7 Jurnal Herman Dan Widodo 203-220

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)

Volume 5, Nomor 2 Desember 2021


ISSN: 2580-9342

GEROBAK CINTA: MODEL PENCEGAHAN STUNTING DI


KABUPATEN FLORES TIMUR NUSA TENGGARA TIMUR

Herman Yosef Nende Lingge Kumanireng, R. Widodo Triputro

Korespondensi Penulis: [email protected], [email protected]


Magister Ilmu Pemerintahan STPMD “APMD” Yogyakarta

ABSTRAK
Pencegahan stunting di Kabupaten Flores Timur dilakukan melalui Intervensi Spesifik dan Intervensi
Sensitif pada sasaran 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) anak balita dan ibu hamil. Intervensi gizi
spesifik ditangani langsung oleh dinas kesehatan sedangkan intervensi sensitif pencegahannya secara
konvergensi antar institusi pemerintahan daerah dan stakeholder. Untuk mempercepat pencegahan
stunting pemerintah daerah membuat suatu inovasi yang disebut “Gerobak Cinta”, berupa pemberian
makanan tambahan terfokus kepada anak stunting dan ibu hamil selama 90 hari dengan memanfaatkan
tanaman pangan lokal masyarakat. Terdapat berbagai kendala yang dihadapi dalam upaya pencegahan
stunting ini antara keterbatasan sumber daya manusia infrasturuktur penunjang yang belum memadai,
tingkat partisipasi yang minim, pangadaan bahan pangan yang sulit terjangkau dan keberlanjutan
progam PMT Terfokus Gerobak Cinta oleh ibu sasaran di rumah. Hal tersebutlah mempengaruhi praktik
governing di bidang pembangunan kesehatan ini tidak berjalan semestinya.

Kata Kunci: Stunting, Pencegahan, Kendala

ABSTRACT
Stunting prevention in East Flores Regency was carried out through Specific Interventions and Sensitive
Interventions on the target of the First 1,000 Days of Life (HPK) for children under five and pregnant
women. Specific nutrition interventions are handled directly by the health office, while the prevention
sensitive interventions are carried out by convergence between local government institutions and
stakeholders. To accelerate stunting prevention, the local government created an innovation called the
“Love Cart”, in the form of providing additional food focused on stunting children and pregnant women
for 90 days by utilizing local community food plants. There are various obstacles faced in this stunting
prevention effort, including limited human resources, inadequate supporting infrastructure, minimal
participation rates, procuring food that is difficult to reach and the sustainability of the Focused PMT
program by the target mothers at home. This affects the practice of governing in the field of health
development that is not running properly.

Keywords: Stunting, Prevention, Constraints

PENDAHULUAN dinamika persoalan gizi buruk. Walaupun


Persoalan gizi di Indonesia proses pembangunan di Indonesia telah
merupakan salah satu persoalan utama mampu mengatasi persoalan ini, tetapi
dalam pembangunan manusia. Sebagai dilihat dari data statistik, masih banyak
salah satu negara dengan kompleksitas persoalan yang perlu diselesaikan terutama
kependudukan yang sangat beraneka persoalan yang menyangkut dengan balita
ragam, Indonesia dihadapi dengan yang gizi kurang. Gizi merupakan salah

203
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342

satu faktor penentu keberhasilan tumbuh adalah anak balita (bayi di bawah lima
kembang anak yang optimal. Gizi yang tahun) yang gagal tumbuh akibat dari
cukup dan seimbang sangat diperlukan kekurangan gizi kronis sehingga anak
dalam periode emas pertumbuhan dan terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan
perkembangan anak. Periode emas dimulai gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan
sejak anak masih di dalam kandungan pada masa awal setelah bayi lahir akan
hingga usia dua tahun atau yang sering tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah
disebut dengan istilah “seribu hari pertama bayi berusia 2 tahun. Balita pendek
kehidupan anak”. Kekurangan gizi yang (stunted) dan sangat pendek (severely
terjadi pada periode emas tersebut dapat stunted) adalah balita dengan panjang
menyebabkan berbagai masalah, salah badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U)
satunya adalah masalah gagal tumbuh menurut umurnya dibandingkan dengan
sehingga anak menjadi lebih pendek standar baku WHO-MGRS (Multicentre
(stunting) dari standar. Growth Reference Study 2006). Sedangkan
Stunting merupakan suatu kondisi definisi stunting menurut Kementerian
dimana balita dinyatakan memiliki panjang Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balita
atau tinggi yang pendek dibanding dengan dengan nilai z-scorenya kurang dari -2
umur atau tidak sesuai dengan umur. SD/standar deviasi (stunted) dan kurang
Mengenai kriteria panjang atau tinggi dari - 3SD (severely stunted) (Tim Nasional
badannya lebih kecil dari standar Percepatan Penanggulangan Kemiskinan,
pertumbuhan anak dari World Health 2017).
Organization (Kemenkes, 2018). Berdasarkan data PSG (Pemantauan
Sedangkan menurut Izwardy (2019) Status Gizi) tahun 2017, bahwa persentase
mengatakan bahwa stunting adalah kondisi stunting yang paling meresahkan ada di
gagal tumbuh pada anak balita akibat Provinsi Nusa Tenggara Timur, yaitu
kekurangan gizi kronis sehingga anak lebih mencapai 40,3 persen. Berbeda dengan
pendek untuk usianya. Kekurangan gizi Provinsi Nusa Tenggara Timur, Provinsi
terjadi sejak bayi dalam kandungan dan Bali menjadi provinsi dengan angka
pada masa awal kehidupan setelah lahir, prevalensi stunting terendah, yaitu 19,1
tetapi baru tampak setelah anak berusia 2 persen. Di tahun 2019 angka prevalensi
tahun. stunting nasional turun menjadi 27,67
Sama halnya juga penyataan WHO- persen. (https://databoks.katadata.co.id,
MGRS yang mengatakan bahwa Stunting diakses pada tanggal 14 Desember 2020).

204
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342

Untuk mendukung usaha pemerintah keadaan gizi buruk dan gizi kurang yang di
pusat (secara nasional) tersebut, pemerintah dalamnya termasuk underweight, wasting
Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa dan stunting. (Peraturan Daerah
Tenggara Timur, sebagai perpanjang Kabupaten Flores Timur Nomor 10 Tahun
tangan juga berkolaborasi dalam 2017 Tentang RPJMD 2017-2022).
pencegahan dan percepatan penurunan Di Kabupaten Flores Timur sendiri
stunting di daerahnya. Sesuai dengan jumlah stunting masih tergolong tinggi
visinya dalam RPJMD tahun 2017-2022, walaupun ada penurunan di setiap
(“Flores Timur Sejahtera dalam Bingkai periodenya. Untuk pemerintah daerah
Desa Membangun Kota Menata”,) maka melakukan suatu inovasi untuk
disusunlah suatu misi yaitu Selamatkan menggempur stunting melalui kerjasama
Orang Muda Flores Timur. Visi dan misi ini antar OPD (Organisasi Perangkat Daerah)
tentunya mempunyai tujuan yang salah untuk mengatasi masalah ini, NGO dan
satunya adalah dengan melihat masalah- masyarakat pada umumnya. Pada tahun
masalah pembangunan di daerah seperti 2018, tepatnya pada tanggal 16 November,
masih rendahnya kemandirian orang muda Pemerintah Daerah melaksanakan deklarasi
Flores Timur, kurangnya lapangan kerja, “Flores Timur Gempur Stunting” yakni
rendahnya derajat kesehatan masyarakat dalam rangka pencegahan dan
dan lain sebagainya. Dari beberapa penanggulangan stunting yang terintegrasi
persoalan tersebut, masalah kesehatan melalui intervensi gizi spesifik dan gizi
masih menjadi sesuatu yang urgent terjadi sensitif.
di Kabupaten Flores Timur. Oleh karena itu
pemerintah daerah memfokuskan persoalan METODE PENELITIAN
kesehatan menjadi program urusan wajib Jenis penelitian yang digunakan
dasar seperti Angka Kematian Bayi (AKB) adalah deskriptif kualitatif. Dalam
dan Angka Kematian Ibu (AKI) hamil dan penelitian ini penulis akan menggambarkan
melahirkan relatif tinggi, serta adanya dan mengungkapkan inovasi pencegahan
kecenderungan meningkatnya kejadian stunting di Kabupaten Flores Timur dan
kehamilan remaja di bawah usia 20 tahun, kendala-kendala yang dihadapinya. Objek
dan Kerawanan gizi yang ditunjukkan dalam penelitian ini adalah inovasi
dengan masih banyaknya ibu hamil pencegahan stunting dan kendala-kendala
mengalami kondisi Kurang Energi Kronis dalam pelaksanaan kebijakan pencegahan
(KEK) masih terdapat bayi dan balita dalam

205
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342

stunting di Kabupaten Flores Timur dari data diperkuat dengan metode triangulasi
tahun 2017 sampai dengan tahun 2020. agar diketemukan kepastian data sebelum
Terdapat beberapa teknik penarikan kesimpulan dilakukan
pengumpulan data dalam penelitian ini
antara lain Observasi, Wawancara, PEMBAHASAN
Dokumentasi dan Focus Group Discussion Kejadian stunting pada anak
(FGD). Dalam penelitian ini pun peneliti merupakan suatu proses komulaif, yang
mengunakan teknik purposive, yakni terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak
penentian sejumlah informan dengan dan sepanjang siklus kehidupan. Proses
pertimbangan tertentu (Sugiono, 2016) terjadinya stunting pada anak dan peluang
Teknik purposive dalam penelitian ini peningkatan stunting terjadi dalam masa 2
yaitu bertujuan untuk mendapatkan tahun pertama kehidupan. Faktor penyebab
informasi dari para narasumber tentang stunting dapat disebabkan oleh faktor
upaya pencegahan stunting dan kendala langsung maupun tidak langsung.
yang dihadapi dalam pencegahan dan Penyebab langsung dari kejadian stunting
penanganan stunting. Narasumber yang adalah Asupan gizi balita dan Penyakit
dipilih adalah pihak-pihak terkait yakni infeksi, Sedangkan penyebab tidak
para pengambil kebijakan dan pengelola langsungnya seperti Ketersediaan pangan,
program percepatan penurunan stunting Status gizi ibu saat hamil, Berat badan lahir,
sebanyak 23 (duapuluh tiga) orang mulai ASI Eksklusif dan MP-ASI.
dari pejabat Dinas Kesehatan, pejabat di Upaya untuk pencegahan stunting di
kecamatan, kepala desa dan beberapa indonesia diupayakan dalam bentuk
perwakilan masyarakat. Intervensi Stunting yang terbagi menjad
Untuk analisis data dalam penelitian dua, yaitu Intervensi Gizi Spesifik dan
kualitatif, dilakukan setelah pengumpulan Intervensi Gizi Sensitif (Tim Nasional
data dilakukan dengan teknis teknis Percepatan Penanggulangan Kemiskinan,
diskriktif interaktif, (Miles, M.B. dan 2017), yaitu: Pertama, Intervensi Gizi
Huberman, M., 1992) yakni Aktivitas Spesifik. Intervensi yang ditujukan kepada
dalam analisis data dalam penelitian anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan
melalui proses mereduksi data, menyajikan (HPK) dan berkontribusi pada 30 %
data dan penarikan kesimpulan, yang penurunan stunting. Intervensi ini
merupakan tahap akhir dalam analisis data. digunakan di bidang kesehatan dan bersifat
Adapun untuk mememeriksa keabsahan jangka pendek. Intervensi Gizi Spesifik

206
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342

dapat menjadi beberapa intervensi utama dan gizi kurang, Stunting/Pendek:


yang dimulai dari masa kehamilan ibu Gabungan sangat pendek dan pendek dan
hingga melahirkan balita. Kedua, Intervensi Wasting/kurus: gabungan sangat kurus dan
Gizi Sensitif. Intervensi ini dilakukan kurus
melalui berbagai kegiatan di luar sekor Untuk mengatasi stunting dibutuhkan
kesehatan dan berkontribusi pada 70 % sebuah inovasi. Secara konseptual inovasi
intervensi stunting. Sasaran dari intervensi kebijakan dibagi menjadi tiga bagian yaitu,
gizi spesifik adalah masyarakat secara (a), Policy innovation: new policy direction
umum dan tidak khusus ibu hamil dan balita and initiatives, (b) Innovation in the policy
pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan/HPK. making process dan (c) Policy to foster
Kegiatan terkait Intervensi Gizi Sensitif innovation and its diffusion. Oleh karena
dapat dilaksanakan melalui beberapa itu, berdasarkan tiga kategori tersebut
kegiatan yang umumnya makro dan inovasi kebijakan secara konseptual di
dilakukan secara lintas Kementerian dan defenisikan sebagai perubahan cara
Lembaga. Berkaitan dengan pengukuran pandang atau masalah sehingga
Status Gizi balita dinilai menurut 3 indeks, memunculkan solusi atau masalah.
yaitu Berat Badan Menurut Umur (BB/U), Sedangkan ruang lingkup inovasi
Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U), Berat konseptual adalah kemunculan paradigma,
Badan Menurut Tinggi Badan (BB/ TB). ide, gagasan, pemikiran dan terobosan baru
Ketiga nilai indeks status gizi di atas yang sebelumnya tak terbayangkan atau
dibandingkan dengan baku pertumbuhan tidak ada dalam bentuk program yang
WHO yang mana diukur dengan skor dalam hal ini adalah inovasi kebijakan
tertentu yang di sebut dengan -Z-score. Z- dalam pencegahan stunting di Kabupaten
Score adalah nilai simpangan BB atau TB Flores Timur dari tahun 2017-2020 dan
dari nilai BB atau TB normal menurut baku kendala-kendala yang dihadapi.
pertumbuhan WHO. Contoh perhitungan Z Cara pandang inovasi kebijakan telah
score BB/U: (BB anak – BB standar) atau menjadi diskursus dan praktek dalam
standar deviasi BB standar. Untuk batasan birokrasi pemerintahan. Dalam konteks
dan kategori status gizi balita menurut cara pandang tersebut, kebijakan dapat
indeks BB/U, TB/U, BB/TB menurut WHO dipandang sebagai suatu proses yang
dapat di bagi pengertiannya menjadi tiga berkelanjutan dan saling terkait yang
yaitu: Underweight/Berat badaan dilakukan oleh pemerintah bersama
kurang/Gizi Kurang: Gabungan gizi buruk stakeholder dalam mengatur, mengelola

207
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342

dan menyelesaikan urusan publik, masalah positif dengan pembaruan paradigma


publik dan sumber daya yang ada untuk tersebut dapat terjadi apabila peran
kepentingan bersama. Salah satu daya saing stakeholder yang terlibat dalam inovasi
inovasi dapat diciptakan melaui pemikiran kebijakan mempunyai paradigma yang
dan terobosan yang baru melaui stategi mengutamakan sinergitas.
kebijakan itu sendiri yang merupakan fakta Upaya untuk pencegahan stunting
strategis daripada fakta politis dan teknis. kini menjadi isu hangat di bidang kesehatan
Akan tetapi dalam kebijakan tersebut sudah khususnya di negara-negara bekembang.
terangkum preferensi politis dari para aktor Upaya pencegahan stunting ini sudah
yang terlibat di dalam proses kebijakan, banyak dilakukan di negara-negara
khususya pada proses perumusan berkembang dalam meningkatkan gizi pada
kebijakan. Dalam perspektif konseptual, anak dan keluarga. Kejadian balita stunting
kriteria inovasi kebijakan akan terkait dapat diputus mata rantainya sejak janin
dengan perubahan cara pandang terhadap dalam kandungan dengan cara melakukan
permasalahan yang terjadi. Dalam konteks pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu
ini, masalah yang dimaksud adalah masalah hamil, artinya setiap ibu hamil harus
di bidang kesehatan yaitu berkaitan dengan mendapatkan makanan yang cukup gizi,
pencegahan stunting. Oleh karena itu, mendapatkan suplementasi zat gizi (tablet
kemampuan untuk melihat permasalahan Fe), dan terpantau kesehatannya. Selain itu
dengan sudut pandang yang multi setiap bayi baru lahir hanya mendapat ASI
paradigma oleh kelompok yang berwenang saja sampai umur 6 bulan (Eksklusif) dan
dalam penetuan kebijakan yang lebih setelah umur 6 bulan diberi Makanan
konseptual. Kemudian dapat Pendamping ASI (MPASI) yang cukup
membandingkan kebijakan lama atau yang jumlah dan kualitasnya. Ibu nifas selain
belum pernah ada dengan kebijakan yang mendapat makanan cukup gizi, juga diberi
baru sebagai ukuran keberhasilan sebuah suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin
inovasi kebijakan. Apabila kinerja A. Kejadian stunting pada balita yang
kebijakan baru yang telah diakukan inovasi bersifat kronis seharusnya dapat dipantau
berhasil, maka dapat disimpulkan kebijakan dan dicegah apabila pemantauan
tersebut berhasil. Selanjutnya inovasi pertumbuhan balita dilaksanakan secara
kebijakan dapat dianalisis dengan melihat rutin dan benar. Memantau pertumbuhan
isu yang sedang terjadi melalui perspektif balita di posyandu merupakan upaya yang
yang positif dan perubahan perspektif sangat strategis untuk mendeteksi dini

208
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342

terjadinya gangguan pertumbuhan, visi pimpinan tertinggi negara, kampanye


sehingga dapat dilakukan pencegahan nasional berfokus pada pemahaman
terjadinya balita stunting (Kemenkes R.I, perubahan prilaku, komitmen politik,
2013). akuntabilitas, konvergensi, koordinasi, dan
Penurunan angka stunting di konsilidasi program nasional, daerah, serta
Indonesia adalah agenda pembangunan masyarakat, mendorong kebijakan “Food
nasional bidang kesehatan. Hal ini Nutritional Security”, pemantauan dan
tercantum dalam Rencana Pembangunan evaluasi.
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005- Prevelensi stunting di Kabupaten
2025. Dalam RPJPN pemerintah Flores Timur mengalami penurunan di
mengagendakan program pembangunan setiap tahun sejak tahun pada tahun 2017
nasional yaitu akses universal air minum sampai dengan tahun 2020. Jumlah stunting
dan sanitasi, dimana di tahun 2019 di Kabupaten Flores Timur pada tahun
Indonesia dicanangkan dapat menyediakan 2017 sebesar 36 % dengan jumlah balita
layanan air minum dan sanitasi yang layak yang tidak diketahui. Pada tahun 2018
bagi 100 persen rakyat Indonesia. prevelensi turun menjadi 32,23 % balita
Sedangkan dalam RPJMN untuk periode stunting atau 5.553 dari 17.227 balita. Di
tersebut, pemerintah mencanangkan tahun 2019 jumlah anak stunting
penurunan prevelensi stunting hingga 28 % mengalami penurunan yang tidak terlalu
dari keadaan awal yaitu di tahun 2013 jauh yaitu dari 32, 23 % turun menjadi
sebesar 32,9 %. 31,07 % atau 4.999 dari 16.092 balita.
Di kabupaten Flores Timur sendiri Kemudian, penurunan stunting yang luar
telah adanya komitmen dari pemerintah biasa terjadi yaitu antara Bulan Agustus
daerah dengan mengeluarkan kebijakan 2019 sampai dengan tahun 2020. Pada
yaitu Peraturan Bupati Kabupaten Flores bulan Agustus tahun 2020 menurun secara
Timur No. 27 Tahun 2019 tentang signifikan yaitu dari 31,07 % turun menjadi
Pencegahan dan Penanganan Stunting Di 22,07 % yaitu dari 4.999 turun menjadi
Desa dan Keputusan Bupati Flores Timur 3.974 balita stunting atau sebesar 1.025
No. 244 Tahun 2019 tentang Tim balita stunting dari 18.988 balita.
Percepatan Pencegahan dan Penanganan
Target penurunan batas maksimal
Stunting Terintegrasi. Aksi intervensi
WHO yaitu sebesar 20 % atau seperlima
stunting dalam perencanaan dibagi menjadi
dari jumlah total anak balita yang sedang
5 pilar utama, yaitu melalui komitmen dan

209
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342

tumbuh, sedangkan target penurunan yang melatarbelakangi dari penyusunan


stunting dalam RPJMN tahun 2020 sampai kebijakan penanganan stunting di Flores
dengan tahun 2024, penurunan prevelensi Timur juga merefleksikan dan melihat
stunting pada anak di bawah usia dua tahun pengalaman penanganan gizi di tahun-
14 % dengan pelibatan lintas sektor tahun sebelumnya bahwa usaha perbaikan
kementrian, pemerintah daerah propisi, gizi belum efektif.
kabupaten dan desa. Jikalau kita melihat
Penurunan angka stunting di
data prevelensi stunting sebelumnya bahwa
Kabupaten Flores Timur terjadi penurunan
di Kabupaten Flores Timur, angkanya
yang signifikan antara tahun 2019 sampai
masih tinggi di atas target WHO dan
dengan tahun 2020. Semua itu tidak
nasional yaitu 22,07 % di tahun 2020 dan
terlepas dari suatu inovasi yang dibangun
22,06 % di bulan Februari 2021.
secara konvergensi yaitu program grobak
Berdasarkan data yang dipaparkan inilah
cinta sebagai terobosan dalam mendukung
maka perlu dilakukannya penyusunan
pelaksanaan kebijakan pencegahan dan
kebijakan stunting di Kabupaten Flores
penanganan stunting. Pada dasarnya
Timur.
gerobak cinta merupakan suatu terobosan
Beberapa alasan yang menjadi baru. Dalam program PMT Terfokus
latarbelakang penyusunan kebijakan Gerobak Cinta ini terdapat beberapa hal
pencegahan stunting di Kabupaten Flores yang menjadi kebaruan dan tren dalam
Timur. Pertama, adalah alasan dampak dari usaha pencegahannya. Dalam program
penyakit stunting yang mempengaruhi gerobak cinta terdapat proses
sumber daya manusia. Kedua, koordinasi pemberdayaan oleh tenaga kesehatan dan
intervensi gizi spesifik dan sensitif di kepada masyarakat mengenai gizi yang
semua tingkatan terkait dengan baik. Adapun penanganan secara
perencanaan dan penganggaran, konvergensi dalam pencegahan stunting
penyelenggaraan, dan pemantauan dan yang merupakan fenomena baru karena
evaluasi yang masih ego sektoral. Ketiga, sebelumnya tidak seperti itu. Selain itu
angka yang masih tinggi cukup jauh dari dalam usaha pencegahan stunting juga
yang ditargetkan serta mendorong upaya menggandalkan tanaman lokal yang
Pemerintah Daerah Kabupaten Flores dikategorikan makan 4 bintang yang bergizi
Timur melalui kebijakan dan inovasi dan utama dalam pencegahan stunting.
pencegahan stunting. Selain itu ada hal lain tanaman pangan tersebut adalah sorgum,

210
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342

kelor, ikan dan telur puyuh yang diberikan perumusan kebijakan pencegahan stunting
melalui PMT Terfokus Gerobak Cinta. yang memiliki kewenangan untuk
Pelaksanaan inovasi gerobak cinta cukup menentukan pihak swasta maupun
memberikan dampak yang baik bagi masyarakat sebagai partner pemerintah.
pencegahan gizi dan penurunan angka Pemerintah daerah melakukan kerjasama
stunting di Kabupaten Flores Timur. Angka yang baik dengan swasta yakni LSM
stunting di Kabupaten Flores Timur (Yayasan Pengkajian dan Pengembangan
mengalami penurunan yang signifikan. Sosial Larantuka), sedangkan dalam hal
Dengan adanya PMT Terfokus melalui kaitan hubungan pemerintah dengan
inovasi gerobak cinta yang diciptakan masyarakat, masyarakat menerima program
mampu menurunkan angka stunting di PMT Terfokus Gerobak Cinta yang
Kabupaten Flores Timur dari angka 85,71% memudahkan masyarakat untuk lebih
menjadi 57,03 %. Penurunan jumlah balita mengetahui pentingnya gizi kesehatan bagi
penderita stunting hampir terjadi di seluruh anak.
puskesmas yang ada di Kabupaten Flores
Dalam penjabaran dari aksi kegiatan
Timur.
perencanaan intervensi pencegahan dan
Dalam kedudukan aktor kebijakan penanganan stunting yang dilakukan oleh
seringkali ditentukan oleh seberapa besar pemerintah Kabupaten Flores Timur
pemerintah ingin melibatkan unsur lain dilakukan secara konvergensi dan saling
dalam pelaksanaan kebijakan tersebut. koordinasi diantara setiap sektor atau dinas
Dalam proses perumusan kebijakan terkait. Bidang yang ditangani oleh dinas
pencegahan stunting di Kabupaten Flores baik horizontal yaitu antar dinas maupun
Timur, peranan swasta yang dalam hal ini vertikal antara dinas dengan wilayah
adalah LSM dan masyarakat pada koordinasi dibawahnya yang ada di
umumnya. Stakeholder juga disertakan agar kecamatan dan desa dengan melakukan
kebijakan yang dihasilkan nantinya tidak proses analisa situasi, penyusunan rencana
rentan terhadap penyalahgunaan dan kegiatan didefenisikan sebagai tindaklanjut
pelaksanaan. Tingkat kedudukan aktor dari Kabupaten/Kota dalam merealisasikan
kebijakan akan menentukan perilaku aktor rekomendasi hasil analisa situasi dan juga
dalam kebijakan tersebut. Pemerintah aksi rembuk stunting ini meliputi
Daerah Kabupaten Flores Timur merencanakan agenda pelaksanaan rembuk
berkedudukan sebagai aktor utama dalam stunting, menyiapkan dokumen

211
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342

pendukung, sosialisasi dan diseminasi Pada tahap pelaksanaan, tenaga


komitmen aksi integrasi penurunan pengolah gizi puskesmas menyerahkan
stunting. menu masakan dan desa menyerahkan dana
PMT Terfokus Gerobak Cinta kepada
Dalam kegiatan PMT Terfokus
Ketua Penggerak PKK desa bersama kader
gerobak cinta berbasis makanan lokal bagi
posyandu sesuai dengan jumlah sasaran di
balita berusia 6-9 bulan, merupakan
desa tersebut yang kemudian
serangkaian kegiatan persiapan,
ditandatanganinya kwitansi penyerahan
pelaksanaan, pemantauan, pencatatann dan
dana untuk dibawa oleh petugas desa untuk
pelaporan. Persiapan merupakan kegiatan
selanjutnya untuk dipertanggungjawabkan.
yang meliputi sosialisasi PMT Terfokus di
Kemudian ketua Tim Penggerak PKK desa
tingkat kabupaten terhadap para kepala
bersama kader posyandu membeli bahan
puskesmas, tenaga gizi puskesmas dan
makanan sesuai dengan jumlah dan usia
bidan koordinator di puskesmas dan
sasaran dan tidak boleh membelanjakan
kemudian dilanjutkan sosialisasi PMT
bahan makanan diluar desa kecuali bahan
Terfokus gerobak cinta di tingkat
makanan tersebut tidak tersedia di desa
kecamatan ke para tenaga kesehatan desa,
tersebut. Selanjutnya semua sasaran
kader dan PKK Desa tentang rencana
dikumpulkan bersama orangtua (ibu dan
pelaksanaan PMT Pemulihan. Untuk rapat
ayah) atau suami bagi ibu hamil untuk
koordinasi dan organisasi pelaksana dalam
dilakukan kampanye 1000 HPK agar
menentukan lokasi, jenis PMT Terfokus,
sasaran dapat memahami maksud dan
alternatif pemberian, penaggungjawab,
tujuan dari program PMT Terfokus
pelaksana PMT Terfokus menggunakan
Gerobak Cinta. PKK bersama kader
dana kegiatan lokakarya mini di puskesmas
posyandu berperan sebagai pendamping
dari dana BOK. Dalam langkah persiapan
dan pengarah dan orangtua sasaran
ini juga dilakukan validasi data surveilans
bertindak sebagai juru masak agar orangtua
gizi untuk menentukan sasaran penerima
sasaran dengan tujuan dapat melanjutkan
PMT Terfokus Gerobak Cinta, penentuan
pola masak dan pola makan dirumah.
jumlah lokasi dan sasaran serta dinas
Sambil menunggu orangtua masak anak-
kesehatan menyiapkan menu berbahan
anak dibimbing oleh tenaga pendamping
pangan lokal khususnya sorgum, kelor, ikan
KB Desa untuk memimpin permainan
dan telur puyuh.
tumbuh kembang anak sebagai upaya
stimulasi tumbuh kembang anak. Selain itu

212
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342

juga sambil memasak PKK desa dan tenaga pantauan dari puskesmas tersebut
kesehatan desa sambil menjelaskan kemudian diteruskan laporan hasil
kandungan gizi yang terdapat pada bahan pemantauan di setiap dua minggu ke Dinas
makanan yang dimasak serta cara Kesehatan dan Dinas Kesehatan melakukan
mengelola yang benar. Setelah makanan pemantauan sesewaktu jika dalam
siap dihidangkan, sebelum makan anak- pelaksanaan terdapat kejanggalan.
anak terlebih dahulu dilakukan pengukuran Sehingga dapat dikatakan bahwa untuk
awal berdoa dan CTPS (Cuci Tangan Pakai kegiatan pemantauan dan bimbingan teknis
Sabun). dilakukan oleh Kepala Puskesmas, Tenaga
Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas atau
Dalam proses selanjutnya
bidan di desa, ibu kader pelaksana PMT
penyelenggaraan PMT Terfokus Gerobak
Pemulihan dan semua pihak terkait.
Cinta tersebut dilakukan pemantauan dan
Adapun terkait dengan pencatatan,
bimbingan teknis. Pemantauan dilakukan
pelaporan dan pemantauan pada dasarnya
setiap dua minggu selama PMT Pemulihan
ibu sasaran melakukan pencatatan harian
Terfokus oleh Tenaga Puskesmas. Kegiatan
sederhana mengenai daya terima makanan
pemantauan meliputi pelaksanaan PMT
tambahan pemulihan yang akan dipantau
Pemulihan Terfokus berat badan setiap
oleh kader atau bidan di desa setiap
bulan, menggunakan formulir setiap bulan
minggu. Hasil pencatatan daya terima
sedangakan pengukuran panjang atau tinggi
makanan tambahan pemulihan dibahas
badan hanya pada awal dan akhir PMT
pada saat masak bersama.
Pemulihan. Jika dalam pemantauan dua
minggu setelah pemberian PMT tidak Berkaitan dengan persyaratan dan
terjadi peningkatan berat badan anak maka bentuk makanan sebelum balita stunting
segera dilakukan pengambilan tinja untuk diberikan makanan tambahan terlebih
pemeriksanaan cacing di Puskesmas. Jika dahulu dilakukan penimbangan berat
hasil pemerikasaan positif ada cacing, maka badan, pengukuran Panjang badan dan
segera dilakukan pengobatan cacing oleh tinggi badan serta pemeriksaan cacing yang
dokter puskesmas dan segera melakukan merupakan data awal pemantauan. Untuk
perubahan perilaku ke PHBS sedangkan tata cara pelaksanaan PMT Terfokus
jika hasil pemeriksaannya negatif maka Gerobak Cinta yang diberikan kepada
dilakukan penemuan dini kontak TB, sasaran dengan frekuansi 2 kali sehari
malaria dan HIV/AIDS. Berdasarkan hasil makanan lengkap dan 1 kali snack yang

213
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342

jenis makanannya disesuaikan dengan usia Bantuan operasional kesehatan


balita, maka energi yang dibutuhkan oleh stunting ditujukan untuk mendanai
anak balita (1-5) tahun stunting dan wasting koordinasi kegiatan intervensi pencegahan
dalam satu hari adalah Energi terbesar stunting terintegrasi lintas sektor. Transfer
1.200 kkal/hari dan Protein sebesar 35 ke daerah dan dana desa (TKDD) untuk
gram. Sedangkan energi yang dibutuhkan mendukung pelaksanaan kegiatan
untuk 6-11 bulan adalah Energi sebesar 700 intervensi pencegahan stunting terintegrasi
kkal sampai dengan 800 kkal/hari dan tersebut terdiri atas dana alokasi fisik, dana
protein sebesar: 18 gram. alokasi nonfisik dan dana desa. Terkait
dengan adanya bantuan dana dari
Dalam menyukseskan program
pemerintah pusat dalam membantu
rembuk stunting ini tidak terlepas dari
mengatasi permasalahan stunting di daerah
penggunaan dana. Untuk penggunaan dana
tersebut adalah dengan jumlah Rp.
desa untuk penanganan stunting telah diatur
750.000.000 (tujuh ratus lima puluh juta
di dalam Peraturan Menteri Desa,
rupiah) di tahun 2019 dan hampir tiap tahun
Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan
dikucurkan walaupun besaran dananya
Transmigrasi Nomor 11 Tahun 2019
kadang kurang kadang lebih. Selain adanya
Tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa
dana dari APBN, dalam usaha pencegahan
Tahun 2020. Adapun dukungan dana dari
dan penanganan stunting juga mendapat
pemerintah pusat yang telah di atur dalam
dukungan dana dari pemerintah daerah
Peraturan Menteri Keuangan Republik
provinsi. Adapun dukungan dana lain yang
Indonesia Nomor 61/PMK.07/2019 tentang
juga dialokasikan untuk pelaksanaan
Pedoman Penggunaan Transfer ke Daerah
berbagai program dan kegiatan dari
dan Dana Desa untuk mendukung
perangkat daerah yang secara langsung
Pelaksanaan Kegiatan Intervensi
berkontribusi dalam upaya pencegahan dan
Pencegahan Stunting Terintegrasi. Dalam
penanganan stunting.
peraturan ini menyatakan bantuan dari
pemerintah pusat yang diberikan kepada Sedangkan berkaitan dengan dana
daerah kabupaten/kota prioritas. Bantuan (keuangan), penggunaan dana kegiatan
tersebut adalah Bantuan Operasional PMT Pemulihan Terfokus Gerobak Cinta
Kesehatan (BOK) stunting yang ditetapkan merupakan bagian dari dana desa tahun
oleh kementerian yang menyelenggarakan 2021 yang dialokasikan untuk ibu hamil
urusan pemerintahan di bidang kesehatan. KEK sebesar Rp. 30.000,- perorang perhari

214
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342

dan untuk balita stunting sebesar Rp Keberhasilan dalam implementasi


20.000,- perorang perhari. Sedangkan kebijakan pencegahan stunting ditentukan
untuk tahun 2019 sampai dengan tahun faktor pendukung di dalamnya. Salah
menggunakan dana BOK puskesmas satunya adalah fasilitas penunjang.
dengan pagu dana yang sama. Walaupun Faslititas untuk mendukung pencegahan
demikian, adapun terjadi perbedaan stunting tidak menjadi suatu persolan
penggunaan dana dalam pencegahan khsusunya untuk program PMT Terfokus
stunting di tingkat desa dan kelurahan. Pada gerobak cinta. Semua fasilitas kesehatan di
tingkat desa ada dana desa sedangkan di desa dan kecamatan di Kabupaten Flores
tingkat kelurahan belum sepenuhnya Timur sudah ada seperti polindes,
menggambarkan secara lengkap. Jikalau posyandu, poskesdes, dan puskemas.
kita tinjau bahwa sebenarnya pada level Demikian juga fasilitas terkait alat
kelurahan sendiri diatur dalam Peraturan kesehatan dan obat-obatan. Namun yang
Menteri dalam Negeri Nomor 130 Tahun menjadi kendala dalam hal ini adalah
2018 tentang Kegiatan Pembangunan fasilitas penunjang lainnya sperti jalan yang
Sarana dan Prasarana Kelurahan dan tidak memungkinkan untuk koordinasi ke
Pemberdayaan Masyarakat Di Kelurahan. desa-desa terpencil. Adapun masalah lain
Seharusnya untuk regulasi ini harus ada seperti sanitasi dan air bersih di desa. Ada
intervensi atau kegiatan-kegiatan yang beberapa desa yang masih mengalami
berkaitan dengan intervensi pencegahan kelangkaan air bersih. Selain yang
stunting harus dirincikan dengan jelas. disebutkan di atas, ada masalah lain yakni
keterbatasan tidak ada bahan pangan
Setiap kebijakan yang dijalankan
khususnya sorgum dan telur puyuh sebagai
oleh pemerintah tidak selamanya berjalan
bahan makan utama dalam PMT terfokus
dengan baik. Banyak kebijakan
Gerobak cinta. Para ibu kader Posyandu
menghadapi masalah dalam proses
dan masyarakat harus ke tempat
implementasinya mengingat bahwa
pengolahan atau ke desa-desa yang ada
implementasi kebijakan merupakan suatu
sorgumnya yang jaraknya berjauhan. Oleh
proses yang kompleks. Proses pelaksanaan
karena hal tersebut maka sorgum dan telur
kebijakan di daerah tidak terlepas dari
puyuh bukan lagi menjadi makan utama
kendala dan masalah, terutama yang terjadi
dalam pencegahan stunting, karena
di dalam tahapan implementasi kebijakan.
digantikan oleh makanan yang lain
walaupun kadar proteinnya sama. Untuk

215
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342

mengatasi hal tersebut peran dinas-dinas anaknya dan sebaliknya orang tua yang
terkait sangat diharapkan agar persoalan berpendidikan rendah pada umumnya sulit
stunting ini bisa berkurang sampai pada untuk memahami dampak negatif jikalau
target yang ditetapkan. tidak memperhatikan pertumbuhan dan
pola asuh anak.
Adapun kendala dalam anggaran
penggunaan stunting tidak terjadi di tingkat Tingkat pendidikan dan pengetahuan
daerah dan desa. Kendala yang terjadi ibu sangat mempengaruhi tingkat
hanya pada tingkat desa tidak memilki kemampuan ibu dalam mengelola sumber
landasaan regulasi yang jelas dalam daya keluarga, untuk mendapatkan
pencegahan stunting di tingkat desa dari kecukupan bahan makanan yang
pemerintah pusat dan daerah. Oleh karena dibutuhkan serta sejauh mana sarana
itu, berkaitan dengan anggaran di level pelayanan kesehatan dan sanitasi
pemerintah desa harus ada kebijakan atau lingkungan yang tersedia, dimanfatkan
petunjuk pelaksanaan dari pemerintah dengan sebaik-baiknya. Namun ada hal
daerah mengenai penggunaan dana desa yang berbeda yang ditemui peneliti di
untuk mengatasi permasalahan stunting lapangan terkait tingkat pendidikan dan
sesuai dengan prevelensi stunting yang ada pola asuh orangtua terhadap anak. Ada
di desa. Jika kebijakan tersebut sudah ada, beberapa kasus anak stunting di beberapa
maka perlu ditindak-lanjuti dengan kecamatan yang mana orangtua dari anak
pendapingan oleh pemerintah daerah stunting tersebut mempunyai pengetahuan
kepada desa-desa. yang lebih tentang gizi atau kesehatan anak.
Ini membuktikan bahwa pendidikan
Tingkat pengetahuan (pendidikan),
orangtua belum tentu anaknya tumbuh
perhatian dan pola asuh orang tua sangat
normal tanpa stunting. Hal ini juga terkait
mempengaruhi pertumbuhan anak balita.
erat dengan faktor-faktor lain yang
Tingkat pendidikan orang tua akan
menyebabkan anak stunting seperti
mempengaruhi konsumsi pangan melalui
perhatian yang serius dari suami semasa ibu
cara pemilihan bahan pangan. Orang tua
hamil dan setelah melahirkan serta
yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi
partisipasi dari ibu ibu sasaran dalam
akan cenderung memilih bahan makanan
mengikuti program PMT gerobak cinta.
yang lebih baik dalam kualitas maupun
kuantitas. Semakin tinggi Pendidikan orang Selain pendidikan dan pola asuh
tua maka semakin baik juga status gizi orang tua (perhatian) akan kesehatan.

216
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342

Menurut peneliti kendala yang paling dasar pelaksanaannya. Oleh karena itu
adalah mengenai keberlanjutan. Pemerintah Kabupaten Flores Timur harus
Pelayananan yang sudah diberikan oleh lebih serius lagi dalam menyikapi kendala
pemerintah walaupun ada sedikit kendala stunting sesuai dengan aksi-aksi yang telah
akan tetapi jikalau tidak ada di direncanakan.
keberlajutannya maka hasilnya akan tidak
Persoalan pengetahuan (Pendidikan)
masksimal. Keberlajutuan yang dimaksud
SDM kepala desa dan masyarakat secara
disini adalah praktik dan pembelanjaran
umum dan menjadi kendala-kendala di
yang di peroleh saat program PMT
awal kebijakan pencegahan stunting
Terfokus Gerobak Cinta tidak dilanjutkan
dilakukan. Adapun desa-desa di Kabupaten
oleh ibu-ibu sasaran di rumah mereka
Flores Timur yang sampai dengan tahun
masing-masing. Ketidakberlanjutan inilah
2021 belum menganggarkan dana untuk
yang akhirnya menyebabkan semua upaya
kepentingan stunting. Hal ini kemudian
yang dilakukan oleh pemeritah sia-sia,
berpengaruh pada tingkat penurunan angka
karena tanpa adanya respon positif dari
stunting yang berdasarkan data hanya turun
masyarakat.
1 % dari tahun September 2020 ke tahun
Di era pandemi ini, kebijakan 2021.
penanganan stunting khusus PMT Gerobak
Komitmen dalam mendorong
Cinta, sudah ditenggarai oleh pengguaan
konvergensi program pencegahan stunting
dana desa. Hal tersebut memberikan posisi
juga merupakan bukti keseriusan
kepada desa dalam urusan kesehatan gizi
pemerintah kabupaten untuk menurunkan
anak. Pada intervensi gizi menurut
angka prevelensi stunting di wilayah
pengamatan peneliti terkait dengan kendala
masing-masing. Oleh karena itu, untuk
atau hambatan dalam pelaksanaan
kedepannya peninjanuan tantangan dan
kebijakan pencegahan stunting, bahwa
kendala harus segera ditanganai dengan
intervensi teknis tidak sejalan dengan
menghidupkan kembali komitmen bersama
pelaksanaan kebijakan. Ada beberapa desa
tersebut agar masalah stunting harus segera
yang terlambat dalam penganggaran dana
dituntaskan. Berkaitan dengan kegiatan
desa untuk pencegahan stunting. Ini artinya
pemantauan gerobak cinta dilakukan dua
bahwa aksi konvergensi dalam pencegahan
kali dalam seminggu. Namun ada pendapat
dan penanganan stunting tersebut tidak
yang dari salah seorang tokoh masyarakat
dilakukan sesuai dengan jadwal
bahwa pemantauan yang dilakukan oleh

217
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342

pihak puskesmas terjadi hanya saat awal Komitmen bersama dalam


kegiatan saja. Selanjutnya hanya ditangani pencegahan stunting. Oleh karena itu,
oleh kader dan ibu-ibu PKK desa lewat penanganan konvergensi pencegahan
KPM desa yang ada kaitannya dengan data. stunting harus terus diupayakan baik di
tingkat daerah yang dalam hal ini adalah
Adapun masalah tingkat partisipasi
Perangkat Daerah yang berwenang di di
masyarakat dalam mengikuti program PMT
bidang keselatan, Lembaha swadaya
Gerobak Cinta sangat minim. Hal tersebut
masyarakat (LSM), pemerintah desa,
disebabkan oleh faktor pekerjaan dan faktor
perguruan tinggi, dan stakeholder lainya.
budaya. Dikarenakan oleh pekerjaan maka
Kemudian desa juga diharapkan menjadi
perhatian dan pola asuh orang tua kepada
ujung tombak dalam penanganan stunting,
anak menjadi kurang. Sedangkan faktor
mengingat anggaran dan juga stunting lebih
budaya bahwa masyarakat Di Flores Timur
banyak terjadi di desa-desa yang ada di
sangat terikat dengan siklus adat
Flores Timur. Selain itu harapan ke depan
kebudayaan lamaholot, seperti kelahiran,
dalam pencegahan stunting adalah hal yang
perkawinan, kematian dan pertanian.
berkaitan dengan bagaimana adaptasi
Program PTM Gerobak Cinta masyarakat terhadap program- program
memberikan dampak yang baik terhadap dari pemerintah yang berkaitan dengan
tingkat kesadaran masyarakat. Masyarakat kesehatan. Kemudian harapan yang lainnya
sudah mulai mengetahui tentang adalah keseriusan pemerintah daerah,
pentingnya gizi untuk anak. Adapun tenaga kesehatan dan pemerintahan desa
masyarakat mengakui beberapa kendala dalam dimasa pandemi ini, sehingga
pencegahan stunting di Kabupaten Flores prevelensi stunting Flores Timur ke
Timur yang telah peneliti ulas di atas. depannya bisa turun hingga 14 % (empat
Menurut peneliti sendiri narasi stunting di belas persen).
Kabupaten Flores Timur harus terus
KESIMPULAN
berlanjut dan lebih progresif dalam
usahanya membangun SDM yang Penanganan stunting di Kabupaten
berkualitas sesuai dengan visi dan misi Flores Timur dilakukan melalui Intervensi
pemerintah daerah serta menjadi salah satu Spesifik dan Intervensi Sensitif pada
fokus dalam upaya membangun generasi sasaran 1.000 Hari Pertama Kehidupan
unggul di Indonesia. (HPK) anak-anak balita. Intervensi
spesifik, adalah tindakan atau kegiatan

218
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342

yang dalam perencanaannya ditujukan stunting cukup signifikan pada tahun 2019
khusus untuk kelompok 1000 HPK yang sampai dengan tahun 2020.
ditangani langsung oleh dinas kesehatan Dari hasil penelitian ini, maka
sedangkan intervensi sensitif adalah peneliti menyampaikan beberapa
berbagai kegiatan pembangunan di luar rekomendasi baik untuk pemerintah daerah
sektor kesehatan yaitu pencegahan secara Kabupaten Flores Timur maupun kepada
konvergensi antar perangkat daerah. pemerintah desa yang memiliki relasi lebih
Dideklarasi Flores Timur Gempur Stunting dekat dengan realita sosial masyarakat
sebagai komitmen bersama dengan desa. Pertama, pemerintah daerah dan desa
basisnya pada visi bupati yaitu Selamatkan agar terus berupaya dalam pencegahan
Tanaman Rakyat dan visi Selamatkan stunting di Kabupaten Flores Timur,
Orang Muda Flores Timur. melalui kegiatan-kegiatan pemberdayaan
Setelah rencana aksi deklarasi kesehatan dan pendampingan secara lebih
komitmen bersama tersebut, pemerintah serius lagi karena target nasional masih
daerah melalui dinas kesehatan sebagai jauh dari harapan yaitu 14 % (empat belas
sektor yang lebih dekat dengan penanganan persen). Kedua, peran serta stakeholder
stunting membuat suatu program inovasi dari pihak swasta sangat diperlukan dalam
dari pemda dalam penanganan stunting. membantu pengadaaan bahan pangan yang
Program itu disebut dengan “Gerobak menjadi bahan utama dalam PMT,
Cinta”, berupa pemberian makanan khususya terfokus pada program gerobak
tambahan terfokus kepada anak stunting cinta. Tokoh adat yang sangat dihormati di
selama 90 hari pada bulan Mei, Juni, Juli kalangan masyarakat perlu turut
dan pengukuran di bulan Agustus. Program memotivasi partisipasi masyarakat dalam
Pemberian Makanan Tambahan Terfokus penanganan stunting. Perlu pula melibatkan
gerobak cinta tersebut menggunakan dana para akademisi untuk melakukan penelitan
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), untuk menghasilkan konsep dan
dan setelahnya menggunakan dana desa rekomendasi yang bisa digunakan oleh
dengan memanfaatkan tanaman lokal pemerintah daerah dan pera pembuat
masyarakat. Program gerobak cinta dinilai kebijakan dalam merumuskan program dan
cukup berhasil menurunkan angka stunting kegiatan pencegahan stunting yang lebih
berdasarakan hasil wawancara peneliti baik dan inovatif.
yang menemukan banhwa penurunan angka Ketiga, bagi masyarakat yang
memiliki balita penderita stunting agar

219
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342

selalu hadir dalam kegiatan Posyandu yang Peraturan Daerah Kabupaten Flores Timur
diadakan di lingkungan masing-masing. Nomor 10 Tahun 2017 Tentang
RPJMD 2017-2022.
Dalam aktifitas di Posyandu tersebut
sekaligus petugas kesehatan dari Dinas Peraturan Bupati Flores Timur Nomor 27
Tahun 2019 Tentang Pencegahan
Kesehatan atau Puskesmas dapat Dan Penanganan Stunting
memberikan penyuluhan kepada Penanganan Stunting Di Desa.
masyarakat guna pencegahan stunting. Keputusan Bupati Flores Timur No. 244
Pentingnya mengikuti kegiatan ini agar Tahun 2019 tentang Tim Percepatan
dapat dipantau dan dievaluasi tumbuh Pencegahan dan Penanganan
Stunting Terintegrasi.
kembang balita dari bulan ke bulan. Selain
itu, dari inovasi gerobak cinta yang telah Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia.
(https://kebijakankesehatanindonesia
dilaksanakan, diharapkan masyarakat .net/component/content/article/2572)
mampu mempelajari cara pengelolaan . Diakses pada tanggal 14 Desember
makanan yang baik bagi balita agar tetap 2020.

terjaga nilai gizinya. Dengan demikian Menteri Kesehatan Nila Moeloek


terdapat keberlajutan program dalam https://www.antaranews.com/berita/
1119062/menkes-umumkan-angka-
pencegahan stunting di Kabupaten Flores
stunting-turun-jadi-2767-persen.
Timur di masa yang akan datang. Diakses pada tanggal 14 Desember
2020.

DAFTAR PUSTAKA Department of Nutrition for Health and


Beal T, Tumilowicz A, Sutrisna A, Izwardy Development World Health
D, Neufeld LM. 2018. A Review of Organization. Global Nutrition
child stunting determinants in Targets 2025 Stunting Policy Brief.
Indonesia. Matern Child Nutr. https://apps.who.int/iris/bitstream/ha
ndle/10665/149019/WHO_NMH_NH
Miles, M. B. & Huberman, M. (1992). D_14.3_eng.pdf. Diakses pada
Analisis Data Kualitatif. Jakarta: tanggal 22 Juni 2021.
Penerbit Universitas Indonesia
https://databoks.katadata.co.id/
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian datapublish/2018/04/08/ di-mana-
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. provinsi-dengan-stunting-tertinggi-
Bandung: PT Alfabet. 2017. Diakses pada tanggal 14
Desember 2020.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) 2005-2025. https://apps.who.int, diakses pada tanggal
22 Juni 202).
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2015-2019.

220

You might also like