Meningkatkan Keterampilan Menyimak Dengan Metode Bercerita Melalui Media Boneka Jari Yosi Nopriani Sri Saparahayuningsih Yulidesni

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Ilmiah Potensia, 2016, Vol 1 (2), 121-128

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DENGAN METODE BERCERITA MELALUI MEDIA


BONEKA JARI

Yosi Nopriani

Sri Saparahayuningsih
[email protected]
Yulidesni
[email protected]

Abstract

The problem of this research was whether storytelling method through finger puppets media
can improve students’ listening skill. The aim of this classroom action research was to improve
listening skill of early childhood students by using storytelling method with finger puppets
media. The subject of this research was group B3 students with the total of 15 people consisted
of 8 female students and 7 male students. The type of the research used in this study was
classroom action research consisted of 2 cycles with 3 meetings for each cycle. This research
used observation as the data collection technique. The technique of analyzing the data was
done by using mean score, indicator of success for learning mastery, and t-test. The research
result showed that storytelling method by using finger puppets can improve the students’
listening skill, it was gotten the mean score of students’ listening skill was 4.37 or in a good
criteria, with learning mastery of 86% and it was significantly proven from t-test calculation
between the cycles which was 5.66 ≥ ttable, both for significance level of 5% = 2.16 and 1% = 2.98.
The suggestion for teachers is that storytelling method by using the media of finger puppets,
stick puppets, string puppets, hand puppets, and sticky puppets was an alternative that can be
used to improve students’ listening skill.

Keywords: Listening Skill, Storytelling method with finger puppets

PENDAHULUAN
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Pendidikan anak usia dini bukan
menurut Undang-undang No. 20 Tahun sekedar mempersiapkan anak untuk masuk
2003 Tentang Sisdiknas Bab 1 Pasal 1 butir sekolah dasar. Fungsi PAUD yaitu
14, merupakan suatu upaya pembinaan membantu mengembangkan semua potensi
yang ditujukan kepada anak sejak lahir anak (fisik, bahasa, intelektual/kognitif,
sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan emosi, social, moral dan agama) dan
melalui pemberian rangsangan pendidikan meletakkan dasar-dasar kearah
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan sikap, pengetahuan,
perkembangan jasmani dan rohani agar keterampilan dan daya cipta untuk
anak memiliki kesiapan dalam memasuki menyesuaikan diri dengan lingkungannya
pendidikan lebih lanjut.
121
Yosi Nopriani, Sri Saparahayuningsih dan Yulidesni
Jurnal Ilmiah Potensia, 2016, Vol 1 (2), 121-128

serta untuk pertumbuhan dan membaca mereka memahami bahasa


perkembangan selanjutnya (Latif, 2013: 22). berdasarkan konsep pengetahuan dan
Pasal 28 butir 2, menyatakan pengalaman mereka. Dengan demikian
pendidikan anak usia dini dapat menyimak dan membaca juga merupakan
diselenggarakan melalui jalur pendidikan proses pemahaman (comprehending
formal, nonformal, dan informal. Pasal 28 process). Salah satu bentuk bahasa yang
butir 3, menyatakan pendidikan anak usia sangat penting adalah menyimak. Karena
dini pada jalur pendidikan formal berbentuk berpengaruh pada proses pemahaman,
Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal pengetahuan serta perkembangan sosial
(RA), atau berbentuk lain sederajat. Pasal anak.
28 butir 4, menyatakan pendidikan anak Menyimak adalah suatu proses
usia dini jalur pendidikan nonformal adalah mendengarkan dengan menyimak anak
Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan tahu informasi dan memahami ide atau pun
Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. pesan yang disampaikan oleh pembicara.
Pasal 28 butir 5, menyatakan pendidikan Selain itu menyimak juga melibatkan
anak usia dini jalur pendidikan norformal kegiatan mendengarkan dan penglihatan
adalah pendidikan keluarga atau pendidikan pada anak, jika pendengaran dan
yang diselenggarakan oleh lingkungan. (UU penglihatan anak baik maka informasi yang
20: 2003). didapat akan semakin baik pula. Seperti
Berdasarkan pendapat para ahli di yang diungkapkan Tarigan dalam Mulyati
atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan (2013: 3.4) mengatakan bahwa menyimak
anak usia dini merupakan upaya pembinaan adalah kegiatan mendengarkan lambang-
yang dilakukan dari usia 0-6 tahun dengan lambang lisan dengan penuh perhatian,
memberikan rangsangan pendidikan untuk pemahaman, apresiasi, serta interprestasi
membantu pertumbuhan dan untuk memperoleh informasi, menangkap
perkembangan anak melalui jalur isi, serta memahami makna komunikasi
pendidikan formal, informal dan nonformal. yang telah disampaikan oleh si pembicara
Untuk memperoleh keterampilan melalui ujaran atau bahasa lisan.
berbahasa, pertama anak harus belajar Keterampilan menyimak merupakan
menyimak, kemudian baru belajar kegiatan yang paling awal dilakukan oleh
berbicara, membaca dan menulis. manusia sebelum berbicara. Untuk
Keterampilan bahasa dapat diperoleh dan mengembangankan keterampilan
dikuasai dengan cara praktek dan banyak menyimak dapat menggunakan berbagai
latihan, melatih keterampilan berbahasa metode. Menurut Moeslichatoen (2004: 24)
berarti pula melatih keterampilan berfikir ada beberapa motode pengajaran yang
(Dawson dalam Tarigan, 1980: 1). dapat digunakan yaitu (1) metode bermain;
Empat macam bentuk bahasa (2) metode karya wisata; (3) metode
menurut Bromley dalam Dhieni (2007: 1.19) bercakap-cakap; (4) metode bercerita; (5)
yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan metode demonstrasi; (6) metode proyek;
menulis. Anak menerima dan (7) metode pemberian tugas.
mengekspresikan bahasa dengan berbagai Salah satu metode yang dapat
cara salah satunya yaitu menyimak dan digunakan adalah metode bercerita.
membaca. Ketika anak menyimak dan Metode bercerita merupakan salah satu
122
Yosi Nopriani, Sri Saparahayuningsih dan Yulidesni
Jurnal Ilmiah Potensia, 2016, Vol 1 (2), 121-128

pemberian pengalaman belajar bagi anak mengembangkan bahasa, fantasi dan


TK dengan membawakan cerita kepada kreativitas anak (Yudha, 2007: 24).
anak secara lisan. Cerita yang dibawakan Supaya kegiatan bercerita menarik
guru harus menarik, mengundang perhatian maka digunakan media. Banyak media yang
anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan dapat digunakan dalam kegiatan bercerita
bagi anak TK. Karena semakin baik cerita salah satunya adalah media boneka jari.
yang dibawakan maka akan lebih mudah Menurut Suharto dan Iryanto (1989:80),
anak menerima informasi, ide serta pesan boneka jari adalah boneka yang terbuat dari
yang disampaikan. Menurut Dhieni, dkk bahan fanel kemudian dibentuk pola sesuai
(2007: 6.6) metode bercerita adalah cara yang diinginkan misalnya bentuk gajah, dan
penyampaian atau penyajian materi lain sebagainya. Dengan menggunakan
pembelajaran secara lisan dalam bentuk media ini pembelajaran akan lebih menarik
cerita dari guru kepada anak didik Taman dan anak akan lebih mudah memahami
Kanak-kanak. Dalam pelaksanaan kegiatan materi pembelajaran yang diberikan, untuk
pembelajaran di Taman Kanak-kanak itu peneliti menggunakan media boneka jari
metode bercerita dilaksanakan dalam upaya untuk meningkatkan keterampilan meyimak
memperkenalkan, memberikan keterangan, anak usia dini di PAUD Kemala Bhayangkari
atau penjelasan tentang hal baru dalam 26 Kota Bengkulu.
rangka menyampaikan pembelajaran yang Berdasarkan dari masalah menyimak
dapat mengembangkan berbagai di Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari
kompetensi dasar anak Taman Kanak- 26 Kota Bengkulu, realitas menunjukkan
kanak. bahwa kurangnya perhatian anak saat
Tujuan bercerita bagi anak usia 4-6 proses pembelajaran, hal itu terlihat pada
tahun adalah agar anak mampu waktu guru memberikan pertanyaan
mendengarkan dengan seksama terhadap setelah bercerita anak kurang dapat
apa yang disampaikan orang lain, anak menyebutkan judul cerita yang telah
dapat bertanya apa bila tidak disimak, anak kurang dapat menyebutkan
memahaminya, anak dapat menjawab nama dan karater tokoh cerita yang telah
pertanyaan, selanjutnya anak dapat disimak serta anak kurang dapat
menceritakan dan mengekspresikan menceritakan kembali isi cerita yang telah
terhadap apa yang didengarkan dan disimak selain itu saat guru bercerita hanya
diceritakannya, sehingga hikmah dari isi menggunakan buku cerita, tidak
cerita dapat dipahami dan lambat laun meggunakan ekspresi mimik muka dan
didengarkan, diperhatikan, dilaksanakan hanya duduk dikursi. Anak-anak kelihatan
dan diceritakannya pada orang lain bosan sehingga malas mendengarkan
(Dhieni,dkk. 2007: 6.7). cerita.
Dalam bercerita, cerita yang Untuk ini sangatlah penting bagi
dibawakan harus menarik, sehingga dapat peneliti untuk mencoba menerapkan suatu
menungundang perhatian anak serta dapat strategi, agar dapat merangsang dan
mencapai tujuan yang hedak dicapai seperti meningkatkan daya tarik anak untuk
mengenalkan tentang nilai-nilai budaya, menyimak cerita, sehingga anak akan
nilai-nilai sosial, keagamaan, mendapatkan informasi, ide serta pesan
yang simpaikan oleh pembicara. Untuk
123
Yosi Nopriani, Sri Saparahayuningsih dan Yulidesni
Jurnal Ilmiah Potensia, 2016, Vol 1 (2), 121-128

mengatasi masalah ini perlu dilakukan PEMBAHASAN


penelitian yaitu Penelitian Tindakan Kelas Keterampilan dalam penelitian ini
(PTK) dalam penelitian ini peneliti merujuk pada kamus besar bahasa
menerapkan strategi yaitu menggunakan Indonesia Alwi (2005: 1043 ) yang
metode bercerita melalui media boneka mengatakan bahwa keterampilan adalah
jari. Peneliti berharap dengan dalam melaksanakan tugas. Sedangkan
menggunakan strategi ini proses keterampilan menurut Yudha dan
pembelajaran akan lebih menarik, anak Rudhyanto (2005: 7), keterampilan adalah
akan lebih bersemangat, tidak bosan dan kemampuan anak dalam melakukan
lebih aktif untuk menyimak sebuah cerita berbagai akitivitas seperti motorik,
serta anak akan mendapatkan informasi, berbahasa, sosial-emosional, kognitif, dan
ide serta pesan dari cerita yang telah afektif (nilai-nilai moral). Keterampilan
disampaikan. perlu dilatihkan kepada anak sejak usia dini
Berdasarkan uraian di atas peneliti agar dimasa yang akan datang akan tumbuh
melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menjadi pribadi yang terampil cekatan
dengan judul “ Meningkatkan Keterampilan melakukan aktivitas. Keterampilan anak
Menyimak dengan Metode Bercerita dapat dilakukan dengan berbagai aktivitas
Melalui Media Boneka Jari pada Anak salah satunya yaitu keterampilan dalam
Kelompok B TK Kemala Bhayangkari 26 Kota kegiatan menyimak.
Bengkulu”. Menyimak menurut Tarigan dalam
Rumusan masalah dalam penelitian Mulyati (2013: 3.4) bahwa yaitu suatu
ini adalah apakah dengan metode bercerita proses kegiatan mendengarkan lambang-
melalui media boneka jari dapat lambang lisan dengan penuh perhatian,
meningkatkan keterampilan menyimak pemahaman, apresiasi, serta interprestasi
anak pada kelompok B Taman Kanak-kanak untuk memperoleh informasi, menangkap
Kemala Bhayangkari 26 Kota Bengkulu? isi, serta memahami makna komunikasi
Penelitian ini dilakukan dengan yang telah disampaikan oleh si pembicara
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas melalui ujaran atau bahasa lisan. Sejalan
(PTK). Penelitian tindakan kelas adalah dengan Sabarti dalam Dhien (2007: 4.6)
suatu pencermatan terhadap kegiatan mengemukakan bahwa menyimak adalah
belajar berupa sebuah tindakan, yang kegiatan mendengarkan secara aktif dan
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam kreatif utuk memperoleh informasi,
sebuah kelas secara bersama (Arikunto, dkk menangkap isi atau pesan serta memahami
. 2011: 3). makna komunikasih yang disampaikan
Tempat pelaksanaan penelitian secara lisan.
tindakan kelas ini dilakukan di kelompok B3 Berdasarkan pendapat di atas dapat
Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 26 disimpulkan bahwa keterampilan menyimak
Kota Bengkulu. adalah suatu kegiatan mendengarkan
Sebjek dalam penelitian ini adalah secara aktif dan kreatif untuk memperoleh
anak-anak kelas B3 TK Kemala Bhayangkari informasi, menangkap isi, serta memahami
26 Kota Bengkulu yang berjumlah 17 orang, makna komunikasi yang telah disampaikan
terdiri dari 10 perempuan dan 7 orang laki- oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa
laki. lisan
124
Yosi Nopriani, Sri Saparahayuningsih dan Yulidesni
Jurnal Ilmiah Potensia, 2016, Vol 1 (2), 121-128

Menyimak terdiri dari beberapa memperoleh butir-butir informasi tertentu


jenis salah satunya yang dapat serta mencari dan mencatat fakta-fakta
dikembangkan yaitu menyimak penting dari apa yang telah disampaikan
konsentratif. Menurut Tarigan (2008: 49) oleh pembicara.
menyimak konsentratif (concentrative Menyimak dapat dikembangkan
listening) sering juga disebut a study-type dengan menggunakan Metode bercerita.
atau menyimak sejenis telaah. Kegiatan- Menurut Moeslichatoen (2004: 157)
kegiatan yang mencakup dalam menyimak metode bercerita merupakan salah satu
konsentratif ini, yaitu: 1) mengikuti pemberian pengalaman belajar bagi anak
petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam TK dengan membawakan cerita kepada
pembicaraan; 2) mencari dan merasakan anak secara lisan. Selaras dengan Dhieni
hubungan-hubungan, seperti kelas, tempat, (2011: 6.4) bercerita adalah suatu kegiatan
kualitas, waktu, urutan, serta sebab-akibat; yang dilakukan seseorang secara lisan
3) mendapatkan atau memperoleh butir- kepada orang lain dengan alat atau tanpa
butir informasi tertentu; 4) memperoleh alat tentang apa yang harus disampaikan
pemahaman dan pengertian yang dalam bentuk pesan, informasi atau hanya
mendalam; 5) merasakan serta menghayati sebuah dongeng didengarkan dengan rasa
ide-ide sang pembicara, sasaran ataupun menyenangkan, karena orang yang
pengorganisasiannya; 6) memahami urutan menyajikan cerita tersebut
ide-ide sang pembicara; 7) mencari dan menyampaikannya dengan menarik.
mencatat fakta-fakta penting (Anderson, Dari pendapat di atas dapat
1972: 70; Dawson [et all], 1963: 153). disimpulkan bahwa bercerita merupakan
Sejalan dengan Kamidjan (2001: 23) kegiatan yang dilakukan secara lisan kepada
menyimak konsentratif adalah kegiatan orang lain dengan menggunakan alat atau
menyimak yang dilakukan dengan penuh tanpa alat, selain itu bercerita juga dapat
perhatian untuk memperoleh pemahaman mengembangkan aspek pada anak salah
yang baik terhadap informasi yang disimak. satunya aspek perkembangan bahasa,
Kegiatan menyimak bertujuan untuk (a) melalui cerita anak akan lebih tertarik dan
mengikuti petunjuk-petunjuk, (b) mencari lebih bersemangat saat proses
hubungan antar unsur dalam menyimak, (c) pembelajaran
mencari hubungan kuantitas dan kualitas Agar pembelajaran lebih menarik
dalam suatu komponen, (d) mencari butir- bercerita juga dapat menggunakan Boneka
butir informasi, (e) mencari urutan jari. Menurut Suharto dan Iryanto (1989:80)
penyajian dalam bahan menyimak dan, (f) boneka jari adalah boneka yang terbuat dari
mencari gagasan utama dari bahan yang bahan flanel kemudian dibentuk pola sesuai
telah disimak. yang diinginkan misalnya bentuk gajah, dan
Berdasarkan pendapat di atas dapat lain sebagainya. Boneka tersebut dibuat
disimpulkan bahwa menyimak konsentratif sedemikian rupa sehingga dapat
adalah kegiatan menyimak dengan dimasukkan ke dalam jari-jari tangan
menuntut lebih banyak perhatian untuk manusia, sehingga dapat dimainkan oleh
mendapatkan pemahaman seperti anak.
mengikuti petunjuk-petunjuk yang terdapat Dalam penelitian ini peneliti
dalam pembicaraan, mendapatkan atau menggunakan sebuah cerita dengan alat
125
Yosi Nopriani, Sri Saparahayuningsih dan Yulidesni
Jurnal Ilmiah Potensia, 2016, Vol 1 (2), 121-128

peraga berupa media boneka jari tema belajar adalah 40% sebanyak 6 orang anak.
binatang sub tema binatang peliharaan Karena ketuntasan belajar anak belum
media dibentuk bermacam-macam memenuhi kriteria ketuntasan maka akan
binatang sesuai cerita yang akan diperbaiki pada siklus kedua.
diceritakan. Pada siklus kedua rata-rata
Adapun contoh gambar boneka jari keterampilan menyimak dengan metode
yang akan digunakan peneliti dapat dilihat bercerita melalui boneka jari pada siklus
pada Gambar 1 dan Gambar 2 kedua pertemuan pertama sampai
pertemuan ketiga juga mengalami
peningkatan. Adapun rata-rata
. keterampilan menyimak anak pada
pertemuan pertama yaitu 3, 94 dengan
kriteria baik diperoleh ketuntasan belajar
anak 60%, pertemuan kedua rata-rata
Gambar 1. Boneka Jari Paket 1 keterampilan menyimak 4, 16 dengan
kriteria baik diperoleh ketuntasan belajar
73,33% , pada pertemuan ketiga meningkat
dengan rata-rata 4, 37 dengan kriteria baik
diperoleh ketuntasan belajar anak 86,66% .
Akan tetapi pada siklus kedua ada
dua orang anak pada pembelajaran
keterampilan menyimak anak menurun
yaitu “ Kr, Nj” karena pada pertemuan
Gambar 2. Boneka Jari Paket 2
ketiga “Kr” sakit, sedangkan “ Nj” saat
pembelajaran berlangsung ia mengikuti
Hasil rata-rata keterampilan lomba mewarnai setelah itu baru
menyimak dengan metode bercerita melanjutkan pembelajaran
melalui boneka jari pertemuan pertama KESIMPULAN
sampai pertemuan ketiga mengalami
Berdasarkan hasil penelitian dan
peningkatan keterampilan menyimak anak
pembahasan yang telah diuraikan pada bab
pada pertemuan pertama yaitu 2, 87
sebelumya, maka dapat disimpulkan bahwa
dengan kriteria cukup diperoleh ketuntasan
keterampilan menyimak pada anak
belajar 20%, pertemuan kedua yaitu 3,
kelompok B3 Taman Kanak-kanak Kemala
33 dengan kriteria cukup diperoleh
Bhayangkari 26 Kota Bengkulu dapat
ketuntantasan belajar 33, 33%, pada
ditingkatkan dengan menggunakan metode
pertemuan ketiga meningkat dengan rata-
bercerita melalui boneka jari. Hal ini terlihat
rata 3, 71 dengan kriteria baik diperoleh
pada siklus I nilai rata-rata keterampilan
ketuntasan belajar 40%. Pada setiap
menyimak anak 3, 71 atau dalam kriteria
pertemuan mengalami peningkatan tetapi
cukup dengan persentase ketuntasan
belum mencapai rata-rata 4-5. keterampilan
belajar 40%, kemudian pada siklus kedua
menyimak pada siklus satu sudah
nilai rata-rata keterampilan menyimak
menunjukkan kriteria baik dengan nilai rata-
meningkat menjadi 4, 37 atau dalam kriteria
rata 3, 71. Jika dilahat dari ketuntasan
126
Yosi Nopriani, Sri Saparahayuningsih dan Yulidesni
Jurnal Ilmiah Potensia, 2016, Vol 1 (2), 121-128

baik dengan persentase ketuntasan belajar Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas
86,66% dan adanya peningkatan secara dan Penelitian Tindakan Sekolah.
signifikan terbukti dari hasil perhitungan t- Yogyakarta: Gava Media.
test antar siklus yaitu 5,66 , baik Dhieni, Nurbiana, dkk. 2011. Metode
pada taraf signifikansi 5% = 2, 16 maupun Pengembangan Bahasa. Jakarta:
1% = 2, 98.. Universitas Terbuka.
DAFTAR PUSTAKA , , . 2007. Metode
Pengembangan Bahasa. Jakarta:
Alwi, Hasan. 2002. Kamus Besar Bahasa Universitas Terbuka.
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Dongeng anak nusantara. Di unduh dari
Anonim. 2010. https://www.facebook.com/DONGE
http://kleang.blogspot.com/2012/02/ NG/ posts/525708050842124. Pada
pengertian-definisi-dan-fungsi. html tanggal 1 februari 2015 jam 18.12
diakses: 13 februari 2015 jam 20.35 WIB.
WIB.
Fadlillah, Muhammad. 2012. Desain
Anonim. 2014. Pembelajaran PAUD. Jogjakarta:
http://planetxperia.blogspot.com/201 AR-Ruzz Media.
4/04/pengertian-menyimak-jenis-
jenis- menyimak.html diakses: 13 Kamidjan. 2001. Diunduh dari
februari 2015 jam 20.16 WIB. http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JU
R.PENDBHS.
Anonim. DANSASTRA_INDONESIA/19660
http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/12 6291991031DENNY_ISKANDAR/
/jhptump-a-atikoh-578-2-babii.pdf MATERI_MENYIMAK_SMP.pdf.
diakses: 13 februari 2015 jam 20.36 Pada tanggal 19 Juni 2015 jam 11.31
WIB. WIB.
Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kurniawati, Nia dkk. 2007. Fabled Wisdom.
Kelas. Bandung: Yrama Widya. Bandung: PT Syamsi Cipta Media.
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2012. Penelitian Latif, Mukhtar, dkk. 2013. Orientasi Baru
Tindakan Kelas. Jakarta: Sinar Pendidikan Anak Usia Dini.
Grafika. Offset Jakarta:Kencana Prenada Media
, , dkk. 2011. Penelitian Group
Tindakan Kelas. Jakarta: Sniar Mariam, Siti. 2012. Jurnal Peningkatan
Grafika Offset. Moral Anak Usia Dini Melalui
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Boneka Jari di Taman Kanak-kanak
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Negeri 1 koto Tuo Kabupaten
Sijunjung. Padag: Universitas Negeri
Bachri, Bachtiar S. 2005. Pengembangan
Padang.
Kegiatan Bercerita di Taman Kanak-
kanak Teknik dan Prosedurnya. Maria.2012.http://eprints.uny.ac.id/9331/3/b
Jakarta: DEPDIKNAS. ab%20208208241006.pdf diakses:
pada tanggal 18 Maret 2015 pukul
17.15 WIB.

127
Yosi Nopriani, Sri Saparahayuningsih dan Yulidesni
Jurnal Ilmiah Potensia, 2016, Vol 1 (2), 121-128

Moeslichatoen. 2004. Metode Pengajaran di Kota Bengkulu. Skripsi Unib:


Taman Kanak-kanak. Jakarta: Bengkulu.
Renika Cipta. Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menyimak
Mulyati, dkk. 2013.Bahasa Indonesia. Sebagai Suatu Keterampilan
Tangerang Selatan: Universitas Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tebuka. Yamin, Martinis dan Jamilah, Sabri Sanan.
Muryanti, Sri. 2014. Jurnal Upaya 2013. Panduan PAUD Pendidikan
Meningkatkan Kemampuan Anak Usia Dini. Jakarta: Gaung
Menyimak Melalui Metode Bercerita Persada Press Group.
dengan Media Gambar Pada Anak. Yudha, Andi. 2007. Cara Pintar
Semarang: PG-PAUD IKIP Veteran Mendongeng. Bandung: Miza Media
Semarang. http://e- Utama.
journal.ikipveteran.ac.id/index.php/b
elia/ article/view/313 diakses: pada Yudha, M Saputra dan Rudhyanto. 2005.
tanggal 19 Juni 2015 pukul 11.08 Pembelajaran Kooperatif Untuk
WIB. Meningkatkan Keterampilan Anak
TK. Jakarta: Depdiknas.
Musfiroh, 2010. Cerita untuk
Perkembangan Anak. Yogyakarta: Zaman, Badru, dkk. 2008. Media dan
Navila. Sumber Belajar TK. Jakarta:
Universitas Terbuka
, 2005. Bercerita Untuk Anak Usia
Dini. Jakarta: DEPDIKNAS. .
Rahman, Hibbana. 2005. Konsep Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini.
Yogyakarta: Grafindo Litera
Media.
Rahayu, Aprianti Yofita. 2013.
Menumbuhkan Kepercayaan Diri
Melalui Kegiatan Bercerita. Jakarta:
PT Indeks.
Saddhono, Kundharu dan Slamet. 2014.
Pembelajaran Keterampilan
Berbahasa Indonesi.Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sudijono, Anas. 2012. Pengantar Statistik
Pendidikan. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Susanti, Alfira Isma. 2014. Meningkatkan
Kemampuan Menyimak Melalui
Metode Bercerita dengan Media
Boneka Tangan di Kelompok B5
Taman Kanak-kanak Tunas Harapan

128
Yosi Nopriani, Sri Saparahayuningsih dan Yulidesni

You might also like