Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan rangkaian dari proses pembelajaran yang di

dalamnya terdapat suatu aktivitas belajar dan pembelajaran yang dilakukan

oleh siswa dan guru yang bertujuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

Dengan adanya pendidikan diharapkan dapat membawa sebuah perubahan

dari ketidaktahuan menjadi mengetahui hal-hal yang belum dipelajari oleh

siswa sebelumnya.

Berdasarkan UU No 20 tahun 2003 pasal 1 dalam KTSP 2006 bahwa

pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karna itu pendidikan

sangatlah penting dalam mengembangkan potensi yang sangat diperlukan

sebagai bekal peserta didik dalam mengadapai tantangan era global.

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang secara

umum bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara

Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan

kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi

secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (BSNP, 2006:33). Dalam lampiran

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 tahun


2

2006 dikemukakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah mata

pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi

agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga

negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh

Pancasila dan UUD 1945. PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang

memenuhi tuntutan tujuan pendidikan dasar yaitu untuk mengembangkan

kehidupan siswa sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan

anggota umat manusia. Mata pelajaran ini berfungsi sebagai pendidikan nilai,

yaitu mata pelajaran yang mensosialisasikan dan menginternalisasikan nilai-

nilai pancasila/budaya bangsa seperti yang terdapat pada kurikulum PKn SD

(Ruminiati 2007: 1.30). Sehingga PKn menjadi salah satu mata pelajaran

yang sangat penting bagi siswa.

Berdasarkan kebijakan kurikulum KTSP, siswa dituntut untuk aktif

dalam proses belajar mengajar, dengan demikian guru harus mampu

membimbing siswa untuk aktif dan berpikir kritis sejak dini. Berdasarkan

kegiatan observasi dan pengalaman mengajar peneliti di SD N 06 Pulau

Punjung, proses belajar mengajar pendidikan kewarganegaraan masih jauh

dari apa yang diharapkan. Akibatnya ada beberapa masalah yang muncul

dalam proses pembelajaran PKn. Pertama, kegiatan pembelajaran masih

didominasi oleh aktivitas guru yaitu dengan pengunaan metode konvensional

saat menerangkan materi pelajaran. Siswa cenderung merasa jenuh sehingga

proses pembelajaran menjadi kurang bermakna bagi mereka. Kedua,

rendahnya hasil belajar siswa. Ini terlihat dari hanya 5 orang dari siswa

mampu mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Berdasarkan

observasi yang dilakukan pada siswa kelas V SD N 06 Pulau Punjung dalam


3

pembelajaran PKn pada tahun ajaran 2017/2018 menunjukan hasil belajarnya

jauh dari KKM yang ditentukan yaitu 75, guru hanya mentransfer ilmu yang

dimilikinya kepada siswa tanpa memperhatikan pendekatan yang

dipergunakan dengan cenderung mendominasi kegiatan pembelajaran. Guru

menggunakan metode ceramah dan latihan yang kemudian diperiksa bersama

di dalam kelas, dan siswa dibiarkan menjadi pendengar yang baik.

Rendahnya hasil belajar PKn merupakan suatu masalah yang

teridentifikasi dari kegiatan pembelajaran di kelas V SD N 06 Pulau Punjung,

disebabkan oleh beberapa hal antara lain (1) strategi dalam mengajar belum

dilaksanakan dengan baik, (2) metode yang digunakan kurang sesuai dengan

materi pembelajaran dan kondisi perkembangan siswa, (3) guru cenderung

menggunakan metode ceramah dan latihan, (4) kemampuan guru dalam

menyampaikan materi pembelajaran sangat rendah sehingga mengakibatkan

siswa merasa bosan, (5) kurangnya inovasi guru dalam mengembangkan

metode dan alat peraga yang menunjang pembelajaran sehingga

mengakibatkan siswa kurang mampu menganalisis penjelasan/keterangan

yang disampaikan guru, (6) siswa tidak terlibat secara menyeluruh dalam

pembelajaran, (7) guru masih mendominasi kegiatan pembelajaran, dan (8)

siswa tidak terlibat bekerjasama dalam pembelajaran.

Proses pembelajaran membutuhkan pendekatan yang tepat. Menurut

Rousseau (dalam Sardiman, 2011: 97), proses belajar tidak mungkin terjadi

tanpa adanya aktivitas. Olehkarna itu aktivitas belajar siswa merupakan salah

satu hal yang harus menjadi perhatian guru saat mengajar.

Sanjaya (2008:132) menyatakan bahawa belajar bukanlah menghafal


4

sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat memperoleh

pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Aktivitas-aktivitas

seperti berbicara, menulis, menyimak, serta berbagai aktivitas verbal dan

motoric hendaknya muncul dalam kegiatan pembelajaran sebagai indikasi

bahwa suasana belajar berlangsung aktif dimana siswa benar-benar

berpartisipasi. Selain itu Ates dan Erilmaz, dalam sebuah artikel jurnal Asia-

Pasific Forum on Science Learning an Teaching tahun 2011, memaparkan

bahwa dalam pembelajaran yang efektif hendaknya terdapat aktivitas hands in

dan mind on. Sehingga dalam pembelajaran siswa diberi kesempatan untuk

bekerja melakukan sesuatu (Learning by doing) dan pada saat yang sama juga

menggunakan kemampuan berfikir (Learning by thinking). Ini artinya apabila

ditunjang dengan kondisi belajar yang demikian pembelajaran menjadi lebih

bermakna dan siswa benar-benar merasakan penglaman belajar sesungguhnya.

Asnawi (2004:72) mengatakan hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh siswa setelah aktivitas belajar. Dapat dikatakan hasil

belajar yang baik tidak mungkin didapatkan melalui aktivitas belajar yang

tindak kondusif dan tidak optimal.

Pendekatan yang dianggap tepat dan mampu untuk mengatasi masalah

yang terdapat pada pelaksanaan proses pembelajaran PKn adalah melalui

penggunaan metode pembelajaran bermain peran. Metode bermain peran

menerapkan kemampuan dibidang afektif (sikap) siswa dalam kehidupan

sehari-hari. Oemar (2003:48) menyatakan “bermain peran adalah penerapan

pengajaran berdasarkan pengalaman, sedangkan manfaat metode bermain

peran adalah: untuk mempelajarai masalah-masalah sosial dan memupuk


5

komunikasi antar insani di kalangan siswa dalam kelas”.

Syaiful (2008:11) menyatakan “Bermain Peran merupakan salah satu

model pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah

yang berkaitan dengan hubungan antar manusia (interpersonal relationship)

terutama yang menyangkut kehidupan siswa.”

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui keunggulan metode

pembelajaran bermain peran suatu pendekatan yang lebih memberikan

kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang

dimiliki sisiwa sehingga siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Dimana siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan

inforterkait materi yang dipelajari, memahami suatu isu dan memecahkan

masala. Penggunaan metode pembelajaran bermain peran menjadikan

pembelajaran berpusat kepada siswa bukan berpusat pada guru. Keunggulan

lain dari metode pembelajaran bermain peran yaitu pemilihan informasi

berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru, membantu siwa

bekerja dengan efektif dalam kelompok. Penerapan metode pembelajaran

bermain peran pada pembelajaran PKn, diharapkan dapat membentuk sikap

kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.

Jadi melalui metode bermain peran siswa bisa menghubungkan

pengetahuan yang diterimanya dengan kehidupan mereka sehingga pelajaran

PKn akan terasa lebih menyenangkan bagi siswa. Berdasarkan uraian

permasalahan yang telah dipaparkan, penulis berkeinginan menangani

permasalahan rendahnya aktivitas dan hasil belajar PKn di SDN 06 Pulau

Punjung dengan menggunakan metode pembelajaran bermain peran, melalui


6

penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Metode Bermain Peran

Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran

PKn di Kelas V SD Negeri 06 Pulau Punjung”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi

beberapa penyebab rendahnya aktivitas dan hasil belajar peserta didik dalam

pembelajaran PKn adalah sebagai beikut :


1. Kurangnya kreatif guru dalam mengembangkan media dan alat peraga

yang berhubungan dengan materi.


2. Guru belum mengaitkan materi dengan kehidupan nyata siswa.
3. Model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran

masih berpusat pada guru itu sendiri (teacher center). Penggunaan

metode konvensional yang digunakan guru mengakibatkan siswa

kurang bergairah mengikuti pembelajaran.


4. Penggunaan model pembelajaran yang kurang optimal dan tidak tepat

pada saat proses pembelajaran berlangsung.


5. Siswa tidak aktif dalam pembelajaran.
6. Hasil belajar siswa masih rendah
C. Batasan Masalah

Sesuai identifikasi masalah di atas, terdapat permasalahan yang kompleks,

oleh karena itu penulis membatasi permasalahan pada “ Penerapan Metode

Bermain Peran Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar dalam

Pembelajaran PKn di Kelas V SD Negeri 06 Pulau Punjung”.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan

batasan masalah di atas, oleh karena itu rumusan masalah dalam proposal ini

adalah sebagai berikut:


7

1. Apakah model pembelajaran bermain peran dapat meningkatkan aktifitas

belajar PKn siswa kelas V SDN 06 pulau Punjung?


2. Apakah model pembelajaran bermain peran dapat meningkatkan hasil

belajar PKn siswa kelas V SDN 06 pulau Punjung?


E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan

aktifitas dan hasil belajara PKn dengan menggunakan model pembelajaran

bermain peran di kelas V SD Negeri 06 Pulau Punjung.

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan masalah dari proposal ini adalah

untuk mendeskripsikan:

1. Peningkatan aktifitas pembelajaran PKn dengan menggunakan metode

pembelajaran bermain peran di kelas V SD Negeri 06 Pulau Punjung.


2. Peningkatan hasil belajar dengan menggunakan metode bermain peran di

kelas V SD Negeri 06 Pulau Punjung.


F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis sebagai

salah satu sumber bacaan untuk memperluas wawasan tentang implementasi

metode bermain peran dalam pembelajaran PKn di Sekolah Dasar. Selain itu

juga dimanfaatkan sebagai rujukan bagi peneliti lain yang hendak mengadakan

penelitian sejenis.

2. Manfaat praktis

a. Manfaat bagi guru

Melalui metode beramin peran, guru dapat memperbaiki strategi

pembelajaran yang digunakan dan menambah wawasan guru tentang model

pembelajaran yang kooperatif, variatif dan inovatif, sehingga mampu


8

menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menarik dan menyenangkan.

b. Manfaat bagi siswa

Melalui metode bermain peran siswa dapat menerima pengalaman

belajar yang bervariasi dan menarik sehingga dapat meningkatkan minat,

meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran baik secara individu

maupun kerja sama dalam kelompok, dan tujuan pembelajaran akan tercapai

secara optimal serta hasil belajar siswa akan meningkat.

c. Manfaat bagi sekolah

Melalui metode bermain peran yang kooperatif, variatif dan inovatif

dapat memberikan kontribusi dalam perbaikan pembelajaran di kelas, sehingga

dapat meningkatkan mutu sekolah.

Hasil penulisan proposal ini diharapkan mampu menghasilkan manfaat

yaitu dapat memberikan sumbangan pemikiran dan tolak ukur kajian pada

penelitian lebih lanjut yaitu berupa alternatif yang dapat dipertimbangkan

dalam usaha memperbaiki mutu pendidikan dan mempertinggi interaksi belajar

mengajar, khususnya dalam pembelajaran PKn di SD kelas V. Manfaat lainnya

adalah menambah pengembangan pengetahuan mengenai pembelajaran PKn.

You might also like