3314 9926 1 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Agrotek Lestari Volume 7 No.

1 April 2021 P-ISSN : 2477-4790


PP : 7 - 14 E-ISSN : 2721-8945

PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL


DUA VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING MASAM DI PROVINSI ACEH

THE EFFECT OF FERTILIZATION ON GROWTH AND RESULTS


TWO VARIETIES OF SOYBEAN AT ACIDID DRY LAND
IN ACEH PROVINCE

Fenty Ferayanti1) dan Idawanni1)


1Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh
Jl. P.Nyak Makam No.27. Lampineung 23125 Banda Aceh, Telp/Fax : (0651) 7551811
E-mail korespondensi: fen_aceh@yahoo. com

ABSTRACT

Acid dry land is one of the suboptimal lands that has the potential as a source of land for
agricultural production with proper management and utilization. The purpose of this study
was to determine the response of growth and yield of soybean varieties Kipas Merah and
Demas to several fertilizer packages. This research was conducted from March to June
2020 in Sarah Panyang Village, Pidie Jaya District, Aceh Province. The research design
used a randomized block design (RBD) with 3 replications and for each treatment 15
plants were assigned as samples. The first factor is variety (V), namely V 1 = Dering; V2 =
Demas. The second factor is the fertilizer package (P) which consists of 2 (two) levels: P 1
(specific location) (2 tons/ha of organic fertilizer, ameliorant 500 kg/ha and NPK 150
kg/ha); P2 (Recommended) (urea 75 kg/ha, SP-36 100 kg/ha, KCl 100 kg/ha, ameliorant
500 kg/ha). The results showed that the Demas variety with the recommended package
gave the highest production of 2.17 tons/ha .

Keyword : Acidic dry land, Fertlization Dering Varieties, Demas varieties

PENDAHULUAN Provinsi Aceh merupakan salah satu


daerah sentra produksi kedelai di Indonesia
Kedelai (Glycine max L. Merr)
dengan produksi mencapai 47.910 ton
merupakan salah satu sumber protein nabati
(BPS, 2015), masih jauh dari produksi
yang populer dan menempati urutan ketiga
kedelai yang dihasilkan oleh sentra
komoditas pangan penting setelah padi dan
produksi lainnya antara lain Jawa Timur
jagung bagi masyarakat Indonesia.
(344.998 ton), Jawa Tengah (129.794 ton)
Produksi kedelai Indonesia selama kurun
dan NTB (125,036 ton).
waktu 5 tahun terakhir (2011 – 2015)
cenderung mengalami stagnasi dimana Tastra et al., (2012) mengatakan
pada 2015 hanya mengalami peningkatan kedelai sebagai sumber pangan kaya
sebesar 1 % dari produksi tahun 2014 yaitu protein dan pangan fungsional berperan
963.183 ton (BPS, 2016). penting dalam meningkatkan ketahanan
pangan nasional. Rendahnya produksi
Saat ini produktivitas nasional
kedelai di Provinsi Aceh disebabkan oleh
kedelai baru mencapai 1,66 ton/ha dengan
beberapa kendala di antaranya adalah
kisaran 0,8-2,4 ton/ha di tingkat petani,
kondisi fisik, seperti tanah dan iklim,
sedangkan di tingkat penelitian sudah
terutama curah hujan. Subandi (2007)
mencapai 1,7-3,2 ton/ha, bergantung pada
mengemukakan penyebab rendahnya
kondisi lahan dan teknologi yang
produktivitas kedelai yaitu rendahnya
diterapkan.
teknologi seperti pemakaian benih belum
7
Ferayanti, F dan Idawanni / J. Agari 7(1): 7 – 14

tepat dan berkurangnya lahan penanaman tanaman ubi kayu (Harsono dan Subandi,
kedelai. Terjadinya pertumbuhan penduduk 2013).
dan industri telah menyebabkan terjadinya Provinsi Aceh merupakan salah satu
alih fungsi lahan pertanian. sentra penghasil kedelai terbesar di Pulau
Rendahnya minat petani, belum Sumatera dengan produksi mencapai ±
berkembangnya penerapan teknologi 47.904 ton dengan produktivitas 1,5 ton/ha
anjuran di tingkat usahatani dan terjadinya (BPS, 2018). Salah satu daerah sentra
persaingan penggunaan sumberdaya lahan produksinya yaitu Kabupaten Pidie Jaya
dengan komoditas lainnya seperti jagung dengan luas tanam sebesar 487 ha dan
serta meningkatnya impor kedelai karena produksi sebesar 757,86 ton dengan
kemudahan tataniaga menjadi penyebab produktivitas sebesar 1,46 ton/ha (BPS,
masih rendahnya produksi kedelai nasional Pidie Jaya Dalam Angka 2018).
(Zakaria,2010). Setiap tahun luas lahan pertanian
Produksi kedelai masih belum dapat optimal di Indonesia semakin berkurang
memenuhi kebutuhan dalam negeri, apalagi akibat adanya cekaman biotik maupun
untuk mencapai swasembada kedelai. Oleh abiotik dan konversi lahan pertanian
karena itu, target untuk swasembada menjadi lahan non pertanian. Pemanfaatan
kedelai perlu meningkatkan luas panen dan lahan sub optimal menjadi lahan pertanian
penggunaan varietas unggul baru (VUB) dapat menjadi alternatif yang dilakukan.
yang berbiji besar dan produktivitasnya Salah satu lahan suboptimal yang sangat
tinggi ≥ 2,50 t/ ha . Oleh karena itu, target potensial untuk pengembangan kedelai
untuk swasembada. Untuk itu, Kementerian adalah lahan kering masam. Lahan kering
Pertanian mencanangkan program masam adalah hamparan lahan yang tidak
swasembada kedelai tahun 2015-2019 pernah tergenang dalam sebagian besar
sebagai salah satu sasaran strategis. waktu dalam setahun, reaksi tanah masam
Saat ini rata-rata produktivitas (pH < 5) dan kejenuhan basanya < 50%
nasional kedelai baru 1,6 ton/ha dengan (Mulyani et al, 2003).
kisaran 0,6–2,0 ton/ha di tingkat petani, Kendala teknis yang dihadapi dalam
sedangkan di tingkat penelitian telah pengembangan kedelai di lahan masam
mencapai 1,7– 3,2 ton/ha, bergantung pada adalah pH tanah rendah (< 5,0) yang
kondisi lahan dan teknologi yang berkaitan dengan kadar Al tinggi, fiksasi P
diterapkan. Sampai saat ini produksi tinggi, kandungan basa dapat ditukar dan
kedelai dalam negeri hanya mampu KTK rendah, kandungan Fe dan Mn
memenuhi 30-40% kebutuhan nasional, mencapai batas meracuni dan miskin
sedangkan kebutuhan sekitar 3 juta ton elemen biotik. Kedelai di lahan kering
maka perlu dilakukan impor kedelai. masam akan keracunan ion H+ yang dapat
Keadaan untuk mengatasi permasalahan ini mempengaruhi fungsi membran sel
diperlukan perluasan panen kedelai baik (Ermolayev 2001).
dilahan kering maupun di lahan sawah Barus, 2013, mengatakan untuk
seperti dilahan sawah irigasi, sawah tadah meningkatkan hasil kedelai pada lahan
hujan, lahan pasang surut dan lahan kering suboptimal perlu dilakukan perbaikan dari
masam, serta pengembangan areal panen aspek kesuburan tanahnya seperti
kedelai terutama di Sumatra dan penggunaan pupuk organik, pupuk hayati,
Kalimantan dengan menerapkan kapur, dll. Lahan suboptimal pada dasarnya
tumpangsari kedelai dengan tanaman ubi merupakan lahan-lahan yang secara alami
kayu merupakan tambahan hasil kedelai mempunyai satu atau lebih kendala
yang cukup baik di samping juga mampu sehingga butuh upaya ekstra agar dapat
memperbaiki kesuburan tanah pada areal dijadikan sebagai lahan budidaya yang

8
Ferayanti, F dan Idawanni / J. Agari 7(1): 7 – 14

produktif untuk tanaman (Lakitan dan


Gofar, 2013).
METODE
Pengelolaan lahan-lahan suboptimal
membutuhkan teknologi yang Bahan yang digunakan dalam
berkesesuaian, sehingga peran teknologi penelitian ini adalah kedelai varietas Kipas
sangat penting dalam pengembangan Merah dan Demas, pupuk organik, dolomit,
kedelai nasional. Salah satu upaya untuk NPK, Urea, SP-36 dan KCl. Penelitian ini
mendukung pengembangan budidaya dilakukan pada bulan Maret hingga Juni
kedelai pada agroekosistem tersebut adalah 2020 di Kabupaten Pidie Jaya Provinsi
penyediaan varietas yang sesuai untuk Aceh. Desain penelitian menggunakan
lingkungan bersangkutan dan juga Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
pemenuhan unsur hara yang dapat 3 ulangan dan pada setiap set perlakuan 15
dilakukan melalui pemupukan sehingga tanaman sebagai sampel.
diharapkan mempercepat pertumbuhan dan Faktor pertama adalah varietas
perkembangan tanaman serta meningkatkan kedelai (V), yaitu V1 = var.Dering; V2 =
kualitas dan kuantitas hasil. Var.Demas. Faktor kedua adalah paket
Teknologi varietas unggul telah pemupukan (P) terdiri dari 2 (dua) level: P1
berkontribusi sangat nyata dalam (spesifik lokasi) (2 ton / ha pupuk organik,
pengembangan kedelai nasional (Suyamto 500 kg / ha amelioran/kapur dan NPK 150
dan Widiarta, 2011). Varietas unggul kg / ha); P2 (Rekomendasi) (urea 75 kg /
memegang peranan penting dalam ha, SP-36 100 kg / ha, KCl 100 kg / ha,
perkembangan penanaman, karena untuk amelioran/kapur 500 kg / ha).
mencapai produktivitas yang tinggi Variabel pengamatan yang diamati
ditentukan oleh potensi hasil varietas adalah pertumbuhan fase vegetatif meliputi
unggul yang ditanam. Potensi hasil di tinggi tanaman umur 30 dan 60 (hari
lapangan dipengaruhi pula oleh interaksi setelah tanam/HST) dan fase generatif
antara faktor genetik varietas dengan (komponen hasil) meliputi jumlah polong
kondisi lingkungan tumbuh. Bila isi per tanaman, jumlah polong hampa per
lingkungan tumbuh tidak dikelola dengan tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot
baik maka potensi hasil yang tinggi dari biji per tanaman, bobot 1000 butir dan
varietas unggul tersebut tidak dapat hasil. Data hasil pengamatan dianalisis
tercapai (Adisarwanto 2005). Sekitar 80% keragamannya dan dilanjutkan dengan uji
dari total area panen kedelai yang mencapai jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
0,7 juta hektar didominasi oleh penggunaan Data pendukung lainnya yang
varietas unggul. dikumpulkan yaitu pH tanah, kandungan
Pada Tahun 2014, Kementerian unsur hara tanah (N, P, K, C-organik)
Pertanian telah melepas varietas Demas 1 sebelum dan sesudah kajian, dan tekstur
sebagai VUB kedelai adaptif lahan kering tanah. Sampel tanah dianalisis di
masam dengan Keputusan Menteri laboratorium sesuai dengan parameter yang
Pertanian RI No. dibutuhkan.
1176/Kpts/SR.120/11/2014.
Tujuan dari penelitian ini adalah HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk mengetahui respon pertumbuhan dan A. Hasil Analisis Tanah
hasil kedelai varietas Kipas Merah dan Lahan kering masam dapat
Demas terhadap beberapa paket pupuk di didefinisikan sebagai lahan dimana tanah
lahan kering masam. mineralnya mempunyai reaksi masam (pH
< 5,5) dan nilai kejenuhan basa (KB) <
50%, dan khususnya berada pada lahan
kering (Rochayati dan Dariah,2012).

9
Ferayanti, F dan Idawanni / J. Agari 7(1): 7 – 14

Dari hasil survey lokasi sentra vegetatif dilakukan terhadap tinggi


penanaman kedelai dan lahan yang sesuai tanaman 30 dan 60 HST pada masing –
dengan kriteria lahan masam yaitu masing perlakuan yang diuji.
memiliki pH < 5.0, maka ditetapkan Tabel 1.Rata-rata respon tinggi tanaman
pelaksanaan kegiatan dilakukan di Desa pada 30 dan 60 HST (cm) pada
Sarah Panyang, Kecamatan Bandar Baru perlakuan varietas dan paket
Kabupaten Pidie Jaya. Dari hasil analisa pemupukan tanaman kedelai.
tanah pada lokasi kegiatan diperoleh hasil
sebagai berikut : Perlakuan
Variabel
Tabel 5. Hasil Analisa Kimia Tanah Di Desa V1P1 V1P2 V2P1 V2P2
Sarah Panyang, Kec. Bandar Baru, Tinggi
Kab. Pidie Jaya 2020 tanaman
38,9 38,5 42,1 40,4
30 HST
No. Parameter Hasil Kriteria
(cm)
1. Tekstur
Tinggi
- Pasir (%) 15.42 Liat
- Debu (%) 38.26 Berdebu tanaman
52,5c 65,3b 69,4ab 67,2a
- Liat (%) 46.32 60 HST
2. pH (cm)
- H2O 5.00 Masam Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh
huruf yang sama pada baris yang sama
3. Bahan Organik menunjukkan tidak berbeda nyata (BNJ 0,05).
- C-Organik (%) 0.40 Sangat Hasil analisis ragam menunjukkan
Rendah
- N-Total (%) 0.10 Rendah
bahwa kombinasi perlakuan varietas dan
- C/N 4.08 Sangat paket pemupukan tidak berpengaruh nyata
Rendah terhadap tinggi tanaman pada pengamatan
4. Ekstrak HCl 25% 30 HST dimana hasil yang tertinggi dapat
- P2O5(mg/100 6.69 Sangat dilihat pada pelakuan varietas Demas
g) Rendah dengan pemupukan rekomendasi yaitu
42.13 cm.
- K2O (mg/100 17.07 Rendah Pengamatan pada 60 HST
g) menunjukkan bahwa pemupukan
5. P-Bray (ppm 6.20 Rendah
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman
P2O5/100 g)
6. K-Morgan (K-dd 0.18 Rendah varietas Dering, sedangkan tinggi tanaman
cmol/100 g) kedelai varietas Demas tidak berpengaruh
7. KTK 14 Rendah nyata terhadap perlakuan pemupukan.
(cmol(+)/kg)
* Mildaerizanti (2008) menyatakan
dianalisis di Laboratorium Tanah dan Tanaman
BPTP Aceh bahwa perbedaan tinggi tanaman lebih
ditentukan oleh faktor genetik, yang
B. Pertumbuhan Vegetatif Dan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
Komponen Hasil tumbuh tanaman. Apabila lingkungan
Pertumbuhan vegetatif berpengaruh tumbuh sesuai bagi pertumbuhan tanaman,
sangat penting untuk perkembangan pada maka dapat meningkatkan produksi
fase generatif. Pertumbuhan vegetatif yang tanaman.
optimal akan mendorong pertumbuhan Keadaan yang bervariasi dari suatu
generatif yang optimal sehingga akan tempat ke tempat lain dan kebutuhan
diperoleh hasil yang tinggi. Pengamatan tanaman akan keadaan lingkungan yang
tinggi tanaman merupakan salah satu khusus akan mengakibatkan keragaman
parameter utama untuk mengetahui tingkat pertumbuhan tanaman. Keadaan
adaptasi suatu varietas pada suatu lingkungan yang bervariasi dari suatu
agroekosistem. Pengamatan pada fase

10
Ferayanti, F dan Idawanni / J. Agari 7(1): 7 – 14

tempat ke tempat lain, dan kebutuhan Hidayat (1985) yang menyatakan


tanaman akan keadaan lingkungan yang bahwa pembentukan dan pengisian polong
khusus akan mengakibatkan keragaman sangat ditentukan oleh sifat genetik serta
pertumbuhan tanaman. kecukupan hara pada tanaman tersebut.
Hasil penelitian Nursyamsi (2006), Lebih lanjut Irwan (2006) menambahkan
menyatakan bahwa pemberian K sampai bahwa varietas memegang peranan penting
dengan takaran 160 kg/ha tidak dalam penentuan komponen hasil kedelai
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman karena untuk mencapai produktivitas yang
umur 30 dan 60 HST. Penelitian Fahmi et tinggi sangat ditentukan oleh potensi daya
al., 2014, mengatakan bahwa pemberian hasil dari varietas unggul yang ditanam.
NPK dosis 100 kg/ha; 125/ha; dan 150 Selain itu jumlah polong yang terbentuk
kg/ha tidak berpengaruh nyata terhadap juga dipengaruhi oleh unsur hara tertentu
tinggi tanaman kedelai. Namun berbeda yang berperan dalam pembentukan bunga.
dengan hasil penelitian Muzammil et al.,
(2012), yang menyatakan bahwa pemberian Tabel 3. Rata-rata jumlah biji per plot dan
dosis Urea 75-100 kg/ha dapat berat 1000 biji pada perlakuan
meningkatkan pertumbuhan tinggi. Jumin varietas dan paket pemupukan.
(2005) menyatakan bahwa selain faktor Perlakuan
lingkungan, pertumbuhan tanaman juga Parameter
V1P1 V1P2 V2P1 V2P2
dipengaruhi oleh faktor yang ada di dalam Jumlah
varietas itu sendiri (Jumin, 2005). Biji/plot 158,8b 123b 208,7b 329,6a
Tabel 2. Rata-rata jumlah polong isi per (bh)
plot, polong hampa per plot, dan Berat1000
11,8a 11,7b 14a 14 a
berat biji pada perlakuan biji (g)
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf
varietas dan paket pemupukan. yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak
Perlakuan Parameter berbeda nyata (BNJ 0,05).
polong Polong Berat Hasil sidik ragam terhadap jumlah
isi hampa biji biji dan berat 1000 biji menunjukkan
(bh) (bh) (g) kombinasi perlakuan varietas Demas
VARIETAS
dengan paket pemupukan rekomendasi
Dering 147,4a 41,5 18,7a
Demas 292,3b 48,2 25,4b
memberikan hasil yang terbaik. Hal ini
PEMUPUKAN terkait dengan proses pembentukan dan
Spesifik Lokasi 196a 51b 31,7a pengisian polong yang sangat ditentukan
Rekomendasi 263,8b 41,a 28,7b oleh sifat genetik varietas dan kecukupan
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf hara saat proses itu berlangsung.
yang sama pada baris yang sama menunjukkan Banyaknya biji tanaman biasanya akan
tidak berbeda nyata (BNJ 0,05). mempengaruhi produksi yang diperoleh.
Hasil sidik ragam memperlihatkan Hal ini sesuai dengan pendapat Gani
bahwa varietas dan paket pemupukan (2000) yang menyatakan bahwa
berpengaruh nyata pada perlakuan jumlah produktifitas suatu varietas tanaman
polong isi dan berat biji per plot. ditentukan oleh interaksi faktor genetis
Sedangkan paket pemupukan berpengaruh dengan lingkungan tumbuhnya seperti
nyata terhadap jumlah polong hampa yang kesuburan tanah, ketersediaan air, dan
dihasilkan. Varietas Demas memiliki pengelolaan tanaman. Lutfi (2007)
jumlah polong isi dan berat biji per plot mengatakan kandungan N total yang paling
tertinggi dengan paket pemupukan terbaik tinggi juga bisa mempengaruhi
dijumpai pada paket pemupukan pembentukan biji karena nitrogen
rekomendasi. merupakan komponen pembentuk klorofil

11
Ferayanti, F dan Idawanni / J. Agari 7(1): 7 – 14

yang merupakan sumber utama dalam paket pemupukan rekomendasi


proses fotosintesis yang menghasilkan memberikan hasil yang lebih baik di
karbohidrat dan energi untuk pembentuk bandingkan dengan varietas kipas merah
tubuh tanaman termasuk bunga dan buah. dan paket spesifik lokasi.
Novizan (2005) menambahkan bahwa
unsur hara P dapat juga dapat merangsang UCAPAN TERIMA KASIH
pertumbuhan bunga, buah dan biji serta
mampu mempercepat pemasakan buah dan Pada kesempatan yang baik ini
membuat buah menjadi lebih bernas. kami mengucapkan terima kasih yang
Tabel 4. Rata-rata hasil/produksi tanaman sebesar-besarnya kepada Bapak
kedelai pada perlakuan varietas Ir. M.Ferizal, MSc selaku Kepala Balai
dan paket pemupukan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Aceh atas bantuan dan masukannya dalam
Parameter pelaksanaan kegiatan dan dalam penulisan
Perlakuan Hasil/Produksi (t/ha) karya tulis ilmiah ini.
VARIETAS
V1 1,73 b DAFTAR PUSTAKA
V2 2,17 a Adisarwanto, T. 2005. Budidaya dengan
PEMUPUKAN
P1 1,75 b
Pemupukan yang Efektif dan
P2 2,06 a Pengoptimalan Peran Bintil Akar
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf Kedelai. Penebar Swadaya. Bogor II
yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak (1): 21-23
berbeda nyata (BNJ 0,05).
Barus, J. 2013. Potensi pengembangan dan
Dari Hasil Sidik ragam terhadap hasil budidaya kedelai pada laha
tanaman kedelai pada perlakuan varietas suboptimal di Lampung. Prosiding
dan paket pemupukan menunjukkan bahwa Seminar Nasional Lahan Suboptimal.
varietas dan paket pemupukan berpengaruh Palembang, 20-21 September 2013
nyata terhadap hasil dimana hasil yang
BPS. 2016. Biro Pusat Statistik Indonesia.
tertinggi diperoleh oleh varietas Demas dan
Jakarta
paket pemupukan rekomendasi. Hal ini
menunjukkan bahwa varietas Demas BPS Aceh. 2018. Aceh Dalam Angka
mempunyai daya adaptasi dan berkembang Tahun 2018. Banda Aceh.
dengan baik pada lahan masam dengan BPS. 2018. Pidie Jaya Dalam Angka Tahun
dikombinasikan dengan paket pemupukan 2018. Pidie Jaya
rekomendasi. Hasil ini sesuai dengan hasil
jumlah biji dan berat biji pada pengamatan Ermolayev, V. 2001. Isolation of genes
sebelumnya. Banyaknya biji tanaman involved in soybean response to Al
toxicity under Low pH condition.
biasanya akan mempengaruhi produksi
p.15–24 In N. Sunarlim, M.
yang diperoleh. Machmud, W.H. Adil, F. Salim, and
I.N. Orbani (Eds.). Proc of Workshop
KESIMPULAN on Soybean Biotech for Aluminum
Berdasarkan hasil penelitian dapat Tolerance on Acid Soils and Disease
disimpulkan bahwa varietas dan paket Resistance. Federal Ministry for
pemupukan berpengaruh nyata terhadap Education and Res., Germany.
pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai di Central Res. Inst. for Food Crops.
lahan kering masam. Varietas Demas dan Bogor

12
Ferayanti, F dan Idawanni / J. Agari 7(1): 7 – 14

Fahmi, N., Syamsuddin, A. Marlin. 2014. Nasional Pendayagunaan Tanah


Pengaruh pupuk organik dan Masam. 29-30 September 2003.
anorganik terhadap pertumbuhan dan Bandar Lampung.
hasil kedelai (Glycine max (L.) Muzammil, D., Rusmawan, dan
Merril). Jurnal Floratek, vol. 9 (2): 53 Asmaransyah. 2012. Pengaruh dosis
– 62. nitrogen terhadap pertumbuhan dan
Gani, J. A., 2000. Kedelai Varietas Unggul produksi kedelai di lahan bekas
Baru. Instlasi Penelitian dan tambang timah Bangka Tengah,
Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung.
Mataram. Mataram. Prosiding Seminar Nasional Inovasi
Harsono, A., dan Subandi. 2013. Peluang Hasil Penelitian dan Pengkajian
pengembangan kedelai pada areal Teknologi Pertanian. BPTP
pertanaman ubi kayu di lahan kering Lampung. Badan Penelitian dan
masam. Iptek Tanaman Pangan. 8(1): Pengembangan Pertanian,
31-38. Kementrian Pertanian. Hal 111 – 118.

Hidayat, O. O. 1985. Morfologi Tanaman Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang


Kedelai. Dalam Soemaatmadja dan Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Yuswadi. 1985. Kedelai. Puslitbang Nursyamsi, D. 2006. Kebutuhan hara
Tanaman Pangan Bogor. kalium tanaman kedelai di tanah
Irwan, A.W. 2006. Budidaya Tanaman Ultisol. Jurnal Ilmu Tanah dan
Kedelai (Glycine max (L.) Merril). Lingkungan, vol. 2 (6): 71 – 8.
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Rochayati, S. dan A. Dariah. 2012.
Pertanian Universitas Padjadjaran, Pengembangan lahan kering masam:
Bandung peluang, tantangan, dan strategi serta
Jumin, H. B. 2005. Dasar-Dasar Agronomi. teknologi pengelolaan. Hlm. 187-204.
Edisi Revisi. P. T. Raja Grafindo Dalam A. Dariah, B. Kartiwa, N.
Persada. Jakarta.. Sutrisno, K. Suradisastra, M.
Sarwani, H. Soeparno, E. Pasandaran
Lakitan, B. dan N. Gofar. 2013. Kebijakan (Eds). Prospek Pertanian Lahan
inovasi teknologi untuk pengelolaan Kering dalam Mendukung Ketahanan
lahan sub optimal berkelanjuta. Pangan. Balitbangtan. Kementerian
Prosiding Seminar Nasional Lahan Pertanian
Suboptimal.
Subandi, 2007. Teknologi Produksi dan
Lutfi. 2007. IPA Kimia. Jakarta: erlangga. Strategi Pengembangan Kedelai pada
Mildaerizanti. 2008. Keragaan beberapa Lahan Kering Masam. Iptek Tanaman
varietas padi gogo di daerah aliran Pangan Vol. 2 No. 1 tahun 2007
sungai Batanghari. Suyamto, dan I.W. Widiarta. 2011.
Mulyani, A., Hikmatullah dan H. Subagyo. Kebijakan pengembangan kedelai
2003. Karakteristik dan Potensi nasional. Prosiding Simposium dan
Tanah Masam Lahan Kering di Pameran Teknologi Aplikasi Isotop
Indonesia. Prosiding.Simposium dan Radiasi

13
Ferayanti, F dan Idawanni / J. Agari 7(1): 7 – 14

Tastra, I.K., Erliana, G. dan Gatot S. A.


Fatah, 2012. Menuju Swasembada
Kedelai Melalui Penerapan Kebijakan
yang Sinergis. Iptek Tanaman
Pangan, 7(1), pp.47–57
Zakaria,Amar.K,2010. Kebijakan
Pengembangan Budi Daya Kedelai
Menuju Swasembada Melalui
Partisipasi Petani. Jurnal Analisis
Kebijakan Pertanian. Vol.8, No.3 ,
p.259-272.

14

You might also like