221 370 1 PB
221 370 1 PB
221 370 1 PB
Abstract
Rice waste has the potential to be used as a biochar raw material which can be used to overcome
constraints on Ultisol soils. This study aims to determine the effect of the application of biochar
from rice straw and phosphate fertilizers which give growth and yield of soybeans in Ultisols soil.
The experimental design used was a randomized block design with a factorial pattern consisting of
2 factors and 3 replications, the first factor was the input of biochar (B) at a dose of 15 tones ha-1
consisting of: b0 = no biochar, b1 = rice husk biochar 15 ton ha-1, b2 = rice straw biochar 15 ton
ha-1, b3 = husk and rice straw biochar 15 ton ha-1. The second factor is the dosage of phosphate
fertilizer (P) consisting of: p0 = without phosphate fertilizer, p1 = 60 kg ha-1 TSP (50% of
recommendation), p2 = 120 kg ha-1 TSP (100% of recommendation). The results showed that there
was no interaction between biochar and phosphate fertilizer applications on plant height, number of
flowers per plant, number of productive branches per plant, percentage of fruit set per plant and
crop index of soybean. However, the application of phosphate fertilizers significantly increased the
number of flowers. There is an interaction between the application of biochar and phosphate
fertilizers on leaf area, number of pods per plant, number of pods contained per plant, dry weight of
biomass per plant, dry weight of seeds per plant, yield per hectare, net assimilation rate and uptake
of plant phosphorus. Application of rice straw biochar with a dose of 15 tones ha-1 and a dose of
phosphate fertilizer 60 kg ha-1 increased leaf area 36.74%, number of pods per plant 39.96%,
number of filled pods per plant 47.61%, dry weight of biomass per plant 46.82%, seed dry weight
per plant 52.65%, yield per hectare 54.68%, net assimilation rate 182.38% and plant phosphorus
uptake 72.32%.
Key words : Biochar, P-fertilizer, rice husk, straw, soya, Ultisols
© 2021 Mahdhar, Ermadani, Aryunis
https://doi.org/10.25077/jsolum.18.2.45-65.2021 45
Aplikasi Biochar dan Fosfat terhadap Hasil Kedelai di Ultisol (Mahdhar, et al.): 45-65 p-ISSN 1829-7994
e-ISSN 2356-0835
46 https://doi.org/10.25077/jsolum.18.2.45-65.2021
J. Solum Vol. 18 No. 2, Juli 2021: 45-65 p-ISSN 1829-7994
e-ISSN 2356-0835
membutuhkan waktu yang cukup lama, karena 2019. Jenis tanah pada lokasi penelitian adalah
harus melalui proses mineralisasi terlebuh Ultisol. Lokasi percobaan terletak pada
dahulu. Limbah padi memiliki karakteristik ketinggian 15 m dpl. Percobaan ini
yang cukup seimbang sebagai bahan baku menggunakan Rancangan Acak Kelompok
biochar. Menurut Maftu'ah dan Nursyamsi dengan pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor
(2015), biochar sekam padi mengandung yaitu pemberian jenis biochar (B) dengan dosis
32,06% C-organik, 0,73% N-total, 43,92% 15 ton ha-1 dan dosis pupuk fosfat (P).
C/N, 44,35% kadar abu, 34,83% SiO, dan Pemberian biochar terdiri dari 4 taraf perlakuan
5,10% kadar air, sedangkan jerami padi yaitu : b0 = tanpa biochar, b1 = biochar sekam
mengandung 36,49% C-organik, 2,09% N- padi 15 ton ha-1 , b2 = biochar jerami padi 15
total, 17,46% C/N, 32,43% kadar abu, 27,38% ton ha-1 , b3 = biochar sekam dan jerami padi
SiO, dan 6,88% kadar air. 15 ton ha-1 . Faktor kedua adalah dosis Pupuk
Hasil penelitian Nurida et al. (2019) Fosfat terdiri dari 3 taraf yaitu: p0 = tanpa
melaporkan, pemberian biochar sekam padi pupuk fosfat, p1 = 60 kg ha-1 TSP (50% dari
dengan dosis 15 ton ha-1 meningkatkan bobot rekomendasi), p2 = 120 kg ha-1 TSP (100%
gabah kering padi gogo selama 4 musim tanam dari rekomendasi). Desain penelitian disajikan
secara signifikan dibandingkan kontrol. Nurida pada Tabel 1.
et al. (2019) menyatakan, untuk meningkatkan
Tabel 1. Desain Penelitian
pH tanah dan menurunkan kadar Al tanah
Biochar (B) Pupuk Fosfat (P)
dibutuhkan aplikasi biochar dengan dosis 15 ton
ha-1. Lebih jauh Endriani dan Kurniawan (2018) p0 p1 p2
melaporkan, pemberian biochar sekam padi b0 b0p0 b0p1 b0p2
dengan dosis 10 ton ha-1 meningkatkan bobot b1 b1p0 b1p1 b1p2
kering biji dan hasil kedelai secara signifikan b2 b2p0 b2p1 b2p2
dibandingkan tanpa biochar, peningkatan bobot b3 b3p0 b3p1 b3p2
kering biji dari 2,00 ton ha-1 menjadi 2,83 ton ha-
1
. Hartatik et al. (2015) melaporkan aplikasi Variabel yang diamati di antaranya
biochar dosis 2,5 ton ha-1 nyata meningkatkan K tinggi tanaman, jumlah bunga per tanaman,
potensial, serapan P dan K tanaman kedelai jumlah cabang produktif per tanaman,
berturut-turut sebesar 0,62 mg 100 g-1 persentase fruit set per tanaman, indeks panen,
(110,71%), 2,70 kg ha-1 (23,58%), dan 9,87 kg jumlah bunga per tanaman, luas daun, jumlah
ha-1 (21,60%). Selanjutnya hasil penelitian polong per tanaman, jumlah polong berisi per
Sampurno et al. (2016) menunjukkan bahwa tanaman, berat kering biomassa per tanaman,
pemberian biochar limbah padi dengan dosis 12 berat kering biji per tanaman, hasil per hektar,
ton ha-1 meningkatkan total luas daun 3, 4 dan 6 laju asimilasi bersih dan serapan fosfor
MST dan bobot kering biji per plot tanaman tanaman. Analisis serapan P tanaman
kedelai. Tujuan penelitian ini adalah untuk 1) menggunakan metode destruksi kering (dry
mengetahui interaksi aplikasi biochar dan pupuk ashing; Spectrophotometry), dilakukan pada
fosfat terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai umur 35 hari setelah tanam. Selanjutnya
terbaik di tanah Ultisol dan 2) memperoleh jenis memotong dan mengambil semua organ
biochar dan dosis pupuk fosfat yang tanaman sampel bagian atas permukaan tanah
memberikan pertumbuhan dan hasil kedelai (tidak termasuk akar). Serapan P tanaman
terbaik di tanah Ultisol. ditentukan dengan rumus: Serapan hara (mg
tanaman-1) = konsentrasi hara jaringan (%) x
BAHAN DAN METODA bobot kering tanaman (mg tanaman-1) (Adeli et
Penelitian dilaksanakan di Kelurahan al., 2005).
Teratai Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Data pendukung berupa analisis pH, P
Batanghari Provinsi Jambi, dilaksanakan pada total tanah (metode HCl 25%) dan P-tersedia
bulan April 2019 sampai dengan bulan Juni (metode Bray I) akan dilakukan setelah
https://doi.org/10.25077/jsolum.18.2.45-65.2021 47
Aplikasi Biochar dan Fosfat terhadap Hasil Kedelai di Ultisol (Mahdhar, et al.): 45-65 p-ISSN 1829-7994
e-ISSN 2356-0835
pengolahan tanah awal sebelum diberi potensial tanah Ultisol 0,09 me K2O 100 g-1
perlakuan. Analisis pH, P total tanah dan P- (sangat rendah).
tersedia akhir dilakukan setelah diberi Analisis kandungan hara biochar
perlakuan dan data lainnya yang diperlukan. sekam padi dan jerami padi dilakukan 1
Sedangkan analisis kandungan hara biochar minggu sebelum aplikasi. Adapun parameter
sekam padi dan jerami padi dilakukan 1 yang dianalisis diantaranya pH, N total
minggu sebelum aplikasi. Adapun parameter (metode Kjeldahl), C organik (metode Walkley
yang dianalisis di antaranya pH, N total and Black), P dan K total (metode HCl 25%)
(metode Kjeldahl), C organik (metode Walkley dan KTK (metode NH4OAc 1 M pH 7).
and Black), P dan K total (metode HCl 25%) Karakteristik biochar disajikan pada Tabel 3.
dan KTK (metode NH4OAc 1 M pH 7).
Tabel 3. Karakteristik Jenis Biochar
Karakteristik tanah lokasi penelitian disajikan
Biochar Biochar
pada Tabel 2.
Parameter Sekam Jerami
Tabel 2. Karakteristik Tanah Padi Padi
Parameter Nilai pH 7,74 6,97
pH 5,20 Kadar air 3,09 7,04
Kadar air 1,03 C-Organik 31,18 38,67
Total P (mg P2O5 100 g-1) 3,98 Total N (%) 0,77 1,29
P-tersedia (ppm) 9,11 C/N 40,52 30,01
K-tersedia (mg K2O 100 g-1) 0,26 P-tersedia (ppm) 0,22 4,48
-1
Karakteristik tanah awal penelitian K-tersedia (cmol kg ) 0,98 0,26
memiliki rata-rata pH rendah dengan rata-rata KTK (cmol kg-1) 29,14 62,69
5,20 (reaksi masam), kadar P potensial 3,98 mg
P2O5 100 g-1 (sedang), kadar P tersedia 9,11 Karakteristik jenis biochar sekam padi
ppm (rendah) dan kadar K total 0,068 mg K2O memiliki keunggulan dibandingkan biochar
100 g-1 (sangat rendah). Hidrolisis aluminium jerami padi pada parameter pH dan K
pada tanah Ultisol berperan dalam penurunan potensial. Sesuai dengan hasil penelitian Jeong
pH (Hartatik et al., 2015). P potensial pada et al. (2015) yang melaporkan bahwa
tanah Ultisol termasuk dalam kriteria sedang. karakteristik biochar jerami padi lebih unggul
Nurida et al. (2017) melaporkan, kadar P dibandingkan dengan biochar sekam padi pada
potensial pada tanah Ultisol 21 mg P2O5 100 g-1 parameter kapasitas tukar kation, pH biochar
(sedang). Hartatik et al. (2015) juga jerami padi 9,09 unit dan kapasitas tukar kation
melaporkan kadar P potensial tanah Ultisol 21 54,8 cmol kg-1, sedangkan biochar sekam padi
mg P2O5 100 g-1 termasuk pada kriteria sedang. menunjukkan pH 6,46 dan kapasitas tukar
Tingginya kadar Al tanah meningkatkan fiksasi kation 45,6 cmol kg-1. Kadar K potensial yang
Al terhadap P sehingga P tersedia pada tanah terkandung dalam biochar ditentukan oleh
Ultisol rendah (Hartatik et al., 2015). Ermadani bahan baku yang digunakan. Yeboah et al.
et al. (2011) melaporkan kadar P tersedia pada (2016) melaporkan, kadar K potensial biochar
tanah Ultisol sebesar 3,08 ppm (sangat rendah). jerami padi 16,88 cmol kg-1. Disisi lain kadar K
Hal yang sama dilaporkan Lestari dan Harsono potensial dalam biochar sekam padi yang
(2017), kadar P tersedia pada tanah Ultisol dilaporkan Nurida et al. (2019) sebesar 1,58%.
hanya 8,18 ppm (rendah). Meskipun tanah Bagaimanapun, dalam penelitian ini
Ultisol merupakan tanah mineral, Ultisol menunjukkan kadar K potensial dari biochar
memiliki kadar K potensial yang rendah, hal ini sekam padi lebih tinggi dibandingkan biochar
disebabkan pencucian intensif akibat curah jerami padi. Biochar jerami padi memiliki
hujan tinggi (Ermadani et al., 2011). Lestari keunggulan dibandingkan biochar sekam padi
dan Harsono (2017) melaporkan kadar P pada parameter C organik, N total dan C/N.
48 https://doi.org/10.25077/jsolum.18.2.45-65.2021
J. Solum Vol. 18 No. 2, Juli 2021: 45-65 p-ISSN 1829-7994
e-ISSN 2356-0835
Maftu'ah dan Nursyamsi (2015) melaporkan lebih toleran pada lahan kering yang asam
kadar C organik biochar ditentukan kadar C/N (acid dry land).
bahan baku, biochar jerami padi menunjukkan
kadar C organik 36,49%, lebih tinggi 4,43% Tabel 5. Pengaruh biochar dan pupuk fosfat
dibandingkan kadar C organik biochar sekam terhadap tinggi tanaman kedelai umur
padi. Sejalan dengan hasil penelitian Maftu'ah 49 hari setelah tanam di tanah Ultisol
dan Nursyamsi (2015) yang melaporkan kadar Tinggi tanaman
N total biochar jerami 86,30% lebih tinggi Perlakuan
--- cm ---
dibandingkan biochar sekam padi, sehingga Jenis biochar:
C/N biochar jerami padi lebih rendah 51,54% Tanpa biochar 85,78 a
dibandingkan biochar sekam padi. Selain itu BSP 87,08 a
hasil analisis menunjukkan biochar jerami padi BJP 91,24 a
juga unggul pada parameter P tersedia dan BSP + BJP 88,37 a
kapasitas tukar kation. Sesuai dengan Hong dan Dosis pupuk fosfat:
0 kg ha-1 85,13 a
Lu (2018) yang melaporkan bahwa kadar P
60 kg ha-1 86,87 a
tersedia dan kapasitas tukar kation biochar 120 kg ha-1 92,35 a
jerami padi berturut-turut sebesar 1448,8 ppm Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama
dan 63,69 cmol (+) kg-1, sedangkan biochar menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji
sekam padi hanya 211,91 ppm dan 29,13 cmol jarak berganda Duncan (UJBD) α 5%.
(+) kg-1.
Luas Daun
HASIL DAN PEMBAHASAN Luas daun tanaman kedelai
Tinggi Tanaman menunjukkan adanya interaksi antara biochar
Tinggi tanaman kedelai pada fase akhir dan pupuk fosfat (Tabel 6). Aplikasi biochar
pertumbuhan tidak dipengaruhi oleh perlakuan jerami padi dan dosis pupuk fosfat 120 kg ha-1
biochar (Tabel 5). Nurida et al. (2017) menunjukkan luas daun tanaman kedelai
melaporkan, bahwa perlakuan jenis biochar tertinggi umur 49 hari setelah tanam yaitu
kulit kakao dan biochar sekam padi 77,87 cm2 (meningkat 41,43% dibandingkan
menunjukkan rata-rata tinggi tanaman padi kontrol), namun tidak berbeda nyata dengan
94,29 dan 90,81 cm berturut-turut. Selanjutnya aplikasi biochar jerami padi dan dosis pupuk
perlakuan pupuk fosfat juga tidak fosfat 60 kg ha-1 yaitu 75,29 cm2 (meningkat
meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman 36,74% dibandingkan kontrol). Aplikasi
kedelai tertinggi umur 49 hari setelah tanam. biochar meningkatkan efektivitas dan efisiensi
Tinggi tanaman lebih dipengaruhi faktor pemupukan sehingga meningkatkan
genetik. Istikhori et al. (2016) melaporkan, ketersediaan hara yang dibutuhkan tanaman.
perlakuan varietas kedelai menunjukkan Verdiana et al. (2016) melaporkan, kombinasi
perbedaan tinggi tanaman yang signifikan, perlakuan 4 ton ha-1 biochar dengan pupuk
varietas Anjarmoro menunjukkan pertumbuhan NPK dosis 180 kg ha-1 signifikan
tinggi tanaman tertinggi dengan rata-rata 79,26 meningkatkan 55,04% luas daun tanaman
cm dibandingkan varietas lainnya, sedangkan jagung dibandingkan kontrol, dan signifikan
pemberian berbagai dosis pupuk fosfat tidak meningkatkan 25,30% luas daun dibandingkan
meningkatkan tinggi tanaman kedelai. perlakuan 300 kg ha-1 pupuk NPK tanpa
Kuswantoro (2017) menambahkan, tanaman biochar. Sa’adah dan Islami (2019) juga
kedelai yang dibudidayakan pada jenis tanah melaporkan, peningkatan dosis pupuk N
asam (acid soil) dapat menunjukkan tinggi anorganik dari 60 menjadi 90 kg ha-1 pada
tanaman yang tidak berbeda dengan tanaman aplikasi biochar jerami padi dosis 5 ton ha-1
kedelai yang tumbuh di lahan yang optimal tidak meningkatkan luas daun tanaman kedelai.
disebabkan secara genetik varietas tersebut
https://doi.org/10.25077/jsolum.18.2.45-65.2021 49
Aplikasi Biochar dan Fosfat terhadap Hasil Kedelai di Ultisol (Mahdhar, et al.): 45-65 p-ISSN 1829-7994
e-ISSN 2356-0835
Tabel 6. Pengaruh interaksi biochar dan pupuk berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga per
fosfat terhadap luas daun tanaman tanaman kedelai (Tabel 7). Rata-rata jumlah
kedelai umur 49 hari setelah tanam di bunga per tanaman kedelai tertinggi diperoleh
tanah Ultisol pada perlakuan dosis pupuk fosfat 120 kg ha-1
Dosis Pupuk Fosfat (P) yaitu 126,65 kuntum (meningkat 14,25%
Jenis Rata- dibandingkan kontrol). Hal ini diduga terkait
(kg ha-1)
Biochar (B) rata
0 60 120 dengan ketersediaan hara terutama fosfor
--- Luas daun (cm2) --- akibat pemberian pupuk fosfat. Khaerunnisa et
55,06 65,07 72,57 64,23 al. (2015) melaporkan, terjadi peningkatan
Tanpa
A A A A jumlah bunga tanaman kedelai 85,14% pada
biochar
a b c perlakuan 1,5 R pupuk sintetik dibandingkan
56,21 65,91 73,37 65,16 kontrol. Ketersediaan fosfor bagi tanaman
BSP A A A AB dapat menstimulasi pembentukan bunga dan
a b c meningkatkan suplai fotoasimilat selama
57,64 75,29 77,87 70,27
perkembangan organ bunga. Sejalan dengan
BJP A B B C
a b b
pernyataan He et al. (2019), aplikasi fosfor
56,80 67,73 75,96 66,83 meningkatkan jumlah bunga tanaman kedelai,
BSP + BJP A A AB B kondisi defisit fosfor mengurangi jumlah bunga
a b c secara signifikan.
56,42 68,50 74,94 Tabel 7. Pengaruh biochar dan pupuk fosfat
Rata-rata
a b c terhadap jumlah bunga per tanaman
Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji kedelai di tanah Ultisol
jarak berganda Duncan (UJBD) α 5%. Jumlah bunga
Huruf besar dibaca vertikal dan huruf kecil Perlakuan
--- kuntum ---
dibaca horizontal. Jenis biochar:
Tanpa biochar 118,42 a
Daun merupakan organ BSP 119,83 a
penghasil/sumber (source) sekaligus pengguna BJP 122,36 a
(sink) hasil fotosintesis pada masa vegetatif BSP + BJP 121,18 a
tanaman. Oleh karena itu, daun merupakan Dosis pupuk fosfat:
salah satu organ tanaman yang paling sensitif 0 kg ha-1 110,85 a
terhadap ketersediaan air dan hara. Semakin 60 kg ha-1 123,84 b
optimal luas daun maka semakin meningkat 120 kg ha-1 126,65 c
Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama
laju transpirasi, fotosintesis, pembukaan menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji
stomata, pengikatan CO2 pada siklus calvin dan jarak berganda Duncan (UJBD) α 5%.
sintesis karbohidrat. Pertumbuhan luas daun
optimal mengindikasikan ketersediaan air dan Fosfor berperan memicu ekspresi gen
hara yang optimal bagi tanaman. Wu et al. yang menginisiasi pembentukan bunga dan
(2018) mengemukakan, pertumbuhan luas daun meningkatkan suplai fotoasimilat untuk
dipengaruhi karbohidrat yang diproduksi dari pertumbuhan dan perkembangan organ bunga
proses fotosintesis, perubahan tingkat dan pada fase transisi. Mao et al. (2017)
kapasitas fotosintesis menyebabkan perubahan mengemukakan, pada fase transisi dari fase
struktur dan luas daun. vegetatif ke fase generatif terdapat 3 gen utama
yang terekspresi berturut-turut dalam kurun
waktu primordial bunga tanaman yaitu gen
Jumlah Bunga waktu berbunga, gen identitas bunga, dan gen
Aplikasi biochar tidak berpengaruh identitas organ bunga. Proses ekspresi gen
nyata terhadap jumlah bunga per tanaman secara berturut-turut dimulai dari tersedianya
kedelai. Selanjutnya perlakuan pupuk fosfat gen (DNA) untuk diekspresikan, selanjutnya
50 https://doi.org/10.25077/jsolum.18.2.45-65.2021
J. Solum Vol. 18 No. 2, Juli 2021: 45-65 p-ISSN 1829-7994
e-ISSN 2356-0835
gen ditranskripsi oleh RNA polymerase II, kombinasi biochar sekam padi dosis 10 ton ha-1
kemudian mRNA membawa transkripsi keluar dengan pupuk kompos dosis 10 ton ha-1
dari inti sel melewati kulit inti ke sitosol, meningkatkan jumlah polong tanaman kedelai
mRNA ditranslasi di sitosol dan retikulum 55,59%, signifikan dibandingkan kontrol.
endoplasma menjadi polypeptide, selanjutnya
Tabel 8. Pengaruh interaksi biochar dan pupuk
polypeptide yang diproduksi sitosol dan
fosfat terhadap jumlah polong per
retikulum endoplasma menjadi protein
tanaman kedelai di tanah Ultisol
fungsional. Peran fosfor dalam fase transisi
adalah sebagai unsur penyusun molekul- Dosis Pupuk Fosfat (P)
Jenis Rata-
(kg ha-1)
molekul pembawa sinyal kedua (second Biochar (B) rata
0 60 120
messengers) yang diproduksi oleh enzim yang
--- Jumlah polong (polong) ---
diaktivasi oleh hormon. Hormon sebagai
75,93 91,92 99,32 89,06
pembawa sinyal utama bersama molekul- Tanpa
A A A A
molekul seperti 3´,5´-cyclic AMP, 3´,5´-cyclic biochar
a b c
GMP, Cyclic ADP-Ribose dan Inositol 1,4,5- 76,69 93,55 103,15 91,13
triphosphate sebagai pembawa sinyal kedua BSP A A AB AB
(second messengers) akan menstimulasi a b c
terekspresinya gen-gen primordial bunga (Mao 79,19 106,27 107,45 97,64
et al., 2017). BJP A B B C
a b b
Jumlah Polong 77,47 94,93 105,87 92,76
BSP + BJP A A B B
Jumlah polong per tanaman kedelai
a b c
menunjukkan terdapat interaksi antara biochar 77,32 96,67 103,95
dan pupuk fosfat (Tabel 8). Aplikasi biochar Rata-rata
a b c
jerami padi dan dosis pupuk fosfat 120 kg ha-1 Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama
menunjukkan rata-rata jumlah polong per menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji
tanaman kedelai tertinggi yaitu 107,45 polong jarak berganda Duncan (UJBD) α 5%.
(meningkat 41,51% dibandingkan kontrol), Huruf besar dibaca vertikal dan huruf kecil
dibaca horizontal.
namun tidak berbeda nyata dengan aplikasi
biochar jerami padi dan dosis pupuk fosfat 60 Fase pembentukan polong sangat
kg ha-1 yaitu 106,27 polong (meningkat dipengaruhi ketersediaan fotoasimilat dan
39,96% dibandingkan kontrol). Aplikasi translokasi fotoasimilat ke organ generatif.
biochar yang ditambahkan pupuk sebagai Ketersediaan fotoasimilat dipengaruhi
sumber hara dapat meningkatkan ketersediaan ketersediaan ATP dan NADPH sebagai
hara bagi tanaman. Lusiba et al. (2017) molekul pereduksi diberbagai tahap sintesis
melaporkan, aplikasi pupuk fosfat asimilat seperti reaksi 3-fosfogliserat menjadi
meningkatkan jumlah polong kacang buncis 1,3-bifosfogliserat yang membutuhkan 6
hanya pada perlakuan tanpa biochar. molekul ATP dan 1,3-bifosfogliserat menjadi
Bagaimanapun, hasil penelitian ini 3-fosfogliseraldehida yang membutuhkan 6
menunjukkan adanya interaksi perlakuan molekul NADPH (Soverda, 2011). Tidak jauh
biochar dan pupuk fosfat terhadap jumlah berbeda dengan proses sintesis asimilat, proses
polong tanaman kedelai. Aplikasi biochar yang translokasi fotoasimilat juga membutuhkan
ditambahkan pupuk sebagai sumber hara dapat molekul ATP dan melibatkan banyak sel, organ
meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman. utama yang terlibat adalah organ penghasil
Barus (2016) melaporkan, perlakuan biochar (source) dan pengguna (sink).
sekam padi dosis 10 ton ha-1 tidak Terdapat dua mekanisme masuknya
meningkatkan jumlah polong kedelai secara fotoasimilat dari source ke sink yaitu
signifikan dibandingkan kontrol, sedangkan mekanisme aktif dan pasif. Translokasi
fotoasimilat melalui mekanisme aktif
https://doi.org/10.25077/jsolum.18.2.45-65.2021 51
Aplikasi Biochar dan Fosfat terhadap Hasil Kedelai di Ultisol (Mahdhar, et al.): 45-65 p-ISSN 1829-7994
e-ISSN 2356-0835
52 https://doi.org/10.25077/jsolum.18.2.45-65.2021
J. Solum Vol. 18 No. 2, Juli 2021: 45-65 p-ISSN 1829-7994
e-ISSN 2356-0835
https://doi.org/10.25077/jsolum.18.2.45-65.2021 53
Aplikasi Biochar dan Fosfat terhadap Hasil Kedelai di Ultisol (Mahdhar, et al.): 45-65 p-ISSN 1829-7994
e-ISSN 2356-0835
erat terhadap suplai fotoasimiliat. Menurut Ali Baik dosis maupun jenis biochar menunjukkan
et al. (2019), 75 persen dari 20 varietas kedelai pengaruh berbeda terhadap biomassa tanaman,
di Indonesia memiliki tingkat kerontokan pada penggunaan dosis yang sama, jenis
bunga yang tinggi, hal ini dapat disebabkan biochar berpotensi menunjukkan pengaruh
oleh kandungan hormon etilen yang tinggi dan yang berbeda terhadap berat kering biomassa
rendahnya kandungan hormon auksin dan tanaman.
giberelin. Selanjutnya setelah bunga mencapai
Tabel 12. Pengaruh interaksi biochar dan
masa antesis rentan terjadi kerontokan buah.
pupuk fosfat terhadap berat kering
Buah yang berpotensi mengalami kerontokan
biomassa per tanaman kedelai di
sebagian besar adalah buah yang memiliki
tanah Ultisol
pertumbuhan yang lebih lambat sehingga
memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan buah Dosis Pupuk Fosfat (P)
Jenis Rata-
(kg ha-1)
yang tumbuh normal. Selama fase Biochar (B) rata
0 60 120
pembentukan buah, fotoasimilat yang
--- Berat kering biomassa (g) ---
dihasilkan dari siklus calvin di stroma secara
29,43 35,27 42,35 35,68
aktif maupun pasif ditranslokasikan ke buah Tanpa
A A A A
sebagai sink melalui jalur transport biochar
a b c
fotoasimilat. Ukuran bunga dan buah yang 30,17 36,86 42,74 36,59
kecil mengindikasikan akumulasi bahan kering BSP A AB AB A
yang rendah. Egli (2010) mengembangkan a b c
sebuah model komponen produksi tanaman 30,54 43,21 45,26 39,67
kedelai dan menemukan bahwa perkembangan BJP A C C C
buah sangat sensitif terhadap suplai asimilat a b c
terutama menjelang polong mencapai panjang 30,42 38,59 44,50 37,84
dan berat maksimum. BSP + BJP A B BC B
a b c
Berat Kering Biomassa 30,14 38,48
Rata-rata 43,71 c
a b
Berat kering biomassa per tanaman Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama
kedelai menunjukkan adanya interaksi antara menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji
biochar dan pupuk fosfat (Tabel 12). Aplikasi jarak berganda Duncan (UJBD) α 5%.
biochar jerami padi dan dosis pupuk fosfat 120 Huruf besar dibaca vertikal dan huruf kecil
dibaca horizontal.
kg ha-1 menunjukkan berat kering biomassa
per tanaman kedelai tertinggi yaitu 45,26 g Biomassa merupakan keseluruhan
(meningkat 53,79% dibandingkan kontrol), akumulasi karbon (14C2) total yang dihasilkan
namun tidak berbeda nyata dengan aplikasi sepanjang siklus hidup tanaman. Tanaman
biochar jerami padi dan dosis pupuk fosfat 60 kedelai memfiksasi karbon dari udara yang
kg ha-1 yaitu 43,21 g (meningkat 46,82% dalam bentuk CO2 melalui stomata, kemudian
dibandingkan kontrol). Lusiba et al. (2017) dikonversi menjadi gliseraldehida-3-fosfat
melaporkan bahwa aplikasi pupuk P menggunakan energi yang dihasilkan dari
meningkatkan biomassa tanaman buncis pada fotosistem II (FSII) dan fotosistem I (FSI)
perlakuan 5 ton ha-1 biochar dan menurunkan berupa ATP. Senyawa karbon gliseraldehida-3-
biomassa tanaman buncis pada perlakuan 20 fosfat kemudian dikonversi menjadi triosa
ton ha-1 biochar. Selanjutnya Nurida et al. fosfat untuk membentuk sukrosa disebut
(2019) perlakuan jenis biochar kulit kakao alokasi karbon (carbon allocation). Pada
signifikan meningkatkan bobot jerami kering tanaman C3, karbon yang disintesis dari siklus
padi gogo dibandingkan biochar sekam padi calvin menurut Soverda (2011) dalam bentuk
selama 4 musim tanam sebesar 71,69%, gliseraldehida-3-fosfat yang sebagian
15,28%, 31,02% dan 49,37% berturut-turut. dialokasikan untuk pembentukan ribulosa
bisfosfat (RuBisCo) pada siklus calvin,
54 https://doi.org/10.25077/jsolum.18.2.45-65.2021
J. Solum Vol. 18 No. 2, Juli 2021: 45-65 p-ISSN 1829-7994
e-ISSN 2356-0835
sebagian lagi untuk membentuk sukrosa, dan berbeda nyata dengan aplikasi biochar jerami
sebagian lainnya untuk pembentukan pati (pada padi dan dosis pupuk fosfat 60 kg ha-1 yaitu
tanaman C3). Selanjutnya distribusi sukrosa ke 22,73 g (meningkat 52,65% dibandingkan
seluruh bagian tanaman di antaranya daun, kontrol). Siregar et al. (2017) melaporkan,
batang, akar dan buah disebut pembagian aplikasi biochar sekam padi dosis 18 ton ha-1
karbon (carbon partitioning). Biomassa dan pupuk fosfat 150 kg ha-1 signifikan
menjelaskan kemampuan tanaman meningkatkan berat kering biji 86,41%. Barus
menghasilkan bahan kering, semakin tinggi (2016) juga melaporkan, penggunaan biochar
berat biomassa maka merepresentasikan sekam padi 10 ton ha-1 dan kompos 10 ton ha-1
tingginya aktivitas pengikatan CO2 oleh signifikan meningkatkan berat biji kedelai 41%
stomata (Abideen et al., 2020). Menurut dibandingkan kontrol. Sebaliknya, Sampurno et
Tamagno et al. (2020), bobot kering biomassa al. (2016) penggunaan biochar limbah padi dan
memiliki korelasi positif dengan beberapa pupuk organik cair tidak meningkatkan bobot
proses fisiologi di antaranya tingkat kering biji kedelai secara signifikan, akan
fotosintesis dan konduktansi stomata. tetapi dosis biochar 12 ton ha-1 signifikan
meningkatkan bobot kering biji kedelai 23,99%
Berat Kering Biji dibandingkan kontrol.
Tabel 13. Pengaruh interaksi biochar dan Berat kering biji merupakan ukuran
pupuk fosfat terhadap berat kering tingkat ketersediaan dan suplai fotoasimilat
biji per tanaman kedelai di tanah yang dihasilkan dari proses fotosintesis pada
Ultisol fase perkembangan embrio (biji). Pola
Dosis Pupuk Fosfat (P) translokasi fotoasimilat akan mengalami
Jenis Rata-
(kg ha-1) perubahan setelah fase pembungaan.
Biochar (B) rata
0 60 120 Translokasi fotoasimilat ke organ biji berperan
--- Berat kering biji (g) --- penting terhadap perkembangan embrio (biji),
14,89 18,40 21,96 18,42 menentukan jumlah dan berat biji. Menurut
Tanpa
A A A A Egli (2010), kurangnya suplai fotoasimilat
biochar
a b c
meningkatkan polong hampa, sementara pada
15,05 18,97 22,49 18,84
polong yang masih dapat menghasilkan biji
BSP A AB AB A
a b c umumnya memiliki ukuran lebih kecil. Suplai
15,81 22,73 23,63 20,72 fotoasimilat yang cukup akan meningkatkan
BJP A C B C komponen hasil tanaman kedelai. Sejalan
a b b dengan He et al. (2019), peningkatan serapan
15,44 20,06 23,29 19,60 fosfor signifikan meningkatkan jumlah bunga,
BSP + BJP A B B B jumlah polong, jumlah polong berisi per
a b c tanaman.
15,30 20,04
Rata-rata 22,84 c (+)
a b Indeks Panen
Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Indeks panen tanaman kedelai
Duncan (UJBD) α 5%. Huruf besar dibaca vertikal dan menunjukkan perlakuan biochar secara tunggal
huruf kecil dibaca horizontal. dan pupuk fosfat secara tunggal tidak
Berat kering biji per tanaman kedelai berpengaruh terhadap indeks panen tanaman
menunjukkan adanya interaksi antara biochar kedelai (Tabel 14). Lusiba et al. (2017)
dan pupuk fosfat (Tabel 13). Aplikasi biochar melaporkan aplikasi pupuk fosfat dengan 5 dan
jerami padi dan dosis pupuk fosfat 120 kg ha-1 10 ton ha-1 tidak signifikan meningkatkan
menunjukkan berat kering biji per tanaman indeks panen, aplikasi pupuk fosfat
kedelai tertinggi yaitu 23,63 g (meningkat menurunkan indeks panen tanaman buncis
58,70% dibandingkan kontrol), namun tidak pada perlakuan 20 ton ha-1. Selanjutnya Arabi
https://doi.org/10.25077/jsolum.18.2.45-65.2021 55
Aplikasi Biochar dan Fosfat terhadap Hasil Kedelai di Ultisol (Mahdhar, et al.): 45-65 p-ISSN 1829-7994
e-ISSN 2356-0835
et al. (2018) penggunaan biochar dan pupuk dan apoplast, proses metabolisme di dalam
hayati tidak meningkatkan indeks panen dinding sel dan proses metabolisme yang
tanaman kedelai, akan tetapi penggunaan menggunakan fotosintat untuk tumbuh dan atau
biochar secara tunggal meningkatkan indeks diakumulasikan.
panen tanaman kedelai pada kisaran 0,02- Sink activity dipengaruhi beberapa
0,06% dibandingkan kontrol. Sementara Berek faktor diantaranya ekspresi gen sucrose
dan Neonbeni (2018) melaporkan penggunaan synthase (enzim penyederhana sukrosa), turgor
jenis biochar dan pupuk kandang sapi tidak sel dan regulasi hormon (Kambhampati et al.,
meningkatkan indeks panen kacang hijau, 2017). Ekspresi gen yang memproduksi
demikian pula pengaruh tunggal masing- sucrose synthase umumnya diregulasi oleh
masing faktor. suplai karbohidrat, gen akan terekspresi apabila
sukrosa dalam kondisi melimpah sehingga
Tabel 14. Pengaruh biochar dan pupuk fosfat
dengan cepat disintesis menjadi pati oleh enzim
terhadap indeks panen tanaman
sucrose synthase. Selanjutnya turgor sel,
kedelai di tanah Ultisol
Basuchaudhuri (2016) menyatakan bahwa
Indeks panen turgor sel dipengaruhi aktivitas proton yang di
Perlakuan
--- % ---
pompa oleh ATP-ase pada membran plasma
Jenis biochar:
Tanpa biochar 51,54 a
yang dapat mengubah pola translokasi. Faktor
BSP 51,32 a selanjutnya adalah regulasi hormon, senyawa
BJP 52,25 a organik pembawa pesan yang menengahi
BSP + BJP 51,70 a komunikasi antar sel. Hingga saat ini, hormon
Dosis pupuk fosfat: masih memiliki peran penting meregulasi
0 kg ha-1 50,77 a pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan
60 kg ha-1 52,05 a dalam setiap fotoasimilat yang ditranslokasikan
120 kg ha-1 52,28 a membawa senyawa organik prekursor hormon.
Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama
Hormon berfungsi sebagai molekul pembawa
menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji
jarak berganda Duncan (UJBD) α 5%. sinyal yang memicu ekspresi gen yang
menginisiasi pembentukan enzim sucrose
Indeks panen merupakan perbandingan synthase yang bertugas menghidrolisis sukrosa
berat biji dengan berat total biomassa tanaman. menjadi bentuk yang lebih sederhana untuk
Secara keseluruhan, indeks panen dapat disintesis menjadi pati. Sejalan dengan
menunjukkan pola translokasi fotoasimilat ke Monpara et al. (2019), hormon tanaman
organ polong dan biji sebagai sink. Selain merupakan molekul pembawa sinyal yang
koneksi vaskular alami dan jarak antara source mengatur hampir seluruh proses pertumbuhan
dan sink, menurut Basuchaudhuri (2016) salah dan perkembangan tanaman termasuk sink size
satu faktor yang memiliki pengaruh signifikan dan akumulasi bahan kering pada proses
terhadap arah translokasi adalah permintaan pematangan biji. Dalam penelitian ini, sink
sink terhadap fotoasimilat yang disebut sink strength cenderung lebih dipengaruhi faktor
strength (kekuatan pengguna). Terdapat dua genetik, dan hanya sebagian kecil dipengaruhi
faktor yang mempengaruhi sink strength yaitu faktor lingkungan yang di antaranya adalah
sink size (ukuran pengguna) dan sink activity suplai asimilat. Varietas toleran pada kondisi
(aktivitas pengguna). Sink size adalah suplai asimilat yang rendah mampu
kemampuan buah mengakumulasi karbon mempertahankan turgor sel dan fungsi hormon
dalam jumlah tertentu, kemampuan ini dalam menjaga kestabilan sink strength. Hal ini
ditentukan oleh genetik selama faktor sesuai dengan Kuswantoro (2017) yang
lingkungan bukan menjadi faktor pembatas. menyatakan bahwa varietas tanaman toleran
Selanjutnya sink activity adalah seluruh mampu mengurangi penurunan hasil pada
aktivitas sel sink meliputi unloading kondisi lingkungan suboptimal.
fotoasimilat dari sieve element jalur symplast
56 https://doi.org/10.25077/jsolum.18.2.45-65.2021
J. Solum Vol. 18 No. 2, Juli 2021: 45-65 p-ISSN 1829-7994
e-ISSN 2356-0835
https://doi.org/10.25077/jsolum.18.2.45-65.2021 57
Aplikasi Biochar dan Fosfat terhadap Hasil Kedelai di Ultisol (Mahdhar, et al.): 45-65 p-ISSN 1829-7994
e-ISSN 2356-0835
Asante et al. (2020) melaporkan penggunaan senyawa organik kompleks berupa karbohidrat
biochar dosis 10 ton ha-1 dan 200 kg ha-1 pupuk (C6H12O6). CO2 difiksasi melalui konduktansi
NPK meningkatkan laju asimiasi bersih stomata, menurut Heyneke dan Fernie (2018),
tanaman wortel dibandingkan pada dosis konduktansi stomata dipengaruhi potensial
biochar 5 dan 0 ton ha-1. Penggunaan pupuk P osmotik H2O dan ion K+ pada sel penjaga
(50 kg P2O5) dan K (50 kg K2O) meningkatkan (guard cell). Selanjutnya CO2 yang telah
laju asimilasi bersih pada perlakuan 0 ton ha-1 difiksasi dikonversi menjadi 3-fosfogliserat
biochar dan menurun secara konsisten saat dikatalis oleh enzim RuBisCo (ribulosa
dosis biochar ditingkatkan menjadi 5 dan 10 bisfosfat co-enzim/ fosfoenolpiruvat
ton ha-1, demikian pula penggunaan pupuk P karboksilase). RuBisCo sangat dipengaruhi
(50 kg P2O5) dan K (100 kg K2O). Penggunaan kondisi lingkungan, menurut Heyneke dan
biochar 10 ton ha-1 meningkatkan laju asimilasi Fernie (2018) peningkatan asimilasi CO2
bersih tanaman wortel pada perlakuan tanpa sangat dipengaruhi peningkatan aktivitas enzim
pupuk (Asante et al., 2020). RuBisCo, lebih jauh Hartawan (2013)
Laju asimilasi adalah laju akumulasi mengemukakan peningkatan enzim RuBisCo
bahan kering (14C2) per satuan indeks luas daun meningkat seiring peningkatan ketersediaan
per satuan waktu. Menurut Heyneke dan Fernie fosfor (Pi) dari ATP yang terdefosforilasi
(2018), fotosintesis merupakan proses dasar mereduksi ribulosa-5-fosfat (glukosa) menjadi
(fundamental) dari produksi biomassa dan RuBisCo. Soverda (2011) mengemukakan,
merupakan sebuah proses dinamis yang sangat CO2 yang difiksasi RuBisCo dikonversi
sensitif terhadap lingkungan, proses menjadi 3-fosfogliserat dan dikonversi menjadi
fotosintesis meliputi fotofosforilasi (reaksi 1,3-bisfosfogliserat menggunakan 6 molekul
terang), siklus calvin, fotorespirasi dan ATP, kemudian 1,3-bisfosfogliserat dikonversi
metabolisme mitokondria (reaksi gelap). menjadi 6 gliseraldehida-3-fosfat (senyawa
Reaksi terang merupakan proses sintesis glukosa kompleks) menggunakan 6 molekul
molekul energi ATP yang memanfaatkan NADPH, 3 molekul CO2 menghasilkan 1
energi cahaya untuk mengoksidasi molekul molekul giseraldehida-3-fosfat, molekul ini
H2O pada kompleks fotosistem II (FSII). kemudian dikonversi menjadi triosa fosfat
Proses ini menurut Soverda (2011), (dihidroksi aseton fosfat) yang digunakan
menghasilkan elektron yang ditransfer dari untuk menyintesis sukrosa di sitosol,
fotosistem II ke fostosistem I untuk mensintesis polisakarida dinding sel dan senyawa-senyawa
NADPH. Proses ini sangat sensitif terhadap lainnya (McClain dan Sharkey, 2019).
ketersediaan air, sedangkan pada kompleks
fotosistem I dipengaruhi ketersediaan fosfor Serapan P Tanaman
(Pi). Oksidasi H2O menghasilkan hasil samping Serapan fosfor (P) tanaman kedelai
berupa O2, hasil lainnya yaitu H+ yang umur 35 hari setelah tanam menunjukkan
membawa elektron, proses oksidasi yang terus adanya interaksi antara biochar dan pupuk
menerus meningkatkan konsentrasi H+ di fosfat (Tabel 17). Aplikasi biochar jerami padi
lumen dan cenderung bergerak menuju stroma dan dosis pupuk fosfat 120 kg ha-1
(yang memiliki konsentrasi H+ lebih rendah), menunjukkan serapan fosfor tanaman kedelai
selanjutnya H+ yang membawa elektron ini umur 35 hari setelah tanam tertinggi yaitu
digunakan untuk menyintesis ATP di stroma 98,01 mg tanaman-1 (meningkat 82,42%
(Fukuzumi et al., 2018). dibandingkan kontrol), namun tidak berbeda
ATP dan NADPH yang dihasilkan dari nyata dengan aplikasi biochar jerami padi dan
proses fosforilasi merupakan sumber energi dosis pupuk fosfat 60 kg ha-1 yaitu 92,59 mg
yang paling dominan digunakan dalam tanaman-1 (meningkat 72,32% dibandingkan
menjalankan siklus calvin (Fukuzumi et al., kontrol). Hartatik et al. (2015) melaporkan
2018). Siklus calvin merupakan proses penggunaan biochar dan pupuk tidak
pengikatan CO2 yang dikonversi menjadi
58 https://doi.org/10.25077/jsolum.18.2.45-65.2021
J. Solum Vol. 18 No. 2, Juli 2021: 45-65 p-ISSN 1829-7994
e-ISSN 2356-0835
meningkatkan serapan fosfor tanaman kedelai, Mekanisme masuknya unsur hara ke dalam sel
akan tetapi penggunaan biochar signifikan akar tanaman di antaranya melalui pertukaran
meningkatkan 23,58% serapan fosfor tanaman H+ dengan K+ melalui kontak antara akar
kedelai dibandingkan kontrol. Sementara dengan partikel tanah, pertukaran H+ dengan
Zulfita et al. (2020) melaporkan penggunaan K+ melalui kontak antara akar dengan larutan
biochar dengan dosis 10 ton ha-1 dan pupuk tanah, difusi Ca melalui larutan tanah dari
NPK 200 kg ha-1 (50% rekomendasi) konsentrasi tinggi ke rendah, bersama air
menunjukkan serapan P tanaman jagung manis melalui aliran massa dan pertumbuhan akar
tertinggi yaitu sebesar 158,01 g tanaman-1, mendekati sumber hara (intersepsi akar).
meningkat signifikan dibanding perlakuan
dosis biochar dan dosis NPK lainnya. KESIMPULAN
1. Tidak terdapat interaksi aplikasi biochar dan
Tabel 17. Pengaruh interaksi biochar dan
pupuk fosfat terhadap tinggi tanaman,
pupuk fosfat terhadap serapan
jumlah bunga per tanaman, jumlah cabang
fosfor tanaman kedelai umur 35 hari
produktif per tanaman, persentase fruit set
setelah tanam di tanah Ultisol
per tanaman dan indeks panen tanaman
Dosis Pupuk Fosfat (P) kedelai. Bagaimanapun, aplikasi pupuk
Jenis Rata-
(kg ha-1)
Biochar (B) rata fosfat signifikan meningkatkan jumlah
0 60 120
bunga per tanaman kedelai. Terdapat
--- Serapan fosfor tanaman (mg tanaman-1) ---
interaksi antara aplikasi biochar dan pupuk
53,73 76,39 91,73 73,95
Tanpa fosfat terhadap luas daun, jumlah polong
A A A A
biochar per tanaman, jumlah polong berisi per
a b c
55,34 79,82 92,57 75,91 tanaman, berat kering biomassa per
BSP A AB AB AB tanaman, berat kering biji per tanaman, hasil
a b c per hektar, laju asimilasi bersih dan serapan
56,14 92,59 98,01 82,25 fosfor tanaman kedelai di tanah Ultisol.
BJP A C B C 2. Aplikasi biochar jerami padi dengan dosis 15
a b b ton ha-1 dan dosis pupuk fosfat 60 kg ha-1
55,89 83,58 96,37 78,61 meningkatkan luas daun 36,74%, jumlah
BSP + BJP A B AB B polong per tanaman 39,96%, jumlah polong
a b c berisi per tanaman 47,61%, berat kering
55,28 83,10 biomassa per tanaman 46,82%, berat kering
Rata-rata 94,67 c
a b
biji per tanaman 52,65%, hasil per hektar
Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji 54,68%, laju asimilasi bersih 182,38% dan
jarak berganda Duncan (UJBD) α 5%. serapan fosfor tanaman 72,32%.
Huruf besar dibaca vertikal dan huruf kecil
dibaca horizontal. DAFTAR PUSTAKA
Menurut Reichardt dan Timm Abdurachman, A., A. Dariah dan A. Mulyani.
(2020) pergerakan air dan hara menuju akar 2008. Strategi dan teknologi
dipengaruhi sifat-sifat fisik dan kimia tanah di pengelolaan lahan kering mendukung
antaranya konten air tanah (soil water content), pengadaan pangan nasional. Penelitian
udara tanah (soil air), tekstur tanah, temperatur dan Pengembangan Pertanian 27: 43-
tanah, kapasitas tukar kation tanah dan pH 49.
tanah. Selain itu, peningkatan kapasitas tukar
kation meningkatkan aktivitas dan mobilisasi Abideen, Z., H.-W. Koryo, B. Huchzermeyer
kation monovalen dan bivalen seperti K+, Ca2+ dan B. Gul. 2020. Impact of a biochar
dan Mg2+ sehingga transportasi hara-hara anion or a compost-biochar mixture on water
seperti H2PO4- menuju permukaan akar relation, nutrient uptake and
meningkat (Reichardt dan Timm, 2020).
https://doi.org/10.25077/jsolum.18.2.45-65.2021 59
Aplikasi Biochar dan Fosfat terhadap Hasil Kedelai di Ultisol (Mahdhar, et al.): 45-65 p-ISSN 1829-7994
e-ISSN 2356-0835
Balai Penelitian Aneka Kacang dan Umbi. Dang, T., P. Marschner, R. Fitzpatrick dan L.
2019. Potensi kedelai provinsi Jambi. M. Mosley. 2018. Assessment of the
Balai Penelitian Tanaman Aneka binding of protons, Al and Fe to
Kacang dan Umbi, Jambi. biochar at different pH values and
soluble metal concentrations. Water,
Air, & Soil Pollution 10: 1-9.
60 https://doi.org/10.25077/jsolum.18.2.45-65.2021
J. Solum Vol. 18 No. 2, Juli 2021: 45-65 p-ISSN 1829-7994
e-ISSN 2356-0835
Dang, T., L. M. Mosley, R. Fitzpatrick dan P. Fahrizal, I., A. Rahayu dan N. Rochman. 2017.
Marschner. 2015. Organic materials Respon tanaman kedelai terhadap
differ in ability to remove protons, iron inokulasi mikoriza asbuskula dan
and aluminium from acid sulfate soil pemberian pupuk fosfor pada tanah
drainage water. Water, Air, & Soil masam. Agronida 3: 95-106.
Pollution 357: 1-13.
Firmansyah, I., M. Syakir dan L. Lukman.
Dugdug, A. A., S. X. Chang, Y. S. Ok, A. U. 2017. Pengaruh kombinasi dosis pupuk
Rajapaksha dan A. Anyia. 2018. N, P, dan K terhadap pertumbuhan dan
Phosphorus sorption capacity of hasil tanaman terung (Solanum
biochars varies with biochar type and melongena L.). Hortikultura 27: 69-78.
salinity level. Environmental Science
and Pollution Research 25: 25799– Fukuzumi, S., Y. M. Lee dan W. Nam. 2018.
25812. Artificial photosynthesis for
production of ATP, NAD(P)H, and
Egli, D. B. 2010. Soypod: a model of fruit set hydrogen peroxide. ChemPhotoChem
in soybean. Agronomy 102: 39-47. 2: 121-135.
Endriani dan A. Kurniawan. 2018. Konservasi Gardner, F. P., R. B. Pearce dan L. Mitchell.
tanah dan karbon melalui pemanfaatan 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
biochar pada pertanaman kedelai. Ilmu Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Terapan Universitas Jambi 2: 93-106.
Guerena, D. T., J. Lehmann, J. E. Thies, A.
Erisa, D., Munawar dan Zuraida. 2018. Kajian Enders, N. Karanja dan H. Neufeldt.
fraksionasi fosfor (P) pada beberapa 2015. Partitioning the contributions of
pola penggunaan lahan kering ultisol di biochar properties to enhanced
desa Jalin Jantho Aceh Besar. Ilmiah biological nitrogen fixation in common
Mahasiswa 3: 620-628. bean (Phaseolus vulgaris). Biology and
Fertility of Soils 51: 479-491.
Ermadani, A. Muzar dan I. A. Mahbub. 2011.
Pengaruh residu kompos tandan buah Hadi, S. 1982. Metodologi Research. Yayasan
kosong kelapa sawit terhadap beberapa Penerbitan Fakultas Psikologi
sifat kimia Ultisol dan hasil kedelai. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Penelitian Universitas Jambi Seri
Sains 13: 11-18. Hamidah. 2013. Efek penggunaan pupuk daun
bayfolan dan pupuk sp-36 terhadap
Esrita, B. Ichwan dan Irianto. 2011. pertumbuhan dan hasil tanaman melon
Pertumbuhan dan hasil tomat pada (Cucumis melo L.) varietas action 434.
berbagai bahan organik dan dosis Agrifor 12: 148-155.
trichoderma. Penelitian Universitas
Jambi Seri Sains 13: 37-42. Hartatik, W., H. Wibowo dan J. Purwani. 2015.
Aplikasi biochar dan tithoganic dalam
Fadhila, S. A., A. S. Karyawati dan T. Islami. peningkatan produktivitas kedelai
2018. Pengaruh aplikasi kombinasi (Glycine max L.) pada Typic
biochar dan macam bahan organik Kanhapludults di Lampung Timur.
terhadap pertumbuhan dan hasil Jurnal Tanah dan Iklim 39: 51-62.
kacang hijau (Vigna radiata L.).
Produksi Tanaman 6: 2743-2751. Hartawan, R. 2013. Pengubahan komposisi
cadangan makanan benih kedelai
https://doi.org/10.25077/jsolum.18.2.45-65.2021 61
Aplikasi Biochar dan Fosfat terhadap Hasil Kedelai di Ultisol (Mahdhar, et al.): 45-65 p-ISSN 1829-7994
e-ISSN 2356-0835
dengan perlakuan nitrogen dan fosfor. Iswahyudi, I. Saputra dan Irwandi. 2018.
Ilmiah Universitas Batanghari 13: 81- Pengaruh pemberian pupuk NPK dan
88. biochar terhadap pertumbuhan dan
hasil padi sawah (Oryza sativa L.).
Hasibuan, H. S., D. Sopandie, Agrosamudra 5: 14-23.
Trikoesoemaningtyas dan D. Wirnas.
2018. Pemupukan N, P, K, dolomit, Jeong, C. Y., S. K. Dodla dan J. J. Wang. 2015.
dan pupuk kandang pada budidaya Fundamental and molecular
kedelai di lahan kering masam. composition characteristics of biochars
Agronomy Indonesia 46: 175-181. produced from sugarcane and rice crop
residues and by-products.
He, J., Y. Jin, N. C. Turner, Z. Chen, H.-Y. Chemosphere 142: 4-13.
Liu, X.-L. Wang, K. H. M. Siddique
dan F.-M. Li. 2019. Phosphorus Kambhampati, S., L. V. Kurepin, A. B. Kisiala,
application increases root growth, K. E. Bruce, E. R. Cober, M. J.
improves daily water use during the Morrison dan R. J. N. Emery. 2017.
reproductive stage, and increases grain Yield associated traits correlate with
yield in soybean subjected to water cytokinin profiles in developing pods
shortage. Environmental and and seeds offield-grown soybean
Experimental Botany 166: 103816- cultivars. Field Crops Research 214:
103827. 175-184.
62 https://doi.org/10.25077/jsolum.18.2.45-65.2021
J. Solum Vol. 18 No. 2, Juli 2021: 45-65 p-ISSN 1829-7994
e-ISSN 2356-0835
Li, J., J. Fan, D. Liu, Z. Hu dan J. Zhang. 2018. Mosley, L. M., P. Willson, B. Hamilton, G.
Enhanced nitrogen removal in biochar- Butler dan R. Seaman. 2015. The
added surface flow constructed capacity of biochar made from
wetlands: dealing with seasonal common reeds to neutralise pH and
variation in the north China. remove dissolved metals in acid
Environmental Science and Pollution drainage. Environmental Science and
Research 2: 1-10. Pollution Research 22: 15113–15122.
Liu, L., Y. Wanga, X. Yan, J. Li, N. Jiao dan S. Munch, E. 1930. Die Stoffbewegungen in der
Hu. 2017. Biochar amendments Pflanze. Gustav Fischer Jena,
increase the yield advantage of Germany.
legume-based intercropping systems
over monoculture. Agriculture, Nasution, L. W. 2017. Pengaruh aplikasi bahan
Ecosystems and Environment 237: 16- organik dan pupuk P terhadap
23. pertumbuhan dan hasil kedelai
(Glycine max (L.) Merill) pada bulan
Lusiba, S., J. Odhiambo dan J. Ogola. 2017. kering (klasifikasi oldeman). Thesis,
Growth, yield and water use efficiency Universitas Sumatera Utara, Medan.
of chickpea(Cicer arietinum): response
to biochar andphosphorus fertilizer Nurida, N. L., Jubaedah dan A. Dariah. 2019.
application. Archives of Agronomy and Peningkatan produktivitas padi gogo
Soil Science 64: 819-833. pada lahan kering masam akibat
aplikasi pembenah tanah biochar.
Maftu'ah, E. dan D. Nursyamsi. 2015. Potensi Penelitian Pertanian Tanaman Pangan
berbagai bahan organik rawa sebagai 3: 67-74.
https://doi.org/10.25077/jsolum.18.2.45-65.2021 63
Aplikasi Biochar dan Fosfat terhadap Hasil Kedelai di Ultisol (Mahdhar, et al.): 45-65 p-ISSN 1829-7994
e-ISSN 2356-0835
Nurida, N. L., Sutono dan Muchtar. 2017. terhadap pertumbuhan dan hasil
Pemanfaatan biochar kulit buah kakao tanaman kedelai (Glycine max L.).
dan sekam padi untuk meningkatkan Produksi Tanaman 7: 2077-2083.
produktivitas padi sawah di Ultisol
Lampung. Pengkajian dan Sampurno, M. H., Y. Hasanah dan A. Barus.
Pengembangan Teknologi Pertanian 2016. Respons pertumbuhan dan
20: 69-80. produksi kedelai (Glycine max (L.)
Merril) terhadap pemberian biochar
Nursyamsi, D. 2006. Kebutuhan hara kalium dan pupuk organik cair.
tanaman kedelai di tanah Ultisol. Ilmu Agroekoteknologi 4: 2158-2166.
Tanah dan Lingkungan 6: 71-81.
Silva, A. J. d., J. R. M. Filho, C. R. G. Sales, R.
Phiri, A. T., E. M. Muindi, J. O. Omollo, R. C. d. M. Pires dan E. C. Machado.
Yegon dan D. Kausiwa. 2017. 2018. Source-sink relationships in two
Inoculated soybean yields response to soybean cultivars with indeterminate
nitrogen and phosphorus application. growth under water deficit. Bragantia
International Journal of Plant & Soil 77: 23-35.
Science 10: 1-7.
Simanjuntak, J., C. Hanum dan D. S. Hanafiah.
Ramadhan, R. A. W., M. Baskara dan A. 2015. Pertumbuhan dan produksi dua
Suryanto. 2014. Pengaruh pemberian varietas kedelai pada cekaman
pupuk npk terhadap fruit set tanaman kekeringan. Agroekoteknologi 3: 915-
jeruk manis (Citrussinensis Osb.) var. 922.
Pacitan. Produksi Tanaman 3: 212-
217. Siregar, D. A., R. R. Lahay dan N. Rahmawati.
2017. Respons pertumbuhan dan
Reichardt, K. dan L. C. Timm. 2020. How produksi kedelai (Glycine max (L.
plants absorb nutrients from the soil. Merril) terhadap pemberian biochar
Soil, Plant and Atmosphere 1: 313- sekam padi dan pupuk P.
330. Agroekoteknologi 5: 722-728.
Sa’adah, N. dan T. Islami. 2019. Pengaruh Tamagno, S., V. O. Sadras, O. A. Ortez dan I.
pemberian macam biochar dan pupuk n A. Ciampitti. 2020. Allometric analysis
64 https://doi.org/10.25077/jsolum.18.2.45-65.2021
J. Solum Vol. 18 No. 2, Juli 2021: 45-65 p-ISSN 1829-7994
e-ISSN 2356-0835
Wu, Y., W. Gong, Y. Wang, T. Yong, F. Yang, Zulfita, D., Surachman dan E. Santoso. 2020.
W. Liu, X. Wu, J. Du, K. Shu, J. Liu, Aplikasi biochar sekam padi dan pupuk
C. Liu dan W. Yang. 2018. Leaf area NPK terhadap serapan N, P, K dan
and photosynthesis of newly emerged komponen hasil jagung manis di lahan
trifoliolate leaves are regulated gambut. Ilmiah Hijau Cendekia 5: 42-49.
by mature leaves in soybean. Plant
Research 131: 671-680.
https://doi.org/10.25077/jsolum.18.2.45-65.2021 65