351-Article Text-1226-1-10-20220809
351-Article Text-1226-1-10-20220809
351-Article Text-1226-1-10-20220809
Email: [email protected]
Abstract
The stunting rate of children under the age of two in Indonesia increased by 3.8% from the year of 2016 to 2018. Stunting
in children, besides having an impact on children's growth and development, also results in economic losses because
physical growth failure reduces productivity. Cognitive failure causes decreased performance in school, so that increase
health care costs. The purpose of the study was to determine the relationship between pregnancy check-ups and the
consumption of blood-supplemented tablets (TTD) in pregnant women with stunting ≥ 90 tablets in Indonesia by analyzing
the 2013’ Riskesdas data. The final analytical sample was 11,029 aged 0-2 years in all provinces in Indonesia. Statistical
analysis was performed with chi-square at a significance level of 5%. Stunting children 0-23 months in Indonesia is 33.3%.
Chi-square analysis showed that there was a relationship between standardized antenatal care and consumption of TTD
in pregnant women 90 tablets with stunting in children aged 0-23 months (p<0.05). Mothers who do not carry out
standardized pregnancy check-ups have a 1.03 times risk of having stunting children compared to mothers who carry out
standardized antenatal care. Mothers who took TTD <90 tablets had a 1.05 times chance of having stunting children
compared to mothers who took TTD 90 tablets.
Keywords: Antenatalcare, Children under two years; Stunting; consumption of iron tablets
Abstrak
Angka stunting anak usia di bawah dua tahun di Indonesia meningkat sebesar 3,8% dari tahun 2016 hingga 2018. Stunting
pada anak selain berdampak pada tumbuh kembang anak juga mengakibatkan kerugian ekonomi karena kegagalan
pertumbuhan fisik menurunkan produktivitas. Kegagalan kognitif menyebabkan penurunan kinerja di sekolah sehingga
meningkatkan biaya perawatan kesehatan. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan pemeriksaan kehamilan dan
konsumsi tablet tambah darah (TTD) pada ibu hamil ≥ 90 Tablet dengan stunting di Indonesia dengan menganalisis data
Riskesdas 2013. Jumlah sampel analitik akhir 11.029 usia 0-2 tahun di seluruh provinsi di Indonesia. Analisis statistik
dilakukan dengan chisquare pada tingkat signifikansi 5%. Stunting anak 0-23 bulan di Indonesia adalah 33,3%. Analisis
chisquare menunjukkan ada hubungan pemeriksaan kehamilan sesuai standar dan konsumsi TTD pada ibu hamil ≥ 90
Tablet dengan stunting anak usia 0-23 bulan (p<0.05). Ibu yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai standar
berisiko 1,03 kali memiliki anak stunting dibanding ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai standar. Ibu yang
mengonsumsi TTD <90 Tablet berpeluang 1,05 kali memiliki anak stunting dibanding ibu yang mengonsumsi TTD ≥ 90
Tablet.
Kata kunci: Antenatalcare, Bawah Dua Tahun, Stunting, Tablet Tambah Darah
Latar Belakang
Joint Child Malnutrirtion Estimates 2021 Edition Timur 32,6% dan Asia Selatan 30,7%. Asia Selatan
menyebutkan 149,2 juta (22,,0%) anak di bawah usia memiliki prevalensi stunting tertinggi di antara
lima tahun di seluruh dunia stunting pada tahun 2020. subwilayah manapun di Asia. Stunting di regional Asia
Stunting tertinggi tahun 2020 ditemukan di Melanesia mengalami penurunan dari 24,5% tahun 2015 menjadi
yaitu 43,6%, Oceania (kecuali Australia dan New 21,8% tahun 2020, namun stunting pada anak di Asia
Zealand) yaitu 41,4%, Afrika Tengah 36,8%, Afrika Tenggara tercatat sebesar 27,4% atau 15,3 juta pada
P- ISSN: 2527-5798, E-ISSN: 2580-7633
Jurnal Keperawatan Suaka Insan (JKSI) Volume 7, Number 2, Juli-Desember 2022
134
tahun 2020 (UNICEF/WHO/World Bank, 2021). Stunting pada anak juga mengakibatkan kerugian
Stunting pada balita di Indonesia berdasarkan Riskesdas ekonomi karena kegagalan petumbuhan fisik
2018 adalah 30,8% dan 27,67% tahun 2019 berdasarkan menurunkan produktivitas, kegagalan kognitif
Laporan Pelaksanaan Integrasi Susenas Maret 2019 dan menyebabkan penurunan kinerja di sekolah, sehingga
Studi Status Gizi Balita Indonesia atau SSGBI tahun meningkatkan biaya perawatan kesehatan. Sekitar 1%
2019 (Kementerian Kesehatan RI, 2019). Stunting pada penurunan tinggi badan pada orang dewasa karena
anak di bawah usia dua tahun (baduta) di Indonesia stunting masa anak-anak menurunkan 1,4%
tercatat 32,9% tahun 2013, 26,1% tahun 2016, dan 29,9% produktivitas ekonomi. World Bank merilis produk
tahun 2018. Angka stunting pada anak di bawah usia dua domestik bruto (PDB) yang hilang karena stunting
tahun meningkat 3,8% (2016-2018). Jika merujuk pada mencapai 2% hingga 3% per tahun. Bila PDB Indonesia
cut offpoint WHO untuk masalah kesehatan masyarakat tahun 2018 adalah 14.837 Triliun Rupiah maka stunting
(>20%) maka stunting pada anak di bawah usia dua tahun menyebabkan kerugian sebesar 300-400 Triliun Rupiah
dan di bawah lima tahun di Indonesia masih menjadi per tahun di Indonesia (World Bank, 2006;Achadi et al.,
masalah kesehatan masyarakat kronis (Kementerian 2020).
Kesehatan RI, 2018). Stunting anak dibawah usia dua
tahun di Indonesia masih diatas angka stunting global Program penurunan stunting di Ethiopia melaporkan
dan Asia (World Health Organization, 2020) serta diatas bahwa faktor-faktor kunci dalam intervensi stunting
rata-rata stunting di negara berkembang (rata-rata angka adalah peningkatan total hasil tanaman yang dapat
stunting di negara berkembang adalah 25%) (Global dikonsumsi (32%), peningkatan jumlah petugas
Nutrition Report, 2018). kesehatan (28%), penurunan buang air besar
sembarangan (13%), pendidikan orang tua (10%), gizi
Stunting merupakan masalah gizi kronis pada anak yang ibu (5%), perbaikan ekonomi (4%), dan penurunan
ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek kejadian diare (4%). Kebijakan dan program yang
dibandingkan dengan anak seusianya (Kemenkes RI, merupakan kunci untuk penurunan stunting difokuskan
2018) dan merupakan prediktor rendahnya kualitas pada sektor pertanian, akses perawatan kesehatan,
sumber daya manusia yang dampaknya menimbulkan sanitasi, dan pendidikan (Tasic et al., 2020). Studi di
risiko penurunan kemampuan produktif suatu bangsa Kabupaten Bangka dan Kabupaten Bangka Barat
(Achadi et.al., 2020; Kementrian PUPR, 2018). menyatakan bahwa program pencegahan stunting
Kegagalan pertumbuhan linier di awal kehidupan seperti Makanan Tambahan (PMT) pada Balita dan
menandakan adanya kelainan patologis yang terkait Ibu Hamil, Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD)
dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas, potensi pada remaja putri dan ibu hamil. Program lainnya
kehilangan pertumbuhan fisik yang optimal, penurunan seperti peningkatan imunisasi dasar lengkap pada
fungsi perkembangan saraf dan kognitif (De Onis & bayi dan balita, pemberian vitamin A pada balita, dan
Branca, 2016), penurunan kapasitas ekonomi serta pemberian zink sebagai obat diare terutama untuk ibu
peningkatan risiko penyakit metabolik dan kronis di hamil dan balita tidak mencapai target sasaran,
masa dewasa (Prendergast & Humphrey, 2014). Pada sehingga upaya penanggulangan dan penurunan
jangka panjang stunting pada anak juga dapat stunting menjadi kurang efektif (Saputri,
mengganggu kesehatan, pendidikan serta 2019). Kajian penanggulangan stunting lewat
produktifitasnya di kemudian hari (Djauhari, 2017). Gerakan 1000 HPK di Kabupaten Pasaman
Stunting juga dilaporkan berhubungan dengan gangguan melaporkan bahwa berbagai upaya pencegahan
kognitif seperti perkembangan motorik yang tertunda, stunting sudah dilakukan, namun masih kurang
gangguan fungsi otak dan kinerja sekolah yang buruk monitoring evaluasi dan masih adanya kegiatan
(Global Nutrition Report, 2018). Case Control Study intervensi yang belum terlaksana (Nefy et al., 2019).
pada anak usia 6-7 tahun di Iran Selatan melaporkan ada WHO mengatakan beban ganda malnutrisi terjadi pada
hubungan yang signifikan antar stunting dan penyakit anak Indonesia termasuk stunting (Global Nutrition
kronis (Fatemi et al., 2019). Report, 2020) sehingga perlu dikaji hubungan
pemeriksaan kehamilan dan konsumsi TTD pada ibu
hamil ≥ 90 Tablet dengan stunting di Indonesia.
Metode Penelitian
badan anak 0-2 tahun di 33 provinsi di Indonesia.
Penelitian ini adalah retrospekif studi untuk Makalah akan menganalisis data anak usia 0-2 tahun di
mendapatkan gambaran kejadian stunting anak 0-23 seluruh Provinsi di Indonesia.
bulan di Indonesia di tahun 2013 sebagai landasan
melihat pencapaian penurunan stunting. Penelitian Populasi penelitian adalah anak usia 0-2 tahun yang
menganalisis lebih lanjut dari data sekunder Riset tinggal di seluruh provinsi di Indonesia. Sampel
Kesehatan Dasar 2013 yang mengukur 27.779 tinggi penelitan adalah anak usia 0-2 tahun yang tinggal
bersama ibunya di seluruh provinsi di Indonesia. Kami
P- ISSN: 2527-5798, E-ISSN: 2580-7633
Jurnal Keperawatan Suaka Insan (JKSI) Volume 7, Number 2, Juli-Desember 2022
135
melakukan proses penghapusan daftar untuk menjaga 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak
nilai yang hilang dan memilih anak-anak yang dilakukan (Kementerian Kesehatan, 2020). Nilai z-szore diolah
pengukuran tinggi badan saja dan kelengkapan data menggunakan WHOAnthro.
sesuai variabel yang dianalisis. Proses ini menghasilkan
ukuran sampel analitik akhir 11.029 anak usia 0-2 tahun. Variabel independent adalah pemeriksaan kehamilan dan
konsumsi tablet tambah darah (TTD). Ibu tergolong
Riskesdas 2013 telah disetujui oleh Komisi Etik melakukan pemeriksaan kehamilan jika melakukan
Penelitian Kesehatan Badan Litbang Kesehatan pemeriksaan kehamilan minimal 4x sesuai standar yaitu
No.LB.02.01/5.2/KE.006/2013 1x pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua
dan 2x pada trimeseter ketiga. Konsumsi TTD
Variabel dependen yaitu stunting di sajikan sebagai dikategorikan ya (jika mengonsumsi TTD minimal 90
binary variabel (0=tidak stunting, 1=stunting) tablet selama masa kehamilan) dan tidak (tidak
menggunakan nilai z-score. Seorang anak dikatakan mengonsumsi TTD minimal 90 tablet selama masa
stunting jika tinggi badan menurut usia (z-score) lebih kehamilan). Analisis statsitik dilakukan dengan
kecil dari minus dua standar deviasi di bawah median chisquare pada tingkat signifikansi 5%.
Standar Pertumbuhan Anak WHO berdasarkan PMK No.
Hasil Penelitian
anak usia 0-23 bulan adalah 33,3% dan didominasi oleh
Kategori stunting pada hasil penelitian menggunakan anak perempuan (50,7%). Mayoritas ibu anak usia 0-23
Permenkes No.2 Tahun 2020 Tentang Standar bulan telah melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai
Antropometri Anak menyatakan bahwa anak dikatakan standar (71,9%) yaitu minimal 4x yang dilakukan 1x
stunted jika Panjang Badan menurut umur (PB/U) atau pada trimester pertama, 1x pada trimester kedua dan 2x
Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) di bawah -2 standar pada trimester ketiga. Namun ditemukan ibu hamil di
deviasi (-2SD) (Kementerian Kesehatan, 2020). Stunting Indonesia yang mengonsumsi TTD selama masa
kehamilan ≥ 90 Tablet masih rendah (38,6%).
Karakteristik N %
Usia 11029 100
Stunting
Tidak Stunting 7358 66,7
Stunting 3671 33,3
Jenis Kelamin
Laki-laki 5437 49,3
Perempuan 5592 50,7
Pemeriksaan Kehamilan Sesuai Standar (min 4x)
Tidak Sesuai Standar 3103 28,1
Sesuai Standar 7926 71,9
Konsumsi TTD (min ≥ 90 Tablet)
Konsumsi <90 Tablet 6774 61,4
Konsumsi ≥ 90 Tablet 4255 38,6
Hasi uji chisquare menunjukkan bahwa ada sebanyak pemeriksaan kehamilan sesuai standar (ada hubungan
5341 (72,6%) anak tidak stunting dari ibu yang yang signifikan antara pemeriksaan kehamilan sesuai
melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai standar. standar dengan stunting anak usia 0-23 bulan). Dari hasil
Sedangkan diantara ibu yang tidak melakukan analisis diperoleh pula nilai OR=1,03, artinya ibu tidak
pemeriksaan kehamilan sesuai standar, ada 1086(29,6%) melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai standar
yang anaknya stunting. Hasil uji statistik diperoleh nilai mempunyai peluang 1,03 kali untuk memiliki anak
p=0,01 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi stunting dibanding ibu yang melakukan pemeriksaan
kejadian ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan kehamilan sesuai standar.
sesuai standar dengan ibu yang tidak melakukan
P- ISSN: 2527-5798, E-ISSN: 2580-7633
Jurnal Keperawatan Suaka Insan (JKSI) Volume 7, Number 2, Juli-Desember 2022
136
Tabel 2. Hasil uji Chisquare stunting anak 0-23 Bulan di Indonesia, 2013 (N=11029)
Uji statstik juga memperlihatkan bahwa ada sebanyak TTD sesuai standar dengan stunting anak usia 0-23
2890 (39,3%) anak tidak stunting dari ibu yang bulan). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=1,05,
mengonsumsi TTD ≥ 90 Tablet. Sedangkan diantara ibu artinya ibu yang mengonsumsi TTD <90 Tablet
yang mengonsumsi TTD <90 Tablet, ada 62306 (62,8%) mempunyai peluang 1,05 kali untuk memiliki anak
yang anaknya stunting. Hasil uji statistik diperoleh nilai stunting dibanding ibu yang mengonsumsi TTD ≥ 90
p=0,03 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi Tablet.
kejadian ibu yang mengonsumsi TTD ≥ 90 Tablet
dengan ibu yang ibu yang mengonsumsi TTD <90 Tablet
(ada hubungan yang signifikan antara jumlah konsumsi
Pembahasan
Stunting anak merupakan masalah gizi kronis tahun 1990 dan 2013 dari 69 negara berpenghasilan
multifaktor. Beberapa faktor penyebab stunting antara rendah dan menengah untuk wanita usia reproduksi (15-
lain adalah sosial ekonomi, gizi ibu hamil, angka 49 tahun), anak-anak dan rumah tangga menunjukkan
kesakitan, dan kurangnya asupan gizi. Balita stunting di bahwa satu kunjungan ANC dikaitkan dengan penurunan
masa depan akan mengalami kesulitan dalam mencapai 1,04% kemungkinan kematian neonatal dan 1,07% lebih
perkembangan fisik dan kognitif yang optimal rendah kemungkinan kematian bayi. Memiliki
(Kemenkes RI, 2018). Status gizi pada 1000 HPK (usia setidaknya empat kunjungan ANC dan keterampilan
anak 0-23 bulan) mempengaruhi kualitas kesehatan, petugas pelayanan ANC mengurangi kemungkinan
intelektual, dan produktivitas. Ibu dan bayi memerlukan masing-masing sebesar 0,56% dan 0,42% kematian
gizi yang cukup dan berkualitas untuk menjamin status neonatal. Setidaknya satu kunjungan ANC dikaitkan
gizi dan status kesehatan; kemampuan motorik, sosial, dengan penurunan 3,82% kemungkinan melahirkan
dan kognitif; kemampuan belajar dan produktivitasnya BBLR dan 4,11% dan 3,26% mengurangi probabilitas
pada masa yang akan datang. Anak yang mengalami stunting dan underweight. Layanan ANC yang saat ini
kurang gizi di periode 1000 HPK akan mengalami ada dan diakses di negara-negara berpenghasilan rendah
masalah neurologis, penurunan kemampuan belajar, dan menengah secara langsung terkait dengan hasil
peningkatan risiko putus sekolah, penurunan kelahiran yang lebih baik dan penurunan jangka panjang
produktivitas dan kemampuan bekerja, penurunan dari kematian anak dan kekurangan gizi (Kuhnt &
pendapatan, penurunan kemampuan menyediakan Vollmer, 2017).
makananan yang bergizi dan penurunan kemampuan
mengasuh anak. Selanjutnya akan menghasilkan Beberapa zat gizi mikro dapat meningkatkan
penularan kurang gizi dan kemiskinan pada generasi pertumbuhan linear pada anak seperti zink, vitamin A,
berikutnya (World Bank, 2015). Pentingnya gizi bagi zat besi dan kalsium (Amelia, 2019). Kondisi ibu
1000 HPK, sehingga berbagai upaya gizi pada 1000 HPK sebelum masa kehamilan baik postur tubuh (berat badan
menjadi prioritas utama guna meningkatkan kualitas dan tinggi badan) dan gizi merupakan salah satu faktor
kehidupan generasi yang akan datang (Bappenas, 2019). yang mempengaruhi terjadinya stunting. Ibu yang patuh
mengonsumsi tablet Fe memiliki risiko lebih kecil untuk
Hasil penelitian menemukan ibu yang melakukan terjadinya anak pendek (stunting) jika dibandingkan
pemeriksaan kehamilan sesuai standara minimal 4x (1x dengan ibu yang tidak patuh mengonsumsi tablet Fe
pada trimester pertama, 1x pada trimester kedua dan 2x (Sabatina Bingan, 2020). Studi intervensi pada ibu dan
pada trimester ketiga) 72,6% anaknya tidak stunting. anak di 36 negara yang memiliki 90% anak dengan
Survei Demografi dan Kesehatan yang dilakukan antara pertumbuhan linier terhambat menunjukkan bahwa
P- ISSN: 2527-5798, E-ISSN: 2580-7633
Jurnal Keperawatan Suaka Insan (JKSI) Volume 7, Number 2, Juli-Desember 2022
137
intervensi mikronutrien yang efektif untuk wanita hamil stunting pada 36 bulan sebesar 36%. Untuk
adalah suplementasi dengan zat besi folat (yang menghilangkan stunting dalam jangka panjang,
meningkatkan hemoglobin sebesar 12 g/L, (2,93–21,07) intervensi ini harus dilengkapi dengan perbaikan dalam
dan mikronutrien (yang mengurangi risiko berat lahir faktor penentu kurang gizi, seperti kemiskinan,
rendah sebesar 16% (risiko relatif 0,84, 0,74-0,95). pendidikan yang buruk, beban penyakit, dan kurangnya
Intervensi tersebut dirancang untuk meningkatkan gizi pemberdayaan perempuan (Bhutta et al., 2008).
dan pencegahan penyakit terkait dapat mengurangi
Kesimpulan
Studi ini menggunakan data Riset Kesehatan Dasar 2013 persentase cakupan pemeriksaan kehamilan sesuai
dan menyelidiki pemeriksaan kehamilan dan TTD pada standar dan konsumsi TTD pada ibu hamil ≥ 90 Tablet.
ibu hamil dalam upaya percepatan pencegahan stunting Penelitian hanya memanfaatkan data sekunder dengan
di Indonesia. Studi menemukan bahwa pemeriksaan respon rate <100% sehingga dibutuhkan studi lebih
kehamilan sesuai standar dan konsumsi TTD pada ibu lanjut dengan kekuatan statistik yang lebih besar atau
hamil ≥ 90 Tablet berhubungan dengan stunting anak 0- metode yang lebih kuat untuk dapat menjelaskan
23 bulan di Indonesia. Temuan ini diharapkan hubungan kausalitas.
menyakinkan implikasi kebijakan untuk peningkatankan
Acknowledges
Basuni Jahari, M.Sc yang membantu peneliti dalam
Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada mengakses data Riset Kesehatan Dasar 2013.
Litbangkes RI untuk akses data Riskesdas 2013, Dr.Abas
Daftar Pustaka
Journal
Kesehatan RI, 301(5), 1163–1178.
Amelia, R. R. (2019). Prevalensi dan Zat Gizi Mikro Kementerian Kesehatan. (2020). PMK No 2 Tahun 2020
dalam Penanganan Stunting. Jurnal Ilmu Tentang Standar Antropometri Anak (Vol. 28,
Kedokteran Dan Kesehatan, 6(2), 138–145. Issue 2, pp. 1–43). Kementerian Kesehatan RI.
https://doi.org/10.33024/jikk.v6i2.2193 Kementerian Kesehatan RI. (2018). Buku saku
Bappenas. (2019). Pembangunan Gizi Indonesia (P. B. pemantauan status gizi. Buku Saku Pemantauan
Ali, A. Gani, E. Zainal, & A. Dharmawan (eds.)). Status Gizi Tahun 2017, 7–11.
Kementerian PPN/Bappenas. Kementerian Kesehatan RI. (2019). Laporan
https://www.bappenas.go.id/files/1515/9339/2047 Pelaksanaan Integrasi Susenas Maret 2019 dan
/FA_Preview_HSR_Book04.pdf SSGBI Tahun 2019. 69.
Bhutta, Z. A., Ahmed, T., Black, R. E., Cousens, S., https://stunting.go.id/?smd_process_download=1
Dewey, K., Giugliani, E., Haider, B. A., Kirkwood, &download_id=5219
B., Morris, S. S., Sachdev, H., & Shekar, M. Kementrian PUPR. (2018). Atasi Stunting dengan
(2008). What works? Interventions for maternal Penyediaan Infrastruktur Dasar. In Buletin
and child undernutrition and survival. The Lancet, Ciptakarya. Kementerian Pekerjaan Umum dan
371(9610), 417–440. Perumahan Rakyat.
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(07)61693-6 Kuhnt, J., & Vollmer, S. (2017). Antenatal care services
de Onis, M., & Branca, F. (2016). Childhood stunting: A and its implications for vital and health outcomes
global perspective. Maternal and Child Nutrition, of children: Evidence from 193 surveys in 69 low-
12, 12–26. https://doi.org/10.1111/mcn.12231 income and middle-income countries. BMJ Open,
Djauhari, T. (2017). Gizi Dan 1000 Hpk. Saintika 7(11), 1–8. https://doi.org/10.1136/bmjopen-2017-
Medika, 13(2), 125. 017122
https://doi.org/10.22219/sm.v13i2.5554 Nefy, N., Lipoeto, N. I., & Edison, E. (2019).
Fatemi, M. J., Fararouei, M., Moravej, H., & Implementasi Gerakan 1000 Hari Pertama
Dianatinasab, M. (2019). Stunting and its Kehidupan Di Kabupaten Pasaman2017. Media
associated factors among 6-7-year-old children in Gizi Indonesia, 14(2), 186.
southern Iran: A nested case-control study. Public https://doi.org/10.20473/mgi.v14i2.186-196
Health Nutrition, 22(1), 55–62. Prendergast, A. J., & Humphrey, J. H. (2014). The
https://doi.org/10.1017/S136898001800263X stunting syndrome in developing countries.
Kemenkes RI. (2018). Buletin Stunting. Kementerian Paediatrics and International Child Health, 34(4),
P- ISSN: 2527-5798, E-ISSN: 2580-7633
Jurnal Keperawatan Suaka Insan (JKSI) Volume 7, Number 2, Juli-Desember 2022
138
Books
Achadi, E. L., Achadi, A., & Aninditha, T. (2020). In Development Initiatives. Development
Pencegahan Stunting Pentingnya Peran 1000 Hari Initiatives. https://doi.org/10.1063/1.4759115
Pertama Kehidupan. PT.Rajagrafindo Jakarta. Global Nutrition Report. (2020). Inequalities in the
http://www.rajagrafindo.co.id/produk/pencegahan global burden of malnutrition. In Global Nutrition
-stunting-pentingnya-peran-1000-hari-pertama- Report (Issue June, pp. 32–60).
kehidupan-endang-l-achadi/ http://www.segeplan.gob.gt/2.0/index.php?option
Global Nutrition Report. (2018). 2018 Global Nutrition =com_content&view=article&id=472&Itemid=47
Report: Shining a light to spur action on nutrition. 2