197-Article Text-395-1-10-20200123

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN BAHASA BALI DENGAN PENDEKATAN

KOMUNIKATIF

Anak Agung Gde Putera Semadi


Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah,
Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Dwijendra
[email protected]

Abstrak

Bahasa Bali merupakan salah satu bahasa daerah yang besar di Indonesia. Bahasa Bali memiliki
kaidah, sistem, dan tingkatan-tingkatan bahasa sendiri yang disebut dengan anggah ungguh basa
Bali/sor singgih basa Bali. Secara formal implenentasi jam mata pelajaran bahasa Bali di sekolah-
sekolah masih tergolong sangat minim (hanya 2 jam dalam satu minggu), sementara materi mata
pelajaran bahasa Bali itu cukup luas karena meliputi bahasa, aksara dan sastra Balinya. Kurikulum
yang dipedomani juga belum menjamin pemerataan dan peningkatan kompetensi baik di pihak guru
maupun peserta didik. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka penelitian ini menggunakan satu
model pembelajaran berdasarkan pendekatan komunikatif dari Brown. Aplikasi metode analisis
deskriptif dalam penelitian ini jelas tidak dapat dihindari. Penentuan beberapa informan dilakukan
dengan teknik purposive random sampling dan dikembangkan dengan teknik snowball. Sumber data
diperkuat pula dengan instrumen penelitian berupa pedoman observasi partisipasi, pedoman
wawancara mendalam, rekaman, serta studi dokumen. Penelitian ini menghasilkan model
pembelajaran bahasa Bali yang bermakna dan menarik serta SDM guru dan peserta didik yang lebih
unggul. Pembelajaran bahasa Bali tidak hanya terbatas pada ranah kogintif saja tetapi sekaligus
mencakup ranah afektif dan psikomotor.

Abstract

Balinese language is one of a great language in Indonesia. Balinese language has rule,
system, and it’s one level called anggah ungguh basa Bali/sor singgih basa Bali. Formaly,
the implementation of Balinese subject at schools is very minimun which is nonly 2 hours in
a week, where Balinese language subject is quite comprehensive includes llangvuage as weel
as it’s letter of alphabet and lieterature. The curriculum which is used as a guidelione has
also not able to guarantee the competency equal distribution and improvement in both
teachers and students side. To overcome that situation, thos research is using 1 learning
model which is based on communcative approach from Brown. The application of analysis
descriptive method in this research is clearly unavoiable. Informants determination is done
by using purpose random sampling technique and developed by snowball technique. The
data source is also strenghtened by the research instrument such as participation obsevation
and deep interview guidelines, recording, as well as document studies. This research result in
a meaning full and attractive Balinese language learning model with superior human
resource of teachers and students. Balinese language learning is not olny limeted in cognitive
realm but also the affective and pshycomotor.

1. PENDAHULUAN
Krisis multidimensional berkepanjangan yang merundung bangsa ini adalah bermula
dari krisis moralitas. Krisis itu terjadi ketika seseorang tidak pernah merasa puas terhadap
kekuasaan, kekayaan, dan nafsu yang tega mengorbankan milik bangsa untuk kepentingan
pribadi atau kelompok tertentu. Efek yang kemudian ditimbulkan dari kriisis itu adalah
terjadinya kerusuhan di mana-mana dan diberbagai sektor kehidupan seperti: politik,
Seminar Nasional INOBALI 2019
Inovasi Baru dalam Penelitian Sains, Teknologi dan Humaniora
965
ekonomi, sosial-budaya, dan agama. Dari permasalahan tersebut, maka seolah-olah kita telah
kehilangan rasa kemanusiaan dan kemampuan mengendalikan diri baik secara individu
maupun kolektif. Akhirnya, menimbulkan tindakan tidak senonoh yang merambah kepada
generasi anak bangsa berupa kekerasan fisik, kekerasan mental, bahkan kekerasan seksual.
Berangkat dari beberapa permasalahan di atas, maka selanjutnya “Pendidikan dan
Pengajaranlah” yang sering dituding lemah sehingga selalu menjadi problematik yang hangat
digunjingkan. Bahkan lebih fokus daripada itu, yang sering disoroti dan dipertanyakan
adalah aspek-aspek yang ada relevansinya dengan kualitas/mutu karakter atau budi pekerti
yang dikembangkan di berbagai media pendidikan terutama di pendidikan formal (SD, SMP,
sampai dengan ke jenjang SMA/SMK). Bagaimanakah implementasi sistem pendidikan
dalam proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah-sekolah?.Apakah terintegrasi
dengan materi pelajaran yang berhubungan dengan pendewasaan karakter yang unggul?
Pendidikan dan pengajaran bahasa, akasara, dan sastra Bali memiliki peranan yang sangat
besar dalam menumbuh-kembangkan kepribadian unggul generasi milinea Bali ke depan.
Beragam naskah kuna/sastra Bali purwa menyimpan segudang nilai kehidupan sosial budaya
adiluhung universal yang dapat meningkatkan mutu kepribadian bangsa serta
membanghkitkan peradaban Bali di tengah-tengah pesatnya perkembangan kebudayaan
nasional yang progresif - inovatif. Apabila dalam proses pembelajaran bahasa, aksara, dan
sastra Bali masih sepenuhnya menggunakan pola pembelajaran yang monoton tradisional
tanpa disertai dengan implementasi model-model pembelajaran yang terintergrasi, maka
tentu akan sulit mencapai sasaran yang diinginkan. Proses pembelajaran itu akan menjadi
sangat membosankan bahkan akan semakin dianggap tidak begitu penting di era langkah-
langkah kemajuan pembaharuan yang serba cepat ini. Oleh karena itu, maka khusus untuk
arah pendidikan dan pengajaran bahasa Bali di berbagai media dan jenjang perlu
ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih bermakna.

2. METODE
Tulisan ini digolongkan ke dalam penelitian bidang pendidikan yang menggunakan
model pembelajaran dengan pendekatan komunikatif, yaitu sistem pembelajaran yang
menekankan pada aspek komujnikasi, interaksi, dan mengembangkan kompetensi
kebahasaan, serta keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara,membaca, dan menulis)
sebagai tujuan pembelajaran bahasa, dan mengakui bahwa ada kaitannya dengan kegiatan
komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai bagian dari telaah kritis culture studies,
maka hasil penelitian kualiktatif ini mengutamakan kajiannya pada permasalahan teks
(verbal dan audiovisual) serta konteksnya ada di masyarakat. Jenis data deskriptif yang
berupa kata-kata serta data berupa gambar dapat diamati dan dideskripsikan dengan jelas
tanpa menggunakan prosedur-prosedur statistk atau dengan cara kuantifikasi lainnya.
Untuk memeroleh uraian yang tajam, logis, dan sistematis, maka aplikasi metode
analisis deskriptif jelas tidak dapat dihindari. Penentuan beberapa informan dilakukan
dengan teknik purposive random sampling dan dikembangkan dengan teknik snowball.
Sumber data diperkuat pula dengan instrumen penelitian berupa pedoman observasi
partisipasi, pedoman wawancara mendalam, rekaman, serta studi dokumen.

Seminar Nasional INOBALI 2019


Inovasi Baru dalam Penelitian Sains, Teknologi dan Humaniora
966
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Salah satu misi dan tujuan dari pendidikan bahasa Bali adalah menyelenggarakan
pendidikan dan pengajaran bahasa, aksara, sastra, dan budaya Bali untuk menghasilkan
lulusan yang bermutu dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga dapat
mengaplikasikan dalam kerangka kehidupan keluarga, masyarakat, dan bernegara.
Menghasilkan lulusan yang kolaboratif, kompetitif, berkarakter, dan berbudaya. Tujuan dari
penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran bahasa Bali adalah melaksanakan pengajaran
dan pengembangan dalam bidang bahasa, aksara, sastra, dan budaya Bali yang inovatif, serta
melakukan diseminasi hasil-hasil pengajaran demi kepentingan pengembangan dunia
pendidikan dan masyarakat.
Dalam sejarah pengajaran bahasa daerah, seperti survei tahun 1999 (Rusyana dalam
Rosidi,ed., 1999:72-75) ada disebutkan bahwa Bali termasuk salah satu dari lima belas
provinsi di Indonesia yang bahasa daerahnya diajarkan di sekolah-sekolah. Empatbelas
provinsi lainnya yang mengajarkan bahasa daerahnya adalah Aceh, Sumatra Utara,
Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesiu Selatan, dan Sulawesi
Tenggara. Provinsi lain yang kemudian menyusul yaitu Sumatra Barat, Sumatra Selatan,
Jakarta, Papua, dan Nusa TenggaraTimur. Menurut Wibawa bahasa-bahasa daerah yang
diajarkan adalah bahasa Aceh, Gayo, Batak Mandaliling, Batak Toba, Batak Simalungun,
Batak Karo, Batak Melayu, Rejang, Lampung, Sunda,Cirebon, Madura, Dayak Simpang,
Dayak Kanayatan, Banjar, Kutai, Tombulu, Tonsawang, Mongondow, Bugis, Makasar,
Mandar, Toraja, Tolaki, Muna, Wolio, dan bahasaBali untuk di Bali diajarkan sampai ke
tingkat SLTA (Mulyana, ed.,2008:32).

Payung Hukum Pendidikkan dan Pengajaran Bahasa Bali


Garis pembinaan dan pengembangan bahasa daerah di Indonesia tunduk pada
kebijakan pembinaan dan pengembangan bahasa daerah. Pembinaan dan pengembangan
bahasa daerah dapat dirunut mulai dari Sumpah Pemuda 1928. Bunyi Sumpah Pemuda
yang terkait dengan bahasa daerah adalah “Kami putra-putri Indonesia menjunjung bahasa
persatuan Bahasa Indonesia”. Menurut Sutrisna Wibawa (2008) bunyi pernyataan ini berarti
bahwa secara implisit Sumpah Pemuda mengakui keberadaan bahasa daerah. Dalam
Perubahan Keempat UUD 1945 Bab XIII, Pasal 32, dinyatakan: (1) negara memajukan
Kebudayaan Nasional Indonesia di tengah-tengah peradaban dunia dengan menjamin
kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkjan nilai-nilai budayanya, dan
(2) negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya
nasional.Dalam konteks (kongres) bahasa Bali, kata menghormati dapat diartikan bahwa
bahasa Indonesia dan bahasa Bali mempunyai kedudukan yang sejajar, tidak saling
mendominasi atau saling mematikan. Para penutur bahasa Indonesia di Bali dan para penutur
bahasa Bali agar memiliki kemampuan dwibahasa. Sedangkan kata memelihara artinya
negara (legislatif, eksekutif, dan yudikatif) turut menjaga kelestarian bahasa Bali melalui
pemamfaatan SDM, dana, material, dan tekonologi serta penetapan kebijakan publik.UUD
45 hasil amendemen juga menyebutkan: (a), Pasal 28 (3) : Identitas budaya dan hak

Seminar Nasional INOBALI 2019


Inovasi Baru dalam Penelitian Sains, Teknologi dan Humaniora
967
masyarakat tradisonal dihormati selaras dengan perkembangan jaman dan peradaban.
(b).Pasal 31 (3) : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional. (c). Pasal 31 (5): Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi. (d).
Pasal 32 (1) : Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia.
Selanjutnya dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang
dijabarkan lagi ke dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000, dinyatakan bahwa
pengembangan bahasa dan budaya daerah yang merupkan bagian dari bidang pendidikan dan
kebudayaan menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi. Peraturan Daerah No 3 Tahun
1992 : tentang Bahasa , Aksara, dan Sastra Bali. Pergub Bali No 80 Tahun 2018 tentang
Perlindunghan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, Sastra Bali, dan Penyelenggaraan Bulan
Bahasa Bali. (Keluarnya Pergub No 80 Tahun 2018 ini didadasarkan atas : realitas kian
melunturnya penggunaan bahasa, aksara, dan sastra Bali di kalangan masyarakat. Adanya
penggerusan budaya Bali itu karena pengaruh modernisasi, teknologi, dan globalisasi
(Wayan Koster, dalam Bali Post, senen 22 Oktober 2018, hal: 1). Ketetapan Unesco
Tanggal 17 Nopember 1999 tentang bahasa internasional bahasa ibu setiap tanggal 21
Februari.
Berdasarkan beberapa bentuk kebijakan hukum di atas, maka selanjutnya dapat
dikatakan bahwa pendidikan dan pengajaran bahasa Bali sebagai bahasa yang mencerminkan
identitas budaya Bali wajib ditingkatkan searah dan sejajar dengan perkembangan wujud
perubahan kebudayaan yang kian pesat terjadi di era global ini. Dari pernyataan-pernyataan
yang tersebut dalam kebijakan-kebijakan hukum itu dapat diartikan bahwa pendidikan dan
pengajaran bahasa Bali termasuk aksara dan sastranya berpotensi besar dalam
memertahankan sekaligus mengenmbangkan nilai-nilai budaya adiluhung Bali guna
membangun peradaban Bali yang lebih kokoh di masa depan.

Fungsi Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Bali


Dilihat dari sudut pandang politik bahasa nasional dan kajian terhadap fungsi
bahasa, maka pengajaran bahasa daerah (baca: Bali) setidaknya diarahkan pada tiga fungsi
pokok, yaitu (1) berfungsi sebagai alat komunikasi, (2) fungsi edukatif, dan (3) fungsi
kultural.
1) Fungsi Komunikasi
Pengajaran bahasa Bali yang berfungsi sebagai alat komunikasi diarahkan agar siswa
dapat menggunakan bahasa Bali secara baik dan benar untuk keperluan alat berinteraksi
dalam keluarga dan masyarakat (tentunya sesuai dengan tingkatan-tingkatan bahasa Bali
yang disebut dengan anggah ungguh basa Bali). Fungsi pengajaran ini mengandung nilai-
nilai kearifan lokal hormat atau sopan santun di antara para pembicatra, yaitu orang yang
berbicara, orang yang diajak berbicara, dan orang yang dibicarakan.
2) Fungsi Edukatif
Pengajaran bahasa Bali yang berfungsi edukatif diarahkan agar siswa drapat
memeroleh nilai-nilai budaya daerah untuk keperluan pembentukan kepribadian dan identitas
bangsa melalui penggunaan anggah-ungguh dalam bahasa Bali. Menerapkan anggah-
ungguh basa, berarti pula menanamkan nilai-nilai sopan santun pada siswa. Fungsi edukatif
ini dapat pula dilakukan melalui pemahaman terhadap karya-karya sastra Bali Purwa/kuna,

Seminar Nasional INOBALI 2019


Inovasi Baru dalam Penelitian Sains, Teknologi dan Humaniora
968
baik dalam aktivitas sekaa pasantian maupun yang ada dalam seni pertunjujkan. Fungsi
edukatif dalam seni pertunjukan selain untuk tontonan sekaligus sebagai tuntunan. Dalam
khasanah bahasa dan sastra Bali banyak tersimpan nilai lokal yang dapat digunakan untuk
mengembangkan fungsi edukatif terutama fungsi untuk pembentukan kepribadian.
3) Fungsi Kultural
Pengajaran bahasa Bali yang berfungsi kultural diarahkan untuk menggali dan
menanamkan kembali nilai-nilai budaya daerah sebagai upaya untuk membangun identitas
dan menanamkan filter dalam menyeleksi datangnya pengaruh budaya luar. Jika fungsi
komunikasi dan edukatif sudah terlaksana dengan baik, maka sebenarnya pengajaran yang
berfungsi kuiltural akan dapat tercapai, karena sesungguhnya fungsi kultural terkait langsung
dengan kedua fungsi itu. Jelasnya, melalui fungsi alat komunikasi dan edukatif, diharapkan
telah ditanamkan nilai-nilai budaya daerah Bali yang siap membangun identitas budaya yang
kuat, dan yang pada akhirnya dapat membendung dan memfilter pengaruh budaya luar.

Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Tantangan


1) Kekuatan
Beberapa payung hukum yang telah dideskripsikan pada butir 2.1 di atas (dimulai
dari Sumpah Pemuda 1928 sampai dengan Pergub Nomor 80 tahun 2018 dan juga Ketetapan
Unesco 17 Nopember 1999) merupakan kekuatan yang menandakan bahwa betapa
pentingnya pengajaran Bahasa, Aksara, dan Sastra daerah (Bali) secara formal di setiap
jenjang pendidikan di Bali. Upaya ini mencerminkan penanaman nilai-nilai budaya
khususnya yang bertalian dengan bidang perlindungan, pelestarian, pembinaan, dan
pengembangan bahasa, akasa, dan sastra Bali itu sendiri.
Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga, Dinas
Kebudayaan, dan Lembaga Perlindungan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali menindaklanjuti
kebijakan-kebijakan itu dengan berbagai aktivias antara lain mengadakan seleksi perekrutan
Tenaga Penyuluh Bahasa Bali non PNS, melaksanakan bulan bahasa Bali, mengadakan
pembinaan Bahasa, aksara, dan sastra Bali ke seluruh Kabupaten/ Kota di Bali, serta
mnyelenggarakan Pendidikan Profesi Guru (PPG) (Bahasa Bali) dalam jabatan. Demikian
juga kegiatan-kegiatan yang bertalian dengan bidang perlindungan dan pelestarian seperti
pasamuhan agung (kongres) bahasa, aksara, dan sastra Bali secara periodik, lomba nyastra,
pasantian, nyurat lontar, dan lain-lain.
Di lembaga-lembaga pendidikan formal dari SD sampai dengan SLTA dan juga
Perguruan Tinggi (terutama yang memiliki prodi bahasa daerah), bahasa Bali telah menjadi
pelajaran wajib untuk diajarkan. Setiap Kabupaten/Kota memiliki kelompok Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP) tingkat SMP dan SLTA untuk mata pelajaran bahasa Bali
sebagai mata pelajaran muatan lokal. Banyak-buku bahasa Bali, Pedoman Penulisan Aksara
Bali, sastra-sastra Bali purwa dan anyar baik yang berupa tembang maupun gancaran sudah
banyak diterbitkan sebagai pendukung proses pembelajaran bahasa Bali.
2) Kelemahan
Walaupun cukup banyak payung hukum/kebijakan sebagai bentuk upaya
perlindungan, pelestarian, pembinaan, dan pengembangan bahasa Bali, namun tidak dapat

Seminar Nasional INOBALI 2019


Inovasi Baru dalam Penelitian Sains, Teknologi dan Humaniora
969
dipungkiri bahwa dalam kaitannya dengan implementasi pengajaran bahasa Bali masih
terdapat beberapa kelemahan, yaitu :
a. Masih ada perbedaan latar belakang kemampuan guru dalam berbahasa Bali yang baik
dan benar sehingga minat dan sikapnya dalam mengajarkan peserta didik berbahasa Bali
menjadi kurang baik sehingga menjadi kuirang menarik.
b. Peserta didik masih terlihat lebih dominan mempelajari konsep kebahasaan dan
kesastraan daripada belajar keterampilan berbahasa Bali.
c. Selama ini persediaan buku-buku bahasa Bali dan referensinya yang dibutuhkan oleh
guru-guru dan peserta didik untuk memantapkan proses pembelajaran bahasa, aksara, dan
sastra Bali belum tersebar secara merata di seluruh jenjang pendidikan di Bali.
d. Pemahaman dan Implementasi kurikulum yang masih simpang siur.
e. Jumlah jam pelajaran bahasa Bali masih terbatas; hanya 2 jam dalam seminggu.
f. Proses pembelajaran yang berlangsung sering tidak kontekstual.
g. Pembelajaran bahasa Bali sekarang ini kurang disajikan dalam konteks multikultural.
h. Minat generasi milenia Bali mempelajari bahasa Bali di era global sangat sedikit. Bahkan
ada gunjingan seperti terbatasnya lapangan pekerjaan sehingga kurang menjamin masa
depan mereka.
3) Peluang
Pada dasarnya bahasa Bali yang masuk sebagai mata pelajaran muatan lokal dan
wajib diajarkan di setiap jenjang pendidikan, sesungguhnya memberi peluang yang cukup
besar bagi Perguruan Tinggi / Sekolah Tinggi yang memiliki jurusan / prodi Bahasa dan Seni
atau Bahasa Daerah Bali. Sudah jelas sebagai lembaga pendidikan tenaga kependidikan akan
memberi kesempatan kepada lulusan SLTA yang berminat menjadi guru yang profesional
dalam mengajarkan bahasa Bali secara formal di sekolah. Selain itu, bisa menjadi penutur-
penutur yang baik di masyarakat, penerjemah, penulis dan penyadur lontar yang baik,
penulis aksara dan lambang-lambang aksara yang berhubungan dengan yadnya, serta tenaga
penyuluh bahasa Bali yang baik di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena pengetahuan
bahasa, aksara, dan sastra Bali bersumber dari banyak naskah sastra lama yang
berhubungan dengan nilai-nilai luhur peradaban dan kebudayaan Bali, maka para lulusan
memiliki peluang untuk menjadi tenaga-tenaga penyuluh kebudayaan yang profesional.
4) Tantangan
Setelah dicermati dengan baik, ternyata pengajaran bahasa Bali di sekolah-sekolah
merupakan salah satu dari proses transpformasi budaya Bali yang sudah berlangsung sejak
dahulu. Meskipun demikian, hingga kini keadaannya tidak lepas dari berbagai tantangan
yang setidaknya dapat mengurangi kelancaran pelaksanaan pendidkian dan pengajaran
bahasa Bali itu sendiri. Beberapa tantangan yang mungkin dihadapi antara lain :
a. Masih banyak penggunaan anggah ungguh basa Bali yang kurang tepat sehingga
dianggap sulit digunakan untuk berkomunikasi terutama kepada lawan bicara yang status
sosialnya berbeda atau lebih tinggi.
b. Perbendaharaan kosa kata bahasa Bali yang masih terbatas sehingga sedikit kesulitan
mencari padanan kosa kata bahasa lain (Indonesia dan asing misalanya) dalam bahasa
Bali.

Seminar Nasional INOBALI 2019


Inovasi Baru dalam Penelitian Sains, Teknologi dan Humaniora
970
c. Belum ditemukan media yang efektif dan menarik bagi peserta didik dalam belajar
bahasa Bali, yang dapat digunakan oleh setiap guru dengan kualifikasi yang berbeda.
d. Pihak sekolah belum dapat menyadari sepenuhnya tentang betapa pentingnya menjadikan
bahasa Bali sebagai mata pelajaranyang menentukan.
e. Pemahaman dan praktik terhadap empat keterampilan berbahasa dalam pembelajaran
bahasa Bali belum berimbang.
f. Menulis aksara Bali masih dipandang sulit disebabkan karena pemahaman terhadap
pedoman penulisan aksara Bali belum begitu mendalam, sehingga tidak jarang terdapat
hasil penulisan yang berbeda satu sama lain.

Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Bali yang lebih Bermakna


Salah satu upaya untuk menumbuhkan kembali semangat dan rasa cinta generasi
milinea Bali terhadap bahasa, aksara, dan sastra Bali adalah dengan mengajarkan bahasa,
aksara, dan sastra Bali itu di lembaga pendidikan formal, informal, dan nonformal. Agar
proses pembelajarannya dapat berlangsung dengan baik, tidak membosankan, dan menarik,
maka pengajaran bahasa Bali di sekolah-sekolah itu dapat dilakukan dalam bentuk mata
pelajaran tersendiri, bukan perwujudan muatan lokal. Atau mungkin proses pembelajaran
bahasa Bali itu dapat juga dilakukan secara terintergrasi dengan mata pelajaran-mata
pelajaran yang lain.
Menurut Zuchdi dalam Setiono (1994:11) menyebutkan bahwa model pembelajaran
bahasa daerah dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Dalam pembelajaran bahasa daerah perlu ada buku Pedoman Pengajaran Bahasa
Daerahuntuk siswa PAUD sampai dengan Perguruan Tinggi. Buku ini mengajarkan
model pembelajaran bahasa daerah berdasarkan pendekatan komunuikatif.
b. Strategi pembelajaran bahasa daerah berciri pada:
1) Seni permainan untuk meningkatkan motivasi intrinsik siswa.
2) Didominasi bentuk praktek untuk mengaktifkan siswa.
3) Menempatkan siswa sebagai pusat
4) Model pembelajaran bahasa yang menyenangkan, kalau dalam bahasa Bali dapat
diakronimkan dengan BASBIM (maksudnya: Bahasa Bali yang Menyenangkan).
Strategi BASBIM terangkum dalam 4 (empat) model, yaitu: Bermain kata, Bermain
peran, kuis bahasa, dan oleh (utak-atik) aksara Bali.

Implementgasi Pendekatan Komunikatif dalam Pendidikan dan Pengajajaran Bahasa


Bali
Salah satu dari fungsi pendidikan dan pengajaran ataupun pembelajaran bahasa Bali
adalah fungsi komunikatif. Maksudnya adalah agar bahasa Bali yang telah diajarkan di
sekolah-sekolah dapat digunakan dalam percakapan sehari-hari dengan baik dan benar di
masyarakat sesuai dengan anggah ungguh / sor singgih yang ada dalam bahasa Bali itu
sendiri. Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, maka pendekatan komunikatif dalam
pembelajaran bahasa Bali menjadi sangat penting, karena melalui pendekatan ini para
peserta didik akan lebih mudah memahami, menyikapi, dan memiliki keterampilan

Seminar Nasional INOBALI 2019


Inovasi Baru dalam Penelitian Sains, Teknologi dan Humaniora
971
berbahasa Bali yang baik ketika mereka berbicara langsung dengan lawan bicaranya, baik
yang status sosialnya sama maupun berbeda.
1) Definisi pendekatan komunikatif
Pendekatan komunikatif adalah sistem pembelajaran yang menekankan pada aspek
komunikasi, interaksi, dan mengembangkan kompetensi kebahasaan, serta keterampilan
berbahasa (menyimak, membaca, menulis, berbicara) sebagai tujuan pembelajaran bahasa
dan mengakui bahwa ada kaitannya dengan kegiatan komunikasi dalam kehidupan sehari-
hari.
Pendekatan komunikatif di Indonesia muncul pada tahun 1980 karena adanya ketidakpuasan
akan beberapa teori bahasa (tradisional, struktural, dan mentalistik) yang hanya menekankan
pembelajaran bahasa pada teori saja, tanpa memperhatikan bagaimana cara penggunakan
bahasa tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
a. Ciri-ciri pendekatan Komunikatif:
(1) Mengutamakan makna sebenarnya daripada tata gramatikalnya;
(2) Adanya kegiatan komunikasi fungsional dan interaksi sosial yang saling berkaitan
Pembelajaran berorientasi pada pemerolehan kompetensi komunikatif, bukan
ketepatan gramatikal (pemahaman untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari);
(3) Pembelajaran diarahkan pada modifikasi dan peningkatan murid dalam menemukan
bahasa lewat kegiatan berbahasa (learning by doing);
(4) Materi pembelajaran berangkat dari analisis kebutuhan berbahasa pembelajaran.
b. Manfaat pendekatan komunikatif
(1) Peserta didik termotivasi untuk mengembangkan keterampilan berbahasanya setelah
mengetahui bahwa ada kaitannya dengan penggunaannya dalam kehidupan sehari-
hari;
(2) Peserta didik akan lebih mudah untuk berkomunikasi dan berinteraksi dalam
kehidupan sosialnya;
(3) Peserta didik tidak hanya memiliki pengetahuan tentang kebahasaan, tetapi juga
memiliki kompetensi untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
c. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan komunikatif
(1) Tahap persiapan, guru perlu merumuskan tujuan pembelajaran bahasa Bali dan
menyiapkan berbagai strategi yang berhubungan dengan pokok bahasan bahasa Bali
(bahasa Bali, aksara Bali, dan sastra Bali) yang diajarkan;
(2) Tahap pelaksanaan, guru menyajikan materi pelajaran bahasa Bali dengan
memanfaatkan pendekatan komunikatif, sehingga menarik perhatian peserta didik/
siswa dalam proses belajar mengajar, sehingga pembelajaran bahasa Bali itu
berlangsung efektif dan efesien;
(3) Tahap evaluasi, guru mengadakan evaluasi materi pelajaran bahasa Bali.

Seminar Nasional INOBALI 2019


Inovasi Baru dalam Penelitian Sains, Teknologi dan Humaniora
972
4. PENUTUP
Simpulan
Pendidikkan dan pengajaran bahasa Bali dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa pendekatan pembelajaran sesuai dengan materi pembahasannya. Salah satu
pendekatan yang relevan digunakan untuk mendapatkan proses pembelajaran bahasa Bali
yang lebih bermakna dan menarik adalah pendekatan komunikatif. Pembelajaran bahasa Bali
dengan pendekatan komunikatif menekankan pada pengembangan kompetensi bahasanya,
bukan pada pengetahuan bahasanya saja, sehingga peserta didik/siswa dapat
menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Brown, hal-hal yang harus diperhatikan guru dalam merancang materi
pengajaran yang mengacu pada pendekatan komunikatif adalah:
1) Tujuan pembelajaran di dalam kelas dofokuskan pada semua komponen dari kemampuan
berkomunikasi.
2) Teknik dalam pembelajaran bahasa Bali dirancang untuk melibatkan siswa dalam
penggunaan bahasa Bali yang pragmatis, autentik, fungsional, dan bermakna.
3) Kelancaran dan ketepatan berbahasa yang dapat melandasi teknik-teknik komjunikkatif.
4) Siswa pada akhirnya harus menggunakan bahasa Bali, baik secara produktif maupun
reseptif.
Saran
Kurikulum 13 (sering disebut K. 13) yang diterapkan di Sekolah Menengah Pertama
SMP) dan Sekolah Menengah Atas serta Sekolah Menengah Kejuruan (SMA serta SMK)
khususnya untuk bidang mata pelajaran bahasa Bali sampai saat ini belum dirasakan
mamfaatnya secara optimal. Pembelajaran yang berlangsung dominan masih ada dalam
ranah kognitif, sementara ranah afektif dan psikomotor belum banyak disentuh.
Kemampuan berbahasa Bali yang dimiliki oleh para guru bahasa Bali baik secara teoritis
maupun praktis tidak sama, lebih-lebih para peserta didik masih menganggap sangat sulit
berkomunikasi dengan bahasa Bali yang baik dan benar. Oleh karena itu, maka diperlukan
adanya penyatuan persepsi, strategi, dan langkah-langkah pendidikan dan pengajaran bahasa
Bali yang praktis dan komunikatif. Mungkin kurikulum perlu lebih disederhanakan, serta
jam pelajaran bahasa Bali ditingkatkan. Jadikan pelajaran bahasa Bali sebagai salah satu
pelajaran yang menentukan kenaikan dan kelulusan peserta didik.

5. DAFTAR PUSTAKA
Djendra, I Nyoman. 2011. Bahasa Bali Untuk Sekolah Dasar. Denpasar: Dharma Pura.
Emzir dan Rohman, Saifur. 2015. Teori dan Pengajaran Sastra. Jakarta: PT Raja Grafindo Prasada.
Gautama, Wayan Budha. 1985. Cakepan Kerta Basa Bali. Denpasar: PGA Hindu Negeri.
Gautama, Wayan Budha. 2006. Tata Sukerta Basa Bali. Denpasar: CV. Kayumasagung.
Ghazali,Syukur. 2013. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Dengan Pendekatan Komuniukatif-
Interaktif. Bandung: PT. Refika Aditama.
Guntur Tarigan, Henry. 1991. Metode Pengajaranb Bahasa 1. Bandung: Angkasa.

Seminar Nasional INOBALI 2019


Inovasi Baru dalam Penelitian Sains, Teknologi dan Humaniora
973
Iskjandarwassid dan Sunendar, Dadang. 2013. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Sekolah
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Ed. 2008. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Daerah Dalam Kerangka Budaya.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
Sagala, Syaiful. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Smith, Mark K. dkk. 2010. Teori Pembelajaran dan Pengajaran. Jogjakarta: Mirza Media Pusaka.
Tinggen, I Nengah. 1986. Sor Singgih Basa Bali. Singaraja: Rhika Dewata.
Trianto,. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Konsep dan Implementasinya
pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Mediua Grup.

Seminar Nasional INOBALI 2019


Inovasi Baru dalam Penelitian Sains, Teknologi dan Humaniora
974

You might also like