Arifuddin, Rau, & Hardiyanti, 2019) - Ihsan, 2019 ) : Asthma (GINA) Tahun 2011, Di Seluruh Dunia

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Efektifitas tindakan keperawatan pursed lip breathing exercise terhadap penurunan sesak nafas pada

pasien asma di puskesmas Kemiling Bandar lampung tahun 2019

Dimas Ning Pangesti*, Sri Suharti

Akademi Keperawatan Baitul Hikmah Bandar Lampung


Koresponden Penulis: Dimas Ning Pangesti* E-mail : [email protected]

The effectiveness of the nursing action of pursed lip breathing exercise on reducing shortness of breath
in asthma patients at Kemiling Health Center Bandar Lampung in 2019

Abstract

Background: Asthma is a condition in which the respiratory tract is constricted because of hyperactivity to certain
stimuli. Asthma attacks that occur cause sufferers to experience difficulty breathing or shortness of breath. One of
the nursing interventions that can be done to reduce shortness of breath is pursed lip breathing.
Purpose: To determine the effect of implementing pursed lip breathing exercise independent nursing actions to
reduce shortness of breath in patients with asthma in the working area of Kemiling Health Center.
Method: Descriptive as case studies. Data collection is observation and interviews with patients suffering from
asthma.
Results: There was a decrease in shortness of breath in respondents after doing pursed lip breathing exercise.
Conclusion: There is an effect of pursed lips breathing exercised nursing actions on decreasing shortness of
breath in asthma patients.

Keywords: Asthma; Respiration; Pursed lips breathing exercise.

Pendahuluan: Asma merupakan suatu keadaan dimana saluran pernapasan mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu. Serangan asma yang terjadi menyebabkan penderitanya mengalami
kesulitan bernapas atau sesak nafas. Salah satu intevensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi
sesak napas yaitu latihan pursed lip breathing.
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh penerapan tindakan keperawatan mandiri pursed lip breathing exercise untuk
mengurangi sesak napas terhadap pasien yang mengalami asma diwilayah kerja Puskesmas Kemiling.
Metode: Deskriptif dalam bentuk studi kasus. Pengumpulan data adalah observasi dan wawancara pada pasien
yang menderita asma.
Hasil: Terjadi penurunan derajat sesak napas pada responden sesudah melakukan pursed lips breathing exercise.
Simpulan: Adanya pengaruh tindakan keperawatan pursed lips breathing exerciseter terhadap penurunan sesak
napas pada pasien asma.

Kata kunci: Asma; Pernapasan; Pursed lips breathing exercise

PENDAHULUAN Menurut laporan World Health Organization


Asma merupakan masalah kesehatan dunia (WHO) dalam World Health Report (2000)
yang tidak hanya menjangkit di negara maju tetapi menyebutkan bahwa asma tergolong dalam lima
juga di negara berkembang (Arifuddin, Rau, & penyakit paru utama. Saat ini penyakit asma masih
Hardiyanti, 2019). Penyakit ini diderita oleh anak- menunjukan pervalensi yang tinggi (Ihsan, 2019;
anak sampai dewasa dengan derajat penyakit dari Afandi, 2013). Berdasarkan data World Health
ringan sampai berat, bahkan beberapa kasus dapat Organization (WHO) dan Global Initiative for
menyebabkan kematian (Oemiati, 2013; Asthma (GINA) tahun 2011, di seluruh dunia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). diperkirakan terdapat 300 juta orang yang
Angka kematian di dunia akibat asma diperkirakan menderita asma dan tahun 2025 diperkirakan
mencapai 250.000 orang per tahun. Penyakit ini jumlah pasien asma mencapai 400 juta. Jumlah ini
merupakan salah satu penyakit utama yang dapat saja lebih besar mengingat asma merupakan
menyebabkan pasien memerlukan perawatan, baik penyakit yang under diagnosed. Buruknya kualitas
di rumah sakit maupun di rumah (Azhar, & Berawi, udara dan berubahnya pola hidup masyarakat
2015; Larasati, 2018). diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya
11
penderita asma. Data berbagai negara menunjukan teknik yang dapat dilakukan adalah pursed lip
bahwa pervalensi penyakit asma berkisar 1-18% breathing exercise yang dapat dilakukan sebagai
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, salah satu intervensi keperawatan mandiri (Brunner,
2015). 2010).
Hasil Riset Kesehatan Dasar Republik Pursed lip breathing exercise merupakan latihan
Indonesia tahun 2013 yang dilakukan dengan pernafasan untuk memperbaiki transport oksigen,
wawancara berdasarkan tanda dan gejala membatu untuk menginduksi pola napas lambat dan
menunjukan bahwa pervalensi nasional asma dalam, dan membantu pasien untuk mengontrol
adalah 4,5% atau 16.249.500 orang, untuk Provinsi pernafasan bahkan selama priode stress fisik
Lampung pervalensi asma adalah 1,6% atau 12.755 (Brunner, 2010). Gejala sesak pada asma dapat
orang. Asma cenderung lebih tinggi menyerang berkurang dengan pernapasan mengerutkan bibir
kelompok umur 40-60 tahun yaitu 36,2% atau (pursed lip brething exercise) yang dapat
58.823.190 serta pervalensi asma lebih banyak meningkatkan tekanan jalan napas sehingga jalan
diderita oleh laki-laki yaitu sebanyak 33,4% atau napas tetap terbuka dan udara yang terjebak dapat
54.273.330. (Departemen Kesehatan Republik dikeluarkan dengan lebih mudah (Black & Hawks,
Indonesia, 2013). 2014).
Study pendahuluan yang didapat dari Menurut Suci Khasanah dan Madyo Maryoto
Puskesmas Kemiling Bandar Lampung pada tahun 2016, dalam penelitiannya menunjukan
tanggal 8 Februari 2018, menunjukan jumlah bahwa latihan pused lip breathing dapat
penderita asma sebesar 62 orang (Register meningkatkan kondisi pernapasan, sehingga
Puskesmas Kemiling, 2018). Diperkirakan angka ini meningkatkan jumlah oksigen yang berpindah ke
akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya kapiler paru. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap
polusi udara dari industri dan asap kendaraan yang peningkatan kadar SaO2 dalam darah.
menjadi faktor resiko penyebab penyakit asma. Selanjutnya penelitian lain dilakukan oleh Nurul
Sampai saat ini penyebab asma belum diketahui kartika sari dan Suhartono tahun 2016 dalam
dengan pasti, suatu hal yang menonjol pada semua penelitian “Effect of self efficacy pursed lip breathing
penderita asma adalah fenomena hiperaktivitas to decrease tightness and improved oxygen
bronkus. Bronkus pada penderita asma sangat peka saturation in patients with Chronic Obstructive
terhadap rangsangan imunologi maupun non- Pulmonary Disease (COPD)”, mengemukakan
imonologi (Marni, 2014). Pada serangan asma, bahwa teknik Pursed lip breathingjika dilakukan
pasien akan mengalami sesak nafas (mengi), secara teratur dapat meningkatkan Ventilasi
kesulitan bernafas, dada terasa sesak dan batuk- alveolar sehingga akan terjadi ikatan O2 dengan
batuk yang utamanya terjadi pada malam hari hemoglobin dengan perfusi yang memadai, ditandai
(Ikawati, 2014). dengan adanya peningkatan saturasi oksigen.
Asma jika tidak segera ditangani, baik karena Berdasarkan fenomena tersebut peneliti tertarik
pasien tidak mau atau tidak bisa kooperatif (faktor untuk melakukan penelitian tentang Efektifitas
penyebab dan pencetus tetap tidak bisa di eliminasi) tindakan keperawatan pursed lip breathing exercise
dan penanganan medis kurang tepat maka akan terhadap penurunan sesak nafas pada pasien asma
menyebabkan gejala sesak napas yang berulang, di Wilayah Kerja Puskesmas Kemiling Bandar
wheezing juga semakin nyata sehingga dapat Lampung, Provinsi Lampung, tahun 2018.
didengar dengan telinga telanjang. Serangan asma
akan semakin sering dan tidak lagi terbatas pada METODE
malam hari (Danusantoso, 2012). Berulangnya Jenis penelitian kuantitatif dengan desain
kekambuhan pada pasien asma dapat mengganggu penerapan dalam bentuk study kasus untuk
aktivitas sehari-hari atau hari kerja produktif yang mengeksplorasi tindakan mandiri pursed lip
berarti, juga menyebabkan gangguan aktivitas breathing exercise terhadap skala sesak napas 2
sosial (Wahid, 2013). klien penderita asma selama 5 hari di puskesmas
Gejala asma yang timbul dapat dikendalikan Kemiling Bandar Lampung.
dengan pengelolaan yang dilakukan secara
lengkap, tidak hanya memberikan terapi HASIL
farmakologis tetapi juga menggunakan terapi
nonfarmakologis yaitu dengan cara mengontrol Subyek 1 (Tn.S)
gejala yang timbul serta mengurangi keparahan Penelitian ini dilakukan selama 5 hari. Hari
gejala yang dialami ketika terjadi serangan pertama sebelum dilakukan latihan pursed lip
(Ikhawati, 2014). Penatalaksanaan nonfarmakologi breathing peneliti melakukan pengumpulan data
diantaranya adalah rehabilitasi paru. Salah satu dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik dan
12
mengobservasi skala sesak dengan cara mengukur seperti bersiul. Latihan pursed lip breathing ini
dan mencatat nilai skala borg pada Tn.S. Sebelum dilakukan selama 5 menit. Setelah itu Tn.N diminta
dilakukan pengukuran Tn.S diterangkan terlebih kembali untuk menilai sesak yang dirasakannya.
dahulu mengenai rencana terapi, cara kerja terapi, Hasil yang didapat skala sesak napas Tn.S masih
dan hasil yang akan dicatat. Kemudian peneliti sama yaitu skala 5. Kemudian peneliti menyarankan
melakukan observasi skala sesak napas sebelum kepada subyek untuk melakukan teknik ini di waktu
dilakukan tindakan latihan pursed lip breathing senggang atau disaat waktu istirahat agar sesak
menggunakan skala borg. Hasil yang didapat skala napas yang dirasa subyek dapat berkurang.
sesak napas Tn.S sebelum dilakukan tindakan Hari kedua dilakukan kembali latihan pursed lip
latihan pursed lip breathing yaitu skala 5 (sesak breathing. Hasil observasi skala sesak napas Tn.N
berat). Observasi sebelum dilakukan tindakan setelah dilakukan tindakan yaitu dengan skala 3.
latihan pursed lip breathing hanya dilakukan pada Hari ketiga di lakukan latihan pursed lip breathing,
hari 1. setelah dilakukan tindakan skala sesak napas Tn.S
Setelah di observasi skala sesak napas, Tn.S menjadi skala 2. Hari keempat dilakukan latihan
diminta untuk melakukan latihan pursed lip pursed lip breathing, setelah dilakukan tindakan,
breathing dalam posisi duduk sambil memegang sesak napas Tn.S menurun menjadi skala 1. Hari
perutnya sendiri. Kemudian melakukan inspirasi kelima dilakukan kembali latihan pursed lip
maksimal melalui hidung dalam hitungan tiga lalu breathing setelah dilakukan tindakan, skala sesak
membungkuk ke depan dan ekspirasi keluarkan napas Tn.N yaitu 0,5.
melalui mulut perlahan dengan mulut sedikit terbuka

Tabel 1. Lembar observasi sebelum dan sesudah dilakukan latihan pursed lip breathing hari-1

skala Severity Sebelum Sesudah


0 Tidak ada sesak
sama sekali
0,5 Sesak sangat ringan
sekali
1 Sesak sangat ringan

2 Sesak ringan
3 Sesak sedang
4 Sesak kadang berat
5 Sesak berat
6-7 Sesak napas sangat
berat
8-9 Sangat-sangat parah
(hampir maksimum)
10 Maksimum

Tabel 2. Skala sesak napas sesudah dilakukan latihan pursed lip breathing

Skala Severity H-1 H-2 H-2 H-4 H-5


borg
0 Tidak ada sesak sama
sekali
0,5 Sesak sangat ringan
sekali
1 Sesak sangat ringan
2 Sesak ringan
3 Sesak sedang
4 Sesak kadang berat
5 Sesak berat
6-7 Sesak napas sangat
berat

13
8-9 Sangat-sangat parah
(hampir maksimum)
10 Maksimum

Gambar 1. Rentang skala sesak napas sebelum dan sesudah di lakukan latihan pursed lip breathing

10 8-9 6-7 5 4 3 2 1 0,5 0


sebelum sesudah

Hari pertama sebelum dilakukan latihan pursed membungkuk ke depan dan ekspirasi keluarkan
lip breathing peneliti mengumpulkan data dengan melalui mulut perlahan dengan mulut sedikit terbuka
cara wawancara, pemeriksaan fisik dan seperti bersiul. latihan pursed lip breathing ini
mengobservasi skala sesak dengan cara mengukur dilakukan selama 5 menit. Setelah itu Tn.N diminta
dan mencatat nilai skala borg pada Tn.N. Sebelum kembali untuk menilai sesak yang dirasakannya.
dilakukan pengukuran Tn.N diterangkan terlebih Hasil yang didapat skala sesak napas Tn.N masih
dahulu mengenai rencana terapi, cara kerja terapi, sama yaitu 4. Kemudian peneliti menyarankan
dan hasil yang akan dicatat. Kemudian peneliti kepada subyek untuk melakukan teknik ini di waktu
melakukan observasi skala sesak napas sebelum senggang atau disaat waktu istirahat agar sesak
dilakukan tindakan latihan pursed lip breathing napas yang dirasa subyek dapat berkurang.
menggunakan skala borg. Hasil yang didapat skala Hari kedua dilakukan kembali latihan pursed lip
sesak napas Tn.S sebelum dilakukan tindakan breathing. Hasil observasi skala sesak napas Tn.N
latihan pursed lip breathing yaitu skala 4 (sesak setelah dilakukan tindakan yaitu 3. Hari ketiga di
kadang berat). Observasi sebelum dilakukan lakukan latihan pursed lip breathing, setelah
tindakan latihan pursed lip breathing hanya dilakukan tindakan skala sesak napas Tn.N menjadi
dilakukan pada hari 1. 2. Hari keempat dilakukan latihan pursed lip
Setelah di observasi skala sesak napas, Tn.N breathing, setelah dilakukan tindakan sesak napas
diminta untuk melakukan latihan pursed lip Tn.N menurun menjadi 1. Kemudian pada hari lima
breathing dalam posisi duduk sambil memegang dilakukan kembali latihan pursed lip breathing,
perutnya sendiri. Kemudian melakukan inspirasi setelah dilakukan tindakan skala sesak napas Tn.N
maksimal melalui hidung dalam hitungan tiga lalu yaitu 1.

Tabel 3. Lembar observasi sebelum dan sesudah dilakukan latihan pursed lip breathing hari-1

Skala Severity Sebelum Sesudah


0 Tidak ada sesak sama
sekali
0,5 Sesak sangat ringan
sekali
1 Sesak sangat ringan
2 Sesak ringan
3 Sesak sedang
4 Sesak kadang berat
5 Sesak berat
6-7 Sesak napas sangat
berat
8-9 Sangat-sangat parah
(hampir maksimum)
10 Maksimum

14
Tabel 4. Skala sesak napas sesudah di lakukan latihan pursed lip breathing

Skala Severity H-1 H-2 H-3 H-4 H5


borg
0 Tidak ada sesak sama sekali
0,5 Sesak sangat ringan sekali
1 Sesak sangat ringan
2 Sesak ringan
3 Sesak sedang
4 Sesak kadang berat
5 Sesak berat
6-7 Sesak napas sangat berat
8-9 Sangat-sangat parah (hampir
maksimum)

10 Maksimum

Gambar 2. Rentang Skala sesak napas sebelum dan sesudah di lakukan latihan pursed lip breathing

10 8-9 6-7 5 4 3 2 0,5 0


1
sebelum sesudah
hh

PEMBAHASAN skala sesak napas klien mengalami penurunan


Hasil penelitian tentang penerapan pursed lip mencapai skala 1 (sesak sangat ringan).
breathing exercise pada 2 penderita asma, Latihan pernapasan pursed lip breathing
ditemukan adanya penurunan skala sesak napas dilakukan untuk meningkatkan tekanan saluran
antara sebelum dan sesudah diberikan tindakan pernapasan ekspirasi, memperbaiki oksigenasi
keperawatan mandiri pursed lip breathing exercise. darah, dan membantu mencegah penutupan jalan
Subyek 1 (Tn.S) pada hari pertama hasil nafas (Beckmann et al., 2016). Tujuan dari Pursed
observasi skala sesak napas sebelum dilakukan lip breathing exercise adalah untuk mencapai
tindakan keperawatan mandiri pursed lip breathing ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta
exercise yaitu 5 (sesak napas berat). Setelah mengurangi kerja pernapasan, meningkatkan inflasi
dilakukan latihan pursed lip breathing exercise alveolar maksimal, relaksasi otot dan
selama 5 hari dengan durasi 5 menit/hari, skala menghilangkan ansietas dan mencegah pola
sesak napas klien setiap hari mengalami penurunan aktivitas otot pernapasan yang tidak berguna,
yang signifikan, hingga pada hari ke 5 skala sesak melambatkan frekuensi pernapasan, mengurangi
napas klien setelah dilakukan tindakan keperawatan udara yang terperangkap, serta mengurangi kerja
mandiri pursed lip breathing exercise mencapai bernafas (Brunner, 2010).
skala 0,5 (sesak sangat ringan sekali). Penurunan skala sesak napas pada 2 penderita
Pursed lip breathing exercise mampu asma ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang
meningkatkan tekanan jalan napas sehingga jalan dilakukan oleh Eko Suyantoro et al., tahun 2017,
napas akan tetap terbuka dan udara yang terjebak bahwa karakteristik usia responden pada penelitian
dapat dikeluarkan dengan mudah dan pemulihan ini sebanyak 12 orang kelompok pursed lips
kemampuan otot pernafasan akan meningkatkan breathing dan 11 orang kelompok 6 MWT (Six
compliance paru, sehingga ventilasi lebih adekuat Minutes Walk Test) berumur antara 61–65 tahun.
dan menunjang oksigenasi jaringan (Black, & Hasil yang diperoleh adanya perbedaan
Hawks, 2014). Sedangkan pada subjek 2(Tn.N) peningkatan nilai FEV1 yang signifikan antara
sebelum dilakukan tindakan keperawatan mandiri sebelum dan sesudah dilakukan pursed lips
pursed lip breathing exercise, skala sesak napas breathing exercise dan six minutes walk test pada
klien pada hari 1 yaitu skala 4 (sesak kadang berat). pasien COPD stabil. Pursed lips breathing
Setelah dilakukan latihan pursed lip breathing mempunyai kecenderungan yang lebih besar dalam
exercise selama 5 hari dengan durasi 5 menit/hari,
15
meningkatkan nilai FEV1 dibandingkan dengan six Lingkungan kerja
minutes walk test. Subyek 1 (Tn.S) bekerja sebagai pedagang,
Penelitian yang dilakukan oleh Adhitiya Kusuma sehingga klien lebih banyak menghabiskan
Bakti tahun 2016, bahwa jumlah sampel yang waktunya di dalam ruangan. Sedangkan pada
didapatkan sebanyak 30 penderita PPOK, dimana subyek 2 (Tn.N) bekerja sebagai buruh bangunan,
responden dibagi menjadi dua kelompok satu klien bekerja di luar ruangan dan sering menakar
kelompok kontrol, satu kelompok perlakuan dimana semen dan pasir yang kemudian diaduk sehingga
prosentase distribusi usia didapatkan hasil menjadi adonan semen yang siap pakai.
responden terbanyak adalah berusia 45 – 46 tahun Lingkungan kerja mempunyai hubungan
sebanyak 11 responden. Hasil perhitungan uji langsung dengan penyeba terjadinya asma, hal ini
statistik, dapat disimpulkan bahwa ada Pengaruh berkaitan dengan dimana dia bekerja (Wahid, &
pursed lip breathing exercise terhadap penurunan suprapto, 2013). Lingkungan berpengaruh terhadap
tingkat sesak napas pada Penyakit Paru Obstruksi eksaserbasi asma hal ini disebabkan oleh
Kronik (PPOK) (Lolo, & Tulak, 2019). Selain itu juga penghirupan melalui saluran pernapasan (inhalasi)
hasil yang didapat dari Widiyani tahun 2015, pasien agen-agen sensitisasi atau iritan yang terdapat
yang dilakukan latihan pursed lips breathing dalam lingkungan kerja. Agen-agen tersebut dapat
mengalami penurunan frekuensi napas, penurunan berupa debu, percikan (droplet), dan gas.
denyut nadi, serta peningkatan saturasi oksigen Gangguan pernapasan pada penderita asma
(Widiyani, 2015). disebabkan oleh agen-agen iritan, yang ditandai
Sejalan dengan teori diatas penelitian yang penyumbatan (obstruksi) saluran pernapasan akut
dilakukan oleh Fahrur, Tintin, & Ririn, tahun 2018, yang dapat pulih, edema (pembengkakan) dan
hasil penelitian menunjukan bahwa ada peradangan saluran pernapasan disertai dengan
peningkatan signifikan score parameter vital dan produksi lendir. Secara klinis, agen sensititasi
parameter pernafasan, yaitu penurunan denyut merangsang produksi suatu imonoglobulin E (IgE)
nadi, penurunan tekanan sistolik, penurunan spesifik pada individu yang rentan (hipersensitivitas
tekanan diastolic, penurunan laju pernapasan, tipe I) (Anies, 2010).
meningkatkan SaO2, dan menurunkan PEFR pada Eksaserbasi asma (serangan asma atau asma
kelompok eksperimen (Fahrur, Tintin, & Ririn, 2018; akut) adalah episode peningkatan progresif dari
Tarwoto, Aryani, & Wartonah, 2009). Begitupun sesak napas, batuk, wheezing, dada terasa berat,
hasil penelitian dari Sari, tahun 2016, atau beberapa kombinasi dari gejala-gejala
mengemukakan bahwa teknik Pursed lip breathing tersebut. Resiko berkembangnya eksaserbasi asma
jika dilakukan secara teratur dapat meningkatkan merupakan interaksi antara faktor pejamu (host
Ventilasi alveolar sehingga akan terjadi ikatan O2 factor) dan faktor lingkungan (Wibowo, 2017).
dengan hemoglobin dengan perfusi yang memadai,
ditandai dengan adanya peningkatan saturasi Aktivitas fisik
oksigen(Sari, 2016). Subyek 1 memiliki pekerjaan sebagai pedagang
Berdasarkan hasil penelitian penerapan pursed sehingga menyebabkan dia lebih banyak duduk dan
lip breathing exercise untuk mengurangi sesak aktivitas fisik yang dilakukan klien tergolong
napas pada 2 penderita asma diatas, terdapat aktivitas ringan. Selain itu, subyek 1 juga lebih
perbedaan hasil penurunan skala sesak napas pada banyak menghabiskan waktunya di rumah untuk
kedua subyek. Subyek 1 (Tn.S) mengalami nonton tv dan bermain dengan cucunya. Sewaktu
penurunan yang signifikan yaitu sebelum dilakukan istirahat jika klien sesak klien menerapkan teknik
tindakan skala sesak napas Tn.S yaitu skala 5 pursed lip breathing exercise. Sedangkan pada
setelah dilakukan latihan pursed lip breathing subyek 2 pekerjaannya sebagai buruh bangunan,
selama 5 hari skala sesak klien menurun menjadi yang mengharuskan klien beraktivitas fisik yang
skala 0.5 sehingga pada Tn.S terjadi penurunan lebih berat dibandingkan subyek 1. Subyek 2 juga
skala sesak napas sebesar 4.5, Sedangkan pada menerapkan teknik pursed lip breathing exercise di
subyek 2 (Tn.N) sebelum dilakukan tindakan skala waktu istirahatnya.
sesak napas Tn.N yaitu skala 4 setelah dilakukan Aktivitas fisik yang berat mempunyai 2 efek yang
latihan pursed lip breathing selama 5 hari skala berbeda yaitu bronkodilatasi dan bronkokontriksi.
sesak klien menurun menjadi skala1 sehingga Bronkodilatasi terjadi karena lepasnya katekolamin
terjadi penurunan skala sesak napas sebesar 3. sedangkan brokokontriksi karena lepasnya
Perbedaan penurunan skala sesak pada subyek 1 mediator (Wahid, & suprapto, 2013). Selama
dan 2 ini di pengaruhi oleh beberapa faktor beraktivitas berat, keseimbangan tonus otot polos
diantaranya: bronkus lebih cenderung pada efek yang
menimbulkan bronkodilatasi. Pada akhir latihan
16
pengaruh saraf otonom yang menimbulkan dilatasi tidak merasa khawatir dengan keadaannya saat ini,
segera berakhir, akibatnya mediator bronkokontriksi klien merasa dirinya harus istirahat dan menjaga
lebih dominan dan menimbulkan brokokontrisi pada kesehatanya lebih baik lagi. Gangguan emosi dapat
otot bronkus. Untuk mensintesis mediator menjadi pencetus terjadinya serangan asma, selain
dibutuhkan waktu, sehingga penderita mengalami itu juga bisa memperberat serangan asma yang
priode refrakter untuk terjadinya asma akibat sudah ada. Disamping gejala asma harus segera
aktivitas berat (Melani, 2021). diobati penderita asma yang mengalami stress
harus diberi nasehat untuk menyelesaikan
Merokok masalahnya (Renowati, 2019).
Subyek 1 mengatakan setelah dia mengetahui Stresor mempunyai kemampuan untuk
mengidap penyakit asma ± 10 tahun yang lalu, ia mengaktifkan SNS. Stimulasi SNS menghasilkan
berhenti merokok. Sedangkan subyek 2 masih pelepasan sistemik epinefrin dan norepinefrin.
merokok walau jarang-jarang. Asap rokok Reseptor adrenergik berada pada sel T dan B,
merupakan allergen yang tergolong sebagai reseptor tersebut dapat mengatur bentuk respons
allergen inhalan yaitu allergen yang masuk ke humoral yang terlibat dalam asma meliputi
saluran pernapasan, paparan asap rokok sangat pelepasan interleukin (IL)-4, IL-5 dan IL-13
berperan dalam terjadinya penurunan fungsi paru mengikuti paparan alergen, pelepasan histamin
dimana asap rokok merupakan campuran komplek oleh aktivasi sel mast, perekrutan eosinofil dan
antar 4.000 bahan kimia, termasuk radikal bebas aktivasi eosinofil di jalan napas. Aktivasi PNS akan
dan oksidan dalam konsentrasi tinggi (Wahid, & menyebabkan pelepasan neurotransmiter
suprapto, 2013). Merokok dapat menyebabkan asetilkolin yang menyebabkan bronkokonstriksi dan
konstriksi bronkiolus terminal paru-paru, yang sekresi mukus (Yubhar, 2013).
meningkatkan resistensi aliran udara ke dalam dan Stres dan faktor psikologis telah dihubungkan
keluar paru-paru. Efek iritasi asap rokok itu sendiri dengan gejala asma, bronkokonstriksi dan
menyababkan peningkatan sekresi cairan ke dalam penurunan rata-rata arus pulmoner pada penderita
cabang-cabang bronkus, juga pembengkak lapisan asma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
epitel. Nikotin yang ada dalam kandungan rokok adanya faktor risiko stres terhadap penderita asma.
melumpuhkan silia pada permukaan sel epitel penelitian observasional analitik dengan
pernapasan yang normalnya terus bergerak untuk pendekatan cross-sectional. Sebanyak 50 subjek
memindahkan kelebihan cairan dan partikel asing penelitian yang dipilih dengan exhaustive sampling
dari saluran pernapasan. Akibatnya, lebih banyak menunjukan pasien asma dengan tingkat stres yang
debris terakumulasi di jalan napas dan menambah tinggi memiliki kemungkinan untuk mengalami
kesukaran bernapas (Permadi, 2017; Putri, serangan asma sering 13,39 kali lebih besar
Budisetyawan, & Noerwahjono, 2018). daripada pasien yang tingkat stresnya rendah
Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif (OR=13,39; CI 95% 2,61 sd 68,77; p=0,002).
intermitten, reversibel di mana trakea dan bronki Kesimpilan terdapat hubungan yang secara statistik
berespons secara hiperaktif terhadap stimuli signifikan antara stres dengan frekuensi serangan
tertentu (Winardi, 2013). Morbiditi dan mortaliti pada pasien asma. Tingkat stres tinggi
pasien asma meningkat pada mereka yang meningkatkan frekuensi serangan asma (Wahyu et
merokok dibanding dengan tidak merokok. Cara al., 2013).
penarikan sampel dengan menggunakan purposive
sampling dengan jumlah sampel sebanyak 43 SIMPULAN
responden. Hasil penelitian menunjukkan ada Teknik pursed lip breathing exercise dapat
hubungan yang signifikan antara kebiasaan mengurangi skala sesak napas secara signifikan
merokok dengan tingkat keparahan asma bronkial pada subyek 1 (Tn.S), sedangkan pada subyek 2
yang ditandai dengan nilai ρ (0,015) < nilai alpha (Tn.N) dapat menurunkan skala sesaknya tetapi
(0,05). tidak signifikan karena beberapa faktor: lingkungan
kerja, aktivitas fisik, merokok, dan stress.
Stress Berdasarkan kesimpulan di atas berhasil atau
Subyek 1 merasa khawatir karena istrinya sudah tidaknya penerapan pursed lip breathing exercise
1 minggu ini demam, sedangkan disaat yang pada pasien asma di tentukan oleh beberapa faktor,
bersamaan klien juga mengalami serangan asma termasuk faktor-faktor di atas.
yang membuat dirinya merasa sesak napas dan
sulit beraktivitas berat sehingga mengganggu
produktivitas kerja klien disiang hari. Sedangkan
subyek 2 mendapat dukungan dari istrinya, klien
17
DAFTAR PUSTAKA Juni2019 (Doctoral dissertation, Universitas
Hasanuddin).
Afandi, I. (2013). Anatomi fisiologi sistem
pernapasan. Diunduh pada tanggal 2 Januari
Ikawati, Z. (2014). Penyakit sistem pernafasan dan
2018, dari
https://www.slideshare.net/mobile/RningtyasAg tatalaksana terapinya. Yogyakarta: Bursa Ilmu.
AAQBAJ&hl=id&source=gbs_navlinks_s
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Anies. (2010). Penyakit akibat kerja. Diunduh pada (2015). Profil Kesehatan Indonesia. Diakses
tanggal 28 Mei 2018, dari dari:
https://books.google.co.id/books?redir_esc=y& https://www.kemkes.go.id/resources/download/
hl=id&id=SeM8DwAAQBAJ&q=ASMA#v=snipp
pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-
et&q=ASMA&f=false
kesehatan-Indonesia-2015.pdf
Arifuddin, A., Rau, M. J., & Hardiyanti, N. (2019).
Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Khasanah, S., & Maryoto, Madyo. (2014). Efektifitas
kejadian Asma di Wilayah Kerja Puskesmas posisi condong ke depan (ckd) dan pursed lips
Singgani Kota Palu. Healthy Tadulako Journal breathing (plb) terhadap peningkatan saturasi
(Jurnal Kesehatan Tadulako), 5(1), 13-18. oksigen pasien penyakit paru obstruktif kronik
(ppok). Diunduh pada tanggal 8 November
Azhar, A. H., & Berawi, K. (2015). Hubungan
rutinitas senam asma terhadap faal paru pada 2017,dari
penderita asma. Jurnal Majority, 4(9), 103-107. http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn120120
10/article/view/1200
Bakti, A. K. (2015). Pengaruh pursed lip breathing
exercise terhadap penurunan tingkat sesak Larasati, M. D. (2018). Pola peresepan obat pada
napas pada penyakit paru obstruksi kronik
penderita penyakit asma anak usia 12-18 tahun
(ppok) di balai besar kesehatan paru
masyarakat (bbkpm) surakarta . EPRINTS. di poli rawat jalan balai kesehatan masyarakat
Diunduh pada tanggal 11 Desember 2017, dari (balkesmas) klaten tahun 2017 (Doctoral
http://eprints.ums.ac.id/40106/1/ dissertation, STIKES Muhammadiyah Klaten).

Beckmann, C.R.B., et al. (2016). Mosby’s medical Marni. (2014). Asuhan keperawatan pada anak sakit
dictionary, ed 10th. Diunduh pada tangggal 12 dengan gangguan pernapasan. Yogyakarta:
Desember 2017, dari
Gosyen Publising.
https://books.google.co.id/books

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Melani, M. F. (2021). Asuhan keperawatan tn. K
medikal bedah ed 8. Singapore: Elsevier. dengan penyakit paru obstruktif kronis (ppok)
pada lanjut usia di ruang cempaka rsud
Brunner, L. S. (2010). Brunner & Suddarth's panembahan senopati bantul (Doctoral
textbook of medical-surgical nursing (Vol.
1). Lippincott Williams & Wilkins. dissertation, Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta).naskah%20publikasi.pdf
Danusantoso, H. (2012). Buku saku ilmu penyakit
paru, ed 2. Jakarta: EGC. Nurarif, A & Kusuma, H. (2015). Aplikasi auhan
keperawatan bedasarkan diagnose medis
Fahrur, R., Tintin, S., & Ririn, P. (2018). Effect of nanda nic-noc, jilid 1. Jogjakarta: Madiaction
Pursed Lips Breathing and Distract Auditory
Stimuli Against Dyspnea.
Nursalam. (2013). Metodelogi penelitian ilmu
Ihsan, M. (2019). Karakteristik Foto Thorax pada keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di RS
Unhas Makassar, Periode Januari-

18
Oemiati, R. (2013). Kajian epidemiologis penyakit
paru obstruktif kronik (PPOK). Media Penelitian Wahid, A., & Suprato, I. (2013). Asuhan
dan Pengembangan Kesehatan, 23(2), 20807 keperawatan pada gangguan sistem respirasi.
Jakarta: TIM.
Permadi, B. A. (2017). Hubungan kebiasaan
merokok dengan kapasitas vital paru pada polisi Wahyu, C., Pepin, N., & Hexawan, T. (2013).
lalu lintas di polres pemalang (Doctoral Analisa Faktor-faktor Pencetus Derajat
Serangan Asma Pada Penderita Asma Di
dissertation, Muhammadiyah University of
Puskesmas Perak Kabupaten Jombang Tahun
Semarang). 2013. Jurnal Metabolisme, 2(3), 1-7.

Putri, A. N., Budisetyawan, F. E., & Noerwahjono, A. Wibowo, A. (2017). Hubungan antara faktor resiko
(2018). Analisis Lingkungan Kerja dan pajanan lingkungan dengan kasus eksaserbasi
Karakteristik Pekerja Terhadap Faal Paru asma bronkial di pringsewu, lampung. Diunduh
Pekerja Industri Papan Semen Rata (Studi pada tanggal 28 Mei 2018, dari
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index
Kasus di PT “X” Malang). Herb-Medicine
Journal, 1(2). Widiyani, C. T. C. (2015). Pengaruh Pursed Lips
Breathing Exercise Terhadap Arus Puncak
Renowati, I. (2019). Laporan Akhir Program Profesi Ekspirasi (Ape) Pada Pasien Bronkitis Kronis Di
Ners Asuhan Keperawatan pada Pasien TB Poli Spesialis Paru B Rumah Sakit Paru
Paru di Ruang Mawar RSUD Mardi Waluyo Kota Kabupaten Jember.
Blitar (Doctoral dissertation, STIKes Patria
Wijaya, A., & Putri, Y. (2013). Keperawatan medikal
Husada Blitar).
bedah 1, keperawatan dewasa. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Sari, N. K. (2016). Effect of self efficacy pursed lip
breathing to decrease tightness and improved Winardi, A. (2013). “Hubungan kebiasaan merokok
oxygen saturation in patients with Chronic dengan tingkat keparahan asma bronkial di
Obstructive Pulmonary Disease Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
(BBKPM) Makassar”. Diunduh pada tanggal 28
(COPD). International Journal of Medical
Mei 2018, dari
Research & Health Sciences, 5(3), 17-21. http://ejurnal.stikespemkabjombang.ac.id/index.
php/Juli-2013/article/view/33
Suryantoro, E., Isworo, A., & Upoyo, A. S. (2017).
Perbedaan efektivitas pursed lips breathing Yubhar, Y. (2013). Keefektifan Cognitive Behavior
dengan six minutes walk test terhadap forced Therapy Untuk Menurunkan Tingkat
expiratory. JKP, vol 5 no 2. Kecemasan, Meningkatkan Skor Kontrol Asma
Dan Meningkatkan Kualitas Hidup Pasien Asma
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-
Di RS. Dr. Moewardi Surakarta (Doctoral
2/20435214-SP-Eva%20 dissertation, UNS (Sebelas Maret University)).

Tarwoto, Aryani, R., & Wartonah. (2009). Anatomi Yuliani, E. (2016). Optimalisasi pemenuhan
fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta: kebutuhan oksigenisasi melalui pursed lip
TIM.tcover&output=reader&hl=id&pg=GBS.PP2 breathing exercise dengan pendekatan model
.w.15.0.9upload/5900_pdf.pdf&did=5900 konservasi levine.

19

You might also like