Pola Pembinaan Santri Dalam Pengendalian Perilaku
Pola Pembinaan Santri Dalam Pengendalian Perilaku
Pola Pembinaan Santri Dalam Pengendalian Perilaku
Abstract
This article discusses the pattern of fostering deviant behavior that
occurs among students. This research took place in Islamic
boarding school to become one of the institutions of education that
is fairly old in the Indonesian nation. In addition, Islamic boarding
schools are also known as institutions to deepen knowledge and
foster student morals. Therefore, each boarding school has a
different pattern of coaching. This study uses field research (field
research) with a descriptive qualitative approach. The aim is to be
able to describe the results of the analysis in detail. This problem
attracts the attention of the writer to examine the pattern of
guidance of students in controlling deviant behavior. Based on the
results of the study it can be seen that the factors causing deviant
behavior of students are influenced by the family environment,
boarding schools/schools and peers. As for the pattern of fostering
santri in controlling deviant behavior in the boarding school of ar-
Risalah, the village uses three coaching patterns, namely a
preventive pattern, a repressive pattern and a curative pattern.
Patterns of prevention are carried out to keep the delinquency from
happening. Repressive patterns when students have deviant
behavior so there must be consequences for the students. And
curative control pattern is given if the pattern of preventive and
repressive can not be a solution in controlling deviant behavior of
students.
Keyword: Coaching behavior, deviations, pesantren ar-Risalah
140 | Islamic Counseling: Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam, Vol. 3, No. 2, 2019
Abstrak
Artikel ini mendiskusikan tentang pola pembinaan perilaku
menyimpang yang terjadi di kalangan santri. Penelitian ini
mengambil lokasi di Pondok pesantren menjadi salah satu lembaga
pendidikan yang sudah terbilang tua di bangsa Indonesia. Selain itu,
pondok pesantren juga dikenal sebagai lembaga untuk
memperdalam ilmu pengetahuan maupun membina akhlak santri.
Oleh karena itu, setiap pondok pesantren memiliki pola pembinaan
yang berbeda-beda. Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan
(field reaserch) dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Tujuannya
adalah agar dapat menguraikan hasil analisis dengan detail. Masalah
inilah yang menarik perhatian penulis untuk mengkaji pola
pembinaan santri dalam pengendalian perilaku menyimpang.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa faktor penyebab
perilaku menyimpang santri dipengaruhi oleh lingkungan keluarga,
pesantren/sekolah dan teman sebaya. Adapun pola pembinaan
santri dalam pengendalian perilaku penyimpang dipondok pesantren
ar-risalah, desa Curahkates ini menggunakan tiga pola pembinaan,
yakni pola pencegahan (preventive), pola penanganan (represive) dan
pola kuratif. Pola pencegahan dilakukan untuk menjaga agar
kenakalan itu tidak terjadi. Pola represif ketika santri telah
melakukan perilaku menyimpang sehingga harus ada konsekuensi
untuk santri tersebut. Dan pola pengendalian kuratif diberikan jika
pola prefentif dan represif tidak bisa menjadi solusi dalam
pengendalian perilaku menyimpang santri.
Keyword: Pembinaan perilaku, penyimpangan, pesantren ar-Risalah
Pendahuluan
Setiap manusia yang baru lahir ke dunia sudah memiliki fitrahnya. Fitrah
yang dimaksud adalah fitrah sebagai unsur-unsur dan sistem yang dianugerahkan
Allah kepada setiap manusia, unsur-unsur itu mencakup jasmani, rohani dan
nafs, dimana fitrah berupa “iman kepada Allah” menjadi inti-nya. Potensi iman
dipandang sebagai “inti” karena jika iman seseorang telah berkembang dan
berfungsi dengan baik, maka potensi-potensi yang lain (jasmani, rohani dan nafs)
akan berkembang dan berfungsi dengan baik pula. Disebutkan dalam kalam
Allah surat ar-Ruum ayat 30, sebagai berikut:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
Suryadi dan Maslahatun Ni’mah: Pola Pembinaan Santri dalam ... | 141
perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui. (Q.S ar-Ruum: 30)1
Terdapat beberapa pendapat ulama tentang maksud kata fitrah – seperti
tertulis pada surat ar-Ruum ayat 30. Ada yang berpendapat bahwa (1) fitrah yang
dimaksud adalah keyakinan tentang keesaan Allah SWT. yang telah ditanamkan
Allah dalam diri setiap insan. (2) fitrah sebagai penerimaan kebenaran dan
kemantaban individu dalam penerimaannya, (3) fitrah sebagai keadaan atau
kondisi penciptaan yang terdapat dalam diri manusia yang menjadikannya
berpotensi –melalui fitrah itu- mampu mengenal Tuhan dan syariatnya, dan (4)
fitrah sebagai unsur-unsur dan sistem yang Allah anugerahkan kepada setiap
makhluknya.2
Fitrah yang berkembang dengan baik kemudian akan membentuk
pribadi yang sehat. Kepribadian yang sehat menurut Islam akan terbentuk
manakala dua kebutuhan dasar manusia dapat dipenuhi secara seimbang, yakni
kebutuhan jasmani dan rohani. Dalam bahasa M. Utsman Najati, kepribadian
yang sehat dikenal dengan term an-nafsul muthmainnah, yakni orang yang
fisiknya sehat dan kuat, mampu melampiaskan kebutuhan primernya dengan
cara yang halal, dan memenuhi kebutuhan spiritual dengan berpegang teguh
pada akidah tauhid, mendekatkan diri kepada Allah dengan menjalankan ibadah
dan beramal saleh serta menjauhi perbuatan-perbuatan buruk dan hal-hal yang
mendatangkan murka Allah.3 Pendapat M. Utsman Najati tersebut berdasarkan
pada ajaran Al-Quran, dalam suarat al-Qashash (28): 77, Allah bersabda:
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu(kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”(Q.S
al-Qashash : 77)
Sesuai dengan maqolah yang menyatakan “manusia adalah tempatnya
salah dan lupa”, manusia tidak selalu menjadi pribadi yang sehat, namun ada
kalanya manusia menjadi pribadi yang tidak sehat, yakni pribadi yang tidak
mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, orang lain dan
lingkungannya.4 Pribadi yang tidak sehat ini salah satu contoh nyata dalam
kehidupan sehari-hari adalah dialami oleh sebagian santri yang melakukan
36.
142 | Islamic Counseling: Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam, Vol. 3, No. 2, 2019
2. Teman Sebaya
Hal ini serasi dengan teori menurut Tri Dayakisi bahwa remaja biasanya
cenderung mengikuti apa kata teman sebayanya atau teman kelompoknya dari
pada orangtua. Maka perlu sekali mendeteksi apa teman itu baik atau tidak. Jika
baik maka akan berpengaruh baik. Tetapi jika tidak baik maka akan berpengaruh
negatif pada jiwa remaja itu.
3. Lingkungan Pesantren
Menilik dari sosiologi kepesantrenan, tujuan utama terbentuknya
pesantren, diantaranya adalah membimbing anak didik (santri) untuk menjadi
manusia yang berkepribadian Islam dan mempunyai ilmu agama, sehingga
sanggup menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan
amalnya. Di samping itu, tujuan khusus dibentuknya sebuah pondok pesantren
adalah mempersiapkan anak didik (santri) untuk menjadi orang alim dalam ilmu
agama yang diajarkan oleh kyai, guru/ustadz yang bersangkutan, serta
mengamalkannya dalam masyarakat.14 Sehingga bisa disimpulkan bahwa
pesantren merupakan tempat pendidikan kedua setelah rumah tangga.
Lingkungan pesantren atau sekolah akan menjadi penyebab munculnya
perilaku menyimpang menurut B. Simandjuntak menyebutkan beberapa faktor
yakni sebagai berikut:
a. Pendidikan yang kurang menanamkan tingkah laku yang sesuai dengan alam
sekitar yang diharapkan pesantren.
b. Menurunnya wibawa seorang guru/ustadz.
c. Pengawasan yang kurang efektif dalam pembinaan berpengaruh dalam
domain efektif, konasi, konisi dari guru/ustadz.
d. Kurangnya pemahaman terhadap remaja dari pesantren.
e. Kurangnya sarana penyaluran waktu senggang.
f. Ketidaktahuan guru/ustadz dalam menangani masalah remaja, baik dalam
segi pendekatan sosiologis, psikologis maupun pedagogik.15
2016), 120.
146 | Islamic Counseling: Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam, Vol. 3, No. 2, 2019
1. Melakukan Pengontrolan
Berdasarkan temuan peneliti ada kebijakan penempatan pengurus di
kamar-kamar santri agar memdahkan mengontrol.
Hal ini senada dengan Ndraha, dikatakan bahwa kontrol dapat dilakukan
oleh siapa saja yang berkepentingan terhadap suatu organisasi atau kelompok
masyarakat. Kontrol sering diterjemahkan sebagai pengawasan atau
pengendalian apapun baik itu perkataan yang diucapkan sampai perbuatan yang
dilakukan, sehingga di harapakan adanya kontrol menjadi salah satu nilai dalam
masyarakat dan sebagai pembatas ruang lingkupnya. Pada hakikatnya dalam
kehidupan masyarakat perlu ada keseimbangan, supaya kehidupan masyarakat
tercipta suasana tertib, aman dan damai sesuai dengan tujuan hidup bersama16.
2. Mengistiqomahkan Sholat Tahajud dan Tasbih.
Berdasarkan temuan peneliti ada kegiatan sholat tahajud setiap malam
sesuai dengan jadwal yang telah dibuat oleh pengurus. Kebijakan pengurus
tersebut serasi dengan teori Abdul Hayat dalam bukunya bahwa sholat tahajud
adalah sebagai media untuk memohon pertolongan Allah untuk kekuatan jiwa,
keteguhan hati dan untuk kesuksesan dan kemuliaan hidup17. Firman Allah Swt.
dalam Q.S al-Isra: 79, sebagai berikut:
Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu
ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke
tempat yang terpuji.” (Q.S al-Isra: 79)
Mengerjakan sholat tahajud adalah sangat mulia sebab sholat tahajud
adalah pekerjaan orang-orang sholeh. Sholat tahajud ini sangat dianjurkan untuk
dikerjakan oleh seluruh santri jika menginginkan perbaikan dalam segala aspek
kehidupan18.
Berdasarkan temuan peneliti setiap malam Jumat Bu Nyai mewajibakan
santri untuk melaksanakan Sholat Tasbih, yakni dilakukan ba’da Sholat Isya
secara berjamaah. Kebiajakan tersebut serasi dengan Fadhilah Shalat Tasbih
yang disampaikan oleh Sulaiman al-Kumayi lainnya adalah:
a. Diampuni dosa.
b. Dapat membentuk pribadi yang kuat.
c. Terkabul segala doa.19
Implementasinya (studi kasus pondok pesantren putri Tahaffudzul Quran Purwoyoso Ngaliyan
Semarang”, (Skripsi, UIN Walisongo, Semarang, 2015), 39.
Suryadi dan Maslahatun Ni’mah: Pola Pembinaan Santri dalam ... | 147
3. Tirakat Puasa
Puasa merupakan suatu amalan yang dilakukan umat muslim dari masa
ke masa sehingga menjadi suatu amalan yang tidak bisa dilepaskan di dalam
kehidupan sehari-hari. Puasa yang dilaksanakan umat muslim tidak hanya yang
bersifat wajib sebagaimana yang ditemukan di dalam Alquran tetapi juga bersifat
sunnah yang dapat menambah pundi-pundi amal kebaikan dihadapan Allah
Swt.20
Puasa sunnat adalah puasa yang dilaksanakan pada hari-harisepanjang
tahun, kecuali hari-hari yang dilarang untuk berpuasa.Puasasunnat ini juga
memiliki harihari yang ditentukan. Selain dari pada itu,puasa sunnat ini di bagi
menjadi beberapabagian, diantara sebagai berikut:
a. Puasa Daud
b. Puasa Senin-Kamis
c. Puasa Enam Hari di Bulan Syawal
d. Puasa Hari Putih
e. Puasa Arafah
f. Puasa Asyuro
g. Puasa Sya’ban21
20Zakiah Ulfah, Manfaat Puasa dalam Perspektif Sunnah dan Kesehatan”, (Skripsi, UIN
Sumatra Utara, Medan, 2016), 26-31.
21 Ibid.,
22 Akhyar Lubis, Konseling Islami, 187.
148 | Islamic Counseling: Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam, Vol. 3, No. 2, 2019
Pomalaa Kab. Kolaka Sulawesi Tenggara”, Lentera Pendidikan, Vol. 17 No. 2 Desember 2014,
239.
26 Bawazir, Be a Moslem Be a Counselor, 239.
Suryadi dan Maslahatun Ni’mah: Pola Pembinaan Santri dalam ... | 149
Quran, sholat tahajud, membakar atau merusak barang yang diberikan ke santri
putra dan lain-lain bertujuan untuk memberi efek jera kepada si pelaku. Agar
santri yang melakukan perilaku menyimpang tersebut tidak mengulangi kembali.
Kalaupun mengulangi lagi akan ada konsekuensi yang lebih berat.
3. Penanganan dengan pendekatan Agama Islam (Konseling Islam)
Hal ini serasi dengan Bimbingan dan konseling Islam merupakan upaya
yang diharapkan dapat mendekatkan konseli kepada penciptanya, Allah Swt,
serta mengarahkan konseli agar mendapatkan kehidupan yang aman, tentram
dan bermakna.27
Ada beberapa pendekatan Agama Islam yang dipakai, antara lain sebagai
berikut:
a. Teknik konseling dengan sholat
Apabila sholat ini ditegakkan secara benar oleh ummat maka akan
terhindar dari perbuatan keji dan mungkar. Beberapa sholat sunnah yang sangat
tepat untuk dijadikan teknik konseling dalam rangka membantu konseli untuk
mengatasi berbagai kesalahan hidup antara lain adala sholat tahajud, sholat hajad
dan sholat duha.28
b. Teknik konseling dengan membaca Al-Quran
Bacaan atau membaca ayat-ayt suci Al-Quran bisa dijadikan salah satu
teknik konseling Islami. Jadi Al-Quran yang merupakan kitab pedoman dalam
kehidupan ummat Islam yang berisi perundang-undangan dalam berbagai aspek
kehidupan, juga berfungsi sebagai penyembuh (syifa) dari berbagai penyakit
batin, psikologis bahkan fisik, menjadi solusi dari kebingungan dalam
mengahadapi berbagai permasalahan hidup dan menjadi penenang hati29
c. Teknik konseling dengan zikir
Zikir adalah salah satu teknik terapi dalam konseling Islami. Banyak
sekali manfaat dari zikir kepada Allah Swt. yang diterangkan oleh Allah Swt.
dalam kitab-Nya, antara lain yaitu: dapat menentramkan hati, mendapatkan
ampunan dan pahala yang besar, menghapus keburukan atau dosa, dan
memudahkan datangnya pertolongan dari Allah.30
Pola Kuratif Dalam Pengendalian Perilaku Meyimpang Santri Di Pondok
Pesantren Pesantren Ar-Risalah, Curahkates
Berdasarkan temuan penelitian bahwa ada beberapa upaya kuratif yang
dilakukan pondok pesantren dalam mengendalikan perilaku menyimpang santri
27 Ibid., 6.
28 Hayat, Bimbingan Konseling Qur’ani (jilid II), 123.
29 Ibid., 140.
30 Ibid., 144.
150 | Islamic Counseling: Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam, Vol. 3, No. 2, 2019
Pomalaa Kab. Kolaka Sulawesi Tenggara”, Lentera Pendidikan, Vol. 17 No. 2 Desember 2014,
239.
32 Akhyar Lubis, Konseling Islami: kyai dan Pesantren, 354.
33 Sofyan S. Willis, Ramaja dan Masalahnya (Bandung: Alfabeta, 2017), 127.
34 Muh. Iqbal, “Penanggulangan Perilaku Menyimpang: Studi Kasus SMA Negeri 1
Pomalaa Kab. Kolaka Sulawesi Tenggara”, Lentera Pendidikan, Vol. 17 No. 2 Desember 2014,
240.
Suryadi dan Maslahatun Ni’mah: Pola Pembinaan Santri dalam ... | 151
Penutup
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai Pola Pembinaan
Santri dalam Pengendalian Perilaku Menyimpang di Pondok Pesantren Ar-
risalah Kota Jember bahwa dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
Pertama,faktor penyebab perilaku menyimpang di Pondok Pesantren
Ar-Risalah Kota Jember adalah: lingkungan keluarga. Seperti kurangnya kasih
sayang, broken home dan lemahnya ekonomi orang tua. Teman sebaya, ini
karena keseringan santri bersama dengan teman-temannya. Sehingga ketika
temannya baik maka Ia akan baik sedangkan jika temannya nakal Ia juga akan
terpengaruh nakal. Dan lingkungan pesantren. Seperti: pendidikan yang kurang
menanamkan tingkah laku yang sesuai dengan alam sekitar yang diharapkan
pesantren, menurunnya wibawa seorang guru/ustadz, pengawasan yang kurang
efektif dalam pembinaan berpengaruh dalam domain efektif, konasi, konisi dari
guru/ustadz, kurangnya pemahaman terhadap remaja dari pesantren, kurangnya
sarana penyaluran waktu senggang dan ketidaktahuan guru/ustadz dalam
menangani masalah remaja, baik dalam segi pendekatan sosiologis, psikologis
maupun pedagogik
Kedua, pola pembinaan pengendalian perilaku menyimpang di Pondok
Pesantren Ar-Risalah terdiri dari tiga pola pembinaan, yaitu pola prefentif,
represif, dan kuratif. Pola prefentif dilakukan untuk mencegah terjadinya
perilaku menyimpang santri. Dilakukan dengan beberapa upaya, yaitu:
melakukan pengontrolan, mengistiqomahkan sholat tahajud dan tasbih, tirakat
puasa dan memberikan pendidikan ilmu agama melalui pengajian kitab.
Pola represif dilakukan untuk menangani perilku menyimpang yang telah
dilakukan. Ada beberapa upaya yang dilakukan pesantren, yaitu: menegakkan
tata tertib dan peraturan, penerapan sanksi, dan penanganan dengan pendekatan
Agama Islam.
35 Ibid., 240.
36 Ibid., 240.
152 | Islamic Counseling: Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam, Vol. 3, No. 2, 2019
Pola kuratif menjadi tindakan terakhir ketika pola prefentif dan represif
tidak mampu memberikan efek jera untuk pelaku perilaku menyimpang tersebut,
yakni dengan beberapa upaya yaitu: pembebasan peraturan oleh Pengasuh, tidak
dinaikkan kelas, dan dikembalikan kepada orang tua.
Suryadi dan Maslahatun Ni’mah: Pola Pembinaan Santri dalam ... | 153
Bibliografi
Al-Quran al-Karim, Departemen Agama Republik Indonesia, Surat ar-Ruum:
30.
Bawazir, Djauharah, (2013), Be a Moslem Be a Counselor. Jakarta Timur:
Bunyan Andalan Sejati.
Dahlan, Fahrurrozi, (2016), Sosiologi Pesantren: Dialektika Tradisi keilmuan
pesantren dalam merespo dinamika masyarakat (potret pesantren di
lombok nusa Tenggara barat) NTB: IAIN Mataram.
Dhofier, Zamakhsyari, (2011), Tradisi Pesantren: Studi Pandangan hidup.
Jakarta: LP3ES.
Hayat, Abdul, (2017), Bimbingan Konseling Qur’ani (jilid II). Yogyakarta:
Pustaka Pesantren.
Hayat, Abdul, (2017), Bimbingan Konseling Quran (Jilid I), Yogyakarta: Pustaka
Pesantren.
Jamaludin, Adon Nasrullah, (2016), Dasar-dasar Patologi Sosial, Bandung: CV.
Pustaka Setia.
Lestari, Rika Bekti, (2015 ) “Persepsi Santri Terhadap Hadis Tentang Salat
Tasbih Dan Implementasinya (studi kasus pondok pesantren putri
Tahaffudzul Quran Purwoyoso Ngaliyan Semarang”, Skripsi, UIN
Walisongo, Semarang.
Lubis, Saiful Akhyar, (2007), Konseling Islami: kyai dan pesantren. Yogyakarta:
elSAQ Press,
Mu’awanah,Elfi. 2012.Bimbingan Konseling Islam: Memahami Fenomena
Kenakalan Remaja dan Memilih Upaya Pendekatanya dalam Konseling
Islam. Yogyakarta: Teras.
Muh. Iqbal, “Penanggulangan Perilaku Menyimpang: Studi Kasus SMA Negeri 1
Pomalaa Kab. Kolaka Sulawesi Tenggara”, Lentera Pendidikan, Vol. 17
No. 2 Desember 2014.
Ndraha, Talizidhuhu, (2003), Budaya Organisasi, Jakarta: Rineke Cipta.
Sugiyono, (2014), Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: ALFABETA.
Suharto, Babun, (2011), Dari Pesantren Untuk Umat: Reinventing Eksistensi
Pesantren di Era Globalisasi,
Sutoyo, Anwar, (2015), Bimbingan dan Konseling Islam: Teori dan Praktik,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Willis, Sofyan, 2017, Ramaja dan Masalahnya, Bandung: Alfabeta.
154 | Islamic Counseling: Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam, Vol. 3, No. 2, 2019