Artikel PTK 03

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Ilmiah CIRCUIT Vol. 1 No.

1 Juli 2015

MENINGKATKAN PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN


PENGAJARAN BERBASIS INKUIRI PADA SISWA KELAS VII.3 SMP NEGERI 2
PEUSANGAN BIREUEN

Meutiana
Guru SMP Negeri 2 Peusangan, Kabupaten Bireuen

Abstract
In learning something well, we need to listen, look and ask the question about it and discuss
it with others. Not only that, students need to “do” it, such as by describing something with
their own ways, showing the examples, trying to apply the skills and doing the tasks which
need the acquired knowledge. The problems examined in this study were (a) How is the
increase of students’ achievement by using the inquiry based instruction? (b) How is the
influence of the inquiry based instruction towards students’ motivation? The purposes of
this study were (a) to determine students’ understanding and achievement in Natural
Sciences subject after conducting the inquiry based instruction, (b) to determine the
influence on students’ motivation by using the inquiry based instruction. The three-cycle
class room action research design was used in this study. Each cycle consists of four stages
namely: planning, observing, reflection and revision.The subject in this research was
students of Class VII.3 of SMP Negeri 2 Peusangan. The data obtained were formative test
results and the observation sheets of teaching-learning activities. Based on the findings, it
can be seen that students’ achievement increased from cycle I (65%) to cycle II (91 %). The
conclusion of this study was the inquiry basedinstructionpositively influenced students’
motivation of Class VII.3 of SMP Negeri 2 Peusangan. In addition, the inquiry
basedinstruction can be used as one of alternative learning methods in Natural Sciences.

Kata Kunci: prestasi belajar, model inkuiri.

PENDAHULUAN
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia adalah rendahnya
mutu pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah
dilakukan untuk menigkatkan mutu pendidikan Nasional, antara lain melalui berbagai
pelatihan dan peningkatan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan
alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikanlain, dan peningkatan mutu
manajemen sekolah, namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum
menunjukkan peningkatan yang memadai.1
Mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi
otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan
mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan

1
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 5

Meutiana 20
Jurnal Ilmiah CIRCUIT Vol. 1 No. 1 Juli 2015

hasil belajar yang langgeng. Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah
kegiatan pengajaran berbasis inkuiri.2
Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat,
mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang lain. Bukan cuma itu,
siswa perlu “mengerjakannya”, yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri,
menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan, dan mengerjakan tugas
yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah satu metode
pembelajaran, yaitu metode pembelajaran berbasis inkuiri untuk mengungkapkan apakah
dengan model berbasis inkuiri dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi sains.
Dalam metode pembelajaran berbasis inkuiri siswa lebih aktif dalam memecahkan untuk
menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara
memecahkan masalah itu.
Pada akhirnya diharapkan, melalui penerapan metode pembelajaran berbasis inkuiri
itu nantinya bisa memicu dan memacu tumbuhnya semangat kebersamaan, saling
membantu dan saling memotivasi di antara siswa, yang pada gilirannya juga bisa
meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar mereka pada bidang studi biologi,
khususnya pada materi dan atau Kompetensi Dasar: “Mengidentifikasi ciri-ciri makhluk
hidup”.
Menurut Sanjaya dalam Surakhmad, pembelajaran inkuiri adalah rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan3.
Pembelajaran inkuiri dibangun dengan asumsi bahwa sejak lahir manusia memiliki
dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam
di sekililingnya tersebut merupakan kodrat sejak ia lahir ke dunia, melalui indra
penglihatan, indra pendengaran, dan indra-indra yang lainnya. Keingin tahuan manusia
terus menerus berkembang hingga dewasa dengan menggunakan otak dan pikirannya.
Pengetahuan yang dimilikinya akan menjadi bermakna manakala didasari oleh
keingintahuan tersebut.4

2
Gordon, Thomas, Guru Yang Efektif ..., hal 60
3
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Penerbit PT Remaja, 1989), hal.
73
4
Winarno Surakhmad, Metodologi Pengajaran Nasional ..., hal 81

Meutiana 21
Jurnal Ilmiah CIRCUIT Vol. 1 No. 1 Juli 2015

Tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat


mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting
dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata
menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui
kegiatan belajar.5
Menurut Winarno Surakhmad, belajar dapat dipandang sebagai hasil, sebagai proses
dan sebagai sebuah fungsi. Belajar dipandang sebagai hasil bilamana guru terutama hanya
melihat bentuk terakhir dari berbagai pengalaman interaksi edukatif yang diperhatikan
adalah menampaknya sifat dan tanda-tanda tingkah laku yang dipelajari.6
Adapun belajar dipandang sebagai proses dimaksudkan adalah sebagai proses di
mana guru terutama melihat apa yang terjadi selama murid menjalani pengalaman-
pengalaman edukatif untuk mencapai sesuatu tujuan. Yang diperhatikan adalah pola-pola
tingkah laku selama pengalaman belajar itu berlangsung. Selanjutnya, belajar dipandang
sebagai fungsi dimaksudkan adalah bila perhatian ditujukan pada aspek-aspek yang
menentukan atau yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku manusia di dalam
pengalaman edukatif.
Sementara itu menurut Moh. Surya: “Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses
yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya”.7
Selanjutnya perlu dikemukakan di sini, bahwa hasil belajar (baca, prestasi belajar)
merupakan hasil dari proses yang kompleks. Hal itu disebabkan banyak faktor yang
mempengaruhi hasil atau prestasi belajar. Secara garis besar, faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil atau prestasi belajar itu dapat dibedakan atas dua macam, yaitu faktor
dari dalam diri individu (baca, subyek didik) atau disebut faktor internal, dan faktor dari
luar diri subyek didik, atau disebut faktor eksternal.
Baik buruknya kualitas kedua faktor ini akan banyak berpengaruh terhadap baik
buruknya hasil atau prestasi belajar. Semakin baik kondisi atau kualitas kedua faktor

5
Nana Sudjana, Penilaian Hasil …, hal 84
6
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 1991,
hal. 83
7
Sulipan, Artikel Bimbingan Karya Tulis Ilmiah Online, “Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research)”, http://www.ktiguru.org/

Meutiana 22
Jurnal Ilmiah CIRCUIT Vol. 1 No. 1 Juli 2015

tersebut dimiliki oleh subyek didik, maka cenderung semakin baik hasil atau prestasi belajar
yang bisa dicapai. Demikian pula sebaliknya, semakin buruk kondisi atau kualitas kedua
faktor dimaksud, maka cenderung semakin buruk pula hasil atau prestasi belajar yang
dicapai.

PEMBAHASAN

Metodelogi Penelitian
Menggunakan metode Analisis Deskriptif penelitian tindakan kelas yaitu studi yang
digunakan untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menafsirkan dan menyimpulkan
data sehingga diperoleh gambaran yang sistematis dalam peningkatan aktivitas dan hasil
belajar.
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Kurl
Lewin yang terdiri dari 4 tahap yaitu:8
1. Perencanaan (Planning)
2. Pelaksanaan Tindakan (Action)
3. Pengamatan (Observing)
4. Refleksi (Reflection)

Lokasi, Subyek dan Waktu Penelitian


Seperti telah disinggung pada bagian terdahulu, lokasi atau tempat dilaksanakannya
penelitian ini adalah SMP Negeri 2 Peusangan yang terletak di ibu kota wilayah Kecamatan
Peusangan, Kabupaten Bireuen, Propinsi Aceh. Adapun subyek penelitian dalam hal ini
adalah siswa Kelas VII.3 Semester II SMP Negeri 2 Peusangan Tahun Pelajaran 2013/2014.
Selanjutnya berkaitan dengan masalah waktu, penelitian ini dilaksanakan dalam
rentang waktu selama kurang lebih 3 (tiga) bulan, mencakup keseluruhan tahapan yang
diperlukan, mulai dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penulisan laporan
penelitian. Tepatnya, penelitian ini dijadwalkan dan dilaksanakan mulai awal bulan
Februari sampai dengan akhir bulan April 2014.

8
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 82

Meutiana 23
Jurnal Ilmiah CIRCUIT Vol. 1 No. 1 Juli 2015

Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas, disingkat PTK. Penelitian
tindakan kelas berasal dari istilah Bahasa Inggris Classroom Action Research, yang berarti
penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang
dilakukan terhadap subyek penelitian di kelas tersebut.
Menurut Sulipan, dalam tulisannya yang disusun untuk Program Bimbingan Karya
Tulis Ilmiah Online (http://www.ktiguru.org) berjudul ”Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research)”, pertama kali penelitian tindakan kelas diperkenalkan oleh
Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin
Mc Taggart, John Elliot, Dave Ebbutt dan lainnya. Pada awalnya penelitian tindakan
menjadi salah satu model penelitian yang dilakukan pada bidang pekerjaan tertentu di mana
peneliti melakukan pekerjaannya, baik di bidang pendidikan, kesehatan maupun
pengelolaan sumber daya manusia.
Salah satu contoh pekerjaan utama dalam bidang pendidikan adalah mengajar di
kelas, menangani bimbingan dan konseling, dan mengelola sekolah9. Dengan demikian
para guru atau kepala sekolah dapat melakukan kegiatan penelitiannya tanpa harus pergi ke
tempat lain seperti para peneliti konvensional pada umumnya. Adapun tujuan penelitian
tindakan kelas itu tidak lain adalah untuk memecahkan masalah, memperbaiki kondisi,
mengembangkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
Menurut Suharsimi Arikunto, penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal
yang terjadi di masyarakat atau sekelompok sasaran dan hasilnya langsung dapat dikenakan
pada masyarakat yang bersangkutan. Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan
adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran.
Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahana masalah yang
memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dicoba
sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya, pihak-pihak
yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain.

Hasil Penelitian
Penelitian ini berjalan dalam dua siklus, yang dalam setiap siklusnya berlangsung
dua kali pertemuan atau pembelajaran tatap muka (setiap pertemuan = 2 x 45 menit). Setiap
siklus penelitian terdiri dari 4 (empat) tahap kegiatan utama, yaitu perencanaan, tindakan,

9
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian …, hal. 85

Meutiana 24
Jurnal Ilmiah CIRCUIT Vol. 1 No. 1 Juli 2015

pengamatan dan refleksi. Data yang dikumpulkan dalam setiap siklus adalah data yang
berhubungan dengan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa melalui instrumen
pengumpul data yang telah ditetapkan, dalam hal ini adalah melalui format observasi dan
lembar soal tes yang telah disiapkan oleh guru.

Siklus I
1) Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
2) Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 06
Maret 2014 di Kelas Kelas VII.2 dengan jumlah siswa 23 siswa. Dalam hal ini peneliti
bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran
yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksaaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar
yang telah dilakukan.
Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari jumlah 23 siswa terdapat 15 atau 65 %
yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan 8 siswa atau 35 % belum mencapai
ketuntasan. Adapun dari hasil nilai siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai
tertinggi adalah 85, nilai terendah 55, dengan nilai rata - rata kelas sebesar 70,86.
3) Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil
pengamatan sebagai berikut:
1. Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan
pembelajaran.
2. Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu.
3. Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung.
4) Refesi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan,
sehingga perlu adanya refisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya :
1. Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam
menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung
dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.

Meutiana 25
Jurnal Ilmiah CIRCUIT Vol. 1 No. 1 Juli 2015

2. Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-


informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan.
3. Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa
bisa lebih antusias.

Siklus II
1) Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
2) Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 10
April 2014 di Kelas VII.2 SMP Negeri 2 Peusangan dengan jumlah siswa 23 siswa. Dalam
hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada
rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalah atau
kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pembahasan Hasil
a. Ketuntasan Hasil Belajar
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran model inkuiri
memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat
dari semakin mantapnya pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang telah
disampaikan guru selama ini (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I dan II) yaitu
masing - masing 65 %, dan 91 %. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal
telah tercapai.
b. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
kmodel inkuiri dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif
terhadap peningkatan prestasi belajar siswa dan penguasaan materi pelajaran yang telah
diterima selama ini, yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada
setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
c. Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
Matematika dengan pembelajaran model inkuiri yang paling dominan adalah,

Meutiana 26
Jurnal Ilmiah CIRCUIT Vol. 1 No. 1 Juli 2015

mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa


dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas isiwa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah -
langkah pembelajaran model inkuiri dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang
muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan
kegiatan, menjelaskan materi yang tidak dimengerti siswa, memberi umpan
balik/evaluasi/tanya jawab di mana persentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

SIMPULAN

Kesimpulan utama yang dihasilkan dalam penelitian tindakan kelas ini merupakan
jawaban terhadap masalah penelitian yang telah dirumuskan, sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran model inkuiri pada bidang studi Biologi, khususnya
pada materi atau kompetensi dasar “Mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup”
terbukti telah berhasil meningkatkan sebesar 36,4 % (dari semula 65 % pada siklus I
menjadi 91 % pada akhir siklus II) dari aktivitas belajar siswa Kelas VII.3 Semester
II SMP Negeri 2 Peusangan Tahun Pelajaran 2013/2014.
2. Penerapan model pembelajaran model inkuiri pada bidang studi Biologi, khususnya
pada materi atau kompetensi dasar “Mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup”
terbukti juga telah berhasil meningkatkan sebesar 63,6 % (dari semula 35 % yang
tidak tuntas pada siklus I berkurang menjadi 9 % yang tidak tuntas pada akhir siklus
II) dari prestasi belajar atau ketuntasan belajar siswa Kelas VII.3 Semester I SMP
Negeri 2 Peusangan Tahun Pelajaran 2013/2014. Dengan demikian maka tindakan
guru dalam menerapkan model pembelajaran inkuiri pada bidang studi Biologi di
sini telah berhasil mencapai tujuan yang diinginkan.

Meutiana 27
Jurnal Ilmiah CIRCUIT Vol. 1 No. 1 Juli 2015

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta,
1991.

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasi,


Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2003.

Gordon,Thomas, Guru Yang Efektif, Cara Mengatasi Kesulitan Dalam Kelas, (Penyadur:
Mudjito), Jakarta: CV Rajawali, 1984.

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Penerbit PT Remaja,
1989.

Sulipan, Bimbingan Karya Tulis Ilmiah Online, “Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research)”, http://www. ktiguru.org/

Winarno Surakhmad, Metodologi Pengajaran Nasional, Bandung: Penerbit Jemmars, 1980.

Meutiana 28

You might also like