (kemerdekaan tak terbatas) maka sudah terang bahwa setiap
orang diperbolehkan mengejar dengan bebas segala keinginan pribadinya.
Akibatnya pertarungan keinginan yang bermacam-macam itu satu sama lain
dalam kekacauan atau anarchi. Sudah barang tentu menghancurkan masyarakat
dan meniadakan kemanusiaan sebab itu harus ditegakkan keadilan dalam
masyarakat. Siapakah yang harus menegakkan keadilan dalam masyarakat?
Sudah barang pasti ialah masyarakat sendiri, tetapi dalam prakteknya diperlukan
adanya satu kelompok dalam masyarakat yang karena kualitas-kualitas yang
dimilikinya senantiasa mengadakan usaha-usaha menegakkan keadilan itu
dengan jalan selalu menganjurkan sesuatu yang bersifat kemanusiaan serta
mencegah terjadinya sesuatu yang berlawanan dengan kemanusiaan.
Kualitas yang harus dipunyai, rasa kemanusiaan yang tinggi sebagai pancaran
kecintaan yang tak terbatas pada Tuhan. Di samping itu diperlukan kecakapan
yang cukup. Kelompok orang-orang itu adalah pemimpin masyarakat. Memimpin
adalah menegakkan keadilan, menjaga agar setiap orang memperoleh hak
asasinya dan dalam jangka waktu yang sama menghormati kemerdekaan orang
lain dan martabat kemanusiaannya sebagai manifestasi kesadarannya akan
tanggung jawab sosial.
Dalam masyarakat yang tidak adil, kekeyaan dan kemiskinan akan terjadi dalam
kualitas dan proporsi yang tidak wajar sekalipun realitas selalu menunjukkan
perbedaan-perbedaan antara manusia dalam kemampuan fisik maupun mental
namun dalam kemiskinan dalam masyarakat dengan pemerintah yang tidak
menegakkan keadilan adalah keadilan yang merupakan perwujudan dari
kezaliman. Orang-orang kaya menjadi pelaku daripada kezaliman sedangkan
orang-orang miskin dijadikan sasaran atau korbannya. Oleh karena itu sebagai
yang menjadi sasaran kezaliman, orang-orang miskin berada dipihak yang benar.
Pertentangan antara kaum miskin menjadi pertentangan antara kaum yang
menjalankan kezaliman dan yang dizalimi. Dikarenakan kebenaran pasti menag
terhadap kebhatilan, maka pertentangan itu disudahi dengan kemenangan tak
terhindar bagi kaum miskin, kemudian mereka memegang tampuk pimpinan
dalam masyarakat.
Pembagian ekonomi secara tidak benar itu hanya ada dalam suatu masyarakat
yang tidak menjalankan prisip Ketuhanan YME, dalam hal ini pengakuan
berketuhanan YME tetapi tidak melaksanakannya sama nilainya dengan tidak
berketuhanan sama sekali. Sebab nilai-nilai yang tidak dapat dikatakan hidup
sebelum menyatakan diri dalam amal perbuatan yang nyata.
oleh harta benda. Tidak lagi seorang pekerja menguasai hasil pekerjaanya, tetapi
justru dikuasai oleh hasil pekerjaan itu. Produksi seorang buruh memperbesar
kapital majikan dan kapital itu selanjutnya lebih memperbudak buruh. Demikian
pula terjadi pada majikan bukan ia menguasai kapital tetapi kapital itulah yang
menguasainya. Kapital atau kekayaan telah menggenggam dan memberikan
sifat-sifat tertentu seperti keserakahan, ketamakan dan kebengisan.
Oleh karena itu menegakkan keadilan bukan saja dengan amar ma'ruf nahi
munkar sebagaimana diterapkan dimuka, tetapi juga melalui pendidikan yang
intensif terhadap pribadi-pribadi agar tetap mencintai kebenaran dan menyadari
secara mendalam akan andanya tuhan. Sembahyang merupakan pendidikan
yang kontinue, sebagai bentuk formil peringatan kepada tuhan. Sembahyang
yang benar akan lebih efektif dalam meluruskan dan membetulkan garis hidup
manusia. Sebagaimana ia mencegah kekejian dan kemungkaran. Jadi
sembahyang merupakan penopang hidup yang benar. Sembahyang
menyelesaikan masalah - masalah kehidupan, termasuk pemenuhan kebutuhan
yang ada secara instrinsik pada rohani manusia yang mendalam, yaitu
kebutuhan sepiritual berupa pengabdian yang bersifat mutlak.
Pengabdian yang tidak tersalurkan secara benar kepada tuhan YME tentu
tersalurkan kearah sesuatu yang lain. Dan membahayakan kemanusiaan.
Dalam hubungan itu telah terdahulu keterangan tentang syirik yang merupakan
kejahatan fundamental terhadap kemanusiaan. Dalam masyarakat, yang adil
mungkin masih terdapat pembagian manusia menjadi golongan kaya dan miskin.
Tetapi hal itu terjadi dalam batas - batas kewajaran dan kemanusian dengan
pertautan kekayaan dan kemiskinan yang mendekat. Hal itu sejalan dengan
dibenarkannya pemilikan pribadi (Private ownership) atas harga kekayaan dan
adanya perbedaan - perbedaan tak terhindar dari pada kemampuan -
kemampuan pribadi, fisik maupun mental. Walaupun demikian usaha - usaha
kearah perbaikan dalam pembagian rejeki ke arah yang merata tetap harus
dijalankan oleh masyarakat. Dalam hal ini zakat adalah penyelesaian terakhir
masalah perbedaan kaya dan miskin itu. Zakat dipungut dari orang - orang kaya
dalam jumlah presentase tertentu untuk dibagikan kepada orang miskin.
Zakat dikenakan hanya atas harta yang diperoleh secara benar, Syah dan halal
saja. Sedang harta kekayaan yang haram tidak dikenakan zakat tetapi harus
dijadikan milik umum guna manfaat bagi rakyat dengan jalan penyitaan oleh
pemerintah. Oleh karena itu, sebelum penarikan zakat dilakukan terlebih dahulu
harus dibentuk suatu masyarakat yang adil berdasarkan ketuhanan Tuhan Yang
Maha Esa, dimana tidak lagi didapati cara memperoleh kekayaan secara haram,
diman penindasan atas manusia oleh manusia dihapus.
Hal itu semuanya merupakan kebenaran karena pada hakekatnya seluruh harta
kekayaan ini adalah milik Tuhan. Manusia seluruhnya diberi hak yang sama atas
kekayaan itu dan harus diberikan bagian yang wajar dari padanya.
Pemilikan oleh seseorang (secara benar) hanya bersifat relatif sebagai mana
amanat dari Tuhan. Penggunaan harta itu sendiri harus sejalan dengan yang
dikehendaki tuhan, untuk kepentingan umum. Maka kalau terjadi kemiskinan,
orang - orang miskin diberi hak atas sebagian harta orang - orang kaya, terutama
yang masih dekat dalam hubungan keluarga. Adalah kewajiban negara dan
masyarakat untuk melindungi kehidupan keluarga dan memberinya bantuan dan
dorongan. Negara yang adil menciptakan persyaratan hidup yang wajar
sebagaimana yang diperlukan oleh pribadi-pribadi agar diandan keluarganya
dapat mengatur hidupnya secara terhormat sesuai dengan kainginan-
keinginannya untuk dapat menerima tanggungjawab atas kegiatan-kegiatnnya.
Dalam prakteknya, hal itu berarti bahwa pemerintah harus membuka jalan yang
mudah dan kesempatan yang sama kearah pendidikan, kecakapan yang wajar
kemerdekaan beribadah sepenuhnya dan pembagian kekayaan bangsa yang
pantas.
Demikianlah segala sesuatu berubah, kecuali tujuan akhir dari segala yang ada
yaitu kebenaran mutlak (Tuhan). Jadi semua nilai yang benar adalah bersumber
atau dijabarkan dari ketentuan-ketentuan hukum-hukum Tuhan. Oleh karena itu
manusia berikhtiar dan merdeka, ialah yang bergerak. Gerakan itu tidak lain dari
pada gerak maju kedepan (progresif). Dia adalah dinamis, tidak setatis. Dia
bukanlah seorang tradisional, apalagi reaksioner. Dia menghendaki perubahan
terus menerus sejalan dengan arah menuju kebenaran mutlak. Dia senantiasa
mencarai kebenaran-kebenaran selama perjalanan hidupnya. Kebenaran-
kebenaran itu menyatakan dirinya dan ditemukan didalam alam dari sejarah umt
manusia.
Jadi ilmu pengetahuan adalah persyaratan dari amal soleh. Hanya mereka yang
dibimbing oleh ilmu pengetahuan dapat berjalan diatas kebenaran-kebenaran,
yang menyampaikan kepada kepatuhan tanpa reserve kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Dengan iman dan kebenaran ilmu pengetahuan manusia mencapai
puncak kemanusiaan yang tertinggi.
Ilmu pengetahuan ialah pengertian yang dipunyai oleh manusia secara benar
tentang dunia sekitarnya dan dirinya sendiri. Hubungan yang benar antara
manusia dan alam sekelilingnya ialah hubungan dan pengarahan. Manusia harus
menguasai alam dan masyarakat guna dapat mengarahkanya kepada yang lebih
baik. Penguasaan dan kemudian pengarahan itu tidak mungkin dilaksanakan
tanpa pengetahuan tentang hukum-hukumnya agar dapat menguasai dan
menggunakanya bagi kemanusiaan. Sebab alam tersedia bagi ummat manusia
bagi kepentingan pertumbuhan kemanusiaan. Hal itu tidak dapat dilakukan
kecuali mengerahkan kemampuan intelektualitas atau rasio. Demikian pula
manusia harus memahami sejarah dengan hukum-hukum yang tetap. Hukum
sejarah yang tetap (sunatullah untuk sejarah) yaitu garis besarnya ialah bahwa
manusia akan menemui kejayaan jika setia kepada kemanusiaan fitrinya dan
menemui kehancuran jika menyimpang dari padanya dengan menuruti hawa
nafsu.
Dari seluruh uraian yang telah lalu dapatlah diambil kesimpulan secara garis
besar sbb :
1. Hidup yang benar dimulai dengan percaya atau iman kepada Tuhan. Tuhan
YME dan keinginan mendekat serta kecintaan kepada-Nya yaitu takwa. Iman
dan takwa bukanlah nilai yang statis dan abstrak. Nilai-nilai itu mamancar
dengan sendirinya dalam bentuk kerja nyata bagi kemanusiaan dan amal
saleh. Iman tidak memberi arti apa-apa bagi manusia jika tidak disertai
dengan usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan yang sungguh-sungguh untuk
menegakkan perikehidupan yang benar dalam peradaban dan berbudaya.
2. Iman dan takwa dipelihara dan diperkuat dengan melakukan ibadah atau
pengabdian formil kepada Tuhan, ibadah mendidik individu agar tetap ingat
dan taat kepada Tuhan dan berpegang tuguh kepada kebenaran sebagai
mana dikehendaki oleh hati nurani yang hanif. Segala sesuatu yang
menyangkut bentuk dan cara beribadah menjadi wewenang penuh dari pada
Dengan demikian tugas hidup manusia menjadi sangat sederhana yaitu beriman,
berilmu dan beramal.
dikehendaki Tuhan untuk disesatkan maka dadanya dijadikan sempit dan sesak,
seakan-akan dia sedang naik kelangit”.
11. Al-Qur’an S.Ali-Imran (III) 123, artinya : “ ( orang yang bertaqwa itu ) mereka yang
dapat menahan marah, suka memaafkan kepada sesama manusia dan Tuhan cinta
kepada orang orang yang selalu berbuat baik “.
12. Al-Qur’an. S. Baiynah ( XCVIII) 5. artinya : “ Mereka tidaklah diperintahkan kecuali
untuk berbakti kepada Tuhan dengan mengikhlaskan agama (kebatinan) semata-
mata kepada-Nya secara Hanief (mencari kebenaran) menegakkan sembahyang
mengeluarkan zakat,itulah jalan (agama) yang benar.”
13. Al-qur’an, S. Al-Baqarah (II) 28 ,artinya : ’’Tuhan memberikan kebijaksanaan kepada
siapa saja yang dikenhendaki-Nya. Maka barang siapa yang mendapat
kebijaksanaan itu sesungguhnys dia telah memperoleh kebaikan yang melimpah.
Dan tidak memikirkan hal itu kecuali orang-orang yang berasal “.
14. Al-Qur’an,S. Al-Insan (LXXVI) 8-9, artinya : “ Dan mereka itu memberikan makan
kepada orang miskin Anak-anak yatim dan orang tertawa atas dasar sukarela
mereka berkata : Kami memberi makan kepadamu semata-mata hanya karena diri
Tuhan (mencari ridho-Nya) bukan karena mengharapkan balasan atau ucapan terima
kasih.
15. Dari kesimpulan dari gambaran surat Al-qura’an, S Al-baqarah (II) 263, artinya :’’hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu menggugurkan sedekahnya dengan
cacian dan celaan, sebagaimana orang yang mendarmakan hartanya karena pamrih
kepada sesama manusia serta tidak percaya kepada Tuhan dan hari kemudian.
Maka perumpamaan baginya adalah seperti batu yang di atasnya ada debu dan
kemudian di sapu oleh hujan dan batu itu tertinggal licin. Mereka itu sedikitpun
menguasai apa yang telah mereka kerjakan.’’
16. Disimpulkan dari Al-qur’an, S. Fatir (XXXV), artinya : “ Barang siapa menghendaki
kemudian itu aada pada Tuhan, kpada-Nya ucapan yang baik menuju pekerjaan
yang diangkat-nya.
3. Al – qur’an, S. Ali – Imran (III) 19, artinya : “Sesungguhnya agama itu bagi Tuhan
adalah penyerahan diri (Islam).”
4. Al – qur’an, S. Al – Ahzab (XXXIII) 49, artinya : “Mereka yang menyampaikan ajaran
– ajaran Tuhan dan tidak menghambakan dirinya kepada siapapun selain kepada
Tuhan dan cukuplah Tuhan yang memperhitungkan (amal mereka).”
5. Al – qur’an, S. Asy – Syu’ara (XXVI) 226, artinya : “Dan sesungguhnya mereka itu
mengatakan hal – hal yang mereka tidak kerjakan.”
6. Tentang rangkaian tak terpisahkan dari pada iman dan amal saleh dapat dilihat dari
pengulangan tidak kurang dari lima puluh kali kata – kata Aamu wa’amilus shaihat
dan terdapat dimana – mana di dalam Al – qur’an.
7. Al – qur’an, S. Ann – Nur (XXVI) 39, artinya : ‘Orang – orang kafir itu amal dan
perbuatannya bagaikan fata morgana di satu lembah. Orang yang kehausan
mengirimnya air, tetapi setelah ditanda tanganinya tidak didapatnya suatu apapun.”
8. Al – qur’an, S. Al – Baqarah (II) 109, artinya : “Apakah orang yang mendirikan
bangunannya di atas dasar taqwa kepada Tuhan dan mencari ridho-Nya itu lebih
baik, ataukah orang yang mendirikan bangunannya pada tepi jurang yang retak
kemudian roboh bersamanya masuk neraka jahanam.”
9. Al – qur’an, S. Lukman (XXXI) 13, artinya : “Sesungguhnya syirik itu kesalahan yang
besar.”
10. Imam tidak mungkin bercampur dengan kejahatan, sebagai mana tersimpul dalam Al
– qur’an, S. Al – An’am (VI) 84, artinya : ‘Mereka yang beriman dan tidak mencampur
iman mereka dengan kejahatan, mereka itulah yang mendapat petunjuk.”
11. Hadist, artinya : “Sesungguhnya yang paling khawatirkan sekalian ialah syirik kecil
yaitu ria (pamrih).”
12. Disimpulkan dari titik perpisahan antara orang – orang kafir pemegang Kitab Suci
(Kristen dan Yahudi) dalam al – Qur’an, S. Ali Imran (111) 64, artinya : “Katakanlah :
Hai orang pemegang Kitab Suci Kristen dan Yahudi marilah kamu sekalian menuju
titik persamaan antara kami (ummat Islam0 dan kamu, yaitu bahwa kita tidak
mengabdi kecuali pada Tuhan Yang Maha Esa kita tidak sedikitpun membuat syirik
kepada-Nya dan tidak pula sebagian kita mengangkat sebagian yang lain menjadri
Tuhan – tuhan (dengan kekuasaan dan wewenang seperti dan Tuhan Yang Maha
Esa) selain Tuhan Yang Maha Esa, Kemudian jika mereka mengejak katakanlah :
Jadilah kamu sekalian sebagai saksi kepada Tuhan saja”.
13. Al – Qur’an, S. An – Nahl (XVI) 90, artinya : “Sesungguhnya Tuhan memerintahkan
untuk menegakkan keadilan dan menguasahakan perbaikan.”
9. Al – Qur’an, S. At – Taubah (IX) : 75, artinya : “Dan jika orang – orang (Jahat) itu
bertaubat maka kebaikan bagi mereka, tetap jika mereka membanggakan maka
Tuhan akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih di dunia dan akhirat.”
10. Al – Qur’an, S. An – Nahl 30, artinya : “Dan mereka yang be ang dijalan-Ku
(kebenaran), maka pasti Aku tunjukkan jalannya (mencapai tujuan) sesungguhnya
Tuhan itu cinta kepada orang – orang yang selalu berbuat baik (progresif).”
11. Al – Qur’an, S. Al – Hujarat (XLIX) 13, artinya : “Hai sekalian ummat manusia,
sesungguhnya Kami (Tuhan) telah menciptakan kamu dari laki – laki dan perempuan
dan kami jadikan berbangsa – bangsa dan bersuku – suku ialah agar kami saling
mengenal, sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu bagi Tuhan ialah yang
paling bertaqwa (cin kebenaran) sesungguhnya Tuhan itu Maha Mengetahui dan
Maha Meneliti.”
Al – Qur’an, S. Al – Hujarat (XLIX) 10, artinya : “Sesungguhnya orang – orang yang
beriman (cinta kebenaran) itu bersaudara, maka usahakanlah adanya kerukunan dan
diantara golongan saudaramu.”
Tuhan (jalan kebenaran). Demikian juga karena mereka mengambil riba padahal
sudah dilarang, dan karena mereka merampas harta kekayaan manusia dengan cara
yang tidak benar (batil).
Demikianlah juga dapat disimpulkan dari seruan Nabi Syu’ib kepada rakhatnya Nabi
Syu’ib adalah suatu prototype dari masyarakat yang tidak adil atau kapatalis)
tersebut di tiga tempat, antara lain ialah Al – Quran, Surat Asy-Syu’ara (XXVI) 182 –
183, artinya : “Dan timbanglah dengan ukuran yang betul (adil) serta janganlah
merampas harta milik sesama manusia dan janganlah kamu melakukan kejahatan di
muka bumi ini sambil membuat kekacauan.”
Terjadinya tindakan – tindakan atas sesama manusia (exploitation del’homeper
I’home) dipahamkan dari firman Tuhan dalam Al – Qur’an, Surat Al – Baqarah (11)
279, artinya : “ ....... Dan jika kami tau’bat (berhenti menjalankan riba atau
penindasan kapitalis) maka kamu memperoleh kembali capital – capitalmu kami tidak
boleh mendalami (memerlukan secara tidak adil, menindas) dan tidak pula boleh
didzalimi (diperlukan tidak adil, ditindas).”
“Jaminan kemenangan bagi kaum miskin dalam (Al – Quran juga disebut secara
khusus dengan Al – Mustaz afun adapun, artinya orang – orang yang dilemahkan
atau dijadikan hina – dina, ditindas), tersebut dalam rangkaian cerita Fieaun yaitu S.
Al Qashahs (XXVII) 5, artinya : “Dan Kami (Tuhan) menghendaki untuk memberikan
pertolongan kepada kaum tertindas di bumi, untuk menjadikan pula mereka itu
pewaris – pewaris.”
12. Pemberantasan kapitalisme harus dilakukan dengan konsekuen, bila perlu dengan
menyatakan perang kepada kaum kapitalis, sesuai dengan perintah. Tuhan dalam Al
– Qu’ran, S. Al – Baqarah (11) 278, artinya : “Hai orang – orang yang beriman
bertaqwalah kamu benar – benar beriman. Jika tidak kamu kerjakan (perintah
meninggalkan riba) maka bersiaplah kamu sekalian terhadap adanya perang dari
Tuhan dan Rasul-Nya (perang suci jihad. Tetapi jika kamu taubat (berhenti dari
penindasan kapitalis) maka kamu dapat memperoleh kembali capital – Kapitalmu.
Kamu tidak menindas dan tidak pula ditindas.”
13. Al – Qur’an, S. Humazah (CIV) 1-2-3, artinya : Celakalah bagi setiap pencerca (kaum
sinis kepada kebenaran) yang suka mengumpulkan harta dn menghitung-hitungnya,
dia mengira hartanya itu bakal mengekekalkannya.
14. Kaum muslimin yang seharusnya mempelopori tugas suci itu. Kaum musimin
digambarkan dalam Al – Qu’ran, S. Ali Imran (111) 110, artinya : “Kamu adalah
sebaik-baiknya golongan yang diketengahkan diantara manusia karena kamu selalu
menganjurkan pada kebaikan dan mencegah daripada kejahatan dan kamu semua
beriman kepada Tuhan.”
15. Al – Qu’ran, S. Ash-Shaf (LXI) 2-3, artinya : “Hai orang yang beriman, mengapakah
kamu mengatakan sesuatu yang kamu tidak kerjakan.”
16. Al – Qu’ran, S. Al-Ankabut (XXIX) 45, artinya : “Sesungguhnya sembahyang itu
mencegah kekejian-kekejian dan sungguh selalu ingat kepada Tuhan itu merupakan
suatu Yang Agung.”
17. Hadist : “Sembahyang adalah tiang agama, barang siapa mengerjakan berarti
menegakkan agama dan barang siapa meninggalkannya berarti merobohkan
agama.”
18. Al – Qu’ran, S. Lukman (XYXI) 30, artinya : “Demikianlah, sebab sesungguhnya
Tuhan itulah dan sesungguhnya apa yang mereka pula selain-Nya adalah kepalsuan
dan sesungguhnya Tuhan itu Maha Tinggi dan Maha Agung.”
19. Al – Qu’ran, S. Ar-Rum (XYX) 37, artinya : “Tidaklah mereka mellihat bahwa Tuhan
melapangkan rizki (ekonomi) bagi siapa saja yang Ia kehendaki dan
menyempitkannya, sesungguhnya dalam hal itu ada pelajaran-pelajaran bagi orang
yang beriman.”
20. Al – Qu’ran, S. At-Taubah (IX) 60, artinya : “Sesungguhnya sedekah (zakat) itu untuk
fakir miskin.’
21. Al – Qu’ran, S. Al-Baqarah (11) 188, artinya : “Dan janganlah kamu memakan harta
dengan cara yang batil (tidak benar) diantara kamu, dan kamu mengadakan hal itu
kepada hakim-hakim (pemerintah) agar kamu dapat mengambil bagian dari harta
orang lain dengan dosa, pada hal kamu mengetahui.”
22. Al – Qu’ran, S. Furqan (XXV) 67, artinya : “Dan mereka yang apabila
mempergunakan hartanya tidak berlebihan dan tidak pula kekurangan, melainkan
kepada dalam keseimbangan antara keduanya.”
23. Al – Qu’ran, S. Al-Isra (XVII) 67, artinya : “Berikanlah kepada keluarga itu haknya
(dari harta yang kami miliki) demikian juga kepada orang miskin dan kepada orang
terlantar dan janganlah berlebihan itu adalah kawan-kawan setan sedangkan setan
ingkar kepada Tuhannya.”
24. Al – Qu’ran, S. Al-Isra (XVII) 16, artinya : “Apabila Kami (Tuhan) menghendaki untuk
menghancurkan suatu negeri. Kami berikan kesempatan kepada orang-orang yang
mewah di negeri itu untuk memerintah, kemudian mereka membuat kecurangan-
kecurangan di negeri itu maka benar-benar terjadilah keputusan kata (vonis) atas
negeri itu, lalu kami hancurkan.”
25. Al – Qu’ran, S. Muhammad (XLVII) 38, artinya : “Demikianlah kamu orang-orang
yang diserukan untuk mempergunakan hartamu di jalan Tuhan (untuk kebaikan
kepentingan umum), maka diantara kamu ada yang kikir dan barang siapa kikir maka
sesungguhnya ia kikir pada dirinya sendiri. Tuhan tidak memerlukan sesuatupun
tetapi kamulah yang memerlukan dan kalau kamu berpaling tidak mau
mempergunakan harta untuk kebaikan umum. Tuhan akan menggantikan kamu
dengan golongan lain kemudian mereka tidak lagi seperti kamu.”
26. Al – Qu’ran, S. Thaha (XX) 6, 63, 4, 123, 131, 132 artinya : “Ingatlah bahwa
sesungguhnya kepunyaan Tuhanlah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumu.”
27. Al – Qu’ran, artinya : “Adalah Kami (Tuhan) yang sesungguhnya menempatkan kamu
ke bumi dan membuat untuk kami sekalian di dalamnya prikehidupan mata
pencaharian.”
28. Al – Qu’ran, S. Al-Hadid (LVII) 7, artinya : “Berimanlah kamu kepada Tuhan dan
Rasulnya dan dermakanlah dari harga kamu jadikan oleh Tuhan untuk
mengurusnya.”
29. Al – Qu’ran, S. Al-Isra (XVII) 67, artinya : “Dan berikanlah kepada mereka (orang-
orang miskin) itu dari harta Tuhan yang telah diberkahkan-Nya kepadamu.”
30. Al – Qu’ran, S. Al-Ma’aridi (LXX) 24-25, artinya : “Dan orang-orang pada harta
mereka terdapat hak yang pasti bagi orang miskin yang meminta-minta maupun yang
tidak minta-minta.”
10. Al – Qu’ran, S. As Syam (XCI) 9-10, artinya : “Sungguh berbahagialah dia yang
membersihkannya, (sisinya) dan sungguh celakalah bagi mereka yang mengotorinya
(dirinya)”
11. Al – Qu’ran, S. Yusuf (XI) 111, artinya : “Sungguh dalam riwayat mereka itu terdapat
pelajaran bagi orang-orang yang berfikir”
A. Silabus
Metode:
Menjunjung tinggi kearifan lokal
Evaluasi:
Test Partisipatif, Test Objektif/subjektif dan penugasan
Referensi:
1. Nilai Dasar Perjuangan HMI
2. Ade Komaruddin dan Muchhrijin Fauzi (ed) HMI Menjawab Tantangan
Zaman, PT. Gunung Kelabu, 1992
3. Asghar Ali Engginar, Islam dan Theologi Pembebasan, Pustaka Pelajar
1999
4. Ali Syari’ati, Ideologi Kaum Intelektual: Satuan Wawasan Islam, Mizan 1992
5. M. Rusli Karim, HMI MPO Dalam Pergulatan Politik Indonesia, Mizan, 1997
6. Moeslim Abdurrahman, Islam Transformatif, Pustaka Firdaus
7. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HMI
8. Ramli H.HM Yusuf (ed), Lima Puluh Tahun HMI mengabdi Republik, LASPI,
1997
9. Dr. Fiktor Imanuel Tanja, HMI sejarah dan Kedudukannya di tengah
kedudukan Muslim Pembaharu Indonesia, Sinar Harapan, 1982
10. Referensi Lain Yang Relevan.
B. Materi Terurai
Pengantar
Mission merupakan tugas dan tanggung jawab yang diemban, sehingga mission
HMI dapat diartikan sebagai tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh kader
HMI. Sebagai organisasi kader yang memiliki platform yang jelas, sejak awal
berdirinya HMI mempunyai komitmen asasi yang disebut dengan dua komitmen
asasi, yakni (1) Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi
derajat bangsa Indonesia, yang dikenal dengan komitmen kebangsaan, dan (2)
Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam, yang dikenal dengan wawasan
keislaman/keumatan.
Kesatuan dari kedua wawasan ini disebut dengan wawasan integralistik, yakni
cara pandang yang utuh melihat bangsa Indonesia terhadap tugas dan tanggung
jawab yang harus dilakukan sebagai warga negara dan umat Islam Indonesia.
Penerjemahan komitmen HMI ini disesuaikan dengan konteks jaman, sehingga
HMI selalu aktual dan mampu tampil di garda terdepan dalam setiap even.
Bila dicermati belakangan ini bisa dikatakan bahwa HMI mengalami stagnasi,
untuk tidak dikatakan degradasi. Hampir tidak ada gagasan cerdas yang
disumbangkan oleh HMI di tengah carut marut dan tunggang langgangnya
tatanan republik ini, dimana masalah disintegrasi perlu segera diatasi, masalah
ekonomi mendesak untuk segera diperbaiki, masalah supremasi hukum yang
harus ditegakkan, masalah pendidikan mendesak untuk diperhatikan, dan
masalah-masalah lain yang melingkari, seperti budaya, pertahanan keamanan,
yang kesemuanya membutuhkan penanganan secepatnya. Singkatnya,
Indonesia sekarang sedang diterma krisis multi dimensional. Di tengah kondisi
ini, komitmen HMI tidak lebih dari sebatas slogan tanpa jiwa.
Oleh sebab itu untuk mendongkrak kembali ghirah kader HMI dalam berperan
serta untuk penyelesaian problematika bangsa dan umat perlu adanya
reaktualisasi mission HMI dalam jiwa kader HMI melalui proses perkaderan yang
selama ini perjalanannya tidak lebih hanya sebagai proses pencapaian status
dengan meninggalkan makna sesungguhnya, yaitu sebagai proses pembentukan
kader yang memiliki karakter, nilai dan kemampuan, yang berusaha melakukan
transformasi watak dan kepribadian seorang muslim yang utuh (kaffah), sehingga
TUJUAN HMI
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, tujuan HMI adalah “Terbinanya insan
akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertangung jawab
atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT” (pasal 4 AD
HMI). Dari tujuan tersebut dapat dirumuskan menjadi lima kualitas insan cita,
yakni kualitas insan akademis, kualitas insan pencipta, kualitas insan pengabdi,
kualitas insan bernafaskan Islam, dan kualitas insan yang bertanggung jawab
atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
Kualitas insan cita HMI adalah merupakan dunia cita yang terwujud oleh HMI di
dalam pribadi seorang manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan serta
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 60
Pada pokoknya insan cita HMI merupakan “Man of future” insan pelopor yaitu
insan yang berfikiran luas dan berpandangan jauh, bersikap terbuka, terampil
atau ahli dalam bidangnya, dia sadar apa yang menjadi cita-citanya dan tahu
bagaimana mencari ilmu perjuangan untuk secara kooferatif bekerja sesuai
dengan yang dicita-citakan. Ideal type dari hasil perkaderan HMI adalah “man of
inovator” (duta-duta pembantu). Penyuara “Idea of Progress” insan yang
berkeperibadian imbang dan padu, kritis, dinamis, adil dan jujur tidak takabur dan
bertaqwa kepada Allah Allah SWT. Mereka itu manusia-manusia uang beriman
berilmu dan mampu beramal saleh dalam kualitas yang maksimal (insan kamil)
Dari liam kualitas lima insan cita tersebut pada dasarnya harus memahami dalam
tiga kualitas insan Cita yaitu kualitas insan akademis, kualitas insan pencipta dan
kualitas insan pengabdi. Ketiga insan kualitas pengabdi tersebut merupakan
insan islam yang terefleksi dalam sikap senantiasa bertanggung jawab atas
terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang ridhoi Allah SWT.
Yang dimaksud dengan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT adalah
masyarakat yang menjalankan kehidupannya selalu berlandaskan atas asas
keadilan sehingga tercapai kemakmuran dan dalam perjalanan pencapaian
masyarakat adil makmur tersebut tidak mendobrak aturan Allah yang tertuang
dalam Al-Qur’an sehingga adil makmur yang dicapai oleh masyarakat meruapak
adil makmur yang dikehendaki oleh Allah SWT. Jadi setiap usaha dalam
pencapaian masyarakat adil makmur harus berpedoman pada ajaran Islam yang
tertuang dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Hubungan antara asas, tujuan, sifat, status, fungsi dan peran HMI secara integral
adalah dalam pencapaian dan memperjuangkan mission HMI harus dilakukan
secara utuh dan menyeluruh, dan satu sama lain saling mempengaruhi, dan
menentukan sehingga tidak bisa ditinjau secara parsial.
A. Silabus
Metode :
Menjunjung tinggi kearifan lokal
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 63
Evaluasi :
Test Partisipatif, test objektif/subjektif
Referensi :
1. Amin Wijaya T, Manajemen Strategik, PT. Gramedia, 1996
2. Charles J. Keating, Kepemimpinan dalam manajemen, Rajawali Pers, 1995
3. Dr. Ir. S.B. Lubis & Dr. Martani Hoesaini, Teori Organisasi: Suatu pendekatan
makro, Pusat studi antar Universitas Ilmu-ilmu sosial Universitas Indonesia,
1987
4. James. L. Gibson, Manajemen, Erlangga, 1986
5. J. salusu, Pengembangan Kaqputusan Strategik, Gramedia, 1986
6. Mifta Thoha, Kepemimpinan dan manajemen, Rajawali Pers, 1995
7. Nilai Dasar Perjuangan HMI
8. Richard M. Streers, Efektifitas Organisasi, (sari manajemen), Erlangga, 1985
9. Winardi, Kepemimpinan Manajemen, Rineka Cipta, 1990
10. Dan referensi lain yang relevan
B. Materi Terurai
Kepemimpinan
Kepemimpinan (leadership) telah didefinisikan dengan berbagai cara yang
berbeda oleh berbagai orang yang berbeda pula. Menurut Stoner, Kepemimpinan
dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh
pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan
tugasnya.
Tujuan Kepemimpinan
Nampaknya sukar dibedakan antara tujuan dan fungsi kepemimpinan, lebih-lebih
kalau dikaji secara praktis kedua-duanya mempunyai maksud yang sama dalam
menyukseskan proses kepemimpinan namun secara definitif kita dapat
menganalisanya secara berbeda. Tujuan kepemimpinan merupakan kerangka
ideal / filosofis yang dapat memberikan pedoman bagi setiap kegiatan pemimpin,
sekaligus menjadi patokan yang harus dicapai. Sehingga tujuan kepemimpinan
agar setiap kegiatan yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan yang inginkan
secara efektif dan efisien.
Fungsi kepemimpinan
Agar kelompok berjalan dengan efektif, seseorang harus melaksanakan dua
fungsi utama ; (1) fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas (“task-related”)
atau pemecahan masalah, dan (2) fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok
(“group-maintenance”) atau sosial.
Fungsi pertama menyangkut pemberian saran penyelesaian, informasi dan
pendapat. Fungsi kedua mencakup segala sesuatu yang dapat membantu
kelompok berjalan lebih lancar- persetujuan dengan kelompok lain, pnengahan
perberdaan pendapat, dan sebagainya.
2) Organisasi
Menurut Chester Bernard, Organisasi adalah sistem kegiatan kerjasama
(cooperative activities) dari dua orang atau lebih.
Menurut G.R. Terry, Organisasi adalah berasal dari kata organism yaitu suatu
struktur dengan bagian-bagian yang demikian dintegrasi hingga hubungan
mereka satu sama lain dipengaruhi oleh hubungan mereka dengan
keseluruhan orang terdiri dua bagian pokok yaitu bagian-bagian dan
hubungan-hubungan.
Dari beberapa pengertian di atas ada tiga unsur yang menonjol dan perlu
diperhatikan, yakni :
♦ Bahwa organisasi bukanlah tujuan, melainkan hanya alat untuk mencapai
tujuan atau alat untuk melaksanakan tugas pokok. Berhubungan dengan
itu susunan organisasi haruslah selalu disesuaikan dengan
perkembangan tujuan atau perkembangan tugas pokok.
♦ Organisasi adalah wadah serta proses kerjasama sejumlah manusia yang
terikat dalam hubungan formal.
♦ Dalam organisasi selalu terdapat rangkaian hirarki, artinya dalam suatu
organisasi selalu terdapat apa yang dinamakan atasan dan apa yang
dinamakan bawahan.
Fungsi-Fungsi Organisasi :
♦ Mengatur tugas dan kegiatan kerjasama sebaik-baiknya ;
♦ Mencegah kelambatan-kelambatan kerja serta kesulitan yang dihadapi ;
♦ Mencegah kesimpangan kerja ;
♦ Menentukan pedoman-pedoman kerja.
Keuntungan-keuntungan Organisasi :
Organisasi yang baik memberikan keuntungan sebagai berikut :
♦ Setiap orang akan mengerti tugasnya masing-masing ;
♦ Memperjelas hubungan kerja para anggota organisasi ;
♦ Terdapat koordinasi yang tepat antar unit kerja ;
♦ Menggunakan tenaga kerja sesuai dengan kemampuan dan minat ;
♦ Agar kegiatan administrasi dan manajemen dapat dilakuakn secara efektif
dan efisien.
Unsur-unsur Organisasi :
Pada hakikatnya organisasi terbentuk dari sekelompok orang, kerjasama dan
tujuan bersama.
KHARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN
Sifat-Sifat Rasul sebagai Etos Kerja
Dalam Islam kepemimpinan adalah bagian dari kepribadian Islam, sabda
Rasulullah Saw. “ Setiap orang dari kamu adalah pemimpin dan kamu
bertanggngjawab terhadap kepemimpinan itu” (Shahih Bukhari & Muslim)
Tipe-tipe Kepemimpinan
Dilihat bagaimana pemimpin itu menggunakan kekuasaannya, ditentukan tiga
buah tipe dasar, yakni :
1) Tipe Otoriter (autocratic)
Pemimpin yang bertipe demikian dipandang sebagai orang yang memberikan
perintah dan mengharapkan pelaksanaannya secara dogmatis dan selalu
positif. Dengan segala kemampuannya, ia berusaha menakut-nakuti
bawahannya dengan jalan memberikan hukuman tertentu bagi yang berbuat
negatif, dan hadiah untuk seorang bawahan yang bekerja dengan baik
(correct).
2) Tipe Demokratis atau Partisifasi
Pemimpin demikian mengadakan konsultasi dengan para bawahannya
mengenai tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan yang diusulkan /
dikehendaki oleh pimpinan serta berusaha memberikan dorongan untuk turut
serta aktif melaksanakan semua keputusan dan kegiatan-kegiatan yang telah
ditetapkan itu.
Unsur-unsur Manajemen
Unsur dasar yang merupakan sumber yang dapat digunakan untuk mencapai
tujuan dalam manajemen adalah :
♦ Man (manusia)
♦ Material (bahan)
♦ Machine (mesin / alat)
♦ Methods (tata kerja)
♦ Money (uang)
♦ Market (pasar)
Tingkatan Manajemen
Manajemen dalam organisasi, Pemimpin (manajer) dapat dibedakan menurut
tingkatan dan jenis pekerjaannya, yakni :
1) Menurut tingkatannya (hierarchie), pimpinan dalam organisasi dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
♦ Manajemen Puncak (Top Management)
♦ Manajemen Media (Middle Management)
♦ Manajemen Rendah (Lower Management)
2) Apabila dilihat dari Pembagian Kerjanya,. Yaitu antara kerja “pikir” dan kerja
“fisik”, dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a) Admistrative Management, pada tingkat “Top Management “
b) Middle Management, pada tingkat “Pimpinan Menengah”
c) Supervisory Management, ada di tingkat “Paling Bawah”
Ciri-cirinya :
♦ Garis komando langsung dari atasan ke bawahan atau dari pimpinan
tertinggi ke berbagai tingkat operasional.
♦ Masing-masing pekerja bertanggungjawab penuh terhadap semua
kegiatannya.
♦ Otoritas dan tangungjawab tertinggi pada puncak makin lama makin
berkurang menurut jenjang.
♦ Organisasinya kecil, begitu pula karyawannya sedikit.
♦ Hubungan kerja antara pimpinan dan bawahan bersifat langsung.
♦ Tujuan, alat-alat yang digunakan dan struktur organisasinya masih
sederhana.
♦ Pemilik organisasi biasanya menjadi pimpinan tertinggi.
Ciri-ciri Pokok :
♦ Organisasinya besar dan kompleks.
♦ Jumlah karyawannya banyak.
♦ Terdapat dua kelompok karyawan (lini dan staf) sebagaimana dijelaskan
di atas.
Kebaikan-kebaikannya :
♦ Adanya pembagian tugas yang jelas antara kelompok lini yang
melaksanakan tugas pokok organisasi, dan kelompok staf yang
melaksanakan kegiatan penunjang.
♦ Asas spesialisasi dapat dijalankan, menurut bakat bawahan yang
berbeda-beda.
♦ Prinsip “the right man in the right place” dapat diterapkan dengan mudah.
♦ Koordinasi mudah dijalankan dalam setiap unit kegiatan.
♦ Tipe organisasi demikian dapat dipergunakan oleh organisasi-organisasi
yang lebih besar / kompleks.
Keburukannya :
♦ Pemimpin lini sering mengabaikan advis staf.
♦ Pimpinan staf sering mengabaikan gagasan-gagasan.
♦ Ada kemungkinan pimpinan staf melampaui kewenangan stafnya.
♦ Perintah-perintah lini, nasihat-nasihat dan perintah-perintah staf sering
agak membingungkan anggota. Hal ini dapat terjadi, karena kedua jenis
hirarki ini tidak selalu seirama dalam memandang sesuatu.
Meskipun terdapat kelemahan-kelemahan organisasi tipe lini dan staf ini,
namun untuk organisasi yang semakin kompleks seperti dewasa ini lebih
cenderung menggunakan bentuk lini dan staf.
c. Bentuk Fungsional
Organisasi Fungsional adalah suatu organisasi dimana kekuasaan dari
pimpinan dilimpahkan kepada para pejabat yang memimpin satuan-satuan
dibawahnya dalam suatu bidang pekerjaan tertentu. Tiap-tiap kepala dari
satuan ini mempunyai kekuasaan untuk memerintah semua pejabat bawahan
sepanjang mengenai bidangnya (The Liang Gie, dkk., 1981, hal. 136). Ciri
lain dari organisasi demikian adalah bahwa didalam organisasi tidak terlalu
menekankan pada hirarki struktural, akan lebih banyak didasarkan pada sifat
dan macam fungsi yang harus dijalankan. Sebenarnya bentuk ini tidak
populer, dan kebanyakan hanya dipergunakan dalam lingkungan usaha
swasta seperti toko serba ada, dan yang sejenisnya.
Kebaikan-kebaikannya :
♦ Ada pembagian yang tegas antara kerja pikir dan fisik.
♦ Dapat dicapai spesialisasi yang baik.
♦ Solidaritas antara orang-orang yang menjalankan fungsi yang sama pada
umumnya tinggi.
♦ Moral serta disiplin kerja tinggi.
♦ Koordinasi antara orang-orang yang ada dalam satu fungsi mudah
dijalankan.
Kelemahannya :
♦ Sulit mengadakan pertukaran tugas, karena terlalu menspesialisasikan
diri dalam satu bidang saja.
♦ Koordinasi yang bersifat menyeluruh sukar diadakan, karena orang-orang
yang bergerak dalam satu bidang mementingkan fungsi saja.
♦ Inisiatif perorangan mudah tertekan, karena sudah dibatasi pada suatu
fungsi.
Ciri-cirinya :
♦ Struktur organisasinya tidak begitu kompleks. Biasanya hanya terdiri dari
ketua, sekretaris, bendahara, ketua seksi dan para petugas.
♦ Struktur organisasinya secaa relatif tidak permanen. Organisasi tipe
panitia hanya dipakai sewaktu-waktu ada kegiatan khusus (proyek-proyek
tertentu), dan setelah kegiatan-kegiatan itu selesai dikerjakan, maka
panitia dibubarkan.
♦ Tugas kepemimpinan dilaksanakan secara kolektif.
♦ Semua anggota pimpinan mempunyai hak, wewenang dan
tanggungjawab yang sama.
♦ Para pelaksana dikelompokkan menurut tugas-tugas tertentu dalam
bentuk satuan tugas (task force).
Kelemahannya :
♦ Proses pengambilan keputusan agak lambat karena segala sesuatunya
harus dibicarakan lebih dulu dengan para anggota organisasi.
♦ Apabila ada kemacetan kerja, tak seorang pun yang mau diminta
pertanggungjawabannya melebihi dari yang lain.
♦ Para pelaksana sering bingung karena perintah tidak datang dari satu
orang pimpinan saja.
♦ Kreativitas nampaknya sukar dikembangka, karena pelaksanaan
didasarkan pada kolektifitas.
Seperti yang sudah dijelaskan terdahulu, materi penunjang adalah materi yang
telah menjadi kemestian untuk ada dalam training (misal materi perkenalan dan
orientasi latihan, dan materi evaluasi dan rencana tindak lanjut), atau materi yang
merupakan prasyarat tercapainya pemahaman materi pokok (misal materi
pengantar ideologi, dan materi pengantar filsafat ilmu, sebagai prasyarat
optimalisasi pemahaman materi Nilai Dasar Perjuangan, atau materi teknik dan
etika diskusi, sebagai prasyarat berjalannya diskusi yang baik dalam
pertrainingan), atau materi yang memiliki hubungan/penurunan dari materi pokok
dan memiliki keterkaitan dengan tujuan perkaderan yang menjadi karakter lokal.
Dalam panduan ini hanya akan disampaikan materi tambahan yang sifatnya
kemestian saja.
A. Silabus
B. Uraian Kegiatan
Sesi ini harus kondusif, dalam artian tidak terganggu oleh proses silaturahmi
kader-kader HMI lain (yang tidak terlibat langsung dalam training, atau tidak
bertugas di forum) yang hadir dalam acara pembukaan, sebaiknya silaturahmi
dilakukan tidak berdekatan dengan forum.
Pemandu mengolah harapan dan “ketakutan” peserta menjadi suatu aturan main
yang mengikat dalam pelaksanaan training. Namun bisa pula aturan itu telah
diatur sebelumnya dan dirasionalisikan sesuai dengan harapan dan “ketakutan”
peserta. Dengan demikian diharapkan peserta secara sadar akan mematuhi
aturan main yang dibuat karena berangkat dari harapan dan “ketakutan” peserta.
A. Silabus
B. Uraian Kegiatan
Sesi ini dilakukan setelah semua materi training disampaikan kepada peserta,
dan dipimpin oleh koordinator pemandu. Pemandu mengevaluasi pemahaman
peserta terhadap materi-materi yang telah disampaikan, kemudian pemandu
mempertajam dan merangkai materi-materi tersebut sebagai satu kesatuan yang
utuh menyeluruh.
Jika cabang atau komisariat secara lokal ingin menambahkan materi tertentu
dalam Latihan Kader I, maka yang jadi pertimbangan utama dalam pemberian
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 74
materi tersebut adalah materi tersebut harus menunjang atau berkaitan dengan
materi pokok.
Dalam rangka standarisasi materi, maka dalam hal adanya penambahan materi,
cabang atau komisariat harus menyampaikan silabus dan materi terurai dari
materi tersebut kepada Badan Koordinasi Nasional Lembaga Pengelola Latihan
untuk dilakukan verifikasi kelayakan materi. Sebelum materi yang bersangkutan
lulus verifikasi maka materi tersebut belum boleh diberikan dalam Latihan Kader I
HMI. Bagi materi yang telah diverifikasi oleh Bakornas LPL, maka materi
tersebut dapat diberikan dalam LK I – LK I berikutnya tanpa harus diverifikasi
lagi.