Penghitungan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Dari Sektor Sampah Perkotaan Di Indonesia
Penghitungan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Dari Sektor Sampah Perkotaan Di Indonesia
Penghitungan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Dari Sektor Sampah Perkotaan Di Indonesia
Wahyu Purwanta
Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Abstract
Indonesia produced 48.8 Mt/year of Municipal Solid Waste (MSW) with population
number of 218.8 million and rate of waste generation 0.61 kg/cap/day. Most of
MSW (40%) are transported to the Solid Waste Disposal Site (TPA) in urban area.
The landfill site which is unmanaged will become a source of the GHGs emission,
mainly the methane emission. Based on the Indonesian population, using FOD
IPCC Tier-2 method, CH4 generated from MSW sector (landfill only) in 2006 is
109.96 Gg CH4 and will be increased up to 259 Gg in 2010, 504 Gg in 2015 and
1,065 Gg in 2025. The increase number of this CH4 emission is caused by the
increase of population number that will increase the waste production and also
increase the volume waste that is collected in the disposal area. The future scenario
by referring to the national strategic plan which is developed by the Public Work
Department is that the waste should be reduced from the source, so the total
volume will be reduced by 20% in 2010. In 2015, refers to the MDGs target, 80% of
the MSW in urban area and 50% of the MSW in rural area should be transported to
the final disposal site. As stated in Solid Waste Management Act No 18/2008 and
in accordance with the raw water protection, improvement of landfill quality from
open dumping to sanitary landfill or controlled landfill and development of regional
landfill are the priority programs with national financial support as an initial investment.
Key words : Global Warming, Municipal Solid Waste, GHGs Emission Inventory
1. PENDAHULUAN
Pemanasan global telah menjadi isu global dimuat di dalam Protocol Kyoto yang
penting saat ini, dimana fenomena ini mengatur kewajiban pengurangan emisi
diakibatkan oleh peningkatan konsentrasi GRK bagi negara industri maju.
Gas Rumah Kaca (GRK), khususnya CO2
Berdasarkan laporan IPCC tahun 2006,
di atmosfer dan telah mengakibatkan
sektor limbah (waste sector) turut
berbagai dampak yang merugikan bagi
menyumbang GRK ke atmosfer dimana
manusia. Berbagai negara, termasuk
khusus dari TPA-TPA sampah yang ada
Indonesia, memberikan perhatian yang
berkontribusi antara 3 – 4 % dari emisi GRK
besar terhadap dampak pemanasan global.
global. Walau terdapat banyak jenis GRK
Secara internasional mitigasi pemanasan
dari sektor persampahan ini, namun yang
4 Purwanta, W. 2009
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Laju pembentukan dan komposisi hitungan tahun dimana selama itu pula gas
gasbio di TPA dipengaruhi banyak faktor CH4 dan CO2 terbentuk (first order decay
seperti komposisi sampah, oksigen yang model).
tersedia, kadar air, pH, ketersediaan nutrien,
Pada kondisi konstan, laju produksi
ukuran dan juga kepadatan sampah.
CH4 tergantung pada jumlah karbon yang
Komposisi sampah akan sangat
terdapat dalam sampah, konsekuensinya
menentukan terhadap kandungan nutrien,
jumlah CH4 di suatu TPA akan tinggi pada
pH dan potensial redoks yang berperan
tahun-tahun awal dan secara gradual akan
penting dalam proses pembentukan gas.
menurun.
Proses-proses yang menghasilkan gasbio
di TPA terkait dengan dekomposisi Dari hasil penghitungan data yang ada,
mikrobiologi dari materi organik di TPA. sampah dari kebun dan taman akan
Pembagian proses-proses tersebut dibagi menghasilkan emisi metan terbesar (31,9
kedalam empat (4) tahap yakni ; (i) aerobik; Gg/thn) diikuti sampah sisa makanan (16,7
(ii) asidogenik; (iii) asetogenik, dan (iv) Gg/th) kemudian sampah industri (2,79 Gg/
anaerobik, methanogenik3). th) dan sampah kertas (2,2 Gg/thn).
Proses degradasi material organik Tingginya angka emisi dari sampah kebun
dalam sampah menghasilkan gasbio utama disebabkan karena volumenya juga terbesar
berupa gas CH4 dan CO2 dengan reaksi yang diantara jenis sampah lainnya. Selain itu
disederhanakan sbb 4); sampah kebun juga memiliki nilai DOC 0,2
(jika berupa dedaunan) dan dapat menjadi
Degradasi unsur organik di dalam juga 0,4 jika berupa kayu dan ranting. Pada
sampah berlangsung secara lambat dalam kasus sampah makanan, walau nilai DOC
0,2, tetapi persentase di TPA cukup kecil.
Hal ini terjadi karena umumnya sampah -
Gambar 2. Total Emisi Metan dari TPA Sampah di Indonesia dan Skenario Mitigasi
6 Purwanta, W. 2009
Angka-angka emisi ini didapat dengan (Landfill Gas Recovery) akan memberikan
memperkirakan jumlah timbulan sampah reduksi yang cukup signifikan. Sebaliknya
yang timbul akibat pertambahan penduduk dengan lambatnya sosialisasi 3R (dimana
maupun perubahan gaya hidup masyarakat hingga saat ini hanya 2 % dari total sampah
itu sendiri. Jumlah sampah yang diproduksi yang dikelola), maka tingkat reduksi GRK
diperkirakan sebesar 48,7 juta ton per tahun. dari cara 3R juga sangat rendah, kecuali
Dapat dibandingkan dengan hasil hitungan ada perubahan pola hidup yang sangat
World Bank tahun 2005 yang menghitung signifikan di masyarakat.
potensi sampah dan emisi gas metan di 17
kota besar di Indonesia dimana jumlah 4. KESIMPULAN
sampah yang dihasilkan mencapai 10 juta
ton/tahun dengan potensi emisi gas metan • TPA sampah merupakan sumber emisi
sebesar 404 juta m3/tahun5). Kondisi TPA GRK dimana gas metan (CH 4 )
di Indonesia umumnya boleh dikata “basah” merupakan gas dominan. Gas ini selain
baik karena air hujan di saat musim hujan sebagai sumber penyebab pemanasan
ataupun karena komposisinya yang hampir global juga berpotensi untuk
50% – 70% berupa sampah yang mudah dimanfaatkan sebagai energi dengan
terurai (organic degradable). Hal ini secara mekanisme pembangunan bersih
hipotetik TPA sampah di Indonesia sangat (CDM).
berpotensi menghasilkan gas CH4 dalam • Potensi gas metan dari sektor sampah
jumlah yang banyak. di Indonesia sangat besar yakni sekitar
109,96 Gg per tahun dimana terdapat
Sudah menjadi kewajiban setiap negara, l.k 400 TPA yang hampir semuanya
disamping menyampaikan angka-angka beroperasi secara open dumping.
emisi GRK (baseline), juga perlu Sebagian besar gas ini dihasilkan dari
disampaikan rencana (skenario) mitigasi. proses degradasi sampah taman, kayu
Dengan diberlakukannya UU no. 18 tahun dan sampah sisa makanan.
2008 tentang pengelolaan sampah, maka • Tingginya potensi gas metan ini
dalam waktu 5 tahun sejak ditetapkan, disebabkan kondisi TPA Indonesia yang
setiap kota/kabupaten harus membangun umumnya ‘basah’ akibat iklim dan juga
sanitary landfill (untuk kota besar) dan komposisi sampah organiknya yang
controlled landfill (kota sedang dan kecil) hampir 60% – 70%.
guna menggantikan sebagian besar TPA • Beberapa upaya mitigasi gas metan
yang ada yang masih open dumping. yang dapat dilakukan antara lain :
Perubahan sistem penanganan sampah di sosialisasi teknik 3R, recovery LFG dari
TPA ini diharapkan dapat lebih TPA eksisting, dan pembangunan TPA-
mengendalikan emisi metan misalnya TPA sanitary landfill guna menggantikan
dengan me-recovery gas yag ada. Selain TPA open dumping sesuai amanat UU
itu amanat dalam UU Persampahan adalah no. 18 tahun 2008.
perlunya dimasyarakatkan teknik 3R
(reduce, reuse dan recycle) guna DAFTAR PUSTAKA
mengurangi volume sampah yang dibuang
ke TPA. Dengan meningkatnya jumlah 1. Eggleston S., L. Buendia , M. Kyoko,
sampah yang dikelola dengan prinsip 3R, T. Ngara, 2006, “2006 IPCC Guidelines
diharapkan emisi GRK juga akan berkurang. for National Greenhouse Gas
Gambar 2 memperlihatkan total emisi Inventories”, Vol 5 Waste, IGES
GRK dan kemungkinan upaya 2. Yeoh. B.G, 2006, Municipal Solid
penurunannya, dimana penerapan teknik Waste Generation and Composition,
sanitary landfilll dengan LFG recovery Asean Committee on Science &
8 Purwanta, W. 2009