Artikel UKIN Asni

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 17

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di SMAN 1 Pinggir

Abstract : The teacher carries out a tough task to achieve the goals of national education,
namely to improve the quality of Indonesian people, whole human beings who believe in and fear
God Almighty, have noble character, personality, discipline, work hard, tough, responsible,
independent, intelligent and skilled and physically and mentally healthy. The success of learning
objectives is determined by many factors, one of which is the teacher's factor in carrying out the
teaching and learning process, because the teacher can directly influence, foster and improve
the intelligence and skills of students. Likewise, the success of PAI learning is determined by the
teacher's efforts in choosing a strategy or method of conveying subject matter in order to obtain
an increase in student achievement. The purpose of this research is to improve student
achievement in PAI lessons. The method in this research is to use classroom action research.
Data collection was carried out using observation techniques and test techniques. The results
showed that the application of the STAD type cooperative learning model could improve Islamic
education learning achievement in class XII at SMAN 1 Pinggir, Bengkalis Regency. Evidenced
by the results of research in accordance with the research hypothesis, where learning
achievement increases from cycle one to cycle two as a result of observations and daily tests.
Keywords: Learning Outcomes, STAD Cooperative Type, Islamic Education, Senior High
School.
Abstrak : Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu
meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja
keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak factor.di antaranya adalah faktor guru
dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi,
membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Demikian pula, Keberhasilan
pembelajaran PAI ditentukan bagaimana upaya guru dalam memilih strategi atau cara dalam
menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa. Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran PAI.
Metode dalam penelitian ini adalah menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Pengumpulan
data dilakukan dengan teknik observasi dan teknik tes.Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar
PAI di kelas XII SMAN 1 Pinggir Kabupaten Bengkalis. Dibuktikan dengan hasil penelitian
sesuai dengan hipotesis penelitian, dimana meningkatnya prestasi belajar dari siklus satu ke
siklus dua sebagaimana hasil observasi dan ulangan harian.

Kata kunci : Hasil Belajar,Kooperatif tipe STAD,Pendidikan Agama Islam,SMA


1. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan juga kepribadian seseorang atau
kelompok orang yang dilakukan secara sadar dan terencana melalui proses dan juga cara
yang berbeda. Hampir seluruh manusia menjalankan pendidikan karena “Manusia merupakan
makhluk yang senantiasa terlibat dalam proses pendidikan, baik yang dilakukan terhadap
orang lain maupun terhadap dirinya sendiri”(Sukardjo dan Komarudin, 2009;1).
Dalam pelaksanaan Pendidikan,satu komponen penting yang dapat menentukan kualitas
pendidikan adalah guru, karena peran mereka sangat sentral, terutama sebagai pemegang
kendali dalam proses pembelajaran.Berdasarkan UU RI No.14 Tahun 2005, Tentang Guru
dan Dosen Bab I pasal 1 ayat 1 menegaskan bahwa “guru adalah pendidik professional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah”. (Undang-Undang Guru dan Dosen, 2009: 3).
Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak factor, di antaranya adalah
faktor guru dalam melaksanakan proses belajarmengajar, karena guru secara langsung dapat
mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk
mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksirnal,
peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan
mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata
pelajaranyangakan disampaikan.
Demikian pula, Keberhasilan pembelajaran PAI ditentukan bagaimana upaya guru dalam
memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan
prestasi belajar siswa. Guru harus mampu membuat perencanaan, melaksanakan, dan menilai
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Selain itu, guru harus mampu
membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan
mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya, sehingga akan lebih
menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan.
Dalam proses belajar mengajar, penulis sebagai guru selalu melakukan pengajaran
menggunakan metode ceramah, kemudian siswa menulis kesimpulan dari materi ajar.
Akibatnya, sebagian besar siswa bersikap pasif ketika berlangsung pembelajaran dikelas.
Selama pembelajaran berlangsung siswa menjadi pendengar yang baik. Ketika guru
mejelaskan materi pelajaran kebanyakan mereka diam. Demikianpun ketika guru
memberikan pertanyaan, sebagian besar siswa diam tanpa komentar. Apalagi ketika guru
meminta agar siswa bertanya, merekapun diam. Fakta ini dilatar belakangi karena siswa
kurang diberikan metode dan strategi pembelajaran yang memadai, sehingga siswa tidak
dapat menyerap materi yang diajarkan.. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran di sekolah
dibutuhkan kreativitas dan keaktifan seorang pengajar dalam membuat strategi belajar
mengajar semenarik mungkin sehingga menimbulkan motivasi belajar siswa khususnya mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Berdasarkan masalah tersebut guru selalu merasa kurang puas dengan hasil belajar
siswa, dari setiap hasil ulangan cenderung sebagian besar siswa belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu nilai 73, sehingga belum mencapai ketuntasan klasikal.
Baru setelah diadakan ulangan perbaikan, ketuntasan klasikal tercapai, dan itupun mesti
dilakukan berulang kali, bahkan pada beberapa materi yang dianggap lebih sulit ulangan
perbaikan ( remedial ) perlu diulang lagi. Padahal untuk melakukan ulangan perbaikan perlu
tambahan waktu, yang terkadang harus dilakukan siang hari, setelah pulang sekolah
Sehubungan dengan kondisi yang terjadi penulis akan mencoba menggunakan model
pembelajaran tipe STAD (Student Teams Achievement Division) untuk memperbaiki
motivasi dan hasil belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah
satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori Psikologi sosial. Dalam teori
ini sinergi yang muncul dalam kerja kooperatif menghasilkan motivasi yang lebih daripada
individualistik dalam lingkungan kompetitif. Kerja kooperatif meningkatkan perasaan positif
satu dengan lainnya, mengurangi keterasingan dan kesendirian , membangun hubungan dan
menyediakan pandangan positif terhadap orang lain. Model STAD ini mempunyai beberapa
kelebihan antara lain didasarkan pada prinsip bahwa para siswa bekerja bersama-sama dalam
belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya
sendiri, serta adanya penghargaan kelompok yang mampu mendorong para siswa untuk
kompak, setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk menunjang timnya mendapat
nilai yang maksimum sehingga termotivasi untuk belajar.
2. HASIL DAN METODE PENELITIAN
2.1 Metode Penelitian
Adapun metode yang akan dilakukan dalam penelitian berupa teknik yang digunakan
untuk pengumpulan data, yaitu:
1. Teknik observasi
Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang tampak
pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek dalam
model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah pengamatan secara langsung yaitu
ditempat berlangsungnya peristiwa.Teknik observasi digunakan untuk mengetahui dan
menilai kelemahan dan kekurangan aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
Teknik observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat
menentukan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Data yang diperoleh pada
penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan lembar pengamatan. Pengamatan
dilakukan selama proses pembelajaran untuk setiap kali pertemuan. Dari hasil data
yangdiperoleh adalah sebagai pedoman untuk perbaikan proses pembelajaran pada
pertemuan berikutnya.
2. Teknik Tes
Data hasil belajar PAI dikumpulkan melalui tes hasil belajar PAI yang telah
direncanakan pada silabus. Tes hasil belajar PAI dilakukan setelah proses pembelajaran
berakhir pada siklus pertama ( dua kali pertemuan) dengan Ulangan Harian I, kemudian
setelah proses pembelajaran berakhir pada siklus kedua ( dua kali pertemuan ) dengan
ulangan harian II ( dua ).
2.1.1 Prosedur penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK bukan
hanya bertujuan mengungkap penyebab dari berbagai permasalahn pembelajarn yang
dihadapi seperti kesulitan siswa dalam menghadapi pokok-pokok bahasan tertentu, tetapi
yang lebih penting adalah mencari pemecahan masalah berupa tindakan tertentu untuk
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Ada tiga hal penting dalam pelaksanaan
PTK yaitu sebagai berikut :
1. PTK adalah penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru dan siswa
dalam berbagai tindakan
2. Kegiatan refleksi (perenungan, pemikiran, evaluasi) dilakukan berdasarkan
pertimbangan rasional yang mantapguna melaksanakan perbaikan tindakan dalam
upaya memecahkan masalah yang terjadi
3. Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan dengan
segera.
Prosedur penelitian tindakan kelas ini menggunakan model kooperatif
tipe STAD terdiri dari tahap : perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
observasi, analisa dan refleksi. Apabila diperlukan pada tahap selanjutnya
disusun rencana tindak lanjut. Upaya tersebut dilakukan secara berdaur
membentuk suatu siklus, seperti pada gambar berikut :

2.1.2 Instrumen Penelitian


1. Rencana Pembelajaran

Merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam

mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RP berisi kompetensi dasar,

indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar

mengajar.
2. Tes formatif.

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan

untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep fisika pada kompetensi analisis vektor

pada kinematika gerak. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang

diberikan adalah pilihan (objektif). Langkah-langkah analisi butir soal adalah sebagai

berikut:

1. Validitas Tes.

Validitas butir soal atau validitas item digunakan untuk mengetahui tingkat kevalidan

masing-masing butir soal. Sehingga dapat ditentukan butir soal yang gagal dan yang

diterima. Tingkat kevalidan ini dapat dihitung dengan korelasi Product Moment :

N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
r xy =
√ {N ∑ X −(∑ X ) }{N ∑ Y −(∑ Y ) }
2 2 2 2

(Suharsimi Arikunto, 2001: 72)

Dengan: rxy : Koefisien korelasi product moment

N : Jumlah peserta tes

ΣY : Jumlah skor total

ΣX : Jumlah skor butir soal

ΣX2 : Jumlah kuadrat skor butir soal

ΣXY : Jumlah hasil kali skor butir soal

2. Tingkat Kesukaran.

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal adalah indeks

kesukaran. Rumus yang digunakan untuk menentukan taraf kesukaran adalah:

B
P=
Js (Suharsimi Arikunto, 2001: 208)
Dengan: P : Indeks kesukaran

B : Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar

Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut:

- Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah sukar

- Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang

- Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah

3. Daya Pembeda.

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara

siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka

yang menunjukkan besarnya daya pembeda desebut indeks diskriminasi. Rumus yang

digunakan untuk menghitung indeks diskriminasi adalah sebagai berikut :

BA BB
D= − =P A−P B
JA JB

(Suharsimi Arikunto, 2001: 211)

Dimana:

D : Indeks diskriminasi

BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar

BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar

JA : Jumlah peserta kelompok atas

JB : Jumlah peserta kelompok bawah

BA
P A= =
JA Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.
BB
PB = =
JB Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda butir soal sebagai

berikut:

- Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek

- Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup

- Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik

- Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah sangat baik

2.2 Teknik Analisis Data


Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu
diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif
kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau
fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar
yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran
serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah
proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi
berupa soal tes tertulis pada setiap akhir siklus.Analisis ini dihitung dengan menggunakan
statistik sederhana yaitu:
1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif.
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya
dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata
tes formatif dapat dirumuskan:

X=
∑X
∑N
Dengan :

X = Nilai rata-rata
Σ X = Jumlah semua nilai siswa

Σ N = Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar.

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal.

Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud,

1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau

nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang

telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung

persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

P=
∑ Siswa. yang .tuntas . belajar x100 %
∑ Siswa

3.1 Hasil Penelitian


3.1.1 Hasil Pelaksanaan Siklus I
Adapun hasil pelaksanaan Siklus I pada penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat dilihat pada table dibawah ini ;

Aktivitas Guru Penerapan Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD

Banyak Skor Rata-rata Kategori


Siklus I
Item Maksimal Skor

10 40 72,50 Cukup
Aktivitas Siswa Penerapan Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD

Banyak Rata-rata
Siklus I SkorMaksimal Kategori
Item Skor

10 40 67,50 Cukup

Table 4.1. Distribusi Nilai Tes Pada Siklus I

No. Keterangan No. Keterangan


Skor Skor
Urut T TT Urut T TT

1 80 √ 14 80 √

2 80 √ 15 60 √

3 40 √ 16 80 √

4 80 √ 17 60 √

5 80 √ 18 40 √

6 80 √ 19 70 √

7 80 √ 20 80 √

8 70 √ 21 60 √

9 70 √ 22 70 √

10 90 √ 23 70 √ √

11 80 √ 24 60 √

12 70 √ 25 60 √
13 70 √ Jumlah 1760 19 6

Jumlah Skor : 1760

Jumlah Skor Maksimal Ideal : 2500

Rata-Rata Skor Tercapai : 70,40

Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 19

Jumlah siswa yang belum tuntas :6

Klasikal : Belum tuntas

Tabel 4.2. Rekapitulasi Hasil Tes Pada Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I

1 Nilai rata-rata tes formatif 70,40

2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 19

3 Persentase ketuntasan belajar 76,00

3.1.2 Hasil Pelaksanaan Siklus II


Adapun hasil pelaksanaan Siklus I pada penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat dilihat pada table dibawah ini ;

Aktivitas Guru Penerapan Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD

Siklus II Banyak Skor Rata-rata Kategori

Item Maksimal Skor

10 40 95,00 Amat Baik


Aktivitas Siswa Penerapan Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD

Banyak Rata-rata
Siklus II SkorMaksimal Kategori
Item Skor

10 40 92,50 Amat Baik

Distribusi Nilai Tes Pada Siklus II

No Keterangan Keterangan
Skor No Urut Skor
Urut T TT T TT

1 80 √ 14 90 √

2 80 √ 15 90 √

3 75 √ 16 75 √

4 90 √ 17 80 √

5 90 √ 18 60 √

6 80 √ 19 75 √

7 80 √ 20 80 √

8 90 √ 21 80 √
9 75 √ 22 75 √

10 80 √ 23 75 √

11 100 √ 24 70 √

12 100 √ 25 60 √

13 80 √ Jumlah 910 22 3

Jumlah Skor : 1960

Jumlah Skor Maksimal Ideal : 2500

Rata-Rata Skor Tercapai : 78,40

Keterangan : T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 22

Jumlah siswa yang belum tuntas :3

Klasikal : Belum tuntas

Rekapitulasi Hasil Tes Pada Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II

1 Nilai rata-rata tes formatif 78,40


2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 22

3 Persentase ketuntasan belajar 88,00

Hasil belajar PAI melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

tindakan Siklus I dan siklus II (KKM 73)

Rentang
No Kategori Siklus I % Siklus II % Ket-
Nilai

1 91-100 Amat baik 1 4 7 28 Tuntas

2 83-90 Baik 10 40 9 36 Tuntas

3 73-82 Cukup 7 28 6 24 Tuntas

4 60-69 kurang 5 20 2 8 T.Tuntas

Kurang
5 ≤ 59 2 8 1 4 T.Tuntas
sekali

6 Jumlah 25 100 25 100

7 Rata-rata 76 88

Dari data di atas dapat dilihat bahwa penelitian ini dapat membuat perubahan

yang berarti pada hasil belajar siswa. Jadi dapat dikatakan bahwa siswa subjek penelitian

ini sudah mengalami perubahan hasil belajar yang lebih baik, setelah diadakan tindakan,

siklus I dan siklus II.


KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan
berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut:

1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar
PAI Siswa kelas XII MIPA 4 SMA Negeri 1 Pinggir Tahun Pelajaran 2022/2023, siklus I
66,88, meningkat menjadi 76,80 pada siklus II.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai pengaruh positif, yaitu
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran.
3. Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan rasa
kekompakan dan kebersamaan dalam kelas, hal ini diperoleh dari rata-rata jawaban siswa
hasil wawancara yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat belajar dengan
menggunakan model pembelajaran tersebut.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, pemilihan model pembelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik menjadi aspek yang perlu diperhatikan untuk
mencapai suatu tujuan pembelajaran. Namun, untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran
itu sendiri tentu tidak hanya memperhatikan satu aspek saja. Perlu adanya
mempertimbangkan aspek-aspek yang mendukung proses pembelajaran. Kemampuan
guru dalam memahami dan menerapkan model pembelajaran juga menjadi aspek
pendukung terlaksananya model pembelajaran. Oleh sebab itu seorang guru perlu
meningkatkan kemampuan dalam memahami dan menerapkan model pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Amin,Alfauzan.2018.Model Pebelajaran Agama Islam di Sekolah.Yogyakarta:Samudra Biru.

2. Wijaya,Hengki& Arismunandar.2018. Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


STAD Berbasis Media Sosial. Jurnal Jaffray.Vol 16:2.

3. Whandy.2017. Metode Pembelajaran Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar


Bahasa Indonesia Siswa Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains,
dan Humaniora.Vol 3(1).

4. Anisa,Ayu,Nur.2017. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match untuk


Meningkatkan Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Akuntansi 1 SMK Koperasi
Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Yogyakarta.

5. Riyanti,Nisrohah,N.2018. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match


Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS .JPGSD.Vol 6(4):440-
450.

6. Sirait,Makmur.Noer Putri,A.2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A


Match Terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal INPAFI.Vo 1 (3).

7. Ratnasari, Dita,dkk.2017. Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Penggunaan Model


Pembelajaran Make A Match Dengan Model Pembelajaran Numberted Heads Together.
Jurnal Geografi Edukasi dan Lingkungan.Vol 1 (1): 27-35

8. Amalia,Arifatun,Rizka.2019. Penerapan Model Pembelajaran Make A Match Pada Mata


Pelajaran Geografi Siswa Kelas X IPS Sma Negeri 2 Kendal Tahun Pelajaran
2017/2018.Fakultas Ilmu Sosial.Universitas Semarang.

9. Sirega,Eli,Santana,dkk.2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A match


dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu di SMP Negeri 2 Tantom Angkola.

10. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

11. Slameto. (2003).Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.


Rineka Cipta
12. Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

You might also like