Contoh Jurnal

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

1

THE EFFECT OF TUNNEL GAME FIGURE TO COUNTING


ABILITY OF CHILD AGED 5-6 YEARS IN PAUD AS-SHIFA CITRA
TAMPAN SUB DISTRICT PEKANBARU CITY

Yunita Puspa Sari, Daviq Chairilsyah, Enda Puspitasari


[email protected], [email protected], [email protected]
No. HP. 082385352865

Teacher Education Courses For Early Childhood Education


Faculty Teacher Training and Education
University of Riau

Abstract :This study aims to determine the effect of Tunnel Game Figure To
Counting Ability Of Child Aged 5-6 Years In Paud As-Shifa Citra Tampan Sub District
Pekanbaru City. The population in this study that children B classes totaling 25
children and sample in this study amounted to 25 children. The method used pre-
experimental design with one group pretest posttest design that experiments conducted
on one group alone with no comparison group. This type of instrument used in this
study is to use the observation and documentation to take notes about events that
occurred during the treatment given. Based on the results obtained by testing the
hypothesis that there are significant Tunnel Game Figure To Counting Ability Of Child
Aged 5-6 Years In Paud As-Shifa Citra Tampan Sub District Pekanbaru City. This
known t count 11.431 or significance (0.000), because sig < 0.05, it can be concluded
that there are differences in the ability to know counting ability on students significant
before and after using Tunnel Game Figure in the learning. Hypothesis testing can be
seen on t = 11.431 > table = 2,064. It has been suggested that there are significant
differences in the results between the pretest and posttest. Tunnel Game Figure To
Counting Ability Of Child Aged 5-6 Years In Paud As-Shifa Citra Tampan Sub District
Pekanbaru City amounted to 60,4%.

Keyword: Counting, Tunnel Game Figure


2

PENGARUH PERMAINAN TEROWONGAN ANGKA TERHADAP


KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA 5-6 TAHUN DI PAUD
AS-SHIFA CITRA KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU

Yunita Puspa Sari, Daviq Chairilsyah, Enda Puspitasari


[email protected], [email protected], [email protected]
No. HP. 082385352865

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini


Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh permainan


terongan angka terhadap kemampuan berhitung anak usia 5-6 tahun di PAUD As-Shifa
Citra Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. Adapun populasi pada penelitian ini yaitu
anak-anak kelas B yang berjumlah 25 anak dan sampel pada penelitian ini berjumlah 25
anak. Metode yang digunakan pra-eksperimen dengan rancangan one group pretest
posttest design yaitu eksperimen yang dilakukan pada satu kelompok saja tanpa ada
kelompok perbandingan. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
mengunakan pedoman observasi untuk mencatat tentang kegiatan yang terjadi selama
perlakuan yang diberikan. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang diperoleh terdapat
pengaruh permainan terongan angka terhadap kemampuan berhitung terhadap
kemampuan berhitung anak usia 5-6 tahun di PAUD As-Shifa Citra Kecamatan
Tampan Kota Pekanbaru. Diperoleh nilai thitung sebesar 11.431 dengan sig 0.000, karena
sig < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan kemampuan berhitung pada
anak didik yang signifikan sebelum dan sesudah menggunakan permainan terongan
angka dalam pembelajaran. Pada uji Hipotesis dapat dilihat thitung =11.431 > t tabel =
2,064. Dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan hasil yang signifikan antara pretest
dan posttest. Pengaruh permainan terongan angka terhadap kemampuan berhitung anak
usia 5-6 tahun di PAUD As-Shifa Citra Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru sebesar
60,4%.

Kata Kunci : Berhitung, Media Terowongan Angka


3

PENDAHULUAN

Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan golden age yang
merupakan masa dimana anak mulai merasakan dan sensitif untuk menerima berbagai
rangsangan. Pada masa ini setiap anak memiliki rasa atau sensitif yang berbeda–beda,
seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak secara individu. Masa peka adalah
masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis yang siap merespon, masa ini
merupakan masa pertama untuk mengembangkan kemampuan kognitif, motorik,
bahasa, sosio emosional agama dan moral.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 1 Nomor 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan anak berusia 6
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Anak adalah mutiara bagi setiap orang tua, anak adalah sosok manusia yang
sama persis seperti kita dalam hak dan kewajibannya terhadap alam semesta lingkungan
hidupnya. Anak usia dini adalah sekelompok individu yang dalam proses pertumbuhan
dan perkembangannya sangat aktif, energik, memiliki rasa ingin tahu, memiliki sifat
unik yang sangat kuat dan berperilaku spontan. Anak merupakan investasi yang sangat
penting bagi sumber daya manusia (SDM) dimasa depan. Dalam rangka mempersiapkan
SDM yang berkualitas dimasa depan, pendidikan merupakan hal yang penting untuk
diberikan sejak usia dini. Pendidikan merupakan investasi besar yang dapat diyakini
dapat memperbaiki kehidupan suatu bangsa
Pelaksanaan program belajar di TK juga harus menciptakan suasana yang
nyaman, aman, dan menyenangkan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak
usia dini adalah masa yang sangat strategis untuk mengenal lambang bilangan pada jalur
matematika, karena usia dini sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dari
lingkungan. Rasa ingin tahunya yang tinggi akan tersalurkan apabila mendapatkan
stimulus rangsangan yang sesuai dengan tugas perkembangannya. Apabila
pembelajaran mengenal lambang bilangan diberikan berbagai macam permainan tentu
akan lebih efektif karena bermain merupakan wahana belajar bagi anak. Hal tersebut
diyakini akan berhasil mempelajari sesuatu apabila yang ia pelajari sesuai dengan minat,
kebutuhan, dan kemampuannya. Oleh karena itu, guru dalam merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran harus disesuaikan dengan alat belajar, sumber belajar dan
metode pembelajarannya. Secara psikologis anak berkembang seacara menyeluruh,
artinya terdapat kaitan erat antara aspek perkembangan yang satu dengan aspek
perkembangan yang lainnya.
Taman kanak-kanak merupakan lembaga pendidikan informal sebelum anak
memasuki sekolah dasar. Lembaga ini dianggap penting karena pada masa ini anak pada
usia keemasan yang didalammya masa peka yang hanya datang sekali. Salah satu
bidang pengembangan kognitif yang mengarahkan berbagai kemampuan anak
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Bermain merupakan sesuatu yang menyenangkan bagi anak, suasana yang
menyenangkan dapat memicu kretifitas dan menumbuhkan kemampuan, kemandirian
dan rasa percaya diri pada anak. Dengan demikian diharapkan potensi yang ada pada
anak dapat berkembang sacara optimal melalui aspek perkembangan anak yaitu
meghitung atau menyebutkan urutan bilangan.
4

Kemampuan berhitung anak taman kanak-kanak dapat dikembangkan dengan


berbagai metode pembelajaran seperti metode pemberian tugas, tanya jawab, bercakap-
cakap, dan sebagainya. Akan tetapi hal itu terkadang tidak menumbuhkan minat anak
dalam menguasai kemampuan berhitung. Menurut Montolalu (2007) mengajarkan
kemampuan kognitif pada anak seperti kemampuan berhitung bukanlah hal yang mudah
untuk anak usia dini. Ini dibutuhkan kesabaran dan penggunaan metode yang tepat
sehingga anak termotivasi untuk melakukannya. Terowongan angka adalah Sebuah
karton yang di bentuk menyerupai terowongan yang digunakan sebagai jalan untuk
menjumlahkan angka 1 dan angka yang lain menggunakan alat.
Observasi yang telah dilakukan di PAUD As-Shifa Citra Kecamatan Tampan
Kota Pekanbaru, Penulis Melihat (1) Masih ada anak yang belum mengenal bilangan 1-
10, (2) Ada sebagian anak yang belum mengenal konsep bilangan dengan lambang, (3)
Adanya sebagian anak yang belum dapat mengenal banyak sedikitnya benda, (4)
Adanya anak yang belum bisa penambahan, pengurangan dan penjumlahan (5) adanya
anak yang belum bisa mengurutkan benda. Untuk mengatasi masalah diatas, peneliti
mencoba menggunakan media yang berbeda untuk memvariasikan kegiatan anak dalam
pembelajaran berhitung sehingga diharapkan keinginan anak dapat mempelajari
berhitung menjadi meningkat. Adapun alat permainannya adalah guru membuat suatu
permainan yang bernama terowongan angka, dimana anak dapat menjumlahkan antara
satu angka dengan angka yang lain. Dari sana anak akan memcoba mempelajari
pelajaran baru yang guru ciptakan guna meningkatkan keinginan anak untuk bermain
dan belajar menggunakan media permainan terowongan angka. Berdasarkan uraian
diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan sebagai upaya dalam
melakukan perbaikan terhadap pembelajaran dengan judul “Pengaruh Permainan
Terowongan Angka Terhadap Kemampuan Berhitung Anak Usia 5-6 Tahun Di
PAUD As-Shifa Citra Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru”.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen


dengan desain one group pretest-posttest design. Hasil perlakuan dapat diketahui lebih
akurat karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
Arikunto (2010) menyatakan bahwa penelitian eksperimen adalah suatu cara untuk
mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh
peneliti dengan mengeliminasi, mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang
mengganggu.
Sampel adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel Sugiono (2007). Hal ini dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil atau
penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.
Populasi yang kurang dari 100 orang maka sampel diambil semuanya. Karena jumlah
populasi yang peneliti ambil berjumlah 25 anak, maka keseluruhan populasi dijadikan
sampel penelitiannya yaitu 25.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
observasi. Pengamatan atau observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian
dimana peneliti atau pengamat melakukan observasi secara langsung ke objek penelitian
untuk melihat dan mengamati dari dekat kegiatan yang dilakukan anak Riduwan (2011).
5

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis
uji- t. Untuk melihat apakah ada pengaruh permainan terowongan angka terhadap
kemampuan berhitung anak sebelum dan setelah diberi perlakuan. Adapun proses
analisis data ini menghitung efektifitas treatment (perlakuan) perbedaan rata-rata
dengan uji-t Suharsimi Arikunto (2010) sebagai berikut

∑( )

( )

Sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi berupa uji
normalitas, uji linearitas, uji homogenitas dan uji hipotesis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada kemampuan berhitung anak usia 5-6 tahun di PAUD As-Shifa Citra
Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru sebelum permainan terowongan angka bahwa pada
skor akhir tertinggi terdapat pada indikator 1 dan 5 yaitu anak dapat mengenal konsep
bilangan 1-10 dengan skor akhir 87, persentase 87% yang berada pada kriteria BSB,
pada mengurutkan benda 1-10 mendapatkan skor akhir 86, persentase 86% dengan
kriteria BSB dan Skor akhir terendah terdapat pada indikator 4 yaitu anak dapat
mengenal pengurangan dengan benda-benda 1-10 dengan skor akhir 77, persentase 77%
yang berada pada keriteria BSB.
Kemampuan Berhitung Anak Usia 5-6 Tahun Di PAUD As-Syifa Citra
Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru setelah penerapan permainan terowongan angka
bahwa skor akhir tertinggi barada pada indikator 1 dan 5 yaitu anak dapat mengenal
konsep bilangan 1-10 mendapat skor akhir 99 dengan persentase 99% dan mendapat
penilaian BSB, mengurutkan benda 1-10 mendapat skor akhir 99 degan persentase 99%
mendapat penilaian BSB. Skor terendah terdapat pada indikator mengenal penambahan
dengan benda-benda 1-10 mendapat skor akhir 86 dengan persentase 86% dan
mendapat penilaian BSB.
Perbandingan data sebelum dan setelah permainan terowongan angka bahwa
anak mengalami peningkatan. Anak pada ketegori BSB sebanyak 20 orang anak
dengan persentase 80%, yang berada pada kategori BSH terdapat 5 orang anak dengan
persentase 20%, yang berada pada kategori MB sebanyak 0 orang anak atau 0% dan
yang berada pada kategori BB sebanyak 0 anak atau 0%. Kemudian terjadi peningkatan
menjadi anak yang berada pada kategori BSB sebanyak 25 orang anak atau 100% , yang
berada pada ketegori BSH sebanyak 0 orang anak atau 0%, yang berada pada kategori
MB dan BB dengan 0 rang anak aatau 0%
Uji hipotesis adalah metode pengambilan keputusan yang berdasarkan dari
analisis data, baik dari percobaan yang terkontrol, maupun dari observasi (tidak
terkontrol). Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode t-test untuk
melihat perbedaan sebelum dan setelah perlakuan serta untuk melihat seberapa besar
pengaruh permainan terowongan angka terhadap kemampuan anak usia dini. Dengan dk
6

= 24, maka dapat dilihat harga t hitung = 11.431 lebih besar dari pada ttabel = 2,064
dengan demikian Ho = ditolak dan Ha = diterima. Berarti dalam penelitian ini terdapat
pengaruh kemampuan berhitung sebelum dan setelah menggunakan permainan
terowongan angka di PAUD As-Shifa Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru.
Kriteria pengambilan keputusan dalam pengujian hipotesis didasarkan pada nilai
probabilitas t statistik (Sig.t) yang diperoleh berdasarkan taraf signifikansi (α) = 0,05.
Bila nilai p ≤ 0,05, berarti ada pengaruh signifikan. Bila koefisien yang diperoleh
bernilai positif berarti pengaruh positif dan signifikan.

Tabel 4.1 Gambaran Umum Mengenai Kemampuan Berhitung Pada Anak Usia 5-6
Tahun Sebelum Di Berikan Media Terowongan Angka (Pretest)
Skor di mungkinkan
Variabel (Hipotetik)
X min X max Mean SD
Pretest 5 20 12,5 2,5
Posttest 5 20 12,5 2,5
Sumber: Olahan data penelitian 2017

Tabel 4.3 Kemampuan Berhitung Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di PAUD As-Syifa
Citra Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru Sebelum Penerapan
Permainan Terowongan Angka
No Kategori Rentang skor F %
1 BSB 76% - 100% 20 80%
2 BSH 56% - 75% 5 20%
3 MB 41% -55% 0 0%
4 BB 40% - 0% 0 0%
Jumlah 25 100%
Sumber: Olahan data penelitian 2017

Kemampuan berhitung anak didik sebelum penerapan metode terowongan angka


di peroleh data anak yang berada pada kategori BSB sebanyak 20 orang anak dengan
persentase 80% anak yang berada pada kategori BSH sebanyak 5 orang anak dengan
persentase 20% anak yang berda pada kategori MB sebanyak 0 orang anak atau dengan
persentase 0% anak yang berada pada kategori BB sebanyak 0 orang anak atau sebesar
0%. Untuk lebih jelas dapat dilihat grafik berikut ini:
7

Sebelum Permainan Terowongan


Angka
90%
80%
80%
70%
60%
50%
40% sebelum
30%
20%
20%
10% 0% 0%
0%
BSB BSH MB BB

Gambar 1. Grafik kemampuan berhitung anak sebelum permainan terowongan angka

Menurut Montolalu (2007) mengajarkan kemampuan kognitif pada anak seperti


kemampuan berhitung bukanlah hal yang mudah untuk anak usia dini. Ini dibutuhkan
kesabaran dan penggunaan metode yang tepat sehingga anak termotivasi untuk
melakukannya. Berdasarkan hasil perhitungan tabel maka dapat diketahui bahwa
kemampuan berhitung pada anak usia 5-6 tahun di PAUD As-Shifa Citra Kecamatan
Tampan Kota Pekanbaru sebelum menggunakan media terowongan angka bahwa ada
anak yang berada pada kategori berkembang sangat baik (BSB) sebanyak 20 orang anak
atau 80%, berkembang sesuai harapan (BSH) sebanyak 5 orang anak atau 20%, pada
kategori mulai berkembang (MB) sebanyak 0 orang anak atau 0% dan pada kategori
belum berkembang (BB) sebanyak 0 orang anak atau 0%.

Tabel 4.5 Kemampuan Berhitung Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di PAUD As-Shifa Citra
Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru Setelah Penerapan Permainan
Terowongan Angka
No Kategori Rentang skor F %
1 BSB 76% - 100% 25 100%
2 BSH 56% - 75% 0 0%
3 MB 41% -55% 0 0%
4 BB 40% - 0% 0 0%
Jumlah 25 100%
Sumber: olahan data penelitian 2017

Kemampuan berhitung anak setelah permainan terowongan angka di peroleh


data anak yang berada pada kategori BSB sebanyak 25 orang anak atau 100%, yang
berada pada kategori BSH sebanyak 0 orang anak atau 0%, yang berada pada kategori
dan tidak terdapat anak didik yang berada pada kategori MB dan BB atau 0% untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:
8

Setelah Permainan Terowongan


Angka
120%
100%
100%

80%

60%

40%

20%
0% 0% 0%
0%
BSB BSH MB BB

Gambar 2. Grafik kemampuan berhitung anak setelah perlakuan

Menurut Rita (2009) semua konsep-konsep berhitung secara umum terdapat di


dalam setiap pikiran manusia. Jadi yang dipelajari dalam berhitung adalah berbagai
lambang dan ungkapan untuk dikomunikasikan. Berdasarkan hasil perhitungan pada
tabel diatas maka dapat diketahui bahwa kemampuan berhitung setelah diberikan media
terowongan angka dilihat pada setiap indikator seperti mengenal konsep bilangan 1-10
skor akhir 99 persentase 99%, mengenal konsep banyak sedikit dengan skor akhir 91
dan persentase 91%, mengenal penambahan dengan benda-benda 1-10 dengan skor
akhir 86 dan persentase 86%, mengenal pengurangan dengan benda-benda 1-10 dengan
skor akhir 89 dan persentase 89%, dan mengurutkan benda-benda 1-10 dengan skor
akhir 99 dan persentase 99%. Jadi rata-rata nilai persentase pada setiap indikator setelah
diberikan treatment meningkat menjadi 92,8% yang berada pada kategori Berkembang
Sangat Baik.
Adapun hasil Pretest dan Posttest pada penelitian ini dapat dilihat pada hasil
rekapitulasi dan grafik dibawah ini:

Tabel 4.6 Rekapitulasi Kemampuan Berhitung Anak Usia 5-6 Tahun Di PAUD As-
Shifa Citra Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru Sebelum Dan Setelah
Menerapkan Permainan Terowongan Angka
Rentang Sebelum Setelah
No Kategori skor
f % F %
1 BSB 76%-100% 20 80% 25 100%
2 BSH 56%-75% 5 20% 0 0%
3 MB 41%-55% 0 0% 0 0%
4 BB 40%-0% 0 0% 0 0%
Jumlah 25 100% 25 100%
Sumber: olahan data penelitian 2017
9

Perbandingan sebelum dan setelah dapat diketahui bahwa anak mengalami


peningkatan. Anak pada ketegori BSB sebanyak 20 orang anak dengan persentase 80%,
yang berada pada kategori BSH terdapat 5 orang anak dengan persentase 20%, yang
berada pada kategori MB sebanyak 0 orang anak atau 0% dan yang berada pada
kategori BB sebanyak 0 anak atau 0%. Kemudian terjadi peningkatan menjadi anak
yang berada pada kategori BSB sebanyak 25 orang anak atau 100% , yang berada pada
ketegori BSH sebanyak 0 orang anak atau 0%, yang berada pada kategori MB dan BB
dengan 0 rang anak aatau 0% untuk lebih jelas dapat dilihat grafik berikut:

Sebelum Dan Setelah Permainan


Terowongan Angka

100%

0% 0% 0%
80%
20% 0% 0%

BSB BSH MB BB

Gambar 3 Grafik kemampuan berhitung sebelum dan setelah permainan terowongan


angka

Berdasarkan perbandingan sebelum dan setelah treatment dan hasil grafik dapat
diketahui bahwa seluruh anak mengalami peningkatan dalam kemampuan berhitung
pada anak usia 5-6 tahun yaitu dilihat dari yang semula tedapat 20 orang anak pada
kategori berkembang sangat baik atau 80% dan kategori berkembang sesuai harapan
berjumlah 5 orang anak atau 20%. Setelah diberikan perlakuan (treatment) menjadi
kategori berkembang sangat baik berjumlah 25 orang anak atau 100%, pada kategori
berkembang sesuai harapan berjumlah 0 orang anak atau 0% dan kategori mulai
berkembang 0 orang anak atau 0%. Sebelum uji Hipotesis maka dilaksanakann uji
prasyarat sebagai berikut:

Uji Linearitas

Uji linearitas pada penelitian ini menggunakan SPPS Windows Ver.23 Untuk
mengetahui lebih lanjut dapat dilihat tabel berikut ini:
10

Tabel 4.9 uji linearitas


ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
sebelum Between Groups (Combined) 14.149 4 3.537 2.996 .043
* setelah Linearity 11.840 1 11.840 10.029 .005
Deviation
from 2.309 3 .770 .652 .591
Linearity
Within Groups 23.611 20 1.181
Total 37.760 24
Sumber: olahan data penelitian 2017

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan hasil pengujian linearitas data kemampuan


berhitung pada anak didik dengan penerapan media terowongan angka sebesar 0.043
artinya adalah nilai ini lebih kecil dari pada 0,05 (0,043<0,05). Sehingga dapat
disimpulkan hubungan garis antara kemampuan berhitung pada anak usia 5-6 tahun (Y)
dan penerapan media terowongan angka (X) antara sebelum dan sesudah menerapkan
penerapan media terowongan angka adalah linear. Karena hasil analisis menunjukan
bahwa Sig (0,043 <  0,05).

Uji Homogenitas

Analisis homogenitas pada penelitian ini menggunakan uji chi-square dengan


bantuan SPSS Windows ver. 23 Jika nilai pada kolom sig ˃ 0,05 maka Ho diterima, jika
sig < 0,05 maka Ha ditolak.

Tabel 4.7 Uji Homogenitas


Test Statistics
Sebelum setelah
Chi-Square 8.360a 11.600b
Df 5 4
Asymp. Sig. .137 .021
Sumber: Olahan data penelitian 2017

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai Asymp sig sebelum


perlakuan 0,137 dan setelah perlakuan 0,021 Nilai tersebut lebih besar dari 0,05 itu
artinya Ho diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua
kelompok homogeny atau mempunyai varians yang sama.
11

Uji Normalitas

Ketentuan yang digunakan adalah jika nilai sig < 0,05 maka data tidak
berdistribusi normal, sebaliknya jika nilai sig ˃ 0,05 maka data berdistribusi normal
(Jonathan Sarwono, 2012). Hasil dari uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8 Uji Normalitas


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
sebelum Setelah
N 25 25
Normal Parametersa,b Mean 16.36 18.56
Std.
1.254 1.013
Deviation
Most Extreme Absolute .173 .213
Differences Positive .135 .153
Negative -.173 -.213
Test Statistic .173 .213
Asymp. Sig. (2-tailed) .052c .005c
Sumber: olahan data penelitian 2017

Data tabel diketahui data berdistribusi normal hal ini dapat dilihat dari nilai sig
sebelum perlakuan adalah 0,052 dan nilai sig setelah perlakuan adalah 0,005. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa nilai sig lebih besar dari 0,05 sehingga Ho diterima dan
Ha ditolak.

Uji Hipotesis

Data dikatakan mengalami peningkatan yang signifikan jika sig < 0,05. Jika sig
> 0,05 maka Ho diterima, Ha ditolak dan sebaliknya jika sig < 0,05 maka Ho ditolak,
Ha diterima. Adapun hasil uji hipotesis adalah sebagai berikut

Tabel 4.10 Uji Hipotesis


Paired Samples Test
Paired Differences
95%
Confidence
Std. Interval of the
Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t Df tailed)
Pair 1 sebelum
-2.480 1.085 .217 -2.928 -2.032 -11.431 24 .000
- setelah
Sumber: olahan data penelitian 2017
12

Untuk mengetahui hipotesis diterima atau ditolak berdasarkan data spss windows
for vesion 23 dapat dilihat dari perbandingan hasil thitung dengan nilai ttable yaitu hasil
dari perhitungan uji t, terlihat bahwa hasil thitung sebesar 11,43 dengan df yaitu:

Df = ( )
= (25 ) = 24

Kriteria pengujian hipotesis adalah Ho diterima jika nilai Sig. (2-tailed) <0,05.
Berdasarkan tabel diatas diperoleh uji satistik dengan thitung = -11.431 uji dua pihak
berarti harga mutlak, sehingga nilai (-) tidak dipakai (Sugiyono, 2010) sehingga thitung
(11.43). Sedangkan ttabel (5%) (df=n-1, df=25-1=24) sehingga ttabel 2,064. Karena thitung
lebih besar dari ttabel atau 11.43>2,064 maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh
media terowongan angka terhadap kemampuan berhitung pada anak usia 5-6 tahun di
PAUD As-Shifa Citra Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru.
Menurut Depdiknas (2007) pengenalan konsep berhitung pada anak usia dini
haruslah dimulai dengan mencoba-coba membilang dari tingkatan yang sangat
sederhana atau yang disebut dengan konsep korespondensi satu satu kemudian baru
pada pengenalan konsep yang lainnya yang meliputi konsep: pola, klasifikasi atau
memilah, membilang, makna angka, pengenalannya, bentuk atau geometri, ukuran,
waktu dan ruang, penambahan dan pengurangan.
Berdasarkan analisis pengelolaan data dan hasil persentase di atas terdapat
pengaruh yang signifikan pada kemampuan berhitung anak usia dini. Hal ini dapat
dilihat dari hasil pretest diperoleh jumlah nilai dengan rata-rata. Jika dilihat secara
kategori perorangan sebelum diberi treatment maka berada pada kategori Belum Sesuai
Harapan (BSH) sebanyak 5 orang anak atau 20% dan berada pada kategori berkembang
sangat baik (BSB) sebanyak 20 orang anak atau 80%.
Setelah melaksanakan pretest maka tahap selanjutnya melaksanakan treatment
dengan menerapkan media terowongan angka. Pada tahap treatment peneliti
melaksanakan empat perlakuan pada anak usia 5-6 tahun di PAUD As-Shifa Citra
Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru diantara nya treatment menggunakan media
terowongan angka digunakan oleh peneliti secara berkesinambungan selama 4 kali
pertemuan. Penggunaan media dalam pembelajaran sangatlah penting, hal ini
ditegaskan menurut Azhar Arsyad (2011) ada beberapa fungsi dalam penggunaan media
diantaranya, pemusat perhatian anak, menggugah emosi anak, membantu anak
memahami materi pembelajaran, membangkitkan motivasi belajar anak, membuat
pembelajaran menjadi lebih kongkret, mengaktifkan suasana pembelajaran, dan
mengurangi pembelajaran yang berpusat pada guru.
Tahap selanjutnya adalah posttest diperoleh jumlai nilai dengan rata-rata 81.8%.
Sedangkan setelah treatment mengalami peningkatan yang signifikan yaitu anak yang
berada pada kategori Berkembang Sangat Baik (BSB) sebanyak 25 orang anak atau
100%, Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 0 orang anak atau 0%, yang
berada pada kategori Mulai Berkembang (MB) sebanyak 0 orang anak atau 0%, dan
tidak terdapat anak didik yang berada pada kategori Belum Berkembang atau 0 %.
Pada uji signifikansi perbedaan dengan t statistik diperoleh t-hitung = 11.43 dan
Sig = 0,000. Karena nilai Sig < 0,05 berarti signifikan. Jadi ada perbedaan perubahan
kemampuan berhitung anak didik yang signifikan antara sebelum dan sesudah
menerapkan media terowongan angka. Dimana setelah perlakuan mempunyai
13

perubahan yang lebih besar dibanding sebelum perlakuan. Hal ini berarti bahwa salah
satu cara untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak adalah dengan menerapkan
media terowongan angka
Rendahnya kemampuan berhitung pada anak usia 5-6 tahun dikarenakan
kurangnya media yang menarik dan kegiatan pengajaran yang monoton. Moeslichatoen
(2004) mengatakan bahwa untuk mengajarkan suatu materi pelajaran seringkali tidak
cukup kalau guru TK hanya menjelaskan secara lisan saja. Dengan demikian
penggunaan media terowongan angka dalam proses pembelajaran meningkatkan
kemampuan berhitung pada anak usia 5-6 tahun.
Pada penelitian ini pengaruh penggunaan media terowongan angka terhadap
kemampuan berhitung pada anak usia 5-6 tahun dapat diketahui dengan cara
menghitung Gain skor ternormalisasi dengan hasil 60,4% yang termasuk pada kategori
tinggi. Hal ini dikarenakan penggunaan media terowongan angka yang bervariasi,
menarik dan kreatif sehingga anak tidak jenuh.
Hal ini membuktikan bahwa media terowongan angka dapat meningkatkan
kemampuan berhitung anak usia 5-6 tahun. Hasil ini juga didukung dengan hasil
analisis individual dimana rata-rata setiap anak didik penelitian mengalami peningkatan,
walaupun peningkatan tersebut bervariasi. Perubahan kemampuan berhitung anak didik
tunjukkan seperti anak didik sudah mampu mengenal konsep bilangan 1-10, anak sudah
bisa menyebutkan huruf-huruf abjad yang ditunjukkan guru, anak sudah bisa mengenal
konsep banyak sedikit, Anak sudah bisa mengenal penambahan dengan benda-benda 1-
10, mengenal pengurangan dengan benda-benda 1-10, mengurutkan benda 1-10.
Dengan adanya beberapa pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasannya
media terowongan angka dalam penelitian ini efektif digunakan untuk meningkatkan
kemampuan berhitung pada anak usia dini. Penggunaan media terowongan angka dalam
pembelajaran dapat membantu anak meningkatkan aktivitas belajar anak baik secara
kognitif maupun fisik. Media pembelajaran yang sangat menyenangkan karena terdapat
unsur mengarahkan dan meningkatkan kemampuan berhitung pada anak.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan
kemampuan berhitung pada anak didik adalah benar-benar karena perlakuan yang
diberikan yaitu menggunakan media terowongan angka. Penelitian ini dilakukan sesuai
dengan berbagai penelitian sebelumnya. Hasil ini menunjukkan bahwa media
terowongan angka dapat meningkatkan kemampuan berhitung yang disampaikan dalam
pembelajaran ketika berlangsung. Tetapi walaupun demikian masih banyak faktor-
faktor lain yang mempengaruhi tingkat kemampuan berhitung anak didik, semua faktor-
faktor yang mempengaruhi kemampauan berhitung anak perlu ditingkatkan agar dapat
berkembang secara maksimal dan tujuan yang menjadi keinginan sekolah dapat
tercapai

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Simpulan

Kemampuan berhitung anak usia 5-6 tahun di PAUD As-Shifa Citra Kecamatan
Tampan Kota Pekanbaru sebelum menggunakan permainan terowongan angka
tergolong sedang. Artinya, masih ada anak yang belum mampu mencapai kemampuan
14

berhitung yang diharapkan karena permainan yang digunakan masih berupa


pembelajaran ceramah dengan menggunakan media yang terbatas.
Kemampuan berhitung anak usia 5-6 tahun di PAUD As-Shifa Citra Kecamatan
Tampan Kota Pekanbaru setelah menggunakan permainan terowongan angka
mengalami peningkatan dan tergolong tinggi. Artinya, ada peningkatan kemampuan
berhitung anak setelah diberikan perlakuan permainan terowongan angka. Karena
kegiatan pembelajaran dilakukan dengan benda-benda konkrit.
Terdapat hubungan signifikan anatara permainan terowongan angka terhadap
kemampuan berhitung anak usia 5-6 tahun di PAUD As-Shifa Citra Kecamatan Tampan
Kota Pekanbaru thitung = 11,431 dan Sig = 0,000. Karena Sig < 0,05 berati signifikan.
Ini berarti kemampuan berhitung anak di PAUD As-Shifa Citra Kecamatan Tampan
Kota Pekanbaru mengalami peningkatan. Permainan terowongan angka member
pengaruh sebesar 60,4% terhadap kemampuan berhitung dan sisanya 39,6% dipengaruhi
oleh bantuan guru kelas

Rekomendasi

Bagi pihak penyelenggara yaitu pihak sekolah memiliki kewajiban untuk


menyediakan fasilitas yang menunjang dalam kegiatan pembelajaran melalui permainan
yang membuat anak gembira melalui aspek kemampuan berhitung.
Bagi Guru memiliki kewajiban untuk memberikan variasi permainan yang lebih
kreatif, inivatif dan menyenangkan kepada anak yang dapat mengembangkan
kemampuan berhitung pada anak.
Bagi orang tua yakni agar mau bekerjasama dengan pihak sekolah dan guru
untuk perkembangan dan kemampuan berhitung pada anak didik.
Bagi lembaga dapat di jadikan sebagai bahan acuan dengan permainan
terowongan angka terhadap kemampuan berhitung anak usia 5-6 tahun. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat memberi pengetahuan dalam beberapa cara untuk meningkatkan
pemahaman tentang permainan terowongan angka dan anak dapat menjalin kerjasama
dengan orang tua dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak.
Bagi peneliti dan penelitian selanjutnya dapat dijadikan acuan dalam melakukan
penelitian selanjutnya, khususnya peneliti lainnya yang berminat untuk mengatasi
fenomena kemampuan berhitung anak.

DAFTAR PUSTAKA

Anggani Sudono. 2003. Sumber Belajar Dan Alat Permainan Untuk Pendidikan Anak
Usia Dini. PT. Grasindo. Jakarta

Dewi Sunar Prasetyono. 2008. Biarkan Anak Mu Bermain. Diva Press. Jogjakarta

Dr. Anita Yus. 2011. Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-Kanak.
Kencana prenada media group. Jakarta
15

Hurlock. Elizabeth B. Dkk. 1994 . Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan


Sepanjang Rentang Kehidupan. Erlangga. Jakarta

Montolalu. 2007. Bermain Dan Permainan. Universitas Terbuka. Jakarta

Musfiroh Tadkirotun. 2008. Cerdas Melalui Bermain. PT.Gramedia. Jakarta

Permendiknas. 2004. Kompetensi Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta

Permendiknas. 137. 2014. Peraturaan mentri pendidikan nasional. Jakarta

Ridwan. 2011. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru. Karyawan Dan Peneliti Pemula.
Alfabeta Bandung

Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan Dan Peneliti
Pemula. Alfabeta Bandung

Rita Kurnia.2009. Metodologi Pengembangan Matematika Anak Usia Dini. Cendikia


Insani. Pekanbaru

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif Dan RND. Alphabet. Bandung

Suhartono. 2005. Pengembangan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini. Departemen


Pendidikan Nasional. Jakarta

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka


Cipta. Jakarta

Warnawati.2012. Pengaruh Bermain Tuliskan Katamu Terhadap Minat Menulis Anak


Usia 5-6 Tahun Di Paud Harapan Bangsa. Pekanbaru : Unversitas Riau

Yuliani Nuraini. Dkk. 2006. Metode Pengembangan Kognitif. Universitas Terbuka


Jakarta

You might also like