3314 9926 1 PB
3314 9926 1 PB
3314 9926 1 PB
ABSTRACT
Acid dry land is one of the suboptimal lands that has the potential as a source of land for
agricultural production with proper management and utilization. The purpose of this study
was to determine the response of growth and yield of soybean varieties Kipas Merah and
Demas to several fertilizer packages. This research was conducted from March to June
2020 in Sarah Panyang Village, Pidie Jaya District, Aceh Province. The research design
used a randomized block design (RBD) with 3 replications and for each treatment 15
plants were assigned as samples. The first factor is variety (V), namely V 1 = Dering; V2 =
Demas. The second factor is the fertilizer package (P) which consists of 2 (two) levels: P 1
(specific location) (2 tons/ha of organic fertilizer, ameliorant 500 kg/ha and NPK 150
kg/ha); P2 (Recommended) (urea 75 kg/ha, SP-36 100 kg/ha, KCl 100 kg/ha, ameliorant
500 kg/ha). The results showed that the Demas variety with the recommended package
gave the highest production of 2.17 tons/ha .
tepat dan berkurangnya lahan penanaman tanaman ubi kayu (Harsono dan Subandi,
kedelai. Terjadinya pertumbuhan penduduk 2013).
dan industri telah menyebabkan terjadinya Provinsi Aceh merupakan salah satu
alih fungsi lahan pertanian. sentra penghasil kedelai terbesar di Pulau
Rendahnya minat petani, belum Sumatera dengan produksi mencapai ±
berkembangnya penerapan teknologi 47.904 ton dengan produktivitas 1,5 ton/ha
anjuran di tingkat usahatani dan terjadinya (BPS, 2018). Salah satu daerah sentra
persaingan penggunaan sumberdaya lahan produksinya yaitu Kabupaten Pidie Jaya
dengan komoditas lainnya seperti jagung dengan luas tanam sebesar 487 ha dan
serta meningkatnya impor kedelai karena produksi sebesar 757,86 ton dengan
kemudahan tataniaga menjadi penyebab produktivitas sebesar 1,46 ton/ha (BPS,
masih rendahnya produksi kedelai nasional Pidie Jaya Dalam Angka 2018).
(Zakaria,2010). Setiap tahun luas lahan pertanian
Produksi kedelai masih belum dapat optimal di Indonesia semakin berkurang
memenuhi kebutuhan dalam negeri, apalagi akibat adanya cekaman biotik maupun
untuk mencapai swasembada kedelai. Oleh abiotik dan konversi lahan pertanian
karena itu, target untuk swasembada menjadi lahan non pertanian. Pemanfaatan
kedelai perlu meningkatkan luas panen dan lahan sub optimal menjadi lahan pertanian
penggunaan varietas unggul baru (VUB) dapat menjadi alternatif yang dilakukan.
yang berbiji besar dan produktivitasnya Salah satu lahan suboptimal yang sangat
tinggi ≥ 2,50 t/ ha . Oleh karena itu, target potensial untuk pengembangan kedelai
untuk swasembada. Untuk itu, Kementerian adalah lahan kering masam. Lahan kering
Pertanian mencanangkan program masam adalah hamparan lahan yang tidak
swasembada kedelai tahun 2015-2019 pernah tergenang dalam sebagian besar
sebagai salah satu sasaran strategis. waktu dalam setahun, reaksi tanah masam
Saat ini rata-rata produktivitas (pH < 5) dan kejenuhan basanya < 50%
nasional kedelai baru 1,6 ton/ha dengan (Mulyani et al, 2003).
kisaran 0,6–2,0 ton/ha di tingkat petani, Kendala teknis yang dihadapi dalam
sedangkan di tingkat penelitian telah pengembangan kedelai di lahan masam
mencapai 1,7– 3,2 ton/ha, bergantung pada adalah pH tanah rendah (< 5,0) yang
kondisi lahan dan teknologi yang berkaitan dengan kadar Al tinggi, fiksasi P
diterapkan. Sampai saat ini produksi tinggi, kandungan basa dapat ditukar dan
kedelai dalam negeri hanya mampu KTK rendah, kandungan Fe dan Mn
memenuhi 30-40% kebutuhan nasional, mencapai batas meracuni dan miskin
sedangkan kebutuhan sekitar 3 juta ton elemen biotik. Kedelai di lahan kering
maka perlu dilakukan impor kedelai. masam akan keracunan ion H+ yang dapat
Keadaan untuk mengatasi permasalahan ini mempengaruhi fungsi membran sel
diperlukan perluasan panen kedelai baik (Ermolayev 2001).
dilahan kering maupun di lahan sawah Barus, 2013, mengatakan untuk
seperti dilahan sawah irigasi, sawah tadah meningkatkan hasil kedelai pada lahan
hujan, lahan pasang surut dan lahan kering suboptimal perlu dilakukan perbaikan dari
masam, serta pengembangan areal panen aspek kesuburan tanahnya seperti
kedelai terutama di Sumatra dan penggunaan pupuk organik, pupuk hayati,
Kalimantan dengan menerapkan kapur, dll. Lahan suboptimal pada dasarnya
tumpangsari kedelai dengan tanaman ubi merupakan lahan-lahan yang secara alami
kayu merupakan tambahan hasil kedelai mempunyai satu atau lebih kendala
yang cukup baik di samping juga mampu sehingga butuh upaya ekstra agar dapat
memperbaiki kesuburan tanah pada areal dijadikan sebagai lahan budidaya yang
8
Ferayanti, F dan Idawanni / J. Agari 7(1): 7 – 14
9
Ferayanti, F dan Idawanni / J. Agari 7(1): 7 – 14
10
Ferayanti, F dan Idawanni / J. Agari 7(1): 7 – 14
11
Ferayanti, F dan Idawanni / J. Agari 7(1): 7 – 14
12
Ferayanti, F dan Idawanni / J. Agari 7(1): 7 – 14
13
Ferayanti, F dan Idawanni / J. Agari 7(1): 7 – 14
14