Penghitungan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Dari Sektor Sampah Perkotaan Di Indonesia

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

J. Tek. Ling. Vol. 10 No. 1 Hal.

01 - 08 Jakarta, Januari 2009 ISSN 1441-318X

PENGHITUNGAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK)


DARI SEKTOR SAMPAH PERKOTAAN DI
INDONESIA

Wahyu Purwanta
Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Abstract
Indonesia produced 48.8 Mt/year of Municipal Solid Waste (MSW) with population
number of 218.8 million and rate of waste generation 0.61 kg/cap/day. Most of
MSW (40%) are transported to the Solid Waste Disposal Site (TPA) in urban area.
The landfill site which is unmanaged will become a source of the GHGs emission,
mainly the methane emission. Based on the Indonesian population, using FOD
IPCC Tier-2 method, CH4 generated from MSW sector (landfill only) in 2006 is
109.96 Gg CH4 and will be increased up to 259 Gg in 2010, 504 Gg in 2015 and
1,065 Gg in 2025. The increase number of this CH4 emission is caused by the
increase of population number that will increase the waste production and also
increase the volume waste that is collected in the disposal area. The future scenario
by referring to the national strategic plan which is developed by the Public Work
Department is that the waste should be reduced from the source, so the total
volume will be reduced by 20% in 2010. In 2015, refers to the MDGs target, 80% of
the MSW in urban area and 50% of the MSW in rural area should be transported to
the final disposal site. As stated in Solid Waste Management Act No 18/2008 and
in accordance with the raw water protection, improvement of landfill quality from
open dumping to sanitary landfill or controlled landfill and development of regional
landfill are the priority programs with national financial support as an initial investment.
Key words : Global Warming, Municipal Solid Waste, GHGs Emission Inventory

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemanasan global telah menjadi isu global dimuat di dalam Protocol Kyoto yang
penting saat ini, dimana fenomena ini mengatur kewajiban pengurangan emisi
diakibatkan oleh peningkatan konsentrasi GRK bagi negara industri maju.
Gas Rumah Kaca (GRK), khususnya CO2
Berdasarkan laporan IPCC tahun 2006,
di atmosfer dan telah mengakibatkan
sektor limbah (waste sector) turut
berbagai dampak yang merugikan bagi
menyumbang GRK ke atmosfer dimana
manusia. Berbagai negara, termasuk
khusus dari TPA-TPA sampah yang ada
Indonesia, memberikan perhatian yang
berkontribusi antara 3 – 4 % dari emisi GRK
besar terhadap dampak pemanasan global.
global. Walau terdapat banyak jenis GRK
Secara internasional mitigasi pemanasan
dari sektor persampahan ini, namun yang

Penghitungan Emisi Gas... J.Tek.Ling. 10 (1): 1 - 08 1


dianggap dominan dan harus ada dalam kategori Tier-1, Tier-2 dan Tier-3. Tier-1
setiap laporan National GHGs Inventory adalah metode penghitungan dimana dapat
adalah CO2, CH4 dan N2O1). diterapkan pada negara atau wilayah yang
tidak memiliki data/parameter persampahan
Gas-gas yang termasuk GRK ini
dengan ‘record’ yang baik. Hampir semua
memiliki potensi yang besar dalam
parameter adalah ‘default’ dari IPCC
pemanasan global yang “potensi” nya
guideline dalam Tier-1 ini.
diperhitungkan dalam potensi CO2, atau
dikenal sebagai Global Warming Potential Dalam penelitian ini akan digunakan
(GWP). GWP adalah besaran efek radioaktif beberapa parameter yang didapat dari hasil
GRK dibandingkan terhadap CO2 , dengan penelitian lapangan tetapi beberapa
kata lain, GWP ialah indikasi berapa ton parameter lain tetap menggunakan ‘default’
emisi CO2 setara dengan satu ton dari setiap IPCC, sehingga metode ini termasuk dalam
GRK lainnya. GWP untuk gas CH4 adalah Tier-2.
21 (relatif terhadap CO2) sedangkan N2O
Tahap pertama adalah menentukan data
adalah 310 dan SF6 adalah 23.900, sesuai
awal dan mengganti data ‘default’ yang ada
dengan Laporan Penilaian IPCC
dengan data yang dimiliki. Jika dalam
(International Panel on Climate Change)
default IPCC, generation rate sampah
yang kedua, nilai dari GWP tidak berubah
adalah 0,7 kg/kap/hari (Asia Tenggara) dan
untuk masa komitmen pertama (2008 –
0,76 kg/kap/hari (Indonesia), maka
2012).
berdasarkan penghitungan dari berbagai
Indonesia sudah meratifikasi Protocol data dan klasifikasi kota didapat angka 0,61
Kyoto via UU No.17 Tahun 2004, dan tidak kg/kap/hari. Angka ini mendekati
termasuk dalam negara yang harus perhitungan B.G Yeoh dalam Municipal Solid
mengurangi emisi tetapi dapat berperan Waste Generation and Composition (ACST,
dalam mitigasi pemanasan global ini melalui 2006) sebesar 0,6 kg/kap/hari2).
Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM)
Demikian pula rerata penanganan
sebagai host country bagi proyek-proyek
sampah, berdasar data default IPCC,
pengurangan GRK. Karena itulah, sangat
didapat data 80% sampah terangkut ke
penting bagi Indonesia untuk mengkaji
TPA. Angka ini dianggap terlalu besar untuk
berapa besar kemampuan alam maupun
kondisi saat ini. Dari perhitungan tim dan
berbagai aktivitas sektoral di Indonesia
juga data dari SUSENAS 2004, rerata
dalam ’menyumbang’ (source) maupun
terangkut ke TPA untuk wilayah perkotaan
’menyerap’ (sink) GRK, termasuk dari
adalah 40% sedangkan di pedesaan
sektor persampahan.
sebesar 1,5 %, sehingga secara nasional
1.2 Tujuan sampah terangkut ke TPA sebesar 18%.

Penelitian ini bertujuan untuk Dengan demikian maka parameter


menghitung potensi emisi GRK khususnya penghitungan adalah :
CH4 dari sektor persampahan dan lebih
spesifik lagi emisi dari TPA-TPA sampah
• Jumlah penduduk tahun 2005 :
218.868.791
yang ada di Indonesia.
• Tingkat pertumbuhan penduduk:1,3 %
2. METODOLOGI • Generation rate sampah 0,61 kg/kap/
Dalam penghitungan emisi GRK, IPCC hari
telah menyusun berbagai metodologi • Sampah terangkut ke TPA : 18 %
standar untuk menghitung emisi berbagai (2005) hingga 80% (2025).
sektor. Metode tersebut terus diperbaharui • Komposisi sampah, menggunakan
dan secara umum dikelompokkan dalam
2 Purwanta, W. 2009
data komposisi kota metropolitan dan
kota besar hasil survey tim PTL BPPT
sebagaimana diperlihatkan dalam
Tabel 1, sedangkan parameter DOC
ditampilkan dalam Tabel 2 dan
beberapa parameter kunci perhitungan Sedangkan potensi timbulan metan
di perlihatkan dalam Tabel 3. dihitung dengan persamaan ;

Proses penghitungan emisi CH4


dilakukan dengan IPCC waste model
calculation dengan prinsip bangkitan metan
(CH 4 ) yang timbul dalam suatu TPA
diperkirakan dengan persamaan1) :

Tabel 1. Komposisi Sampah yang Masuk Ke TPA

Sumber: a) 2006 IPCC Guidelines, Waste Sector


b) Rerata dari penelitian di TPA Sarimukti & Piyungan, 2007

Penghitungan Emisi Gas... J.Tek.Ling. 10 (1): 1 - 08 3


Tabel 2. Default DOC, Dry Matter, TCC, Fossil Carbon Fraction

Sumber : 2006 IPCC Guideline, Waste Sector

Tabel. 3 Key Parameter yang digunakan

4 Purwanta, W. 2009
3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Laju pembentukan dan komposisi hitungan tahun dimana selama itu pula gas
gasbio di TPA dipengaruhi banyak faktor CH4 dan CO2 terbentuk (first order decay
seperti komposisi sampah, oksigen yang model).
tersedia, kadar air, pH, ketersediaan nutrien,
Pada kondisi konstan, laju produksi
ukuran dan juga kepadatan sampah.
CH4 tergantung pada jumlah karbon yang
Komposisi sampah akan sangat
terdapat dalam sampah, konsekuensinya
menentukan terhadap kandungan nutrien,
jumlah CH4 di suatu TPA akan tinggi pada
pH dan potensial redoks yang berperan
tahun-tahun awal dan secara gradual akan
penting dalam proses pembentukan gas.
menurun.
Proses-proses yang menghasilkan gasbio
di TPA terkait dengan dekomposisi Dari hasil penghitungan data yang ada,
mikrobiologi dari materi organik di TPA. sampah dari kebun dan taman akan
Pembagian proses-proses tersebut dibagi menghasilkan emisi metan terbesar (31,9
kedalam empat (4) tahap yakni ; (i) aerobik; Gg/thn) diikuti sampah sisa makanan (16,7
(ii) asidogenik; (iii) asetogenik, dan (iv) Gg/th) kemudian sampah industri (2,79 Gg/
anaerobik, methanogenik3). th) dan sampah kertas (2,2 Gg/thn).
Proses degradasi material organik Tingginya angka emisi dari sampah kebun
dalam sampah menghasilkan gasbio utama disebabkan karena volumenya juga terbesar
berupa gas CH4 dan CO2 dengan reaksi yang diantara jenis sampah lainnya. Selain itu
disederhanakan sbb 4); sampah kebun juga memiliki nilai DOC 0,2
(jika berupa dedaunan) dan dapat menjadi
Degradasi unsur organik di dalam juga 0,4 jika berupa kayu dan ranting. Pada
sampah berlangsung secara lambat dalam kasus sampah makanan, walau nilai DOC
0,2, tetapi persentase di TPA cukup kecil.
Hal ini terjadi karena umumnya sampah -

Penghitungan Emisi Gas... J.Tek.Ling. 10 (1): 1 - 08 5


makanan sudah berkurang saat dibuang ke Dari perhitungan juga didapat, jika
TPA. Sampah rumah tangga pada digunakan data tahun 2005 di atas, maka
umumnya sampah sisa makanan masih pada tahun 2006 akan dihasilkan emisi gas
cukup tinggi. Besaran emisi untuk setiap metan sebesar 109,96 Gg/th dan akan
komponen sampah dapat dilihat pada meningkat menjadi 259,03 di tahun 2010
Gambar 1. dan 504 Gg di tahun 2015.

Gambar 1. Emisi Gas Metan dari Beberapa Jenis Sampah Perkotaan

Gambar 2. Total Emisi Metan dari TPA Sampah di Indonesia dan Skenario Mitigasi

6 Purwanta, W. 2009
Angka-angka emisi ini didapat dengan (Landfill Gas Recovery) akan memberikan
memperkirakan jumlah timbulan sampah reduksi yang cukup signifikan. Sebaliknya
yang timbul akibat pertambahan penduduk dengan lambatnya sosialisasi 3R (dimana
maupun perubahan gaya hidup masyarakat hingga saat ini hanya 2 % dari total sampah
itu sendiri. Jumlah sampah yang diproduksi yang dikelola), maka tingkat reduksi GRK
diperkirakan sebesar 48,7 juta ton per tahun. dari cara 3R juga sangat rendah, kecuali
Dapat dibandingkan dengan hasil hitungan ada perubahan pola hidup yang sangat
World Bank tahun 2005 yang menghitung signifikan di masyarakat.
potensi sampah dan emisi gas metan di 17
kota besar di Indonesia dimana jumlah 4. KESIMPULAN
sampah yang dihasilkan mencapai 10 juta
ton/tahun dengan potensi emisi gas metan • TPA sampah merupakan sumber emisi
sebesar 404 juta m3/tahun5). Kondisi TPA GRK dimana gas metan (CH 4 )
di Indonesia umumnya boleh dikata “basah” merupakan gas dominan. Gas ini selain
baik karena air hujan di saat musim hujan sebagai sumber penyebab pemanasan
ataupun karena komposisinya yang hampir global juga berpotensi untuk
50% – 70% berupa sampah yang mudah dimanfaatkan sebagai energi dengan
terurai (organic degradable). Hal ini secara mekanisme pembangunan bersih
hipotetik TPA sampah di Indonesia sangat (CDM).
berpotensi menghasilkan gas CH4 dalam • Potensi gas metan dari sektor sampah
jumlah yang banyak. di Indonesia sangat besar yakni sekitar
109,96 Gg per tahun dimana terdapat
Sudah menjadi kewajiban setiap negara, l.k 400 TPA yang hampir semuanya
disamping menyampaikan angka-angka beroperasi secara open dumping.
emisi GRK (baseline), juga perlu Sebagian besar gas ini dihasilkan dari
disampaikan rencana (skenario) mitigasi. proses degradasi sampah taman, kayu
Dengan diberlakukannya UU no. 18 tahun dan sampah sisa makanan.
2008 tentang pengelolaan sampah, maka • Tingginya potensi gas metan ini
dalam waktu 5 tahun sejak ditetapkan, disebabkan kondisi TPA Indonesia yang
setiap kota/kabupaten harus membangun umumnya ‘basah’ akibat iklim dan juga
sanitary landfill (untuk kota besar) dan komposisi sampah organiknya yang
controlled landfill (kota sedang dan kecil) hampir 60% – 70%.
guna menggantikan sebagian besar TPA • Beberapa upaya mitigasi gas metan
yang ada yang masih open dumping. yang dapat dilakukan antara lain :
Perubahan sistem penanganan sampah di sosialisasi teknik 3R, recovery LFG dari
TPA ini diharapkan dapat lebih TPA eksisting, dan pembangunan TPA-
mengendalikan emisi metan misalnya TPA sanitary landfill guna menggantikan
dengan me-recovery gas yag ada. Selain TPA open dumping sesuai amanat UU
itu amanat dalam UU Persampahan adalah no. 18 tahun 2008.
perlunya dimasyarakatkan teknik 3R
(reduce, reuse dan recycle) guna DAFTAR PUSTAKA
mengurangi volume sampah yang dibuang
ke TPA. Dengan meningkatnya jumlah 1. Eggleston S., L. Buendia , M. Kyoko,
sampah yang dikelola dengan prinsip 3R, T. Ngara, 2006, “2006 IPCC Guidelines
diharapkan emisi GRK juga akan berkurang. for National Greenhouse Gas
Gambar 2 memperlihatkan total emisi Inventories”, Vol 5 Waste, IGES
GRK dan kemungkinan upaya 2. Yeoh. B.G, 2006, Municipal Solid
penurunannya, dimana penerapan teknik Waste Generation and Composition,
sanitary landfilll dengan LFG recovery Asean Committee on Science &

Penghitungan Emisi Gas... J.Tek.Ling. 10 (1): 1 - 08 7


Tecnology, Sub Committee on Non Management”, McGraw-Hill Internatio-
Conventional Energy Research nal, Singapore
3. Damanhuri E., 1996 “Teknik 5. Morton. J., 2005, “World Bank
Pembuangan Akhir”, Jurusan Teknik Experience in Landfill Gas and
Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil & Prospects in Indonesia”, A Technical
Perencanaan, ITB Presentation
4. Tchobanoglous G., H. Theisen , & S.
A. Vigil, 1993, “Integrated Solid Waste

8 Purwanta, W. 2009

You might also like