Panggung Kabupaten Tuban, Jawa Timur Life Cycle Assessment (LCA) of Municipal Solid Waste Management in Gunung Panggung Landfill, Tuban Regency, East Java
Panggung Kabupaten Tuban, Jawa Timur Life Cycle Assessment (LCA) of Municipal Solid Waste Management in Gunung Panggung Landfill, Tuban Regency, East Java
Panggung Kabupaten Tuban, Jawa Timur Life Cycle Assessment (LCA) of Municipal Solid Waste Management in Gunung Panggung Landfill, Tuban Regency, East Java
ABSTRACT
The primary municipal waste treatment in Tuban Regency, East Java, was landfilling, besides the small
amount of the waste was turned to compost. Landfilling causes global warming, which leads to climate
change due to CH4 emission. This environmental impact could be worst by the population growth that
increases the amount of waste. This study aimed to evaluate the environmental impact on waste
management in the Gunung Panggung landfill in Tuban Regency and its alternative scenarios using Life
Cycle Assessment (LCA). Four scenarios were used in this study. They are one existing scenario and three
alternative scenarios comprising landfilling, composting, and anaerobic digestion. The scope of this study
includes waste transportation to waste treatment which is landfilling, composting, and anaerobic digestion
(AD). The functional unit of this analysis is per ton per year of treated waste. Environmental impacts
selected are global warming potential, acidification potential, and eutrophication potential. The existing
waste management in Gunung Panggung landfill showed the higher global warming potential because of
the emission of CO2 and cost for human health, which is 6.379.506,17 CO2 eq/year and 5,92 DALY,
respectively. Scenario 3 (landfilling, composting, and AD; waste sortation 70%) showed a lower
environmental impact than others, but improvements were still needed. Covering compost pile or controlling
compost turning frequency was proposed for scenario 3 amendment.
ABSTRAK
Landfill merupakan pengelolaan sampah utama di tempat pemrosesan akhir (TPA) Gunung Panggung
Kabupaten Tuban. Selain landfill, pengomposan diterapkan untuk mengolah sebagian kecil sampahnya.
Landfill menghasilkan gas metana yang menyebabkan pemanasan global dan memicu perubahan iklim.
Pertambahan penduduk memperbanyak sampah yang perlu diolah di TPA dan dapat memperparah
dampak lingkungan yang ditimbulkan. Tujuan penelitian ini adalah menilai dampak lingkungan dari
pengelolaan sampah eksisting di TPA Gunung Panggung Kabupaten Tuban Jawa Timur beserta skenario
alternatifnya menggunakan Life Cycle Assessment (LCA). Terdapat satu skenario eksisting dan tiga
skenario alternatif pengelolaan sampah yaitu landfilling, pengomposan, dan fermentasi anaerob (anaerobic
digestion). Ruang lingkup studi meliputi pengangkutan sampah, pengelolaan sampah dengan cara
pengomposan, Anaerobic Digestion (AD), dan landfill. Satuan fungsional yang digunakan yakni ton sampah
yang diolah per tahun. Dampak lingkungan yang dipelajari di antaranya: pemanasan global, asidifikasi, dan
eutrofikasi. Dampak lingkungan skenario eksisting menunjukkan nilai tertinggi terutama pada pemanasan
global (6.379.506,17 CO2eq/tahun) dan kerugian pada kesehatan manusia (5,92 DALY). Skenario alternatif
3, yang meliputi pengelolaan secara landfill, pengomposan, dan AD menunjukkan dampak lingkungan yang
kecil, namun memerlukan perbaikan. Perbaikan untuk skenario 3 yaitu dengan menambahkan penutup
pada tumpukan kompos atau mengontrol frekuensi pembalikan kompos untuk mengurangi emisi NH3.
Kata kunci: dampak lingkungan, life cycle assessment, pengelolaan sampah, tempat pemrosesan akhir
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 22, No. 2, Juli 2021, 147-161 147
terbentuk. Laju timbulan sampah tiap daerah dan N2O sebesar 108 kg/tahun. Di Yogyakarta,
dapat saja berbeda. Misalnya laju timbulan pengelolaan sampah buah di pasar dengan cara
sampah untuk daerah terlayani TPA Jabon anaerobic digestion dilaporkan dapat menurunkan
Sidoarjo tahun 2017 yaitu sebesar 0,43 gas rumah kaca sebesar 899 kg CO 2eq/ton
kg/orang.hari(2), atau di Kecamatan Sukolilo sampah buah yang diolah di TPA. Namun,
Surabaya tahun 2017 sebesar 0,38 dibandingkan dengan dampak lingkungan lain
kg/orang.hari(3). Menurut Dinas Lingkungan Hidup seperti eutrofikasi, asidifikasi, potensi toksisitas
Kabupaten Tuban, laju timbulan sampah di manusia, dan ekotoksisitas air, potensi
Kabupaten Tuban yakni 0,36 kg/orang.hari pada pemanasan global yang dihasilkan menunjukkan
tahun 2018, dengan demikian dapat diasumsikan nilai yang paling besar, sehingga perlu dilakukan
bahwa timbulan sampah di Kabupaten Tuban analisis lebih lanjut agar dapat mengurangi
sebesar 420.579,72 kg/hari. potensi pemanasan global yang terbentuk(7).
Sebagian sampah di Kabupaten Tuban Selain gas rumah kaca yang berasal dari
berakhir di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) landfill, transportasi sampah, pemakaian alat
Gunung Panggung yang berada di Kecamatan berat, dan proses pengomposan mengemisikan
Semanding, Kabupaten Tuban. TPA Gunung gas-gas lain yang dapat menimbulkan dampak
Panggung melayani enam kecamatan, yaitu lingkungan seperti asidifikasi dan eutrofikasi.
Kecamatan Semanding, Kecamatan Palang, Asidifikasi terjadi ketika terdapat polutan seperti
Kecamatan Tuban, Kecamatan Jenu, Kecamatan SO2, NOx, dan NH3 membentuk ion H+ di
Merakurak, dan Kecamatan Widang, dengan luas lingkungan yang menyebabkan lingkungan
total kecamatan terlayani 220,79 km2. menjadi asam, sedangkan eutrofikasi terjadi
Pengelolaan sampah di TPA Gunung Panggung karena banyaknya nutrien yang ada di perairan
utamanya adalah landfill. Terdapat enam sel, tiga dan menyebabkan terjadinya pergeseran
di antaranya menggunakan sanitary landfill dan komposisi spesies serta produktivitas biologis,
tiga sisanya menggunakan controlled landfill. seperti lonjakan alga(8).
Sebagian kecil dari sampah daun dimanfaatkan Dampak lingkungan dari sebuah produk
menjadi kompos, sekitar 0,0004% dari dapat dihitung dengan Life Cycle Assessment
keseluruhan timbulan sampah di Kabupaten (LCA). Life Cycle Assessment merupakan teknik
Tuban. Partisipasi masyarakat dalam hal menilai aspek lingkungan dan dampak potensial
pemilahan sampah dari sumber telah dilakukan, suatu produk dengan cara menginventarisasi
terwujud dalam aktivitas pemilahan sampah input dan output-nya, mengevaluasi dampak
anorganik yang selanjutnya diserahkan ke bank lingkungannya, dan menginterpretasi hasil dari
sampah. Namun, jumlah bank sampah aktif di fase analisis inventory dan penilaian dampak(9).
Kabupaten Tuban, khususnya daerah yang Beberapa kelebihan yang dimiliki LCA di
dilayani TPA Gunung Panggung masih sedikit, antaranya: 1) LCA menilai sistem dan
yakni 60 bank sampah. Sementara itu, pemilahan memberikan hasil analisis yang luas dan lebih
sampah organik belum dilakukan. komprehensif, 2) LCA menawarkan hasil analisis
Pengolahan sampah dengan landfill siklus hidup yang selanjutnya dapat digunakan
mengemisikan gas rumah kaca (CH4 dan CO2) untuk perbaikan sistem, hasil analisis yang
yang dapat menyebabkan pemanasan global(4). dihasilkan dapat berupa dampak lingkungan
Emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari maupun dominansi substansi kontributor yang
pengolahan sampah dengan cara landfill dan menyebabkan dampak lingkungan itu menjadi
pengomposan di TPA Winongo Kota Madiun tinggi(8), dan 3) secara khusus, LCA dalam
dilaporkan sebesar 5.905,59 ton CO2eq pada pengelolaan limbah menunjukkan manfaat
tahun 2015. Pengolahan dengan cara landfilling lingkungan yang dapat diperoleh melalui
berkontribusi terhadap emisi CH4 sebesar pengelolaan limbah dengan cara tertentu(10).
281,206 ton dan proses pengomposan Studi LCA pada pengelolaan sampah yang
berkontribusi terhadap emisi CH4 (6,278 ton) dan dilakukan di Campo Grande, Brazil menunjukkan
N2O (0,470 ton)(5). Sementara itu, penelitian bahwa penambahan fasilitas Mechanical
mengenai emisi gas rumah kaca dari sektor Biological Treatment (MBT) memberikan hasil
sampah di Kota Kendari(6) menyertakan emisi dari yang baik dalam mengurangi dampak lingkungan
pembakaran terbuka pada sebagian sampahnya, karena mampu memperbanyak sampah terpilah
sehingga metode pengolahan sampah yang serta membentuk RDF (Refuse Derived Fuel)(11).
diterapkan ada tiga, landfilling, pengomposan, Semakin banyak sampah terpilah, semakin
dan pembakaran terbuka. Landfilling mengurangi pemanasan global. Adanya
mengemisikan CH4 sebesar 1.470.889 kg/tahun, pengolahan sampah dengan AD, memberikan
pengomposan mengemisikan CH4 sebesar 187 hasil positif bagi ketersediaan bahan bakar,
kg/tahun serta N2O sebesar 12 kg/tahun. terutama untuk pengganti solar kendaraan.
Pembakaran terbuka mengemisikan CO2 sebesar Sementara itu, selain memberikan hasil positif
149.373 kg/tahun, CH4 sebesar 4.666 kg/tahun, pada pengurangan dampak lingkungan,
148 Life Cycle Assessment (LCA) Pengelolaan… (Ula, R. A., Prasetya, A., Haryanto, I.)
pengomposan meningkatkan toksisitas pelabelan produk, dan 3) change-oriented LCA,
lingkungan dan eutrofikasi dari emisi NOx ke udara digunakan untuk pengembangan produk,
dan NO3- ke lingkungan. LCA dilakukan terhadap pembuatan desain atau proses, atau
beberapa skenario pengolahan sampah di TPA perbandingan opsi-opsi yang dapat diterapkan di
Piyungan Yogyakarta(12). Beberapa metode masa depan(8). Berdasarkan tiga jenis pendekatan
pengelolaan sampah yang digunakan di tersebut, pendekatan change-oriented LCA
antaranya landfilling dengan atau tanpa digunakan dalam penelitian ini, yang
pemanfaatan energi, insinerasi, gasifikasi, dan membandingkan beberapa skenario pengelolaan
anaerobic digestion. Hasil penelitian menunjukkan sampah dan dipilih satu yang mungkin dapat
bahwa pengolahan sampah yang memberikan diterapkan di masa depan.
dampak lingkungan terkecil yaitu dengan landfill Pada penelitian ini, disusun tiga skenario
dan gasifikasi, dengan penghindaran terhadap alternatif pengelolaan sampah TPA Gunung
dampak potensi pemanasan global, asidifikasi, Panggung untuk selanjutnya dianalisis dampak
eutrofikasi, dan potensi pembentukan oksidan lingkungannya menggunakan LCA. Pada saat
fotokimia. Studi LCA dilakukan pula di Kota yang sama, LCA juga diterapkan untuk
Nagpur, India Tengah(13). Pengelolaan sampah mengevaluasi dampak lingkungan pada kondisi
yang ada di Nagpur belum dilakukan dengan baik. TPA saat ini (eksisting). Tiga skenario yang
Pengelolaan sampah yang diusulkan dalam studi disusun adalah pengelolaan sampah dengan cara
tersebut di antaranya landfill, pengomposan, landfill, pengomposan, dan Anaerobic Digestion
Material Recovery Facility (MRF), dan AD. Hasil (AD). Landfilling dan pengomposan telah
penelitiannya menunjukkan metode pengolahan diterapkan di TPA Gunung Panggung, sementara
sampah yang sesuai meliputi gabungan dari MRF, AD merupakan pengelolaan tambahan dalam
pengomposan, dan landfill. Adanya MRF skenario alternatif. AD dipilih karena memiliki
membantu memilah sampah sehingga semakin beberapa kelebihan di antaranya dapat
kecil jumlah sampah yang diolah dengan landfill mengurangi kebutuhan lahan landfill, dapat
dan mengurangi dampak lingkungan yang menghasilkan pupuk dan menjadi sumber energi
ditimbulkan. Material Recovery Facility sekaligus, dapat mengurangi pemanasan global
merupakan fasilitas pemilah sampah campuran dari emisi CH4, dan menghasilkan sumber energi
yang terdiri atas pemilahan mekanik dan manual, yang dapat diperbarui(15).
yang memiliki kemampuan pemilahan yang Pemilahan sampah disertakan dalam
detail(14). skenario yang diamati dengan persentase yang
berbeda-beda, khususnya untuk sampah daun
1.2 Tujuan Penelitian dan sampah makanan. Hal ini dimaksudkan untuk
memperbanyak jumlah sampah diolah pada tahap
Penelitian ini bertujuan menilai dampak
selanjutnya, dalam hal ini pengomposan dan AD.
lingkungan dari pengelolaan sampah eksisting di
Selain itu, pemilahan sampah juga dimaksudkan
TPA Gunung Panggung Kabupaten Tuban Jawa
untuk mengetahui kaitan pengurangan sampah
Timur beserta skenario alternatifnya
yang diolah dengan landfill dan dampak
menggunakan LCA.
lingkungan yang dihasilkan. Pemilahan sampah
diasumsikan telah dilakukan dari sumbernya
2. METODE
dengan cara meletakkan sampah tertentu dalam
Pengambilan data pada penelitian ini wadah tertentu untuk kemudian diangkut pada
dilakukan pada bulan Mei-Agustus tahun 2019. hari tertentu. Misalnya, sampah daun dan ranting
Data diperoleh dari Dinas Lingkungan Hidup dikumpulkan dalam wadah tertentu dan diangkut
(DLH) dan Dinas Perumahan Rakyat dan setiap hari Senin dan Kamis setiap minggu.
Kawasan Permukiman (PRKP) Kabupaten Tuban, Perbedaan persentase sampah terpilah
dan dilengkapi dengan data-data pendukung dari diasumsikan karena adanya perbedaan jumlah
karya ilmiah yang relevan dengan penelitian ini. pelaku pemilah sampah yang melakukan
Tahapan dalam LCA terdiri atas penentuan pemilahan sampahnya sebelum diangkut.
tujuan dan ruang lingkup (goal and scope),
penentuan batasan sistem, satuan fungsional, Penentuan Tujuan dan Ruang Lingkup
inventory analysis, life cycle impact assessment, Tujuan penerapan LCA dalam penelitian ini
dan interpretasi hasil sesuai dengan tujuan yaitu menilai dampak lingkungan dari pengelolaan
digunakan. Terdapat tiga jenis pendekatan dalam sampah eksisting di TPA Gunung Panggung
analisis LCA berdasarkan fungsinya, yakni: 1) Kabupaten Tuban Jawa Timur beserta skenario
LCA akuntansi yang sesuai untuk digunakan alternatifnya. Ruang lingkup penelitian ini meliputi
dalam keperluan eco-labelling sebuah produk, 2) pengangkutan sampah dari sumber sampah,
stand-alone LCA, digunakan untuk pengelolaan sampah di TPA dalam kondisi
mendeskripsikan produk tunggal, mencari hotspot eksisting (landfill dan pengomposan), dan AD
untuk melakukan evaluasi strategi hingga sebagai alternatif tambahan.
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 22, No. 2, Juli 2021, 147-161 149
Satuan fungsional yang digunakan dalam Penghitungan beban lingkungan dari
penelitian ini yaitu per ton per tahun sampah yang pengelolaan lindi dari landfill dan penyimpanan
diolah. Batasan sistem dalam penelitian ini digestate dari AD tidak disertakan dalam
terdapat pada Gambar 1. penelitian ini karena keterbatasan waktu. Selain
itu, energi dan emisi tenaga manusia dalam
berbagai aktivitas pada proses pengomposan dan
AD, seperti halnya penyortiran, tidak disertakan.
Meskipun energi dari tenaga manusia dapat
diketahui, namun emisinya tidak dapat
dimasukkan pada analisis impact assessment
karena kurangnya informasi(16).
Inventory Analysis
Tahap inventory analysis merupakan tahap
pengumpulan data dan penghitungan input dan
output. Inventory analysis meliputi pembuatan
diagram alir skenario sistem yang diamati,
pengumpulan data semua aktivitas dalam sistem,
dan penghitungan beban lingkungan yang
ditimbulkan(8). Data yang diperlukan di antaranya:
1) teknis pengelolaan sampah, 2) laju timbulan
sampah, 3) komponen dan komposisi sampah, 4)
jumlah sampah yang diambil oleh pemulung, 5)
rute kendaraan pengangkut sampah, 6) jumlah
dan luas daerah pelayanan, 7) kebutuhan bahan
Gambar 1. Batasan sistem bakar alat berat untuk pengelolaan landfill, dan 8)
kebutuhan bahan bakar dan air yang dibutuhkan
Skenario pengelolaan sampah meliputi dalam proses pengomposan. Data 1-8 diperoleh
skenario eksisting yang merupakan pengelolaan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Dinas
sampah saat ini (landfill dan pengomposan); Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
skenario 1 dengan asumsi sampah telah dipilah (PRKP) Kabupaten Tuban. Data faktor emisi dan
50% dari sumber, landfill, dan pengomposan; faktor ekuivalensi tahap midpoint maupun
skenario 2 dengan asumsi sampah telah dipilah endpoint diperoleh dari berbagai sumber yang
60% dari sumber, landfill, pengomposan, dan AD; relevan dengan penelitian ini, meliputi faktor emisi
dan skenario 3 dengan asumsi sampah telah kendaraan pengangkut sampah dari IPCC (23) dan
dipilah 70% dari sumber, landfill, pengomposan, penelitian Börjesson dan Berglund(24); faktor emisi
dan AD. pencacah dari IPCC(23); faktor emisi
Pengomposan di TPA Gunung Panggung pengomposan dan landfill dari IPCC(4); faktor
dilakukan dalam bak pengompos. Penyortiran emisi AD dari penelitian Xu(20); faktor emisi
sampah yang akan dikompos dilakukan pengepakan kompos dari Kementerian Energi dan
menggunakan tenaga manusia, begitu pula Sumber Daya Mineral(27); faktor emisi alat berat
aktivitas memasukkan sampah ke dalam bak dari Diaz dan Warith(28); dan faktor ekuivalensi
pengompos serta pembalikan kompos. Sebelum tahap midpoint dan endpoint dari Baumann dan
dikomposkan, sampah dicacah kemudian Tillman(8), ReCiPe(30), dan Eco-indicator 99(31).
disesuaikan kelembapannya dengan
ditambahkan air, selanjutnya kompos dimasukkan Jumlah Penduduk
ke dalam bak pengompos. Kompos matang Jumlah penduduk perlu diketahui terlebih
ditandai dengan warna kompos menjadi hitam dahulu guna menentukan jumlah sampah yang
atau gelap dan diperoleh dalam kurun waktu terbentuk pada daerah pelayanan. Berikut adalah
sekitar 3–4 bulan. Kompos matang kemudian persamaan penghitungan jumlah penduduk(17).
dicacah lagi untuk mendapatkan ukuran yang
homogen.
Sampah yang diolah dengan AD dalam
Pn = Po × er.t ................................................ (1)
penelitian ini yakni sampah makanan (sampah Keterangan:
dapur, sampah buah dan sayur yang berasal dari Pn : jumlah penduduk tahun n
pasar atau supermarket). Proses fermentasi Po : jumlah penduduk tahun awal
anaerobik diawali dengan penyortiran bahan yang e : bilangan pokok dari sistem logaritma natural
(2,7182818)
dilakukan dengan tenaga manusia, selanjutnya t : periode waktu antara tahun dasar dan tahun n
bahan dicacah. Bahan yang telah dicacah
ditambahkan air dan difermentasikan dalam
reaktor.
150 Life Cycle Assessment (LCA) Pengelolaan… (Ula, R. A., Prasetya, A., Haryanto, I.)
Jumlah Penduduk Terlayani
Keterangan:
Jumlah sampah yang terbentuk ditentukan
n : jumlah bank sampah sampel (Bank Sampah Gobel,
berdasarkan jumlah penduduk dan luas daerah Bank Sampah Mandiri21, dan Bank Sampah Kencana
pada kecamatan yang dilayani. Luas daerah Madya).
pelayanan ditentukan dengan:
Data jumlah sampah yang diambil pemulung
Luas rata-rata kecamatan = diperoleh dari DLH.
Luas total daerah pelayanan (km2 ) − (Luas Kec. Tuban (km2 ) × 95%)
15
(2) Volume Bahan Bakar dan Air yang Digunakan
dalam Proses AD
Keterangan: Volume bahan bakar dalam proses AD
95% : persentase pelayanan Kecamatan Tuban (diketahui)
15 : jumlah kecamatan yang ingin diketahui luasnya
digunakan untuk pretreatment sampah dengan
(kecuali Kecamatan Tuban) cara dicacah. Volume bahan bakar yang
dibutuhkan diperoleh dengan:
Jumlah penduduk terlayani diperoleh dengan
mengalikan jumlah penduduk per kecamatan Volume bahan bakar
dengan luas kecamatan terlayani. = massa bahan baku (ton) ×
konsumsi solar per ton bahan (L⁄ton) ................ (7)
Jumlah penduduk terlayani
Keterangan:
= penduduk per kecamatan (orang⁄km2 ) × luas rata − Konsumsi solar per ton bahan disesuaikan dengan data yang
rata kecamatan (km2 ) .......................................... (3) digunakan dalam pencacahan pada proses pengomposan, 2,2
l/ton.
Jumlah Sampah yang Terbentuk dari Daerah
Volume air yang ditambahkan dalam proses AD
Terlayani
yakni sebesar 5,49 m3/ton VS(20), sementara
Jumlah sampah yang terbentuk diperoleh
volatile solid (VS) limbah makanan adalah 26,35%
dengan mengalikan jumlah penduduk terlayani
wb(21).
dengan laju timbulan sampah.
Volume air
Jumlah sampah terbentuk
= massa bahan (ton) × 26,35% × 5,49 m3 ⁄ton VS ... (8)
= penduduk terlayani (orang) ×
laju timbulan sampah (kg⁄orang. hari) ............... (4) Penghitungan Emisi Transportasi
Pengangkutan Sampah
Data laju pembentukan sampah sebesar 0,36 Volume bahan bakar transportasi
kg/orang.hari merupakan data tahun 2018 oleh pengangkutan dihitung energinya menggunakan
DLH, dalam Dokumen Hasil Survei Laju Timbulan heating value sebesar 0,038 GJ/l(22) kemudian
Sampah, SRT dan SSRT, Komposisi, serta dikalikan dengan faktor emisi CO2 (74.100 kg/TJ),
Potensi Daur Uang di Kabupaten Tuban(18). CH4 (3,9 kg/TJ), N2O (3,9 kg/TJ)(23) dan CO (150
mg/MJ), NOx (570 mg/MJ), SO2 (2 mg/MJ)(24).
Jumlah Bahan Bakar Pengangkutan Sampah
Jarak tempuh truk pengangkut dihitung Emisi transportasi = fuel (joule) × faktor emisi …... (9)
sesuai dengan rute kendaraan menggunakan
Google Maps. Rute kendaraan diperoleh dari Penghitungan Emisi Pencacahan Bahan
Dinas PRKP dan konsumsi solar per kilometer Kompos dan AD
sebesar 0,53 L/km(19). Dengan menyesuaikan Emisi dari pencacahan bahan kompos
jarak tempuh kendaraan dan konsumsi solar per maupun AD diperoleh dengan mengalikan volume
kilometer, kebutuhan bahan bakar dapat bahan bakar yang telah dikonversi dalam bentuk
diketahui. energi dengan faktor emisi. Faktor emisi
pencacahan bahan kompos dan AD yaitu CO 2
Kebutuhan bahan bakar (74.100 kg/TJ), CH4 (3,9 kg/TJ), N2O (3,9
= jarak tempuh kendaraan (km) × solar (L⁄km) ….. (5) kg/TJ)(23).
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 22, No. 2, Juli 2021, 147-161 151
CO2 yang merupakan gas biogenic, berasal dari Penghitungan Emisi Proses Pengepakan
dekomposisi material organik, dikecualikan dalam Kompos
penghitungan ini. Persamaan berikut digunakan Pengepakan kompos dilakukan
untuk mengestimasikan emisi CH4 dan N2O(4). menggunakan mesin jahit elektrik. Emisi dari
proses pengepakan dapat diketahui dengan
Emisi CH4 tahunan = (M × EF) × 10−3 − R ..... (10) mengalikan konsumsi listrik (mWh) dengan faktor
emisi penggunaan listrik (CO2/mWh). Faktor emisi
Keterangan: gas rumah kaca sistem interkoneksi listrik Jawa,
M : Massa limbah yang dikompos (kg)
EF : faktor emisi CH4 Madura, dan Bali (Jamali) sebesar 0,840 ton
10-3 : konstanta CO2/mWh(27).
R : jumlah CH4 yang di-recovery
Penghitungan Emisi Bahan Bakar Alat Berat
Emisi N2 O tahunan = (M × EF) × 10−3 ........... (11) Alat berat berupa excavator digunakan untuk
mengelola sampah di landfill. Faktor emisi dari
Keterangan: bahan bakar alat berat di antaranya: CO2
M : Massa limbah yang dikompos (kg)
EF : faktor emisi N2O (3.018,88 g/L), CO (0,01 g/L), CH4 (3,63 g/L), NOx
10-3 : konstanta (21,214 g/L), dan SOx (5,75 g/L)(28). Emisi dari
penggunaan alat berat diperoleh dengan
Sementara itu, emisi NH3 dari pengomposan mengalikan volume bahan bakar yang digunakan
dihitung dengan mengalikan persentase N dalam (l) dengan faktor emisinya.
bahan (2,25%)(25), massa bahan (kg), dan
persentase emisi NH3 (6,2%)(26). Penghitungan Emisi dari Proses Landfilling
Diperlukan data komponen sampah beserta
Emisi NH3 = 2,25% × massa bahan (kg) × 6,2% .... (12) persentasenya dan angka-angka default dari
IPCC dalam menggunakan metode ini. Seperti
Penghitungan Emisi dari Proses Anaerobic halnya pengomposan, penghitungan emisi
Digestion (AD) landfilling memerlukan input data limbah
Massa volatile solid (VS) bahan perlu tahunan(4). Emisi berupa CO2 yang merupakan
diketahui terlebih dahulu. Persentase VS dalam gas biogenic, berasal dari dekomposisi material
limbah makanan sebesar 26,35% wb(21). Massa organik, dikecualikan dalam penghitungan ini.
VS bahan dapat diketahui dengan mengalikan
Life Cycle Impact Assessment (LCIA)
massa bahan yang akan diolah (ton) dengan
Data beban lingkungan yang diperoleh pada
persentase VS (% wb). Faktor emisi dari proses
tahap inventory analysis kemudian diklasifikasi
AD di antaranya: N (0,18 kg/ton VS), NH3 (0,15
menjadi beberapa kategori dampak lingkungan:
kg/ton VS), dan P (1,06 x 10-2 kg/ton VS)(20).
pemanasan global, asidifikasi, dan eutrofikasi.
Emisi dari proses AD = massa VS bahan (ton VS) × Kategori dampak lingkungan yang telah terbentuk
faktor emisi (kg⁄ton VS) .................................... (13) dari beberapa beban lingkungan yang berbeda-
beda dikarakterisasi menggunakan faktor
Pembentukan Gas Metana Biogas ekuivalensi. Tahapan ini merupakan tahap
Biogas yang dihasilkan dari 1 ton VS yaitu midpoint yang merupakan tahapan penghubung
591 m3(20). Angka tersebut dapat digunakan untuk rantai sebab akibat dari aktivitas yang
mengetahui gas metana yang terbentuk dari menyebabkan beban terhadap lingkungan
proses AD dengan mengalikan persentase dengan mekanisme lingkungan itu sendiri(29).
metana yang terkandung dalam biogas yang Tabel angka faktor ekuivalensi beban lingkungan
terbentuk (asumsi kandungan metana 55%). terhadap kategori dampak terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1. Tabel faktor ekuivalensi beban lingkungan terhadap kategori dampak (8,30,31)
Beban lingkungan Kategori dampak Faktor ekuivalensi
CO2 1
CH4 34
CH4 fosil Pemanasan global 36
N2O 298
CO 3
SO2 0,45
NOx 0,14
Asidifikasi
NH3 0,49
SOx 1
NOx 0,13
NH3 0,33
Eutrofikasi
N 0,42
P 0,101
152 Life Cycle Assessment (LCA) Pengelolaan… (Ula, R. A., Prasetya, A., Haryanto, I.)
Faktor ekuivalensi asidifikasi (SO2, NOx, dan Pemanasan global, asidifikasi, dan
NH3) dan eutrofikasi (P) memiliki nilai spesifik eutrofikasi hanya berpengaruh pada dua kategori
untuk negara Indonesia(30). Setelah diperoleh saja yakni kesehatan manusia dan kualitas
beban lingkungan dari masing-masing kategori ekosistem. Kesehatan manusia yang
dampak, beban lingkungan tersebut dapat diekspresikan dengan Disability Adjusted Life
dikelompokkan lagi ke dalam beberapa kategori Year (DALY) dipengaruhi oleh pemanasan global,
kerusakan (damage) meliputi kesehatan manusia sedangkan kualitas ekosistem (spesies.tahun/kg
(human health), kualitas ekosistem (ecosystem stressor) dipengaruhi oleh ketiganya. Berikut ini
quality), dan kelangkaan sumber daya (resource merupakan faktor karakterisasi untuk masing-
scarcity). Pengelompokan kategori dampak ke masing kategori dampak(Tabel 2) (30).
dalam tiga kategori area of protection ini disebut
tahap endpoint.
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 22, No. 2, Juli 2021, 147-161 153
3.1 Inventory Analysis 2 sama dengan skenario eksisting. Namun, dalam
skenario 2 ini, sampah makanan diolah
Input sumber daya per ton sampah yang
menggunakan AD. Sementara itu, sampah yang
diolah terdapat pada Tabel 4. Beban lingkungan
dikomposkan pada skenario 1 dan 3 berasal dari
diperoleh dari data input dan output dalam
jumlah yang sama dengan skenario eksisting
inventory analysis. Tabel input sumber daya
(1.800 kg) ditambah dengan sampah daun yang
masing-masing skenario terdapat pada Tabel 5.
telah terpilah, sehingga jumlahnya lebih besar
Perbedaan jumlah sampah pada masing-masing
dibanding skenario eksisting dan skenario 2. AD
skenario disebabkan karena adanya asumsi
dilakukan hanya pada skenario 2 dan 3, sehingga
bahwa sampah dipilah dalam jumlah tertentu,
tidak ada input sumber daya pada skenario
skenario 1 (dipilah 50%), skenario 2 (dipilah 60%),
eksisting dan skenario 1. Jumlah sampah dan
dan skenario 3 (70%). Jumlah sampah yang
bahan bakar pada proses landfill semakin
dikompos pada skenario 2 tidak diberi tambahan
berkurang pada setiap skenario karena adanya
sampah daun dari sampah terpilah, sehingga
pengurangan jumlah sampah yang seharusnya
jumlah sampah yang dikomposkan pada skenario
diolah dengan landfill.
Pemilahan sampah diasumsikan telah kaitan pengurangan sampah yang diolah dengan
dilakukan dari sumbernya dengan cara landfill dan dampak lingkungan yang dihasilkan.
meletakkan sampah tertentu dalam wadah Semakin banyak sampah yang terpilah
tertentu untuk kemudian diangkut pada hari menunjukkan semakin banyak masyarakat
tertentu. Misalnya, sampah daun dan ranting melakukan pemilahan sampah dari sumber.
dikumpulkan dalam wadah tertentu dan diangkut Sampah yang masuk bank sampah dan
setiap hari Senin dan Kamis setiap minggu. diambil pemulung mengurangi jumlah sampah
Pemilahan sampah dilakukan terutama untuk yang diolah dengan landfill, pengomposan, dan
sampah daun dan sampah makanan. Hal ini AD. Jumlah sampah yang masuk bank sampah
dimaksudkan untuk memperbanyak jumlah dan diambil pemulung yaitu 27.720 kg/minggu.
sampah diolah pada tahap selanjutnya, dalam hal
ini pengomposan dan AD. Selain itu, pemilahan
sampah juga dimaksudkan untuk mengetahui
154 Life Cycle Assessment (LCA) Pengelolaan… (Ula, R. A., Prasetya, A., Haryanto, I.)
3.2 Life Cycle Impact Assessment (LCIA) Proses karakterisasi adalah langkah kuantitatif
untuk menghitung emisi yang bermacam-macam
Kategori dampak yang digunakan dalam
pada kategori dampak agar memiliki unit yang
penelitian ini adalah pemanasan global,
sama menggunakan equivalency factor, misalnya
asidifikasi, dan eutrofikasi. Langkah pertama yang
dampak pemanasan global ditunjukkan dengan
dilakukan dalam melakukan LCIA yaitu
ekuivalensi terhadap CO2 (CO2eq).
mengelompokkan substansi emisi ke dalam
Pemanasan global mengalami penurunan di
kategori dampak yang telah dipilih, misalnya CO 2
setiap skenario, skenario eksisting 6.379.506,17
digolongkan ke dalam pemanasan global.
kg CO2eq, skenario 1 5.939.251,94 kg CO2eq,
Langkah ini disebut dengan klasifikasi(8). Langkah
skenario 2 4.305.971,18 kg CO2eq, dan skenario
selanjutnya yaitu karakterisasi ke tahap midpoint.
3 3.344.001,50 kg CO2eq (Gambar 2).
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 22, No. 2, Juli 2021, 147-161 155
3.3 Interpretasi Hasil Salah satu cara yang dapat digunakan untuk
mengamati aktivitas yang memberikan efek yang
Dampak lingkungan yang paling besar dalam
menonjol yaitu analisis dominansi. Analisis
penelitian ini yaitu pemanasan global (Gambar 2),
dominansi digunakan untuk mengetahui bagian
baik pada skenario eksisting maupun pada ketiga
dari siklus hidup yang memiliki dampak
skenario alternatif. Asidifikasi dan eutrofikasi
lingkungan terbesar, dengan mengamati emisi
berbeda-beda tergantung dari jumlah input yang
atau dampak lingkungan pada masing-masing
digunakan. Dampak lingkungan yang telah
aktivitas dalam siklus hidup(8).
diperoleh pada tahap midpoint dapat diamati
Skenario eksisting menunjukkan dampak
dominansi emisinya secara lebih detail
terbesar pada pemanasan global yang berasal
berdasarkan aktivitas yang ada di dalamnya.
dari aktivitas landfill (Gambar 3).
156 Life Cycle Assessment (LCA) Pengelolaan… (Ula, R. A., Prasetya, A., Haryanto, I.)
Tabel 7. Dominansi beban lingkungan per skenario
Keterangan:
1: Transportasi GWP: Global warming potential (potensi pemanasan global)
2: Pencacahan bahan kompos AP: Acidification potential (potensi asidifikasi)
3: Proses pengomposan EP: Eutrophication potential (potensi eutrofikasi)
4: Pengepakan kompos E0: Skenario eksisting
5: Pencacahan bahan AD E1: Skenario 1
6: Proses AD E2: Skenario 2
7: Landfilling E3: Skenario 3
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 22, No. 2, Juli 2021, 147-161 157
Berdasarkan dampak pemanasan global daerah panas dan lembap. Kemunculannya
yang ditimbulkan, skenario 3 menunjukkan beban terutama ketika pancaroba terjadi. Namun, karena
paling kecil. Namun, dampak asidifikasi dan adanya curah hujan yang tidak teratur, nyamuk
eutrofikasi menunjukkan nilai tertinggi yang Anopheles dapat muncul sepanjang tahun seperti
berasal dari proses pengomposan. Seperti dilaporkan di Afrika Selatan dan Afrika Timur pada
disebutkan sebelumnya bahwa salah satu tahun 1988(38).
permasalahan dalam proses pengomposan Pemanasan global memengaruhi ekosistem
adalah hilangnya nitrogen dalam bentuk NH 3. baik terestrial maupun akuatik. Organisme
Pembalikan yang terlalu sering dilaporkan terestrial baik tumbuhan maupun hewan dapat
menghasilkan kadar N yang lebih rendah di akhir terkena dampak dari pemanasan global. Di
masa pengomposan, dibanding kompos yang Indonesia pemanasan global berdampak pada
frekuensi pembalikannya sedikit(34-36). komunitas terumbu karang di Gili Matra, Nusa
Hilangnya nitrogen dapat diatasi dengan Tenggara Barat. Peningkatan suhu yang terjadi
mengontrol frekuensi pembalikan. Pengomposan pada tahun 2016 menyebabkan terjadinya
pasif yang jarang dilakukan pembalikan pemutihan pada beberapa genus terumbu karang
menunjukkan emisi NH3 yang lebih sedikit. yang rentan seperti Acropora, Heliopora,
Pembalikan akan mengubah posisi yang semula Stylophora, dan Pocillopora. Terumbu karang
di bawah menjadi ke daerah permukaan merupakan habitat bagi berbagai ikan. Pemutihan
tumpukan kompos. Bagian bawah kompos yang terumbu karang berpengaruh pada berkurangnya
berpindah ke permukaan mendapat pasokan kelimpahan dan biomassa ikan yang hidup di
oksigen yang cukup sehingga menjadi lebih aktif sekitar terumbu karang(39).
karena aktivitas mikroorganisme. Aktivitas ini Nilai kepunahan spesies yang dihasilkan
membuat suhu di lingkungan permukaan lebih dalam penelitian ini tidak menunjukkan nilai yang
tinggi dan menjadikan NH3 mudah teremisikan(32). sangat besar, baik terestrial maupun akuatik yang
Selain pembalikan, pemberian cover pada disebabkan oleh pemanasan global, asidifikasi,
tumpukan kompos dapat mencegah NH3 dan eutrofikasi. Kepunahan spesies akibat
teruapkan(32). Manajemen produksi kompos yang pemanasan global semakin menurun seiring
meliputi kualitas dan komposisi limbah, frekuensi berkurangnya sampah yang diolah dengan
pencampuran bahan, serta pemantauan landfill. Sementara kepunahan spesies akibat
kelembapan dan temperatur sangat berpengaruh asidifikasi dan eutrofikasi meningkat seiring
terhadap emisi dan produk yang dihasilkan(37). banyaknya sampah yang diolah dengan
Aktivitas pencampuran bahan akan menciptakan pengomposan dan AD.
proses aerasi pada kompos sehingga Kepunahan spesies karena asidifikasi terjadi
menyediakan oksigen dan memicu emisi NH3, pada tumbuhan berpembuluh, terutama pada
dengan memperhatikan frekuensi pencampuran lingkungan tropis-subtropis. Tumbuhan gurun dan
bahan, emisi NH3 mengalami penurunan sebesar semak belukar yang hidup di daerah kering
52 kali dan menurunkan asidifikasi dan eutrofikasi memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap
masing-masing sebesar 209% dan 45%(37). perubahan lingkungan dibanding tumbuhan-
Ketiga dampak lingkungan di atas dapat tumbuhan tropis-subtropis. Tumbuhan gurun
menyebabkan kerugian pada kesehatan manusia didominasi oleh rerumputan dan semak,
dan kualitas ekosistem. Pemanasan global sementara hutan tropis-subtropis didominasi oleh
berdampak pada kesehatan manusia dan kualitas tumbuhan berdaun lebar, yang tumbuhan ini
ekosistem, sementara asidifikasi dan eutrofikasi memiliki sensitivitas lebih tinggi dibanding
hanya berpengaruh pada kualitas ekosistem yang tumbuhan berukuran kecil(40).
direpresentasikan dengan kepunahan spesies Eutrofikasi atau pengayaan nutrisi di
hewan dan tumbuhan. Merujuk Tabel 6, perairan akibat adanya substansi fosfat
pemanasan global sangat terlihat pengaruhnya mengakibatkan ketidakseimbangan komposisi
pada kesehatan manusia, terutama skenario organisme di perairan tersebut. Terjadinya
eksisting. Kesehatan manusia berisiko mengalami eutrofikasi di suatu perairan menyebabkan
kerugian selama 5,92 DALY yang artinya akibat kandungan oksigen terlarut menurun. Oksigen
pemanasan global yang disebabkan oleh diperlukan untuk mendegradasi bahan organik
pengelolaan sampah skenario eksisting, manusia yang masuk ke perairan sebagai substansi
dapat mengalami kecacatan selama 5,92 tahun eutrofikasi. Sementara itu, oksigen juga
dalam hidupnya. Penyakit yang menyebabkan diperlukan untuk organisme lain yang ada di
kerugian pada manusia yakni penyakit yang perairan sehingga terjadi adanya kompetisi
berkaitan dengan peningkatan suhu. Beberapa terhadap oksigen. Perairan dengan kandungan
vektor penyakit menunjukkan perubahan siklus fosfat dan nitrogennya tinggi, kadar oksigen
hidupnya akibat meningkatnya suhu lingkungan. terlarut di dalamnya cenderung rendah(41).
Sebagai contoh penyakit malaria dengan vektor Di sisi lain, eutrofikasi menyebabkan
nyamuk Anopheles. Nyamuk Anopheles hidup di kelimpahan mendadak pada tumbuhan air.
158 Life Cycle Assessment (LCA) Pengelolaan… (Ula, R. A., Prasetya, A., Haryanto, I.)
Kelimpahan terhadap tumbuhan air tertentu, DAFTAR PUSTAKA
misalnya plankton, dapat menguntungkan ikan
1. Badan Pusat Statistik. (2019). Kabupaten
jenis tertentu, khususnya ikan herbivor. Eutrofikasi
Tuban dalam Angka 2019. In Tuban: BPS
di perairan menyebabkan kelimpahan alga yang
Kabupaten Tuban.
tinggi dan menyebabkan biomassa ikan menjadi
tinggi pula, terutama apabila disertai dengan suhu 2. Gaol, M. L., & Warmadewanthi, I. D. A. A.
lingkungan yang tinggi. Dengan ini, pemanasan (2017). Prediksi dampak lingkungan
global menjadi satu faktor yang membuat beban pengelolaan sampah di TPA Jabom,
lingkungan semakin tinggi(42). Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Teknik ITS, 6(2),
Meskipun demikian, LCIA hingga tahap 2–7.
endpoint memiliki banyak ketidakpastian yang
3. Hapsari, D. S. A., & Herumurti, W. (2017). Laju
disebabkan oleh banyaknya tahap yang perlu
timbulan dan komposisi sampah rumah
dilewati hingga mencapai tahap akhir(29).
Penggabungan berbagai efek pembentuk damage tangga di Kecamatan Sukolilo Surabaya.
pada endpoint memang menghasilkan data yang Jurnal Teknik ITS, 6(2), C421–C424.
mudah dipahami, namun tidak dapat dipisahkan 4. Intergovernmental Panel on Climate Change.
dari ketidakpastian data itu sendiri (43). Terutama (2006). Guidelines for National Greenhouse
untuk dampak kerugian karena pemanasan Gas Inventories. Volume 5. Waste. Retrieved
global, terdapat beberapa hambatan dalam January 27, 2021, from https://www.ipcc-
memodelkan dampak kesehatan akibat gas nggip.iges.or.jp/public/2006gl/vol5.html
rumah kaca(31), dua di antaranya yaitu 1)
perubahan iklim tidak langsung memberikan 5. Kiswandayani, A. V., Susanawati, L. D., &
pengaruhnya pada masa kini, melainkan pada Wirosoedarmo, R. (2016). Komposisi sampah
dekade mendatang dan setelahnya, 2) gas rumah dan potensi emisi gas rumah kaca pada
kaca yang teremisikan di Eropa dapat pengelolaan sampah domestik: Studi kasus
memberikan kerugian di seluruh dunia(31). Poin TPA Winongo Kota Madiun. Jurnal
kedua tentunya berlaku di mana pun. Dua poin Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 2(3), 9–
yang terakhir disebutkan memberikan tambahan 17.
kontribusi terhadap ketidakpastian pada tahap 6. Chaerul, M., Dirgantara, G. G., & Akib, R.
endpoint, khususnya kerugian pada kesehatan (2016). Prediction of greenhouse gasses
manusia karena pemanasan global. emission from municipal solid waste sector in
Kendari City, Indonesia. Jurnal Manusia Dan
4. KESIMPULAN Lingkungan, 23(1), 42–48.
Analisis LCA pada penelitian ini https://doi.org/https://doi.org/10.22146/jml.18
menunjukkan dampak lingkungan pemanasan 772
global merupakan dampak lingkungan tertinggi 7. Marendra, F., Rahmada, A., Prasetya, A.,
pada masing-masing skenario pengelolaan Cahyono, R. B., & Ariyanto, T. (2018). Kajian
sampah di TPA Gunung Panggung, terutama dampak lingkungan pada sistem produksi
pada skenario eksisting, yaitu 6.379.506,17 kg listrik dari limbah buah menggunakan life cycle
CO2eq/tahun. Aktivitas yang memberikan dampak assessment. Jurnal Rekayasa Proses, 12(2),
besar pada pemanasan global yaitu landfill. 85–97.
Sementara itu, asidifikasi dan eutrofikasi tertinggi https://doi.org/10.22146/jrekpros.36425
yaitu pada skenario 3 yang berasal dari proses
pengomposan. Upaya mitigasi untuk skenario 3 8. Baumann, H., & Tillman, A. M. (2004). The
adalah meminimalkan emisi NH3 yang timbul dari hitch hiker’s guide to LCA: an orientation in life
proses pengomposan sampah daun dengan cara cycle assessment methodology and
mengontrol pembalikan atau pemberian cover. application.
Kerugian akibat dampak lingkungan sangat 9. International Organization of Standardization.
terlihat pada kesehatan manusia, 5,92 DALY yang (1997). ISO 14040:2006 Environmental
disebabkan oleh pemanasan global. Kerugian management — Life cycle assessment —
pada kualitas ekosistem tidak menunjukkan nilai Principles and framework.
yang besar.
10. Cherubini, F., Bargigli, S., & Ulgiati, S. (2009).
PERSANTUNAN Life cycle assessment (LCA) of waste
management strategies: landfilling, sorting
Penulis mengucapkan terima kasih kepada plant and incineration. Energy, 34(12), 2116–
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Dinas 2123.
Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman https://doi.org/10.1016/j.energy.2008.08.023
(Dinas PRKP) Kabupaten Tuban atas penyediaan
informasi dan data-data yang diperlukan pada 11. Lima, P. D. M., Olivo, F., Paulo, P. L., Schalch,
penelitian ini. V., & Cimpan, C. (2019). Life cycle
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 22, No. 2, Juli 2021, 147-161 159
assessment of prospective MSW Wang, F., Liu, G., Choate, C., & Gamble, P.
management based on integrated (2007). Characterization of food waste as
management planning in Campo Grande, feedstock for anaerobic digestion.
Brazil. Waste Management, 90, 59–71. Bioresource Technology, 98(4), 929–935.
https://doi.org/10.1016/j.wasman.2019.04.03 https://doi.org/10.1016/j.biortech.2006.02.039
5
22. McDougall, F. R., White, P. R., Franke, M., &
12. Gunamantha, M., Fandeli, C., Tandjung, S. D., Hindle, P. (2001). Integrated solid waste
& Sarto. (2010). Life cycle assessment pilihan management: a life cycle inventory. Second
pengelolaan sampah: studi kasus wilayah edition. In Blackwell Science. Wiley.
Kartamantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Jurnal https://doi.org/10.1002/9780470999677
Manusia Dan Lingkungan, 17(2), 78–88.
23. Intergovernmental Panel on Climate Change.
https://doi.org/10.22146/jml.18706
(2006). Guidelines for National Greenhouse
13. Khandelwal, H., Thalla, A. K., Kumar, S., & Gas Inventories. Volume 2. Energy. Retrieved
Rakesh, K. (2019). Life cycle assessment of January 27, 2021, from https://www.ipcc-
municipal solid waste management options for nggip.iges.or.jp/public/2006gl/vol2.html
India. Bioresource Technology, 288(March),
24. Börjesson, P., & Berglund, M. (2006).
121515.
Environmental systems analysis of biogas
https://doi.org/10.1016/j.biortech.2019.12151
systems - Part I: Fuel-cycle emissions.
5
Biomass and Bioenergy, 30(5), 469–485.
14. Tchobanoglous, G., & Kreith, F. (2002). https://doi.org/10.1016/j.biombioe.2005.11.01
Handbook of Solid Waste Management (2nd 4
Edition). McGraw-Hill.
25. Menikpura, S. N. M., Gheewala, S. H., &
https://doi.org/10.1036/0071356231
Bonnet, S. (2012). Sustainability assessment
15. Wilkie, A. C. (2005). Anaerobic digestion: of municipal solid waste management in Sri
biology and benefits. Dairy Manure Lanka: problems and prospects. Journal of
Management: Treatment, Handling, and Material Cycles and Waste Management,
Community Relations, 63–72. 14(3), 181–192.
https://doi.org/10.1007/s10163-012-0055-z
16. Ghaderpour, O., Rafiee, S., Sharifi, M., &
Mousavi-Avval, S. H. (2018). Quantifying the 26. Andersen, J. K., Boldrin, A., Christensen, T.
environmental impacts of alfalfa production in H., & Scheutz, C. (2010). Mass balances and
different farming systems. Sustainable Energy life-cycle inventory for a garden waste
Technologies and Assessments, 27(April windrow composting plant (Aarhus, Denmark).
2017), 109–118. Waste Management and Research, 28(11),
https://doi.org/10.1016/j.seta.2018.04.002 1010–1020.
https://doi.org/10.1177/0734242X10360216
17. Badan Pusat Statistik. (2010). Pedoman
Penghitungan Proyeksi Penduduk dan 27. Kementerian Energi dan Sumber Daya
Angkatan Kerja. In Jakarta: Badan Pusat Mineral. (2016). Surat Penyampaian Faktor
Statistik. Emisi GRK Sub Sektor Ketenagalistrikan.
http://jcm.ekon.go.id/en/uploads/files/Docume
18. Dinas Lingkungan Hidup. (2018). Dokumen
nt%20JCM/Reference/Surat_Penyampaian_
Hasil Survei Laju Timbulan Sampah, SRT dan
Faktor_Emisi_GRK_Subsektor_Ketenagalistri
SSRT, Komposisi, serta Potensi Daur Ulang di
kan.pdf
Kabupaten Tuban.
28. Diaz, R., & Warith, M. (2006). Life-cycle
19. Anggun, T. Y., & Munawar, A. (2014). Analisis
assessment of municipal solid wastes:
sistem transportasi sampah Kota Tuban
Development of the WASTED model. Waste
menggunakan dynamic programming.
Management, 26(8), 886–901.
Envirotek: Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan,
https://doi.org/10.1016/j.wasman.2005.05.00
6(1), 45–52. Retrieved from
7
http://eprints.upnjatim.ac.id/6822/
29. Bare, J. C., Hofstetter, P., Pennington, D. W.,
20. Xu, C., Shi, W., Hong, J., Zhang, F., & Chen,
& Udo de Haes, H. A. (2000). Life cycle impact
W. (2015). Life cycle assessment of food
assessment workshop summary. Midpoints
waste-based biogas generation. Renewable
versus endpoints: the sacrifices and benefits.
and Sustainable Energy Reviews, Vol. 49, pp.
International Journal of Life Cycle
169–177. Elsevier Ltd.
Assessment, 5(6), 319–326.
https://doi.org/10.1016/j.rser.2015.04.164
https://doi.org/10.1007/BF02978665
21. Zhang, R., El-Mashad, H. M., Hartman, K.,
30. Huijbregts, M. A. J., Steinmann, Z. J. N.,
160 Life Cycle Assessment (LCA) Pengelolaan… (Ula, R. A., Prasetya, A., Haryanto, I.)
Elshout, P. M. F. M., Stam, G., Verones, F., emissions of the composting process.
Vieira, M. D. M., van Zelm, R. (2016). ReCiPe Resources, Conservation and Recycling, 90,
2016. In National Institute for Public Health 9–20.
and the Environment. Retrieved from https://doi.org/10.1016/j.resconrec.2014.05.0
https://www.rivm.nl/bibliotheek/rapporten/201 08
6-0104.pdf
38. Duarsa, A. B. S. (2008). Dampak pemanasan
31. Goedkoop, M., & Spriensma, R. (2000). The global terhadap risiko terjadinya malaria.
Eco-indicator 99. A damage-oriented method Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 2(2),
for life cycle impact assessment. Methodology 181. https://doi.org/10.24893/jkma.2.2.181-
Report (Vol. 3). 185.2008
https://doi.org/10.3370/lca.3.32
39. Setiawan, F., Muttaqin, A., Tarigan, S.,
32. Hao, X., & Benke, M. B. (2008). Nitrogen Muhidin, M., Hotmariyah, M., Sabil, A., &
transformation and losses during composting Pinkan, J. (2017). Pemutihan karang akibat
and mitigation strategies. Dynamic Soil, pemanasan global tahun 2016 terhadap
Dynamic Plant, 2(1), 10–18. ekosistem terumbu karang: studi kasus di
TWP Gili Matra (Gili Air, Gili Meno, dan Gili
33. Strandroff, H. K., Hoffmann, L., Schmidt, A., &
Trawangan) Provinsi NTB. Journal of
Technology, F. (2005). Impact categories,
Fisheries and Marine Research, 1(2), 39–54.
normalization and weighting in LCA. In Danish
https://doi.org/10.21776/ub.jfmr.2017.001.02.
Ministry of The Environment. Environmental
1
Protection Agency. (Vol. 78).
40. Azevedo, L. B., Van Zelm, R., Hendriks, A. J.,
34. Ogunwande, G. A., Ogunjimi, L. A. O., &
Bobbink, R., & Huijbregts, M. A. J. (2013).
Fafiyebi, J. O. (2008). Effects of turning
Global assessment of the effects of terrestrial
frequency on composting of chicken litter in
acidification on plant species richness.
turned windrow piles. International
Environmental Pollution, 174, 10–15.
Agrophysics, 22(2), 159–165.
https://doi.org/10.1016/j.envpol.2012.11.001
35. Parkinson, R., Gibbs, P., Burchett, S., &
41. Alfionita, A. N. A., Patang, P., & Kaseng, E. S.
Misselbrook, T. (2004). Effect of turning
(2019). Pengaruh eutrofikasi terhadap kualitas
regime and seasonal weather conditions on
air di Sungai Jeneberang. Jurnal Pendidikan
nitrogen and phosphorus losses during
Teknologi Pertanian, 5(1), 9–23.
aerobic composting of cattle manure.
https://doi.org/10.26858/jptp.v5i1.8190
Bioresource Technology, 91(2), 171–178.
https://doi.org/10.1016/S0960- 42. Bouraï, L., Logez, M., Laplace-Treyture, C., &
8524(03)00174-3 Argillier, C. (2020). How do eutrophication and
temperature interact to shape the community
36. Tiquia, S. M., Tam, N. F. Y., & Hodgkiss, I. J.
structures of phytoplankton and fish in lakes?
(1997). Effects of turning frequency on
Water, 12(3).
composting of spent pig-manure sawdust
https://doi.org/10.3390/w12030779
litter. Bioresource Technology, 62, 37–42.
43. De Schryver, A. M. (2011). Value choices in
37. Quirós, R., Villalba, G., Muñoz, P., Colón, J.,
life cycle impact assessment. Retrieved from
Font, X., & Gabarrell, X. (2014).
http://www.ru.nl/publish/pages/556452/2010d
Environmental assessment of two home
eschryver_phdthesis_11jan2011.pdf
composts with high and low gaseous
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 22, No. 2, Juli 2021, 147-161 161