1 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Kelautan Tropis November 2023 Vol.

26(3):586-594 P-ISSN : 1410-8852 E-ISSN : 2528-3111

Komposisi Hasil Tangkapan Utama Rajungan dan Tangkapan Samping


Nelayan Desa Danasari, Pemalang

Hadi Endrawati1*, Sri Redjeki1, Ria Azizah Tri Nuraini1, M. Amanun Tharieq2

1Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Jacub Rais, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah 50275 Indonesia
2Magister Ilmu Lingkungan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Diponegoro

Jl. Imam Bardjo SH, Pleburan, Semarang, Jawa Tengah 50241 Indonesia
Email: [email protected]

Abstract

Catch Composition of Rajungan and Bycatch from Fishermen in Danasari Village, Pemalang

Crab fishing activities using various fishing gears have the potential to catch other types of biota as known as bycatch. This
type of bycatch is generally still used either for sale or for personal consumption, but some are re-released again. This research
aims to determine the composition of the main catch and bycatch obtained by crab fishermen from Danasari Village,
Pemalang. The research was carried out from July to August 2022. The data collection method was purposive sampling by
going out to sea with fishermen to crab fishing grounds. The composition of the main catch and bycatch obtained at crab
fishing locations consists of 1 type of main catch and 21 types of bycatch. The composition of the blue swimming crab is
dominated by male crabs with a ratio of 1:0.7, with a mode of carapace width that is larger than female crabs, namely 107-
115 mm. The proportion of bycatch obtained was only 25.73% from the total catch, with the useable bycatch amount more
than the discarded bycatch. The ecological index shows that the value of species diversity and evenness is in the medium
category with a value of 2.114 and 0.6944, while the dominance value is in the low category with a value of 0.1703. Useable
bycatches that are commonly found are Orastoquilla oratoria, Scylla sp., and Babylonia spirata. The percentage of main
catch is higher than bycatch, which indicates that fishing activities are still environmentally friendly, but the use of bycatch
needs to be increased. It is hoped that data on the composition of bycatch types from Danasari Village fishermen can provide
information on the potential of marine products other than crab, or could be said to be another alternative as a catch target
to reduce exploitation of blue swimming crab resources.

Keywords: Non-target Species, Diversity, Evenness, Dominance, Discard

Abstrak

Aktivitas penangkapan perikanan rajungan dengan berbagai alat tangkap memiliki potensi terdapat jenis tangkapan biota
lain atau disebut sebagai tangkapan samping. Jenis tangkapan samping (bycatch) umumnya tetap dimanfaatkan baik
untuk dijual maupun sebagai konsumsi pribadi, namun ada juga yang dilepas kembali. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui komposisi tangkapan utama dan tangkapan samping yang didapatkan oleh nelayan rajungan dari Desa
Danasari, Pemalang. Penelitian dilaksanakan selama bulan Juli sampai dengan Agustus 2022. Metode pengambilan data
secara purposive sampling, yaitu ikut pergi melaut dengan nelayan ke lokasi penangkapan rajungan. Komposisi jenis
tangkapan utama dan tangkapan samping yang didapatkan di lokasi penangkapan rajungan terdiri atas 1 jenis tangkapan
utama dan 21 jenis tangkapan samping. Komposisi tangkapan utama rajungan didominasi oleh rajungan jantan dengan
rasio 1:0,7, dengan modus ukuran lebar karapas yang lebih besar dibanding rajungan betina yaitu 107-115 mm. Proporsi
tangkapan samping yang didapatkan hanya sebesar 25,73% dari total tangkapan keseluruhan, dengan jumlah tangkapan
samping bernilai ekonomi lebih banyak dibandingan yang terbuang. Indeks ekologi menunjukkan nilai keanekaragaman
dan keseragaman jenis termasuk kategori sedang dengan nilai 2,114 dan 0,6944, sedangkan nilai dominansi termasuk
kategori rendah dengan nilai 0,1703. Tangkapan samping bernilai ekonomi (useable bycatch) yang umum ditemukan yaitu
Orastoquilla oratoria, Scylla sp., dan Babylonia spirata. Persentase hasil tangkapan utama lebih tinggi dibandingkan
tangkapan samping yang mengindikasikan aktivitas perikanan yang masih ramah lingkungan, namun pemanfaatan bycatch
perlu untuk ditingkatkan. Data komposisi jenis tangkapan samping dari nelayan Desa Danasari diharapkan dapat menjadi
informasi potensi hasil laut selain rajungan, atau bisa dikatakan sebagai alternatif lain sebagai target tangkapan untuk
mengurangi eksploitasi sumberdaya rajungan.

Kata kunci: Spesies non-target, Keanekaragaman, Keseragaman, Dominansi, Terbuang

*) Corresponding author Diterima/Received : 04-09-2023, Disetujui/Accepted : 12-11-2023


www.ejournal2.undip.ac.id/index.php/jkt DOI: https://doi.org/10.14710/jkt.v26i3.20141
Jurnal Kelautan Tropis November 2023 Vol. 26(3):586-594

PENDAHULUAN

Rajungan merupakan salah satu komoditas penting dari sektor perikanan di Indonesia.
Permintaan pasar yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun menyebabkan laju
penangkapan rajungan yang semakin tinggi, sehingga stok di alam semakin menurun (KKP, 2020).
Aktivitas penangkapan perikanan rajungan di perairan Indonesia, khususnya yang beroperasi di
Wilayah Pengelolaan Perikanan 712 berdasarkan data KKP tahun 2020 mencapai lebih dari 5000
armada dengan berbagai jenis alat tangkap yang beroperasi. Perbedaan jenis alat tangkap yang
digunakan memiliki tingkat selektivitas hasil tangkapan rajungan yang berbeda pula, mulai dari
ukuran maupun jenis organisme yang tertangkap (Baihaqi et al., 2021). Alat tangkap bubu dan jaring
insang (gillnet) merupakan alat tangkap utama dan telah ditetapkan sebagi alat tangkap yang
ramah lingkungan, sedangkan trawl dan sejenisnya lebih cenderung mendapatkan hasil non-target
atau tangkapan samping (bycatch) sehingga dikenal sebagai alat tangkap tidak ramah lingkungan
dan dilarang untuk digunakan.

Jenis biota non-target atau biota selain rajungan yang tertangkap dalam aktivitas
penangkapan biasa disebut sebagi tangkapan samping (bycatch), adapun jenis non-target yang
umum dijumpai seperti Krustasea, Pisces, Bivalvia, dan Moluska tergantung pada jenis alat tangkap
yang digunakan (Wandewa et al., 2020). Keberadaan tangkapan samping termasuk salah satu
permasalahan dalam perikanan rajungan. Hamid dan Kamri (2019) menyatakan adanya
tangkapan samping berhubungan dengan potensi penurunan kelimpahan dan keanekaragaman
biota perairan. Namun, adanya tangkapan samping juga memiliki sisi positif seperti potensi jenis
tangkapan alternatif selain rajungan dan tingkat selektivitas penangkapan. Beberapa penelitian
terkait persentase tangkapan samping pada aktivitas perikanan rajungan oleh Yolanda et al. (2022)
di perairan Demak dengan alat tangkap arad sebesar 88%, bubu 75%, dan gillnet 63%. Sedangkan,
penelitian oleh Febriyana et al. (2022) di perairan Cirebon untuk alat tangkap arad sebesar 95%,
garuk 59%, bubu 55%, dan gillnet 51%. Penelitian tangkapan samping (bycatch) perikanan rajungan
lainnya yang pernah dilakukan antara lain oleh Sari et al. (2019) di perairan Lampung, Hamid dan
Kamri (2019) di Teluk Lasongko, dan Lubis et al. (2021) di perairan Asahan.

Hamid dan Kamri (2019), menyebutkan bahwa data keanekaragaman jenis bycatch termasuk
dalam pendekatan pengelolaan perikanan rajungan berbasis ekosistem yang sedang digalakkan
oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Desa Danasari, Pemalang sebagai salah satu
produsen rajungan di Jawa Tengah juga turut andil dalam pengelolaan rajungan berbasis ekosistem
tersebut. Akan tetapi, ketersediaan data dan informasi mengenai bycatch perikanan rajungan di
perairan Pemalang masih terbatas. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini perlu dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui komposisi jenis serta keanekaragaman tangkapan utama dan
tangkapan samping (bycatch) perikanan rajungan di Desa Danasari, Pemalang.

MATERI DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di Desa Danasari, Pemalang yang berlangsung pada bulan Juli
sampai Agustus 2022. Objek penelitian ini terdiri atas dua yaitu tangkapan utama rajungan dan
tangkapan samping (bycatch) yang didapatkan di lokasi penangkapan. Area penangkapan
nelayan rajungan Desa Danasari yang didapatkan selama penelitian berjumlah 14 titik. Cakupan
area penangkapan oleh nelayan rajungan Desa Danasari adalah ±7 mil atau ditempuh dalam
waktu 30 menit – 1 jam perjalanan untuk menuju lokasi penangkapan. Area pengambilan sampel
selama penelitian tersaji pada Gambar 1.

Tangkapan utama rajungan diidentifikasi jenis kelamin dan ukuran lebar karapas sesuai
ketentuan dalam PermenKP Nomor 17/2021. Tangkapan samping (bycatch) yang tertangkap
dikumpulkan untuk digolongkan menjadi 2 kategori yaitu useable (hasil tangkapan samping yang
dimanfaatkan) dan discarded (hasil tangkapan samping yang dibuang), kemudian diidentifikasi
jenisnya. Analisis data tangkapan utama rajungan meliputi rasio kelamin dan sebaran ukuran lebar

Komposisi Hasil Tangkapan Rajungan di Pemalang (H. Endrawati et al.) 587


Jurnal Kelautan Tropis November 2023 Vol. 26(3):586-594

karapas rajungan, sedangkan tangkapan samping (bycatch) meliputi proporsi bycatch dan indeks
ekologi. Peralatan yang digunakan selama penelitian antara lain mistar/penggaris, GPS, kamera
dan logbook pencatatan.

Rasio jenis kelamin dilakukan dengan membandingkan jumlah rajungan jantan dan betina.
Menurut Ningrum et al. (2015), adanya rasio jenis kelamin antara jumlah rajungan jantan dan betina
disebabkan oleh perubahan perilaku masing-masing individu, pengaruh aktivitas penangkapan,
mortalitas, dan rekrutmen alami. Penentuan rasio jenis kelamin rajungan jantan dan betina dapat
menggunakan rumus berdasarkan Jazayeri et al. (2011).

Distribusi ukuran lebar karapas rajungan ditentukan berdasarkan selisih lebar karapas
maksimum dan minimum, kemudian penentuan interval kelas lebar karapas dan jumlah kelas
berdasarkan Kembaren et al. (2012). Analisis hubungan lebar karapas dan berat tubuh rajungan
betina menggunakan Microsoft excel dengan persamaan linier berdasarkan King (1995).

Persentase komposisi hasil tangkapan utama dan tangkapan samping (bycatch) didapatkan
dengan rumus perhitungan berdasarkan Alverson et al. (1994). Proporsi bycatch diketahui dengan
membandingkan jumlah individu bycatch yang ditemukan dengan jumlah individu tangkapan
utama yang didapatkan. Proporsi usable bycatch dan discarded bycatch dihitung dengan
perbandingan jumlah individu bycatch yang termasuk useable maupun discarded dengan total
individu bycatch yang didapatkan selama penelitian.

Analisis indeks ekologi terhadap data hasil tangkapan yang meliputi indeks keanekaragaman,
indeks keseragaman, dan indeks dominansi. Perhitungan indeks keanekaragaman (H’) menurut
Davies et al. (2009) dan terbagi menjadi tiga kategori yaitu kategori rendah (produktivitas rendah,
indikasi tekanan ekologi berat, dan ekosistem tidak stabil), kategori sedang (produktivitas cukup,
tekanan ekologi sedang, dan ekosistem cukup seimbang), dan kategori tinggi (produktivitas tinggi
dan stabilitas ekosistem mantap). Indeks dominansi (C) mengikuti persamaan Odum (1996) yang
terbagi menjadi dua kategori yaitu dominansi rendah (C<0,5) dan dominansi tinggi (C>0,5).

Gambar 1. Area Pengambilan Data Tangkapan Utama Rajungan dan bycatch Nelayan Desa
Danasari, Pemalang

588 Komposisi Hasil Tangkapan Rajungan di Pemalang (H. Endrawati et al.)


Jurnal Kelautan Tropis November 2023 Vol. 26(3):586-594

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi jenis tangkapan utama dan tangkapan samping yang didapatkan dari area
penangkapan rajungan berjumlah 22 jenis yang termasuk kedalam 18 famili. Total sampel data yang
didapatkan berjumlah 1.483 individu. Hasil identifikasi komposisi tangkapan utama dan tangkapan
samping di lokasi penelitian tersaji pada Tabel 1.

Hasil identifikasi yang tersaji pada tabel 1, selain tangkapan utama yaitu rajungan (P.
pelagicus) jenis tangkapan samping (bycatch) yang ditemukan hampir di setiap titik lokasi
penangkapan antara lain Scylla sp., Orastoquilla oratoria, Libina dubia, Buccinum sp., Babylonia
spirata, dan Menippe mercenaria. Identifikasi kategori tangkapan samping berdasarkan tabel 1,
diketahui jenis biota yang termasuk kategori bernilai ekonomi atau dapat dimanfaatkan (useable)
berjumlah 12 jenis dan kategori terbuang (discarded) berjumlah 9 jenis. Pengelompokkan kategori
tersebut berdasarkan hasil identifikasi, penelusuran referensi serta informasi langsung dari nelayan
Desa Danasari. Tangkapan samping terbagi atas dua kategori, yaitu memiliki nilai jual (useable
bycatch) dan tidak memiliki nilai jual atau terbuang (discarded bycatch) (Mardhan et al., 2019).
Kepiting bakau (Scylla sp.) merupakan jenis useable bycatch yang sering diperjual-belikan oleh
nelayan di Desa Danasari, karena jumlah yang didapatkan biasanya mencapai berat 1 – 2 kg (Hasil
penelitian, 2022). Para nelayan umumnya memanfaatkan tangkapan samping yang bernilai
ekonomi hanya untuk konsumsi pribadi yang disebabkan kuantitas bycatch yang cenderung sedikit
dan apabila dijual tidak menghasilkan pendapatan yang tinggi. Spesies Scylla sp. dengan nama
lokal “kepiting bakau” umumnya ditemukan pada daerah estuari yang terdapat kawasan
mangrove dan menjadi target tangkapan nelayan bubu di sekitar pantai (Kusuma et al., 2021).
Jumlah kepiting bakau yang didapatkan pada penelitian ini adalah 102 individu dan ditemukan
pada setiap titik penangkapan (fishing ground) rajungan.

Tabel 1. Komposisi Tangkapan Utama dan Bycatch Nelayan Rajungan Desa Danasari, Pemalang

Famili Jenis Jumlah Proporsi Kategori


(individu) (%)
Portunidae Portunus pelagicus 1122 75,66 Tangkapan utama
Scylla sp. 102 6,88 Dimanfaatkan
Serranidae Ephinephelus sp. 6 0,40 Dimanfaatkan
Squilidae Oratosquilla oratoria 21 1,42 Dimanfaatkan
Muricidae Murex trapa 3 0,20 Dibuang
Epialtidae Libinia dubia 30 2,02 Dibuang
Octopodidae Octopus sp. 2 0,13 Dimanfaatkan
Sepiidae Sepia sp. 9 0,61 Dimanfaatkan
Potamididae Terebralia sp. 4 0,27 Dibuang
Buccinidae Buccinum sp. 84 5,66 Dibuang
Babylonia spirata 3 0,20 Dimanfaatkan
Stichopodidae Stichopus sp. 1 0,07 Dibuang
Gobiidae Acentrogobius sp. 40 2,70 Dibuang
Varunidae Eriocheir sp. 2 0,13 Dibuang
Menippidae Menippe mercenaria 40 2,70 Dibuang
Scyllaridae Thenus orientalis 2 0,13 Dibuang
Arcidae Anadara granosa 2 0,13 Dimanfaatkan
Penaeidae Penaeus sp. 2 0,13 Dimanfaatkan
Sciaenidae Cilus gilberti 1 0,07 Dimanfaatkan
Johnius trachycephalus 5 0,34 Dimanfaatkan
Nibea sp. 1 0,07 Dimanfaatkan
Latidae Later calcifer 1 0,07 Dimanfaatkan

Komposisi Hasil Tangkapan Rajungan di Pemalang (H. Endrawati et al.) 589


Jurnal Kelautan Tropis November 2023 Vol. 26(3):586-594

Jenis useable bycatch lain yang sering tertangkap oleh nelayan rajungan Desa Danasari
adalah Babylonia spirata atau keong macan/ keong batik. Keong batik pada penelitian ini
didapatkan sebanyak 40 individu dan ditemukan pada 9 titik penangkapan. Melani et al. (2022)
menyebutkan, keong macan memiliki habitat pada perairan dengan substrat pasir halus dan
berlumpur, kedalaman sekitar 10 meter dan sering tertangkap dengan alat tangkap bubu.
Penelitian oleh Putri et al. (2013) menyebutkan, penggunaan umpan berupa ikan petek segar oleh
nelayan rajungan pada umumnya menjadi salah satu faktor banyaknya keong macan (Babylonia
spirata) sering tertangkap. Berdasarkan informasi dari nelayan rajungan Desa Danasari, harga
perkilogram untuk keong macan bisa mencapai Rp30.000 - Rp40.000/kg.

Tangkapan utama yaitu rajungan (Portunus pelagicus) pada penelitian ini didapatkan
sejumlah 1122 individu yang terdiri atas 459 individu rajungan betina dan 666 individu rajungan
jantan. Nisbah kelamin rajungan menunjukkan rasio 1:0,7 yang termasuk pada kondisi tidak
seimbang, dimana rajungan jantan lebih banyak ditemukan dibandingkan rajungan betina. Ukuran
rajungan yang tertangkap pada penelitian ini memiliki lebar karapas terkecil dan terbesar secara
berurutan adalah 71 mm dan 165 mm. Ukuran lebar karapas rajungan jantan lebih besar
dibandingkan rajungan betina, dengan modus kelas ukuran lebar karapas rajungan jantan pada
ukuran 107-115 mm sedangkan rajungan betina pada ukuran 98-106 mm. Hasil analisis rasio kelamin
dan distribusi ukuran tangkapan utama rajungan tersaji pada Gambar 2 dan Gambar 3.

41%

59%

Jantan Betina

Gambar 2. Rasio Tangkapan Utama Rajungan Jantan dan Betina

250
225
200
Jumlah (individu)

175
150
125
100
75
50
25
0

Kelas Ukuran Lebar Karapas (mm)


Jantan Betina
Gambar 3. Distribusi Ukuran Lebar Karapas Tangkapan Utama Rajungan

590 Komposisi Hasil Tangkapan Rajungan di Pemalang (H. Endrawati et al.)


Jurnal Kelautan Tropis November 2023 Vol. 26(3):586-594

Perbandingan komposisi jumlah rajungan jantan dan rajungan betina di perairan Danasari
diperoleh dimana jumlah rajungan jantan yang cukup mendominasi seperti yang terlihat pada
gambar 2. Menurut Radifa et al. (2020), komposisi jenis rajungan yang tertangkap diduga
disebabkan oleh perbedaan perilaku antara rajungan betina dan jantan, aktivitas penangkapan,
angka kematian, dan rekrutmen alami. Rajungan betina merupakan individu yang lebih dominan
dalam bermigrasi, hal ini berkaitan dengan pemijahan telur rajungan di perairan dalam yang
salinitasnya lebih tinggi (Hamid et al., 2015). Informasi mengenai rasio jenis kelamin rajungan penting
untuk diketahui, karena komposisi rajungan betina dan jantan dalam suatu populasi dapat
menggambarkan kestabilan sumber daya rajungan di suatu perairan (Tharieq et al., 2020). Menurut
Josileen et al. (2011), rajungan betina cenderung lebih sedikit tertangkap disebabkan karena pada
saat proses pematangan gonad dan pemijahan telur cenderung jarang makan bahkan berhenti
makan. Hasil analisis sex ratio pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian di lokasi
Perairan Senggarang (Mughni et al., 2022) dengan perbandingan 1,4:1,0 dan di lokasi Perairan
Cirebon (Firdaus et al., 2020) dengan rasio 1.6:1.0, namun berbeda dengan perairan Tanah Laut
Kalimantan Selatan (Suman et al., 2020) dengan rasio 1.0:1.7 yang disebabkan karena perbedaan
periode monsun dan kondisi perairan.

Distribusi ukuran rajungan pada gambar 3, menunjukkan modus ukuran lebar karapas
rajungan jantan 107-115 mm dan rajungan betina 98-106 mm. Nilai modus kelas lebar karapas
rajungan yang didapatkan lebih kecil dibandingkan dengan penelitian Tharieq et al. (2020) di
perairan Betahwalang dengan ukuran 110 – 119 mm, namun lebih besar dibandingkan penelitian
Putra et al. (2020) di perairan Rembang dengan ukuran 104 – 111 mm, dan perairan Pati yang
berukuran 100 – 109 mm (Philips et al., 2022). Menurut Warner (1977), komposisi ukuran lebar karapas
rajungan berbeda-beda antara satu perairan dengan perairan lain yang disebabkan oleh faktor
utama seperti faktor genetik dan faktor lingkungan. Perbedaan nilai sebaran lebar karapas pada
rajungan di beberapa perairan tersebut menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari
berbagai faktor utama seperti faktor lingkungan dan tekanan akibat penangkapan (Kembaren dan
Surahman, 2018). Analisis terhadap distribusi ukuran rajungan digunakan dalam upaya
menggambarkan dan memperkirakan kondisi populasi rajungan di perairan (Redjeki et al., 2021).
Menurut Hosseini et al. (2012), menyebutkan rajungan muda umumnya ditemukan di daerah sekitar
pantai (shoreline), sedangkan rajungan dewasa dan berukuran lebih besar ditemukan pada
perairan yang lebih dalam dan salinitas yang lebih tinggi.

Hasil analisis proporsi bycatch yang didapatkan pada penelitian ini menunjukkan persentase
bycatch sebesar 25,73% dari total keseluruhan tangkapan yang diperoleh. Tangkapan samping
yang bernilai (useable bycatch) memiliki persentase lebih tinggi daripada jenis tangkapan samping
terbuang (discarded bycatch). Perhitungan proporsi tangkapan utama dan tangkapan samping
tersaji pada Gambar 4.

25,73%

46,81%
53,19%
74,27%

Bycatch Tangkapan Utama Useable Bycatch Discarded Bycatch


(a) (b)

Gambar 4. Proporsi Tangkapan Utama dan Tangkapan Samping (Bycatch) (a), dan berdasarkan
Kategori Bernilai (useable) dan Terbuang (discarded) (b).

Komposisi Hasil Tangkapan Rajungan di Pemalang (H. Endrawati et al.) 591


Jurnal Kelautan Tropis November 2023 Vol. 26(3):586-594

Hasil analisis proporsi pada gambar 4 menunjukkan persentase tangkapan utama rajungan
memiliki nilai 74,27%, sedangkan tangkapan samping (bycatch) memiliki persentase 25,73%.
Persentase tangkapan samping berdasarkan kategorinya didapatkan nilai useable bycatch
sebanyak 53,19% dan nilai discarded bycatch memiliki persentase 46,81%. Menurut Ummaiyah et al.
(2017), proporsi tangkapan utama dan bycatch dapat menunjukkan tingkat keramahan
lingkungan. Jika tangkapan utama memiliki persentase ≥60% menunjukkan alat tangkap yang
digunakan termasuk ramah lingkungan, sedangkan untuk bycatch apabila ≥60% dimanfaatkan
maka aktivitas penangkapan termasuk ramah lingkungan. Hasil penelitian ini menunjukkan aktivitas
penangkapan rajungan masih termasuk ramah lingkungan, akan tetapi pemanfaatan bycatch
masih dibawah 60% dan diharapkan bisa untuk ditingkatkan. Hasil analisis indeks ekologi pada
penelitian ini menunjukkan nilai keanekaragaman (H’) dan keseragaman (E) bernilai 2,114 dan
0,6944 yang termasuk pada kategori sedang, serta nilai dominansi (C) bernilai 0,1703 yang termasuk
pada kategori rendah. Keberadaan tangkapan samping pada perikanan rajungan menunjukkan
adanya indikasi bahwa pada perairan tersebut memiliki tingkat keanekaragaman sumberdaya
yang tinggi atau beragam (Wagiyo et al., 2019). Nilai keanekaragaman pada penelitian ini
menunjukkan tingkat produktivitas dan kondisi ekosistem yang cukup seimbang, terlihat pada jenis
biota yang teridentifikasi sebagai tangkapan samping cukup beragam dengan total 21 jenis.
Menurut Fazrul et al. (2015), keanekaragaman jenis tangkapan bycatch juga terpengaruh oleh
musim yang sedang berlangsung, metode dan alat tangkap yang digunakan oleh nelayan. Hasil
indeks keanekaragaman bycatch pada penelitian ini memiliki nilai yang sama dengan penelitian
Hamid dan Kamri (2019) di Perairan Teluk Lasongko, namun memiliki nilai yang lebih tinggi
dibandingkan penelitian Hamid dan Kamri (2021) di Perairan Teluk Kolono.

Menurut Hamid dan Kamri (2019), jenis hasil tangkapan samping dengan alat tangkap bubu
cenderung lebih beranekaragam dibandingkan dengan alat tangkap gillnet, akan tetapi bycatch
dengan alat tangkap bubu lebih sering tertangkap jenis bycatch discarded dibandingkan dengan
bycatch useable. Indeks keseragaman pada penelitian ini menunjukkan hasil persebaran jenis
tangkapan samping yang cukup merata, yang juga ditunjukkan dengan nilai dominansi yang
rendah. Berdasarkan nilai indeks biologi bycatch yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan
kondisi perikanan rajungan di Perairan Danasari dan sekitarnya dalam keadaan tekanan ekologi
yang sedang dengan persebaran jenis relatif seimbang dan tidak terdapat jenis tertentu yang
dominan akibat tekanan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan Desa Danasari. Selain itu,
sebagai tambahan berdasarkan pengamatan pada situs resmi IUCN, dari 21 jenis bycatch yang
didapatkan tidak termasuk dalam kategori kritis, terancam punah, langka maupun dilindungi
(Endangered, Threatened, and Protected / ETP).

KESIMPULAN

Komposisi tangkapan utama rajungan memiliki persentase 74,27% dibandingkan tangkapan


samping dengan persentase 25,73%. Rasio jenis kelamin rajungan jantan lebih dominan
dibandingkan rajungan betina dengan nilai 1:0,7, dengan modus kelas ukuran lebar karapas
rajungan jantan lebih besar dibandingkan rajungan betina. Persentase tangkapan samping kategori
bernilai lebih tinggi (12 jenis) dibandingkan kategori terbuang (9 jenis). Analisis indeks ekologi
menunjukkan tingkat keanekaragaman (H’) bernilai 2,114 dan keseragaman (E) bernilai 0,6944 yang
termasuk kategori sedang, serta indeks dominansi jenis (C) bernilai 0,1703 masuk pada kategori
rendah. Pemanfaatan tangkapan samping bernilai ekonomi (useable bycatch) bagi para nelayan
Desa Danasari dapat menjadi salah satu alternatif jenis tangkapan selain rajungan, selain itu jenis-
jenis tangkapan samping yang berhasil teridentifikasi dapat menjadi informasi bahwa tekanan
ekologi di perairan Danasari dan sekitarnya belum termasuk tinggi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Diponegoro yang telah memberikan bantuan pendanaan dalam pelaksanaan penelitian ini melalui

592 Komposisi Hasil Tangkapan Rajungan di Pemalang (H. Endrawati et al.)


Jurnal Kelautan Tropis November 2023 Vol. 26(3):586-594

Surat Penugasan Pelaksanaan Kegiatan Hibah Penelitian Nomor 251/UN7.5.10.2/PP/2022, sehingga


penelitian ini dapat terlaksana dan menghasilkan publikasi ilmiah. Penulis juga berterimakasih
kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam pengambilan data maupun proses penyusunan
publikasi ilmiah hasil penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Alverson, D.L., Freeberg, M.G., Murawski, S.A., & Pope, J.G. (1994). A Global Assessment of Fishe- ries
Bycatch and Discards. Fisheries Technical Paper No. 339. Rome: FAO.
Baihaqi., Suharyanto., & Nurdin, E. (2021). Selektifitas Alat Penangkapan Rajungan dan Penyebaran
Daerah Penangkapannya di Perairan Kabupaten Bekasi. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia,
27(1), 23-32. doi: 10.15578/jppi.27.1.2021.23-32
Davies, R.W.D., Cripps, S.J., Nickson, A. & Porter, G. (2009). Defining and estimating global marine
fisheries bycatch. Marine Policy, 33(4), 661-672. doi: 10.1016/j.marpol.2009.01.003.
Fazrul, H., Hajisamae, S., Ikhwanuddin, M., & Pradit, S. (2015) Assessing impact of crab gill net fishery
to bycatch population in the lower Gulf of Thailand. Turkish Journal of Fisheries and Aquatic
Sciences, 15(1-2),761-771.
Firdaus, A.N., A. Baswantara, & Y.A. Wibowo. (2020). Biological and Environmetal Parameters of Blue
Swimming Crab Fisheries Portunus pelagicus in Cirebon. Marine and Fisheries Science
Technology Journal, 1(2), 97-105. doi: 10.15578/marlin.V1.I2.2020.97-105
Hamid, A., & Kamri, S. (2019). Keanekaragaman Jenis Ikan Hasil Tangkapan Sampingan (Bycatch)
Perikanan Rajungan di Teluk Lasongko dan Kendari Sulawesi Tenggara. Marine Fisheries, 10(2),
215-224. doi: 10.29244/jmf.v10.
Hamid, A., & Kamri, S. (2021). Bycatch biodiversity of blue swimming crab (Portunus pelagicus)
fisheries in Kolono Bay, Southeast Sulawesi, Indonesia. AACL Bioflux, 14(3), 1548-1560.
Hamid, A., Wardiatno, Y., Lumbanbatu, D.T.F., & Riani, E. (2015). Fecundity and Gonadal Maturity
Levels of Female Crawfish (Portunus pelagicus) Incubating Eggs in Teluklasongko, Southeast
Sulawesi. Bawal, 7(1), 43-50. doi: 10.15578/bawal.7.1.2015.43-50.
Hosseini, M., Vazirizade, A., Parsa, Y., & Mansori, A. (2012). Sex Ratio, Size Distribution and Seasonal
Abundance of Blue Swimming Crab, Portunus pelagicus (Linnaeus, 1758) in Persian Gulf Coasts,
Iran. World Applied Sciences Journal, 17(7), 919 - 925.
Josileen, J. (2011). Morphometrics and Length-Weight Relationship in The Blue Swimmer Crab,
Portunus pelagicus (Linnaeus, 1758) (Decapoda, Branchyura) from the Mandapam Coast, India.
Crustaceana, 84(14), 1665–1681. doi: 10.1163/156854011X607060.
Kembaren, D.D., & Surahman, A. (2018). Struktur Ukuran dan Biologi Populasi Rajungan (Portunus
Pelagicus Linnaeus, 1758) Di Perairan Kepulauan Aru. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia,
24(1), 51-60.
Kembaren, D.D., Ernawati, T. & Suprapto. (2012). Biologi dan Parameter Populasi Rajungan (Portunus
pelagicus) di Perairan Bone dan Sekitarnya. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 18(4), 273-
281.
King, M. (1995). Fisheries Biology, Assessment and Management. United Kingdom. Fishing News Books.
341 p.
Kusuma, K.R., Safitri, I., & Warsidah. (2021). Keanekaragaman Jenis Kepiting Bakau (Scylla sp.) Di
Kuala Kota Singkawang Kalimantan Barat. Jurnal Laut Khatulistiwa, 4(1), 1-9. doi:
10.26418/lkuntan.v4i1.44784.
Lubis, F., Muliyana, A., Rahmi, M.M., & Riski, H.M. (2021). Analisis Rajungan (Portunus pelagicus),
Komposisi Bycatch Dan Alat Tangkap Jaring Dari Tangkapan Nelayan Di Perairan Kabupaten
Asahan Sumatera Utara. Journal of Aceh Aquatic Science, 5(2), 80-87.
Mardhan, N.T., La Sara., & Asriyana. (2019). Analisis Hasil Tangkapan Rajungan (Portunus Pelagicus)
Sebagai Target Utama dan Komposisi By-Catch Alat Tangkap Gillnet di Perairan Pantai Purirano,
Sulawesi Tenggara. Jurnal Biologi Tropis, 19(2), 205- 213. doi: 10.29303/jbt.v19i2.1217.
Melani, F., Mustakim, M., & Rafi'i, A. (2022). Aspek Biologi Keong Macan (Babylonia spirata, L) Yang
Tertangkap Di Sekitar Perairan Muara Sembilang, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kalimantan Timur. Tropical Aquatic Sciences, 1(2), 82-89. doi: 10.30872/tas.v1i2.646.

Komposisi Hasil Tangkapan Rajungan di Pemalang (H. Endrawati et al.) 593


Jurnal Kelautan Tropis November 2023 Vol. 26(3):586-594

Mughni, F. M., Susiana dan W. Muzammil. (2022). Biomorfometrik Rajungan (Portunus pelagicus) di
Perairan Senggarang. Journal of Marine Research, 11(2), 114-127. doi: 10.14710/jmr.v11i2.33085
Ningrum, V.P., Ghofar, A., & Ain, C. (2015). Beberapa Aspek Biologi Perikanan rajungan (Portunus
pelagicus) di Perairan Betahwalang dan Sekitarnya. Jurnal Saintek Perikanan, 11(1), 62-71. doi:
10.14710/ijfst.11.1.62-71.
Philips, H.A., Redjeki, S., & Sabdono, A. (2022). Analisis Morfometri Rajungan (Portunus pelagicus) Di
Perairan Desa Keboromo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Journal of Marine Research, 11(3), 429-
436.
Putra, M.J.H., Subagiyo., & Nuraini, R.A.T. (2020). Biologi Rajungan Ditinjau dari Aspek Morfometrik dan
Sex Ratio yang Didaratkan di Perairan Rembang. Journal of Marine Research, 9(1), 65-74.
Putri, R.L.C., Fitri, A.D.P., & Yulianto, T. (2013). Analisis Perbedaan Jenis Umpan Dan Lama Waktu
Perendaman Pada Alat Tangkap Bubu Terhadap Hasil Tangkapan Rajungan Di Perairan
Suradadi Tegal. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology, 2(3), 51-60.
Radifa, M., Wardiatno, Y., Simanjuntak, C.P.H., & Zairion, Z. (2020). Habitat preference and spatial
distribution of juvenile blue swimming crab (Portunus pelagicus) in the East Lampung coastal
waters, Lampung Province. Journal of Natural Resources and Environmental Management,
10(2), 183-197. doi: 10.29244/jpsl.10.2.183-197.
Redjeki, S., Zainuri, M., Widowati, I., Ambariyanto., Pribadi, R., & Abbey, M. (2021). Sex Ratio, Size
Distribution and Length-Weight Relationship of Portunus pelagicus Linnaeus, 1758 (Malacostraca:
Portunidae) in Betahwalang, Demak, Central Java. Jurnal Kelautan Tropis, 24 (1), 133-140. doi:
10.14710/jkt.v24i1.10467.
Sari, I.P., Zairion., & Wardiatno, Y. (2019). Keragaman Sumberdaya Ikan Non-Target Perikanan
Rajungan di Pesisir Lampung Timur. Jurnal Biologi Tropis. 19(1): 8-13. doi: 10.29303/jbt.v19i1.942.
Suman, A., Hasanah, A., Pane, A.R.P., & Lestari, P. (2020). Stock Status of Blue Swimming Crab
(Portunus pelagicus) In Tanah Laut, South Kalimantan, and Its Adjacent Waters. Indonesian
Fisheries Research Journal, 26(1), 51-60. doi: 10.15578/ifrj.26.1.2020.51-60.
Tharieq, M.A., Sunaryo., & Santoso, A. (2020). Morphometric and Gonad Maturity Level of Blue
Swimming Crab (Portunus pelagicus) Linnaeus, 1758 (Malacostraca: Portunidae) in Betahwalang
Waters, Demak. Journal of Marine Research, 9(1), 25-34. doi: 10.14710/jmr.v9i1.26081.
Ummaiyah, C., Fitri, A.D.P., & Jayanto, B.B. (2017). Analisis Keramahan Lingkungan Bubu Rajungan
Modifikasi Celah Pelolosan Di Perairan Kabupaten Rembang. Jurnal Perikanan Tangkap:
Indonesian Journal of Capture Fisheries, 1(3): 1-9.
Wagiyo, K., Tirtadanu & Ernawati, T. (2019). Fishery and Population Dynamics of Blue Swimmer Crabs
(Portunus pelagicus Linnaeus, 1758) in Jakarta Bay. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 25(2),
79-92. doi: 10.15578/jppi.25.2.2019.79-92
Wandewa, R.S.A., Hamid, A., & Kamri, S. (2020). Komposisi Jenis dan Ukuran Krustasea Hasil
Tangkapan Bukan Target Perikanan Rajungan (Portunus pelagicus) Yang Didaratkan Di
Bungkutoko Kota Kendari. Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan, 5(3), 179-189.
Warner, G.F. (1977). The Biology of Crabs. Paul Elek Scientific Books, London. 176p.

594 Komposisi Hasil Tangkapan Rajungan di Pemalang (H. Endrawati et al.)

You might also like