5493 18630 1 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

Al Urwatul Wutsqa: Kajian Pendidikan Islam

ISSN: 2775-4855
Volume 1, Nomor 1, Juni 2021
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/alurwatul

PENDIDIKAN ISLAM DALAM MEMBANGUN PERADABAN MANUSIA

Ahmad Abdullah1a); Hj. Atika Ahmad2


1,2 Universitas Muhammadiyah Makassar
a)E-mail: [email protected]

Abstrak
Di dalam memahami tahapan-tahapan pelaksanaan pendidikan Islam, dapat
dilihat dari periodisasi pendidikan Islam ini salah satu kajian islam karena
terkait dengan peristiwa yang terjadi pada masa lampau dengan berdasarkan
pengembangan pendidikan islam dengan menitipberatkan pada kajian kapan
terjadi, dimana tempat terjadinya, dan sispa yang menjadi tokohnya. Adapun
peradaban manusia, bisa kita melihat sebuah kisah Rasulullah Saw ketika
beliau melihat jenazah yahudi lewat, Rasulillah Saw berdiri sebagai wujud
penghargaan. Sontak sahabat mengingatkan Rasulullah bahwa jenazah itu
adalah yahudi, beliau lalu katakan meskipun yahudi tetapi dia tetaplah
manusia: Alaisat nafsan”. Hal inilah yang menunjukkan bahwa Rasulullah telah
meletakkan pondasi awal peradaban manusia.

Kata Kunci: Pendidikan Islam; peradaban manusia, pembangunan manusia

Abstract
The research objectives were to: (1) study the government system during the
Kingdom of Gowa, (2) to study the government system during the Kingdom of
Bone, and (3) to compare the government system between the Kingdom of Gowa
and the Kingdom of Bone as well as to compare the regional autonomy
government system adopted by Indonesia today. . There are two methods used in
this research, namely: (1) location survey and interviews, and (2) literature
study, which is to collect a number of references that discuss the government
system in the two kingdoms, namely the Kingdom of Gowa and the Kingdom of
Bone both in book form and in the form of research results. thesis, thesis, and
dissertation as well as historical journals. In addition, read the references that
discuss the regional government system as a reference for comparison. Based on
the results of the study and analysis, this study concludes as follows: (1) the
government system of the Kingdom of Gowa initially adopted a desantralistic
system because salapang bate has the right and authority to regulate its
respective regions or countries, while paccallaya only functions as a
coordinative. However, after the Kingdom of Gowa was ruled by Tomanurung as
the King who had the title of sombaya, the bate salapang system from the ruler
of the country turned into servants, and tended to be centralistic, (2) while the
government system of the Kingdom of Bone adopted a centralistic system

Al Urwatul Wutsqa: Volume 1, No. 1; Juni 2021 | 1


Pendidikan Islam Dalam Membangun Peradaban Manusia

because mapai as the head of government did not give power to adat pitue as an
official at the gallarrang or matoa-matoa level in each country and power is
directly controlled by the mapai as king, and (3) the results of the study conclude
that the governmental system of the Kingdom of Gowa was originally identical
to the desantralistic government system that we know as the current regional
autonomy system. , meanwhile, the government system of the Bone Kingdom was
identical to the centralized government system that was applied during the New
Order era.

Keywords: Comparative; Centaralistic government system; Decentralized

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 1
Konsep pendidikan dewasa ini tampaknya bukan lagi menjadi
tanggung jawab pengembang Ilmu Pendidikan formal, tetapi menjadi milik
semua aktivitas masyarakat yang membutuhkan layanan pengembangan
Ilmu Pendidikan. Ilmu Pendidikan menjadi gerakan membangun sebuah
peradaban masyarakat. Masa depan pendidikan di Indonesia dapat
dipikirkan dalam kerangka kerja yang lebih luas serta memadai untuk
mendukung lahirnya sebuah peradaban baru. Dengan demikian bila
pembangunan pendidikan dan pembangunan bidang lain misalnya politik,
ekonomi, kesejahteraan, sama-sama memberikan perhatian terhadap upaya
membangun peradaban.2
Pendidikan dalam Islam menjadi bagian integral bagi seluruh aspek
kehidupan. Melalui pendidikan Islam mencapai puncak kejayaan di masa
keemasan Islam pada abad ke–7 (tujuh), sebelum mengalami masa
kemunduran sampai dengan saat ini. Menurut hemat Penulis, mustahil
Islam mencapai Izzul Islam wal Muslimun, tanpa membangun peradaban
pendidikan yang massif di seluruh dunia Islam.
Islam sebagai agama datang untuk membangun peradaban manusia,
menjadi rahmatan lil alamin.3Peradaban manusia yang dimaksud tentu
peradaban yang ramah bukan yang marah, mendidik bukan membidik,
membina bukan membunuh, merangkul bukan memukul. Keramahan Islam

1 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 angka
1, hal. 1
2 Ani Cahyadi. Pendidikan: Membangun Peradaban, Universitas Islam Negeri Antasari,
Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Artikel, hal.1
3 Alquran dan terjemahnya
Al Urwatul Wutsqa: Volume 1, No.1; Juni 2021 | 2
Pendidikan Islam Dalam Membangun Peradaban Manusia

ditunjukkan dalam segala hal, terutama dalam proses pendidikan. Seluruh,


aspek kehidupan dalam Islam dapat dilaksanakan dengan sempurna melalui
kegiatan pendidikan. Baik, aspek ‘ibadah dalam arti hubungan vertikal
secara personal antara seorang hamba dengan Allah swt., maupun aspek
akhlak (etika, karakter, mua’malah) dalam arti membangun hubungan
interaksi antara sesama manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
dalam kehidupan ini.
Tulisan ini, dimaksudkan untuk mengungkap tujuan Islam sebagai
harapan dalam membangun peradaban melalui praktik pendidikan.
Pendidikan yang dimaksudkan, bukan hanya pendidikan dalam aspek
Jasadiyah (Jasmani), melainkan juga pendidikan Ruhiyah (Rohani). Sebab,
pendidikan tanpa mendidik hati adalah sama dengan tidak ada pendidikan
sama sekali.4

METODE
a. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah
penelitian pustaka slibrary research. Penelitian kepustakaan (library
research) yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari, mengkaji
dan memahami sumber-sumber data yang ada pada beberapa buku yang
terkait dalam penelitian, disebut penelitian kepustakaan karena data-data
atau bahan-bahan yang diperlukan dalam menyelesaikan penelitian tersebut
berasal dari perpustakaan baik berupa buku, ensklopedia, kamus, jurnal,
dokumen, majalah dan lain sebagainya (Harahap, 2014: 68).

b. Data dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data sekunder. Data
sekunder merupakan data yang didapat dari catatan, buku, artikel, buku-
buku sebagai teori. Data yang diperoleh dari data sekunder tidak perlu diolah
lagi (Sujarweni, 2015:88). Sumber data yang digunakan dalam pembuatan
karya tulis ilmiah ini yaitu data-data yang diperoleh dari sejumlah jurnal,
artikel, dan ebook. Permasalahan yang diangkat dianalisis dan diperjelas
melalui data-data berupa infomasi yang telah dikumpulkan. Selanjutnya, data
yang dipilih relevan. Data yang dipilih merupakan data yang paling mampu
memudahkan penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini. Data tersebut
dapat berupa definisi, jenis, proses, maupun langkah-langkah pembuatan

4 Azhar Arsyad, disampaikan dalam kuliah pada semester yang sama saat menjelaskan
pendapat Aristoteles tentang hakikat pendidikan. Aristoteles yang lahir jauh sebelum Nabi
Muhammad Saw, ternyata telah mengetahui pentingnya pendidikan Ruhiyah, selain
pendidikan jasadiyah.
Al Urwatul Wutsqa: Volume 1, No.1; Juni 2021 | 3
Pendidikan Islam Dalam Membangun Peradaban Manusia

atau peggunaan, sehingga rumusan permasalahan dapat terjawab dan


menghasilkan karya yang bisa dipercaya dan dipertanggungjawabkan.
c. Teknik Pengumpulan Data
Data-data yang diperoleh dalam karya tulis ilmiah ini adalah berupa
data sekunder yaitu data dari berbagai literatur untuk mendapat atau
memperoleh dasar dan kerangka teoritis mengenai masalah yang dibahas
atau mencari informasi yang erat hubungannya dengan rumusan masalah
atau berupa data yang relevan dengan permasalahan seperti data dari
internet, jurnal, artikel, dan buku (Juliandi, 2014:64).
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam
penelitian ini ada dua jenis, yaitu dengan menggunakan studi kepustakaan
dan internet searching dan berikut penjelasannya:
1) Studi Kepustakaan
Berangkat dari asumsi bahwa studi kepustakaan merupakan salah satu
teknik pengumpulan data yang dianggap mampu mendukung validitas data
penelitian dengan menggunakan media kepustakaan sebagai sumber
informasi. Studi kepustakaan berkaitan dengan kajian teoritis dan referensi
lain yang berkaitan dengan nilai, budaya dan norma yang berkembang pada
situasi sosial yang diteliti, selain itu studi kepustakaan sangat penting dalam
melakukan penelitian, hal ini dikarenakan penelitian tidak akan lepas dari
literatur-iteratur Ilmiah (Sugiyono, 2012: 291). Penulis melakukan
penjelajahan informasi melalui berbagai referensi terkait business card
sebagai pembiayaan modal usaha dalam mencapai tujuan Indonesia yang
mandiri.
2) Internet Searching
Penelitian dengan menggunakan internet searching sebagai salah satu
ekanisme pengumpulan data yakni dengan mencari artikel dan materi yang
terkait dengan masalah yang sedang diteliti dengan menggunakan media
internet.

c. Teknik Analisis Data


Setelah keseluruhan proses penelitian telah diselesaikan maka
selanjutnya peneliti mulai melakukan pengolahan data dan analisis data yang
diperlukan untuk mendapatkan informasi yang berarti agar dapat
mengungkapkan permasalahan yang diteliti. Analisis data merupakan proses
mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam satuan pola,
kategori, dan satuan uraian dasar (Ryanlie, 2015:4)
Adapun teknik analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian
ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu dengan melakukan
beberapa tahap:

Al Urwatul Wutsqa: Volume 1, No.1; Juni 2021 | 4


Pendidikan Islam Dalam Membangun Peradaban Manusia

a) Reduksi data (data reduction)


Reduksi data adalah proses pemilihan data telah terkumpul. Lalu diseleksi
kemudian dirangkum dan disesuaikan dengan fokus berdasarkan rumusan
masalah yang telah dibuat. Kemudian data dikelompokkan berdasarkan
kategori tertentu, untuk dicari tema dan polanya. Reduksi data merupakan
suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
serta membuang data yang tidak perlu dan mengorganisasikan data.
b) Penyajian data (data display)
Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang akan memberikan
gambaran penelitian secara menyeluruh. Dengan kata lain menyajikan
data secara terperinci dan menyeluruh dengan mencari pola
hubungannya.
c) Penarikan kesimpulan (conclusion drawing)
Kesimpulan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan mencari
arti, makna, penjelasan yang dilakukan terhadap data yang telah dianalisis
dengan mencari hal-hal penting. Kesimpulan ini disusun dalam bentuk
pernyataan tentang business card sebagai pembiayaan modal usaha dalam
mewujudkan Indonesia mandiri.

PEMBAHASAN
1. Islam dan Peradaban Manusia
Menurut kamus besar bahasa Indonesia yang dimaksudkan dengan
peradaban adalah berasal dari kata adab, kata adab menurut kamus besar
adalah kesopanan, kehalusan, dan kebaikan budi pekerti beserta Akhlak. 5
Peradaban (civilization) dapat diartikan sebagai hubungannya dengan
kewarganegaraan karena diambil dari kata civies (Latin) atau civil (Inggris)
yang berarti seorang warga Negara yang berkemajuan. Dalam hal ini dapat
diartikan cara proses menjadi berkeadaban, suatu masyarakat manusia yang
sudah berkembang atau maju. Berdasarkan pengertian tersebut maka
indikasi suatu peradaban adalah adanya gejala gejala lahir seperti
masyarakat yang telah memiliki berbagai perangkat kehidupan.
Sebelum datangnya Islam zaman itu disebut masa jahiliyah. Periode
jahiliyah ini dalam Islam, adalah masa yang tidak mengenal agama tauhid
yang membuat moralitas mereka menjadi minim. Pada saat itu, masyarakat
Arab memiliki kebiasaan buruk seperti minum minuman keras, berjudi,
berzina, dan menyembah berhala. Bangsa Arab ini telah menganut berbagai
macam agama, akhlak, adat istiadat, dan aturan sebelum Islam datang.
Agama Islam bertemu dengan agama jahiliyah.

5 Kamus Besar Bahasa Indonesia


Al Urwatul Wutsqa: Volume 1, No.1; Juni 2021 | 5
Pendidikan Islam Dalam Membangun Peradaban Manusia

Pada saat agama Islam ini datang, membawa pembaharuan di berbagai


bidang termasuk akhlak, hukum, serta aturan hidup. Kedua kepercayaan ini
saling berbenturan dalam waktu yang cukup lama. Mengenal peradaban
bangsa Arab sebelum Islam datang, tidak lengkap bila tidak mempelajari
sejarah bangsa Arab yakni sebagai berikut:
a. Agama Bangsa Arab sebelum Islam Datang
Agama orang Arab sebelum Islam adalah Paganisme, Yahudi, dan
Kristen. Pagan ini merupakan agama mayoritas mereka. Ratusan berhala
berbagai bentuk ditempatkan di sekitar Kabbah. Agama pagan ini bahkan
sudah ada sejak sebelum Nabi Ibrahim. Nenek moyang bangsa Arab awalnya
memeluk agama Nabi Ibrahim, namun ajaran ini akhirnya pudar. Mereka lalu
membuat patung berhala dari batu, yang menjadi sarana untuk berhubungan
dengan Tuhan.
Semangat keagamaan yang amat kuat mendorong bangsa Arab untuk
melawan dan memerangi agama Islam saat Islam datang. Namun ibadah dan
praktik keagamaan sering tidak dilaksanakan oleh Arab Badui. Mereka
terlalu mencintai kehidupan bebas sehingga mereka pun ingin bebas dari
aturan agama.Agama dianggap sebagai pengikat kebebasannya, oleh
karenanya mereka sering menyelewengkan aturannya. Di antara mereka ada
yang menyembah bintang-bintang, pohon, batu-batuan, binatang, bahkan
menyembah raja mereka. Ini terjadi karena mereka sulit untuk memercayai
Tuhan yang abstrak.
Setelah terputus dengan nabi Ibrahim sebagai juru penerang, mereka
kembali menyembah berhala. Berhala-berhala itu terbuat dari batu dan
didirikan di Ka’bah. Agama Nabi Ibrahim bercampur aduk dengan
kepercayaan menyembah berhala ini. Hal yang membuat bangsa Arab
menyembah berhala adalah karena setiap orang yang meninggalkan kota
Mekah, selalu mengambil batu dari tanah sekitar Ka’bah. Setelah itu mereka
merasa dirinya lebih terhormat.Sementara Kakbah tetap memiliki
kedudukan yang tinggi.
b. Seni dan Budaya sebelum Islam Datang
Sementara itu peradaban bangsa Arab sebelum Islam terkait
kebudayaan dan seninya, bisa dikatakan sangat berkembang di jazirah Arab.
Bahasa Arab penuh dengan syair dan kosa kata yang indah.Mereka senang
berkumpul mengelilingi para penyair yang sangat dihormati untuk
mendengarkan syair-syairnya. Di samping sebagai penyair, orang Arab
Jahiliyah sangat mahir berpidato dengan bahasa yang indah. Seperti para
penyair, para ahli pidato pada masa itu memiliki derajat yang tinggi.
Negeri Yaman adalah tempat berkembangnya kebudayaan yang sangat
penting di Jazirah Arab sebelum Islam datang.Bangsa Arab ini memang

Al Urwatul Wutsqa: Volume 1, No.1; Juni 2021 | 6


Pendidikan Islam Dalam Membangun Peradaban Manusia

termasuk bangsa yang bercita rasa seni yang tinggi. Tidak semua negeri di
Jazirah Arab memiliki kebudayaan Islam. Negeri Iran yang tumbuh dengan
budaya Persia, sangat berbeda dengan kebudayaan orang Arab pada
umumnya. Demikian juga Mesir dengan kebudayaan zaman Fir’aunnya.
Di wilayah Jazirah Arab yang memiliki budaya Arab adalah Timur
Tengah serta sebagian negara Afrika Utara seperti Tunisia, Maroko, Aljazair,
dan Libia. Setelah Islam datang semua kebudayaan di Jazirah Arab mulai
saling memengaruhi satu sama lain, sehingga terjadi akulturasi dan asimilasi.
Bisa dikatakan peradaban mereka sudah maju, sehingga bahasa Arab
pun menjadi populer layaknya bahasa Eropa saat ini.Bahasa Arab ini sangat
berkontribusi terhadap penyebaran agama Islam di seluruh dunia.

c. Kondisi Sosial Ekonomi Bangsa Arab sebelum Islam Datang


Keadaan sosial ekonomi masyarakat Arab sangat dipengaruhi oleh
posisi geografisnya. Sebagian besar wilayah Arab merupakan daerah yang
gersang dan tandus, kecuali wilayah Yaman yang terkenal subur dan
lokasinya strategis sebagai lalu lintas perdagangan. Di bagian tengah jazirah
Arab –karena merupakan pegunungan yang tandus– Arab Badui berpindah-
pindah dari satu lembah ke lembah lain di pedalaman. Mereka adalah para
peternak yang mencari rumput untuk ternak.
Sedangkan suku-suku yang berdiam di wilayah yang subur -terutama di
sekitar oase- mengembangkan pertanian dengan menanam buah-buahan dan
sayur-sayuran. Sementara mereka yang tinggal di perkotaan biasanya
berdagang.Keahlian mereka dalam perdagangan menentukan kehidupan
sosial ekonomi mereka. Mereka bahkan melakukan perjalanan dagang ke
negeri Syam di musim panas dan ke Yaman di musim dingin.
Perekonomian bangsa Arab sebelum Islam datang sangat bergantung
pada perdagangan ini dibandingkan peternakan apalagi pertanian. Orang
Arab memang dikenal sebagai pedagang yang tangguh hingga bepergian jauh
ke negeri tetangga. Dalam bidang sosial politik, masyarakat Arab pada masa
jahiliyah tidak memiliki sistem pemerintahan yang mapan dan teratur.
Sebelum datangnya Islam bangsa Arab juga sudah mampu
mengembangkan ilmu pengetahuan. Orang Babilonia yang pindah karena
diserang Persia ke negeri Arab membantu perkembangan ilmu astronomi
mereka. Bangsa Arab sebelum kedatangan Islam dikenal pemberani dalam
membela pendirian. Mereka teguh pendiriannya dalam mempertahankan
cara hidup yang sudah menjadi kebiasaan.

2. Pendidikan Islam dalam Membangun Peradaban Manusia


Pada awalnya pembinaan pendidikan Islam dimulai sejak nabi

Al Urwatul Wutsqa: Volume 1, No.1; Juni 2021 | 7


Pendidikan Islam Dalam Membangun Peradaban Manusia

Muhammad Saw diangkat menjadi Rasul sampai wafatnya. Pada pembinaan


ini melalui dua periode, yaitu periode Mekah 13 tahun dan periode
Madinah 10 tahun. Dimulai 610 M s.d 632 M/ 13 .S.Hijriah s.d 11 hijriah.
Kedua, Masa pertumbuhan pendidikan Islam, dimulai sejak wafatnya
Rasulullah Saw hingga masa bani umayah. Masa ini terbagi dua periode
yaitu periode khulafaurrasyidin (632-661) dan periode bani umayyah (661
s.d 750 M) ketiga, Masa kejayaan pendidikan Islam, sejak berdirinya Daulah
bani abbasiyah sampai jatuhnya Baghdad (750 m. s.d 1250 m.) Keempat,
masa kemunduran pendidikan Islam ditandai saat Bahgdad dihancurkan
Hulagu khan sampai wilayah mesir di bawah kekuasaan Napoleon
Boneparte 1250M-1798M. Kelima, masa pembaharuan, di awali sejak mesir
di kuasai napoleon sampai masa modern sekarang 1798M sampai
sekarang. Pada periodisasi ini sungguh sangat menarik untuk di kaji namun
penulis hanya menulis sebahagian dalam artikel ini.
Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin. Namun banyak orang
menyimpangkan pernyataan ini kepada pemahaman-pemahaman yang
salah kaprah. Sehingga menimbulkan banyak kesalahan dalam praktek
beragama bahkan dalam hal yang sangat fundamental, yaitu dalam masalah
aqidah.Pernyataan bahwa Islam adalah agamanya yang rahmatan lil
‘alamin sebenarnya adalah kesimpulan dari firman Allah Ta’ala, sebagai
berikut:
ِ ِ
َ ‫ناك إِالَّ َر ْْحَةً لْلعالَم‬
‫ي‬ َ ‫َوما أ َْر َسْل‬
Terjemahnya:
“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai
rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107)

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam diutus dengan


membawa ajaran Islam, maka Islam adalahrahmatan lil’alamin, Islam
adalah rahmat bagi seluruh manusia.Secara bahasa, rahmat artinya
kelembutan yang berpadu dengan rasa iba (Lihat Lisaanul Arab, Ibnul
Mandzur). Atau dengan kata lain rahmat dapat diartikan dengan kasih
sayang. Jadi, diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam
adalah bentuk kasih sayang Allah kepada seluruh manusia. Dalam masalah
ini, terdapat dua penafsiran:
Pertama, Alam semesta secara umum mendapat manfaat dengan
diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. Orang yang
mengikuti beliau, dapat meraih kemuliaan di dunia dan akhirat sekaligus.
Orang kafir yang memerangi beliau, manfaat yang mereka dapatkan adalah
disegerakannya pembunuhan dan maut bagi mereka, itu lebih baik bagi

Al Urwatul Wutsqa: Volume 1, No.1; Juni 2021 | 8


Pendidikan Islam Dalam Membangun Peradaban Manusia

mereka. Karena hidup mereka hanya akan menambah kepedihan adzab


kelak di akhirat. Kebinasaan telah ditetapkan bagi mereka.Sehingga,
dipercepatnya ajal lebih bermanfaat bagi mereka daripada hidup menetap
dalam kekafiran.
Orang kafir yang terikat perjanjian dengan beliau, manfaat bagi
mereka adalah dibiarkan hidup didunia dalam perlindungan dan perjanjian.
Mereka ini lebih sedikit keburukannya daripada orang kafir yang
memerangi Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. Orang munafik, yang
menampakkan iman secara zhahir saja, mereka mendapat manfaat berupa
terjaganya darah, harta, keluarga dan kehormatan mereka. Mereka pun
diperlakukan sebagaimana kaum muslimin yang lain dalam hukum waris
dan hukum yang lain.
Kedua: Islam adalah rahmat bagi setiap manusia, namun orang yang
beriman menerima rahmat ini dan mendapatkan manfaat di dunia dan di
akhirat. Sedangkan orang kafir menolaknya. Sehingga bagi orang kafir,
Islam tetap dikatakan rahmat bagi mereka, namun mereka enggan
menerima. Sebagaimana jika dikatakan ‘Ini adalah obat bagi si fulan yang
sakit’. Andaikan fulan tidak meminumnya, obat tersebut tetaplah dikatakan
obat”.
Adapun Langkah-Langkah Membangun Peradaban dalam pendidikan
Islam
a) Membangun Mesjid
Paling tidak, ada dua aspek yang rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam
terapkan setibanya di Madinah. Pertama, aspek spiritual dengan membangun
masjid. Sebagai mana yang ditulis syeikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri
dalam sirah nabawiyyah, langkah paling pertama yang beliau lakukan adalah
membangun masjid yang kemudian dikenal dengan masjid Nabawi,
Rasulullah saw terjun langsung dalam pembangunan ini.
Masjid yang didirikan nabi bukan hanya untuk melaksanakan shalat
semata, tapi juga tempat mengenyam pendidikan bagi semua umat muslim,
sebagai balai pertemuan untuk mempersatukan umat islam dan membahas
berbagai masalah, juga tempat tinggal kaum muhajirin yang tak membawa
harta ke Madinah. Fakta tersebut tentu berseberangan dengan keadaan
sekarang. Di mana kaum muslimin kebanyakan hanya menggunakan masjid
sebagai sarana ibadah seperti shalat. Sangat jarang ditemukan masijd yang
Multifungsi.
Kedua, aspek sosial dengan mempersaudarakan dan mempersatukan
kaum muslimin. Setelah Rasulullah membangun masjid, Rasulullah lalu
mengambil tindakan spektakuler, yaitu dengan mempersaudarakan kaum
muhajirin dan kaum anshar. Tentang hal ini, Ibnu Qayyim menuturkan,

Al Urwatul Wutsqa: Volume 1, No.1; Juni 2021 | 9


Pendidikan Islam Dalam Membangun Peradaban Manusia

“kemudian Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam mempersaudarakan


antara orang-orang muhajirin dan kaum anshar di rumah Anas bin Malik.
Mereka yang dipersaudarakan ada Sembilan puluh shahabat, separuh dari
muhajirin dan separuhnya dari anshar.”
Selain itu, makna persaudaraan ini menurut Muhammad al-ghazali
adalah agar fanatisme jahiliah menjadi cair dan tidak ada yang dibela selain
Islam, juga agar perbedaan-perbedaan warna kulit, dan daerah tidak
mendominasi, dan agar seseorang tidak merasa lebih unggul dari yang
lainnya.
Di samping mempersaudarakan, Rasululullah juga banyak
menganjurkan persatuan dan saling tolong menolong di antara umat Islam,
agar umat Islam semakin solid.
Di antara hadits-hadits beliau di masa-masa awal hijrah antara lain;
Abdullah bin salam berkata, ”tatkala Rasulullah saw tiba di Madinah, aku
mendatangi beliau, maka aku bisa melihat bahwa wajah itu bukan lah wajah
pendusta. Yang pertama kali kudengar dari beliau adalah sabda beliau, “wahai
sekalian manusia, sebarkanlah salam, berikanlah makanan, sambunglah tali
persaudaraan, dan shalatlah di malam hari ketika orang lain sedang tidur,
niscaya kalian akan masuk Surga dengan selamat.” (HR At-tarmidzi, ibnu
majah, dan Ad-darimi).

b) Membangun Lembaga Pendidikan dan Penelitian Ilmu Pengetahuan dan


Teknologi
Islam sendiri adalah suatu peradaban yang tumbuh dan berkembang
berdasarkan pada wahyu sehingga memiliki pandangan hidup yang
sempurna, yang dapat dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan sehingga
muncul dari dalamnya tradisi keilmuan yang dapat memberikan manfaat
kepada masyarakat. Sehingga terciptalah masyarakat yang aman tenteram
dan damai.
Dalam Islam tidak ada dikotomi antara agama dan ilmu pengetahuan.
Seperti halnya yang dikatakan oleh Jamaluddin Al-Afghani bahwasanya
barang siapa melarang belajar sains dan ilmu pengetahuan dengan alasan
untuk menjaga agama Islam, maka ia adalah musuh agama yang sebenarnya.
Sikap Islam sendiri terhadap ilmu pengetahuan yang ada di Eropa yaitu
dengan mengasimilisasikannya dengan ajaran Islam, sehingga Islam sebagai
agama dan peradaban menyempurnakan ajaran-ajaran terdahulu. Kontribusi
Islam sendiri kepada Barat terjadi ketika masa pembebasan Andalusia pada
abad ke 7 M.
Ketika Barat mengklaim bahwasanya Islam tidak memberikan
kontribusi apapun kedalam perkembangan ilmu pengetahuan modern,

Al Urwatul Wutsqa: Volume 1, No.1; Juni 2021 | 10


Pendidikan Islam Dalam Membangun Peradaban Manusia

adalah pernyataan yang tidak benar. Karena pada dasarnya mereka sendiri
telah menggunakan pemikiran-pemikiran ilmuwan Muslim dalam kehidupan
mereka. Hal ini terbukti dengan terpecahnya aliran teolog Kristen menjadi
aliran Avveroisme dan Avvecinian yang tidak lain mereka adalah para ilmuan
Muslim yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan.
Masa kebangkitan Barat Eropa sendiri berangkat dari penerjemahan
karya-karya ilmuan Muslim yang sangat canggih ke dalam bahasa mereka,
yang sering kita kenal dengan istilah translation age. Dalam buku Ketika
Barat memfitnah Islam karya Lathifah Ibrahim Khadar menyebutkan bahwa
seorang penulis Spanyol Plasco Abianz mengatakan bahwa kebangkitan
Eropa tidak datang dari Utara, tapi dari Selatan bersama kaum Muslimin yang
membawa peradaban dan kemajuan.Lain dari pada itu dia juga mengatakan
bahwa “Telah berdiri dan berkembang suatu peradaban yang paling indah
dan kaya di Eropa pada abad pertengahan (8-15M)’’, yaitu peradaban Islam.
Peradaban Islam adalah suatu peradaban yang mampu menciptakan
manusia-manusia yang beradab dan maju.Hal ini dikarenakan Islam
memberikan kebebasan pada akal manusia untuk mencari ilmu pengetahuan
sebanyak-banyaknya. Karena dalam Islam ilmu pengetahuan tidak
bertentangan dengan ajaran Islam. Sir Syed Ahmad Khan sendiri mengatakan
bahwa karya Tuhan tidak akan bertentangan dengan kata atau firmanNya.

c) Menguasai Politik dan Pemerintahan


Masa Kejayaan Peradaban Islam nampak dalam sejarah kekhalifahan
Bani Abbasiyah yang dikenal sebagai Zaman Kejayaan Islam (750 M - 1258
M) adalah masa ketika para filsuf, ilmuwan, dan insinyur dari Dunia Islam
menghasilkan banyak kontribusi terhadap perkembangan teknologi dan
kebudayaan, baik dengan menjaga tradisi yang telah ada ataupun dengan
menambahkan penemuan dan inovasi mereka sendiri.
Strategi yang digunakan untuk menggulingkan Bani Umayyah ada dua
tahap:
1) Gerakan secara rahasia
Propoganda Abbasiyah dilaksakan dengan strategi yang cukup matang
sebagai gerakan rahasia, akan tetapi Imam Ibrahim pemimpin abbasiyah
yang berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasiyah, gerakannya diketahui
oleh khalifah Umayyah terakhir, Marwan bin Muhammad. Ibrahim akhirnya
tertangkap oleh pasukan dinasti umayyah dan dipenjarakan di Haran
sebelum akhirnya di eksekusi. Ia mewasiatkan kepada adiknya Abul Abbas
untuk menggantikan kedudukannya ketika ia telah mengetahui bahwa ia
akan di eksekusi dan memerintahkan untuk pindah ke kuffah.

Al Urwatul Wutsqa: Volume 1, No.1; Juni 2021 | 11


Pendidikan Islam Dalam Membangun Peradaban Manusia

2) Tahap terang-terangan dan terbuka secara umum


Tahap ini dimulai setelah terungkap surat rahasia Ibrahim bin
Muhammad yang ditujukan kepada Abu Musa Al-Khurasani Agar membunuh
setiap orang yang berbahasa Arab di Khurasan. Setelah khalifah Marwan bin
Muhammad mengetahui isi surat rahasia tersebut ia menangkap Ibrahim bin
Muhammad dan membunuhnya. Setelah itu pimpinan gerakan oposisi
dipegang oleh Abul Abbas Abdullah bin Muhammad as-saffah, saudara
Ibrahim bin Muhammad.
Abul Abbas sangat beruntung, karena pada masanya pemerintahan
Marwan bin Muhammad telah mulai lemah dan sebaliknya gerakan oposisi
semakin mendapat dukungan dari rakyat dan bertambah luas pengaruhnya.
Keadaan ini tambah mendorong semangat Abul Abbas untuk
menggulingkan khalifah Marwan bin Muhammad dari jabatannya. Untuk
maksud tersebut Abul Abbas mengutus pamannya Abdullah bin Ali untuk
menumpas pasukan Marwan bin Muhammad. Pertempuran terjadi antara
pasukan yang dipimpin oleh khalifah Marwan bin Muhammad dengan
pasukan Abdullah bin Ali di tepi sungai Al-Zab Al-Shagirdi, Iran. Marwan bin
Muhammad terdesak dan melarikan diri ke Mosul, kemudian ke Palestina,
Yordania dan terakhir di Mesir. Abdullah bin Ali terus mengejar pasukan
Marwan bin Muhammad sampai ke Mesir dan akhirnya terjadi pertempuran
di sana. Marwan bin Muhammad pun akhirnya tewas karena pasukannya
sudah sangat lemah yaitu pada tanggal 27 Zulhijjah 132 H/750 M. Pada tahun
132 H/ 750 M Abul Abbas Abdullah bin Muhammad diangkat dan di bai’ah
menjadi khalifah, dalam pidato pembiatan tersebut, ia antara lain
mengatakan “saya berharap semoga pemerintahan kami (Bani Abbas) akan
mendatangkan kebaikan dan kedamaian pada kalian. Wahai penduduk
koufah, bukan intimidasi, kezaliman, malapetaka dan sebagainya.
Keberhasilan kami beserta ahlul Bait adalah berkat pertolongan Allah SWT.
Hai penduduk koufah, kalian adalah tumpuan kasih sayang kami, kalian tidak
pernah berubah dalam pandangan kami, walaupun penguasa yang zalim
(Bani Umayyah) telah menekan dan menganiaya kalian. Kalian telah
dipertemukan oleh Allah dengan Bani Abbas, maka jadilah kalian orang-
orang yang berbahagia dan yang paling kami muliakan. Ketahuilah, hai
penduduk koufah, saya adalah al-saffah”. Setelah Abul Abbas resmi menjadi
khalifah ia tidak lagi mengambil Damaskus sebagai pusat pemerintahan
tetapi ia memilih Koufah sebagai pusat pemerintahannya.6
3) Masa Kejayaan Peradaban Bani Abbasiyah
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa

6 H. Maidir Harun dan Drs. Firdaus, M. Ag, Sejarah Peradaban Islam Jilid II (Padan IAIN-IB
Press, 200hal4-8)
Al Urwatul Wutsqa: Volume 1, No.1; Juni 2021 | 12
Pendidikan Islam Dalam Membangun Peradaban Manusia

keemasan, secara politis para khalifah memang orang-orang yang kuat dan
merupakan pusat kekuasaan politik sekaligus Agama. Di sisi lain
kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga
berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan Filsafat dan ilmu
pengetahan dalam Islam.
Peradaban dan kebudayyan Islam berkembang dan tumbuh mencapai
kejayaan pada masa Bani Abbasiyah.Hal tersebut dikarenakan pada masa ini
Abbasiyah lebih menekankan pada perkembangan peradaban dan
kebudayaan Islam dari pada perluasan wilayah. Di sinilah letak perbedaan
pokok dinasti Abbasiyah dengan dinasti Umayyah.
Puncak kejayaan dinasti Abbasiyah terjadi pada masa khalifah Harun
Al- Rasyid (786-809 M) dan anaknya Al-Makmun (813-833 M).Ketika Al-
Rasyid memerintah, negara dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah,
keamanan terjamin walaupun ada juga pemberontakan dan luas wilayahnya
mulai dari Afrika Utara sampai ke India.
Lembaga pendidikan pada masa Bani Abbasiyah mengalami
perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat, hal ini sangat ditentukan
oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang
sudah berlaku sejak Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa pengetahuan,
selain itu juga ada dua hal yang tidak terlepas dari kemajuan ilmu
pengetahuan yaitu:
1. Terjadinya asimilasi antara bahasa Arab dengan bahasa bangsa lain yang
telah lebih dulu mengalami kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan.
Pada masa Bani Abbas, bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk
Islam.Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Bangsa-
bagssa itu memberi saham tertentu bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dalam Islam. Pengaruh Persia sangat kuat dalam bidang ilmu
pengetahuan. Di samping itu, bangsa Persia banyak berjasa dalam
perkembangan ilmu, filsafat, dan sastra.Pengaruh India terlihat dari
bidang kedokteran, ilmu matematika, dan astronomi. Sedangkan pengaruh
Yunani terlihat dari terjemahan-terjemahan di berbagai bidang ilmu,
terutama Filsafat.
2. Gerakan penerjemahan berlangsung selama tiga fase. Fase pertama, pada
masa khalifah Al-Mansyur hingga Hasrun Al-Rasyid. Pada fase ini yang
banyak diterjemah adalah buku-buku dibidang ilmu Astronomi dan
Mantiq. Fase kedua terjadi pada masa khalifah Al-Makmun hingga tahun
300 H. Buku-buku yang banyak diterjemah adalah bidang filsafat, dan
kedokteran. Dan pada fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H,
terutama setelah adanya pembuatan kertas. Selanjutnya bidang-biadang

Al Urwatul Wutsqa: Volume 1, No.1; Juni 2021 | 13


Pendidikan Islam Dalam Membangun Peradaban Manusia

ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.7


3. Di zaman khalifah Harun al-Rasyid (786-809 H) adalah zaman yang
gemilang bagi Islam. Zaman ini kota Baghdad mencapai puncak
kemegahannya yang belum pernah dicapai sebelumnya, Harun sangat
cinta pada sastrawan, ulama, filosof yang datang dari segala penjuru ke
Baghdad. Salah satu pendukung utama tumbuh pesatnya ilmu
pengetahuan tersebut adalah didirikannya pabrik kertas di Baghdad.
Orang Islam pada awalnya membawa kertas dari Tiongkok, usaha
pembuatan kertas erat kaitannya dengan perkembangan Universitas
Islam.
Pabrik kertas ini memicu pesatnya penyalinan dan pembuatan
naskah-naskah, dimasa itu seluruh buku ditulis tangan.Ilmu cetak muncul
pada tahun 1450 M ditemukan oleh gubernur di Jerman. Di kota-kota
besar Islam muncul toko-toko buku yang sekaligus juga berfungsi sebagai
sarana pendidikan dan pengajaran non-formal.8

Popularitas Bani Abbasiyah ini juga ditandai dengan kekayaan yang


dimanfaatkan oleh khalifah Al-Rasyid untuk keperluan sosial seperti Rumah
sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi didirikan, dan pada masanya
telah ada sekitar 800 orang dokter, selain itu pemandian-pemandian umum
didirikan. Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan,
dan kebudayaan serta kesusastraan berada pada zaman keemasannya. Pada
zaman inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan
tak tertandingi.
Salah satu ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa Bani
Abbasiayah adalah pendidikan kedokteran. Pada mulanya Ilmu Kedokteran
telah ada pada saat Bani Umayyah, ini terbukti dengan adannya sekolah
tinggi kedokteran Yundisapur dan Harran. Dinasti Abbasiyah telah banyak
melahirkan dokter terkenal diantaranya sebagai berikut:
Hunain Ibnu Ishaq (804-874 M) terkenal segai dokter yang ahli
dibidang mata dan penerjema buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab.
Ar-Razi (809-1036 M) terkenal sebagai dokter yang ahli dibidang penyakit
cacar dan campak. Ia adalah kepala dokter rumah sakit di Baghdad. Buku
karangannya dbidang ilmu kedokteran adalah Al-Ahwi. Ibnu Sina (980-1036
M), yang karyanya yang terkenal adalah Al-Qanun Fi At-Tibb dan dijadikan
sebagai buku pedoman bagi Universitas di Eropa dan negara-negara
Islam.Ibnu Rusyd (520-595 M) terkenal sebagai dokter perintis di bidang

7 Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Sejarah Peradaban Islam( Jakarta : Amzah, 2009), hal.1
8 Dra. Hj. Chadijah Ismail,Sejarah Pendidikan Islam (Padang : IAIN-IB Press,1999) hal 41
Al Urwatul Wutsqa: Volume 1, No.1; Juni 2021 | 14
Pendidikan Islam Dalam Membangun Peradaban Manusia

penelitian pembuluh darah dan penyakit cacar.9


Di samping itu, Pada masa pemerintahan khalifah Umar Bin Abdul Aziz
(717-720 M) dari Bani Umayyah sudah mulai usaha untuk mengumpulkan
dan membukukan Hadist. Akan tetapi perkembangan ilmu hadist yang paling
menonjol pada amasa Bani Abbasiyah, sebab pada masa inilah muncul ulama-
ulama hadist yang belum ada tandingannya sampai sekarang. Di antara yang
terkenal ialah Imam Bukhari (W. 256 H) ia telah mampu mangumpulkan
sebanyak 7257 Hadist dan setelah diteliti terdapat 4000 hadist Shahih dari
yang telah berhasil dikumpulkan oleh imam Bukhari yang disusun dalam
kitabnya Shahih Bukhari. Imam Muslim (W. 251 H) terkenal sebagai seorang
ulama hadist dengan bukunya Shahih Muslim, buku karangan imam Bukhari
dan Muslim diatas lebih berpengaruh bagi umat Islam dari pada buku-buku
hadist lainnya, seperti Sunan Abu Daud oleh Abu Daud (W. 257 H) sunan Al-
Turmizi oleh imam Al-Turmizi(W. 287 H) Sunan Al-Nasa’i oleh Al-Nasa’i (W.
303 H) dan sunan Ibnu-Majah oleh Imam Ibnu Majah (W. 275 H) keenam
buku hadist tersebut lebih dikenal dengan sebutan Al- Kutub Al-Sittah.
Adapun faktor-faktor penyebab kemunduran bani Abbasiyah menurut
W. Montgomery, adalah:
Luasnya wilayah kekuasaan Bani Abbasiyah, sementara komunikasi
pusat dengan daerah sulit dilakukan.Bersamaan dengan itu, tingkat saling
percaya antara penguasa dan pelaksana pemerintah sudah sangat rendah.
Begitu pula dengan profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan
khalifah kepada mereka sangat tinggi. Bahkan syamsul Munir Muin dalam
bukunya Sejarah peradaban Islam mengatakan Keuangan negara sangat sulit
karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara bayaran sangat besar. Pada saat
itu kekuatan militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman
pajak ke Baghdad.10

PENUTUP
Membangun Peradaban Manusia dalam pendidikan Islam adalah NABI
Muhammad saw pernah bersabda dalam sebuah hadis: “Aku diutus adalah
dalam rangka memperbaiki akhlak.” Itu berarti ketika sebelum Muhammad
diangkat sebagai Rasul, masyarakat kurang berakhlak. Kalau kita rujuk
kepada definisi, peradaban adalah sikap masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari, sopan santun, budi bahasa dan kebudayaan sesuatu bangsa.
Semua itu adalah bagian dari ajaran akhlak. Nabi Muhammad berusaha

9 N. Abbas Wahid dan Suratno, Khazanah Sejarah Kebudayyan Islam, (Solo: PT. Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri, 2009), hal. 5
10 Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2009) hal. 155
Al Urwatul Wutsqa: Volume 1, No.1; Juni 2021 | 15
Pendidikan Islam Dalam Membangun Peradaban Manusia

memperbaiki akhlak masyarakat jahiliyah, sehingga menjadi masyarakat


yang berperadaban, mempersaudarakan semua manusia, Islam
menganjurkan agar umat bersikap jujur dan selalu amanah jika dipercaya,
Islam mengajarkan umat menghargai sesama manusia, bahkan dianjurkan
saling kasih sayang, membangun lembaga pendidikan dan penelitian ilmu
pengetahuan dan teknologi, menguasai politik dan pemerintahan, dan
menjalankan seluruh aspek kehidupan berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits.
Mengapa Penting Membangun Peradaban Manusia, sebab dengan
membangun peradaban manusia akan menjadi pribadi yang memiliki
karakter bangsa yang dilandasi nilai-nilai agama, filsafat, psikologi, sosial
budaya, dan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga menjadi manusia
sempurna dan mampu menjalankan fungsi kemanusiaan sebagai hamba
Allah dan sebagai khalifah di bumi secara universal.
Masa kejayaan pendidikan islam pada periode ini, islam dibawah
kekuasaan Bani Abbasiyah, karena pada masa inilah diwarnai
berkembangnya ilmu-ilmu aqliyah, berdirinya madrasah, dan Universitas,
munculnya ilmuan saintik serta puncak perkembangan kebudayaan Islam.

DAFTAR PUSTAKA
Hadimuliono dan Muttalib A.M. (1979). Sejarah Kuno Sulawesi Selatan.
Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Perbukala Wilayah Provinsi
Sulawesi Selatan.
JH Rapar (2002). Filsafat Politik; Plato, Aristoteles, Agustinus, Machiavenlli
(Jakarta: Paradotama Wiragemilang.
Jurnal Walasuji Vol.10, No.2, desember (2019). Jurnal hubungan politik
antara kerajaan Gowa, Bone, Soppeng, dan Wajo.
Limpo, S.Y., Culla, A.S., dan Tika, Z. (1995). Profil Sejarah Budaya dan
Pariwisata Gowa. Pemerintah Daerah Tingkat II, Gowa Kerjasama
Dengan Yayasan Eksponen 1966, Gowa Sulawesi Selatan Indonesia.
Malli, Rusli (2019). Pemahaman Masyarakat Gowa tentang nilainilai
pendidikan Islam yang terintegrasi dalam sarak sebagai unsur
pangngadakkang di Kab Gowa. Jurnal Visipena Vol 10, No 2.
Malli, Rusli, (2019). Penerapn nilainilai pendidikan Islam dalam sarak
(syariat) sebagai unsur pangngadakkang (tradisi) bagi masyarakat
Gowa. Jurnal Tarbawi Vol 4 No 2.
Mattulada (1982). Menyusuri Jejak Kehadiran Makassar dalam Sejarah.
Bhakti Baru Berita Utama, Ujung Pandang, Indonesia.
Mattulada (1985). Suatu Lukisan Analitis Terhadap Antprologi Orang Bugis.
Guru Besar Antroplogi Universitas Hasanuddin dan Universitas
Tadulako. Gadjah Mada University Yogyakarta, Indonesia

Al Urwatul Wutsqa: Volume 1, No.1; Juni 2021 | 16


Pendidikan Islam Dalam Membangun Peradaban Manusia

Mukhlis dan Ribinson K. (1985). Agama dan Realitas Sosial. Lembaga


Penerbitan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Poelinggomang, Edward I, dkk (2004). Sejarah Sulawesi Selatan Jiid I.
Makassar: Badan penelitian dan pengembangan daerah (Balitbangda)
proinsi Sulawesi Selatan.
Rahman A.R. (1992). Nilai-Nilai Utama Kebudayaan Bugis. Hasanuddin
University Press, Makassar
Sagimun M.D. (1986). Sultan Hasanuddin Menantang V.O.C. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Jakarat, Indonesia
Sambu A. H. (2016). Sejarah Kajang. Yayasan Pemerhati Sejarah Sulawesi
Selatan Indonesia. Lingkar Media Yogyakarta, Indonesia.
Satria A. (2003). Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. PT. Pustaka
Cidesindo, Jakarta Selatan Indonesia.
Zainuddin Tika, Lontarak Mangkasara. Ungkapan tentang kejujuran ini
adalah dalam buku matthes, Makassarchhe Chrestomathie (Amsterdam:
Gedrukt ED, 1992).

Al Urwatul Wutsqa: Volume 1, No.1; Juni 2021 | 17

You might also like