7 Jurnal Herman Dan Widodo 203-220
7 Jurnal Herman Dan Widodo 203-220
7 Jurnal Herman Dan Widodo 203-220
ABSTRAK
Pencegahan stunting di Kabupaten Flores Timur dilakukan melalui Intervensi Spesifik dan Intervensi
Sensitif pada sasaran 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) anak balita dan ibu hamil. Intervensi gizi
spesifik ditangani langsung oleh dinas kesehatan sedangkan intervensi sensitif pencegahannya secara
konvergensi antar institusi pemerintahan daerah dan stakeholder. Untuk mempercepat pencegahan
stunting pemerintah daerah membuat suatu inovasi yang disebut “Gerobak Cinta”, berupa pemberian
makanan tambahan terfokus kepada anak stunting dan ibu hamil selama 90 hari dengan memanfaatkan
tanaman pangan lokal masyarakat. Terdapat berbagai kendala yang dihadapi dalam upaya pencegahan
stunting ini antara keterbatasan sumber daya manusia infrasturuktur penunjang yang belum memadai,
tingkat partisipasi yang minim, pangadaan bahan pangan yang sulit terjangkau dan keberlanjutan
progam PMT Terfokus Gerobak Cinta oleh ibu sasaran di rumah. Hal tersebutlah mempengaruhi praktik
governing di bidang pembangunan kesehatan ini tidak berjalan semestinya.
ABSTRACT
Stunting prevention in East Flores Regency was carried out through Specific Interventions and Sensitive
Interventions on the target of the First 1,000 Days of Life (HPK) for children under five and pregnant
women. Specific nutrition interventions are handled directly by the health office, while the prevention
sensitive interventions are carried out by convergence between local government institutions and
stakeholders. To accelerate stunting prevention, the local government created an innovation called the
“Love Cart”, in the form of providing additional food focused on stunting children and pregnant women
for 90 days by utilizing local community food plants. There are various obstacles faced in this stunting
prevention effort, including limited human resources, inadequate supporting infrastructure, minimal
participation rates, procuring food that is difficult to reach and the sustainability of the Focused PMT
program by the target mothers at home. This affects the practice of governing in the field of health
development that is not running properly.
203
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342
satu faktor penentu keberhasilan tumbuh adalah anak balita (bayi di bawah lima
kembang anak yang optimal. Gizi yang tahun) yang gagal tumbuh akibat dari
cukup dan seimbang sangat diperlukan kekurangan gizi kronis sehingga anak
dalam periode emas pertumbuhan dan terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan
perkembangan anak. Periode emas dimulai gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan
sejak anak masih di dalam kandungan pada masa awal setelah bayi lahir akan
hingga usia dua tahun atau yang sering tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah
disebut dengan istilah “seribu hari pertama bayi berusia 2 tahun. Balita pendek
kehidupan anak”. Kekurangan gizi yang (stunted) dan sangat pendek (severely
terjadi pada periode emas tersebut dapat stunted) adalah balita dengan panjang
menyebabkan berbagai masalah, salah badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U)
satunya adalah masalah gagal tumbuh menurut umurnya dibandingkan dengan
sehingga anak menjadi lebih pendek standar baku WHO-MGRS (Multicentre
(stunting) dari standar. Growth Reference Study 2006). Sedangkan
Stunting merupakan suatu kondisi definisi stunting menurut Kementerian
dimana balita dinyatakan memiliki panjang Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balita
atau tinggi yang pendek dibanding dengan dengan nilai z-scorenya kurang dari -2
umur atau tidak sesuai dengan umur. SD/standar deviasi (stunted) dan kurang
Mengenai kriteria panjang atau tinggi dari - 3SD (severely stunted) (Tim Nasional
badannya lebih kecil dari standar Percepatan Penanggulangan Kemiskinan,
pertumbuhan anak dari World Health 2017).
Organization (Kemenkes, 2018). Berdasarkan data PSG (Pemantauan
Sedangkan menurut Izwardy (2019) Status Gizi) tahun 2017, bahwa persentase
mengatakan bahwa stunting adalah kondisi stunting yang paling meresahkan ada di
gagal tumbuh pada anak balita akibat Provinsi Nusa Tenggara Timur, yaitu
kekurangan gizi kronis sehingga anak lebih mencapai 40,3 persen. Berbeda dengan
pendek untuk usianya. Kekurangan gizi Provinsi Nusa Tenggara Timur, Provinsi
terjadi sejak bayi dalam kandungan dan Bali menjadi provinsi dengan angka
pada masa awal kehidupan setelah lahir, prevalensi stunting terendah, yaitu 19,1
tetapi baru tampak setelah anak berusia 2 persen. Di tahun 2019 angka prevalensi
tahun. stunting nasional turun menjadi 27,67
Sama halnya juga penyataan WHO- persen. (https://databoks.katadata.co.id,
MGRS yang mengatakan bahwa Stunting diakses pada tanggal 14 Desember 2020).
204
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342
Untuk mendukung usaha pemerintah keadaan gizi buruk dan gizi kurang yang di
pusat (secara nasional) tersebut, pemerintah dalamnya termasuk underweight, wasting
Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa dan stunting. (Peraturan Daerah
Tenggara Timur, sebagai perpanjang Kabupaten Flores Timur Nomor 10 Tahun
tangan juga berkolaborasi dalam 2017 Tentang RPJMD 2017-2022).
pencegahan dan percepatan penurunan Di Kabupaten Flores Timur sendiri
stunting di daerahnya. Sesuai dengan jumlah stunting masih tergolong tinggi
visinya dalam RPJMD tahun 2017-2022, walaupun ada penurunan di setiap
(“Flores Timur Sejahtera dalam Bingkai periodenya. Untuk pemerintah daerah
Desa Membangun Kota Menata”,) maka melakukan suatu inovasi untuk
disusunlah suatu misi yaitu Selamatkan menggempur stunting melalui kerjasama
Orang Muda Flores Timur. Visi dan misi ini antar OPD (Organisasi Perangkat Daerah)
tentunya mempunyai tujuan yang salah untuk mengatasi masalah ini, NGO dan
satunya adalah dengan melihat masalah- masyarakat pada umumnya. Pada tahun
masalah pembangunan di daerah seperti 2018, tepatnya pada tanggal 16 November,
masih rendahnya kemandirian orang muda Pemerintah Daerah melaksanakan deklarasi
Flores Timur, kurangnya lapangan kerja, “Flores Timur Gempur Stunting” yakni
rendahnya derajat kesehatan masyarakat dalam rangka pencegahan dan
dan lain sebagainya. Dari beberapa penanggulangan stunting yang terintegrasi
persoalan tersebut, masalah kesehatan melalui intervensi gizi spesifik dan gizi
masih menjadi sesuatu yang urgent terjadi sensitif.
di Kabupaten Flores Timur. Oleh karena itu
pemerintah daerah memfokuskan persoalan METODE PENELITIAN
kesehatan menjadi program urusan wajib Jenis penelitian yang digunakan
dasar seperti Angka Kematian Bayi (AKB) adalah deskriptif kualitatif. Dalam
dan Angka Kematian Ibu (AKI) hamil dan penelitian ini penulis akan menggambarkan
melahirkan relatif tinggi, serta adanya dan mengungkapkan inovasi pencegahan
kecenderungan meningkatnya kejadian stunting di Kabupaten Flores Timur dan
kehamilan remaja di bawah usia 20 tahun, kendala-kendala yang dihadapinya. Objek
dan Kerawanan gizi yang ditunjukkan dalam penelitian ini adalah inovasi
dengan masih banyaknya ibu hamil pencegahan stunting dan kendala-kendala
mengalami kondisi Kurang Energi Kronis dalam pelaksanaan kebijakan pencegahan
(KEK) masih terdapat bayi dan balita dalam
205
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342
stunting di Kabupaten Flores Timur dari data diperkuat dengan metode triangulasi
tahun 2017 sampai dengan tahun 2020. agar diketemukan kepastian data sebelum
Terdapat beberapa teknik penarikan kesimpulan dilakukan
pengumpulan data dalam penelitian ini
antara lain Observasi, Wawancara, PEMBAHASAN
Dokumentasi dan Focus Group Discussion Kejadian stunting pada anak
(FGD). Dalam penelitian ini pun peneliti merupakan suatu proses komulaif, yang
mengunakan teknik purposive, yakni terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak
penentian sejumlah informan dengan dan sepanjang siklus kehidupan. Proses
pertimbangan tertentu (Sugiono, 2016) terjadinya stunting pada anak dan peluang
Teknik purposive dalam penelitian ini peningkatan stunting terjadi dalam masa 2
yaitu bertujuan untuk mendapatkan tahun pertama kehidupan. Faktor penyebab
informasi dari para narasumber tentang stunting dapat disebabkan oleh faktor
upaya pencegahan stunting dan kendala langsung maupun tidak langsung.
yang dihadapi dalam pencegahan dan Penyebab langsung dari kejadian stunting
penanganan stunting. Narasumber yang adalah Asupan gizi balita dan Penyakit
dipilih adalah pihak-pihak terkait yakni infeksi, Sedangkan penyebab tidak
para pengambil kebijakan dan pengelola langsungnya seperti Ketersediaan pangan,
program percepatan penurunan stunting Status gizi ibu saat hamil, Berat badan lahir,
sebanyak 23 (duapuluh tiga) orang mulai ASI Eksklusif dan MP-ASI.
dari pejabat Dinas Kesehatan, pejabat di Upaya untuk pencegahan stunting di
kecamatan, kepala desa dan beberapa indonesia diupayakan dalam bentuk
perwakilan masyarakat. Intervensi Stunting yang terbagi menjad
Untuk analisis data dalam penelitian dua, yaitu Intervensi Gizi Spesifik dan
kualitatif, dilakukan setelah pengumpulan Intervensi Gizi Sensitif (Tim Nasional
data dilakukan dengan teknis teknis Percepatan Penanggulangan Kemiskinan,
diskriktif interaktif, (Miles, M.B. dan 2017), yaitu: Pertama, Intervensi Gizi
Huberman, M., 1992) yakni Aktivitas Spesifik. Intervensi yang ditujukan kepada
dalam analisis data dalam penelitian anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan
melalui proses mereduksi data, menyajikan (HPK) dan berkontribusi pada 30 %
data dan penarikan kesimpulan, yang penurunan stunting. Intervensi ini
merupakan tahap akhir dalam analisis data. digunakan di bidang kesehatan dan bersifat
Adapun untuk mememeriksa keabsahan jangka pendek. Intervensi Gizi Spesifik
206
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342
207
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342
208
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342
209
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342
210
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342
kelor, ikan dan telur puyuh yang diberikan perumusan kebijakan pencegahan stunting
melalui PMT Terfokus Gerobak Cinta. yang memiliki kewenangan untuk
Pelaksanaan inovasi gerobak cinta cukup menentukan pihak swasta maupun
memberikan dampak yang baik bagi masyarakat sebagai partner pemerintah.
pencegahan gizi dan penurunan angka Pemerintah daerah melakukan kerjasama
stunting di Kabupaten Flores Timur. Angka yang baik dengan swasta yakni LSM
stunting di Kabupaten Flores Timur (Yayasan Pengkajian dan Pengembangan
mengalami penurunan yang signifikan. Sosial Larantuka), sedangkan dalam hal
Dengan adanya PMT Terfokus melalui kaitan hubungan pemerintah dengan
inovasi gerobak cinta yang diciptakan masyarakat, masyarakat menerima program
mampu menurunkan angka stunting di PMT Terfokus Gerobak Cinta yang
Kabupaten Flores Timur dari angka 85,71% memudahkan masyarakat untuk lebih
menjadi 57,03 %. Penurunan jumlah balita mengetahui pentingnya gizi kesehatan bagi
penderita stunting hampir terjadi di seluruh anak.
puskesmas yang ada di Kabupaten Flores
Dalam penjabaran dari aksi kegiatan
Timur.
perencanaan intervensi pencegahan dan
Dalam kedudukan aktor kebijakan penanganan stunting yang dilakukan oleh
seringkali ditentukan oleh seberapa besar pemerintah Kabupaten Flores Timur
pemerintah ingin melibatkan unsur lain dilakukan secara konvergensi dan saling
dalam pelaksanaan kebijakan tersebut. koordinasi diantara setiap sektor atau dinas
Dalam proses perumusan kebijakan terkait. Bidang yang ditangani oleh dinas
pencegahan stunting di Kabupaten Flores baik horizontal yaitu antar dinas maupun
Timur, peranan swasta yang dalam hal ini vertikal antara dinas dengan wilayah
adalah LSM dan masyarakat pada koordinasi dibawahnya yang ada di
umumnya. Stakeholder juga disertakan agar kecamatan dan desa dengan melakukan
kebijakan yang dihasilkan nantinya tidak proses analisa situasi, penyusunan rencana
rentan terhadap penyalahgunaan dan kegiatan didefenisikan sebagai tindaklanjut
pelaksanaan. Tingkat kedudukan aktor dari Kabupaten/Kota dalam merealisasikan
kebijakan akan menentukan perilaku aktor rekomendasi hasil analisa situasi dan juga
dalam kebijakan tersebut. Pemerintah aksi rembuk stunting ini meliputi
Daerah Kabupaten Flores Timur merencanakan agenda pelaksanaan rembuk
berkedudukan sebagai aktor utama dalam stunting, menyiapkan dokumen
211
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342
212
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342
juga sambil memasak PKK desa dan tenaga pantauan dari puskesmas tersebut
kesehatan desa sambil menjelaskan kemudian diteruskan laporan hasil
kandungan gizi yang terdapat pada bahan pemantauan di setiap dua minggu ke Dinas
makanan yang dimasak serta cara Kesehatan dan Dinas Kesehatan melakukan
mengelola yang benar. Setelah makanan pemantauan sesewaktu jika dalam
siap dihidangkan, sebelum makan anak- pelaksanaan terdapat kejanggalan.
anak terlebih dahulu dilakukan pengukuran Sehingga dapat dikatakan bahwa untuk
awal berdoa dan CTPS (Cuci Tangan Pakai kegiatan pemantauan dan bimbingan teknis
Sabun). dilakukan oleh Kepala Puskesmas, Tenaga
Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas atau
Dalam proses selanjutnya
bidan di desa, ibu kader pelaksana PMT
penyelenggaraan PMT Terfokus Gerobak
Pemulihan dan semua pihak terkait.
Cinta tersebut dilakukan pemantauan dan
Adapun terkait dengan pencatatan,
bimbingan teknis. Pemantauan dilakukan
pelaporan dan pemantauan pada dasarnya
setiap dua minggu selama PMT Pemulihan
ibu sasaran melakukan pencatatan harian
Terfokus oleh Tenaga Puskesmas. Kegiatan
sederhana mengenai daya terima makanan
pemantauan meliputi pelaksanaan PMT
tambahan pemulihan yang akan dipantau
Pemulihan Terfokus berat badan setiap
oleh kader atau bidan di desa setiap
bulan, menggunakan formulir setiap bulan
minggu. Hasil pencatatan daya terima
sedangakan pengukuran panjang atau tinggi
makanan tambahan pemulihan dibahas
badan hanya pada awal dan akhir PMT
pada saat masak bersama.
Pemulihan. Jika dalam pemantauan dua
minggu setelah pemberian PMT tidak Berkaitan dengan persyaratan dan
terjadi peningkatan berat badan anak maka bentuk makanan sebelum balita stunting
segera dilakukan pengambilan tinja untuk diberikan makanan tambahan terlebih
pemeriksanaan cacing di Puskesmas. Jika dahulu dilakukan penimbangan berat
hasil pemerikasaan positif ada cacing, maka badan, pengukuran Panjang badan dan
segera dilakukan pengobatan cacing oleh tinggi badan serta pemeriksaan cacing yang
dokter puskesmas dan segera melakukan merupakan data awal pemantauan. Untuk
perubahan perilaku ke PHBS sedangkan tata cara pelaksanaan PMT Terfokus
jika hasil pemeriksaannya negatif maka Gerobak Cinta yang diberikan kepada
dilakukan penemuan dini kontak TB, sasaran dengan frekuansi 2 kali sehari
malaria dan HIV/AIDS. Berdasarkan hasil makanan lengkap dan 1 kali snack yang
213
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342
214
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342
215
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342
mengatasi hal tersebut peran dinas-dinas anaknya dan sebaliknya orang tua yang
terkait sangat diharapkan agar persoalan berpendidikan rendah pada umumnya sulit
stunting ini bisa berkurang sampai pada untuk memahami dampak negatif jikalau
target yang ditetapkan. tidak memperhatikan pertumbuhan dan
pola asuh anak.
Adapun kendala dalam anggaran
penggunaan stunting tidak terjadi di tingkat Tingkat pendidikan dan pengetahuan
daerah dan desa. Kendala yang terjadi ibu sangat mempengaruhi tingkat
hanya pada tingkat desa tidak memilki kemampuan ibu dalam mengelola sumber
landasaan regulasi yang jelas dalam daya keluarga, untuk mendapatkan
pencegahan stunting di tingkat desa dari kecukupan bahan makanan yang
pemerintah pusat dan daerah. Oleh karena dibutuhkan serta sejauh mana sarana
itu, berkaitan dengan anggaran di level pelayanan kesehatan dan sanitasi
pemerintah desa harus ada kebijakan atau lingkungan yang tersedia, dimanfatkan
petunjuk pelaksanaan dari pemerintah dengan sebaik-baiknya. Namun ada hal
daerah mengenai penggunaan dana desa yang berbeda yang ditemui peneliti di
untuk mengatasi permasalahan stunting lapangan terkait tingkat pendidikan dan
sesuai dengan prevelensi stunting yang ada pola asuh orangtua terhadap anak. Ada
di desa. Jika kebijakan tersebut sudah ada, beberapa kasus anak stunting di beberapa
maka perlu ditindak-lanjuti dengan kecamatan yang mana orangtua dari anak
pendapingan oleh pemerintah daerah stunting tersebut mempunyai pengetahuan
kepada desa-desa. yang lebih tentang gizi atau kesehatan anak.
Ini membuktikan bahwa pendidikan
Tingkat pengetahuan (pendidikan),
orangtua belum tentu anaknya tumbuh
perhatian dan pola asuh orang tua sangat
normal tanpa stunting. Hal ini juga terkait
mempengaruhi pertumbuhan anak balita.
erat dengan faktor-faktor lain yang
Tingkat pendidikan orang tua akan
menyebabkan anak stunting seperti
mempengaruhi konsumsi pangan melalui
perhatian yang serius dari suami semasa ibu
cara pemilihan bahan pangan. Orang tua
hamil dan setelah melahirkan serta
yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi
partisipasi dari ibu ibu sasaran dalam
akan cenderung memilih bahan makanan
mengikuti program PMT gerobak cinta.
yang lebih baik dalam kualitas maupun
kuantitas. Semakin tinggi Pendidikan orang Selain pendidikan dan pola asuh
tua maka semakin baik juga status gizi orang tua (perhatian) akan kesehatan.
216
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342
Menurut peneliti kendala yang paling dasar pelaksanaannya. Oleh karena itu
adalah mengenai keberlanjutan. Pemerintah Kabupaten Flores Timur harus
Pelayananan yang sudah diberikan oleh lebih serius lagi dalam menyikapi kendala
pemerintah walaupun ada sedikit kendala stunting sesuai dengan aksi-aksi yang telah
akan tetapi jikalau tidak ada di direncanakan.
keberlajutannya maka hasilnya akan tidak
Persoalan pengetahuan (Pendidikan)
masksimal. Keberlajutuan yang dimaksud
SDM kepala desa dan masyarakat secara
disini adalah praktik dan pembelanjaran
umum dan menjadi kendala-kendala di
yang di peroleh saat program PMT
awal kebijakan pencegahan stunting
Terfokus Gerobak Cinta tidak dilanjutkan
dilakukan. Adapun desa-desa di Kabupaten
oleh ibu-ibu sasaran di rumah mereka
Flores Timur yang sampai dengan tahun
masing-masing. Ketidakberlanjutan inilah
2021 belum menganggarkan dana untuk
yang akhirnya menyebabkan semua upaya
kepentingan stunting. Hal ini kemudian
yang dilakukan oleh pemeritah sia-sia,
berpengaruh pada tingkat penurunan angka
karena tanpa adanya respon positif dari
stunting yang berdasarkan data hanya turun
masyarakat.
1 % dari tahun September 2020 ke tahun
Di era pandemi ini, kebijakan 2021.
penanganan stunting khusus PMT Gerobak
Komitmen dalam mendorong
Cinta, sudah ditenggarai oleh pengguaan
konvergensi program pencegahan stunting
dana desa. Hal tersebut memberikan posisi
juga merupakan bukti keseriusan
kepada desa dalam urusan kesehatan gizi
pemerintah kabupaten untuk menurunkan
anak. Pada intervensi gizi menurut
angka prevelensi stunting di wilayah
pengamatan peneliti terkait dengan kendala
masing-masing. Oleh karena itu, untuk
atau hambatan dalam pelaksanaan
kedepannya peninjanuan tantangan dan
kebijakan pencegahan stunting, bahwa
kendala harus segera ditanganai dengan
intervensi teknis tidak sejalan dengan
menghidupkan kembali komitmen bersama
pelaksanaan kebijakan. Ada beberapa desa
tersebut agar masalah stunting harus segera
yang terlambat dalam penganggaran dana
dituntaskan. Berkaitan dengan kegiatan
desa untuk pencegahan stunting. Ini artinya
pemantauan gerobak cinta dilakukan dua
bahwa aksi konvergensi dalam pencegahan
kali dalam seminggu. Namun ada pendapat
dan penanganan stunting tersebut tidak
yang dari salah seorang tokoh masyarakat
dilakukan sesuai dengan jadwal
bahwa pemantauan yang dilakukan oleh
217
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342
218
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342
yang dalam perencanaannya ditujukan stunting cukup signifikan pada tahun 2019
khusus untuk kelompok 1000 HPK yang sampai dengan tahun 2020.
ditangani langsung oleh dinas kesehatan Dari hasil penelitian ini, maka
sedangkan intervensi sensitif adalah peneliti menyampaikan beberapa
berbagai kegiatan pembangunan di luar rekomendasi baik untuk pemerintah daerah
sektor kesehatan yaitu pencegahan secara Kabupaten Flores Timur maupun kepada
konvergensi antar perangkat daerah. pemerintah desa yang memiliki relasi lebih
Dideklarasi Flores Timur Gempur Stunting dekat dengan realita sosial masyarakat
sebagai komitmen bersama dengan desa. Pertama, pemerintah daerah dan desa
basisnya pada visi bupati yaitu Selamatkan agar terus berupaya dalam pencegahan
Tanaman Rakyat dan visi Selamatkan stunting di Kabupaten Flores Timur,
Orang Muda Flores Timur. melalui kegiatan-kegiatan pemberdayaan
Setelah rencana aksi deklarasi kesehatan dan pendampingan secara lebih
komitmen bersama tersebut, pemerintah serius lagi karena target nasional masih
daerah melalui dinas kesehatan sebagai jauh dari harapan yaitu 14 % (empat belas
sektor yang lebih dekat dengan penanganan persen). Kedua, peran serta stakeholder
stunting membuat suatu program inovasi dari pihak swasta sangat diperlukan dalam
dari pemda dalam penanganan stunting. membantu pengadaaan bahan pangan yang
Program itu disebut dengan “Gerobak menjadi bahan utama dalam PMT,
Cinta”, berupa pemberian makanan khususya terfokus pada program gerobak
tambahan terfokus kepada anak stunting cinta. Tokoh adat yang sangat dihormati di
selama 90 hari pada bulan Mei, Juni, Juli kalangan masyarakat perlu turut
dan pengukuran di bulan Agustus. Program memotivasi partisipasi masyarakat dalam
Pemberian Makanan Tambahan Terfokus penanganan stunting. Perlu pula melibatkan
gerobak cinta tersebut menggunakan dana para akademisi untuk melakukan penelitan
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), untuk menghasilkan konsep dan
dan setelahnya menggunakan dana desa rekomendasi yang bisa digunakan oleh
dengan memanfaatkan tanaman lokal pemerintah daerah dan pera pembuat
masyarakat. Program gerobak cinta dinilai kebijakan dalam merumuskan program dan
cukup berhasil menurunkan angka stunting kegiatan pencegahan stunting yang lebih
berdasarakan hasil wawancara peneliti baik dan inovatif.
yang menemukan banhwa penurunan angka Ketiga, bagi masyarakat yang
memiliki balita penderita stunting agar
219
Journal of Indonesian Rural and Regional Government (JIRReG)
Volume 5, Nomor 2 Desember 2021
ISSN: 2580-9342
selalu hadir dalam kegiatan Posyandu yang Peraturan Daerah Kabupaten Flores Timur
diadakan di lingkungan masing-masing. Nomor 10 Tahun 2017 Tentang
RPJMD 2017-2022.
Dalam aktifitas di Posyandu tersebut
sekaligus petugas kesehatan dari Dinas Peraturan Bupati Flores Timur Nomor 27
Tahun 2019 Tentang Pencegahan
Kesehatan atau Puskesmas dapat Dan Penanganan Stunting
memberikan penyuluhan kepada Penanganan Stunting Di Desa.
masyarakat guna pencegahan stunting. Keputusan Bupati Flores Timur No. 244
Pentingnya mengikuti kegiatan ini agar Tahun 2019 tentang Tim Percepatan
dapat dipantau dan dievaluasi tumbuh Pencegahan dan Penanganan
Stunting Terintegrasi.
kembang balita dari bulan ke bulan. Selain
itu, dari inovasi gerobak cinta yang telah Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia.
(https://kebijakankesehatanindonesia
dilaksanakan, diharapkan masyarakat .net/component/content/article/2572)
mampu mempelajari cara pengelolaan . Diakses pada tanggal 14 Desember
makanan yang baik bagi balita agar tetap 2020.
220