1 PB
1 PB
1 PB
Abstract:
Legal reform in the field of judicial power is the focus of the Judicial
Power in the context of revamping the Indonesian judiciary. In the
development of judicial power reform, one of which is the authority of
the Administrative Court, as contained in the Supreme Court
Regulation Number 2 of 2019 on Guidelines for the Settlement of
Administrative Court that the object of the lawsuit for State
Administrative disputes extends to matters relating to unlawful acts
committed by government/onrechtmatige overheidsdaad (OOD). This
research was conducted in order to analyze problems related to the
implementation of Article 2 of the Supreme Court Regulation No
2/2019 related to unlawful acts committed by government. The
research method used is normative research with a statutory approach
and case approach. This article finds that factual actions of the
government can be the factual actions of the government that can be the
object of disputes for lawsuits against unlawful acts carried out by
agency or government officials. Many decisions of unlawful acts
carried out by government/onrechtmatige overheidsdaad (OOD) at the
first level tend not to grant the lawsuit with the argument of different
interpretations by the judge for the unlawful act.
Keywords: Administrative Court; Onrechtmatige overheidsdaad; unlawful
acts.
Abstrak:
Reformasi hukum dalam bidang kekuasaan kehakiman menjadi fokus
Mahkamah Agung dalam rangka pembenahan lembaga yudikatif
Indonesia tersebut. Dalam perkembangan reformasi kekuasaan
kehakiman salah satunya yakni kewenangan Peradilan Tata Usaha
125
Hakim & Amnesti, Problematika Penanganan Gugatan…..|126
1
Marojahan Panjaitan, ‘PENYELESAIAN PENYALAHGUNAAN WEWENANG YANG MENIMBULKAN
KERUGIAN NEGARA MENURUT HUKUM ADMINISTRASI PEMERINTAHAN’, Jurnal Hukum IUS QUIA
IUSTUM, 24.3 (2017), 431–47 <https://doi.org/10.20885/iustum.vol24.iss3.art5>.
2
Wildan Suyuthi Mustofa, REFORMASI HUKUM BIDANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP INDEPENDENSI PELAKSANAAN TUGAS HAKIM PERADILAN AGAMA (Jakarta, 2014).
127 | De Jure: Jurnal Hukum dan Syar’iah, Vol. 14 No. 1 Tahun 2022
utama saat ini tidak hanya dalam independensi lembaga yudikatif, melainkan
pengembalian kepercayaan publik. Penegasan prinsip independensi kekuasaan
kehakiman perlu memperhatikan aspek akuntabilitas. Independensi akan menjadi
lebih baik, bermartabat agung, mulia tidak akan terwujud kecuali dukungan dari
implementasi nilai akuntabilitas.3
Reformasi kekuasaan kehakiman juga terjadi pada PTUN di mana setelah
amandemen UUD 1945, terdapat beberapa kali revisi Undang-undang serta regulasi
terkait PTUN. Regulasi terbaru dalam kewenangan PTUN yakni dikeluarkannya
PERMA No. 2/2019 tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa Tindakan
Pemerintah dan Kewenangan Mengadili Perbuatan Melanggar Hukum yang
dilakukan Pemerintah (onrechtmatige overheidsdaad). Secara peristilahan perbuatan
melanggar hukum biasa kita temukan dalam hukum perdata. Dimana perbuatan
melanggar hukum disebutkan dalam Pasal 1365 bahwa “setiap orang yang
melakukan perbuatan melanggar hukum diwajibkan untuk mengganti kerugian yang
timbul dari kesalahannya tersebut”.4 Pada perkembangannya proses beracara di
PTUN mengenal perisitilahan perbuatan melanggar hukum tersebut. Adanya
pergeseran paradigma dalam Undang-Undang Administrasi Pemerintahan yang
menghendaki setiap tindakan administrasi pemerintah baik berupa KTUN tertulis
maupun faktual merupakan Tindakan Administrasi (Administrative Action).5 Berkaca
kembali pada Undang-undang sebelumnya yang mengatur mengenai PTUN yakni
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 Objek sengketa Tata Usaha Negara sebatas
keputusan tata usaha Negara yang berisikan penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh
Badan atau Pejabat TUN yang berisikan tindakan hukum berdasarkan peraturan
perundang-undangan dengan sifat konkret, individual, final dan memiliki
dampak/akibat hukum. Dalam perkembangannya, telah terbit Undang-Undang No.
30/2014 tentang Administrasi Pemerintahan (UUAP). UUAP tersebut di antaranya
mengatur bahwa dengan berlakunya Undang-Undang ini, Keputusan Tata Usaha
Negara (KTUN) sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5
Tahun1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 51 Tahun
2009 (UU Peratun) dimaknai sebagai berikut: a) Penetapan tertulis diantaranya
termasuk tindakan faktual; b) Keputusan badan dan/atau pejabat tata usaha negara
di lingkungan eksekutif, legislatif, yudikatif dan penyelenggara negara lainnya; c)
Berdasarkan ketentuan perundang-undanganidan AAUPB; d) Bersifat final dalami
arti lebih luas; e) Keputusan yang memiliki dampak atau akibati hukum; f)
Keputusan yang diperuntukkan bagi masyarakat. Sehingga perlu dipahami lebih
lanjut mengenai ruang lingkup kewenangan PTUN mengadili perkara faktual/OOD
mengenai pengertian tindakan faktual yang saat ini menjadi bagian dari tindakan
3
Farid Wajdi, Fokus Reformasi Peradilan Untuk Kembalikan Kepercayaan Publik (Jakarta, 2018)
<https://www.komisiyudisial.go.id/frontend/news_detail/831/fokus-reformasi-peradilan-untuk-
kembalikan-kepercayaan-publik>.
4
dan R. Tjitrosudibio Subekti, R, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) (Jakarta: Pradnya
Paramita, 2003).
5
MUHAMMAD ADIGUNA BIMASAKTI, ‘ONRECHTMATIG OVERHEIDSDAAD OLEH PEMERINTAH DARI
SUDUT PANDANG UNDANG-UNDANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN / ACT AGAINST THE LAW BY THE
GOVERNMENT FROM THE VIEW POINT OF THE LAW OF GOVERNMENT ADMINISTRATION’, Jurnal Hukum
Peratun, 1.2 (2018), 265–86 <https://doi.org/10.25216/peratun.122018.265-286>.
Hakim & Amnesti, Problematika Penanganan Gugatan…..|128
6
Dewi Kania Sugiharti Dewi Asimah, Zainal Muttaqin, ‘Implementasi Perluasan Kompetensi PTUN Dalam
Mengadili Tindakan Faktual’, CTA DIURNALJurnal Ilmu Hukum Kenotariatan Fakultas Hukum Unpad, 4,
2020, 169 <https://doi.org/https://doi.org/10.23920/acta.v4i1.531>.
7
Mahkamah Agung, ‘Direktori Putusan Mahkamah Agung’, 2022
<https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/index/pengadilan/ptun-jakarta/kategori/tun-
1.html> [accessed 20 March 2022].
129 | De Jure: Jurnal Hukum dan Syar’iah, Vol. 14 No. 1 Tahun 2022
8
Satgas Covid, ‘Regulasi Covid’, Covid.Go.Id, 2022 <https://covid19.go.id/p/regulasi> [accessed 11
March 2022].
9
Yadhy Cahyady, ‘Implementasi Peraturan Mahkamah Agung No. 2/2019 Terhadap Perbuatan
Melanggar Hukum Oleh Badan Dan/Atau Pejabat Pemerintahan Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan
Surat Paksa’, Jurnal Pajak Dan Keuangan Negara (PKN), 3.1 (2021), 165–77
<https://doi.org/10.31092/jpkn.v3i1.1232>.
10
Agus Budi Susilo, ‘Reformulasi Perbuatan Melanggar Hukum Oleh Badan Atau Pejabat Pemerintahan
Dalam Konteks Kompetensi Absolut Peradilan Tata Usaha Negara’, Jurnal Hukum Dan Peradilan, 2
(2013).
Hakim & Amnesti, Problematika Penanganan Gugatan…..|130
11
Bagus Oktafian Abrianto, Xavier Nugraha, and Nathanael Grady, ‘Perkembangan Gugatan Perbuatan
Melanggar Hukum Oleh Pemerintah Pasca-Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 (Development of
Lawsuit for Law Violation by the Government Post Statute/Law Number 30 of 2014)’, Negara Hukum:
Membangun Hukum Untuk Keadilan Dan Kesejahteraan, 11.1 (2020)
<https://doi.org/10.22212/jnh.v11i1.1574>.
12
Ardoyo, ‘Perbuatan Melanggar Hukum Pemerintah’ (Universitas Airlangga, 2020)
<https://repository.unair.ac.id/102830/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf>.
13
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Dan Penelitian Hukum (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004).
14
Dyah Ochtorina Susanti dan A’an Efendi, Penelitian Hukum (Legal Researh) (Jakarta: Sinar Grafika,
2014).
131 | De Jure: Jurnal Hukum dan Syar’iah, Vol. 14 No. 1 Tahun 2022
15
Paulus Effendi Lotulung, Lintasan Sejarah Dan Gerak Dinamika Peradilan Tata Usaha Negara
(PERATUN) (Jakarta: Salemba Humanika, 2013).
16
Muchsan, Pengantar Hukum Administrasi Negara (Yogyakarta: Liberty, 1982).
133 | De Jure: Jurnal Hukum dan Syar’iah, Vol. 14 No. 1 Tahun 2022
17
KemenPanRB, Naskah Akademik Rancangan Undang Undang Administrasi Pemerintahan (Indonesia,
2014), p. 56.
18
Agus Budi Susilo.
Hakim & Amnesti, Problematika Penanganan Gugatan…..|134
23
PTUN Jakarta, ‘SIPP (Sistem Informasi Penulusran Perkara) PTUN Jakarta’, 2022 <https://sipp.ptun-
jakarta.go.id/> [accessed 30 March 2022].
Hakim & Amnesti, Problematika Penanganan Gugatan…..|136
24
Mahkamah Agung.
137 | De Jure: Jurnal Hukum dan Syar’iah, Vol. 14 No. 1 Tahun 2022
perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh pemerintah. Di mana dapat dilihat
pada Direktori Putusan Mahkamah Agung perkara gugatan Perbuatan Melanggar
Hukum, banyak putusan yang tidak mengabulkan gugatan penggugat. Dari 12
perkara PMH baru 2 putusan yang mengabulkan gugatan. Disisi lain dari 2 putusan
yang dikabulkan pada tingkat PTUN Jakarta tersebut di tingkat selanjutnya yakni
Banding dinyatakan membatalkan putusan yakni pada perkara PMH dengan
Tergugat Jaksa Agung RI.25
Meski hakim memiliki kebebasan dalam mempertimbangkan alat bukti dalam
memutus perkara sebagaimana diatur dalam Pasal 100 dan Pasal 107 UU 5/1986,
hakim tetap perlu memperhatikan bahwa tindakan pemerintah penting untuk
dikontrol dan diawasi sebagaimana norma yang ada. Baik terhadap putusan yang
dikabulkan atau tidak menyangkut hal yang besifat substansial baik dari segi
kebijakan umum, persyaratan fomal dan tidak kalah pentingnya menyangkut
implikasi bagi pihak-pihak yang terkait.26 PTUN sebagai wadah perwakilan dari
negara yang memiliki peran menjamin perlindungan hukum atas tindakan perbuatan
melanggar hukum oleh penguasa tentu memiliki kewajiban memaknai fungsi
perangkat hukum yang memberi perlindungan dan kesejahteraan di berbagai bidang.
Hal tersebut selaras dengan tujuan dibentuknya UU Nomor 5 Tahun 1986 yakni
mengawasi pelaksanaan tugas dan wewenang badan/pejabat Tata Usaha Negara.
Pengawasan dimaknai sebagai pemeliharaan atau penjagaan agar Negara hukum
dapat berjalan dengan baik, dan kekuasaan diberikan batasan sehingga tercipta iklim
pemerintahan yang tertib serta memberikan pengayoman kepada masyarakat.27
Kesimpulan
Wewenang PTUN dalam hal gugatan Perbuatan Melanggar Hukum oleh
Badan/Pejabat Pemerintah (OOD) terdapat dalam Pasal 2 Perma Nomor 2 Tahun
2019, di mana Tindakan Faktual Pemrintah salah satunya dapat dimaknai sebagai
objek gugatan perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah. Berdasarkan syarat
pengajuan gugatan tersebut di mana harus sebuah tindakan yang bertentangan
dengan peraturan perundangan-undangan dan/atau bertentangan dengan AAUPB.
Penafsiran mengenai pemaknaan dua prinsip syarat gugatan tersebut diserahkan
sepenuhnya kepada hakim sesuai dengan Pasal 100 dan 107 UU No. 5 Tahun 1986
tentang PTUN. Problematika gugatan perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah
yakni pada penafsiran kompetensi absolut PTUN, Penafsiran AAUPB, Gugatan
yang sebenarnya telah dilakukan oleh Tergugat serta Keadaan luar biasa/ darurat
yang mengakibatkan PTUN tidak memiliki kewenangan mengadili. Reformasi
kekuasaan kehakiman dengan mengembalikan kepercayaan publik menjadi penting
ditunaikan bagi PTUN sebagai lembaga yang mengontrol dan melakukan
pengawasan terhadap pejabat Tata Usaha Negara, sehingga masyarakat terhindar
dari kekuasaan absolut negara serta memberi batasan terhadap kekuasaan guna
terwujudnya konsep good governance.
25
Mahkamah Agung.
26
Bambang Heriyanto, ‘PROBLEMATIKA PENYELESAIAN PERKARA “FIKTIF POSITIF” DI PENGADILAN TATA
USAHA NEGARA’, PALAR | PAKUAN LAW REVIEW, 5.1 (2019)
<https://doi.org/10.33751/palar.v5i1.1185>.
27
Ali Abdullah, Teori Dan Praktek Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara (Jakarta: Prenada Media
Group, 2018).
Hakim & Amnesti, Problematika Penanganan Gugatan…..|138
Daftar Pustaka
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Dan Penelitian Hukum (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2004)
Abrianto, Bagus Oktafian, Xavier Nugraha, and Nathanael Grady, ‘Perkembangan
Gugatan Perbuatan Melanggar Hukum Oleh Pemerintah Pasca-Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2014 (Development of Lawsuit for Law Violation by
the Government Post Statute/Law Number 30 of 2014)’, Negara Hukum:
Membangun Hukum Untuk Keadilan Dan Kesejahteraan, 11.1 (2020)
<https://doi.org/10.22212/jnh.v11i1.1574>
Agus Budi Susilo, ‘Reformulasi Perbuatan Melanggar Hukum Oleh Badan Atau
Pejabat Pemerintahan Dalam Konteks Kompetensi Absolut Peradilan Tata
Usaha Negara’, Jurnal Hukum Dan Peradilan, 2 (2013)
Ali Abdullah, Teori Dan Praktek Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara (Jakarta:
Prenada Media Group, 2018)
Ardoyo, ‘Perbuatan Melanggar Hukum Pemerintah’ (Universitas Airlangga, 2020)
<https://repository.unair.ac.id/102830/4/4. BAB I PENDAHULUAN.pdf>
BIMASAKTI, MUHAMMAD ADIGUNA, ‘ONRECHTMATIG
OVERHEIDSDAAD OLEH PEMERINTAH DARI SUDUT PANDANG
UNDANG-UNDANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN / ACT
AGAINST THE LAW BY THE GOVERNMENT FROM THE VIEW
POINT OF THE LAW OF GOVERNMENT ADMINISTRATION’, Jurnal
Hukum Peratun, 1.2 (2018), 265–86
<https://doi.org/10.25216/peratun.122018.265-286>
Cahyady, Yadhy, ‘Implementasi Peraturan Mahkamah Agung No. 2/2019
Terhadap Perbuatan Melanggar Hukum Oleh Badan Dan/Atau Pejabat
Pemerintahan Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa’, Jurnal
Pajak Dan Keuangan Negara (PKN), 3.1 (2021), 165–77
<https://doi.org/10.31092/jpkn.v3i1.1232>
Dewi Asimah, Zainal Muttaqin, Dewi Kania Sugiharti, ‘Implementasi Perluasan
Kompetensi PTUN Dalam Mengadili Tindakan Faktual’, CTA DIURNALJurnal
Ilmu Hukum Kenotariatan Fakultas Hukum Unpad, 4, 2020, 169
<https://doi.org/https://doi.org/10.23920/acta.v4i1.531>
Dyah Ochtorina Susanti dan A’an Efendi, Penelitian Hukum (Legal Researh) (Jakarta:
Sinar Grafika, 2014)
Farid Wajdi, Fokus Reformasi Peradilan Untuk Kembalikan Kepercayaan Publik (Jakarta,
2018) <https://www.komisiyudisial.go.id/frontend/news_detail/831/fokus-
reformasi-peradilan-untuk-kembalikan-kepercayaan-publik>
H.M Laica Marzuki, Peraturan Kebijakan (Beleidsregel) (Makasar, 1996)
Heriyanto, Bambang, ‘PROBLEMATIKA PENYELESAIAN PERKARA
“FIKTIF POSITIF” DI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA’, PALAR
| PAKUAN LAW REVIEW, 5.1 (2019)
139 | De Jure: Jurnal Hukum dan Syar’iah, Vol. 14 No. 1 Tahun 2022
<https://doi.org/10.33751/palar.v5i1.1185>
KemenPanRB, Naskah Akademik Rancangan Undang Undang Administrasi
Pemerintahan (Indonesia, 2014), p. 56
Lotulung, Paulus Effendi, Lintasan Sejarah Dan Gerak Dinamika Peradilan Tata Usaha
Negara (PERATUN) (Jakarta: Salemba Humanika, 2013)
Mahkamah Agung, ‘Direktori Putusan Mahkamah Agung’, 2022
<https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/index/pengadilan/ptun-
jakarta/kategori/tun-1.html> [accessed 20 March 2022]
Muchsan, Pengantar Hukum Administrasi Negara (Yogyakarta: Liberty, 1982)
Panjaitan, Marojahan, ‘PENYELESAIAN PENYALAHGUNAAN
WEWENANG YANG MENIMBULKAN KERUGIAN NEGARA
MENURUT HUKUM ADMINISTRASI PEMERINTAHAN’, Jurnal Hukum
IUS QUIA IUSTUM, 24.3 (2017), 431–47
<https://doi.org/10.20885/iustum.vol24.iss3.art5>
PTUN Jakarta, ‘SIPP (Sistem Informasi Penulusran Perkara) PTUN Jakarta’, 2022
<https://sipp.ptun-jakarta.go.id/> [accessed 30 March 2022]
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara (Jakarta: Rajawali Pers, 2018)
Satgas Covid, ‘Regulasi Covid’, Covid.Go.Id, 2022
<https://covid19.go.id/p/regulasi> [accessed 11 March 2022]
SF Marbun, Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Layak (Yogyakarta: UII Press, 2014)
Subekti, R, dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
(Jakarta: Pradnya Paramita, 2003)
Wildan Suyuthi Mustofa, REFORMASI HUKUM BIDANG KEKUASAAN
KEHAKIMAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP INDEPENDENSI
PELAKSANAAN TUGAS HAKIM PERADILAN AGAMA (Jakarta, 2014)
Yogo Pamungkas, ‘Pergeseran Kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara’, Acta
Diurnal Jurnal Ilmu Hukum Kenotariatan, 3 (2020), 357
<http://jurnal.fh.unpad.ac.id/index.php/acta/article/view/232/169>